duduk membentuk huruf u.pdf

21
BAB II LANDASAN TEORI 1. KONSENTRASI BELAJAR 1.1 Defenisi Konsentrasi Belajar Konsentrasi adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya ke pekerjaannya atau aktivitasnya) (Hornby dan Siswoyo, 1993). Menurut Slameto (2003) konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dimana dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap mata pelajaran dengan mengenyampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Hendrata (2007) berpendapat konsentrasi adalah sumber kekuatan pikiran dan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa dimana pikiran tidak dapat bekerja untuk lupa dan ingat dalam waktu bersamaan. Apabila konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan cenderung mudah melupakan suatu hal dan sebaliknya apabila konsentrasi masih cukup kuat maka akan dapat mengingat dalam waktu yang lama. Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi dalam bentuk perhatian yang terpusat pada suatu pelajaran. Maka dari itu konsentrasi merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik dan apabila Universitas Sumatera Utara

Upload: intan

Post on 16-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    1. KONSENTRASI BELAJAR

    1.1 Defenisi Konsentrasi Belajar

    Konsentrasi adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya ke

    pekerjaannya atau aktivitasnya) (Hornby dan Siswoyo, 1993). Menurut Slameto

    (2003) konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan

    mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dimana dalam

    belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap mata pelajaran dengan

    mengenyampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

    Hendrata (2007) berpendapat konsentrasi adalah sumber kekuatan pikiran

    dan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa dimana pikiran tidak dapat bekerja

    untuk lupa dan ingat dalam waktu bersamaan. Apabila konsentrasi seseorang

    mulai lemah maka akan cenderung mudah melupakan suatu hal dan sebaliknya

    apabila konsentrasi masih cukup kuat maka akan dapat mengingat dalam waktu

    yang lama.

    Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan

    fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan

    sebagainya. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi dalam bentuk perhatian yang

    terpusat pada suatu pelajaran. Maka dari itu konsentrasi merupakan salah satu

    aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik dan apabila

    Universitas Sumatera Utara

  • konsentrasi ini berkurang maka dalam mengikuti pelajaran di kelas maupun

    belajar secara pribadi akan terganggu.

    Berdasarkan beberapa pengertian konsentrasi belajar diatas dapat

    disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan fungsi jiwa dan

    pemikiran seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan belajar (penerimaan

    informasi tentang pelajaran) dimana konsentrasi belajar ini sangat penting dalam

    proses pembelajaran karena merupakan usaha dasar untuk dapat mencapai prestasi

    belajar yang lebih baik.

    1.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

    Menurut Tonienase (2007) konsentrasi belajar siswa dapat dipengaruhi

    oleh berbagai faktor, seperti di bawah ini:

    a. Lingkungan

    Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi,

    siswa akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika siswa dapat

    mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi, siswa mampu

    menggunakan kemampuan siswa pada saat dan suasana yang tepat. Faktor

    lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan,

    temperatur, dan desain belajar.

    1. Suara. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada yang

    menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar ditempat ramai,

    dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat belajar ditempat yang

    Universitas Sumatera Utara

  • tenang tanpa suara, atau ada juga yang dapat belajar ditempat dalam

    keadaan apapun.

    2. Pencahayaan. Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya

    kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga

    seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau senang belajar

    ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga digolongkan

    sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di

    dalam ruangan maupun bangunan.

    3. Temperatur. Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan

    faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh

    suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat dingin,

    atau senang belajar ditempat yang hangat, dan juga senang belajar

    ditempat dingin maupun hangat.

    4. Desain Belajar. Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki

    pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar, misalnya

    terdapat seseorang yang senang belajar ditempat santai sambil duduk di

    kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet. Cara mendesain media dan

    sarana belajar merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita lebih

    dapat berkonsentrasi.

    b. Modalitas Belajar

    Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses setiap

    informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan kreativitas guru dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • mengembangkan strategi dan metode pembelajaran di kelas akan meningkatkan

    konsentrasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat pula.

    Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh siswa, maka

    kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus dalam mengikuti

    setiap proses pembelajaran. Banyak cara yang ditawarkan oleh para ahli dalam

    meningkatkan konsentrasi belajar siswa, misalnya dengan cara meningkatkan

    gelombang alfa agar setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan baik (Depoter,dkk

    dalam Susanto, 2006), kemudian dapat juga dengan mengatur posisi tubuh pada

    saat belajar, dan mempelajari materi (informasi) sesuai dengan karakteristik siswa

    itu sendiri.

    c. Pergaulan

    Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran,

    perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang

    dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang

    saat ini contohnya televisi, internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan

    prilaku siswa.

    d. Psikologi

    Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku

    siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam lingkungan

    sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kedadaan psikologis

    siswa, karena siswa akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka,

    Universitas Sumatera Utara

  • tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan

    semakin menurun.

    Selain itu Nugroho (2007) juga mengungkapkan beberapa faktor yang

    menyebabkan gangguan konsentrasi dalam belajar yaitu :

    a. Tidak memiliki motivasi diri : Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang

    siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. Ada siswa yang

    membutuhkan rangsangan seperti hadiah yang baik dari orangtua ketika mereka

    berprestasi. Namun orangtua juga harus hati-hati dalam memberikan rangsangan

    berupa hadiah agar anak tetap mau belajar meskipun tidak diberikan hadiah.

    b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif : suasana yang ramai dan

    bising tentu saja dapat mengganggu siswa yang ingin belajar dalam situasi yang

    tenang. Namun, ada juga tipe siswa yang dapat belajar dengan mendengarkan

    musik.

    c. Kondisi kesehatan siswa : bila siswa terlihat tidak serius pada materi pelajaran

    yang sedang dialaminya, sebaiknya tidak tergesa-gesa untuk menghakimi bahwa

    ia malas belajar karena bisa jadi kondisi kesehatannya yang sedang bermasalah.

    d. Siswa merasa jenuh : beban pelajaran yang ditanggung oleh siswa sangat

    banyak, apalagi mereka harus mengikuti kegiatan belajar dilembaga pendidikan

    formal (kursus). Oleh karena itu sebaiknya siswa diberikan waktu istirahat sejenak

    untuk membuat diri mereka menjadi relaks.

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Slameto (2010) seseorang sering mengalami kesulitan

    berkonsentrasi, yang disebabkan karena: kurang berminat terhadap mata

    pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan (bising, keadaan

    yang semrawut dan lain-lain), pikiran kacau/masalah-masalah kesehatan yang

    terganggu (badan lemah), bosan terhadap pelajaran/sekolah dan lain-lain.

    1.3 Aspek Aspek Konsentrasi Belajar

    Nugroho (2007) mengungkapkan aspek aspek konsentrasi belajar

    sebagai berikut :

    a. Pemusatan pikiran : Suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan,

    nyaman, perhatian seseorang dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi.

    b. Motivasi : Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk

    berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

    kebutuhannya.

    c. Rasa kuatir : Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal

    dalam melakukan pekerjaannya.

    d. Perasaan tertekan : Perasaan seseorang yang bkan dari individu melainkan

    dorongan / tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.

    e. Gangguan pemikiran : Hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu

    maupun orang sekitar. Misalnya : masalah ekonomi, keluarga, masalah pribadi

    individu.

    Universitas Sumatera Utara

  • f. Gangguan kepanikan : Hambatan untuk berkonsentrasi dalam bentuk rasa was-

    was menunggu hasil yang akan dilakuakan maupun yang sudah dilakukan oleh

    orang tersebut.

    g. Kesiapan belajar : Keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima

    pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

    1.4 Ciri Ciri Konsentrasi belajar

    Engkoswara (2012) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat

    digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi adalah

    sebagai berikut:

    1. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan,

    informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa

    yang memiliki konsentrasi belajar dapat dilihat melalui :

    a. Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan,

    b. Komprehensif dalam penafsiran informasi,

    c. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh,

    d. Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.

    2. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku

    ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat dilihat dari :

    a. Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu.

    b. Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari

    suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.

    3. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar

    dapat dilihat dari adanya :

    a. Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk

    guru,

    b. Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang

    penuh arti.

    c. Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi

    belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi

    dengan baik dan benar.

    2. PENGATURAN TEMPAT DUDUK

    2.1 Defenisi Pengaturan Tempat duduk

    Djamarah dan Zain (2010) menyatakan tempat duduk mempengaruhi

    siswa dalam belajar. Apabila tempat duduknya bagus tidak terlalu rendah, tidak

    terlalu besar, bundar, persegi empat panjang sesuai dengan kebutuhan siswa dan

    dapat diubah-ubah formasinya, maka akan dapat membuat siswa belajar dengan

    tenang.

    Hal ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Moh. Sholeh Hamid,

    S.Pd. (2012), dimana pengaturan tempat duduk mempunyai peran penting dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • konsentrasi belajar siswa dimana pengaturan tempat duduk dapat dilakukan secara

    fleksibel dengan memosisikan sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan

    pengajaran yang efektif dan efisien.

    Selain itu Wiyani (2013) juga mengungkapkan hal yang serupa dimana

    pengaturan tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik

    dimana tempat duduk yang digunakan harus sesuai dengan postur tubuh siswa dan

    dapat diubah posisinya sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar.

    Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa

    pengaturan tempat duduk merupakan pengaturan tata letak tempat duduk yang

    dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar dengan

    mempertimbangkan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan peserta didik.

    2.2 Manfaat Pengaturan Tempat Duduk

    Menurut Novan Ardi Wiyani, M.Pd.I. (2013) perubahan posisi tempat

    duduk memiliki banyak manfaat dalam mencapai keberhasilan belajar. Beberapa

    manfaat dari pengaturan tempat duduk adalah :

    a. menghindari kejenuhan pada peserta didik dalam belajar.

    b. menjadikan fokus belajar peserta didik tetap terjaga.

    c. meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik.

    d. memudahkan guru dan peserta didik bergerak dan berinteraksi saat kegiatan

    belajar-mengajar didalam kelas.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Tujuan Pengaturan Tempat Duduk

    Menurut Moh. Sholeh Hamid, S.Pd. (2012) pengaturan tempat duduk

    dilakukan untuk memenuhi empat tujuan pembelajaran yaitu :

    a. aksesibilitas yang membuat siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar

    yang tersedia.

    b. mobilitas yang membuat siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke

    bagian lain dalam kelas

    c. interaksi yang memudahkan terjadinya komunikasi antara guru dengan siswa

    maupun antar siswa.

    d. memungkinkan siswa untuk bekerjasama secara perorangan, berpasangan dan

    berkelompok.

    2.4 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Mengatur Tempat Duduk

    Ada 6 hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengatur tempat

    duduk (Wiyani, 2013) :

    a. ukuran dan bentuk kelas

    b. bentuk serta ukuran tempat duduk dan meja siswa

    c. banyaknya siswa di kelas

    d. jumlah kelompok kelas

    e. jumlah peserta didik dalam setiap kelompok kelas

    Universitas Sumatera Utara

  • f. komposisi peserta didik dalam kelompok

    2.5 Jenis Jenis Formasi Pengaturan Tempat Duduk

    Menurut Wiyani (2013) ada beberapa jenis formasi pengaturan tempat

    duduk yaitu:

    a. Formasi tradisional : pada formasi ini peserta didik duduk berpasangan-

    pasangan dalam satu meja dengan satu kursi panjang atau dua kursi dimana

    tempat duduk pada formasi ini berderet memanjang ke belakang.

    b. Formasi auditorium : formasi ini hampir sama dengan formasi tradisional

    bedanya, pada formasi ini posisi tempat duduk peserta didik sederet memanjang

    ke samping bukan ke belakang seperti pada formasi tradisional.

    c. Formasu chevron : pada formasi ini tempat duduk disusun memanjang

    kesamping (dua kolom saja) dengan posisi sedikit miring dari dalam keluar

    sehingga hal ini memperkecil jarak antara peserta didik dan guru.

    d. Formasi kelas U Shape : formasi dimana tempat duduk disusun menjadi bentuk

    huruf U yang terdiri dari dua kolom kursi yang disusun berbaris dari depan

    kebelakang dan dibelakang kedua kolom dihubungkan dengan sebaris kursi yang

    telah disusun dari kiri ke kanan.

    e. Formasi meja pertemuan : formasi ini umumnya digunakan ditempat-tempat

    pertemuan atau seminar dimana formasi ini dapat digunakan dengan cara

    membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok

    mempunyai meja pertemuannya masing-masing.

    Universitas Sumatera Utara

  • f. Formasi konfrensi : formasi ini menggunakan meja panjang yang didekatkan

    saru per satu dalam bentuk memanjang sehingga membentuk kumpulan meja

    berbentuk persegi panjang. Selanjutnya, peserta didik duduk di kursi yang

    mengelilingi meja-meja persegi panjang tersebut.

    g. Formasi pengelompokkan terpisah : formasi ini membentuk kelompok-

    kelompok terpisah dengan meletekkan kelompok yang satu berjauhan dengan

    kelompok yang lain dimana ada satu kelompok yang berada ditengah dalam

    formasi huruf U yang sedang dibimbing oleh guru.

    h. Formasi tempat kerja : formasi ini cocok untuk di laboratorium karena peserta

    didik duduk pada satu tempat untuk mengerjakan tugasnya masing-masing.

    i. Formasi kelompok untuk kelompok : formasi yang terdapat dalam beberapa

    kelompok yang duduk dalam satu meja persegi berukuran besar (bisa juga dengan

    membuat beberapa meja menjadi persegi besar) sehingga setiap kelompok dapat

    saling berhadapan.

    j. Formasi lingkaran : pengaturan tempat duduk yang disusun melingkar tanpa

    menggunakan meja dan kursi.

    k. Formasi peripheral : pengaturan tempat duduk dimana meja berada dibelakang

    siswa dalam keadaan hampir melingkar dengan tujuan agar siswa dapat memutar

    kursinya mengahadap guru saat ingin berdiskusi.

    3. Pengaturan Tempat Duduk U Shape

    Universitas Sumatera Utara

  • Wiyani (2013) mengungkapkan bahwa formasi tempat duduk / formasi

    kelas U Shape dapat ditemukan pada acara diktat maupun workshop khususnya

    workshop kepemimpinan, namun bukan berarti formasi ini tidak dapat diterapkan

    didalam sebuah kelas. Formasi ini justru sangat ideal, efektif, dan efesien untuk

    diterapkan di dalam sebuah kelas.

    Formasi tempat duduk U Shape ini sangat menarik dan mampu

    mengaktifkan para siswa atau peserta didik sehingga mampu membuat mereka

    antusias dalam belajar sehingga harapan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar

    dapat tercapai. Pada formasi ini, guru merupakan yang paling aktif bergerak

    dinamis ke segala arah serta langsung berinteraksi dengan secara berhadap-

    hadapan dengan peserta didiknya.

    Gerakkan yang dapat dilakukan seperti gerakan maju ke tengah dan

    kembali lagi ke tempat semula serta gerakan menyamping ke kanan dan ke kiri

    kemudian melakukan gerakan maju-mundur. Hal yang harus diperhatikan adalah

    pada saat melakukan gerakan mundur (kembali ke tempat semula) guru/ pengajar

    tidak boleh berbalik kebelakang, tetapi harus berjalan mundur dan tetap

    memfokuskan pandangannya ke peserta didik.

    Formasi ini tepat dilakukan dalam kegiatan belajar yang dilakukan dengan

    diskusi, presentasi dan kerja tim. Pada formasi ini guru dapat memindahkan siswa

    yang ada di deretan bangku kanan ke deretan bangku kiri, dan sebaliknya. Dengan

    begitu, para siswa dapat lebih memaksimalkan potensi alat indra yang dimilikinya

    Universitas Sumatera Utara

  • dalam kegiatan belajar mengajar dan mampu berinteraksi secara langsung

    sehingga akan mendapatkan respon dari guru secara langusng.

    Berdasarkan penejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaturan

    tempat duduk U Shape memiliki beberapa kelebihan yaitu :

    1. Guru dapat melakukan gerakan kesegala arah (mobilitas) :

    Komunikasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam

    menyampaikan informasi kepada siswa. Ada 3 jenis komunikasi yang digunakan

    untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa (Sudjana,

    2010) yaitu :

    a. Komunikasi satu arah : dalam komunikasi ini guru berperan sebagai

    pemberi aksi dan siswa penerima aksi.

    b. Komunikasi dua arah : dalam komunikasi ini guru dan siswa memiliki

    peran yang sama yaitu pemberi dan penerima informasi.

    c. Komunikasi sebagai transaksi : komunikasi yang melibatkan interaksi

    dinamis antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sehingga

    dapat menjadikan kegiatan belajar optimal sehingga terbentuk

    pembelajaran aktif.

    Wiyani (2013) menyatakan tempat duduk U Shape memungkinkan guru

    bergerak ke segala arah dan tepat digunakan untuk kegiatan diskusi, presentasi

    dan kerja tim. Oleh karena itu dapat disimpulkan, dengan desain tempat duduk U

    Shape guru memiliki kebebasan untuk bergerak kesegala arah untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • berkomunikasi dan berinterasksi dengan siswanya begitu juga dengan siswa

    memiliki kesempatan yang sama serta guru dapat menjangkau siswa agar tetap

    fokus dan tidak menimbulkan kebisingan sehingga kegiatan belajar mengajar

    menjadi lebih aktif dan efektif.

    2. Memaksimalkan potensi alat indera yang dimiliki siswa

    Menurut Wiyani (2013) pengaturan tempat duduk U Shape dapat

    mengoptimalkan alat indra siswa serta guru dapat berhadapan langsung dengan

    siswa, sehingga dapat disimpulkan dengan pengaturan tempat duduk U Shape

    dapat mengoptimalkan siswa dalam menjangkau informasi secara visual dan

    auditori dengan baik dan tidak ada penghalang terhadap pandangan siswa baik ke

    guru yang memberikan pengajaran berupa suara ataupun peragaan dan ke papan

    tulis berupa informasi visual.

    Hal ini didukung oleh Margaret (2005) dimana dalam memproses

    informasi, hal utama yang diperlukan adalah fungsi alat indera yang optimal. Hal

    ini ditunjukkan dari tiga tahap dalam memproses informasi yaitu sensory short

    term memory long term memory. Alat indera merupakan pintu masuknya

    informasi dan alat indera yang utama digunakan dalam memproses informasi ialah

    alat penglihatan (Visual) dan pendengaran (Auditory).

    Ketika informasi berupa stimulus dari penglihatan maupun suara dikenali

    oleh alat indera maka proses sensori mentransformasikan dan mengorganisasikan

    informasi mentah tersebut dengan menggunakan sensory reseptor. Informasi yang

    ditangkap melalui alat indera diproses oleh sensory receptor yang berupa saraf-

    Universitas Sumatera Utara

  • saraf yang menghantarkan informasi tersebut ke bagian otak yaitu temporal lobe

    (hearing, advanced visual processing) dan occipetal lobe (vision).

    Selain itu, menurut Moh. Sholeh Hamid (2011), formasi kelas dengan

    tempat duduk U Shape ini sangat ideal untuk memberikan materi pelajaran dalam

    bentuk apapun sehingga formasi ini menjadi formasi yang multifungsi.

    Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    pengaturan tempat duduk U Shape merupakan penataan tempat duduk berbentuk

    huruf U yang terdiri dari baris kiri yang menghadap ke kanan, baris kanan yang

    menghadap ke kiri dan baris tengah ke depan sehingga seluruh siswa dapat

    memiliki porsi yang sama untuk melihat ketengah ruangan, yang dapat

    digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 1. Sketsa Pengaturan Tempat Duduk U Shape

    Melihat guru dan papan tulis secara langsung, mendengar dan berkomunikasi secara

    langsung

    Interaksi antar siswa

    Interaksi antar siswa

    Papan Tulis

    Guru

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. DINAMIKA PENGATURAN TEMPAT DUDUK U SHAPE DAN

    KONSENTRASI BELAJAR

    Sumber daya manusia merupakan faktor pusat di lingkungan organisasi

    yang mencari laba (perusahaan dan industri), voluntir (organisasi/perkumpulan

    berdasarkan kemanusiaan dan pengabdian) dan nir laba (instansi pemerintah)

    (Nawawi, 2008). Organisasi pendidikan sebagai organisasi nir laba juga harus

    memperhatikan kualitas siswa/siswinya agar nantinya akan menjadi sumber daya

    manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, siswa dan siswi harus memiliki

    prestasi yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dimana salah satu aspek

    pentingnya ialah konsentrasi belajar (Surya, 2009).

    Menurut Djamarah (2008), konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa

    terhadap suatu objek seperti pikiran dan perasaan dimana hal ini dibutuhkan

    dalam belajar sebagai perwujudan perhatian yang tepusat dan merupakan salah

    satu aspek yang mendukung siswa memperoleh prestasi yang baik. Selanjutnya,

    Tonienase (2007) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

    konsentrasi belajar dimana salah satunya adalah lingkungan yang terdiri dari

    suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar. Desain belajar merupakan

    media atau sarana yang dibuat untuk meningkatkan konsentrasi belajar, yaitu

    dengan cara memilih dan mendesain ruang belajar sesuai dengan kebutuhan

    misalnya memasang gambar, mengatur posisi duduk dan memilih tempat duduk

    baik bersifat formal maupun informal (Tonienase, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • Selain itu Nugroho (2007) menyatakan bahwa lingkungan yang ramai dan

    bising dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Hal ini juga sejalan dengan

    yang diungkapkan oleh Slameto (2010) dimana keadaan lingkungan yang

    semerawut dan berisik dapat mengganggu konsenterasi belajar individu.

    Pengaruh lingkungan dalam belajar harus diperhatikan karena kondisi

    lingkungan yang buruk dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Hal ini

    dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Alex Justian (2012) dengan judul

    Analisis Pengaruh Kebisingan terhadap Performa Siswa Sekolah Dasar di Ruang

    Kelas membuktikan bahwa kebisingan dengan tingkat kebisingan 53 dbA keatas

    mempengaruhi ketanggapan siswa dalam belajar sehingga peneliti menyimpulkan

    bahwa kebisingan harus dihindarai karena dapat mengganggu proses belajar di

    kelas.

    Selain itu penelitian yang dilakuakan oleh Herlina (2007) yang berjudul

    Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa dimana

    dilakukannya perlakuan berupa pengelolaan kelas yang terdiri dari pengaturan

    perabot, sarana belajar, alat peraga, panjangan kelas, pengaturan tempat duduk,

    pengelompokkan siswa, sampai pembuatan laporan. Hasil dari penelitian ini

    menunjukkan terjadinya peningkatan nilai pada kelas ekpserimen setelah

    mendapatkan perlakuan.

    Pengaturan tempat duduk merupakan salah satu faktor lingkungan yang

    mendukung konsentrasi belajar (Moh. Sholeh, 2012). Pengaturan tempat duduk

    tidak hanya dilihat dari bagus tidaknya, tinggi atau rendahnya tempat duduk serta

    Universitas Sumatera Utara

  • bentuk dan ukurannya, namun pengaturan tempat duduk juga meliputi formasi

    tempat duduk yang tepat untuk digunakan oleh siswa (Djamrah &Aswan, 2010).

    Salah satu formasi tempat duduk yang dapat digunakan adalah pengaturan

    tempat duduk U Shape. Menurut Wiyani (2013) pengaturan tempat duduk U

    Shape sangat ideal, efektif dan efesien untuk diterapkan di dalam kelas. Hal yang

    serupa juga diungkapkan oleh Scivener (1994) penggunan pola penyusunan

    tempat duduk U Shape dapat membentuk eye-contact dan berinteraksi secara

    alami, selain itu ia juga mengatakan bahwa siswa yang lemah kemampuannya

    tidak mempunyai kesempatan untuk bersembunyi dan siswa yang lebih baik

    kemampuannya juga tidak dapat mendominasi kelas sehingga pemberian

    informasi akan merata.

    Selain itu Menurut Jeremy Harmer (1998), pola penyusunan tempat duduk

    U Shape membuat posisi siswa, guru dan jangkauan ke papan tulis menjadi sama

    rata dan ini memberikan kesempatan kepada guru untuk lebih dekat berinteraksi

    kepada siswa dan siswa juga dapat saling berinteraksi satu sama lain. Hal ini

    sangat mendukung dalam pemrosesan informasi yang berkaitan dengan atensi

    atau perhatian yang fokus pada siswa/siswi dimana menurut Margaret (2005)

    dalam memproses informasi, hal utama yang diperlukan adalah fungsi alat indera

    yang optimal terutama alat indera merupakan pintu masuknya informasi.

    Hal ini ditunjukkan dari tiga tahap dalam memproses informasi yaitu

    sensory short term memory long term memory. Alat indera merupakan pintu

    masuknya informasi dan alat indera yang utama digunakan dalam memproses

    Universitas Sumatera Utara

  • informasi ialah alat penglihatan (Visual) dan pendengaran (Auditory). Ketika

    informasi berupa stimulus dari penglihatan maupun suara dikenali oleh alat indera

    maka proses sensori mentransformasikan dan mengorganisasikan informasi

    mentah tersebut dengan menggunakan sensory reseptor. Informasi yang ditangkap

    melalui alat indera diproses oleh sensory receptor yang berupa saraf-saraf yang

    menghantarkan informasi tersebut ke bagian otak yaitu temporal lobe (hearing,

    advanced visual processing) dan occipetal lobe (vision) (Margaret, 2005). Oleh

    karena itu, pengaturan tempat duduk U Shape dapat mengoptimalkan alat indera

    siswa dalam hal ini secara visual dan auditory.

    Selain itu, Menurut Wiyani (2013) pengaturan tempat duduk U Shape

    dapat memberikan keleluasaan pada guru untuk bergerak kesegala arah sehingga

    siswa dapat dijangkau dan diawasi sehingga dapat menghindari kelas dari

    kebisingan.

    Menurut Mohhamad Sholeh Hamid, S.Pd (2012) pengaturan tempat duduk

    U Shape sangat menarik dan dapat mengaktifkan para siswa, sehingga mampu

    membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran serta guru adalah orang yang

    paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi

    secara langsung, sehinga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. HIPOTESA

    Oleh karena itu, hipotesa dalam penelitian ini ialah :

    Hipotesa alternatif (Ha) : ada pengaruh positif dari pengaturan tempat duduk U

    Shape terhadap peningkatan konsentrasi belajar siswa.

    Universitas Sumatera Utara