ean 26 making and testing alternative herbicide bahasa€¦ · 2"...

7
1 Echo Asia Notes, Issue 26 December 2015 Membuat dan Menguji Herbisida Alternatif untuk Digunakan oleh Para Petani Penggarap Oleh: Sophie Roberts 1 , Paw Danmalidoi 2 , Ratakarn Arttawuttikun 3 , Kitichai Sampunsinkor 4 , dan Abram Bicksler 5 1 Sukarelawan ECHO Asia Impact Center,, Mae Ai, Thailand 2 Teknisi ECHO Asia Seed Bank Information and Quality Control 3 Manajer ECHO Asia Seed Bank 4 Manajer Produksi ECHO Asia Seed Bank 5 Direktor ECHO Asia Impact Center Terjemahan Bahasa Indonesia: Tyas Budi Utami, ECHO Asia Foundation, Thailand Latar Belakang Staf ECHO Asia Impact Center pertama kali mendengar tentang resep herbisida alternatif yang menggunakan fermentasi pepaya dan nanas ini, dari Kru Pratoom, seorang pensiunan guru sekolah teknik sekaligus petani organik. Karena menyiangi gulma merupakan salah satu pekerjaan besar dalam kehidupan setiap petani, maka Staf Bank Benih ingin mencoba suatu herbisidaberisiko rendah untuk melihat apakah dampaknya pada gulma akan cukup memberikan alasan untuk penggunaannya. Mereka juga ingin memastikan bahwa herbisida ini tidak akan merusak pH, mikrobiologi, struktur tanah serta kesehatan dan daya serap tanaman. Catatan Riset ECHO Asia ini menjelaskan proses yang digunakan untuk membuat herbisida tersebut, serta menyajikan sebuah teknik pengambilan sampel yang bisa digunakan untuk menentukan kemanjurannya atas gulma. Carilah catatan yang akan datang mengenai metodologi yang digunakan untuk membantu menentukan berbagai dampak herbisida ini terhadap mikroorganisme dan kesehatan tanah. Penggunaan Herbisida Herbisida adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengontrol tanaman yang tidak diinginkan tumbuh di lahanlahan tanaman pangan, kebun pekarangan dan perkebunan. Herbisida dapat digunakan berbarengan dengan pengolahan tanah, penyiangan dengan tangan, pembakaran, rotasi tanaman, dan pengaturan jarak tanam untuk mengendalikan hama gulma. Gulma dapat menyebabkan kerusakan agronomi dan ekonomi karena menurunkan kuantitas atau kualitas tanaman yang diinginkan dengan cara memengaruhi tahapan pertumbuhan dan perkembangannya (O'Donovan, 2009). Gulma bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan ruang, sinar matahari, air, dan hara. Selain itu, beberapa spesies gulma juga dapat melepaskan racun ke dalam tanah sekitar yang dapat merusak tanaman (Swanton, 2009). Kerusakan yang disebabkan oleh gulma bergantung pada spesies gulma, spesies tanaman, dan tahap perkembangan tanaman. Pengendalian gulma paling perlu dilakukan saat tanaman masih muda dan belum mempunyai tinggi yang mencukupi untuk memenangkan persaingan melawan gulma. Dalam jumlah yang sedikit, gulma mungkin tidak merusak tanaman. Membersihkan seluruh gulma akan memakan waktu dan biaya ekonomi yang mahal Gambar 1. Gulma yang muncul di plot percontohan kami. Searah jarum jam, dari kiri atas: Cylindrica imperata, Sphagneticola trilobata, Mimosa pudica, Convolvulus arvensis.

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EAN 26 Making and Testing Alternative Herbicide BAHASA€¦ · 2" bagi"petani.Pembersihan"total"semacam"ini"juga"dapat"menyebabkan"kerusakan"agroekosistem."Selain" itu," gulma" tertentu"

1  

Echo  Asia  Notes,  Issue  26  December  2015  

Membuat  dan  Menguji  Herbisida  Alternatif  untuk  Digunakan  oleh  Para  Petani  Penggarap    Oleh:  Sophie  Roberts1,  Paw  Danmalidoi2,  Ratakarn  Arttawuttikun3,  Kitichai  Sampunsinkor4,  dan  Abram  Bicksler5  

1Sukarelawan  ECHO  Asia  Impact  Center,,  Mae  Ai,  Thailand  2Teknisi  ECHO  Asia  Seed  Bank  Information  and  Quality  Control  

 3Manajer  ECHO  Asia  Seed  Bank    4Manajer  Produksi  ECHO  Asia  Seed  Bank      

5Direktor ECHO Asia Impact Center Terjemahan Bahasa Indonesia: Tyas Budi Utami, ECHO Asia Foundation, Thailand -­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐  Latar  Belakang    

Staf   ECHO   Asia   Impact   Center   pertama   kali   mendengar   tentang   resep   herbisida   alternatif   yang  menggunakan   fermentasi   pepaya   dan   nanas   ini,   dari   Kru   Pratoom,   seorang   pensiunan   guru   sekolah  teknik  sekaligus  petani  organik.  Karena  menyiangi  gulma  merupakan  salah  satu  pekerjaan  besar  dalam  kehidupan   setiap   petani,  maka   Staf   Bank   Benih   ingin  mencoba   suatu   herbisida-­‐berisiko   rendah   untuk  melihat  apakah  dampaknya  pada  gulma  akan  cukup  memberikan  alasan  untuk  penggunaannya.  Mereka  juga   ingin  memastikan  bahwa  herbisida   ini   tidak   akan  merusak  pH,  mikrobiologi,   struktur   tanah   serta  kesehatan   dan   daya   serap   tanaman.   Catatan   Riset   ECHO  Asia   ini  menjelaskan   proses   yang   digunakan  untuk   membuat   herbisida   tersebut,   serta   menyajikan   sebuah   teknik   pengambilan   sampel   yang   bisa  digunakan  untuk  menentukan  kemanjurannya  atas  gulma.  Carilah  catatan  yang  akan  datang  mengenai  metodologi   yang   digunakan   untuk   membantu   menentukan   berbagai   dampak   herbisida   ini   terhadap  mikroorganisme  dan  kesehatan  tanah.    Penggunaan  Herbisida  

Herbisida   adalah   salah   satu   metode   yang   digunakan   untuk   mengontrol   tanaman   yang   tidak  diinginkan  tumbuh  di  lahan-­‐lahan  tanaman  pangan,  kebun  pekarangan  dan  perkebunan.  Herbisida  dapat  digunakan   berbarengan   dengan   pengolahan   tanah,   penyiangan   dengan   tangan,   pembakaran,   rotasi  

tanaman,  dan  pengaturan   jarak  tanam  untuk  mengendalikan  hama  gulma.  Gulma  dapat  menyebabkan  kerusakan  agronomi  dan   ekonomi   karena   menurunkan   kuantitas   atau   kualitas  tanaman  yang  diinginkan  dengan  cara  memengaruhi  tahapan  pertumbuhan   dan   perkembangannya   (O'Donovan,   2009).  Gulma   bersaing   dengan   tanaman   untuk   memperebutkan  ruang,   sinar   matahari,   air,   dan   hara.   Selain   itu,   beberapa  spesies   gulma   juga  dapat  melepaskan   racun   ke  dalam   tanah  sekitar   yang   dapat   merusak   tanaman   (Swanton,   2009).  Kerusakan   yang   disebabkan   oleh   gulma   bergantung   pada  spesies   gulma,   spesies   tanaman,   dan   tahap   perkembangan  

tanaman.   Pengendalian   gulma   paling   perlu   dilakukan   saat  tanaman   masih   muda   dan   belum   mempunyai   tinggi   yang  mencukupi   untuk   memenangkan   persaingan   melawan  gulma.   Dalam   jumlah   yang   sedikit,   gulma   mungkin   tidak  

merusak  tanaman.  Membersihkan  seluruh  gulma  akan  memakan  waktu  dan  biaya  ekonomi  yang  mahal  

Gambar   1.   Gulma   yang   muncul   di   plot  percontohan   kami.   Searah   jarum   jam,   dari   kiri  atas:  Cylindrica  imperata,  Sphagneticola  trilobata,  Mimosa  pudica,  Convolvulus  arvensis.  

Page 2: EAN 26 Making and Testing Alternative Herbicide BAHASA€¦ · 2" bagi"petani.Pembersihan"total"semacam"ini"juga"dapat"menyebabkan"kerusakan"agroekosistem."Selain" itu," gulma" tertentu"

2  

bagi  petani.  Pembersihan  total  semacam  ini   juga  dapat  menyebabkan  kerusakan  agroekosistem.  Selain  itu,   gulma   tertentu   dapat   digunakan   sebagai   makanan,   obat-­‐obatan,   dan   pakan   ternak   sehingga  beberapa   “gulma”   bisa  mendatangkan  manfaat   ekonomis.   Bila   diterapkan   pada   saat   yang   tepat,   dan  dalam   jumlah   yang   tepat,   herbisida   dapat   menjadi   alat   yang   berguna   sebagai   bagian   dari   Sistem  Pengendalian  Hama  Terpadu/   Integrated  Pest  Management  System   (FAO,  2015)  untuk  mengendalikan  spesies  gulma  yang  terlalu  banyak  atau  yang  dapat  mengakibatkan  bahaya  agronomi  atau  ekonomi  yang  tidak   diinginkan.   Dalam   sebuah   sistem   berkelanjutan,   penggunaan   herbisida   dilakukan   saat   metode  kontrol   lainnya   telah   gagal   untuk  mengendalikan   hama   gulma   secara   efektif.   Berbeda   dari   pertanian  konvensional,  herbisida  bukanlah  metode  utama  untuk  mengendalikan  gulma.  

Keamanan  Resep  herbisida  alternatif  yang  didiskusikan  dalam  Catatan  ECHO  Asia  ini  menggunakan  cairan  alkali,  

yang  bisa  membakar  kulit;  artinya  kontak  fisik  apa  saja  dengan  produk  murninya  yang  tidak  diencerkan  dapat   mengakibatkan   kulit   terbakar   sehingga   petani   harus   sangat   berhati-­‐hati   bahkan   saat  menggunakan   produk   yang   sudah   dilarutkan   sekalipun.   Kita   harus   selalu   menambahkan   cairan   alkali  atau  larutan  yang  mengandung  cairan  alkali  ke  dalam  air  atau  cairan  lainnya.  Jangan  pernah  begitu  saja  menuangkan  air  ke  dalam  konsentrat  cairan  alkali  atau  kepada  larutan  alkali.  Menambahkan  air  sesuai  urutan   cara   yang   benar   dapat   meminimalkan   kerusakan   akibat   cipratan,   karena   menambahkan  alkali/herbisida  ke  air  berarti  cipatrannya  sudah  lebih  terlarut.  Kapan  saja  Anda  menangani  alkali  murni  atau  herbisida,  gunakan  sepatu  boot  dan  sarung  tangan  karet.  Disarankan  untuk  menggunakan  celana  panjang   dan   lengan   panjang   saat   menyemprot   atau   mengaduk.   Untuk   melindungi   mata,   gunakan  kacamata   pengaman   atau   kacamata   hitam.   Lakukan   semua   tindakan   mencampur   dan   menuang   di  tempat  terbuka  dan  baik  ventilasinya.  Jangan  menyimpannya  di  dalam  wadah  yang  terbuat  dari   logam  karena  alkali  bisa  mengakibatkan  terjadinya  reaksi  yang  tidak  diinginkan.    

Jika  Anda  terkena  herbisida  atau  alkali  murni,  dengan  segera  basuhlah  bagian  yang  terkena  dengan  air  dingin  setidaknya  selama  limabelas  menit.  Uji  semua  wadah  yang  akan  dipakai  dengan  air  mendidih  untuk   memastikan   bahwa   wadah   itu   tidak   akan   meleleh,   karena   saat   air   bercampur   dengan   larutan  alkali  (saat  herbisida  sedang  disiapkan),  reaksi  yang  terjadi  bisa  mengakibatkan  terlepasnya  panas  dalam  jumlah  besar.    Resep  

Resep   herbisida   ini   untuk   pertamakalinya   didengar   dari   Kru   Pratoom,   seorang   pendidik   pertanian  organik   di   Chiang   Mai,   Thailand.   Karena   sedikitnya   pilihan   herbisida   non-­‐kimia,   maka   dia   membuat  resepnya  sendiri  menggunakan  bahan-­‐bahan  yang  dikenal  akrab  olehnya  seperti  nanas,  pepaya,  garam  dan  cairan  alkali.  Nanas  dan  Pepaya  digunakan  karena  nanas  mengandung  enzym  bromelain  (Dubey  dkk.  2007)  sedangkan  pepaya  mengandung  papain.  Bromelain  mampu  protein  dan  enzim  lainnya,  sedangkan  papain  dapat  mengganggu  kemampuan  tanaman  untuk  melakukan  fotosintesa  (Itoh  dkk.  2013).  Garam  mengubah   keseimbangan   air   yang   ada   dalam   daun   tanaman   gulma,   mengakibatkan   daun-­‐daun   itu  menyerap  Cl  (klorida)  dalam  jumlah  yang  berlebihan  sehingga  mengakibatkan  rusaknya  gulma  (Romero-­‐Aranda,  &Syvertsen,  1996).   Larutan  alkali  mengandung  alkali  dalam   jumlah  yang   tinggi  dan  digunakan  untuk   membantu   melarutkan   garam   serta   menyebabkan   kerusakan   kimiawi   pada   daun-­‐daun   gulma.  Salah  satu  yang  perlu  diperhatikan  mengenai  herbisida  alternatif  ini  adalah  tingginya  sifat  alkalinya,  yang  bisa   berdampak   pada   kemungkinan   terhapusnya   biota   dan   pH   tanah.   Jika   kandungan   basa/alkali   di  tanah  Anda  sudah  cukup  tinggi  maka  kami  tidak  menyarankan  pemakaian  herbisida  ini.  Tetapi  herbisida  ini  bisa  sangat  bermanfaat  untuk  tanah  yang  bersifat  asam.  Derajat  pH  tanah  di  ECHO  Asia  Seed  Bank  biasanya  berkisar  antara  4,8-­‐5,0,  jadi  herbisida  dengan  kandungan  alkali  yang  tinggi  ini  bisa  membantu      

Page 3: EAN 26 Making and Testing Alternative Herbicide BAHASA€¦ · 2" bagi"petani.Pembersihan"total"semacam"ini"juga"dapat"menyebabkan"kerusakan"agroekosistem."Selain" itu," gulma" tertentu"

3  

meningkatkan  pH  tanah  ke  arah  kisaran  normal.      Resep  Dasar  Herbisida  :  

1. 20  kg  nanas  atau  pepaya  yang  sangat  masak  (dikupas,  kemudian  di  potong  kecil-­‐kecil,  3cm  x  3cm    2. 10  kg  garam  3. 1  kg  cairan  alkali  (Sodium  hidroksida-­‐  NaOH)  4. 20  L  air  

 Petunjuk  Pencampuran:  Tambahkan   buah,   garam   dan   air   ke   dalam  wadah   plastik   yang   kedap   udara,   pelan-­‐pelan   tambahkan  cairan  alkali  dan  aduk  dengan  hati-­‐hati  di  antara  setiap  penuangan.  Tutup  wadah   itu  dengan  baik  dan  biarkan   cairan   tersebut   tanpa   gangguan   selama   45   hari.   Pada   hari   ke-­‐45,   saring   keluar   potongan-­‐potongan   buahnya.   Sesudah   disaring,   herbisida   ini   siap   digunakan.   Simpan   herbisida   tersebut   dalam  wadah  sampai  Anda  siap  mencampurnya  untuk  digunakan,  jangan  menambahkan  air  yang  diperlukan  ke  dalam  herbisida  yang   siap  dicampur   itu,   kecuali  Anda  berencana  untuk   segera  menggunakannya.   Jaga  agar  tutupnya  tetap  dalam  keadaan  rapat  dan  hindari  menyimpan  herbisida  ini  di  bawah  cahaya  panas  matahari.  Herbisida  ini  bisa  disimpan  selama  kurang-­‐lebih  6  bulan.    Penerapan:  

1. Tinggi   ideal   gulma  muda   adalah   adalah   8-­‐10cm,   tetapi   jika   gulma   Anda   telah  melebihi   tinggi  tersebut,   potonglah   gulma   dengan   sabit   sampai   ketinggiannya   tinggal   8-­‐10cm   sebelum  penyemprotan.  Pemotongan  ini  membuat  gulma  lebih  rentan  terhadap  herbisida;  

2. Aduk  herbisida  di  dalam  wadah  dengan  menggunakan  tongkat  selama  30  detik;  3. Tambahkan  3  L  air  ke  dalam  tangki  semprotan;  4. Aduk,  kemudian  pindahkan  ke  ke  dalam  tangki  semprotan;  5. Pegang   ujung   pipa   semprot   sekitar   30   cm   dari   gulma,   semprot  wilayah   yang   dipenuhi   gulma-­‐

dengan   ukuran   500ml/   m2.   Bedengan   uji   yang   kami   miliki   berukuran   2m2   dan   waktu   yang  diperlukan  untuk  menyemprotnya  sekitar  1  menit.    

Bahan   Jumlah  (kg)   Biaya  per  kg  (TB)   Biaya  per  kg  (USD)   Biaya  dalam  USD  Nanas   20   20   0,56   11,2  Pepaya   20   10   0,28   5,60  Garam   10   5   0,14   1,40  Cairan  Alkali   1   40   1,12   1,12    Tabel   1.   Biaya   bahan-­‐bahan   herbisida   per   kilogram   dalam   uang   Bath   Thailand   (TB)   dan   Dolar   Amerika   (USD).   Ini   adalah  jumlah  bahan  yang  diperlukan  untuk  membuat  20L  herbisida.    Jenis  Herbisida   Biaya  Total  (USD)   Biaya  per  L  (USD)  Nanas   8,12   0,41  Pepaya   13,72   0,69  Tabel  2.  Biaya  akhir  untuk  membuat  20L  herbisida  pepaya  atau  nanas  dengan  menggunakan  bahan-­‐bahan  dalam  Tabel  1.    

Pengujian  1. Sebuah  petak  bera  di  ECHO  Asia  Seed  Bank  dijadikan  sebagai  lokasi  uji-­‐coba.  Di  petak  ini  

terdampat  campuran  spesies  gulma  berdaun  lebar  dan  gulma  rumput  yang  sudah  lama  tumbuh.  Sebagai  perlakuan  kontrol,  digunakan  air.  Perlakuan  menggunakan  nanas  dilakukan  dengan  campuran  1  bagian  herbisida  nanas  dan  3  bagian  air,  sedangkan  perlakuan  menggunakan  

   

Page 4: EAN 26 Making and Testing Alternative Herbicide BAHASA€¦ · 2" bagi"petani.Pembersihan"total"semacam"ini"juga"dapat"menyebabkan"kerusakan"agroekosistem."Selain" itu," gulma" tertentu"

4  

pepaya  adalah  campuran  dari  1  bagian  herbisida  pepaya  dicampur  dengan  3  bagian  air.  2. Tiga  hari  sebelum  penyemprotan,  dilakukan  identifikasi  terhadap  berbagai  jenis  gulma  yang  ada  

serta  dilakukan  perkiraan  visual  atas  persentase  komposisinya.  Gulma-­‐gulma  tersebut  dikategorikan  ke  dalam  kelompok  gulma  berdaun  lebar  dan  gulma  berdaun  sempit.  

3. Unit-­‐unit  penguji  dibagi  ke  dalam  petak-­‐petak  berukuran  1x2  m.  Perlakuan  (kontrol,  herbisida  pepaya,  dan  herbisida  nanas)  diberikan  secara  acak  dengan  4  kali  ulangan,  sehingga  jumlah  total  percobaan  sebanyak  12  unit  (3  perlakuan  [kontrol,  pepaya,  atau  nanas]  X  4  ulangan).  

4. Segera  sebelum  penyemprotan,  sampel  tanah  dikumpulkan  untuk  menguji  pH  dan  kandungan  mikroba  (di  laboratorium  universitas   setempat)   dan   gulma   dipotong   menggunakan  sabit  sehingga  tingginya  tinggal  10  cm  saja.    

5. Kertas-­‐kertas   filter/penyaring   ditimbang,   diletakkan   ke  dalam  tas  jala  dari  nilon  dan  dikubur  dengan  kedalaman  8cm  untuk   mengamati   efek   dari   semprotan   herbisida   terhadap  kesehatan   mikroba.   Kertas   filter   itu   seharusnya   diurai   oleh  mikroorganisme  di  dalam  tanah,  dan  jika  herbisida  memiliki  efek  negatif  pada  mikroorganisme,  maka  pembusukan  kertas  filter  akan  berhenti  atau  diperlambat.    

6. Sampel   tanah   dianalisis   di   laboratorium   tanah   di   universitas   setempat   sebelum   dilakukan  penyemprotan  untuk  menguji  pH  dan  kandungan  mikroba  dalam  tanah.  

7. Untuk   menguji   efek   herbisida   pada   benih,   nampan-­‐nampan   pembibitan   berisi   media   tanah  dibenamkan   di   tengah   setiap   petak   berukuran   1x2m.   Sebuah   lubang   yang   ukurannya   kurang-­‐lebih   sama   dengan   ukuran   nampan   digali   dengan   kedalaman   sekitar   10m.  Nampan   kemudian  diletakkan  di  dalam  lubang  dan  tanah  galian  dipakai  untuk  menutupi   lubang  tersebut  sehingga  menutup  bagian  dalam  dan  daerah  sekitar  nampan.  Dengan  demikian  tanah  di  atas  nampan  itu  rata/sama  tingginya  dengan  tanah  di  sekitarnya.    

8. Petak-­‐petak   tersebut   kemudian   disemprot   dengan   dua   macam   herbisida,   herbisida   pepaya,  herbisida   nanas   dan   semprotan   air   sebagai   kontrol.   Setiap   petak   disemprot   selama   1   menit  dengan  ukuran  500  ml/m2  setiap  dua  hari,  selama  satu  minggu.  

9. Pagi   hari   setelah   penyemprotan,   kerusakan   pada   petak   akibat   herbisida   dinilai   secara   visual  (berdasarkan  penglihatan)  dengan  menggunakan  skala  0-­‐100,  nilai  0  menunjukkan  tidak  adanya  kerusakan   dan   nilai   100   menunjukkan   bahwa   gulma   benar-­‐benar   mati.   Setiap   jenis   gulma  (berdasarkan   morfologinya)   dan   spesies   gulma   di   tiap   petak   mendapat   nilai   tersendiri   untuk  mengukur  kerusakannya.  

10.  Tiga  hari  setelah  semprotan  terakhir,  sampel   tanah  tambahan  diambil  untuk  uji  pH  tanah  dan  mikroba   sehingga   bisa   dibandingkan   dengan   sampel   pra-­‐percobaan.   Pada   hari   yang   sama,  nampan   perkecambahan   juga   dikumpulkan   dan   biji   kacang   hitam   ditanam   1   biji   per   lubang  dengan  kedalaman  0,5  cm  kemudian  ditutup  ringan  dengan  tanah.  

11. Perkecambahan   benih   diamati   selama   10   hari.   Waktu   mean   50%   perkecambahan   dan  persentase   perkecambahan   per   perlakuan   digunakan   untuk  mengevaluasi   dampak   persistensi  herbisida  di  dalam  tanah  yang  mungkin  memengaruhi  perkecambahan  benih.    

12. Pada   hari   ke   10   setelah   semprotan   terakhir,   kertas   filter   diambil   kemudian   ditimbang   untuk  menemukan   jumlah   massa   yang   hilang   (cara   mengukur   peluruhan)   untuk   membandingkan  hasilnya  dengan  berat  kertas  di  awal  penelitian.  

   

Gambar  2.  Tanda  X  mewakili   lokasi  sampel   tanah.   Lingkaran  menandai  kertas   filter   (penyaring)   yang  dikubur.   Segitiga   menandai  nampan  bibit.  

Page 5: EAN 26 Making and Testing Alternative Herbicide BAHASA€¦ · 2" bagi"petani.Pembersihan"total"semacam"ini"juga"dapat"menyebabkan"kerusakan"agroekosistem."Selain" itu," gulma" tertentu"

5  

Hasil-­‐hasil  Kami  menemukan  bahwa  perlakuan  herbisida  ternyata  signifikan  merusak  gulma  yang  ada  di  dalam  

petak  uji-­‐coba.  Hasil  pengamatan  menunjukkan  bahwa  herbisida  pepaya  maupun   herbisida   nanas  memberikan   akibat   yang   lebih  merusak   pada  gulma  berdaun  lebar  ketimbang  gulma  berdaun  sempit  (gulma  rumput)  (Gambar   4).   Kami   tidak   melihat   ada   perbedaan   berarti   antara   nilai  kerusakan   gulma   akibat   herbisida   nanas   dan   gulma   yang   diberi  perlakuan   dengan   herbisida   pepaya;   keduanya   sama-­‐sama   efektif  melawan   gulma   (Gambar   5).   Setiap   kali   diberi   perlakuan,   kerusakan  akibat   herbisida   semakin   meningkat   dan   sesudah   4   kali   ulangan,  kerusakan  pada  gulma  berdaun   lebar  sekitar  90%  sedangkan  kerusakan  pada   gulma   berdaun   sempit   berkisar   sekitar   50%   baik   oleh   herbisida  pepaya  maupun  herbisida  nanas.  

Dalam   hal   pH   tanah,   tidak   ada   perbedaan   yang   terukur   antara  sebelum   dan   setelah   penyemprotan.   Derajat   pH   mungkin   berubah  selama  perlakuan  namun  perbedaan  pH,   jika  ada,   telah  terbasuh  keluar  dari  tanah  di  akhir  percobaan.  

Saat   mengukur   aktivitas   mikroba   tanah,   kami   memperoleh  hasil   yang   beragam.   Uji   pembusukan/dekomposisi   kertas   filter  yang   kami   lakukan   menunjukkan   bahwa   tidak   ada   perbedaan  aktivitas   mikroorganisme   antara   tanah   yang   diberi   perlakuan  dengan   herbisida   dan   tanah   yang   tidak   diberi   perlakuan.   Uji  penghitungan  di   laboratorium  menunjukkan  bahwa  di   beberapa  petak   uji-­‐coba   yang   mendapat   perlakuan   terjadi   peningkatan  populasi  mikroba  sedangkan  petak  lainnya  mengalami  penurunan  

populasi   mikroba.   Percobaan   dilakukan   dua   kali   namun  tidak   ditemukan   adanya   pola   yang   konsisten.   Tingkat  pembusukan  kertas  menunjukkan  bahwa  tanah  yang  diberi  perlakuan   dengan   herbisida   pepaya   dan   herbisida   nanas  tidak   konsisten   berbeda   dari   kontrol,   meskipun   herbisida  pepaya   menunjukkan   pembusukan   terendah.   Kami  melakukan  sederet  pengenceran  untuk  membuat  perkiraan  mengenai   kesehatan   mikroba   tanah   (lihat   Catatan  Penelitian   ECHO   Asia/   ECHO   Asia   Research   Note   yang  berjudul   Mikroorganisme   Tanah/Soil   Microorganisms)  

tetapi   hasilnya   ternyata   sangat   beragam,   baik   sebelum  maupun   sesudah  diberikannya  perlakuan.   Sampel-­‐sampel  tanah   yang   diserahkan   ke   Maejo   University   untuk   uji  populasi   mikroba   juga   melahirkan   hasil   yang   beragam.  Demikian   besarnya   perbedaan   hasil   antar   petak   uji-­‐coba  sehingga   sulit   untuk   membedakan   antara   efek   apa   saja  yang   diakibatkan   oleh   herbisida   dan   efek   apa   saja   yang  sebenarnya  hanya  merupakan  keragaman  acak  dari  tanah  di   masing-­‐masing   petak   tersebut.   Diperlukan   pengujian  lebih   lanjut   untuk   bisa   membuat   penilaian   yang   lebih  

akurat  guna  mengetahui  apakah  memang  herbisida-­‐herbisida  tersebut  yang  menurunkan  populasi  

Gambar  3.  Nampan  pembibitan  ditanam  di  dalam  tanah  sebelum  dilakukan  penyemprotan.    

Gambar  4.  Nilai  kerusakan  yang  terlihat  mata  pada  gulma  berdaun  lebar  (kiri)  dan  gulma  rumput  (kanan)  selama  satu  minggu  perlakuan  dengan  herbisida.  Warna  putih  menunjukkan  nilai  kerusakan  yang  diakibatkan  oleh  herbisida  pepaya,  warna  hitam  menunjukkan  nilai  kerusakan  akibat  herbisida  nanas  dan  abu-­‐abu  adalah  kerusakan  pada  petak  kontrol.  Huruf-­‐huruf  menunjukkan  tidak  adanya  perbedaan  kentara  di  antara  kedua  (A)  namun  ada  perbedaan  nilai  kerusakan  cukup  tinggi  akibat  herbisida  dibandingkan  dengan  kontrol  (B).    

 

Page 6: EAN 26 Making and Testing Alternative Herbicide BAHASA€¦ · 2" bagi"petani.Pembersihan"total"semacam"ini"juga"dapat"menyebabkan"kerusakan"agroekosistem."Selain" itu," gulma" tertentu"

6  

mikroba  tanah  ataukah  sebenarnya  herbisida-­‐herbisida  itu  tidak  memberikan  pengaruh  apa-­‐apa.  

Bibit   yang  ditanam  dalam  campuran   tanah  di  nampan  pembibitan,  yang  menerima  penyemprotan  herbisida  nanas  memiliki  mean  waktu  paling  lama  untuk  mencapai  50%  perkecambahan,  dan  tanah  yang  diberi   perlakuan  dengan  herbisida  pepaya   juga  membutuhkan  waktu   lebih   lama  untuk  mencapai   50%  perkecambahan  dibandingkan  yang  diberi  perlakuan   kontrol.   Meskipun   demikian,  benih  yang  di   tanam  di   tanah  yang  diberi  perlakuan   herbisida   nanas   mempunyai  tingkat   perkecambahan   tertinggi.  Percobaan   dijalankan   dua   kali   dan   lebih  banyak   benih   yang   berkecambah   dalam  percobaan  kedua  saat  hujan  turun  setelah  dilakukannya  banyak  perlakuan  herbisida.  Ini   menunjukkan   bahwa   bertambahnya  curah  hujan  mungkin  berhasil   lebih  cepat  membasuh  herbisida  dari  tanah  dan  dengan  demikian   konsekuensi   negatifnya   terhadap  tanaman   yang   nantinya   ditanam   di   situ  menjadi   lebih   sedikit.   Demikian   juga  dampaknya   terhadap   kesehatan   mikrobial  tanah.      Kesimpulan  

Baik   herbisida   pepaya   maupun   nanas   sama-­‐sama  menimbulkan   banyak   kerusakan   pada   gulma   berdaun   lebar  maupun   gulma   rumput.   Kami   mengamati   bahwa   tidak   ada  kerusakan   yang   berarti   pada   mikroorganisme   –baik   kecepatan  pembusukan  maupun  penghitungan  jumlah  koloni  serupa  antara  petak   yang   diberi   perlakuan   dengan   air,   herbisida   nanas,   dan  herbisida  pepaya.  Setelah  penyemprotan,  benih  yang  ditanam  di  dalam   tanah   membutuhkan   waktu   lebih   lama   untuk   mencapai  50%   perkecambahan,   tetapi   pada   dasarnya   herbisida   tidak  memengaruhi  tingkat  perkecambahan  secara  menyeluruh.  Curah  hujan   dapat   memengaruhi   persistensi   herbisida   karena   lebih  banyak   benih   yang   berkecambah   di   tanah   yang   menerima  pemberian  herbisida  saat  musim  hujan  dibandingkan  saat  musim  

kemarau.   Penelitian-­‐penelitian   lanjutan   perlu   dilakukan   untuk   meneliti   dampak   jangka   panjang   dari  herbisida   ini   pada   tanah   dan   pada   tanaman   yang   akan   ditanam   sesudah   penyemprotan.   Herbisida-­‐herbisida  ini  sungguh  menjanjikan  meskipun  masih  diperlukan  pengujian  lebih  lanjut  untuk  memastikan  bahwa   garam   tidak   tetap   tinggal   di   tanah   sehingga   dalam   jangka   panjang   dapat  mengubah   pH   tanah  atau  merusak  populasi  mikroba  tanah.  Kami  juga  akan  melakukan  uji  coba  menggunakan  masing-­‐masing  komponen   untuk   mengetahui   apa   yang   menjadi   bahan   aktif   dalam   setiap   komponen   itu.   Jika   cairan  alkali  ternyata  tidak  benar-­‐benar  diperlukan  maka  kami  ingin  mengurangi  jumlahnya  sehingga  herbisida-­‐herbisida   ini   akan   menjadi   lebih   aman.   Kami   juga   ingin   menanam   benih   kemudian   memberikan  perlakuan   herbisida   untuk   meneliti   apakah   herbisida   ini   bisa   mengurangi   persaingan   gulma   tanpa  merugikan  bibit.  Secara  keseluruhan,  tampak  bahwa  herbisida  dengan  resiko  yang  lebih  rendah  ini  

Gambar  5.  Kerusakan  pada  gulma  setelah  diberikan  4  ulangan  perlakuan  dengan  herbisida  alternatif  ini.  Foto  diambil  pada  17  Juli,  2015.  Barisan  depan,  dari  kiri  ke  kanan:    Petak  yang  diberi  perlakuan  herbisida  nanas,  perlakuan  kontrol  menggunakan  air,  herbisida  pepaya.  Barisan  bawah,  dari  kiri  ke  kanan:  Petak  yang  diberi  perlakuan    herbisida  pepaya,  herbisida  nanas,  dan  perlakuan  kontrol  menggunakan  air.  

Gambar  7.  Peluruhan  kertas  filter  sepuluh  hari  sesudah  penyemprotan  terakhir.  

Page 7: EAN 26 Making and Testing Alternative Herbicide BAHASA€¦ · 2" bagi"petani.Pembersihan"total"semacam"ini"juga"dapat"menyebabkan"kerusakan"agroekosistem."Selain" itu," gulma" tertentu"

7  

sungguh  menjanjikan  bagi  petani  kecil  karena  dapat  membantu  mengurangi  biaya,  mengurangi  ketergantungan  pada  pembelian  asupan,  dan  mengendalikan  tekanan  gulma  di  ladang  atau  di  kebun  mereka.    Pustaka  yang  Dikutip  Dubey,  V.  K.,  Pande,  M.,  Singh,  B.  K.,  &Jagannadham,  M.  V.  (2007).  Papain-­‐like  proteases:  Applications  of  

their  inhibitors.  African  Journal  of  Biotechnology,  6(9).  [FAO]   Food   and   Agriculture   Organization.   (2015).   Integrated   Weed   Management.  

Available:http://www.fao.org/agriculture/crops/thematic-­‐sitemap/theme/spi/scpi-­‐home/managing-­‐ecosystems/integrated-­‐weed-­‐management/en/  

Itoh,   S.,   Aoki,   K.,   Nakazato,  M.,   Iwamoto,   K.,   Shiraiwa,   Y.,  Miyashita,   H,   Okuda,  M.,   &   Kobayashi,  M.  (2013).  Novel  Conversion  of  Chla   intoChl  d  Catalyzed  by  Grated  Vegetables.   In  Photosynthesis  Research  for  Food,  Fuel  and  the  Future  (pp.  804-­‐807).  Springer  Berlin  Heidelberg.  

O'Donovan,  J.  T.,  Harker,  K.  N.,  Clayton,  G.  W.,  Newman,  J.  C.,  Robinson,  D.,  &  Hall,  L.  M.  (2009).  Barley  seeding  rate  influences  the  effects  of  variable  herbicide  rates  on  wild  oat.  

Romero-­‐Aranda,   R.,  &   Syvertsen,   J.   P.   (1996).   The   influence   of   foliar-­‐applied   urea   nitrogen   and   saline  solutions  on  net  gas  exchange  of  Citrus  leaves.Journal  of  the  American  Society  for  Horticultural  Science,  121(3),  501-­‐506.  

Swanton,  C.  J.,  Shrestha,  A.,  Clements,  D.  R.,  Booth,  B.  D.,  &  Chandler,  K.  (2009).  Evaluation  of  alternative  weed  management  systems  in  a  modified  no-­‐tillage  corn–soybean–winter  wheat  rotation:  weed  densities,  crop  yield,  and  economics.