duodenal ulcer.docx
DESCRIPTION
JurnalTRANSCRIPT
Journal ReadingSeptember 2013
Iskemia Mesenterika Akut dan Perforasi Ulkus Duodenum:
Sebuah Patologi Ganda yang Unik
Lois Haruna, Ahmed Aber, Farhan Rashid dan Marco Barreca
Abstrak
Latar Belakang: Iskemia mesenterika akut dan perforasi duodenum adalah
kegawatdaruratan bedah dengan konsekuensi yang serius. Pasien dengan
gambaran iskemia mesenterika akut saja akan mengalami tingkat kematian yang
tinggi sekitar 60 % sedangkan yang dengan perforasi ulkus peptikum memiliki
angka kematian berkisar 6-14 % . Sangat sedikit kasus yang dilaporkan dari
pasien dengan patologi ganda.
Presentasi Kasus: Kami melaporkan sebuah kasus yang unik dari wanita
berkebangsaan Italia berumur 53 tahun yang mengalami iskemia mesenterika akut
dan perforasi duodenum. Ini adalah laporan kasus pertama dari iskemia usus dan
perforasi duodenum tanpa penyebab jelas berdasarkan patofisiologi umum yang
menyebabkan gambaran ini.
Kesimpulan: Manajemen awal di unit perawatan intensif dan intervensi bedah
yang tepat dapat memaksimalkan harapan hidup pasien untuk bertahan hidup
meskipun terdapat prognosis yang buruk terkait dengan patologi ganda yang
dimilikinya. Gambaran patologis langka pada pasien dapat dijelaskan dijelaskan
melalui dua kemungkinan hipotesis: ulkus peptikum menyebabkan ulserasi
duodenum yang mempresipitasi terjadinya infark usus yang iskemik. Hipotesis
kedua adalah pasien mengalami ulkus terkait stres yang berlanjut menjadi infark
usus yang iskemik secara sekunder akibat trombosis arteri .
Kata Kunci: Iskemia mesenterika akut, Perforasi ulkus duodenum, Trombosis
vena mesenterika, Infark usus iskemik, Nekrosis usus.
Journal ReadingSeptember 2013
Latar Belakang
Iskemia mesenterika akut ( AMI ) terjadi melalui serangkaian proses
patofisiologis yang secara umum berakhir dengan nekrosis usus. Tingkat
kelangsungan hidup belum membaik secara substansial selama 70 tahun terakhir,
dan alasan utama adalah karena adanya kesulitan dalam mengenali kondisi
sebelum infark usus terjadi [ 1,2 ] .
Dalam kebanyakan kasus gambaran klinis tidaklah spesifik dan dapat
dikenali oleh perbedaan permulaan antara nyeri abdomen hebat dan temuan klinis
minimal. Secara umum, pasien dengan AMI memiliki onset gejala akut dan
penurunan kondisi klinis yang drastis. Komplikasi seperti ileus, peritonitis,
pankreatitis dan perdarahan gastrointestinal juga dapat menutupi tanda-tanda dan
gejala awal AMI [ 2 ].
Iskemia mesenterika akut dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe spesifik
berdasarkan penyebabnya. Penyebab yang paling sering adalah emboli arteri.
Didapatkan pada sekitar 40 % sampai 50% dari kasus[ 1,3 ]. Sumber emboli yang
paling sering berasal dari jantung. Penyebab kedua yang paling sering adalah
trombosis mesenterika akut yaitu sekitar 25 % sampai 30 % dari seluruh kejadian
iskemik [ 4,5]. Sebagian besar kasus iskemia mesenterika akibat thrombosis arteri
timbul dengan riwayat penyakit aterosklerosis berat, lokasi yang paling sering
adalah di dekat asal dari arteri mesentrika superior [ 6 ]. Pada mumnya, pasien
dengan kondisi ini dapat mentolerir obstruksi arteri visceral major karena
progresivitas yang lambat dari aterosklerosis memungkinkan berkembangnya
sirkulasi kolateral yang penting. Penyebab utama yang ketiga adalah iskemia
mesenterika non-oklusif. Patogenesisnya kurang dipahami tetapi sering
melibatkan keadaan curah jantung yang rendah yang berkaitan denan
vasokonstriksi mesenterika yang difus. Vasokonstriksi Splanknikus dalam
merespon hipovolemia, penurunan curah jantung, hipotensi atau vasopresor dapat
menjelaskan perbedaan antara keadaan ini dan bentuk lain dari AMI [ 7,8].
Journal ReadingSeptember 2013
Trombosis vena mesenterika adalah penyebab yang paling jarang dari
iskemia mesenterika, mewakili sampai 10 % dari semua pasien dengan iskemia
mesenterika dan 18 % dari mereka dengan AMI. Kebanyakan kasus dianggap
sekunder akibat kondisi patologis intraabdominal lainnya (seperti keganasan,
sepsis intraabdominal, atau pankreatitis ) atau yang diklasifikasikan idiopatik [9] .
Trombosis vena mesenterika biasanya segmental dengan edema dan
perdarahan dari dinding usus besar dan pengelupasan fokal dari mukosa. Trombus
biasanya berasal dari arcade vena dan menyerbar untuk melibatkan saluran
arkuata. Infark hemoragik terjadi ketika pembuluh intramural yang tersumbat [2].
Keterlibatan vena mesenterika inferior dan usus besar jarang terjadi. Transisi dari
usus normal ke usus iskemik lebih bertahap akibat emboli vena dibandingkan
dengan emboli arteri atau trombosis .
Presentasi Kasus
Seorang wanita 53 tahun datang dalam keadaan pingsan dari rumahnya. Di
dalam ambulans ia menjadi tidak responsif dengan suhu 33.4oC, denyut jantung
95 kali per menit dan tekanan darah tidak terukur. Pada saat kedatangan pasien,
resusitasi aktif dimulai dan diperoleh riwayat tiga hari lalu dengan sakit berat,
nyeri abdominal intermitten, konstipasi absolut dan output urin menurun. Sebelum
kejadian ini keadaan pasien baik tanpa ada riwayat penurunan berat badan atau
penurunan nafsu makan. Pasien memiliki riwayat medis hipertensi, osteoporosis,
apendiktomi dan riwayat merokok 20 batang selama bertahun-tahun. Pasien
menyangkal riwayat dispepsia sebelumnya dan tidak pernah mendapatkan
pemberian antasida. Pengobatan yang diberikan pada saat masuk adalah beta
blocker, bifosfonat kerja panjang dan parasetamol sebagai penanganan awal. Pada
pemeriksaan pasien tampak habitus normal, dengan BMI 22 dan pada
pemeriksaan ditemukan peritonitis.
Pemeriksaan darah sewaktu masuk menunjukkan penanda inflamasi yang
sangat tinggi ( CRP > 500mg / L ), neutrophilia dan gagal ginjal akut. Gas darah
menunjukkan asidosis metabolik dengan laktat tinggi ( 12.7mmol / L ) basa
rendah ( -21,8 mmol / L ) dan bikarbonat ( 6.9mmol / L ) .
Journal ReadingSeptember 2013
Karena adanya gangguan ginjal akut yang berat maka dilakukan
pencitraan tanpa kontras. CT scan abdomen yang dilakukan pada saat masuk
menggambarkan cairan peritoneal bebas yang luas dan juga cairan di
retroperitonium ginjal. (Gambar 1). Tidak terdapat bukti adanya udara bebas,
obstruksi, perforasi atau aneurisma aorta abdominalis dengan tidak adanya bukti
untuk iskemia usus halus. Selanjutnya dilakukan drainase asites yang yang
menunjukkan cairan berwarna jernih dengan laktat dehidrogenase yang sangat
tinggi dan protein normal. Tidak didapatkan pertumbuhan organisme apapun.
Meskipun dilakukan pengelolaan yang optimal di unit perawatan intensif
penanda inflamasi pasien berupa kreatinin dan alanin aminotranserase terus
meningkat dan output urin masih minimal. Mengingat keadaan klinis yang buruk
12 jam setelah masuk, pasien menjalani laparoskopi diagnostik.
Gambar 1. CT scan abdomen menunjukkan cairan bebas
peritoneal.
Journal ReadingSeptember 2013
Pada saat operasi sekitar 3 liter cairan intraperitoneal yang purulen
berwarna empedu dan beberapa eksudat fibrous menutupi seluruh usus halus . 162
cm dari usus halus bagian distal menunjukkan iskemik dan perforasi anterior
duodenum ( D1 ) teridentifikasi. Prosedur kemudian dikonversi menjadi
laparotomi untuk mengamati temuan. Perforasi duodenal anterior diatasi dengan
menggunakan patch omentum dan usus yang iskemik ditutupi dengan kemasan
larutan salin hangat dengan keuntungan minimal. 162 cm bagian distal dari usus
halus yang nekrosis itu direseksi dan karena kondisi kritisnya ujung distal yang
baru dari usus halus yang memiliki beberapa patch kehitaman ditinggalkan untuk
diamati pada hari berikutnya. Telah dilakukan pembersihan dan laparostomy
dengan menggunakan saline bag.
Suatu hari pasca bedah pasien dihemodialisis dan tetap diintubasi karena
asidosis metabolik yang tidak teratasi. Selama laparotomi yang kedua pada 50 cm
bagian lain dari usus halus muncul iskemia dan telah direseksi. 2 meter dari usus
halus yang sehat yang tersisa dibiarkan (in situ). Anastomosis ileocaecal telah
dibuat , pembersihan dilakukan dan luka abdominal ditutup .
Dua minggu setelah laparotomi awal, pada pasien dilakukan endoskopi
untuk pemasangan tabung nasojejunal. Perbaikan omentum patch dilakukan
selama laparotomi untuk menangani perforasi ulkus duodenum. Meskipun
demikian, ketika endoskopi dilakukan beberapa hari setelah laparotomi pertama
untuk pemasangan nasojejunal tube untuk makanan, lubang kecil teridentifikasi
dekat lokasi perbaikan D1 dan telah dijepit ( Gambar 2 ) . Endoskopi ulangan
seminggu kemudian menunjukkan penutupan defek duodenum dan penyembuhan
1cm dari ulkus. Pasien mengalami pemulihan perlahan-lahan dan dia membaik
beberapa minggu kemudian.
Journal ReadingSeptember 2013
Pemeriksaan histologi menunjukkan infark hemoragik pada potongan
usus halus dengan perubahan iskemik seluruh submukosa dan lapisan otot dengan
penampakan pembuluh darah mesenterika yang normal.
Gambar 2. Endoscopic clipping pada perforasi duodenal
anterior
Diskusi dan Kesimpulan
Temuan klinis yang tidak biasa pada pasien ini memunculkan pertanyaan
penting mengenai patologi gandanya: yang mana terjadi lebih dahulu? apakah dia
mengalami performasi ulkus duodenum yang menyebabkan sepsis dan hipotensi
yang kemudian menyebabkan iskemia usus halus atau apakah dia mengalami
iskemi usus dan kemudian berkembang menjadi perforasi ulkus yang terkait
stres ?. Setelah melakukan pencarian literatur, kami mengidentifikasi sebuah
laporan kasus yang menggambarkan seorang pasien yang mengalami akut
abdomen dan intervensi selanjutnya menunjukkan secara tepat patologi ganda
menyerupai iskemia usus halus dan perforasi ulkus duodenum.
Namun pemeriksaan histopatologi pada usus dalam kasus tersebut
memang menunjukkan bukti adanya polyarteritis nodosa yang dapat menjelaskan
penyebab iskemia usus akut [ 10 ] .
Journal ReadingSeptember 2013
Untuk menjelaskan patologi ganda ini sangat penting untuk dicatat bahwa
pada penyakit ulkus peptikum ada dua faktor pencetus utama yaitu infeksi
Helicobacter Pylori dan non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID).
Kejadian ulcer meningkat menurut usia dan pemberian terapi dengan obat-obatan
seperti kortikosteroid, antikoagulan dan bisphoshonat . Komplikasi (perdarahan,
perforasi, obstruksi) dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptikum dengan
etiologi apapun. Perforasi terjadi pada sekitar 5 % sampai 10 % pasien dengan
penyakit ulkus aktif [ 11 ] .
Dengan latar belakang ini kami mengajukan dua penjelasan untuk patologi
ini . Yang pertama adalah bahwa pasien telah mendapat bifosfonat jangka panjang
dan ini meningkatkan risiko terkena penyakit ulkus peptikum. Jika kita berasumsi
bahwa perforasi ulkus duodenum terjadi pertama kali, tampaknya hal itu
menyebabkan trombosis vena mesenterika yang kemudian menyebabkan infark
dari usus halus yang iskemik. Hasil pemeriksaan histologi mendukung teori ini
oleh karena pasien memiliki keterlibatan secara segmental dari usus halus dengan
sedikit bagian dari usus besar dan ini biasanya didapatkan pada iskemia usus akut
yang berhubungan dengan trombosis vena mesenterika .
Hipotesis kedua adalah bahwa pasien mengalami stress ulkus duodenum
pasca infark usus yang iskemia dan akhirnya ulkus ini mengalami perforasi.
Penyebab iskemia kemungkinan karena trombosis arteri dengan adanya riwayat
penyakit aterosklerosis berat yang disebabkan oleh riwayat hipertensi dan
merokok yang lama . Pasien dengan jenis iskemia usus ini datang terlambat
karena mereka dapat mentolerir obstruksi arteri visceral major karena sifat
progresif lambat aterosklerosis memungkinkan terbentuknya sirkulasi kolateral
penting. Pasien memiliki riwayat 3 hari merasa tidak sehat dan konstipasi dengan
output urin minimal sebelum ia pingsan .
Journal ReadingSeptember 2013
REFERENCES
1. Lock G: Acute intestinal ischaemia. Best Pract Res Clin Gastroenterol 2001, 15:83–98.
2. Oldenburg WA, Lau LL, Rodenburg TJ, Edmonds HJ, Burger CD: Acute mesenteric ischaemia: a Clinical Review. Arch Intern Med 2004, 164:1054–1062.
3. Bradbury AW, Brittenden J, McBride K, Ruckley CV: Mesenteric ischaemia: a multidisciplinary approach. Br J Surg 1995, 82:1446–1459.
4. Sitges-Serra A, Mas X, Roqueta F, Figueras J, Sanz F: Mesenteric infarction: an analysis of 83 patients with prognostic studies in 44 cases undergoing a massive small-bowel resection. Br J Surg 1988, 75:544–548.
5. Mansour MA: Management of acute mesenteric ischemia. Arch Surg 1999, 134:328–330.
6. Kaleya RN, Boley SJ: Acute mesenteric ischemia: an aggressive diagnostic and therapeutic approach: 1991 Roussel Lecture. Can J Surg 1992, 35:613–623.
7. Wilcox MG, Howard TJ, Plaskon LA, Unthank JL, Madura JA: Current theories of pathogenesis and treatment of nonocclusive mesenteric ischemia. Dig Dis Sci 1995, 40:709–716.
8. Howard TJ, Plaskon LA, Wiebke EA, Wilcox MG, Madura JA: Nonocclusive mesenteric ischemia remains a diagnostic dilemma. Am J Surg 1996, 171: 405-408.
9. Abdu RA, Zakhour BJ, Dallis DJ: Mesenteric venous thrombosis: 1911 to 1984. Surgery 1987, 101:383–388.
10. Tun M, Malik AK: Massive small bowel infarction and duodenal perforation due to abdominal polyarteritis nodosa: a case report. Malays J Path 1994, 16(1):75–78.
11. Gunshefski L, Flancbaum L, Brolin RE, Frankel A: Changing patterns in perforated peptic ulcer disease. Am Surg 1990, 56:270.