yogyakartarepo.apmd.ac.id/589/1/bestari dwi putra 14520121 2.pdf · 2019. 2. 1. · sekolah tinggi...
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DESA
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang "BUMDES Hanyukllpi" di Desa Ponjong
Kecamatan Ponjong Kabupaten GllnllngKidll1)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mempe.-oleh
Gelar Sarjana Jenjang Pendidikan Strata Satu (Sl)
Program Studi IImu Pemerintahan
-....-
~""("\t\." "~, -'I\,.' Iv· ~
.;:- \ "j... , .,, ~ ,, ~..---;t:.../.
YOGYAKARTA
disusun oleh :
BESTARI DWl PUTRA LAHAGU
14520121
PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DESA
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang "BUMDES Hanyukupi" Di Desa
Ponjong Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Jenjang Pendidikan Strata Satu (SI)
Program Studi IImu Pemerintahan
Disusun oleh:
BESTARI DWI PUTRA LAHAGU14520121
HALAMANPENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji untuk memenuhi
persyaratan memeperoleh gelar Sarjana (S I) Program Studi Hmu Pemerintahan,
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" Yogyakarta pada:
Hari : Rabu
Tanggal
Pukul
Tempat
Nama
10 Oktober 2018
11.30 WIB dan 13.30WIB
: Ruang Ujian Skripsi STPMD "APMD" Yogyakarta
TIMPENGUJITanda Tangan
,/
1. Dra. Sri Utami, M.SiKetua Penguji / Pembimbing
2. Drs. Sumarjono, M.SiPenguji Samping I
3. Dra. Tri Daya Rini, M.SiPenguji Samping II
MengetahuiProdi Hmu Pemerintahan
IIndan, S.IP.. M.A.
~-Jtymf-
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA "APMD"
YOGYAKARTA
2018
ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawab ini :
Nama
NIM
Program Studi
: Bestari Dwi Putra Labagu
: 14520121
: Iimu Pemerintahan
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDES) DaJam Meningkatkan Perekonomian Desa" adaiah benar
benar merupakan hasil karya sendiri, dan seluruh sumber yang di kutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Yogyakarta, 18 Oktober 2018
Bestari Dwi Putra Lahagu
14520121
iii
iv
MOTTO
“Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak”
“dan bergembiralah karena TUHAN maka ia akan memberikan kepadamu apa
yang diinginkan hatimu Mazmur 37:4”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan segala berkat dan
karuniaNya yang dilimpahkan bagi saya sehingga peneliti bisa menyelesaikan
Studi di Program Strata 1 (S1) Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa Yogyakarta.
Peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini, skripsi ini peneliti
persembahkan kepada :
1. Bagi kedua orang tua saya Bapak Atofona dan Mama Adila. Mereka adalah
orang tua yang selalu mendukung dan mensupport saya dalam segala bidang
terutama dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Saudara-saudara saya abang Salman Darlin, kak Elpiani Marlie, kak Sefniat
Nirmala, kak Yumeinirdasari, kak I.Melza, abang A.Melza, adik saya Darwin
johan dan keponakan saya lucu dan imut Demelza Khanaya yang selalu
mendukung dan memberikan motivasi serta semangatnya untuk penyusunan
skripsi ini.
3. Teman-teman saya seperjuangan angkatan 2014 Singgih Pambudi, Ikbal
hidayat, Arnoldus Yansen Bili, Dian Wahyu, Rayan Suryadeni, Mardi Dwi
Wijaya, David Darmanto, Raden Gilang CN, Gabriel Bato, Ujo, Fitrah Alam,
Lintang Noorca, Yonas, Handra Juli, Riska, Nurmala Sari, Melly ika, Vio,
Amina, dan lain-lain.
4. Untuk keluarga “ORTEK FC”, Hengki Jauwu, Tomas Sangu, Dance
Ekayame, Cobas Plaikol, Sastra Fadilman Lahagu, Irfan Alil, Beni Eka, Frid
Doru, Nelson, Edo, Dan Doni trimakasih telah menjadi tempat berbagi cerita.
vi
Semoga canda dan tawa kita akan tetap sama walau berbeda tempat dan
waktu, trimakasih telah menjadi saudara walau tampa hubungan darah.
5. Dan informan yang telah memberikan keterangan pada saat penelitian,
Khususnya Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunugkidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
vii
KATA PENGANTAR
Pujih dan syukur kehadirat Tuhan Yesus yang maha Esa karena atas
berkat Rahmat dan peyertaan serta anugrahnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, saya sadari kemurahan Tuhan Yesus yang begitu luar biasa melalui
keluarga sahabat orang tersayang yang selalu dengan iklas menemani selama
proses Peyusunan skripsi ini sampai selesai.
Setulus hati yang besar penulis menyadari bahwa skripsi ini masi sangat
jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam mengkaji masalah ini,
Namun demikian, skipsi ini hasil kerja upaya yang maksimal, tidak sedikit
hambatan, rintagan, cobaan,kesulitan yang di temui penulis. Penulis sangat
mengaharpkan dan berterimaksih dengan masukan dan saran yang bersifat
membangun, sehingga dapat memperbaiki tulisan ini menjadi lebih baik lagi.
Namun patut di syukuri karena banyak pengalaman yang dapat di ambil dalam
penulisan skripsi ini.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa
terimaksih tak terhinga kepada :
1. Bapak Habib Muhsin, S.sos,M.Si selaku Rektor Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP, M.A selakau ketau prodi Ilmu
Pemerintahan.
3. Ibu Sri Utami Dra., M.si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan
tulus membantu membimbing dan megarahkan dalam penulisan
skripsi ini sehingga dapat melaksanakan ujian sebagai ahir dari massa
kuliah untuk mendekati kesempurnaan Penulisan Skripsi.
viii
4. Dosen Penguji Skripsi.
5. Kepada Pemerintah Desa Ponjong dan masyarakat yang telah dengan
tulus menerima peneliti dalam membantu dalam proses penelitian
selama tiga hari.
6. Kepada Almamater tercinta Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa. Yogyakarat, Terimakasi buat ilmu dan Pengetahuan-
Pengetahuan yang diberikan atau di dapatkan selama proses
perkuliahan.
Semoga kebaikan yang telah dalam rangka penyusunan Skripsi ini
senantiasa mendapat karunia dan balasan dari Tuhan Yesus yang
Maha Kuasa.
.
Yogyakarta. 18 Oktober 2018
Penyusun
BESTARI DWI PUTRA LAHAGU
14520121
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER .........................................................................................I
HALAMAN PENGESAHA................................................................................II
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................III
MOTO .................................................................................................................IV
PERSEMBAHAN ...............................................................................................V
KATA PENGANTAR ........................................................................................VII
DAFTAR ISI .......................................................................................................IX
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ...................................................................XI
SINOPSIS ...........................................................................................................XII
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ..........................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................7
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .............................................7
D. KERANGKA TEORI ................................................................................8
1. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) ..10
2. Dalam Meningkatkan Perekonomian Desa .........................................12
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN ..........................................................12
F. METODE PENELITIAN ..........................................................................14
1. Jenis Penelitian ....................................................................................14
2. Unit Analisis ........................................................................................14
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................15
4. Teknik Analisis Data ...........................................................................17
BAB II. PROFIL DESA PONJONG ...............................................................19
A. SEJARAH DESA ......................................................................................19
B. KONDISI DESA .......................................................................................22
C. KEADAAN DEMOGRAFI .......................................................................25
D. KEADAAN EKONOMI ............................................................................29
E. KONDISI SARANA DAN PRASARANA ..............................................34
x
F. KONDISI PEMERINTAHAN DESA .......................................................38
BAB III. ANALISIS DATA ..............................................................................54
A.DESKRIPSI INFORMAN ..............................................................................55
1. Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................56
2. Deskripsi Informan Berdasarkan Usia .......................................................56
3. Deskripsi Informan Berdasarkan Pekerjaan ..............................................57
4. Deskripsi Informan Berdasarkan Pendidikan ............................................58
B. PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT .........................58
a. Prinsip-prinsip Pengelolaan BUM Desa ....................................................58
b. Pendapatan Perekonomian Desa ................................................................75
BAB IV. PENUTUP ..........................................................................................88
A. KESIMPULAN .........................................................................................88
B. SARAN ......................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1 luas wilayah masing-masing pedukuhan ..........................................23
Tabel. 2.2 jumlah penduduk masing-masing pedukuhan ..................................25
Tabel. 2.3 kepadatan penduduk masing-masing pedukuhan .............................26
Tabel. 2.4 jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan...........................27
Tabel. 2.5 jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian ............................28
Tabel. 2.6 komoditas peternakan tiap pedukuhan .............................................31
Tabel. 2.7 komoditas budidaya ikan air tawar tiap pedukuhan .........................32
Tabel. 2.8 industri rumah tangga ......................................................................33
Tabel. 2.9 sarana dan prasarana pendidikan......................................................35
Tabel. 2.10 sarana dan prasarana kesehatan........................................................35
Tabel. 2.11 sarana dan prasarana olaraga............................................................36
Tabel. 2.12 sarana dan prasarana peribadatan .....................................................36
Tabel. 2.13 sarana dan prasarana transportasi .....................................................37
Tabel. 2.14 sarana dan prasarana lembaga perekonomian/usaha desa................38
Tabel. 2.15 sarana dan prasarana perdagangan ...................................................38
Tabel. 2.16 pembagian wilayah desa ..................................................................41
Tabel. 2.17 data aparat pemerintah desa .............................................................43
Tabel. 2.18 Perkembangan Keuntungan Water Byur..........................................49
Tabel. 2.19 Rencana Kerja BUMDesa “Hanyukupi”..........................................53
Tabel. 3.1 data informan ...................................................................................55
Tabel. 3.2 deskripsi informan berdasarkan jenis kelamin .................................56
Tabel. 3.3 deskripsi informan berdasarkan usia ................................................57
Tabel. 3.4 deskripsi informan berdasarkan pekerjaan .......................................57
Tabel. 3.5 deskripsi informan berdasarkan pendidikan ....................................58
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 2.1 jumlah penduduk berdasarkan agama dan kepercayaan ................28
Gambar. 2.2 pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering ..........................30
Gambar. 2.2 struktur pemerintah desa ponjong, kecamatan ponjong, kabupaten
gunungkidul, provinsi daerah istimewa yogyakarta............................................42
xii
SINOPSIS
BUM Desa Ponjong, yang berada di Desa ponjong dan termasuk sebagai
salah satu Desa di Kabupaten Gunungkidul yang terletak di ujung timur Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dengan memiliki berbagai potensi desa namun dalam
pengelolaannya belum dapat di kelola secara optimal untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Desa, sementara itu keberadaan BUM Desa dalam mengelola
unit usaha yang ada seperti unit usaha foto kopy yang dikelola dari bantuan
pemerintah desa. Unit usaha tersebut yang diharapkan nantinya dapat
meningkatkan pendapatan asli desa akan tetapi dalam pengelolaannya akibat
kurang professional dalam pengelolaan sehingga usaha foto kopy tersebut tidak
berkembang atau mati suri, dan juga kios di lokasi Water Byur tersebut disewakan
kepada masyarakat, namun penyewa kios tersebut kebanyakan warga dari luar
Desa Ponjong hal tersebut juga terjadi pada unit usaha simpan pinjam yang dalam
pengelolaannya kurang mengembirakan sehingga harus guling tikar atau mati suri.
Dengan alasan dalam meningkatkan perekonomian desa penyusun merumuskan
masalah “Prinsip-Prinsip Badan Usaha Milik Desa Dalam Meningkatkan
Perekonomian Desa”. Di Desa Ponjong Kecamatan Ponjong Kabupaten
Gunungkidul.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana peneliti
menggambarkan Prinsip-Prinsip Badan Usaha Milik Desa Dalam Meningkatkan
Perekonomian Desa. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Unit
analisisnya adalah Kepala Desa, BPD, Pengurus BUM Desa, Masyarakat
(Penerima Manfaat BUM Desa). Ada tiga teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti yaitu Observasi, wawancara dan Dokumentasi, serta
menganalisis data dengan langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data, dan
penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dari “Prinsip-Prinsip Badan Usaha Milik Desa
Dalam Meningkatkan Perekonomian desa”. Keberadaan BUM Desa Hanyukupi
dengan unit usaha yang dimiliki saat ini telah menjadi sebuah daya tarik tersendiri
bagi masyarakat laur untuk berkunjung, oleh sebab itu dalam hal pengelolaan
perlu adanya perbaikan dan perhatian terhadap penataan ataupun pengaturan yang
berkaitan dengan manajemen adminstarsi dalam hal ini pengarsipan terhadap
setiap kegiatan unit usaha yang berlangsung agar memudahkan pengelola
terhadap setiap kegiatan unit usaha yang berlangsung agar memudahkan
pengelola dalam mempertangungjawabkannya. Dalam upaya pemerintah desa
untuk pengelolaan BUM Des tidak berjalan mulus begitu saja adapun kendala-
kendala yang di hadapi meliputi; manajemen yang kurang baik dalam pengelolaan
BUM Desa yang secara Khusus berkaitan dengan kesekertariatan (Administrasi).
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan unit usaha dalam hal terlibat langsung
untuk ikut menanamkan modal usaha yang ada masih kurang, dan dana dalam
pengelolaan sarana dan prsasarana penunjang unit usaha BUM Desa yang belum
cukup serta penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang belum optimal
Kata Kunci: “Prinsip-Prinsip, BUM Desa, Dalam Meningkatkan, Perekonomian,
Desa” .
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Badan Usaha Milik Desa,
yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 87,
mengamanatkan bahwa desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang
disebut BUM Desa. BUM Desa dapat menjalankan usaha dibidang ekonomi dan
pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BUM
Desa dengan demikian merupakan wadah bagi semua aktivitas ekonomi Desa.
Pendirian BUM Desa telah diatur dengan peraturan perundangan, yaitu
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pasal 87, 88, 89 dan 90.
Pasal ayat (1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM
Desa, BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan,
(3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang.
Pasal 88 ayat (1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah
Desa, (2) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
2
dengan Peraturan Desa. Pasal 89 mengatur hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan
untuk (a) pengembangan usaha; (b) Pembangunan Desa, pemberdayaan
masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah,
bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Desa. Pasal 90 menyebutkan bahwa Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah
Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan a. memberikan hibah
dan/atau akses permodalan; b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke
pasar; dan c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam
di Desa.
Sementara itu penjelasan pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah
Desa untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan
perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam
rangaka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.
BUM Desa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum
seperti perseroan terbatas, CV, atau koperasi. BUM Desa merupakan suatu badan
usaha bercirikan Desa yang dalam pelaksanaannya berfungsi membantu
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dan memenuhi kebutuhan masyarakat Desa.
BUM Desa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan
pemgembangan ekonomi lainnya.
Dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, menggerakan roda
perekonomian di pedesaan. melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang
3
dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa. Lembaga ekonomi ini tidak lagi
didirikan atas dasar instruksi pemerintah. Tetapi harus didasarkan pada keinginan
masyarakat desa yang berangkat dari adanya potensi yang jika dikelola dengan
tepat akan menimbulkan permintaan di pasar. Agar keberadaan lembaga ekonomi
ini tidak dikuasai oleh kelompok tertentu yang memiliki modal besar di pedesaan.
Maka kepemilikan lembaga itu oleh desa dan dikontrol bersama di mana tujuan
utamanya untuk meningkatkan standar hidup ekonomi masyarakat.
Dalam berbagai kajian perekonomian desa, yang tidak boleh dilupakan
adalah kondisi modal sosial (social capital) masyarakat desa yang sudah sangat
kuat. Masyarakat desa mempunyai beragam ikatan sosial dan solidaritas sosial
yang kuat, sebagai penyangga penting kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan. Swadaya dan gotong royong telah terbukti sebagai penyangga
utama “otonomi asli” desa. Walau di satu sisi, kekayaan modal sosial berbanding
terbalik dengan modal ekonomi. Modal sosial masyarakat desa terdiri atas ikatan
sosial (social bonding), jembatan sosial (social bridging), dan jaringan sosial
(social linking). Dari ketiga aspek tersebut, ikatan sosial masyarakat desa yang
bersifat parokial (terbatas) menjadi modal sosial yang paling dangkal yang tidak
mampu memfasilitasi pembangunan ekonomi, mewujudkan desa yang bertenaga
sosial, dan berdemokrasi lokal (Eko et al., 2014). Untuk membebaskan ikatan
sosial (social bonding) yang terbatas tersebut perlu ada gerakan kemandirian
masyarakat desa. Selain memperkuat modal sosial, desa juga harus memperkuat
modal ekonomi (financial capital), modal pengetahuan (knowledge capital), dan
modal kemanusiaan (human capital) (De Massis et al., 2015).
4
Pengembangan BUM Desa sebagai basis ekonomi warga Desa sampai saat
ini masih menghadapi banyak kendala antara lain ketidak pahaman warga akan
BUM Desa, Pemilihan unit usaha yang tidak tepat, pembentukan kepengurusan,
kelembagaan, pengelolaan, keterlibatan para pemangku kepentingan
(stakeholders), regulasi, dukungan Desa dan supra Desa.
Kendala tersebut menghambat cita-cita menjadikan BUM Desa sebagai
roda sebagai roda perekonomian ditingkat desa yang diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan desa, memenuhi kebutuhan warga desa dengan harga
murah, mendukung pengembangan usaha warga dengan bantuan permodalan,
pengadaan bahan baku, perbaikan proses produksi dan pemasaran, mengurangi
peran tengkulak dan renternir, serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Cita-cita besar ini dapat diwujudkan dengan kerja keras berbagai pihak secara
bersama-sama. (Suharyanto & Hastowiyono, 2014:3-5).
Keuninkan BUM Desa memiliki beberapa ciri Khas. Pertama yang BUM
Desa merupakan sebuah usaha desa milik kolektif yang digerakkan oleh aksi
kolektif antara pemerintah desa dan masyarakat, jika dalam teori ekonomi
maupun administrasi public and private partnership (kemitraan antara sektor
publik dengan sektor swasta), maka BUM Desa merupakan bentuk public and
community partnership, yakni kemitraan antara pemerintah desa sebagai sektor
publik dengan masyarakat setempat. Kedua, BUM Desa lebih inklusif
dibandingkan dengan koperasi, usaha pribadi maupun usaha kelompok
masyarakat yang bekerja diranah desa. Koperasi memang inklusif baik
anggotanya baik di level desa maupun pada skala yang lebih luas, namun koperasi
5
tetap inklusif karena hanya untuk anggotanya. (Sutoro Eko & kawan-kawan
2014:7).
BUM Desa merupakan pilar kegiatan ekonomi di Desa yang berfungsi
sebagai lembaga sosial dan komersial. BUM Desa sebagai lembaga sosial
berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui pengelolaannya dalam
penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan
mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke
pasar. Melalui cara demikian diharapkan keberadaan BUM Desa mampu
mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi di pedesaan. Peran pemerintah desa
adalah membangun relasi dengan masyarakat untuk mewujudkan pemenuhan
standar pelayanan minimal, sebagai-bagian dari upaya pengembangan komunitas
desa yang lebih berdaya.
Akan tetapi berbeda dengan BUM Desa Ponjong, yang berada di Desa
ponjong dan termasuk sebagai salah satu Desa di Kabupaten Gunungkidul yang
terletak di ujung timur Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan memiliki berbagai
potensi desa namun dalam pengelolaannya belum dapat di kelola secara optimal
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa, sementara itu keberadaan BUM Desa
dalam mengelola unit usaha yang ada seperti unit usaha foto kopy yang dikelola
dari bantuan pemerintah desa. Unit usaha tersebut yang diharapkan nantinya dapat
meningkatkan pendapatan asli desa akan tetapi dalam pengelolaannya akibat
kurang professional dalam pengelolaan sehingga usaha foto kopy tersebut tidak
berkembang atau mati suri, dan juga kios di lokasi Water Byur tersebut disewakan
kepada masyarakat, namun penyewa kios tersebut kebanyakan warga dari luar
6
Desa Ponjong hal tersebut juga terjadi pada unit usaha simpan pinjam yang dalam
pengelolaannya kurang mengembirakan sehingga harus guling tikar atau mati suri.
Fakta tersebut menunjukan bahwa kemampuan pengelolaan BUM Desa
sangat mempengaruhi keberhasilan BUM Desa. Adapun tujuan dari keberadaan
BUM Desa “Hanyukupi” adalah untuk mendorong perkembangan perekonomian
masyarakat desa sehingga dalam pengelolaannya diperlukan kerjasama dan juga
sejumlah usaha ataupun upaya-upaya dari Pemerintah desa yang berperan sebagai
Komisaris dalam kepengurusan BUM Desa sebagaimana tertuang di dalam
AD/ART BUM Desa, Desa Ponjong yang diharapkan untuk bisa berkontribusi.
Sehingga upaya Pemerintahan Desa dan masyarakat sangat diperlukan
untuk menunjang BUM Desa mencapai tujuannya yaitu meningkatkan
Perekonomian Desa. Unit usaha yang belum dapat berkembang seperti halnya
yang terjadi pada BUM Desa Ponjong menunjukan bahwa upaya atau usaha
pemerintahan Desa masih terbatas dalam menunjang dan juga belum maksimal.
Badan Usaha Milik Desa yang diharapkan bisa meningkatkan pendapatan asli
desa cenderung belum terkelola dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas menunjukan bahwa upaya Pemerintahan Desa
dalam pengelolaan BUM Desa sangat diperlukan untuk dapat mencapai tujuan
utama dari BUM Desa, yaitu untuk memperkuat ekonomi Desa dan meningkatkan
Pendapatan Asli Desa (PA Desa). Melihat fenomena tersebut, peneliti tertarik
meneliti tentang “ Prinsip-Prinsip Badan Usaha Milik Desa dalam Meningkatkan
Perekonomian Masyarakat”, mengingat kontribusi Pemerintah Desa sangat
diperlukan dalam pencapaian tujuan BUM Desa yaitu memperkuat ekonomi Desa
7
dan meningkatkan Pendapatan Asli Desa yang berimbas pada terwujudnya
masyarakat yang sejahtera.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat
di rumuskan sebagai berikut “Bagaimana Prinsip-Prinsip Badan Usaha Milik
Desa Dalam Meningkatkan Perekonomian Desa?”
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengelolaan BUM Desa dalam meningkatkan
perekonomian Desa.
b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan
BUM Desa di desa ponjong.
2. Manfaat
a. Bagi sekolah tinggi pembangunan masyarakat Desa “APMD” yogyakarta
untuk menambah bacaan dan informasi agar dapat menambah wawasan
bagi pembaca serta sebagai refrensi yang sejenis agar lebih baik.
b. Bagi mahasiswa atau penulis mengukur kemampuan dalam
pengaplikasikan teori yang di dapatkan selama perkuliahan dan
mengembangkan kemampuan berfikir secara ilmiah serta menambah
wawasan.
8
D. KERANGKA TEORI
1. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
Menurut Pusat kajian Dinamika sistem Pembangunan (2007), pengelolaan
BUM Desa harus dijalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif,
transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan mekanisme member-base dan
self help yang dijalankan secara profesional, dan mandiri. Berkenaan dengan hal
itu, untuk membangun BUM Desa diperlukan informasi yang akurat dan tepat
tentang karakteristik kelokalan, termasuk ciri sosial-budaya masyarakatnya dan
peluang pasar dari produk (barang dan jasa) yang dihasilkan.
BUM Desa sebagai badan usaha yang dibangun atas inisiatif masyarakat
dan menganut asas mandiri, harus mengutamakan perolehan modalnya berasal
dari masyarakat dan Pemdes. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan
BUM Desa dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari Pemerintah
Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat pula melakukan pinjaman kepada pihak
ke tiga, sesuai peraturan perundang-undangan. Pengaturan lebih lanjut mengenai
BUM Desa tentunya akan diatur melalui Peraturan Daerah (Perda).
BUM Desa didirikan dengan Tujuan tersebut, akan direalisir diantaranya
dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama
bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon (rente) dan pelepasan
uang, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha, dan meningkatkan
pendapatan masyarakat desa. Hal penting lainnya adalah BUM Desa harus
mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian
akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa secara mandiri.
Pengelolaan BUM Desa, diprediksi akan tetap melibatkan pihak ketiga yang tidak
9
saja berdampak pada masyarakat desa itu sendiri, tetapi juga masyarakat dalam
cakupan yang lebih luas (kabupaten). Oleh sebab itu, pendirian BUM Desa yang
diinisiasi oleh masyarakat harus tetap mempertimbangkan keberadaan potensi
ekonomi desa yang mendukung, dan kepatuhan masyarakat desa terhadap
kewajibannya. Kesemua ini menuntut keterlibatan pemerintah kabupaten.
Karakteristik masyarakat desa yang perlu mendapat pelayanan utama
BUM Desa adalah :
1. Masyarakat desa yang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya berupa
pangan, sandang dan papan, sebagian besar memiliki mata pencaharian di
sektor pertanian dan melakukan kegiatan usaha ekonomi yang bersifat
usaha informal.
2. Masyarakat desa yang penghasilannya tergolong sangat rendah, dan sulit
menyisihkan sebagaian penghasilannya untuk modal pengembangan usaha
selanjutnya.
3. Masyarakat desa yang dalam hal tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya sendiri, sehingga banyak jatuh ke tangan pengusaha yang
memiliki modal lebih kuat.
4. Masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya cenderung diperburuk
oleh sistem pemasaran yang memberikan kesempatan kepada pemilik
modal untuk dapat menekan harga, sehingga mereka cenderung memeras
dan menikmati sebagian besar dari hasil kerja masyarakat desa.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDesa
sangat bermanfaat bagi masyarakat bagi masyarakat desa, baik yang memiliki
10
usaha produktif maupun yang belum memiliki untuk sama-sama mengembangkan
ekonomi masyarakat desa secara bersama-sama. Karakter BUMDesa sesuai
dengan ciri-ciri utamanya, prinsip yang mendasari, mekanisme dan sistem
pengelolaanya. Secara umum pendirian BUMDesa dimaksudkan untuk :
a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (standar pelayanan minimal),
agar berkembang usaha masyarakat di desa.
b. Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan dengan
usaha-usaha produktif bagi upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran
dan peningkatan PADesa.
c. Meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa serta masyarakat dalam
melakukan penguatan ekonomi di desa.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDesa
memiliki peran yang penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
desa dan sebagai pengelolaan untuk meningkatkan pendapatan Asli Desa sehingga
menunjang program pembangunan di desa.
Pengelolaan BUMDesa penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar
difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh Pemerintah Desa,
anggota (penyerta modal), BPD, Pemerintah Kabupaten, dan masyarakat.
Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDesa yaitu:
1. Kooperatif
Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDesa harus mampu
melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan
hidup usahanya.
11
2. Partisipatif
Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDesa harus bersedia secara
sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat
mendorong kemajuan usaha BUM Desa.
3. Emansipatif
Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDesa harus diperlakukan
sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.
4. Transparansi
Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus
dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan
terbuka.
5. Akuntabel
Seluruh kegiatan usaha harus dapat ditanggung jawabkan secara teknis
maupun administratif.
6. Sustainabel
Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh
masyarakat dalam wadah BUM Desa.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat disimpulkan bahwa hal yang
penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat kerjasama,
membangun kebersamaan atau menjalin kerekatan disemua lapisan masyarakat
desa, sehingga itu menjadi daya dorong (steam engine) dalam upaya pengentasan
kemiskinan, pengangguran dan membuka akses pasar.
12
2. Dalam Meningkatkan Perekonomian Desa
Meningkatkan ekonomi Masyarakat bisa diartikan sebagai peningkatan
daya beli Masyarakat dan itu berarti juga peningkatan pendapatan Masyarakat.
Untuk bisa meningkatkan ekonomi masyarakat, perlu kita tahu terlebih dahulu
kondisi perekonomian riil di masyarakat dengan segala aspeknya. Artinya harus
kita tahu pendapatan perkapita masyarakat, sumber pendapatan, perilaku budaya,
kemampuan usaha, tingkat dan jenis ketrampilan yang dikuasai, jenis usaha sudah
ada dan keinginan masyarakat. Dengan demikian bisa di perkirakan jenis-jenis
usaha dan bentuk usaha yang sesuai untuk diterapkan guna peningkatan ekonomi
masyarakat. Pemetaan kondisi dan potensi ini harus dilakukan dengan jujur dan
obyektif. Sikap suka dan tidak suka harus benar-benar ditinggalkan. Tetapi
sebaliknya juga tidak semua keinginan masyarakat harus dituruti. Oleh karena itu
yang sudah lebih dulu menguasai pasar (punya data kebutuhan dan daya serap
pasar) dan proses produksi (punya data jumlah produsen, kemampuan pasokan ke
pasar dan bahan baku) sebaiknya menyarankan dengan pemahaman yang benar
kepada masyarakat mengenai apa yang sebaiknya di produksi. Dengan demikian
apapun yang nantinya diusahakan oleh masyarakat akan benar-benar bisa
terpasarkan dengan baik. (http://suarakotaprobolinggo.com)
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Prinsip-Prinsip Pengelolaan BUM Des;
1) Kooperatif
2) Partisipasi
13
3) Emansipatif
4) Transparan
5) Akuntabel
6) Sustainabel
b. Meningkatkan Perekonomian Desa;
1) Usaha Foto kopy
2) Warung makan
3) Simpan pinjam
4) Water byur
5) Kuliner Makanan
6) Kebun Buah
7) Lahan Parkir
8) Usaha Gazebo
Dengan mencapai pendapatan perekonomian Desa BUM Desa Hanyukupi
mengedepankan efisiensi baik itu secara waktu, biaya dan tenaga. Sehingga BUM
Desa Hanyukupi mampu dikelola dengan tepat, cermat, berdaya guna. Hal ini
pengelola BUM Desa dengan memanfaatkan potensi desa untuk meningkatkan
pendapatan Asil desa.
14
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Penelitian deskriptif cenderung merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung,
akibat atau yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.
Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa;
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut
dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau
dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada
penelitian eksperiman.
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang
dikemukakan Furchan (2004) bahwa;
a. Penelitian deskriptif menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan
cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan
dilakukan secara cermat.
b. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan,
c. Tidak adanya uji hipotesis.
2. Unit Analisis
Menurut (Lexy. J. Moleong, 2000: 112) mengatakan bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu
15
pada bagian ini jelas datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto dan statistik. Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan
wawancara dalam mengumpulkan datanya maka sumber datanya disebut
informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baik
secara tertulis maupun lisan. Apabila menggunakan observasi maka sumber
datanya adalah berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan
dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya.
Dalam penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata diperoleh dari
wawancara dengan para informan yang telah ditentukan yang meliputi berbagai
hal yang berkaitan dengan proses Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDES) Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Desa Ponjong
Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul
Oleh karena itu agar peneliti mendapatkan data-data yang sesuai dengan
tujuan penelitian ini, maka peneliti mengumpulkan data dan informasi dari
informan yaitu : Kepala Desa: 1, BPD: 1, Pengurus BUM Desa: 2, Masyarakat
(Penerima Manfaat BUM Desa): 8.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, baik data primer maupun
data sekunder, dipergunakan beberapa teknik:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan
pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
16
diteliti. Dalam menggunakan tehnik observasi yang terpenting adalah
mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti, (Husaini Usman dan
Purnomo S.A, 2006:54). Dalam observasi penelitian akan mengamati secara
langsung bagaimana Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.
b. Wawancara
Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data dengan
tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara
disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut informan.
Wawancara yang dimaksudkan untuk mendapatkan data ditangan pertama
(data primer) dan merupakan pelengkapan pengumpulan data lainnya,
(Husaini Usman dan Purnomo S.A, 2006:57-58). Wawancara ini dilakukan
karena peneliti ingin mendapatkan informasi yang jelas dan mendalami
mengenai Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data didasarkan pada
dokumen-dokumen atau catatan-catatan terakhir yang ada pada daerah
penelitian. Data-data yang dikumpulkan dengan tehnik dokumentasi
cenderung menggunakan data sekunder, (Husaini Usman dan Purnomo S.A,
2006: 7
17
4. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat kritis dalam
melakukan penelitian yang bersifat ilmiah, karena dari analisis data itulah akan
didapatkan arti dan makna dalam memecahkan masalah-masalah yang akan
diteliti. Data yang terkumpul selama penelitian melakukan penelitian, akan di
klafisikasi, di analisis dan diinterprestasikan secara mendetail, teliti dan cermat
untuk memperoleh kesimpulan yang lebih obyektif dari suatu penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara mendalam
sebagai upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara dan informasi lainnaya untuk meningkatkan pemahaman peneliti
tentang kasus yang diteliti.
Menurut Paton analis data merupakan proses mengatur urutan data
mengorganisir keadaan suatu pola, kategori dan uraian dasar yang membedakan
dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifian terhadap analisis,
menjelaskan uraian-uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian
(Moleong, 2001:103). Untuk menganalisa data maka penulis mengutamakan
analisis data secara kualitatif, artinya suatu data yang dianalisa dengan tidak
menggunakan data statistik, namun menggunakan pengukuran yang benar
sehingga dapat di percaya dan valid hasilnya.
Dalam menganalisis data, penyusunan akan berpedoman pada langkah-
langkah berikut ini:
a. Pengumpulan data
Disini penulis akan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari
penelitian yang dilakukan.
18
b. Penilaian data
Dalam tahapan ini data yang diperoleh dari berbagai sumber akan diteliti
dengan memperhatikan prinsif validitas, sehingga data yang relevan yang
akan digunakan.
c. Penafsiran data
Selanjutnya, akan dilakukan analisa data dan interpretasi terhadap berbagai
pedoman, gambaran hubungan sebab akibat dari faktor-faktor yang akan
diteliti. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan pendekatan
interpretatif.
19
BAB II
PROFIL DESA PONJONG
A. SEJARAH DESA
Sekilas sejarah Desa Ponjong yang dimulai pada tahun 1912 bernama
Kademangan dan pada tahun itu juga terjadi peralihan dari Kademangan berubah
nama menjadi Kalurahan Ponjong Kapenewon/Asisten Ponjong. Adapun
pimpinan pada saat itu disebut dengan sebut Lurah yang dijabat oleh beliau
bapak Iro Taruno sampai pada tahun 1925. Sebagai gantinya pada tahun 1925
sampai tahun 1935 Lurah Desa Ponjong dijabat oleh bapak Projo Atmojo yang
kemudian oleh masyarakat sekitar disebut dengan Bendoro Lurah atau Ndoro
Lurah. Pada tahun 1935 bapak Harjo Atmojo menjadi Lurah Desa Ponjong
menggantikan bapak Projo Atmojo sampai dengan tahun 1946 dan mendapat
gelar Ndoro dongkol.
Setelah bapak Harjo Atmojo pada tahun 1946 Lurah Desa Ponjong dijabat
oleh bapak Pawiro Yahyo sampai pada tahun 1948 yang kemudian pada tahun
1949 Lurah Desa Ponjong dijabat oleh bapak Pawiro Suwito yang dibantu oleh
pamong lainnya.Adapun susunan Pomomg Desa Ponjong waktu itu yaitu :
Lurah : Pawio Suwito
Carik : Noto Disastro
Sosial : Muh Syahidi
Kemakmuran : Suro Atmojo
Keamanan : Muh Dasuki
20
Kaum : Muh. Kholil
Masing-masing pamong tersebut diatas pada waktu itu mempunyai 1
orang pembantu dalam melaksanakan tugasnya. Pembantu Carik pada waktu itu
dijabat oleh bapak Siswo Taruno, pembantu Sosial dijabat bapak Pawiro Karto al
Rukiyo, pembantu Kemakmuran dijabat bapak Karso Suwarno, pembantu
Keamanan bapak Pawiro Sumariyo sedangkan pembantu Kaum pada saat itu
dijabat oleh bapak Muh. Ahlan yang semua itu adalah sebagai unsur tehnik
administrasi sedangkan unsur kewilayahan diatur sendiri.
Pada tahun 1958 bapak Noto Disastro yang menjabat carik Desa Ponjong
diangkat menjadi Upas sebutan untuk juru tulis di Kecamatan
Karangmojo,kemudian jabatan Carik Desa ponjong diganti oleh bapak Karto
Dinomo hingga tahun 1984. Adapun pada tahun 1965 bapak Muh. Syahidi
diangkat sebagai Karateker Lurah hingga tahun 1973, yang kemudian ditetapkan
menjadi Lurah Desa Ponjong hingga tahun 1984. Dan pada tahun tersebut hingga
tahun 1985 Lurah Desa dijabat sementara (PJS) oleh bapak Hadi Nur Hasyim
hingga ditetapkan Lurah Desa Terpilih Bapak Drs. Sugijono, bapak Pujo Atmojo
menggantikan jabatan Sosial hingga tahun 1978 dan pada tahun 1978 hingga
tahun 1990 untuk Sosial Desa Ponjong dijabat oleh bapak Hadi Nur Hasyim dan
kemudian diganti oleh bapak Tukiman hingga sekarang.
Bapak Suro Atmojo menjabat Kemakmuran sampai dengan tahun 1973
dan digantikan oleh bapak Noto Sucipto hingga tahun 1993 selanjutnya dijabat
oleh saudara Parja hingga sekarang, sedangkan pda tahun 1990 bapak Muh.
Dasuki yang menjabat Keamanan digantikan oleh bapak Hadi Nur Hasyim sampai
21
dengan tahun 2004 yang kemudian beliau dilantik menjadi Lurah Desa Ponjong
menggantikan bapak Drs.Sugijono yang telah berakhir masa jabatannya. Bapak
Muh. Kholil menjabat Kaum hingga tahun 1991 kemudian digantikan oleh bapak
Jahidi hingga saat ini.
Pemerintahan Iro Taruno sampai dengan era Raden Somoatmojo / Ndoro
dongkol berstatus Pangeran Projo. Unsur kewilayahan belum jelas yang
selanjutnya berubah-ubah mengenai batas-batas wilayah dan
jumlahnya.Kemudian sejak era Lurah Pawiro Yahyo mengenai status berubah dari
Pangreh Projo menjadi Pamong Desa / Pamong Kalurahan yang wilayahnya
menjadi 11 wilayah yang dipimpin oleh Pamong tersebut.
Adapun struktur / pembagian wilayah sebagai berikut :
1. Lurah disampiri wilayah duren di anthekkan kepada bapak Muslim.
2. Carik disampiri wilayah Tembesi di anthekkan kepada bapak Atmo
Pawiro.
3. Sosial disampiri wilayah Serut di anthekkan kepada bapak Cipto Rejo
dan pada tahun 1965 digantikan oleh bapak Wiryono.
4. Kemakmuran bapak Suro Atmojo langsung membawahi sendiri wilayah
Karangijo Kulon.
5. Keamanan disampiri wilayah Kuwon tidak menganthekan hingga tahun
1965 yang kemudian pada tahun itu dianthekkan kepada bapak Mustar.
6. Kaum disampiri wilayah Padangan dianthekkan Trisno Wiyono sampai
dengan tahun 1965 dan digantikan oleh bapak Muhkri.
7. Pembantu Carik dasampiri wilayah Karangijo Wetan.
22
8. Pembantu Sosial disampiri wilayah Ponjong.
9. Pembantu Kemakmuran disampiri wilayah Jaten.
10. Pembantu Keamanan disampiri wilayah Sumber Kidul.
11. Pembantu Kaum disampiri wilayah Sumber Lor.
Upah anthek – anthek tersebut yang menanggung adalah pajabat yang
menganthekkan dan tidak ada SK dari Pemerintah Kabupaten sehingga upah/
bengkok 6 orang anthek tersebut jauh berbeda dengan 5 orang pembantu Kabag.
Pada era Pemerintahan Camat bapak Kadiran dengan Bupati Ir. Darmakun Darmo
Kusumo anthek – anthek tersebut diberi SK Bupati sebagai Pembantu Pamong
dan berlaku diseluruh Desa se Kabupaten Gunungkidul, dengan imbalan upah
seperti yang ada / yang telah diterima.
B. KONDISI DESA
Desa Ponjong yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Ponjong, dan salah
satu desa yang menjadi Kawasan perencanaan Ibu Kota Kecamtan (IKK)
Ponjong. Dengan potensi yang dimiliki, baik secara geografis maupun secara
kewilayahan, Desa Ponjong mempunyai daya dukung untuk berkembang. Pontesi
Sumber Daya Air, lokasi Densitas Wisata (DW), pusat aktivitas komersil dan
kedekatannya dengan jalur transportasi Semanu-Karangmojo, memberikan
dampak percepatan perkembangan Desa Ponjong.
Dilihat dari tata guna lahan yang ada, secara umum dapat digambarkan
bahwa; fungsi wilayah perencanaan masih didominasi ruang terbuka berupa lahan
kering dan lahan pertanian yang dilayani irigasi. Lahan pertanian ini didukung
23
oleh jaringan irigasi yang sumber airnya diambil dari Sumber Ponjong yang
letaknya, berdekatan dengan kantor Kepala desa.
1. Letak Geografis dan administratif
secara geografis Desa ponjong terletak di 3o 52’ 44” dan 7o 52’ 11” atau
sebelah Timur Laut Kota Wonosari dengan jarak + 14 KM. Secara administratif
batas wilayah Desa Ponjong adalah :
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Genjahan dan Desa Sumbergiri
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sumbergiri dan Desa Karang Asem
c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sidorejo dan Desa Bedoyo
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sidorejo
Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul,
mempunyai luas 628,0420 ha, yang terdiri atas 11 Pedukuhan, dengan luas
wilayah masing-masing pedukuhan sebagai berikut :
Tabel. 2.1
luas wilayah masing-masing pedukuhan
No Pedukuhan Luasan ( M2)
1. Karangijo Kulon 484.930
2. Karangijo wetan 517.229
3. Sumber lor 729.337
4. Sumberkidul 538.125
5. Ponjong 520.405
6. Duren 647.910
7. Kuwon 650.355
8. Serut 568.170
9. Jaten 532.130
10. Tembesi 452.369
11. Padangan 639.460
Jumlah 6.280.420
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
24
Ketinggian tempat atau elevasi ditentukan berdasarkan elevasi lahan
daratan dari permukaan air laut, di mana permukaan air laut dianggap
mempunyai elevasi 0 meter. Kecamatan Ponjong terletak pada ketinggian antara
200-400 M dari permukaan air laut (dpal) dan Topografi Wilayah dengan
kategori datar sampai dengan bergunung. Kondisi berbukit terlihat pada bagian
Timur Laut, Timur, dan Selatan. Dimana Desa Ponjong terletak di wilayah
bagian selatan pada daerah Cekungan Wonosari dengan ketinggian 200 M dpal.
2. Geomorfologi, Geologi dan Jenis Tanah
Bentuk lahan wilayah Desa Ponjong secara umum berupa dataran,
sebagian kecil bergelombang. Bentang lahan dari utara ke selatan meliputi : lahan
pertanian lahan kering, persawahan dan permukiman berselang-seling.
3. Klimatologi dan Hidrologi
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah. Komponen
pembentuk iklim terdiri dari curah hujan dan temperatur. Seperti kondisi di
Kabupaten Gunung Kidul pada umumnya, Desa Ponjong mengalami dua musim
yaitu musim kemarau (April – Oktober) dan musim penghujan (Oktober-April).
Berdasarkan data statistik Kabupaten Gunung Kidul, curah hujan
Kabupaten Gunung Kidul dalam tiga tahun terakhir berkisar 1.523 – 3.827
mm/tahun. Curah Hujan tinggi terjadi pada bulan-bulan desember-januari. Data
curah hujan bulanan tertinggi selama tiga tahun terakhir tercatat 484 mm, pada
bulan desember 2007 (sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Gunung Kidul). Kondisi hidrologi di suatu wilayah dapat ditinjau dari air
permukaan dan air tanah (ground water).
25
Keberadaan air permukaan di wilayah perencanaan terdistribusi di
Sungai, danau di sebelah utara kantor desa dan kolam-kolam penduduk. Danau
tersebut tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, airnya dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, baik untuk rumah tangga maupun pertanian. Wilayah
Desa Ponjong dilalui sungai, mengalir dari utara (Desa Genjahan) ke arah
selatan.
C. KEADAAN DEMOGRAFI
1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Jumlah penduduk dan distribusinya pada tiap-tiap padukuhan dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Masing-Masing Pedukuhan
No
Pedukuhan
Laki- Laki
Perempuan
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
1. Karangijo Kulon 330 350 680
2. Karangijo wetan 271 308 579
3. Sumber lor 330 340 670
4. Sumberkidul 226 213 439
5. Ponjong 219 225 444
6. Duren 230 242 472
7. Kuwon 228 249 477
8. Serut 132 134 266
9. Jaten 234 233 467
10. Tembesi 204 205 409
11. Padangan 235 265 500
Jumlah 2639 2764 5403
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
Jumlah dan perkembangan penduduk pada kawasan perencanaan dapat
berpengaruh terhadap perencanaan tata bangunan dan lingkungan, karena dengan
26
perkembangan penduduk dapat berpengaruh terhadap perkembangan
pembangunan atau perkembangan area terbangun akan bertambah pada kawasan
perencanaan dan juga untuk kebutuhan sarana dan prasarana juga akan bertambah.
Untuk itu diperlukan pengatuaran mengenai tata lingkungan dan permukiman
pada kawasan perencanaan agar nantinya pertumbuhan pembangunan pada
kawasan perencanaan dapat tertata dan tetap memperhatikan keseimbangan
lingkungan.
2. Jumlah Keluarga
Tabel 2.3
Kepadatan Penduduk Masing-Masing Pedukuhan
No.
Pedukuhan
Jumlah
Keluarga
(KK)
Luas
Pedukuhan
(KM2)
Kepadatan
(Jiwa/KM2)
1. Karangijo Kulon 230 48,4700 13,02
2. Karangijo wetan 192 51,8680 10,78
3. Sumber lor 177 72,9100 8,53
4. Sumberkidul 53 53,7245 7,71
5. Ponjong 130 51,6925 7,82
6. Duren 131 64,2840 6,56
7. Kuwon 141 65,0390 7,35
8. Serut 67 56,8170 5,68
9. Jaten 120 54,8170 8,43
10. Tembesi 125 45,1915 8,76
11. Padangan 156 63,8865 8,05
Jumlah 1522 628,7000 8,31
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
Berdasarkan data kependudukan diatas Tabel 2.3 pada kawasan
perencanaan diketahui jumlah keluarga yang tertinggi pada Pedukuhan Karangijo
Kulon yaitu mencapai 230 keluarga dengan rata-rata penduduk per Km2 13,02
27
jiwa, dan jumlah keluarga terendah pada Padukuhan Sumberkidul, yaitu 53
keluarga dengan rata-rata penduduk per Km2 5,68 jiwa.
3. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Desa Ponjong, mulai dari tingkat pendidikan dasar
sampai Pasca Sarjana. Penduduk yang tidak sekolah juga cukup tinggi.
Berdasarkat tingkat pendidikannya, tingkat pendidikan penduduk Desa Ponjong
terbanyak adalah Sekolah dasar (SD) dengan jumlah 1.202 Jiwa dan yang paling
sedikit adalah Akadesi dengan jumlah 3 Jiwa. Untuk lebih rincinya dapat dilihat
dari tabel dan grafik dibawah ini.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
4. Penduduk Berdasarkan Agama dan Kepercayaan
Berdasarkan data kependudukan, pemeluk agama Islam mencapai 99%,
kemudian Kristen dan Katholik.
No. Uraian Jumlah
1. Tidak Sekolah 865
2. TK 283
3. SD 1202
4. SMP 952
5. SMA 1012
6. Akademi 3
7. D2 62
8. D3 129
9. S1 112
10. S2 43
28
Gambar 2.1
Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dan Kepercayaan
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
5. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk Desa Ponjong, 80% bermata pencaharian petani. Dan untuk
angka pengganguran yang mencapai 543 Jiwa, ini merupakan pengangguran
tidakmutlak. Dimana pengangguran yang dimaksud adalah cacah jiwa yang
masuk dalam kategori usia tidak produktif.
Tabel. 2.5
Jumlah Penduduk, Berdasrkan Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah
01. PNS 166
02. Pensiunan 81
03. POLRI 6
04. Petani 941
05. Buruh Tani 490
06. Pegawai Swasta 363
07. Wiraswasta 302
08. Jasa 71
09. Peternakan 111
10. Pengangguran 543
11 TNI 1
Jumlah 3075
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
0
2000
4000
6000
ISLAM KHATOLIK KRISTEN
5138
9 10
ISLAM KHATOLIK KRISTEN
29
Berdasarkan data kependudukan diatas, kendala utama adalah masih
tingginya angka pengangguran.
D. KEADAAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah melihat gambaran sektor
pendorong perkembangan ekonomi, kegiatan usaha dan perkembangan
penggunaan tanah, dan produktivitas kawasan.
Sektor pendorong kegiatan ekonomi pada wilayah desa ponjong dapat
dilihat dari perkembangan ekonomi dengan melihat potensi perekonomian di
kawasan desa ponjong. Dimana potensi tersebut dapat dilihat dari usaha yang
dikembangkan di masyarakat dan hasil produksi dari kegiatan usaha yang
berkembang tersebut. Dari grafik data kependudukan di ketahui jumlah penduduk
sebagian besar berprofesi sebagai petani, sehingga dapat disimpulkan usaha
pertanian menjadi salah satu usaha yang berkembang di kawasan desa ponjong.
Tetapi selain usaha pertanian, usaha nonpertanian juga sudah menampakkan
embrio perkembangannya. Potensi perekonomian yang berkembang di kawasan
perencanaan adalah bergerak di bidang usaha pertanian, perikanan dan
peternakan, perdagangan, jasa dan industri rumah tangga.
1. Pertanian dan perkebunan
Penyokong ekonomi utama di Desa Ponjong adalah produk hasil
pertanian, terutama produk tanaman pangan. Desa Ponjong merupakan salah satu
lumbung padinya kabupaten Gunungkidul. Selain produk tanaman pangan, hasil
pertanian lainnya adalah; holtikultura dan tanaman lahan kering. Meskipun
30
merupakan lumbung padi Kabupaten Gunungkidul, namun hasil pertanian
terutama dari sawah (beras) umumnya masih untuk konsumsi sendiri, sedangkan
yang dijual masih relatif sedikit.
Namun hal tersebut tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang
menyangkut kegiatan pertanian di Desa Ponjong selama ini, antara lain:
a. Lahan Basah
Beberapa saluran irigasi belum permanen
Sistem Pertaniaan yang masih boros air
Kebocoran saluran irigasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) belum bekerja dengan maksimal
b. Lahan Kering
Jalan usaha Tani (JALUT) sebagian berupa jalan tanah dan jalan setapak
Sarana budidaya dan komoditas belum optimal
Masih banyak bukit/ gunung yang tidak terurus (Serut, Kuwon, Duren)
Dan binatang kera yang ada di bukit Padukuhan Serut, menjadi hama
pengrusak tanaman.
Gambar 2.2
Pertanian Lahan Basah Dan Pertanian Lahan Kering
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
31
2. Peternakan
Seperti kebanyakan masyarakat Gunungkidul lainnya, mempunyai hewan
ternak dianggap sebagai tabungan dan belum menjadi usaha utama. Beberapa
pedukuhan di Desa ponjong, seperti Padukuhan Serut, Jaten, Tembesi dan
Padangan hampir semua Kepala Keluarga mempunyai hewan ternak.
Dengan kisaran jumlah hewan ternak; untuk sapi antara 1 ekor sampai 3
ekor setiap Kepala Keluarga. Untuk kambing 2 ekor sampai 5 ekor setiap Kepala
Keluarga. Selain itu, ada jenis ternak lainnya, jenis ternak yang dipelihara
biasanya adalah;
Tabel 2.6
Komoditas Peternakan Tiap Padukuhan
No Padukuhan Jenis Ternak
Sapi Kerbau Kambing Domba Kelinci
1. Karangijo Kulon 36 - 97 9 -
2. Karangijo wetan 16 - 29 - -
3. Sumber lor 38 - 96 - -
4. Sumberkidul 24 - 36 19 28
5. Ponjong 46 - 69 9 -
6. Duren 49 3 42 18 -
7. Kuwon 50 - 59 - 10
8. Serut 70 - 176 - 9
9. Jaten 46 - 99 12 -
10. Tembesi 56 - 80 10 5
11. Padangan 48 - 117 31 11
Jumlah 479 3 900 108 63
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
Dengan menjadikan hewan ternak sebagai tabungan di masa depan oleh
masyarakat desa, hal tersebut menunjukan semangat untuk memiliki hewan cukup
tinggi hal ini dapat di lihat dalam tabel 2.8 diatas dimana secara keseluruhan dari
32
pedukuhan yang ada telah memiliki ternak. Berdasarkan tabel tersebut, jenis
ternak kambing (900 ekor) dan sapi (479 ekor) menjadi hewan yang lebih banyak
di pelihara sedangkan jenis ternak kerbau sangat sedikit jumlahnya.
3. Perikanan
Perikanan air tawar di desa Ponjong, menjadi potensi tersendiri untuk
dikembangkan. Selain potensi yang dimiliki masyarakat, desa Ponjong juga
memanfaatkan Sumber Ponjong untuk dikelola dalam usaha peningkatan
perikanan.
Berdasarkan hasil pemetaan swadaya, hasil budidaya ikan di Desa
Ponjong, belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk hasil produksinya
pada tiap-tiap padukuhan dapat dilihat pada Tabel 2.9. Di Desa Ponjong ada dua
system budidaya ikan air tawar yang dikembangkan, yaitu sistem kolam biasa dan
sistem kolam terpal.
Tabel 2.7
Komoditas Budidaya Ikan Air Tawar Tiap Padukuhan
No Padukuhan Produksi (Per-3 Bulan)
Gurameh Tawes Nila Mujair Lele Bawal
1. Karangijo Kulon - - 190 33 31 47
2. Karangijo wetan 112.5 100 540 15 1050 50
3. Sumber lor - - - - 40 -
4. Sumberkidul 974 25 1995.5 942.5 1108 3895
5. Ponjong - 100 60 106 510 -
6. Duren - - - - 12.5 -
7. Kuwon - - - - 35 -
8. Serut - - - - 250 -
9. Jaten - - - - 10 -
10. Tembesi - - 40 - 499 -
11. Padangan 432.5 162.5 7432.5 413 109 3702.5
Jumlah 1519 387,5 10258 1509,5 3654,5 7694,5
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
33
Dari tabel 2.9 masyarakat desa yang tersebar dalam 11 padukuhan tersebut
lebih banyak menghasilkan ikan bawal dengan jumlah 7694,5 kg dan ikan lele
3654,5 kg berdasarkan jumlah tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
masyarakat padukuhan adalah pembudidaya ikan bawal dan lele.
4. Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga yang berkembang di Desa Ponjong, sebagian besar
adalah industri makanan. Selain itu terdapat juga mebel, bambu dan kayu.Hasil
produksi Industri Rumah Tangga terutama makanan, menjadi produk unggulan
dan oleh-oleh khas dari Desa Ponjong.
Tabel 2.8
Industri Rumah Tangga
No. Komoditas Jumlah
1. Emping (Jagung dan Mlinjo) 6
2. Kacang Bawang 2
3. Kripik (Tempe, Pisang, Telo) 6
4. Rempeyek kacang dan kedelai 2
5. Krupuk 11
6. Makanan Ringan (Roti) 3
7. Tempe 8
8. Tahu 4
9. Jamu 1
10. Kerajinan Bambu 1
11. Kerajinan Kayu 6
12. Kerajinan Gerabah 1
13. Kerajinan Batu 3
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat potensi yang ada di Desa Ponjong,
produk-produk industry rumah tangga ini secara kualitas dapat menjadi produk
unggulan yang dapat di kembangkan guna meningkatkan kesejateraan
34
masyarakat. Dari tabel 2.10 tersebut diatas kerupuk menjadi komuditas yang lebih
banyak diproduksi dengan memiliki jumlah 11.
5. Perdagangan dan Jasa
Aktivitas perdagangan di desa ponjong terutama ditopang oleh Pasar
Ponjong. Pasar Ponjong akan terlihat sangat ramai pada hari pasaran yaitu hari
pasaran Pon dan Legi. Selain itu, untuk mendukung keberadaan pasar, disekitar
pasar terdapat toko, kios dan warung.
Pasar umum yang dikelola oleh Pemda ini, menyediakan kebutuhan
sehari-hari, dari kebutuhan pokok samapai kebutuhan sekunder. Selain itu juga
sebagai pusat perdagangan palawija. Desa Ponjong merupakan salah satu desa
pusat perdagangan palawija atau yang lebih dikenal sebagai pengepul. Dan
pengepul ini mempunyai andil yang cukup besar dalam peningkatan
perekonomian di Desa Ponjong.
E. KONDISI SARANA DAN PRASARANA
1. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Keberadaan sarana dan prasarana menjadi instrument penting dalam ikut
menentukan mutu pendidikan serta mencapai sebuah tujuan yang di kehendaki
dalam hal mengejar prestasi. Keberadaan sarana dan prasarana yang di miliki oleh
desa ponjong antra lain; 4 buah gedung Sekolah Dasar (SD), 2 buah gedung SMP,
1 buah gedung SMA, serta 6 buah gedung taman kanak-kanak (TK) dan 1 buah
gedung perpustakaan desa. Selengkapnya dapat di lihat dalam tabel berikut.
35
Tabel 2.9
Sarana dan Prasarana Pendidikan
No Prasarana Jumlah
1. Gedung SD/ sederajat 4
2. Gedung SMP/ sederajat 2
3. Gedung SMA/ sederajat 1
4. Gedung Taman Kanak-kanak 6
5. Gedung Perpustakaan Desa 1
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
2. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Penyediaan sarana dan prasarana menjadi sebuah instrument penting
dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat setempat, selain itu juga
masyarakat akan semakin muda untuk menjangkau dan mendapatkan pelayanan
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Keberadaan sarana dan
prasarana yang di miliki oleh desa ponjong dapat di lihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.10
Sarana dan Prasarana Kesehatan
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Puskesmas Pembantu 1
2. Apotik 1
3. Posyandu 22
4. Rumah Praktek Dokter 1
5. Rumah Bersalin 3
6. Balai Kesehatan ibu dan anak 1
7. Dokter umum 2
8. Dokter spesialis 1
9. Para medis 24
10. Bidan 3
11. Perawat 11
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
36
3. Sarana dan Prasarana Olaraga
menjadi salah satu bagian penting yang tidak terlepas dari aktifitas
keseharian masyarakat pada umumnya, menjaga stamina tubuh agar tetap sehat
dan fit menjadi tujuan utama dalam melaksanakan rutinitas olaraga dapat
dijadikan sebagai wadah untuk dapat berkumpul bersama. Adapun sarana olaraga
yang di miliki oleh desa ponjong hingga saat ini antara lain : 5 lapangan voli, 5
meja pimpong, 5 lapangan bulu tangkis, 1 lapangan sepok bola dan 1 lapangan
basket. Berikut rincian lengkap dalam bentuk tabel.
Tabel 2.11
Sarana dan Prasarana Olaraga
No Sarana Jumlah
1. Lapangan sepak bola 1
2. Lapangan bulu tangkis 5
3. Lapangan voli 5
4. Meja pimpong 5
5. Lapangan basket 1
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
4. Sarana dan Prasarana Peribadatan
Berdasarkan data kependudukan mayoritas masyarakat desa Ponjong
beragama Muslim atau sebanyak 99%. Dengan memiliki sarana dan prasarana
berupa Masjid yang berjumlah 17 buah dan Mushola 15 buah. Adapun rincian
selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 2.12
Sarana dan Prasarana Peribadatan
No Prasarana Jumlah
1. Masjid 17
2. Mushola 15
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
37
5. Sarana dan Prasarana Transportasi
Membantu memperlancar aktifitas masyarakat dalam membangun
kehidupan sosial serta menghubungkan antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain di suatu daerah yang berbeda menjadi tujuan penting dari
sebuah alat transportasi. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh desa
Ponjong dalam meningkatkan pembangunan, antara lain ; jembatan beton 39
buah, jembatan kayu 2 buah, pangkalan ojek 1 buah, terminal bus 1 bauh, truk
umum 23 buah, dan memiliki ojek 6 orang. Selangkapnya dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 2.13
Sarana dan Prasarana Transportasi
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Jembatan beton 39
2. Jembatan kayu 2
3. Pangkalan ojek 1
4. Terminal bis/ angkutan 1
5. Truck umum 23
6. Ojek 6
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
6. Sarana dan Prasarana Lembaga Perekonomian/Usaha Desa
Keberadaan lembaga perekonomian menjadi wadah yang penting dalam
meningkatkan kesejateraan masyarakat desa. Adapun lembaga perekonomian
yang berada di desa Ponjong antara lain; 1 buah Koperasi Unit Desa, 1 buah
koperasi simpan pinjam, 1 BUM Desa, 4 buah Bank Perkreditan Rakyat, dan 2
buah bank pemerintah. Selengkapnya dapat terlampir dalam tabel berikut.
38
Tabel 2.14
Sarana dan Prasarana Lembaga Perekonomian/Usaha Desa
No Sarana Jumlah
1. Koperasi Unit Desa 1
2. koperasi simpan pinjam 1
3. BUM Desa 1
4. Bank Perkreditan Rakyat 4
5. bank pemerintah 2
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
7. Sarana dan Prasarana Perdagangan
Fasilitas perdagangan merupakan sebuah wadah dimana orang akan saling
melakukan transaksi dalam perdangangan antara penjual dan pembeli dengan
keberdaan fasilitas tersebut dapat meningkatkan aktifitas perdangan. Adapun
jumlah fasilitas perdangan yang dimiliki oleh desa Ponjong antara lain adanya.
Pasar 1 buah dan juga toko yang berjumlah 125 serta warung 57 bauah
menunjukan bahwa aktifitas pendagangan yang terjadi antara masyarakat dalam
upayanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat di jamin oleh Pemerintah
setempat. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 2.15
Sarana dan Prasarana Perdagangan
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
No Jenis Jumlah
1. Pasar 1
2. Toko 125
3. Warung 57
39
F. KONDISI PEMERINTAHAN DESA
a. Pengertian Umum
Pemerintahan Desa adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan BPD dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepala Desa adalah sebagai pemimpin desa yang dipilih langsung oleh penduduk
desa dan berwenang untuk menyelenggarakan urusan yang berkaitan dengan
pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat dan dibantu oleh pembantunya yang terdiri dari unsur staf, unsur
pelaksana dan unsur wilayah.
Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis.
Di samping itu, Kepala Desa sebagai penyelenggara dan penanggung
jawab di bidang pemerintahan, keuangan, pembangunan dan kemasyarakatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mengembang
tumbuhkan jiwa kegotong royongan dalam melaksanakan pembanguan
pemerintahan desa.
b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa;
40
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Daerah;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Keuangan Desa;
c. Urusan Pemerintahan Desa
Urusan yang menjadi kewenangan Pemerintahan Desa meliputi:
1. Bidang Pemerintahan
2. Bidang Penyelenggaraan Pembangunan
3. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
4. Bidang Pemberdayaan Kemasyarakatan
d. Lembaga Desa dan Lembaga Desa Lainnya.
Lembaga Desa yang ada di Desa Ponjong antara lain :
1. LPMD
2. PKK
3. Karang Taruna
4. LPMP
41
5. RW
6. RT
7. BKM Mandiri
8. Orsos. NGUDI RUKUN
9. Gapoktan
10. P3A
11. Poskesdes
12. Forum Anak
13. KSM Peduli Kasih
14. Lembaga Pelestari Budaya
e. Pembagian Wilayah Desa
Desa Ponjong dibagi menjadi 11 wilayah Padukuhan 11 RW dan 46 RT.
Tabel 2.16
Pembagian Wilayah Desa
No Padukuhan Jumlah. Rw Jumlah. Rt
1. Karangijokulon 1 5
2. Karangijowetan 1 4
3. Sumber Lor 1 5
4. Sumber Kidul 1 4
5. Ponjong 1 4
6. Duren 1 4
7. Kuwon 1 4
8. Serut 1 4
9. Jaten 1 4
10. Tembesi 1 4
11. Padangan 1 4
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2015
Setiap padukuhan dipimpin oleh seorang Dukuh sebagai kepala wilayah
dipadukuhan setempat. Dan setiap RW dan RT. Dipimpin oleh seorang Ketua RW
dan RT. Sebagai mitra Dukuh dalam melaksanakan tugasnya
42
f. Struktur Pemerintahan Desa
Desa Ponjong di pimpin oleh seorang Kepala Desa yang di bantu oleh
beberapa orang Pamong desa yang bertanggungjawab terhadap jalannya
pemerintahan di desa, secara umum kondisi struktur pemerintahan di desa
Ponjong dapat di uraikan sebagai berikut
Gambar 2.3
Struktur Pemerintahan Desa Ponjong Kecamatan Ponjong Kabupaten
Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Sumber Data : Profil Desa Ponjong
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Kepala
Urusan
Tata
Usaha dan
Umum
Kepala
Urusan
Perencanaan
Kepala Seksi
Kesejahteraan
Kepala Seksi
Pemerintahan
Kepala
Urusan
Keuangan
Kepala Seksi
Pelayanan
Dukuh
43
Tabel. 2. 17
DATA APARAT PEMERINTAH DESA :
No.
Urut
Nama Tempat, Tanggal
Lahir
Pendidikan Agama Jabatan Nomor Dan Tanggal Sk
Pengangkatan Pelantikan
1. Arif Al Fauzi Gunungkidul, 13
Nopember 1967
SLTA Islam Kepala Desa 141/262/PG/KPTS/2015 17 Desember 2015
2. Eka Nur Bambang Wacana, S.E. Gunungkidul, 12 Juli
1974
S 1 Islam Sekretaris Desa 01/KPTS/2004 19 Januari 2004
3. Budiman Setyanugroho, S.P. Gunungkidul, 17
Desember 1974
S 1 Islam Kepala Bagian
Pemerintahan
14/KPTS/2004 14 Oktober 2004
4. Parja Gunungkidul, 16
Februari 1960
SLTA Islam Kepala Bagian
Pembangunan
7/KPTS/PD/1993 01 April 1993
5. Jahidi Gunungkidul, 13
Agustus 1955
SLTA Islam Kepala Bagian
Kesejahteraan
Rakyat
44/KPTS/PD/1990 20 Desember 1990
6. Tukiman Gunungkidul, 2 Mei
1954
SLTA Islam Kepala Urusan
Keuangan
45/KPTS/PD/1990 20 Desember 1990
7. Ahmad Suryana Gunungkidul, 2
Nopember 1969
SLTA Islam Kepala Urusan
Umum
11/KPTS/LD/2002 18 Oktober 2002
8. Puji Astuti Gunungkidul, 21
Desember 1972
SLTA Islam Kepala Urusan
Perencanaan
12/KPTS/LD/2002 18 Oktober 2002
9. Basuki Gunungkidul, 17
April 1971
SLTA Islam Dukuh
Karangijokulon
05/KPTS/2009 19 Januari 2009
10. Sugiyo Gunungkidul, 21
Mei 1958
SLTA Islam Dukuh
Karangijowetan
12/KPTS/PD/1998 26 Maret 1998
44
11. Sutino Gunungkidul, 28 Juli
1973
SLTA Islam Dukuh Sumber Lor 13/KPTS/LD/2002 18 Oktober 2002
12. Doonye Ariestiyanto, Amd Gunungkidul, 17
April 1978
D III Islam Dukuh Sumber
Kidul
17/KPTS/2012 30 November 2012
13. Ratiman Gunungkidul, 22
Nopember 1972
SLTA Islam Dukuh Ponjong 16/KPTS/X/2004 14 Oktober 2004
14. Waluyo Gunungkidul, 21
April 1972
D II Islam Dukuh Duren 13/KPTS/LD/2002 18 Oktober 2002
15. Sukatno Gunungkidul, 6
September 1970
SLTP Islam Dukuh Kuwon 02/KPTS/2008 23 Januari 2008
16. Saparti Gunungkidul, 21
April 1966
SLTP Islam Dukuh Serut 13/KPTS/LD/2002 18 Oktober 2008
17. Tumiyo Gunungkidul, 9
Maret 1965
SLTA Islam Dukuh Jaten 09/KPTS/2005 08 Desember 2005
18. Astutik Purwandari Gunungkidul, 14
Aprili 1979
SLTP Islam Dukuh Tembesi 18/KPTS/PD/2012 30 November 2012
19. Sigit Supriyanto Gunungkidul, 19
September 1979
SLTP Islam Dukuh Padangan 19/KPTS/2012 30 November 2012
20. Aris, S.Pd Gunungkidul, 13 Juli
1972
SI Islam Staf. Kabag.
Pembangunan
04/KPTS/2008 30 November 2012
21. Afriyani Gunungkidul, 21
Februari 1990
SMEA Islam Staf. Kabag. Kesra 20/KPTS/2012 30 November 2012
22. Iksan Dwi Nanda Gunungkidul, 10
Juni 1985
S I Islam Staf. Kabag.
Pembangunan
21/KPTS/2012 30 November 2012
45
STRUKTUR KEPENGURUSAN BUMDES “HANYUKUPI”
PERIODE 2015-2020
1. Komisari : Arif Al Fauzi
2. Pengawas : Drs. Mudjija
Supriono
Supanto
Tri Hesti
Budiman Setyagraha
3. Direktur Utama : Anang Sutrisno
4. Direktur Keuangan : Nurudin Jauhari
5. Direktur Administrasi : Wakhid Aryanto
6. Direktur SDM : Ahmad Sunardi
7. Unit Waterbyur : Arif Nurdianto
A. Gambaran Organisasi BUMDesa “Hanyukupi”
BUMDesa “Hanyukupi” Desa Ponjong adalah organisasi formal yang
digerakkan dengan menggunakan prinsip prinsip manajemen organisasi
perusahaan milik pemerintah desa. Manajemen organisasi dilakukan agar
organisasi berjalan efektif, profesional, dan akuntabel. Landasan pokok
manajemen organisasi berdasarkan Anggaran Dasar BUMDesa sebagai basis
regulasi yang disepakati dan dilaksanakan bersama. Jenis usaha yang dilakukan
oleh BUMDesa “Hanyukupi” yaitu:
46
1) Unit Water Byur
Water byur merupakan mini water boom sebagai brand usaha. Wahana ini
dibuka pada bulan Juni 2012, melalui pendanaan PNPM Mandiri Perkotaan
dengan menelan biaya sebesar Rp.1.000.000.000,00. Sarana water byur
menyediakan sarana bermain, renang, dan fish treatment. Ada juga taman
sebagai sarana bermain bagi anak-anak. Pada sisi bagian utara kawasan water
byur, digunakan sebagai sarana mandi dan mencuci bagi masyarakat setempat.
Sejak sebelum dibangun water byur, lokasi ini telah digunakan sebagai sarana
mandi bagi warga sekitar, pemenuhan kebutuhan air bersih, dan irigasi sawah
pertanian masyarakat. Kondisi saat ini sarana tempat mencuci dan mandi,
sudah dilengkapi fasilitas yang tertutup.
2) Taman Kuliner
Taman kuliner dibangun melalui pendanaan dari Satuan Kerja Direktorat
Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Taman kuliner telah berfungsi dan digunakan pengunjung untuk kegiatan
rapat-rapat, syawalan, outbond, dan paket kegiatan liburan sekolah.
3) Usaha Jasa Truck dan Traktor
Usaha ini untuk melayani warga masyarakat yang membutuhkan jasa angkutan
misalnya mengangkut hasil panen, mengangkut material, dan sebagainya.
Kegiatan ini sudah berjalan dua tahun. Truckadalah pinjam pakai aset milik
Dinas Perhubungan Kabupaten Gunungkidul, sementara BUMDesa
berkewajiban mengelola dan melakukan perawatan aset tersebut. Traktor
disewakan kepada petani.
47
4) Sarana Lomba Burung Berkicau “Ponjong Enterprises”
Kegiatan burung berkicau dilaksanakan setiap hari Sabtu, sedangkan latihan
prestasi dilaksanakan setiap dua bulan sekali bagi para pecinta burung
berkicau. Slogannya adalah “papahnya nggantang, anaknya renang, dan
mamahnya senang”. Kegiatan ini mempunyai konsep terpadu sebagai sarana
keluarga melakukan aktivitas bersama di kompleks wisata. Bagi bapak bisa
melakukan kegiatan hobi produktif burung, pada saat bersamaan anak-anak
bisa renang, dan ibu-ibu juga turut senang mendukung aktivitas bapak dan
anaknya. Efek multiplier kegiatan tersebut telah mendatangkan keuntungan
sebesar Rp.7.000.000,00 sampai dengan Rp.8.000.000,00 per tahun dengan
jumlah modal sebesar Rp.16.000.000,00.
5) Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPSP) Reduced, Reused, Recycle (3R)
Sarana TPSP berlokasi di padukuhan Tembesi dikelola oleh KSM Ngudi
Resik, sebagai kelompok masyarakat (Pokmas) yang bertugas melaksanakan
pengelolaan sampah. Biaya kegiatan ini sebesar Rp.550.000.000,00 bersumber
dari Dinas PUPESDM D.I. Yogyakarta. Bentuk kegiatan yaitu pembuatan
kantor, gedung pengelolaan sampah, pengadaan alat, dan layanan pengambilan
sampah dengan sasaran sebanyak 250 (dua ratus lima puluh) orang. Sampah
diambil dua kali dalam seminggu. Sumber pembiayaan untuk menunjang
keberlanjutan pengelolaan sampah yaitu dari iuran pelanggan sebesar
Rp.10.000,00 per bulan.
6) Kandang Sapi Komunal
Kandang sapi komunal dikembangkan atas kerjasama BUMDesa dengan
Yayasan Saemaul Globalisasi Indonesia Korea Selatan. Kandang sapi komunal
48
senilai Rp.67.000.000,00 berlokasi di Pedukuhan Jaten dengan kapasitas 50
ekor. Pengelolaan dengan sistem dana bergulir (revolving fund), yaitu
masyarakat mengembalikan dan bagi hasil dengan komposisi sebesar 60 %
dikembalikan ke masyarakat dan sebesar 40 % diberikan kepada
pemerintahdesa. Pengisian sapi difasilitasi oleh YSGI sebanyak 30 ekor
indukan sapi dan pemerintah desa senilai Rp.100.000.000,00.
7) Gedung Serba Guna
Sarana ini dibangun pada tahun 2017, atas kerjasama antara BUMDesa dengan
Yayasan Saemaul Globalisasi Indonesia Korea Selatan senilai
Rp.1.297.000.000,00. Pada saat peresmian gedung dilakukan oleh Wakil
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Rektor UGM, Kepala Pusat
Studi Trisakti UGM, dan Ketua Yayasan Saemaul Globalization Indonesia.
Gedung tersebut dipergunakan untuk kantor BUMDesa, kantor relawan YSGI
Korea, ruang meeting, ruang hall untuk arena olahraga, dan pertemuan warga.
Perkembangan hasil (outcomes) kegiatan BUMDesa dapat diuraikan
berdasarkan perkembangan keuntungan pada unit usahanya. Perkembangan
keuntungan pengelolaan water byur mengalami peningkatan jumlahnya dari
tahun ke tahun meskipun persentase pertumbuhannya mengalami perlambatan.
Berikut disajikan data hasil keuntungan water byur dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016
Perkembangan hasil (outcomes) kegiatan BUMDesa dapat diuraikan
berdasarkan perkembangan keuntungan pada unit usahanya. Perkembangan
keuntungan pengelolaan water byur mengalami peningkatan jumlahnya dari tahun
49
ke tahun meskipun persentase pertumbuhannya mengalami perlambatan. Berikut
disajikan data hasil keuntungan water byur
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Tabel. 2.18 Perkembangan Keuntungan Water Byur Tahun 2012-2016
No Tahun Jumlah (Rp) Pertumbuhan ( % )
1 2012 15.581.040 -
2 2013 32.482.370 108,47
3 2014 63.315.680 94,92
4 2015 91.422.450 44,39
5 2016 93.008.000 1,73
Sumber: BUMDesa “Hanyukupi”, 2017
Tabel. 2.18 menunjukkan bahwa selama periode tahun 2012-2016,
keuntungan BUMDesa “Hanyukupi” selalu mengalami peningkatan. Persentase
pertumbuhan keuntungan tertinggi pada tahun 2012-2013. Sedangkan kurun
waktu 2013-2016 persentase pertumbuhan mengalami penurunan. Pertumbuhan
pada tahun 2015 menuju tahun 2016 hanya sebesar 1,73 %.
50
B. Manajemen Perencanaan
Penyusunan dan perumusan kebijakan, penetapan tujuan, sasaran, dan standar
organisasi BUM Desa “Hanyukupi” telah mengacu pada regulasi pemerintah desa
yaitu Peraturan Desa Ponjong Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pembentukan BUM
Desa. BUM Desa telah menetapkan tujuan organisasi yaitu untuk menampung
seluruh kegiatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat istiadat dan
budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan
pengelolaannya kepada masyarakat melalui program Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten. BUM Desa “Hanyukupi” belum
memiliki perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka menengah atau
Rencana Strategis Bisnis sebagai dokumen perencanaan kurun waktu selama 5
(lima) tahun sehingga sebagai organisasi bisnis belum atau tidak memiliki visi,
misi dan tujuan organisasi yang menunjukkan gambaran masa depan yang akan
diwujudkan. Karena belum memiliki visi dan misi organisasi maka secara
otomatis BUMDesa belum memiliki indikator sasaran organisasi sebagai indikator
kinerja kunci (key performanceindicators) yang dijabarkan selama kurun waktu 5
(lima) tahun. Dokumen rencana yang dibuat oleh BUMDesa yaitu rencana kerja
tahunan BUMDesa dituangkan pada tabel sebagai berikut:
51
Tabel. 2.19 Rencana Kerja BUMDesa “Hanyukupi” Tahun 2017
No Program Kegiatan Anggaran
(Rp)
Sumber Dana
1. Finishing
pembuatan
Jembatan
penyeberangan
Finishing
pembuatan
jembatan
10.000.000 SHU BUM Desa
2. Pengecatan slide
kolam
Pengecatan permainan
anak
3.500.000 BUM Desa
3. Reparasi kolam
dan sekitarnya
1) Perawatan kolam
2) Perbaikan kursi
tunggu
3) Penjagaan
kebersihan kolam
30.000.000 BUM Desa
4. Pelatihan
pengelolaan
tempat wisata
Pelatihan pengelolaan
obyek wisata
4.600.000 BUM Desa
5. Event
pariwisata
Festival kesenian
budaya dan kuliner
Ramadhan
5.000.000 BUM Desa
6. Pembukuan
laporan
Pembuatan laporan
keuangan setiap hari
500.000 BUM Desa
52
7. Kordinasi rutin
Rapat internal BUM
Desa dan unit
pengelola
1.200.000 BUM Desa
8. CSR (Corporate
Social
Responsibility)
Beasiswa untuk warga
kurang mampu
Diambilkan
2.5% dari
keuntungan
bersih tiap
tahun
BUM Desa dan
Pemerintah Desa
9. Sosialisasi water
byur
Pembuatan kartu
member, leaflet
dan pamflet , media
sosial
1.500.000 BUM Desa
10. Laporan
Pertanggung
jawaban
Laporan
Pertanggungjawaban
5.000.000 BUM Desa
11. Evaluasi
pengelola water
byur dan kuliner
Rollingdan rekruitmen
Pengelola
1.000.000 BUM Desa
12. Pembentukan
unit baru
Rekruitmen pengelola 1.000.000 BUM Desa
13. Asuransi
kesehatan BPJS
untuk pengurus
dan pengelola
BPJS kesehatan 18.720.000 BUM Desa
53
Berdasarkan rencana kerja bisnis tahunan tersebut telah direncanakan
kegiatan prioritas BUM Desa selama tahun 2017, berikut sumber pembiayaannya.
Rencana kerja tersebut sebagai panduan bagi organisasi untuk melaksanakan
kebijakan operasional kegiatan selama 1 (satu) tahun. Hal yang masih kurang dari
dari rencana tersebut adalah belum adanya indikator rencana kegiatan yang
bersifat hasil (outcomes) terlebih lagi untuk persyaratan dokumen rencana bisnis
perusahaan yang baik harus mencantumkan indikator yang SMART (spesific,
measurable, achievable, realistic, and time bond). Rencana kerja bisnis tersebut
juga belum memasukkan rencana pengembangan tipe-tipe BUM Desa dan diversi
fikasi produk layanan. Menurut kategorisasi tipe BUM Desa, BUM Desa
“Hanyukupi” masih termasuk kategori BUM Desa Serving yang masih lebih
banyak bergerak dalam layanan dasar kepada masyarakat, memberikan social
benefit meskipun memperoleh laba, dan belum murni profit oriented. BUM Desa
“Hanyukupi” belum merencanakan untuk berdagang kebutuhan pokok dan sarana
produksi pertanian. Kategori BUM Desa berdasarkan kecenderungan umum dan
orientasi kinerjanya terdapat 4 (empat) kategori yaitu : 1) BUMDesa Serving; 2)
BUM Desa Banking; 3) BUMDesa Brokering dan renting; dan 4) BUM Desa
Trading (Eko, 2015).