duktus arteriosus paten pada neonatus kurang bulan

21
Duktus Arteriosus Paten pada Neonatus Kurang Bulan Samdaniel Sutanto Kelompok E2 – 102013382 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Pendahuluan Duktus arteriosus paten merupakan suatu kelainan jantung kongenital yang paling umum terjadi. Duktus arteriosus paten, yang didefinisikan sebagai kegagalan duktus arteriosus untuk menutup segera setelah bayi dilahirkan, dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada bayi secara signifikan. Selain itu, beberapa komplikasi serius yang dapat ditimbulkan oleh duktus arteriosus paten setelah lahir meliputi gagal jantung, disfungsi renal, enterocolitis nekrosis, perdarahan intraventrikular, dan terganggunya nutrisi dan pertumbuhan pascanatal. Tentunya komplikasi ini akan timbul apabila duktus arteriosus paten tidak ditangani dengan tepat. Melalui ulasan ini, penulis akan membahas mengenai pengertian, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari pasien dengan duktus arteriosus paten. Pembahasan Untuk mengetahui secara jelas mengenai keluhan yang dialami oleh pasien, kita harus mempunyai pengetahuan tentang 1

Upload: samdisutanto

Post on 05-Jan-2016

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PBL BLOK 19 UKRIDA

TRANSCRIPT

Page 1: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

Duktus Arteriosus Paten pada Neonatus Kurang Bulan

Samdaniel SutantoKelompok E2 – 102013382

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Pendahuluan

Duktus arteriosus paten merupakan suatu kelainan jantung kongenital yang paling

umum terjadi. Duktus arteriosus paten, yang didefinisikan sebagai kegagalan duktus

arteriosus untuk menutup segera setelah bayi dilahirkan, dapat menimbulkan morbiditas dan

mortalitas pada bayi secara signifikan. Selain itu, beberapa komplikasi serius yang dapat

ditimbulkan oleh duktus arteriosus paten setelah lahir meliputi gagal jantung, disfungsi renal,

enterocolitis nekrosis, perdarahan intraventrikular, dan terganggunya nutrisi dan pertumbuhan

pascanatal. Tentunya komplikasi ini akan timbul apabila duktus arteriosus paten tidak

ditangani dengan tepat.

Melalui ulasan ini, penulis akan membahas mengenai pengertian, etiologi,

epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis

dari pasien dengan duktus arteriosus paten.

Pembahasan

Untuk mengetahui secara jelas mengenai keluhan yang dialami oleh pasien, kita harus

mempunyai pengetahuan tentang keluhan-keluhan yang dialami pasien dan harus memahami

langkah-langkah dalam mendiagnosis keluhan yang dialami pasien. Langkah pertama yang

harus dilakukan dalam mendiagnosis keluhan pasien adalah dengan melakukan anamnesis

terhadap pasien.

Anamnesis

Anamnesis atau wawancara medis merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan

pasien, baik secara langsung pada pasien yang bersangkutan atau tidak langsung melalui

keluarga ataupun kerabat pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi secara

menyeluruh dari pasien yang bersangkutan seperti identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat pribadi, dan

1

Page 2: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

riwayat sosial-ekonomi.1 Anamnesis dapat dilakukan baik secara langsung pada pasien

(autoanamnesis) apabila kondisi pasien memungkinkan atau dapat dilakukan secara

alloanamnesis pada orang terdekat atau mengantar pasien untuk berobat bila keadaan pasien

tidak memungkinkan atau bila pasien tersebut adalah seorang anak kecil.

Dalam kasus di atas, anamnesis yang dilakukan adalah anamnesis dalam bentuk

alloanamnesis. Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis sesuai dengan kasus di

atas antara lain sebagai berikut:

1. Identitas Pasien

Identitas pasien yang ditanyakan adalah nama pasien, usia pasien, nama orang tua,

usia orang tua, pekerjaan orang tua, dan alamat tempat tinggal.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang membuat pasien datang berobat ke dokter. Selain

itu, kita juga perlu menanyakan sejak kapan keluhan tersebut dirasakan. Dalam kasus

ini keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah frekuensi jantung dan

frekuensi nafas meningkat.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Hal-hal yang perlu ditanyakan untuk mendapatkan keterangan penyakit yang diderita

pasien ke pada orang tuanya meliputi berapa lama keluhan tersebut terjadi, bagaimana

sifat dari keluhan yang dirasakan oleh pasien, lokasi keluhan yang dirasakan, faktor-

faktor yang memperberat keluhan yang dirasakan pasien, dan apakah ada keluhan lain

yang dirasakan seperti demam, batuk, pilek, muntah, dan lainnya.

4. Riwayat Pengobatan

Apakah pasien sudah dibawa untuk berobat sebelumnya atau apakah pasien sedang

mengonsumsi obat-obatan.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Menanyakan apakah pasien pernah mengalami suatu penyakit tertentu (misalnya,

riwayat alergi, asma, disentri, dan lainnya).

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama dengan

keluhan pasien saat ini.

7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Hal yang perlu ditanyakan antara lain usia ibu saat melahirkan, usia kehamilan,

ada/tidaknya infeksi saat kehamilan seperti infeksi Rubella, apakah ibu mengonsumsi

2

Page 3: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

obat-obatan tertentu saat sedang hamil, apakah ibu menjaga kebutuhan gizinya

dengan baik saat hamil, dan bagaimana proses persalinan yang berlangsung. Pada

kasus ini, bayi dilahirkan prematur/kurang bulan pada usia kehamilan 33

minggu.

8. Riwayat Kelahiran

Hal yang perlu ditanyakan meliputi berat badan bayi saat lahir, kondisi bayi saat lahir,

apakah bayi menangis atau tidak menangis saat dilahirkan, dan apakah terdapat

sianosis atau tidak. Pada kasus ini diketahui bahwa berat badan lahir pasien adalah

sebesar 1400 gram, pasien tidak langsung menangis saat dilahirkan, dan pasien

tidak mengalami sianosis.

9. Riwayat Sosial

Hal yang perlu ditanyakan meliputi kondisi tempat tinggal pasien dan kondisi

penduduk sekitar tempat tinggal pasien.

Pemeriksaan Fisik

Sesuai dengan kasus, pemeriksaan fisik pada pasien neonatus tersebut dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan terhadap keadaan umum pasien, kesadaran pasien,

memeriksa tanda-tanda vital, dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik umum dan

pemeriksaan fisik terhadap jantung pasien.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit berat

disertai sesak nafas dan hasil tanda-tanda vital pasien menunjukkan:

- Frekuensi Nadi: 160-180 kali/menit (takikardia), nadi teraba sangat kuat

- Frekuensi Nafas: 70-80 kali/menit (takipnea)

- Tekanan Darah: 80/50 mmHg (hipotensi)

- Saturasi Oksigen (SpO2): 94% (normal)

1. Inspeksi

Pada inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah warna kulit pasien, ada/tidaknya

lesi kulit ataupun massa, bentuk thorax pasien, tampak/tidaknya ictus cordis, dan

ada/tidaknya kelainan pada bagian tubuh lain seperti ekstremitas. Dari hasil inspeksi

diperoleh adanya hyperdynamic precordium, ictus cordis terlihat, pasien tidak

mengalami sianosis, dan tidak ada edema pada ekstremitas pasien.

2. Palpasi

3

Page 4: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

Pada palpasi, dilakukan palpasi sela iga untuk mengetahui apakah ada retraksi

ataupun pelebaran dari sela iga, palpasi thorax, dan abdomen untuk mengetahui

apakah terdapat cardiomegali ataupun hepatomegali. Pada pemeriksaan didapati

bahwa ictus cordis teraba tidak kuat angkat, ada retraksi sela iga, dan hepar

teraba 2 cm di bawah subcostal margin dengan tepi tumpul.

3. Perkusi

Pada pasien anak-anak, perkusi dilakukan dari perifer ke sentral untuk melihat besar

dari jantung, terutama jika terdapat kardiomegali yang nyata. Perkusi sulit dilakukan

pada bayi dikarenakan bunyi sonor paru dan bunyi redup jantung sulit dibedakan.

4. Auskultasi

Pada pemeriksaan auskultasi, pemeriksa kesehatan dapat mendengarkan suara nafas

dan suara jantung dengan menggunakan alat bantu stetoskop, baik bunyi yang normal

maupun yang patologis. Dari pemeriksaan auskultasi terdengar adanya continuous

murmur di sela iga ke-2 linea parasternal kiri dan bunyi P2 yang prominent.

Pemeriksaan Antropometri

Pada pemeriksaan antropometri, yang bertujuan untuk menilai status tumbuh

kembang anak, aspek umum yang dilakukan oleh seorang petugas pemeriksa kesehatan

adalah mencatat panjang badan/tinggi badan, berat badan anak, dan lingkar kepala pada kartu

standar yang telah disediakan (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Aspek Pengukuran Antropometri pada Neonatus dan Cara Pengukurannya

Pengukuran Cara Pengukuran

Panjang Badan Bayi diletakkan terlentang di atas papan ukuran, tanpa sepatu atau topi. Panjang

badan diukur dengan meletakkan vertex bayi pada kayu yang tetap (statis),

sedangkan kayu yang dapat bergerak (dinamis) menyentuh tumit bayi.

Berat Badan Ditimbang menggunakan timbangan khusus untuk anak. Bayi ditimbang tanpa baju

atau hanya dengan popoknya saja. Berat badan yang kurang atau lebih menunjukkan

adanya masalah pada status gizi.

Lingkar Kepala Harus diperiksa selama 2 tahun pertama kehidupan anak, namun pengukuran juga

dapat berguna pada setiap saat untuk mengetahui pertumbuhan kepala. Lingkar

kepala pada bayi menggambarkan pertumbuhan tengkorak dan otak. Pengukuran

dilakukan dengan meletakkan pita melingkari kepala melalui glabella pada dahi,

bagian atas alis mata dan bagian belakang kepala bayi yang paling menonjol yaitu

protuberantia occipitalis.

4

Page 5: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

Pemeriksaan Apgar Score

Pemeriksaan Apgar Score adalah pemeriksaan pertama yang dilakukan segera setelah

bayi dilahirkan. Pemeriksaan ini mendeskripsikan mengenai tonus otot, warna, pernapasan,

denyut nadi, dan respon terhadap rangsangan. Setiap unsur diberikan nilai 0, 1, dan 2,

memberikan nilai total maksimum sebesar 10. Bayi yang sehat umumnya memiliki nilai

Apgar 8-10 pada 1 dan 5 menit, sedangkan bayi dengan nilai Apgar kurang dari 8 pada 5

menit membutuhkan evaluasi lanjutan sampai dipastikan bahwa bayi tersebut dalam kondisi

sehat. Berikut adalah kriteria pemeriksaan Apgar Score (lihat Tabel 2).

Tabel 2. Nilai Apgar

Skor 0 1 2

Denyut Nadi Tidak ada <100 x/menit > 100 x/menit

Pernapasan Tidak adaLambat dan

iregulerBaik: kuat

Tonus Otot LumpuhGerakan fleksi

kaki/lenganGerakan aktif

Iritabilitas

terhadap RangsangTidak ada Gerakan sedikit

Menangis keras,

bersin, atau batuk

Warna Kulit Biru, pucatBadan merah,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

kemerah-merahan

Nilai Apgar 1 Menit Nilai Apgar 5 Menit

8-10 Normal 8-10 Normal

5-7 Depresi sistem saraf 0-7 Berisiko tinggi untuk

timbul disfungsi sistem

saraf pusat dan organ

lainnya

0-4

Depresi berat,

membutuhkan resusitasi

cepat

Pemeriksaan Penunjang

- Elektrokardiografi

Pemeriksaan ektrokardiografi (EKG) bertujuan untuk merekam aktivitas listrik

jantung. Elektrokardiogram adalah hasil rekaman aktivitas listrik jantung. Bentuk

garis yang naik dan turun pada elektrokardiogram disebut gelombang (wave).

EKG pada orang dewasa hanya menggunakan 6 elektroda tetapi pada bayi dan

5

Page 6: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

anak ada penggunaan tambahan elektroda, yaitu V3R, V4R dan V7. Pemeriksaan

ini dapat membantu untuk menentukan diagnosis kelainan pada jantung. Dari hasil

EKG pada pasien neonatus tersebut, didapatkan adanya sinus takikardia,

dengan axis 120°, dan tidak ada hipertrofi jantung.

- Foto Rontgen Thorax

Foto rontgen thorax PA dapat dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan

jantung ataupun paru. Adanya suatu kondisi kardiomegali dapat diketahui dengan

melakukan pengukuran cardiothoracic ratio (CTR). Pada orang dewasa, nilai

normal CTR adalah kurang dari 50%, sedangkan pada bayi dan anak-anak nilai

normal CTR adalah kurang dari 55%. Bayi ataupun anak yang memiliki nilai CTR

55% dapat dikatakan suspek kardiomegali, sedangkan apabila nilai CTR sudah

melebihi 55%, maka dapat dikatakan bahwa pasien tersebut mengalami

kardiomegali.

Pada kasus ini, nilai CTR pasien neonatus tersebut adalah sebesar 55%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut suspek kardiomegali. Selain itu

didapatkan juga tampak adanya peningkatan pulmonary blood flow tanpa

pembesaran ventrikel. Hal ini berarti menunjukkan adanya kemungkinan patensi

suatu duktus yang menyebabkan berlebihnya aliran darah ke arteri pulmonalis.

- Ekokardiografi

Ekokardiografi dilakukan untuk mengetahui adanya suatu defek di lokasi tertentu

pada jantung, arah dan gradien aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan

pulmonal, gambaran beban volume ventrikel kiri, dan beberapa kelainan lainnya.

- Kateterisasi Jantung

Kateterisasi jantung dapat digunakan untuk menentukan tekanan serta resistensi

dari pembuluh darah jantung, reversibilitas resistensi dengan menggunakan

oksigen, kadar nitric oxide, prostaglandin atau adenosin, dan untuk mengukur

saturasi oksigen.

Diagnosis Kerja

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang

telah dilakukan, maka diagnosis yang didapat dari pasien tersebut adalah neonatus kurang

bulan – sesuai masa kehamilan (NKB-SMK) dan pasien tersebut didiagnosis menderita

6

Page 7: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

penyakit jantung bawaan asianotik et causa suspek duktus arteriosus paten/patent ductus

arteriosus (PDA).

Diagnosis Banding

Selain penyakit jantung bawaan asianotik tipe duktus arteriosus paten, beberapa

penyakit jantung bawaan asianotik lain yang dapat dijadikan sebagai diagnosis banding

antara lain:

- Defek Septum Atrium

Defek septum atrium atau lebih dikenal sebagai atrial septal defect (ASD) adalah

suatu kondisi di mana terdapat suatu lubang pada sekat atrium yang menyebabkan

hubungan antara atrium kanan dan kiri. Kasus ini sulit terdeteksi pada masa bayi atau

anak-anak karena bising jantung yang tidak mudah didengar dan lebih sering bersifat

asimtomatik.2 Berdasarkan variasi kelainan anatominya, ASD diklasifikasikan

menjadi:

1. Defek Septum Atrium Primum

Kondisi ini disebabkan oleh gangguan pada perkembangan tepi bawah sekat

primum yang disertai dengan kelainan perkembangan bantalan endokardium,

sehingga tidak mempunyai jaringan sekat atrium tepi inferior.3 Insidensi ASD

primum ini adalah sekitar 30% kasus dari seluruh tipe ASD.2

2. Defek Septum Atrium Sekundum

ASD tipe ini merupakan suatu defek pada bagian sentral sekat yang berhubungan

dengan foramen ovale sebagai akibat dari penutupan yang tidak adekuat sekat

sekundum ke atas lubang sentral pada sekat primum, yang sebenarnya lebih tepat

disebut sebagai defek fossa ovalis.3 ASD sekundum merupakan tipe ASD yang

paling sering terjadi, yaitu berkisar 70% kasus ASD yang ada.2

3. Defek Sinus Venosus

Tipe ASD ini terdapat dalam bagian superior sekat atrium dan biasanya meluas ke

dalam vena cava superior.3

Bayi dan anak-anak dengan ASD umumnya tidak menunjukkan gejala dan

biasanya ASD diketahui secara tidak sengaja pada pemeriksaan kesehatan rutin.

Namun pada beberapa kasus, anak dengan ASD memiliki berat badan yang rendah,

mengalami sesak nafas, dan sering mengalami infeksi pada saluran nafas atas. Bayi

dan anak-anak dengan defek yang besar dapat menunjukkan gejala-gejala gagal

7

Page 8: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

jantung kongestif, terutama jika mereka memiliki jejas yang berkaitan seperti duktus

arteriosus paten, atau penyakit paru.4

- Foramen Ovale Paten

Foramen ovale paten, dikenal juga sebagai patent foramen ovale (PFO) merupakan

suatu kondisi di mana foramen ovale, celah antara septum primum dan sekundum

pada lokasi fossa ovalis, tidak menutup dan tetap terbuka setelah dilahirkan.3

Pada beberapa bayi, walaupun hubungan tekanan atrium normal tetap terjadi

sesudah lahir, katup foramen ovale tidak secara sempurna menutupi foramen ovale

karena terlalu pendek atau karena foramen ovale telah membesar dan melebar pada

bayi yang mengalami peningkatan tekanan dan volume atrium kiri, seperti pada

duktus arteriosus paten, defek sekat ventrikel (VSD), atau obstruksi saluran keluar

ventrikel kiri yang disebabkan oleh stenosis aorta.3

Manifestasi klinis yang ditemukan pada PFO tanpa penyakit jantung bawaan

umumnya tidak ada, namun adanya foramen ovale paten dengan pirau kanan-ke-kiri

harus dipertimbangkan pada bayi dengan sianosis generalisata.5

- Stenosis Pulmonal

Stenosis pulmonal menyumbang sekitar 10% kasus penyakit jantung kongenital dan

tipe-tipe yang dapat terjadi berupa valvar, subvalvar, atau supravalvar. Stenosis

pulmonal terjadi akibat gagalnya perkembangan, pada awal gestasi, dari 3 daun katup,

insufisiensi dari resorpsi jaringan infundibulum, dan insufisiensi dari kanalisasi arteri

pulmonalis perifer.6

Gejala yang ditimbulkan bergantung dari derajat obstruksi yang ada. Stenosis

pulmonal yang ringan umumnya asimtomatik. Stenosis pulmonal yang sedang dan

berat dapat menyebabkan sesak nafas dan mudah mengalami kelelahan. Bayi-bayi

yang mengalami stenosis yang berat dapat menimbulkan gejala dan bahkan

mengalami sianosis akibat adanya pirau kanan-ke-kiri pada atrium.6 Anak dengan

stenosis yang berat (tekanan ventrikel kanan lebih besar daripada sistemik) harus

menjalani valvuloplasti pulmonal dengan balon atau bila hal tersebut tidak bisa

dilakukan, maka harus dilakukan valvotomi pulmonal.3

Pengertian Duktus Arteriosus Paten

Selama kehidupan janin, kebanyakan dari darah arteri pulmonal dialirkan melalui

duktus arteriosus ke dalam aorta. Penutupan fungsional duktus arteriosus normalnya terjadi

segera sesudah lahir, tetapi jika duktus tetap terbuka ketika tahanan vaskuler pulmonal turun,

8

Page 9: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

darah aorta dialirkan ke dalam arteri pulmonalis (lihat gambar 1). Duktus arteriosus paten

merupakan kelainan jantung kongenital yang paling sering terjadi akibat infeksi Rubella ibu

selama awal kehamilan dan merupakan

masalah yang sering terjadi pada unit

perawatan intensif neonatus, di mana ia

mempunyai beberapa sekuele besar pada

bayi prematur.7

Pada bayi cukup bulan yang menderita

duktus arteriosus paten, ditemukan adanya

defisiensi lapisan endotelial mukoid

maupun media muskuler duktus. Namun,

pada bayi prematur, duktus paten biasanya

memiliki struktur anatomi yang normal:

pada bayi ini, patensi duktus disebabkan

oleh karena hipoksia dan imaturitas.

Dengan demikian, duktus arteriosus paten

yang menetap sesudah umur beberapa minggu pertama pada bayi cukup bulan jarang

menutup secara spontan, sedangkan pada bayi prematur, jika intervensi farmakologis atau

bedah awal tidak diperlukan, penutupan spontan dapat terjadi pada sebagian besar kasus.7

Etiologi dan Faktor Risiko

Mekanisme yang menyebabkan patensi duktus disebabkan oleh ketidakmampuan

duktus arteriosus pada bayi prematur untuk berespons secara normal pada peningkatan

tekanan oksigen dan terhadap perubahan kadar prostaglandin.3

Patensi duktus arteriosus pada bayi cukup bulan yang dilahirkan di tempat tinggi, di

mana insidennya lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan pada ketinggian

permukaan laut, kemungkinan disebabkan oleh tekanan oksigen atmosfer yang lebih rendah.

Sedangkan patensi duktus pada bayi cukup bulan dan kadang-kadang bayi kurang bulan yang

dilahirkan pada ketinggian yang lebih rendah biasanya terjadi karena kelainan struktur duktus

arteriosus itu sendiri.3

Beberapa kelainan kromosom memiliki kaitan dengan patensi duktus arteriosus.

Beberapa implikasi teratogenik yang terlibat meliputi infeksi Rubella kongenital pada

trimester pertama kehamilan, sindroma alkohol pada janin, penggunaan amfetamin ibu, dan

penggunaan fenitoin ibu.8

9

Sumber: www.health-writings.com

Gambar 1. Sirkulasi Darah pada Jantung Normal dan Sirkulasi Darah pada Jantung dengan Duktus Arteriosus Paten.

Page 10: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

Prematuritas bayi pada saat persalinan berkontribusi pada patensi dari duktus

arteriosus. Beberapa faktor yang terlibat meliputi ketidakmatangan otot polos dalam struktur

duktus arteriosus atau ketidakmampuan paru-paru yang belum matang dalam membersihkan

sisa-sisa prostaglandin dari masa kehamilan yang masih beredar.8

Penyebab-penyebab lain yang mungkin dapat menyebabkan patensi duktus meliputi

berat badan lahir (BBL) rendah dan hipoksia.8

Epidemiologi

Duktus arteriosus paten yang nyata secara klinis dapat ditemukan pada 30-40% bayi

yang dilahirkan prematur dengan berat badan di bawah 1750 gram; insiden kira-kira adalah

sekitar 8 per 1000 kelahiran hidup.3 Penderita wanita melebih penderita laki-laki dengan

perbandingan 2:1.7

Patofisiologi7

Sebagai akibat tekanan aorta yang lebih tinggi, aliran darah melalui duktus arteriosus

berjalan dari aorta ke arteri pulmonalis. Luasnya pirau bergantung pada ukuran duktus dan

rasio tahanan vaskuler pulmonal dan sistemik. Pada kasus yang ekstrem, 70% dari curah

ventrikel kiri dapat dialirkan melalui duktus ke sirkulasi pulmonal. Pada duktus arteriosus

paten kecil, tekanan dalam arteri pulmonalis, ventrikel kanan, dan atrium kanan akan bersifat

normal. Namun pada duktus arteriosus paten yang besar, tekanan arteri pulmonalis dapat

meningkat ke tingkat sistemik selama sistole dan diastole, sehingga penderitanya berisiko

mengalami penyakit vaskuler pulmonal jika dibiarkan dan tidak dioperasi. Adanya tekanan

nadi yang lebar diakibatkan karena kebocoran darah ke dalam arteri pulmonalis selama

diastole.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis bergantung pada besarnya pirau kiri-ke-kanan melalui duktus

arteriosus, juga pada usia dan maturitas bayi. Bayi yang terlahir prematur kurang mampu

mengatasi pirau dibandingkan dengan bayi yang lahir secara matur sehingga pada bayi

prematur gejala dimulai cukup dini, dan dengan pirau yang relatif kecil. Pada bayi prematur

yang memiliki berat badan lahir kurang dari 750 gram dapat mengalami sindrom gawat napas

idiopatik. Kegagalan ventrikel kiri sekunder akibat duktus arteriosus paten dapat terjadi

menumpang pada sindrom gawat napas idiopatik pada bayi prematur dengan berat kurang

dari 1000 gram. Sebagian besar bayi prematur dengan berat 1000-1250 gram yang memiliki

10

Page 11: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

duktus arteriosus paten yang besar memiliki tekanan nadi yang lebar dengar nadi melambung

yang nyata, hiperaktivitas prekordial yang jelas, takikardia, dan seringkali ditemukan irama

gallop. Komponen pulmonal bunyi kedua biasanya menguat.3

Pada kasus duktus arteriosus paten dengan defek yang besar dapat menyebabkan

terjadinya gagal jantung kongestif yang serupa dengan gagal jantung kongestif pada bayi

dengan defek septum ventrikel.7 Selain itu juga dapat menyebabkan kesulitan makan dan

pertumbuhan yang buruk selama masa bayi, ditandai sebagai gagal tumbuh.8 Duktus

arteriosus dengan pirau kiri-ke-kanan yang sedang hingga besar dapat menyebabkan suara

parau, batuk, infeksi saluran nafas bawah, atelektasis, atau pneumonia.8

Bayi dengan duktus arteriosus paten yang berusia 3 hingga 6 minggu dapat memiliki

gejala berupa takipnea, diaforesis, kesulitan dalam menyusu, dan mengalami penurunan atau

tidak ada kenaikan berat badan.8

Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis yang dapat dilakukan pada pasien dengan duktus

arteriosus paten adalah dengan memberikan obat-obatan penghambat siklooksigenase (COX)

seperti indomethacin dan ibuprofen. Obat-obatan penghambat COX menginduksi konstriksi

dan penutupan duktus dengan menghambat sintesis dan pelepasan dari prostaglandin, yang

memiliki peran besar dalam menjaga patensi duktus selama kehidupan janin. Pada pasien

dengan duktus arteriosus paten yang simtomatik, dapat juga diberikan obat-obatan diuretik.9

Indomethacin memiliki efek penghambat COX-1 yang lebih kuat, sehingga

penggunaannya dapat memberikan efek samping terhadap saluran pencernaan, otak, dan

ginjal yang tidak terduga. Sedangkan ibuprofen memiliki efek penghambat COX-1 yang

lemah, sehingga efek vasokonstriksi terhadap organ vital ini juga kurang begitu kuat.10

Profilaksis dapat dilakukan dengan indomethacin sebagai pilihan obatnya,

dikarenakan ibuprofen kurang efektif dalam membuat penutupan dari duktus. Namun,

ibuprofen lebih disukai karena tingkat toksisitasnya lebih aman dibandingkan dengan

indomethacin.10

Penatalaksanaan Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis meliputi terapi konservatif dan tindakan

pembedahan. Terapi konservatif meliputi restriksi cairan, pemantauan secara berkala dan

dengan menggunakan alat bantu ventilator, namun tindakan ini memiliki rasio kegagalan

yang tinggi terutama pada bayi dengan berat badan yang rendah.10

11

Page 12: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan untuk menangani duktus arteriosus paten

meliputi tindakan ligasi ataupun kombinasi dari ligasi dan pembagian duktus arteriosus

dengan menggunakan clip bedah atau benang jahit yang nonabsorbable. Video-assisted

thoracoscopic surgery (VATS) dapat dilakukan untuk mempermudah dokter bedah untuk

melakukan ligasi yang aman dan efektif dengan tindakan invasif yang minimal.11

Tindakan bedah biasanya diindikasikan sebagai pilihan terakhir penatalaksanaan

terhadap pasien yang tidak dapat ditangani dengan penanganan farmakologis. Berdasarkan

literatur yang ada, tidak ada perbedaan antara efek dari tindakan bedah dan farmakologi

terhadap mortalitas saat pasien menjalani rawat inap. Namun, tindakan ligasi bedah memiliki

kaitan dengan risiko tinggi untuk terjadinya dysplasia bronkopulmonal, penurunan

neurosensorik, retinopati berat pada prematuritas, pneumothorax, infeksi, paralisis nervus

laryngeus, penutupan yang salah dari nervus phrenicus atau pembuluh-pembuluh darah besar

lain, dan terganggunya sistem pernapasan.11 Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan

bedah hanya dijadikan sebagai pilihan terakhir dalam menangani duktus arteriosus paten.

Komplikasi8

Komplikasi pada pasien duktus arteriosus paten yang tidak tertangani meliputi

endokarditis bakterialis, gagal jantung kongestif, dan perkembangan penyakit obstuksi

vaskular pulmonal. Duktus arteriosus paten juga dapat menimbulkan komplikasi lain berupa:

- Ruptur aorta

- Fisiologi Eisenmenger

- Gagal jantung kiri

- Iskemia miokardium

- Enterocolitis nekrosis

- Hipertensi pulmonal

- Hipertrofi jantung kanan dan gagal jantung kanan

Prognosis8

Prognosis umumnya dianggap sangat baik pada pasien yang hanya memiliki masalah

duktus arteriosus paten. Pada bayi prematur dengan gejala-gejala lainnya dari prematuritas,

gejala lain ini cenderung mendikte prognosis dari pasien duktus arteriosus paten.

12

Page 13: Duktus Arteriosus Paten Pada Neonatus Kurang Bulan

Kesimpulan

Duktus arteriosus paten merupakan masalah kongenital yang umumnya lebih sering

terjadi pada bayi yang terlahir secara prematur dibandingkan dengan bayi yang terlahir

dengan cukup bulan. Bila ditangani secara tepat, maka pasien dengan duktus arteriosus paten

akan memiliki prognosis yang lebih baik. Namun, bila tidak ditangani, pasien duktus

arteriosus akan cenderung menimbulkan komplikasi yang serius.

Daftar Pustaka

1. Abdurrahman N, Markum HMS, Suwondo A, Rani HAA, Harun S, Manurung D,

dkk. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h.11-8.

2. Wahab AS. Kardiologi anak: penyakit jantung kongenital yang tidak sianotik. Jakarta:

EGC; 2009. h.11, 14-5.

3. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar pediatri Rudolph. Edisi ke-20.

Volume 3. Jakarta: EGC; 2007. h. 1608, 1615, 1635.

4. Carr MR. Pediatric atrial septal defects (cited, 2015 September 12). Available from

url:http://emedicine.medscape.com/article/889394-clinical.

5. Love BA. Pediatric patent foramen ovale atrial septal defects (cited, 2015 September

12). Available from url:http://emedicine.medscape.com/article/894483-clinical.

6. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson essentials of pediatrics. 7th ed. Philadelphia:

Elsevier; 2015. p.494.

7. Kliegman RM, Stanton BMD, Geme JS, Schor N, Behrman RE. Nelson textbook of

pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier; 2011. p.1582.

8. Kim LK, Milliken JC, Berger S. Patent ductus arteriosus (cited, 2015 September 12).

Available from url: http://emedicine.medscape.com/article/891096-overview.

9. Mezu-Ndubuisi OJ, Agarwal G, Raghavan A, Pham JT, Ohler KH, Maheshwari A.

Patent ductus arteriosus in premature neonates. Drugs 2012;72(7):907-916.

10. Sekar KC, Corff KE. Treatment of patent ductus arteriosus: indomethacin or

ibuprofen?. J Perinatol 2008;28:S60-S62.

11. Dice JE, Bhatia J. Patent ductus arteriosus: an overview. J Pediatr Pharmacol Ther

2007;12(3):138-146.

13