drs. supriyono nip: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/analisis... · analisis perkembangan industri...

110
LEMBAR PENGESAHAN Surakarta, Juni 2003 Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh : Dosen Pembimbing Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284

Upload: hoangdiep

Post on 10-May-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Surakarta, Juni 2003

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh :

Dosen Pembimbing

Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284

Page 2: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

iii

Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap

pendapatan asli Daerah

di Kota Surakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :

Bramantio Lynarsatia

F1100009

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2003

Page 3: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

iv

Daftar Pustaka

Adi Surahman, 1998, Analisis Pengaruh Sub Sektor Pariwisata Terhadap Produk

Domestik Bruto dan Kesempatan Kerja Sektor Pariwisata di Indonesia, Skripsi Mahasiswa S1 FE UNS.

Ayok Pitoyo, 2001, Analisis Perkembangan Industri Pariwisata dan

Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sendiri di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi Mahasiswa S1 FE UNS.

Badan Pusat Statistik, 2000, Surakarta Dalam Angka 2000, Pemkot Surakarta. Damodar Gujarat, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga,Jakarta. Dinas Pariwisata Jateng, 2000, Panduan Sadar Wisata Untuk Umum, Dinas

Pariwisata Propinsi Jawa Tengah. Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo, 1993, Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta. Mangku Werdoyo, 1999, Pengantar Industri Akomodasi dan Restoran, Lembaga

Penerbit FE UI, Jakarta. Maris Masri, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia,Penerbit UI,

Jakarta. M. Suparmoko, 1992, Keuangan Negara (Dalam Teori dan Praktek), BPFE,

Yogyakarta. Nyoman S, Pendit, 1986, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Pradnya

Paramitra, Jakarta. Oka A. Yoeti, 1995, Tour and Travel Management, Pradnya Paramitra, Jakarta. -------, 1997, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, Pradnya Paramitra,

Jakarta. Spillane, 1994, Pariwisata Indonesia, Kanisius, Jakarta.

Sutrisno .PH,1981, Dasar–dasar Ilmu Keuangan Negara, BPFE, Yogyakarta. R.G. Soekadijo, 1996, Anatomi Pariwisata, Pradnya Paramita, Jakarta.

R.S. Damardjati, 1995, Anatomi Pariwisata, Erlangga, Jakarta.

ABSTRAKSI

113

Page 4: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

v

Penlitian dengan judul “Analisis Perkembangan Industri Pariwisata dan

Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta Tahun

1990–2000” bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah kamar hotel, jumlah

wisatwan dan jumlah biro perjalanan wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah

Surakarta, selain itu untuk mengetahui pengaruh jumlah kamar hotel dan

jumlah biro perjalanan wisata terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara

dan wisatawan nusantara. Serta untuk mendapatkan diskripsi perkembangan

industri pariwisata dan Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta.

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah diduga jumlah kamar hotel, jumlah wisatawan dan biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta selain itu diduga jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara serta diduga diskripsi perkembangan industri pariwisata dan Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta menunjukkan kecenderungan meningkat.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder yang mengambil lokasi penelitian di Kota Surakarta. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis trend linier dan analisis regresi berganda yang meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik..

Dari analisis trend linier dapat diketahui bahwa perkembangan sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta menunjukkan pertumbuhan ke arah yang semakin baik yang di tunjukkan oleh arah condong y(b) dengan nilai koefisien yang positif sebesar 2.457.113.212,66.

Untuk analisis regresi berganda dapat diketahui (untuk hasil estimasi Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta)koefisien jumlah wisatawan sebesar 12757,7 koefisien jumlah kamar hotel 7070528,9 dan koefisien biro perjalanan wisata sebesar 1072492971,3. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah kamar hotel, jumlah wisatawan dan biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Surakarta. Dari hasil estimasi lama tinggal wisatawan mancanegara diketahui koefisien jumlah kamar hotel sebesar 0,0001795 dan koefisien biro perjalanan wisata sebesar 0,08093. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara. Sedangkan dari hasil estimasi lama tinggal wisatawan nusantara diketahui koefisien regresi jumlah kamar hotel sebesar 0,000174 serta koefisien biro perjalanan wisata sebesar 0,08381. Hal ini berarti bahwa jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap lama tinggal wisatawan nusantara.

Bila dilihat dari analisis data di atas maka saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah pihak pemerintah lebih meningkatkan fasilitas dalam sektor

Page 5: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

vi

pariwisata yang diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Disamping itu pihak Pemerintah juga lebih meningkatkan keberadaan biro perjalanan wisata mengingat variabel tersebut merupakan variabel terbesar yang mempengaruhi PAD maupun lama tinggal wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara di Kota Surakarta.

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembangunan perekonomian di suatu negara mutlak untuk dilaksanakan guna meningkatkan kesejahteraan dan taraf kehidupan masyarakat dengan menggali sumber daya atau potensi yang dimiliki. Sedangkan landasan utama perekonomian setiap negara adalah stabilitas, distribusi pendapatan yang merata, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keseimbangan neraca luar negeri, serta kesempatan kerja dan efisiensi.

Demikian pula dengan Indonesia sebagai negara berkembang dan

mempunyai cita–cita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka

pembangunan terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Kesemuanya ini tentu saja

memerlukan dana yang cukup besar guna melaksanakan pembangunan.

Berbagai sumber dana untuk pembangunan dapat diperoleh dari dalam

maupun luar negeri, diantaranya adalah (M. Suparmoko, 1992:94–95):

1. Penerimaan pajak, adalah pembayaran iuran dari rakyat kepada pemerintah

yang dapat dipaksakan tanpa adanya balas jasa langsung.

2. Retibusi, adalah pembayaran dari rakyat kepada pemerintah di mana

terdapat hubungan balas jasa yang langsung di terima dengan adanya

pembayaran dari retribusi tersebut.

3. Keuntungan dari perusahaan–perusahaan negara (BUMN).

4. Sumber dana dari luar negeri, adalah bantuan yang diperoleh dari

pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing (PMA).

1

Page 6: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

vii

Guna mewujudkan cita–cita mensejahterakan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka pemerintah dalam melaksanakan pembangunan perekonomian bukan hanya di bidang ekonomi semata, akan tetapi pembangunan di sektor–sektor lain yang saling berkaitan, dengan melakukan perluasan bidang usaha yang bertujuan meningkatkan ekspor non migas sebagai alternatif lain. Salah satu usaha pemerintah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi adalah mengembangkan industri pariwisata.

Industri pariwisata diharapkan mampu menampilkan peranannya terhadap kehidupan ekonomi, sosial, budaya bangsa, serta sebagai wahana dalam mengatasi masalah penerimaan devisa, lapangan kerja, pemanfaatan sumber daya alam, dan peningkatan kesatuan dan persatuan. Dengan demikian, pembangunan dan pengembangan pariwisata apabila direncanakan dan diarahkan dengan baik akan banyak memberikan keuntungan dan manfaat baik dari segi ekonomi (kesejahteraan), sosial budaya, politik, maupun dari segi lingkungan hidup. (Diparta Propinsi Jawa Tengah, 2000:11–13).

Pengembangan periwisata diarahkan agar dapat memenuhi keinginan

wisatawan seperti hidup tenang, bersih, jauh dari polusi, santai, dapat

mengembalikan kesehatan fisik maupun mental. Dengan demikian

pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya

melestarikan lingkungan di samping akan memperoleh nilai tambah atas

pemanfaatan dari lingkungan yang ada.

Indonesia sebagai negara berkembang tidak terlepas dari masalah

pengangguran, terlebih lagi setelah dilanda krisis perekonomian yang makin

memperbanyak jumlah pengangguran. Oleh karena itu pengembangan industri

pariwisata diharapkan dapat membantu atau mengurangi tingkat pengangguran

dan dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Surakarta yang di kenal sebagai kota budaya sangat berpotensi dalam

pengembangan pariwisata mengingat banyaknya obyek wisata yang dapat

dikembangkan guna menarik wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun

wisatawan nusantara. Sehubungan dengan munculnya berbagai kerusuhan dan

ketidakstabilan keamanan baik di Indonesia pada umumnya maupun di

Page 7: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

viii

Surakarta pada khususnya mengakibatkan menurunnya kunjungan wisatawan

(di lihat dari wisatawan yang datang). Untuk itu perlu digalakkan kembali

usaha–usaha untuk pengembangannya. Di samping itu pendapatan pariwisata

juga merupakan salah satu komponen–komponen Pendapatan Asli Daerah.

Dimana pendapatan pariwisata merupakan salah satu bagian dari Penerimaan

Dinas–Dinas Daerah. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini

mengambil judul “ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

PARIWISATA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN

ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA 1990 - 2000”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan tinjauan dari latar belakang masalah tersebut di atas dapat diutarakan permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimanakah diskripsi perkembangan Pendapatan Asli Daerah di

Kota Surakarta?

Apakah jumlah kamar hotel, jumlah wisatawan, jumlah paket biro

perjalanan wisata berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kota Surakarta?

Apakah jumlah kamar hotel, jumlah paket biro perjalanan wisata

berpengaruh terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara dan

wisatawan nusatara?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah :

Page 8: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

ix

Untuk mendapatkan diskripsi perkembangan Pendapatan Asli Daerah di

Kota Surakarta.

Untuk mengetahui pengaruh jumlah kamar hotel, jumlah wisatawan, jumlah

paket biro perjalanan wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota

Surakarta.

Untuk mengetahui pengaruh jumlah kamar hotel dan jumlah paket biro

perjalanan wisata terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara dan

wisatawan nusantara.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi pemerintah dalam rangka penyusunan kebijakan pengembangan

pariwisata.

Bagi pihak lain hasil penelitian diharapkan sebagai masukan atau informasi

bagi mereka yang memerlukan.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian diskemakan sebagai berikut :

Perkembangan Industri Pariwisata di Surakarta

Jumlah Wisatawan

Jumlah Kamar Hotel

Jumlah Paket BPW

Lama Tinggal Wisatawan

Page 9: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

x

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran

Perkembangan industri pariwisata ditandai dengan pertumbuhan di

bidang–bidang penunjang pariwisata seperti jumlah wisatawan, jumlah kamar

hotel dan jumlah paket biro perjalanan wisata, secara tidak langsung akan

meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah melalui kunjungan

wisatawan. Karena wisatawan yang berkunjung juga membutuhkan sarana dan

prasarana dari hotel dan biro perjalanan, maka pemerintah daerah juga

menerima pemasukan dari tambahnya jumlah kamar hotel dan paket biro

perjalanan wisata.

Upaya pemerintah daerah dalam membangun industri pariwisata

dapat di lihat dengan makin banyaknya jumlah wisatawan, jumlah kamar hotel

dan paket biro perjalanan wisata yang akan membuka peluang penciptaan

lapangan kerja seiring dengan kedatangan wisatawan.

Jumlah kamar hotel dan paket biro perjalanan wisata berpengaruh

terhadap lama tinggal wisatawan dan demikian juga sebaliknya, karena dapat

dipastikan bahwa rentang lama wisatawan tinggal tentunya tergantung pada

hotel yang nyaman, pelayanan yang baik, kebersihan sanitasi yang menjamin

kesehatan serta hal–hal kebutuhan hidup sehari–hari yang sesuai dengan

standart internasional serta adanya fasilitas obyek wisata yang beraneka

ragam.

PAD

Page 10: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xi

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Diduga diskripsi perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta

menunjukkan kecenderungan meningkat.

Diduga jumlah kamar hotel, wisatawan, dan paket biro perjalanan wisata

berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota

Surakarta.

Diduga jumlah kamar hotel dan paket biro perjalanan wisata berpengaruh

positif terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara dan wisatawan

nusantara.

Metodologi Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis data sekunder yang mengambil lokasi

penelitian di Kota Surakarta.

Jenis dan Sumber Data

Data sekunder diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Surakarta, Badan

Pusat Statistik Surakarta, Dinas Pariwisata Surakarta. Selain itu sebagai

data pelengkap didapatkan dari literatur–literatur yang terkait dalam

penelitian ini. Semua data sekunder yang digunakan merupakan data

tahunan dari tahun 1990–2000.

Definisi Operasional Variabel

Pendapatan Asli Daerah sebagai pendapatan yang diterima daerah yang

terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba bidang usaha

atau dari perusahaan–perusahaan daerah, penerimaan dari dinas, dan

Page 11: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xii

penerimaan lain–lain. Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan

semua besar angka yang berada di atas tersebut dan diukur dengan

menggunakan satuan rupiah.

Hotel adalah jumlah hotel baik berbintang maupun non bintang yang ada

di Surakarta di ukur dalam satuan unit yang digunakan sebagai

indikator adalah jumlah kamar hotel.

Wisatawan yaitu jumlah wisatawan mancanegara maupun nusantara yang

berkunjung ke obyek wisata di Surakarta dan di ukur dalam satuan

orang.

Biro Perjalanan Wisata adalah jumlah biro jasa yang menangani masalah

perjalanan wisata di Surakarta. Biro perjalanan di wakili dengan tiga

variabel yakni agen perjalanan, biro perjalanan wisata dan cabang biro

perjalanan wisata. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai

indikator adalah paket biro perjalanan wisata yang diadakan oleh biro

perjalanan wisata yang ada di Kota Surakarta. Yang di ukur dalam

satuan unit.

Lama tinggal wisatawan adalah rata–rata jumlah hari wisatawan tinggal di

daerah tujuan wisata. Di ukur dengan menggunakan satuan rata–rata

hari menginap per tahun.

Alat Analisis

­ Analisis Kualitatif yaitu menguji dan menilai setiap informasi dan

data secara logika dengan mengacu pada teori yang ada.

­ Analisis Kuantitatif yaitu menguji dan menilai data yang terkumpul.

Rancangan Analisis :

Page 12: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xiii

Untuk menguji hipotesis yang pertama mengenai diskripsi

perkembangan penerimaan Pendapatan Asli Daerah digunakan alat

analisis trend :

Keterangan :

Y = Jumlah Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (dalam Rupiah).

a = Konstanta

b = Besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan

satu unit variabel X.

X = Tahun

Untuk mencari koefisien a dan b digunakan rumus :

dan

N = jumlah data Penggunaan model trend linear dengan metode least square ini

bertujuan untuk melihat perkembangan trend hubungan variabel X

dan Y selama periode penelitian maupun prospeknya di masa

mendatang.

Dimana keadaan tersebut bergantung kepada :

­ Bila b < 0, maka perkembangan trend hubungan Y dan X adalah

turun

­ Bila b > 0, maka perkembangan trend hubungan Y dan X adalah

naik

Y = a + b X

Σ Y a = N

Σ XY b = Σ X2

Page 13: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xiv

Untuk menguji hipotesis kedua mengenai pengaruh perkembangan

industri pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah digunakan

analisis model regresi berganda.

Model :

Dimana :

Y1 = Pendapatan Asli Daerah atau PAD (dalam rupiah)

X1 = Jumlah Hotel (dalam unit)

X2 = Jumlah Wisatawan (dalam orang)

X3 = Jumlah Biro Perjalanan Wisata (dalam Unit)

b0 = Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien Regresi

µi = Variabel Gangguan

Untuk mengetahui pengaruh jumlah hotel, jumlah biro perjalanan wisata

terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara dan wisatawan

nusatara digunakan analisis model regresi berganda.

1. Terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara

Y2 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + µi

Dimana :

Y2 = Lama tinggal wisatawan mancanegara (rata–rata perhari

pertahun)

X1 = Jumlah Hotel (dalam unit)

X2 = Jumlah Biro Perjalanan Wisata (dalam Unit)

b0 = Konstanta

b1,b2 = Koefisien Regresi

Y1 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + µi

Page 14: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xv

µi = Variabel Gangguan

2. Terhadap lama tinggal wisatawan nusantara

Y3 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + µi

Dimana :

Y3 = Lama tinggal wisatawan nusantara (rata–rata perhari

pertahun)

X1 = Jumlah Hotel (dalam unit)

X2 = Jumlah Biro Perjalanan Wisata (dalam Unit)

b0 = Konstanta

b1,b2 = Koefisien Regresi

µi = Variabel Gangguan

Selanjutnya terhadap koefisien regresi tersebut dilakukan Uji Statistik dan Uji

Asumsi Klasik.

1. Uji Statistik

a. Uji – t

T–test digunakan untuk menguji signifikansi koefisien secara individu

(dimana n ≤ 30). Dalam pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah masing–masing variabel independen berpengaruh signifikan

atau tidak terhadap variabel dependen. Dari uji t–test tersebut dengan

tingkat keyakinan 1% sampai 10%. Dengan langkah–langkah

pengujiannya sebagai berikut:

1. Ho = ßı : = 0

Ha = βı : ≠ 0

Page 15: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xvi

2. Nilai t tabel

t = α / 2 (N – K)

di mana :

N = Jumlah data yang diobservasi

K = Jumlah parameter dalam model termasuk intersep

3. Daerah kritis

Hо ditolak Hο ditolak

Hο diterima

-α/2 (N–K) α/2 (N–K)

Gambar 1.2. Daerah kritis Uji – t

4. t hitung

Rumus :

T = βi

Se(βi)

Di mana :

bı = koefisien regresi

Sе(βı) = Standart error koefisien regresi

5. Kriteria pengujian

Page 16: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xvii

a) .Apabila nilai t hitung < t tabel, maka Hо diterima. Artinya variabel

independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan.

b). Apabila nilai t hitung > t tabel, maka Hо ditolak. Artinya

variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen

secara signifikan.

b. Uji – F

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara serentak

variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependent secara

signifikan atau tidak. Dimana langkah–langkah pengujian adalah :

1. Hо : β0 = β1 = β2 = β 3 = β 4 = β5 = 0

Ha : β0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ β5 ≠ 0

2. Nilai F tabel

F = α ( N – k ) ( k – 1 )

Dimana :

N = jumlah data yang di observasi

k = jumlah parameter dalam model termasuk intersep

3. Daerah Kritis

Ho diterima Ho ditolak

Page 17: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xviii

0 α (N–k);(k–1)

Gambar 1.3. Daerah Kritis Uji F

4. F–hitung

Rumus :

R2 / ( k – 1)

F =

( 1 – R2 ) / ( N – k )

Di mana:

R2 = koefisien determinasi berganda

N = jumlah data yang diobservasi

k = jumlah parameter dalam model termasuk intersep

5 . Kriteria Pengujian

a). Apabila nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima,

artinya variabel independen secara serentak tidak

mempengaruhi variabel dependen dengan signifikan.

b). Apabila nilai Fhitung > F tabel, maka Ho ditolak, artinya

variabel independen secara serentak mempengaruhi variabel

dependen dengan signifikan.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur kebaikan

sesuai goodness of fit dari model yang digunakan untuk proporsi

Page 18: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xix

variasi independent. Nilai R2 yaitu angka yang menunjukkan besarnya

kemampuan menerangkan dari variabel independent terhadap variabel

dependent dalam suatu model regresi. Nilai R2 yaitu angka yang

menunjukkan besarnya kemampuan menerangkan dari variabel

independen terhadap variabel dependent dalam suatu model regresi,

atau dengan kata lain untuk melengkapi analisa regresi berganda,

digunakan analisa korelasi berganda yaitu untuk mengukur derajat

hubungan antara variabel dependen dan variabel independen, nilai R2

berkisar antara 0<R2<1 dan kecocokan model dikatakan lebih baik

kalau nilai R2 mendekati 1. Bila R2 = 1 berarti prosentase sumbangan

variabel X1, X2, X3, terhadap variabel Y adalah 100%. Apabila

sumbangan R2 = 0 berarti tidak dapat digunakan untuk membuat

ramalan. Definisi koefisien determinasi (Damodar Gujarat,1995: 10)

ESS RSS R2 = atau R2 = 1 ─

TSS TSS

Σ eı

R2 = 1 ─

Σ yı2

Keterangan :

Page 19: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xx

ESS = Explained Sum of Square (jumlah kuadrat yang di

jelaskan)

TSS = Total Sum of Square

RSS = Residual Sum of Square (jumlah kuadrat residual)

2. Uji Penyimpangan Asumsi

Agar penelitian dapat dipakai sebagai bahan informasi, maka diharapkan

koefisien–koefisien yang diperoleh menjadi penaksir terbaik dan tidak bias

(BLUE = Best Linier Unbias Estimat). Hal tersebut hanya dapat terjadi bila

dalam pengujian tidak melanggar uji asumsi klasik, yaitu:

1) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan di mana satu variabel atau lebih

variabel independen terdapat kolerasi atau hubungan dengan variabel

independen lainnya, di samping itu masalah ini juga timbul bila antara

variabel independen berkolerasi dengan variabel pengganggu.

Multikolinearitas sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu

atau lebih variabel independen mempunyai suatu fungsi linier dari

variabel independen yang lain. Menurut L.R. Klein, masalah

multikolinearitas baru menjadi masalah apabila derajatnya lebih tinggi

di bandingkan dengan kolerasi di antara seluruh variabel secara

serentak. Metode Klein membandingkan nilai (r2), X1, X2, X3, ….Xn

dengan nilai R2 (Adjusted R Square). Apabila R2 > (r2) berarti tidak ada

gejala multikolinearitas. Apabila R2 < (r2) berarti ada gejala

multikolinearitas (Damodar Gujarati, 1995:157 – 168).

Page 20: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxi

2) Pengujian Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana faktor pengganggu

bervarian tidak sama, E(eı2) ≠ e ini ditunjukkan dengan nilai F yang

relatif kecil. Apabila hal ini terjadi maka akibatnya prediksi akan

menjadi salah (bias). Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas

dalam model.

3) Pengujian autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan di mana faktor pengganggu eı pada

model dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan

pengganggu sebelumnya hal ini mengakibatkan terjadinya autokorelasi

maka kita akan memperoleh nilai bias dalam mengestimasikan (α)

ditunjukan adanya varian yang besar alat yang digunakan adalah uji

Durbin Watson test (DW) untuk menguji gejala autokorelasi lebih dulu

ditentukan nilai kritis dL dan dU berdasarkan jumlah observasi dan

banyaknya variabel bebas. Jika Ho diterima baik positif maupun

negatif maka tidak ada autokorelasi.

Pengujian dengan uji Durbin Watson yaitu nilai Durbin Watson

dihitung dan dibandingkan dengan nilai Durbin Watson tabel, pada

derajat kebebasan (N,k – 1) dan tingkat signifikansi tertentu. Angka

dalam Durbin Watson menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah

(dL) dan batas atas (dU). (Damodar Gujarati,1995:201 – 218)

Adapun langkah–langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual eı

Page 21: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxii

2. Hitung nilai d

d = Σ(et – et – 1)

Σet2

Di mana:

et = Simpangan pada variabel independen

3. Dapatkan nilai kritis dL, dan dU, yang lebih dahulu menentukan

nilai k terlebih dahulu.

4. Merumuskan Hipotesis, yaitu :

a). Jika hipotesa Ho tidak ada serial korelasi positif :

d < dL = menolak Ho

d > dU = tidak menolak Ho

d ≤ d ≤ dU = pengujian tidak meyakinkan.

b). Jika hipotesis Ho tidak ada serial korelasi negatif :

d > 4 – dl = menolak Ho

d < 4 – dU = tidak menolak Ho

4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL = pengujian tidak meyakinkan

c). Jika hipotesa Ho tidak ada serial autokorelasi positif

ataupun negatif :

d < dL = menolak Ho

d > 4 – dL = menolak Ho

dU < d < 4 – dU = menerima Ho

Page 22: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxiii

dL ≤ d ≤ dU = pengujian tidak meyakinkan

4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL = pengujian tidak meyakinkan

menolak Ho bukti daerah daerah Menolak H*o

autokorelasi Keragu- menerima Ho atau Keragu- bukti autokorelasi

positif raguan H*o atau kedua-duanya raguan negatif d

0 dL dU 2 4 – dU 4 – dL 4

Gambar 1.4. Pengujian Autokorelasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Definisi Pariwisata

Kata pariwisata sesungguhnya berasal dari bahasa sansekerta. Jika ditinjau secara etimologis kata pariwisata berasal dari dua suku kata yaitu :

­ Pari : Berarti banyak, berkali–kali berputar–putar

­ Wisata : Berarti perjalanan atau berpergian

Atas dasar pengertian di atas maka pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali–kali atau berputar–putar dari satu tempat ke tempat lain. Perjalanan ini dilakukan karena adanya daya tarik khusus dari tempat lain atau daerah wisata yang dikunjungi.

Pengertian lain tentang pariwisata yang di ungkapkan oleh E. Guyer

Freuler (Nyoman S. Pendit, 1986 : 32) yang merumuskan pariwisata dalam

pengertian sebagai berikut :

Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar, dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan sebagai bangsa dan kelas masyarakat

Page 23: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxiv

manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri perdagangan serta penyempurnaan dari alat–alat pengangkutan.

Menurut Dr. Salah Wahab dalam Tourist Management pengertian Pariwisata adalah :

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasikan sektor–sektor produktifitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, juga meliputi industri–industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata (Nyoman S.Pendit, 1986: 29).

Pendapat yang lain mengenai definisi pariwisata yang dikemukakan oleh professor Hunziger dan Kraf dalam Grundriss der Allegemeinen Fremdenverkehrslehre mendefinisikan pariwisata sebagai berikut:

Pariwisata sebagai keseluruhan jaringan dan gejala–gejala yang berkeitan dengan tinggalnya orang asing di sesuatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara (R.G. Soekadijo, 1996: 12).

Dari beberapa definisi tersebut dapat menjadi pedoman bahwa

pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain

dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di

tempat yang dikunjunginya, tetapi semata–mata untuk menikmati

perjalanan tersebut guna bertamasya atau untuk memenuhi keinginan yang

beraneka ragam dan pada saat ini telah berkembang menjadi sarana

pergaulan internasional sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri

perdagangan dan penyempurnaan alat–alat pengangkutan. Motif yang

mendorong orang melakukan perjalanan wisata sangat bervariasi dan

mempunyai pengaruh menentukan pada daerah tujuan wisata yang akan

dikunjunginya. Karena suatu daerah pada umumnya dapat menyajikan

berbagai macam atraksi wisata. Oleh karena itu sangat menarik

mempelajari jenis pariwisata mana yang sekiranya mempunyai

kesempatan baik untuk dikembangkan di daerah tersebut juga akan

berpengaruh pada fasilitas yang perlu dipersiapkan dalam pembangunan

maupun program–program promosi.

19

Page 24: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxv

Setelah dikemukakan beberapa pengertian mengenai pariwisata,

karena pariwisata tidak terlepas dari wisatawan sebagai perilaku dari suatu

perjalanan maka akan dikemukakan pengertian dari wisatawan.

Ada banyak batasan mengenai apa yang dimaksud dengan

wisatawan. Dalam instruksi Presiden No. 9 tahun 1969 dinyatakan bahwa

wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya

untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari

kunjungan itu (R.S. Darmardjati, 1995: 105).

Menurut Soekadijo (1996) yang bisa dianggap sebagai wisatawan adalah:

Mereka yang mengadakan perjalanan untuk bersenang–senang (Pleasure)

kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan dan lain–lain.

Mereka yang mengadakan perjalanan–perjalanan untuk alasan pertemuan–

pertemuan atau karena tugas–tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas

pemerintahan, diplomasi, agama, olahraga dan lain–lain).

Mereka yang mengadakan perjalanan bisnis.

Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun

tinggal disuatu negara kurang dari 24 jam.

Yang tidak dianggap sebagai wisatawan adalah :

a. Mereka yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha

di suatu negara.

b. Mereka yang datang untuk menetap.

c. Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang

satu akan tetapi bekerja di negara tetangganya.

d. Pelajar, mahasiswa dan orang–orang muda ditempat–tempat

pemondokan dan di sekolah–sekolah.

Page 25: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxvi

e. Wisatawan–wisatawan yang melewati suatu negara tanpa tinggal

walaupun perjalanan tersebut berlangsung lebih dari 24 jam.

Jenis dan Bentuk Pariwisata

Sesuai dengan potensi yang di miliki pada suatu negara, akan timbullah berbagai jenis dan bentuk pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan yang kemudian mempunyai cirinya sendiri. Perbedaan antara bentuk pariwisata dengan jenis pariwisata lainnya, diperlukan untuk keperluan perencanaan dan pengembangan pariwisata itu sendiri dan kebijakan apa yang perlu menyertainya atau mendukungnya, sehingga jenis dan bentuk pariwisata yang dikembangkan akan dapat terwujud seperti diharapkan dari kepariwisataan itu. Hingga sekarang jenis dan bentuk pariwisata yang dikenal diantaranya adalah (Nyoman S.Pendit, 1986:36–42):

Jenis Pariwisata

Wisata Budaya

Suatu perjalanan yang dimaksudkan untuk mempelajari kebudayaan,

adat istiadat suatu tempat atau negara. Sering kali perjalanan ini

disatukan dengan terjun ke dalam kebudayaan tersebut.

Wisata Kesehatan

Suatu perjalanan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

kesehatan baik jasmani maupun rohani. Dengan mengunjungi tempat

peristirahatan, mata air panas, dataran tinggi dan lain–lain.

Wisata Olah Raga

Perjalanan dengan berolah raga atau menyaksikan suatu

penyelenggaraan pesta olah raga di suatu tempat atau negara.

Wisata Komersial

Suatu perjalanan untuk mengunjungi pameran dan pekan raya yang

bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang.

Wisata Industri

Perjalanan yang banyak diikuti oleh rombongan pelajar atau

mahasiswa untuk mengunjungi kawasan perindustrian.

Page 26: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxvii

Wisata Politik

Perjalanan yang dilakukan untuk menyaksikan kegiatan yang

berhubungan dengan kegiatan suatu negara, misalnya ulang tahun

negara tertentu.

Wisata Konvensi

Perjalanan selain untuk menghadiri suatu konvensi dimanfaatkan

juga untuk melakukan kunjungan wisata. Biasanya hotel

menawarkan paket konvensi yang terdiri dari akomodasi termasuk

konvensi, transportasi, juga acara wisata.

Wisata Sosial

Maksud dari wisata ini adalah pengorganisasian perjalanan murah

dan mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat

ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan. Wisata remaja

termasuk dalam jenis ini.

Wisata Pertanian

Wisata ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke

proyek pertanian, perkebunan.

Wisata Maritim atau Bahari

Sinonim wisata tirta, merupakan suatu perjalanan yang banyak

dikaitkan dengan olahraga air.

Wisata Cagar Alam

Banyak diselenggarakan oleh biro perjalanan yang mengkhususkan

usaha dengan mengatur wisata ke dareah cagar alam, hutan lindung

dan lain–lain.

Page 27: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxviii

Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negara yang memiliki daerah atau

hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan

digalakan oleh biro perjalanan.

Wisata Pilgrim

Merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan agama,

sejarah,adat istiadat. Wisata ini banyak dilakukan oleh perorangan

atau kelompok ketempat suci, makam orang besar dan lain–lain.

Wisata Bulan Madu

Wisata yang diperuntukkan untuk pengantin baru.

Bentuk Pariwisata

1. Menurut asal wisatawan

Parawisata Domestik, wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam

lingkungan wilayah negaranya.

Parawisata Internasional, kegiatan wisata yang berkembang diseluruh

dunia.

Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Pariwisata Aktif, apabila kedatangan wisatawan dari luar negeri

memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri di

negara yang dikunjungi.

Page 28: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxix

Pariwisata Pasif, apabila wisatawan dalam negeri pergi ke luar negeri

sehingga memberi efek negatif terhadap neraca pembayaran luar

negeri negaranya.

Menurut jangka waktu

Dikenal dengan pariwisata jangka pendek dan jangka panjang yang

mana tergantung pada ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara.

Pariwisata jangka panjang

Pariwisata jangka pendek

Menurut jumlah wisatawan

Pariwisata tunggal, kegiatan yang dilakukan oleh satu orang.

Pariwisata rombongan, Kegiatan wisata yang dilakukan dalam satu

rombongan.

Menurut alat angkut yang dipergunakan

Dilihat dari pemakaian alat pengangkutan yang dipergunakan oleh

wisatawan masuk dalam kategori ini : Pariwisata Udara, Pariwisata Laut,

Pariwisata Kereta Api, Pariwisata Mobil.

D. Industri Pariwisata Pariwisata adalah bentuk industri yang tidak mengambil alih industri lainnya

di dalam negeri, melainkan suatu industri yang berdiri sendiri yang pada

hakekatnya membantu serta mempercepat pertumbuhan industri–industri

lainnya. Sebagai industri, pariwisata tidak menggali atau menghisap bahan

baku kekayaan alam suatu negeri melainkan memberikan tambahan

lapangan dan kesempatan kerja bagi anggota masyarakat di lingkungan di

mana berada seperti dalam usaha akomodasi, restoran, pramuwisata,

penterjemah dan bidang–bidang kerja atau jasa lainnya.

Page 29: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxx

Selanjutnya kepariwisataan juga memberikan sumbangan secara langsung

kepada kemajuan secara terus–menerus terhadap usaha–usaha pembuatan

pelabuhan–pelabuhan, jalan raya, pengangkutan setempat, program

kebersihan atau kesehatan, proyek budaya dan kelestarian alam, dan

sebagainya, ke semua ini dapat memberikan keuntungan dan kesenangan

bagi masyarakat dalam lingkungan setempat, maupun bagi wisatawan

nusantara dan wisatawan mancanegara.

Pariwisata adalah suatu jasa atau pelayanan. Ciri–ciri ekonomis dan industri

pariwisata menjelaskan dampaknya terhadap masyarakat tempat wisata. Ciri

khas yang khusus untuk industri pariwisata yaitu (Spillane, 1994:39):

1. Produk pariwisata tidak dapat disimpan

2. Permintaan akan produk pariwisata sangat tergantung pada musim

3. Permintaan dipengaruhi oleh faktor luar dan pengaruh yang tidak dapat

atau sulit diramalkan

4. Permintaan tergantung pada banyak motivasi yang rumit

5. Pariwisata sangat elastis akan harga dan pendapatan

Penggolongan perusahaan–perusahaan yang dapat diklasifikasikan dalam

industri pariwisata adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Pariwisata Utama Langsung

Adalah semua perusahaan yang tujuan pelayanannya khusus

diperuntukkan bagi perkembangan kepariwisataan dan yang kehidupan

usahanya memang benar–benar tergantung padanya. Apabila pemikiran

untuk menggolongkan rincian perusahaan–perusahaan ini dipergunakan

tema dengan istilah–istilah obyek sentra dan subyek sentra yaitu yang

Page 30: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxi

berkisar pada obyek dan subyek masing–masing maka pembagian

perusahaan pariwisata ini tergantung pada kegiatan perusahaan tersebut.

Perusahaan–perusahaan berikut adalah perusahaan yang tergolong

dalam obyek sentral :

a. Perusahaan akomodasi termasuk hotel, penginapan, homestay

dan lain–lain.

b. Tempat peristirahatan khusus bagi pengunjung yang sakit beserta

kliniknya.

c. Perusahaan angkutan pariwisata, adapun pengangkutan udara,

laut dan darat yang telah ditetapkan sebagai sarana angkutan

pariwisata.

d. Perusahaan pengrajin atau manufaktur seperti perusahaan

kerajinan tangan souvenir, kartupos bergambar, penerbitan buku–

buku petunjuk kepariwisataan.

e. Toko–toko penjual souvenir, seperti barang–barang kerajinan

tangan atau benda–benda lain khusus untuk wisatawan.

f. Usaha–usaha yang khusus menyediakan dan menyajikan tempat–

tempat rekreasi dan hiburan lain khusus untuk wisatawan.

g. Organisasi atau usaha, yang menyediakan guide, penerjemah,

sekretaris, juru ketik, perlengkapan konvensi dan lain–lain.

h. Klab atau lembaga yang khusus mempromosikan pariwisata

dengan jalan mengelola, mengatur perbaikan dan kebersihan

obyek–obyek yang dikunjungi wisatawan nusantara dan

mancanegara.

Page 31: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxii

Perusahaan pariwisata yang termasuk dalam kategori subyek sentra

adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha agar orang

menjadi tertarik untuk mengadakan perjalanan atau memberi kesempatan

kepada mereka untuk menikmati perjalanan apabila mereka sendiri tidak

mampu berbuat demikian. Perusahaan–perusahaan yang termasuk dalam

kategori ini antara lain :

a. Perusahaan penerbitan kepariwisataan yang memajukan promosi

pariwisata secara umum maupun khusus.

b. Usaha–usaha yang membiayai kepariwisataan seperti bank

pariwisata (Travel Bank), usaha kredit pariwisata (Travel Credit),

badan–badan yang membiayai wisata sosial atau wisata remaja.

c. Perusahaan asuransi pariwisata seperti asuransi kecelakaan, sakit,

biaya rumah sakit, kematian pada waktu mengadakan perjalanan.

Kategori yang ketiga adalah perusahaan pariwisata yang menyangkut

obyek maupun subyek pariwisata. Kegiatan dalam kehidupan usahanya

adalah terdiri dari bentuk hubungan antara kedua kategori dua jenis

perusahaan yang telah disebutkan di atas. Contoh dari perusahaan jenis

ini adalah biro perjalanan umum dan agen perjalanan yang mempunyai

dwifungsi yaitu keagenan pariwisata dan pengaturan perjalanan.

Tugasnya membawa subyek pariwisata ke obyek pariwisata, dengan

jalan menyajikan obyek tersebut bagi keuntungan wisatawan sebagai

subyek atau dengan jalan mengatur obyek pariwisata yang dikehendaki

oleh subyek pariwisata (disini fungsinya sebagai agen pariwisata atau

agen perjalanan).

Page 32: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxiii

2. Perusahaan pariwisata sekunder tak langsung

Merupakan perusahaan yang tidak sepenuhnya tergantung pada

wisatawan belaka, melainkan juga sebagian diperuntukkan bagi

masyarakat setempat misalnya perusahaan yang kegiatannya

mengadakan dan menyediakan makanan dan minuman seperti restoran,

warung, sate house, dan sebagainya (Nyoman S. Pendit, 1986:83).

Wisatawan dalam perjalanannya tidak hanya memerlukan satu jenis

pelayanan saja, melainkan memerlukan serangkaian jasa yang saling

terkait dimana merupakan produk dari industri pariwisata.

a. Hotel

Dalam suatu perjalanan wisata wisatawan membutuhkan serta

mengharapkan tempat bermalam yang memberikan kenyamanan,

pelayanan yang baik dan lain–lain. Untuk itulah banyak berdiri hotel

untuk menyediakan kebutuhan tersebut. SK Menhub

No.PM/PW.301/PHB.77 (Mangkuwerdoyo,1999:8) memberikan

definisi hotel sebagai suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara

komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh

pelayanan dan penginapan berikut makan dan minum.

Hotel dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori sebagai

berikut :

1) Klasifikasi sesuai besar kecil hotel

Pembagian klasifikasi ini ditentukan oleh banyaknya jumlah

kamar yaitu :

a) Hotel kecil, hotel yang mempunyai paling sedikit 25 kamar

Page 33: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxiv

b) Hotel sedang, hotel dengan jumlah kamar 25 sampai 99

kamar

c) Hotel di atas rata–rata, hotel yang mempunyai jumlah kamar

100 sampai 299 kamar

d) Hotel besar, hotel yang mempunyai kamar lebih dari 300

kamar

2). Segi pelayanan tamu atau tipe tamu hotel

a) Family hotel, hotel yang menerima tamu yang berupa

keluarga.

b) Business hotel, hotel yang menerima tamu berprofesi sebagai

usahawan

c) Tourist hotel, hotel yang tamu–tamunya adalah wisatawan

d) Transit hotel, hotel yang memberikan tempat istirahat bagi

tamu untuk sementara waktu.

e) Hotel Cure, hotel yang disediakan bagi tamu yang bermaksud

melakukan pengobatan.

3) Lama Tinggal Tamu

a) Commercial hotels dimana tamu hotel dapat menginap untuk

semalam atau kurang.

b) Residental hotels, hotel yang diperuntukkan bagi tamu yang

menginap dalam waktu minimal satu bulan.

c) Semi Residental hotels, hotel yang menerima tamu baik yang

menginap semalam maupun long stay.

4) Plan atau Harga jual

Page 34: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxv

a) The European Plan, hotel yang menjual harga untuk kamar

saja

b) The American Plan, hotel yang memberikan harga kamar

termasuk makan.

c) De–luxe Hotel, hotel dengan harga jual paling mahal

d) First Class Hotel, hotel dengan harga jual menengah

e) Economy Hotel, hotel dengan harga jual terendah

5) Hotel Berbintang

a) Hotel bintang satu

b) Hotel bintang dua

c) Hotel bintang tiga

d) Hotel bintang empat

e) Hotel bintang lima

f) Hotel berlian

Pembagian ini dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pariwisata,

yang dilakukan tiga tahun sekali dengan tata cara pelaksanaan

ditentukan oleh Direktorat Jendral Pariwisata. Adapun yang

menjadi bahan pertimbangan adalah kenyamanan dan fasilitas,

jumlah kamar, peralatan yang tersedia serta mutu pelayanan.

6) Lokasi atau Letak Hotel

a) Resort Hotel, hotel yang terletak di daerah wisata misalnya

tepi pantai, danau dan lain–lain.

b) City Hotel, hotel yang terletak di dalam kota.

Page 35: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxvi

c) Highway Hotel, hotel yang terletak dipinggir jalan raya atntar

kota.

7) Lama Periode Operasi atau Length of Operating period

a) Seasonal Hotel, hotel yang buka pada waktu musim tertentu

misalnya musim panas, musim dingin, musim liburan dan

lain–lainnya.

b) Year Round Operating Hotel, hotel yang beroperasi

sepanjang tahun.

8) Aktivitas Tamu Hotel

a) Sport Hotel, hotel yang merupakan bagian dari komplek olah

raga misalnya Hotel Century Senayan.

b) Sky Hotel, hotel yang menampung orang–orang yang akan

bermain ski.

c) Covention Hotel, hotel sebagai bagian kompleks rapat,

pertemuan, asosiasi dan lain–lain

Peranan hotel dalam industri wisata antara lain :

1. Seseorang yang sedang melakukan perjalanan atau sedang berwisata

tidak akan lepas dari kebutuhan dalam hidup yang paling pokok

yaitu makan dan tidur. Hotel menyediakan jasa penginapan, makan

dan minum serta jasa lainnya yang dimaksud untuk memenuhi

kebutuhan hidup para wisatawan tersebut.

2. Hotel menggantikan fungsi rumah “ di luar rumah” (away home from

home) bagi para wisatawan atau pelaku perjalanan, dengan berusaha

memberikan :

Page 36: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxvii

a. Rasa aman atau Secure

b. Rasa kenyamanan yang menyenangkan atau Comfort

c. Kesendirian atau Privacy

3. Hotel sebagaimana rumah adalah tempat awal atau basis seseorang

dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kehidupan sehari–

hari seperti bekerja, bersantai, hidup bermasyarakat, berolah–raga

dan lain–lain. Untuk memenuhi kebutuhan ini hotel menyediakan

fasilitas serta sarana yang diperlukan seperti telepon, TV, Lobby,

Komputer dan lain–lain.

b. Biro Perjalanan Wisata

Biro perjalanan wisata merupakan tahap dinamis gejala

pariwisata, karena menyebabkan bergeraknya roda industri

pariwisata mulai dari asal wisatawan sampai daerah tujuan wisata.

Menurut Bab I–SK Dirjen Pariwisata No. Kep 16/U/II/88:

pelaksanaan ketentuan usaha perjalanan, diberikan pengertian berikut

(Oka A. Yoeti, 1997:27):

1) Usaha Perjalanan adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial

yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan

bagi seseorang, sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan

dengan tujuan utama berwisata.

2) Biro Perjalanan Umum adalah badan usaha yang

menyelenggarakan kegiatan usaha perjalanan ke dalam negeri

dan ke luar negeri.

Page 37: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxviii

3) Cabang Biro Perjalanan Umum adalah salah satu unit usaha Biro

Perjalanan Umum yang berkedudukan di wilayah yang sama

dengan kantor pusatnya atau wilayah lain, yang melakukan

kegiatan kantor pusatnya.

4) Agen Perjalanan adalah badan usaha yang menyelenggarakan

usaha perjalanan yang bertindak sebagai perantara di dalam

menjual atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan.

5) Perwakilan adalah Biro Perjalanan Umum, Agen Perjalanan,

badan usaha lainnya atau perorangan yang ditunjuk oleh suatu

Biro Perjalanan Umum yang berkedudukan di wilayah lain untuk

melakukan kegiatan yang diwakilkan baik secara tetap maupun

tidak tetap.

Apabila kita perhatikan batasan tersebut di atas maka kita

memperoleh dua pengertian, bahwa disamping agen perjalanan

(Travel Agent) dijumpai pula biro perjalanan (Travel Bureau) yang

mempunyai kegiatan berbeda satu dengan yang lain.

Ruang lingkup kegiatan Biro Perjalanan Umum meliputi :

a) Membuat, menjual dan menyelenggarakan paket wisata

b) Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi

perorangan dan kelompok orang yang diurusnya.

c) Melayani pemesanan akomodasi, restoran dan sarana wisata

lainnya.

d) Mengurus dokumen perjalanan.

e) Menyelenggarakan panduan perjalanan wisata.

Page 38: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xxxix

f) Melayani penyelenggaraan konvensi.

Sedangkan ruang lingkup Agen Perjalanan mencakup kegiatan

usaha:

a) Menjadi perantara di dalam pemesanan tiket angkutan udara, laut

dan darat.

b) Mengurus dokumen perjalanan.

c) Menjadi perantara di dalam pemesanan akomodasi, restoran dan

sarana wisata lainnya.

d) Menjual paket–paket wisata yang dibuat oleh Biro Perjalanan

Umum.

Sejalan dengan tugas Biro Perjalanan Wisata, yang dicari

wisatawan dari sebuahpaket wisata pada dasarnya mencakup

(1) Hal–hal yang menarik perhatian para wisatawan (attractions)

termasuk kesan (image) dari wisatawan.(2) Fasilitas yang diperlukan

ditempat tujuan wisata tersebut misalnya akomodasi, makan–minum,

support industries. (3) Infrastruktur termasuk semua konstruksi di

bawah dan di atas tanah dari suatu wilayah atau daerah. (4) Daerah

tujuan wisata mudah dijangkau dan tersedia alat transportasi yang

memadai (5) Wisatawan sedang berada dalam lingkungan yang tidak

mereka kenal, maka kepastian atau jaminan keamanan sangat

penting, keramahtamahan dan keamanan menjadi sangat penting

(Spillane, 1994:63).

Kondisi pariwisata pada saat ini jauh lebih buruk dari

tahun–tahun sebelumnya. Kondisi ini membawa dampak negatif

Page 39: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xl

kepada Biro Perjalanan Wisata (BPW). Beberapa BPW berusaha

mencari jalan keluar dengan menawarkan paket–paket wisata yang

murah. Misalnya untuk perjalanan keluar negeri, BPW bekerjasama

dengan hotel–hotel diluar negeri untuk mendapatkan harga yang

lebih murah. Paket–paket wisata murah ini juga dijalankan di dalam

negeri. Misalnya bekerja sama dengan hotel–hotel dan dengan

perusahaan penerbangan untuk mendapatkan harga yang murah.

Secara umum peran BPW dalam masa sulit ini bisa dilihat

dari dua sisi, yaitu inbound dan ticketing. Dari sisi inbound, ada dua

hal yang dilakukan. Pertama, meyakinkan bahwa kondisi Indonesia

aman kepada wisatawan asing. Banyak wisatawan mancanegara

tidak mau masuk Indonesia karena faktor keamanan. Dalam hal ini

BPW berusaha meyakinkan wisatawan luar negeri melalui mitra luar

bahwa kondisi Indonesia sebetulnya aman. Mereka tidak perlu takut

untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Kedua BPW berusaha

membuat Indonesia lebih menarik dengan membuat paket–paket

yang menarik dan harga yang kompetetif. Dari sisi ticketing, BPW

bekerja sama dengan penerbangan dengan membuat paket–paket

wisata ke beberapa daerah tujuan wisata seperti Bali, Yogyakarta,

Bandung, Solo dan sebagainya. Karena untuk membuat paket–paket

ke luar negeri cukup sulit mengingat kurs yang berfluktuasi,

sehingga wisatawan nusantara sulit ke luar negeri. Dengan demikian,

BPW mengkonsentrasikan penanganan wisatawan nusantara untuk

melakukan perjalanan dalam negeri. Biasanya untuk perjalanan ke

Page 40: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xli

luar negeri BPW bekerja sama dengan hotel–hotel diluar negeri dan

penerbangan supaya mendapatkan harga lebih murah (Elly

Hutabarat, dalam Ayok Pitoyo :2001;16).

c. Obyek Wisata

Obyek wisata lebih dikenal dengan istilah tourist attractions,

yaitu segala sesuatu yang menjadi obyek bagi orang untuk

mengunjungi suatu daerah tertentu.

Attraction merupakan pusat dari industri pariwisata, menurut

pengertiannya mampu menarik wisatawan yang ingin

mengunjunginya. Suatu tempat tujuan primer (Primary Desnation)

adalah tempat atau lokasi yang sangat menarik perhatian wisatawan

dan merupakan obyek pokok perjalanannya. Sedangkan stopover

destination adalah suatu tempat yang menarik atau perlu dikunjungi

ketika sedang menuju Primary destination.

E. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang di peroleh dari

potensi daerah dan dikelola oleh pemerintah daerah. Pendapatan Asli Daerah

ini merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang dapat digunakan

sesuai dengan kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan daerah.

Pendapatan Asli Daerah secara garis besar terdiri dari komponen–komponen

(Sutrisno PH, 1988: 187 – 193):

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Page 41: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xlii

Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah

Penerimaan dari dinas–dinas daerah

Penerimaan lain–lain

Batasan pengertian mengenai pendapatan asli daerah menurut

Sutrisno P.H.(1988) ialah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan

kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber–sumber dana untuk

membiayai kegiatan daerah. Jadi pengertian pendapatan asli daerah dapat

dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha–usaha pemerintah daerah dalam

memanfaatkan potensi–potensi sumber keuangannya untuk membiayai tugas–

tugas dan tanggung jawabnya.

Uraian secara rinci tentang komponen–komponen pendapatan asli

daerah adalah :

Pajak Daerah

Pengenaan pajak terhadap wajib pajak merupakan hal paling penting yang

tidak menyenangkan bagi hampir sebagian besar masyarakat. Hal ini memang tidak terbantahkan karena pajak yang dipungut merupakan imbal balik dari kegiatan–kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menyediakan prasarana dan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Pembagian Pajak Menurut Golongan

Pembagian pajak menurut golongan dapat dibagi menjadi dua jenis

yakni(Soetrisno P.H.,1988 : 187–193):

1). Pajak Langsung

Pengertian pajak langsung ditinjau dari segi tata usaha atau

administrasi negara adalah pajak yang dikenankan berdasarkan atas

surat ketetapan pajak dan pengenaannya dilakukan secara berkala

misalnya tiap–tiap tahun (pada waktu tertentu). Ditinjau dari segi

Page 42: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xliii

ekonominya, pajak langsung adalah pajak yang beban pajaknya

tidak dapat digeser atau dikembalikan kepada orang lain. Misalnya

pajak kekayaan, pajak perseroan, pajak rumah tangga.

2). Pajak Tidak Langsung

Pengertian pajak tidak langsung ditinjau dari segi tata usaha atau

administrasi negara adalah pajak yang pemungutannya tidak

dilakukan berdasarkan atas surat ketetapan pajak atau

pengenaannya tidak dilakukan secara berkala. Dalam artian

ekonomisnya, pajak tidak langsung adalah pajak yang beban

pajaknya dapat digeserkan kepada orang lain, misalnya pajak

penjualan, cukai, bea materai, bea lelang.

Pedoman Pemungutan Pajak

Prinsip yang dikenal dalam pengenaan atau pemungutan pajak ada

empat macam, seperti yang dikenalkan oleh Adam Smith tentang

pengenaan pajak yang baik (Smith’s Canons), meliputi (M.

Suparmoko, 1992:97):

1) Prinsip Kesamaan (Equity)

Beban pajak yang akan dikenakan harus sesuai dengan keadaan

relatif dari setiap wajib pajak. Perbedaan dalam tingkat penghasilan

harus digunakan sebagai pedoman dalam beban distribusi beban

pajak itu, sehingga bukan beban pajak dalam artian uang tetapi

beban nyata dalam kepuasan yang hilang.

2) Prinsip Kepastian (Certanity)

Page 43: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xliv

Pajak hendaknya tegas, jelas dan pasti bagi setiap wajib pajak,

sehingga mudah dimengerti oleh mereka dan juga akan

memudahkan administrasi.

3) Prinsip Kecocokan (Convenience).

Pengenaan pajak jangan sampai terlalu menekan wajib pajak,

sehingga wajib pajak akan dengan suka dan senang hati melakukan

pembayaran pajak kepada pemerintah.

4) Prinsip Ekonomis

Pengenaan pajak menimbulkan kerugian yang minimal, jangan

sampai biaya pemungutannya lebih besar dari pada jumlah

penerimaan pajaknya.

Pajak Negara dan Pajak Daerah

Sebenarnya tidak ada perbedaan yang begitu mendasar antar kedua

kata tersebut di atas, karena pengertian pajak daerah memang sama

seperti pajak negara hanya perbedaannya terletak pada :

Pajak negara ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah pusat (dalam hal ini

Direktorat Jendral Pajak). Pajak umumnya digunakan oleh pemerintah

pusat tetapi ada pula yang penggunaannya diserahkan kepada daerah.

Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah

atau pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan

kepada daerah.

Selanjutnya dalam pasal 6 peraturan umum pajak daerah

disebutkan batasan–batasan serta asas–asas pajak daerah, sebagai berikut:

Page 44: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xlv

Barang–barang keperluan hidup sehari–hari tidak boleh langsung

dikenakan pajak daerah.

2. Pajak daerah tidak boleh merupakan rintangan akan keluar masuknya

atau pengangkutan barang ke dalam dan ke luar daerah.

3. Dalam peraturan pajak daerah tidak boleh diadakan pembedaan atau

pemberian keistimewaan yang menguntungkan perseorangan,

golongan dan keagamaan.

4. Duta atau konsul asing, demikian pula orang–orang yang termasuk

kedutaan atau konsulat asing tidak boleh diberi pembebasan dari pajak

daerah selain dengan keputusan presiden (Soetrisno P.H, 1988:203–

205).

Retribusi Daerah

Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan

pemenuhan kebutuhan masyarakat telah menyediakan berbagai macam hal, padahal kegiatan ini memerlukan biaya–biaya tentu saja menuntut pembayaran kembali akan penyediaan fasilitas ini dikenakan kepada masyarakat. Hal pembayaran kembali kepada pemerintah oleh masyarakat atas pemakaian barang dan jasa yang telah disediakan ini lebih dikenal dengan retribusi.

Antara retribusi dengan pajak mempunyai perbedaan sifat yang dimiliki. Perbedaan tersebut terletak pada balas jasa yang diberikan kepada wajib pajak atas pungutan tersebut. Pada pungutan pajak, wajib bayar tidak mendapatkan imbalan langsung, namun untuk retribusi mendapatkan balas jasa langsung. Semakin berkembangnya suatu daerah akan banyak pula jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah itu. Karena makin berkembangnya suatu daerah maka makin banyak fasilitas atau jasa yang disediakan oleh pemerintah setempat untuk kegiatan masyarakatnya. Pemerintah daerah memang mempunyai kebebasan yang telah banyak dalam memungut retribusi lebih besar dari pada pajak, karena lapangan retribusi daerah berhubungan dengan pengganti jasa atau fasilitas yang dibebani oleh daerah.

Bagian Laba Perusahaan Daerah

Perusahaan daerah adalah sarana yang dipakai pemerintah daerah di dalam mengemban pelaksanaan pasal 33 ayat 2 Undang–Undang Dasar 1945, sebab cabang–cabang yang penting bagi daerah dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, perusahaan daerahlah yang mengusahakan oleh karenanya tugas berat yang harus dibawa oleh peraturan daerah adalah seimbang dengan hak–hak yang dimiliki.

Badan Usaha Pemerintah Daerah mencakup berbagai aspek pelayanan kepada masyarakat, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan memberikan sumbangan bagi ekonomi daerah yang keseluruhannya harus dilaksanakan berdasarkan asas–asas ekonomi perusahaan yang sehat.

Penerimaan Dinas–Dinas Daerah dan Penerimaan Lain–lain

Page 45: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xlvi

Penerimaan dinas–dinas daerah adalah penerimaan yang diterima oleh dinas–dinas daerah yang secara langsung memberikan jasa pelayanan dan jasa perijinan kepada masyarakat, tidak termasuk dinas pendapatan daerah.

Penerimaan lain–lain adalah bagian penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang tidak termasuk pos penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba Badan Usaha Pemerintah Daerah dan penerimaan dari dinas–dinas daerah termasuk sebagai penerimaan lain–lain adalah penerimaan dari sewa rumah dan gedung milik daerah, hasil penjualan barang–barang bekas daerah, usaha yang dilakukan oleh aparat pemerintah daerah yang membuka perusahaan daerah untuk menghasilkan jasa yang dapat dipergunakan masyarakat, serta usaha lainnya dari daerah yang sifatnya tidak rutin.

F. Peranan Industri Pariwisata terhadap Pendapatan Asli

Daerah

Pariwisata adalah keseluruhan fenomena dan hubungan–hubungan

yang ditimbulkan oleh kegiatan perjalanan dan berdiamnya orang–orang

yang bukan merupakan penduduk setempat, dengan syarat tidak menetap di

daerah tujuan dan melakukan pekerjaan yang menghasilkan upah.

Aggaran Daerah adalah suatau rencana yang berisi tentang rencana

kegiatan yang akan dilakukan oleh daerah yang bersangkutan, yang mana

mencakup kegiatan yang bersifat rutin maupun kegiatan pembangunan dari

berbagi tingkatan untuk jangka panjang waktu tertentu yang dinyatakan

dengan uang (Kodhat, dalam Ayok Pitoyo, 2001:9).

Salah satu sumber pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk

membiayai berbagai kegiatan tersebut berasal dari pendapatan daerah, di

mana pendapatan asli daerah termasauk di dalamnya. Pendapatan asli daerah

diharapkan bisa memberikan sumbangan dalam membiayai kegiatan–

kegiatan daerah, dan juga diandalkan untuk meningkat secara riil.

Usaha peningkatan pendapatan asli daerah dijalankan melalui

penggalian potensi sumber pendapatan. Penerimaan sektor pariwisata

merupakan bagian yang melibatkan kegiatan–kegiatan seperti obyek wisata

yang menyumbang retribusi, atraksi wisata dan hiburan serta kegiatan

pendukungnya seperti penginapan, biro perjalanan wisata dan tontonan.

Page 46: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xlvii

Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap sektor lainnya,

seperti bidang pertanian, peternakan, kerajinan rakyat, mebel, tekstil dan

sektor lainnya yang mana produknya diperlukan untuk menunjang

perkembangan pariwisata seperti hotel dan restaurant. Maka perkembangan

pariwisata selain akan menaikkan penerimaan sektor pariwisata juga akan

menimbulkan peningkatan aktifitas di luar sektor pariwisata yang akhirnya

akan menambah peningkatan pendapatan masyarakat dan penerimaan

daerah.

Seiring dengan kedatangan wisatawan baik wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara ke obyek wisata di daerah

tertentu, maka pendapatan dari sektor pariwisata akan meningkat, karena

wisatawan pasti akan menggunakan fasilitas–fasilitas yang ada di daerah

tujuannya, seperti hotel, biro perjalanan wisata, obyek–obyek wisata. Hal ini

sesuai dengan tujuan pembangunan di bidang kepariwisataan untuk

meningkatkan pendapatan dari industri pariwisata.

Selanjutnya kepariwisataan juga memberikan sumbangsihnya

secara langsung kepada kemajuan–kemajuan secara berkesinambungan

terhadap usaha–usaha pembuatan atau perbaikan–perbaikan jalan, jembatan,

pelabuhan, pengangkutan setempat, program–program kebersihan atau

kesehatan, proyek sarana budaya, kelestarian lingkungan dan sebagainya,

yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi

masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun

bagi wisatawan. Selain itu pembangunan pariwisata berpengaruh pada

Page 47: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xlviii

perubahan dalam masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan dan

distribusi pendapatan.

Industri pariwisata selain membutuhkan kamar untuk menginap,

makanan dan minuman, jasa biro perjalanan wisata dan lain–lain, juga

memerlukan prasarana ekonomi seperti jalan, terminal, jembatan dan

sebagainya. Kebutuhan lain yang dirasakan perlu yakni prasarana yang

bersifat pelayanan umum seperti pembangkit listrik, penyediaan air bersih,

olah raga dan rekreasi, pos dan telekomunikasi, bank, money changer dan

lain–lain. Dengan sarana dan prasarana tersebut akan timbul pengenaan

pajak dan retribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi

pemakai jasanya.

Semakin bertambahnya hotel, rumah makan dan biro perjalanan

berarti pajak yang masuk sebagai Pendapatan Asli Daerah akan meningkat,

demikian halnya dengan bertambahnya pemakaian prasarana jalan, air,

listrik dan rekreasi, maka retribusi yang masuk ke atas daerah akan semakin

banyak.

G. Visi, Misi, dan Tujuan Pembangunan

Visi

Visi pembangunan daerah Pemerintah Kota Surakarta adalah :

mewujudkan citra Kota Solo sebagai Kota Budaya yang didukung oleh

jasa pariwisata, perdagangan, industri yang bertumpu pada hasil

kerajinan rakyat, perdagangan, industri yang bertumpu pada hasil

Page 48: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xlix

kerajinan rakyat, dalam tata kehidupan perkotaan yang kondusif,

merangsang kehidupan kreatif, produktif dan mandiri.

Misi Pembangunan

Misi pembangunan Pemerintah Kota Surakarta adalah :

a. Mewujudkan SDM yang berkualitas

─Faktor pendukung adalah:

Tersedianya lembaga–lembaga pelatihan atau pendidikan.

2) Tumbuhnya lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas.

3) Tersedianya paket program pendidikan atau latihan yang

memadai.

─Faktor penghambat adalah :

1) Produktif aparatur pemerintah dan angkatan kerja rendah.

Biaya pendidikan yang relatif tinggi.

Minat mengikuti pendidikan kejuruan masih rendah.

Terbatasnya tenaga pendidikan atau pelatih yang professional.

b. Melestarikan dan mengembangkan Budaya Daerah

─Faktor pendukung

1) Merupakan pusat budaya atau kesenian Jawa.

2) Adanya lembaga pendidikan STSI, SMKI, SMSR.

3) Banyaknya budayawan, seniman atau seniwati.

─Faktor penghambat

1) Masih rendahnya apresiasi nilai budaya tradisional.

2) Keterbatasan promosi seni budaya tradisional.

3) Dampak negatif budaya asing yang semakin besar.

Page 49: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

l

c. Menjadikan Kota Solo sebagai pintu gerbang pariwisata

─Faktor Pendukung

1) Meningkatkan jumlah wisata mancanegara atau wisata

nusantara.

2) Tumbuhnya biro–biro perjalanan wisata.

3) Banyaknya obyek wisata budaya. ─Faktor Penghambat

1) Paket wisata Jawa Tengah belum dikemas dengan baik.

2) Pusat kesenian Jawa Tengah belum dibina secara insentif.

3) Konvensi bangunan bersejarah dan cagar budaya di Solo

kurang.

4) Belum memiliki pola pendayagunaan bangunan bersejarah dan

cagar budaya menjadi aset wisata.

d) Meningkatkan sarana dan prasarana ekonomi kota.

─Faktor Pendukung

1) Tersedianya sarana perdagangan dan perbankan.

2) Tersedianya cargo terminal dan stasiun peti kemas.

─Faktor Penghambat

1) Keterbatasan dana.

2) Penataan pasar dan PKL belum dilaksanakan dengan optimal.

3) Pemanfaatan cargo terminal dan stasiun peti kemas belum

optimal.

e) Menjadikan Surakarta sebagai kota perdagangan atau jasa pelayanan.

─Faktor Pendukung

Page 50: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

li

1) Tersedianya pasar dan banyaknya bank di Solo.

2) Letak Kota Solo yang strategis.

3) Tersedianya cargo terminal dan stasiun kereta api.

4) Dibangunnya Ring Road Utara.

5) Kota Solo sebagai pusat Wilayah Pariwisata VII Jawa

Tengah.

─Faktor Penghambat

1) Keterbatasan wilayah administratif.

2) Masih rendahnya inovasi dan rekayasa usaha.

3) Rendahnya daya saing.

f) Membina dan mengembangkan industri kecil kerajinan rakyat.

─Faktor Pendukung

1) Pelatihan kewiraswastaan dan peningkatan

produktivitas.

2) Pendidikan pelatihan atau manajemen melalui

inkubator.

3) Adanya bursa hasil industri yang memadai.

4) Adanya koperasi industri kecil atau kerajinan rakyat.

─Faktor Penghambat

1) Rendahnya tingkat pendidikan basic usaha atau pengrajin.

2) Kualitas manajemen pengolahan masih sederhana.

3) Lemahnya daya asing di pasar bebas.

Page 51: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lii

4) Daerah pemasaran yang masih terbatas (lokal).

g) Meningkatkan tata kehidupan kota yang tertib, berdasarkan peraturan

dan norma–norma yang berlaku.

─Faktor Pendukung

1) Sikap masyarakat yang paternalistik

2) Tersedianya peraturan dan kepastian hukum

3) Tersedianya perangkat pelaksana

4) Penyuluhan atau sarasehan pelaksana

─Faktor Penghambat

1) Sebagian masyarakat belum tertib.

2) Masih adanya tindakan warga yang menghakimi sendiri

3) Masih adanya oknum menyalahgunakan tugas dan wewenang

3. Tujuan Pembangunan

Tujuan pembangunan daerah pemerintah kota Surakarta adalah

mencapai “SALA KUNCARA”, di mana dalam mencapai tujuan tersebut

ditempuh suatu strategi unggulan yang disebut sebagai “PANCA KRIDA

UTAMA”, yaitu menjadikan:

a. Surakarta sebagai Kota Budaya

b. Surakarta sebagai Kota Tujuan Wisata atau Pintu Gerbang Wisata

Jawa Tengah.

c. Surakarta sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa

d. Surakarta sebagai Kota Industri, utamanya industri kecil atau kerajinan

rakyat

e. Surakarta sebagai Kota Pendidikan dan Ketrampilan.

Page 52: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

liii

Program ini merupakan suatu idealisme masyarakat Solo yang

didasarkan pada potensi–potensi yang selama ini belum berkembang nyata

dalam kehidupan masyarakat.

Panca Krida Utama dapat disebut sebagai program kerja jangka

menengah Pemerintah Kota Surakarta dengan harapan bilamana terwujud

akan menempatkan Kota Solo sebagai salah satu kota di wilayah Indonesia

yang mampu mengumandangkan nilai–nilai luhur bangsa.

Dalam operasional program jangka menengah tersebut di dasari

program jangka pendek yang diharapkan mampu merintis sasaran yang

hendak dicapai. Program jangka pendek yang dimaksud adalah program

“BERSERI” yaitu sebagai gerakan untuk mewujudkan kota Solo yang

bersih sehat, rapi dan indah. Bersih secara fisik maka kebersihan

merupakan syarat mutlak menumbuhkan daya tarik pendatang dan

menumbuhkan rasa nyaman bagi setiap insan yang tinggal di Solo. Sehat

berati kondisi kota yang bersih dengan sendirinya akan memberikan

dampak kesehatan lingkungan. Kota yang rapi tidak hanya berarti suasana

melainkan meliputi faktor keamanan, ketertiban dan keserasian lingkungan

akan lebih mempertebal suasana nyaman di kota. Keindahan dalam

penampilan akan merupakan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh wisatawan.

Dengan membudayakan kehidupan BERSERI pada seluruh warga

masyarakat kota akan merupakan sarana landasan untuk meningkatkan

kepariwisataan daerah.

Page 53: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

liv

H. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adi Surahman (1998), mengenai

“Analisis pengaruh sub sektor pariwisata terhadap Produk Domestik

Bruto dan kesempatan kerja sektor pariwisata di Indonesia”. Alat

analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Dari penelitian di

peroleh kesimpulan bahwa PPl, Retribusi, Investasi, hotel, restaurant

Bpw, Wisatawan berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Bruto.

2. Penelitian lain dilakukan oleh Ayok Pitoyo (2001) mengadakan penelitian

mengenai “Analisis Perkembangan Industri Pariwisata dan

Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Daerah Istimewa

Yogyakarta”. Dengan menggunakan alat analisis trend linear diperoleh

kesimpulan bahwa pendapatan asli daerah di Daerah Istimewa

Yogyakarta selalu meningkat dari tahun ke tahun yang dibuktikan oleh

arah condong garis Y positif dan disimpulkan bahwa jumlah wisatawan,

akomodasi dan transportasi berpengaruh terhadap pendapatan asli

daerah.

Dari hasil penelitian yang sama dengan analisis yang berbeda

diperoleh kesimpulan bahwa jumlah transportasi berpengaruh negatif,

sedangkan jumlah akomodasi berpengaruh positif terhadap lama tinggal

wisatawan mancanegara.

Sedangkan penelitian yang lain diperoleh kesimpulan bahwa

jumlah transportasi berpengaruh negatif, dan jumlah akomodasi berpengaruh

positif terhadap lama tinggal wisatawan nusantara.

BAB III

Page 54: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lv

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah

1. Aspek Geografis

Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan kota “Solo” merupakan

salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai potensi cukup

tinggi dalam hal Pariwisata, ekonomi, sosial, Politik, pendidikan serta

kebudayaan. Letak geografis kota Solo terletak antara 110o45’35” bujur

timur dan antara 7o36’–7o56’ lintang selatan. Dengan luas daerah kurang

lebih 4.404.0593 Ha. Surakarta merupakan daerah dataran rendah yang

berada pada ketinggian ± 92 m di atas permukaan laut dan berada pada

pertemuan sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo serta mempunyai

suhu udara rata–rata 21,9oC – 32,5oC. Dengan tekanan udara rata–rata

1010,9 MBS, dan kelembaban udara 71% dengan ketinggian angin 4

knot dan arah angin 240 derajat. Kota Surakarta dibatasi :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan

Kabupaten Boyolali.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan

Kabupaten Karanganyar.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan

Kabupaten Karanganyar.

2. Keadaan Iklim 54

Page 55: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lvi

Suhu udara Kota Surakarta maksimumnya 32,5oC dan

minimumnya 21,9oC, rata–rata tekanan udara 1010,9 MBS, kelembaban

udara 71%, kecepatan angin 04 knot, dan arah angin 240 derajat.

3. Keadaan Tanah

Wilayah Kota Surakarta secara umum keadaannya datar, hanya sebagian utara dan timur agak bergelombang dengan ketinggian kurang dari 92 meter di atas permukaan air laut.

Jenis tanah sebagian tanah liat termasuk Regosol kelabu,

Alluvial, di wilayah bagian utara tanah liat Grumosol serta wilayah

bagian timur laut tanah litosol Mediteran.

4. Dasar Hukum

Sebutan atau nama Kota Surakarta baru di mulai adanya Undang–undang No.18 Tahun 1965 tanggal 1 september 1965 dan ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 dan sejak lahir telah mengalami tujuh kali periode atau perubahan sebutan nama.

5. Pembagian Wilayah Administrasi

Kota Surakarta terdiri dari 5 Kecamatan yaitu : Laweyan (11 Kelurahan), Serengan (7 Kelurahan), Pasar Kliwon (9 Kelurahan), Jebres (11 Kelurahan),Banjarsari (13 Kelurahan) dengan masing–masing luas wilayah, jumlah penduduk dan tingkat kepadatan tiap–tiap kecamatan dijelaskan dalam tabel 3.1. Kelurahan yang tersebar dalam 5 Kecamatan itu adalah :

a. Kecamatan Laweyan terdiri dari Kelurahan Pajang, Kelurahan Laweyan, Kelurahan Bumi, Kelurahan

Panularan, Kelurahan Penumping, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Sondakan,

Kelurahan Kerten, Kelurahan Karangasem dan Kelurahan Jajar.

b. Kecamatan Serengan terdiri dari Kelurahan Joyotakan, Kelurahan

Damukusuman, Kelurahan Serengan, Kelurahan Tipes, Kelurahan

Kratonan, Kelurahan Jayengan dan Kelurahan Kemlayan.

c. Kecamatan Pasar Kliwon terdiri dari Kelurahan Joyosuran,Kelurahan

Semanggi, Kelurahan Pasar Kliwon, Kelurahan Gajahan, Kelurahan

Baluwarti, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Kedung Lumbu,

Kelurahan Sangkrah dan Kelurahan Kauman.

Page 56: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lvii

d. Kecamatan Jebres terdiri dari Kelurahan Kepatihan Kulon,

Kelurahan Kepetihan Wetan, Kelurahan Sudiriprajan, Kelurahan

Gandekan, Kelurahan Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan

Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Tegalharjo,

Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo.

e. Kecamatan Banjarsari terdiri dari Kelurahan Kadipiro, Kelurahan

Nusukan, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Stabelan, Kelurahan

Kestalan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Timuran, Kelurahan

Katelan, Kelurahan Punggawan, Kelurahan Mangkubumen,

Kelurahan Manahan, Kelurahan Sumber dan Kelurahan Banyuanyar.

Page 57: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lviii

Tabel III.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Sex Ratio dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2000.

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk Sex

Ratio

Tingkat Kepadatan (Per Km2)

1 Laweyan 8,638 106,429 975 12.321 2 Serengan 3,194 61,754 961 19.334 3 Pasar Kliwon 4,815 84,535 959 17.557 4 Jebres 12,582 135,764 966 10.790 5 Banjarsari 14,811 161,769 962 10.922 Kota 44,04 550,251 965 12.494 TH 1999 44,04 546,469 964 12.408 TH 1998 44,04 542,832 960 12.326 TH 1997 44,04 539,387 958 12.248 TH 1996 44,04 536,005 957 12.171

Sumber :Surakarta dalam Angka 2000, Kantor Statistik Kota Surakarta.

Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan bahwa setiap 1000

orang jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan terdapat jumlah

penduduk berjenis kelamin laki–laki yaitu angka–angka Sex Ratio dalam

tabel di atas. Untuk Kota Surakarta dalam tahun 2000 setiap 1000

penduduk perempuan terdapat 965 penduduk laki–laki.

B. Aspek Demografi

1. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.

Jumlah penduduk Kota Surakarta menurut kelompok umur dan

jenis kelamin tahun 2000 dapat di lihat dalam tabel III.2 sebagai berikut:

Page 58: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lix

Tabel III.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Surakarta tahun 2000.

Banyaknya Penduduk Kelompok Umur Laki–laki Perempuan

Jumlah

0 – 4 39.845 46.622 80.471 5 – 9 27.920 28.634 56.554

10 – 14 27.387 28.317 55.704 15 – 19 28.778 29.665 58.443 20 – 24 29.880 31.466 61.346 25 – 29 28.834 29.435 58.269 30 – 39 28.186 29.499 57.685 40 – 49 25.317 25.914 51.231 50 – 59 19.433 21.266 40.699

60+ 14.520 15.329 29.849 Jumlah Penduduk 270.104 280.147 550.251

Sumber :Surakarta dalam Angka 2000, Kantor Statistik Kota Surakarta

2. Depedency Ratio (Rasio Ketergantungan)

Rasio ketergantungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk di bawah usia 15 tahun dan jumlah penduduk di atas usia 60 tahun yang merupakan penduduk tidak produktif terhadap jumlah penduduk usia 15–59 tahun yang merupakan penduduk usia produktif, rumusnya :

192.729 + 29.849 DR = x 100 327.673 DR = 67,9

Dari perhitungan Dependency Ratio di atas menunjukkan angka 67,9. Berarti setiap 100 penduduk Kota Surakarta yang produktif akan menanggung 68 penduduk yang tidak produktif.

C. Aspek Sosial Ekonomi.

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kota Surakarta

dapat di lihat dalam tabel III.3 sebagai berikut :

(Penduduk Usia 0–14) + (Penduduk Usia 60 tahun lebih) DR = x 100 (Penduduk usia 15–59 tahun)

Page 59: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lx

Tabel III.3 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2000.

Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%) Tamat Akademi/PT 25.481 5,44 Tamat SLTA 89.376 19,08 Tamat SLTP 96.267 20,55 Tamat SD 107.525 22,95 Tidak Tamat SD 48.818 10,42 Belum Tamat SD 72.333 15,44 Tidak Sekolah 28.728 6,13 Jumlah 468.523 100

Sumber :Surakarta dalam Angka 2000, Kantor Statistik Kota Surakarta. 1. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kota Surakarta menurut jenis

lapangan kerja adalah : petani, buruh tani, nelayan, pengusaha, buruh

industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan,Pegawai Negeri Sipil

atau ABRI, pensiunan dan lain–lain yang secara rinci dapat di lihat

dalam tabel III.4 berikut ini :

Tabel III.4. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2000.

Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Prosentase (%) Petani Sendiri 350 0,09 Buruh Tani 394 0,1 Nelayan 0 0 Pengusaha 6.679 1,75 Buruh Industri 69.571 18,25 Buruh Bangunan 60.764 15,94 Pedagang 22.079 5,79 Pengangkutan 15.858 4,16 PNS atau ABRI 24.654 6,47 Pensiunan 16.235 4,26 Lain–lain 164.548 43,17 Jumlah 381.132 100 Sumber : Surakarta dalam Angka 2000, Kantor Statistik Kota Surakarta.

Secara umum angkatan kerja di Kota Surakarta bekerja pada bidang buruh industri. Hal ini terlihat dari prosentase jumlah penduduk yang bekerja sebagi buruh industri sebesar 18,25% yang kemudian di susul dengan buruh bangunan sebesar 15,94%.

Page 60: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxi

Dari tabel tersebut dapat diketahui pula penduduk yang bekerja

sebagai nelayan adalah tidak ada. Adapun prosentase yang terkecil

adalah bermatapencaharian sebagai petani sendiri yang hanya sebesar

0,09% disusul buruh tani yang hanya sebesar 0,1%.

D. Keadaan dan Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota

Surakarta.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini sangat penting karena dari PAD

dapat di lihat seberapa besar kemandirian daerah di dalam mengurus dan

mengatur rumah tangganya sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut maka

pemerintah daerah Kota Surakarta selalu berusaha agar penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) selalu meningkat dari tahun ke tahun, hal ini

dapat dilihat pada tabel III.5 dibawah ini :

Page 61: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxii

Tabel III.5. Perkembangan PAD Kota Surakarta Tahun 1979/1980–1999/2000 (dalam jutaan rupiah).

Tahun PajakDaerah

RetribusiDaerah

BagianLaba

BUMD

PenerimaaanDinas

Daerah

PenerimaanLain–lain

Jumlah

1979/1980 280,88 742,77 50,0 20,13 51,73 1.145,511980/1981 337,94 695,21 14,28 25,05 108,15 1.180,631981/1982 413,52 772,59 70,54 25,72 41,94 1.324,311982/1983 461,98 1.316,05 64,32 27,33 36,91 1.906,591983/1984 692,02 1.502,23 41,75 47,46 37,61 2.321,071984/1985 828,08 2.328,77 41,45 86,08 32,62 3.317,01985/1986 1.298,34 2.400,28 153,22 61,08 44,47 3.957,391986/1987 1.469,22 2.814,61 51,0 66,75 24,51 4.426,091987/1988 1.558,25 3.812,32 40,31 55,61 18,75 5.485,241988/1989 1.714,64 3.742,98 55,67 64,94 312,77 5.892,951989/1990 1.917,72 4.411,70 80,20 69,89 334,36 6.813,871990/1991 2.194,44 4.762,14 62,99 91,53 231,48 7.342,581991/1992 2.590,15 5.796,86 97,26 106,54 152,09 8.742,901992/1993 2.708,96 6.327,65 115,38 144,80 195,39 9.492,181993/1994 3.357,50 6.870,15 164,03 157,79 163,05 10.712,521994/1995 5.317,13 8.413,66 235,89 164,73 210,21 14.341,621995/1996 5.881,66 8.982,76 303,58 142,05 286,94 15.596,991996/1997 6.473,59 9.671,78 418,75 155,79 446,42 17.166,331997/1998 7.535,33 10.351,2 514,20 154,18 379,42 18.934,351998/1999 7.903,41 8.078,61 353,45 – 1.164,07 17.499,541999/2000 9.154,63 9.557,96 252,77 – 922,41 19.887,77

Sumber :APBD Kota Surakarta, Kantor Pemerintah Daerah Kota Surakarta

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Selama

kurun waktu tersebut ternyata pendapatan yang bersumber dari retribusi

daerah merupakan bagian terbesar memberikan sumbangan terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta. Penerimaan dari retribusi

daerah rata–rata mampu memberikan sumbangan setiap tahun di atas 50%

dari PAD yang diterima. Sedangkan sumber penerimaan dari pajak daerah

selama periode yang sama hanya mampu menyumbang antara 27% sampai

46% saja atau rata–rata setiap tahunnya hanya mampu menyumbang sebesar

34% saja dari seluruh penerimaan PAD. Sumber–sumber penerimaan daerah

yang lain yakni dari hasil usaha daerah, hasil dinas daerah dan pendapatan

lain–lain, masing–masing hanya mampu menyumbang terhadap PAD rata–

Page 62: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxiii

rata kurang dari 10%. Berdasarkan kenyataan, maka untuk sementara dapat

disimpulkan bahwa retribusi daerah merupakan sumber penerimaan daerah

yang paling dominan dibandingkan dengan sumber penerimaan daerah yang

lain. Namun demikian bukan berarti sumber–sumber tersebut tidak berperan.

Peran sumber–sumber penerimaan daerah di luar retribusi daerah tetap

sangat diharapkan mengingat tuntutan dana yang harus disediakan oleh

pemerintah yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Tabel III.6. Target dan Realisasi PAD Kota Surakarta Tahun 1979/1980–1999/2000 (dalam jutaan rupiah).

Tahun Target Realisasi Prosentase

Realisasi 1979/1980 1.095,30 1.145,51 104 1980/1981 1.175,63 1.180,63 101 1981/1982 1.267,06 1.324,31 104 1982/1983 1.897,46 1.906,59 100 1983/1984 2.311,43 2.321,07 101 1984/1985 3.307,25 3.317,00 100 1985/1986 3.876,23 3.957,39 102 1986/1987 4.390,54 4.426,09 101 1987/1988 5.475,12 4.485,24 101 1988/1989 5.819,65 5.892,95 101 1989/1990 6.632,51 6.813,87 103 1990/1991 7.132,67 7.324,58 103 1991/1992 8.463,60 8.724,90 103 1992/1993 9.436,78 9.492,18 101 1993/1994 10.495,99 10.712,52 102 1994/1995 12.451,84 14.341,62 115 1995/1996 15.033,64 15.596,99 104 1996/1997 16.842,42 17.166,33 102 1997/1998 18.727,64 18.934,35 101 1998/1999 17.071,64 17.499,54 103 1999/2000 18.984,70 19.887,77 103 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta.

Dari tabel III.6. tersebut dapat diketahui besarnya realisasi

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta selalu melebihi dari jumlah yang

direncanakan.

Page 63: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxiv

E. Pengeluaran Pembangunan Kota Surakarta

Pembicaraan mengenai pengeluaran pembangunan dari Pemerintah

Kota Surakarta pada hakekatnya adalah menyangkut mengenai tujuan

pengeluaran pembangunan dan kebijaksanaan tentang pengeluaran

pembangunan.

1. Tujuan Pengeluaran Pembangunan.

Tujuan daripada pengeluaran pembangunan Pemerintah Kota Surakarta pada

hakekatnya adalah untuk meningkatkan pembangunan daerah sendiri, sesuai

dengan apa yang tercantum dalam Garis–garis Besar Haluan Negara (GBHN)

yang menjadi dasar Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah (Masri

Maris,1989:15):

a. Program pembangunan daerah dan program pembangunan sektor

yang selaras, sehingga keduanya mencerminkan potensi dan prioritas

daerah yang bersangkutan dan memberikan pada persatuan nasional.

b. Pemerataan pembangunan antar daerah dan di dalam daerah, untuk

ini harus ada hubungan diantara daerah dan di dalam daerah yang

lebih baik.

c. Peran serta rakyat di daerah yang makin tinggi dalam kegiatan

pembangunan daerah, ini mencakup usaha meningkatkan pendapatan

pemerintah daerah.

d. Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi mengenai lingkungan

hidup dan dalam memelihara dan menggunakan sumber daya alam.

e. Koordinasi dan kerjasama yang makin baik dalam program

pembangunan antar daerah.

Page 64: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxv

2. Kebijaksanaan Pengeluaran Pembangunan

Kebijaksanaan di bidang pengeluaran dari pemerintah Kota Surakarta

diarahkan pada penghematan pengeluaran rutin guna memperbesar dana atau

tabungan sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Selanjutnya dari dana

yang tersedia digunakan untuk dapat mencapai hasil yang maksimal, maka

perlu didukung oleh kebijaksanaan–kebijaksanaan antara lain:

a. Perbaikan dalam mekanisme pengeluaran pembiayaan pelaksanaan

proyek–proyek pembangunan, sehingga memungkinkan pelaksanaan

proyek–proyek tersebut selesai tepat pada waktunya.

b. Realisasi dari pada proyek–proyek pembangunan selalu diikuti

dengan sistem pengawasan terhadap keuangan maupun inventarisasi

serta penggunaan benda–benda milik pemerintah daerah, yang

sekaligus menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan itu

sendiri.

Dari tabel III.7 dapat diketahui besarnya pengeluaran pemerintah

Kota Surakarta khususnya untuk pengeluaran rutin secara absolut dari tahun

ke tahun mengalami kenaikan, sedangkan secara prosentase

perkembangannya fluktuatif. Di sisi lain perkembangan pengeluaran

pembangunan Kota Surakarta dari tahun ke tahun baik secara absolut

maupun secara prosentase menunjukkan perkembangan yang berfluktuatif.

Tabel III.7. Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kota Surakarta Tahun 1979/1980 – 1999/2000 (dalam jutaan rupiah).

Page 65: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxvi

Tahun Pengeluaran

Rutin Perubahan

(%) Pengeluaran

Pembangunan Perubahan

(%) 1979/1980 1.796,90 – 1.188,12 – 1980/1981 2.380,03 32,45 1.066,12 – 10,27 1981/1982 3.229,95 35,71 1.909,14 79,07 1982/1983 3.538,83 9,56 2.094,35 9,70 1983/1984 3.946,67 11,52 2.497,48 19,25 1984/1985 4.978,51 26,12 1.426,06 – 42,90 1985/1986 5.883,31 18,17 2.319,61 62,61 1986/1987 6.435,91 9,42 3.821,77 64,72 1987/1988 7.632,99 18,60 2.270,90 –40,57 1988/1989 8.371,72 9,70 4.327,51 90,56 1989/1990 10.164,61 21,43 4.759,23 9,98 1990/1991 11.351,50 11,68 5.515,13 15,88 1991/1992 12.426,28 9,47 7.618,37 38,13 1992/1993 14.858,16 19,57 8.471,58 11,20 1993/1994 17.532,42 17,99 15.471,66 82,63 1994/1995 19.203,30 9,53 16.100,47 4,06 1995/1996 22.755,93 18,50 16.400,76 1,86 1996/1997 25.551,78 12,29 20.348,20 24,07 1997/1998 34.749,79 35,99 39.991,86 96,54 1998/1999 48.910,11 40,75 9.425,82 – 76,43 1999/2000 68.357,28 39,76 44.634,40 373,63 Sumber :APBD Kota Surakarta, Kantor Pemerintah Daerah Kota Surakarta

F. Tinjauan Mengenai Pariwisata di Surakarta 1. Potensi Pariwisata Yang Dimiliki

Kota Solo yang dipilih sebagai pintu gerbang wisatawan sangat

tepat, selain letak kota yang sangat strategis yaitu di tengah–tengah antara

Jakarta–Yogyakarta dan Bali yang merupakan tujuan utama wisatawan

mancanegara ke Indonesia, Solo sendiri merupakan pusat kebudayaan

Jawa Tengah. Kota Solo merupakan pusat kerajaan di Jawa, sampai

sekarang masih mempunyai kesan yang mendalam dikalangan masyarakat.

Dalam pengembangan obyek–obyek wisata di sekitar Solo tidak dapat

Page 66: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxvii

lepas dari kedudukan Solo sebagai pusat kepariwisataan bagi daerah

sekitarnya.

Kota Surakarta mempunyai potensi kepariwisataan yang beraneka

ragam yang mempunyai nilai sejarah dan kepurbakalaan semacam itu pasti

menarik untuk mengunjungi apabila dikelola sebaik–baiknya. Dengan

demikian tentu banyak yang akan dilakukan terutama yang berhubungan

dengan pemanfaatan secara maksimal potensi yang ada.

Daerah tujuan wisata pada dasarnya merupakan rangkaian atau

integrasi beberapa obyek dan atraksi wisata, fasilitas pelayanan, semua

prasarana maupun hal–hal yang menyangkut titik kehidupan sosial

masyarakat. Sebagai daerah tujuan wisata Kota Surakarta mempunyai

kekuatan maupun titik kelemahan yang perlu ditelaah bersama secara

obyektif.

Ada dua sebab mengapa sebuah daerah bisa disebut sebagai daerah

tujuan wisata yaitu daerah yang menarik karena kelebihan dibidang yang

kelihatan bersifat “metropolitan” dengan penerapan berbagai teknologi

baru, seperti DKI Jakarta dengan Dufan, Keong Emas, TMII dan

sebagainya. Kedua yaitu disebabkan oleh keindahannya, adat istiadat

maupun sosial budaya seperti Bali, Sulawesi, DIY dan sebagainya.

Seperti diketahui Kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata

disebabkan pada sebab yang kedua, yaitu kelebihan di bidang yang bersifat

alam, namun bukan berarti hal tersebut akan lebih bebas ataupun leluasa

dalam bidang perawatan atau pengelolaannya. Justru sebaliknya,

Page 67: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxviii

bagaimana potensi–potensi alam dikelola dan dikembangkan sehingga bisa

menarik untuk didatangi dan dinikmati lagi dilain kesempatan.

Di Kota Surakarta potensi wisata dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Obyek dan daya tarik wisata budaya, antara lain :

a. Kraton Kasunanan

Kraton ini terletak di sebelah selatan Balai Kota Surakarta dan

merupakan kraton yang dipimpin oleh Raja yang bergelar Paku

Buwono.

b. Pura Mangkunegaran

Kraton yang terletak disebelah barat Balai Kota Surakarta ini

dipimpin oleh seorang Raja yang bergelar Mangkunegoro.

2. Obyek wisata buatan, antara lain :

a. THR

Taman hiburan remaja ini terletak di daerah Sriwedari dan

merupakan tempat hiburan remaja dan keluarga yang berisikan

permainan dan hiburan musik.

b. Taman Satwataru Jurug

Merupakan kebun binatang yang merupakan tempat binatang–

binatang dari belahan Indonesia dan terletak di timur Kota

Surakarta.

Obyek–obyek wisata di Kota Surakarta menurut Dinas Pariwisata

Kota Surakarta terdiri dari :

1. Museum Kraton Kasunanan

2. Kraton Mangkunegaran

Page 68: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxix

3. Museum Radya Pustaka

4. Taman Sriwedari

5. Gedung Wayang Orang Sriwedari

6. THR Sriwedari

7. Monumen Pers

8. Taman Satwataru Jurug

9. Taman Balekambang

10. Museum Dullah

Di samping itu potensi pariwisata Surakarta terdiri dari event–

event tahunan yang dapat menarik wisatawan, baik wisatawan nusantara

maupun wisatawan mancanegara.

1. Malem Selikuran

Acara ini diselenggarakan untuk memperingati Nuzulul Qur’an, saat

Al Qur’an pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W,

perayaan ini dimulai pada malam 21 Ramadhan dengan sebuah prosesi

yang berjalan dari Kraton Kasunanan menuju Taman Sriwedari.

Puncak dari acara ini adalah pada saat upacara pembagian nasi

tumpeng kepada pengunjung. Mereka percaya bahwa apabila

mendapatkannya, meskipun sedikit mereka akan diberkahi dan

keinginan–keinginan mereka akan terpenuhi.

2. Syawalan

Perayaan Syawalan dimulai satu hari setelah hari Raya Idul Fitri

diselenggarakan di Taman Jurug yang terletak ditepi Sungai Bengawan

Page 69: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxx

Solo. Berbagai pertunjukan tradisional diselenggarakan seperti

pertunjukan keroncong, seni–seni tradisional dan lain–lain.

3. Festival Seni dan Budaya

Festival seni dan budaya ini diselenggarakan dalam rangka merayakan

Hut Kota Solo.

4. Kirab Pusaka

Kirab Pusaka ini diselenggarakan oleh Kraton Kasunanan dan Pura

Mangkunegaran untuk merayakan tahun baru Jawa yaitu Satu Asyura.

Prosesi ini memamerkan pusaka–pusaka dari Kraton Kasunanan dan

Mangkunegaran yang di bawa oleh abdi–abdi Dalem yang berpakaian

Jawa adat Kraton.

5. Upacara Sekaten

Perayaan Sekaten ini diawali dengan upacara mengeluarkan gamelan

Sekaten dari Kraton Kasunanan menuju Masjid Agung. Gamelan Kyai

Guntur Sari dan Kyai Guntur Madu ditabuh di depan Masjid Agung.

Acara Sekaten dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan–pertunjukan

dan penjualan–penjualan souvenir serta dapat menyaksikan pameran

benda–benda kraton di pagelaran Kraton Kasunanan. Grebeg

Mauludan merupakan upacara penutupan dari acara Sekaten, di mana

dua gamelan tersebut di atas dibawa kembali ke kraton Kasunanan dari

Masjid Agung.

6. Pesta Seni Tahunan

Pesta seni tahunan ini diselenggarakan setiap tahun selama satu

minggu di Taman Sriwedari untuk menyongsong tahun baru. Pesta

Page 70: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxi

seni ini menampilkan berbagai pertunjukan tradisional maupun

modern, didukung dengan pameran barang–barang kerajinan dan lain–

lain.

2. Sarana dan Prasarana Pendukung Pariwisata

Sebagai pintu gerbang daerah tujuan wisata, Solo harus dapat

menyediakan sarana dan prasarana yang tepat dan memadai sebagai syarat

utama keberhasilannya. Beberapa syarat tersebut adalah :

1. Tenaga keimigrasian yang terpercaya, handal dan professional

dibidangnya.

2. Tersedianya sejumlah hotel, khususnya yang bertaraf internasional,

yang memadai dengan tenaga–tenaga yang terampil dan professional.

Dengan dibukanya Bandara Adi Sumarmo sebagai bandara

internasional, akan banyak wisatawan mancanegara maupun

wisatawan nusantara yang berkunjung ke Solo. Hal ini juga akan

berakibat pada peningkatan akan pelayanan jasa akomodasi, hotel

khususnya. Pada saat ini jumlah hotel di Kota Surakarta sudah cukup

banyak. Dengan demikian terdapat banyak pilihan bagi wisatawan

untuk memilih hotel sesuai dengan seleranya, dari bangunan kuno

sampai modern, berdasarkan letak, fasilitas dan pelayanan yang

diberikan serta harganya. Setiap hotel memiliki karakteristik dan

kelebihan sendiri–sendiri, karena mereka mempunyai pasar berbeda–

beda.

3. Adanya biro perjalanan yang dapat mempromosikan Solo ke dunia luar

dan dapat menciptakan paket–paket wisata yang menarik dan inovatif.

Page 71: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxii

4. Pengembangan dan perawatan obyek–obyek wisata yang memenuhi

syarat Sapta Pesona.

5. Cara promosi yang tepat sasaran.

6. Tersedianya souvenir Shop dan tempat–tempat hiburan dan rekreasi

lain yang selalu siap melayani kehadiran para wisatawan.

7. Tersedianya jaringan transportasi dari Solo ke seluruh kota besar di

Indonesia dengan pengaturan waktu atau jadwal keberangkatan yang

tepat, baik lewat darat maupun udara, sehingga dengan demikian

mempermudah para wisatawan untuk melanjutkan tujuannya ke daerah

lain.

8. Kesiapan seluruh warga Kota Solo dengan Sadar Wisata penuh dalam

menghadapi para wisatawan.

9. Tersedianya restaurant dan rumah makan yang memadai.

Kunjungan wisatawan ke Solo pada umumnya melalui tiga pintu yaitu:

1. Bandara Adi Sumarmo.

2. Dari Yogya yang akan meneruskan perjalanan ke Jawa Timur atau Bali

3. Lewat darat dari Jakarta untuk meneruskan perjalanan ke Jawa Timur

atau Bali.

3. Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta

Dalam usaha pengembangan pariwisata di Kota Solo, hal ini

banyak sekali berkaitan dengan :

a. Keberadaan Bandara Internasional Adi Sumarmo.

b. Solo dan sekitarnya sebagai simbul kawasan Joglosemar.

c. Tersedia jaringan internet di Solo.

Page 72: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxiii

d. Semakin berkembangnya MICE (Meeting, Incentive, Convention,

Exhibition).

1. Visi kepariwisataan Kota Surakarta adalah terwujudnya Solo sebagai

daerah tujuan wisata termuka di Indonesia pada tahun 2008 yang

bertumpu pada budaya, industri dan jasa.

2. Misi kepariwisataan Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

a. Menjadikan Kota Solo sebagai pusat penyebaran wisatawan di Jawa

Tengah.

b. Menjadikan Kota Solo sebagai pusat pengkajian, pelestarian dan

pengembangan budaya Jawa dan peninggalan sejarah.

c. Menjadikan Kota Solo sebagai pusat informasi dan pelayanan

pariwisata di Jawa Tengah.

3. Tujuan pariwisata Kota Surakarta adalah :

a. Memperpanjang lama tinggal.

b. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah.

c. Meningkatkan arus kunjungan wisatawan.

4. Langkah–langkah yang telah dilaksanakan dan merupakan rencana

strategis dalam rangka pengembangan pariwisata di Kota Surakarta

adalah :

a. Peningkatan kegiatan promosi, baik kualitas dan kuantitas alat

promosi, seperti promosi melalui internet maupun pengiriman data

keluar negeri.

b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku wisata.

c. Peningkatan obyek dan daya tarik wisata.

Page 73: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxiv

d. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi lintas sektoral

dan swasta.

e. Menyusun perencanaan dan studi kelayakan kawasan wisata.

4. Permasalahan Kepariwisataan di Surakarta

Potensi wisata di Surakarta masih mempunyai permasalahan antara

lain :

a. Bidang Perencanaan

1) Belum adanya tenaga ahli khusus mengenai tehnik pengembangan

pariwisata.

2) Sarana mobilisasi yang sangat terbatas.

b. Bidang Sarana Wisata

1) Birokrasi persyaratan perijinan yang lain.

2) Sebagian besar pengusaha jasa dan industri pariwisata kurang

menyadari kewajiban atau perijinan yang harus dipenuhi.

3) Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap kepariwisataan.

4) Kurangnya kepedulian terhadap pembinaan usaha jasa dan industri.

5) Masih adanya bidang jasa dan industri pariwisata yang tingkat

pendidikannya rendah.

c. Bidang Obyek Wisata

1) Lemahnya program pengembangan di obyek wisata untuk

meningkatkan daya tarik wisatawan.

2) Kurangnya kepedulian pengelolaan obyek wisata terhadap

lingkungan.

3) Terbatasnya fasilitas di obyek wisata.

Page 74: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxv

d. Bidang Pemasaran

1) Terbatasnya sarana dan prasarana promosi kepariwisataan.

2) Banyak obyek wisata yang belum dikembangkan.

3) Terbatasnya anggaran promosi dan penyuluhan sadar wisata.

4) Belum semua pengusaha jasa pariwisata memahami arti penting

promosi wisata.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dikemukakan hasil dari pengolahan data

mengenai Analisis Perkembangan Industri Pariwisata dan Pengaruhnya

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Penelitian ini

menggunakan jenis data sekunder dari tahun 1990–2000.

A. Analisis Diskriptif

Sebelum masuk bagian ini akan dikemukakan gambaran umum

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dan industri pariwisata beserta sektor–

sektor pendukungnya.

Tabel IV.1. Pendapatan Asli Daerah Beserta Komponen Yang

Mempengaruhi Tahun 1990–2000.

Page 75: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxvi

Tahun PAD Jumlah

Wi

sat

aw

an

Jumlah

Kam

ar

Hote

l

B.P. Wisata

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

8.589.107.616

10.156.272.900

11.724.723.827

13.880.721.577

17.947.751.955

21.221.003.450

24.584.156.052

26.491.048.768

25.151.011.224

29.025.242.527

33.122.845.179

246.404

316.234

221.008

283.020

309.682

285.786

307.829

224.551

155.002

188.011

201.284

1.894

1.859

2.094

2.225

2.281

2.724

2.987

3.337

3.358

3.400

3.473

10

11

12

14

16

17

17

18

18

21

21

Sumber:Data Sekunder dari Dinas Pemerintahan Daerah dan Dinas Pariwisata.

Dari tabel diatas terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah secara

keseluruhan menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.

Walaupun terjadi penurunan pada tahun 1998 yaitu dari

Rp. 26.491.048.768,00 menjadi Rp. 25.151.011.224,00. Hal ini disebabkan

75

Page 76: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxvii

karena terjadinya penurunan jumlah wisatawan yang datang sebesar 224.551

orang pada tahun 1997 menjadi 115.002 orang pada tahun 1998.

Jumlah wisatawan yang datang ke Surakarta menunjukkan

berfluktusi peningkatan dan penurunannya. Sedangkan jumlah kamar hotel

yang terjual dan biro perjalanan wisata secara keseluruhan menunjukkan

kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.

Pendugaan mengenai rata–rata lama tinggal wisatawan mancanegara

dan nusantara didasarkan pada penyediaan sarana hotel dan biro perjalanan

wisata. Data selengkapnya terlihat di bawah ini :

Tabel IV.2. Keadaan Rata–rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara,

Wisatawan Nusantara dan Variabel Pendukungnya tahun1990–2000.

Rata–rata Lama

Tinggal

Wisatawan

Mancanega

ra (hr/th)

Rata–rata LamaTinggal

Wisatawan

Nusantara

(hr/th).

Jumlah

Ka

ma

r

Ho

tel

Jumlah

1990

1991

1,7

1,9

1,7

1,8

1.894

1.859

10

11

Page 77: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxviii

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2,0

2,1

2,3

2,4

2,5

2,6

2,7

2,9

3,0

1,9

1,9

2,2

2,2

2,4

2,5

2,5

2,9

3,0

2.094

2.225

2.281

2.724

2.987

3.337

3.358

3.400

3.473

12

14

16

17

17

18

18

21

21

Sumber:Data Sekunder dari Dinas Pemerintahan Daerah dan Dinas Pariwisata.

Dari tabel diatas terlihat bahwa rata–rata lama tinggal wisatawan

mancanegara lebih lama dibandingkan dengan rata–rata lama tinggal

wisatawan nusantara. Hal ini disebabkan faktor jarak dan waktu.

B. Hasil Perhitungan Trend Perkembangan Sektor Pariwisata.

Tabel IV.3. Perhitungan Trend Perkembangan Sektor Pariwisata

Terhadap PAD tahun 1990–2000.

Tahun X Y atau PAD X.Y X2

1990

1991

─5

─4

8.589.107.616

10.156.272.900

─42.945.528.080

─40625091600

25

16

Page 78: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxix

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

0

1

2

3

4

5

11.724.723.827

13.880.721.877

17.947.751.955

21.221.003.450

24.584.156.052

26.491.048.768

25.151.011.224

29.025.242.527

33.122.845.179

─35174171481

─27761443754

─17947751955

0

24.584.156.052

52.982.097.536

75.453.033.672

116.100.970.108

165.614.225.895

9

4

1

0

1

4

9

16

25

Jumlah 0 221.893.885.375 270282486393 110

Sumber :Data yang diolah.

Page 79: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxx

Gambar IV.1. Grafik Trend Linier Perkembangan Sektor Pariwisata terhadap PAD

Page 80: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxi

Dari tabel perhitungan di atas kemudian dicari nilai a dan b.

221.893.885.375

Didapatkan a =

11 a = 20.172.171.397,7 Sedangkan nilai b yaitu : Didapatkan b = 270.282.486.393 110 b = 2.457.113.512,66

Dari hasil perhitungan di atas dapat disusun persamaan trend

linier yaitu : Y = 20.172.171.397,7 + 2.457.113.212,66 X

Berdasarkan persamaan trend linier di atas maka dapat diketahui rata–rata perkembangan atau dapat diketahui pertumbuhan industri pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Surakarta menunjukkan ke arah positif dengan ditunjukkan besaran intersep (b) sebesar 2.457.113.212.,66.

Berpedoman pada persamaan trend linier tersebut, dapat di cari

trend perkembangan industri pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah

untuk beberapa tahun yang akan datang. Adapun perhitungannya adalah

sebagai berikut :

Tabel IV.4. Hasil Perhitungan Trend Pertumbuhan Sektor Pariwisata

Terhadap PAD untuk 5 tahun yang akan datang.

Tahun X Trend 2001 2002 2003 2004 2005

6 7 8 9 10

34.914.852.473,6 37.371.965.986,3 39.829.079.489,9 42.286.193.011,6 44.743.306.524,3

Sumber : Perhitungan dari hasil analisa trend.

ΣY a = N

ΣXY b = ΣX2

Page 81: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxii

Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa trend perkembangan

industri pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Surakarta untuk lima

tahun mendatang menunjukkan kecenderungan meningkat secara meyakinkan.

C. Hasil Estimasi Model Regresi PAD di Surakarta.

Untuk menguji hipotesis kedua diduga bahwa perkembangan industri

pariwisata berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah dilakukan uji regresi

linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel .IV.5. Hasil Analisis Data Pendapatan Asli Daerah di Kota

Surakarta.

No Variabel Koefisien STD.Error T(df=5) Probabilitas 1. 2. 3.

Wisatawan Kamar Hotel B.P.Wisata

12757,7 7070528,9 1072492971,3

7649,4 1640572,7

241428271,6

1,668 4,310 4,442

0,13929 0,00352 0,00300

Constant = ─19210886231,81 STD.Error of EST = 970266835,12 ADJ. R–Squared = 0,99 R–Squared = 0,99 Multiple R = 1,00 F–Ratio = 293,060 Durbin–Watson Test = 1,8821

Sumber :Print–Out Komputer

Dimana persamaan dapat disusun sebagai berikut :

Y1 = ─ 19210886231,8 + 12757,7 X1 + 7070528,9X2 + 1072492971,3X3

t– Hitung (1,668) (4,310) (4,442)

Dari hasil persamaan tersebut kemudian dilakukan pengujian antara

lain Uji Statistik dan Uji Asumsi Klasik

Page 82: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxiii

1. Uji Statistik

Dengan melihat persamaan regresi di atas, diketahui bahwa semua koefisien regresi adalah positif. Hal ini

mengandung arti bahwa semua variabel yang digunakan yaitu variabel independen mempunyai pengaruh yang

positif terhadap variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah di Surakarta. Dengan adanya penambahan atau

peningkatan variabel jumlah wisatawan, variabel jumlah kamar hotel dan variabel biro perjalanan wisata sebesar

satu–satuan, maka akan menyebabkan kenaikan variabel Pendapatan Asli Daerah di Surakarta. Jadi dalam hal

ini variabel tersebut telah konsisten dengan teori yang ada.

a. Uji t ( Uji Parsial)

Uji t adalah uji koefisien regresi secara parsial yang digunakan untuk menguji tingkat signifikansi dari masing–masing koefisien regresi variabel independen (jumlah wisatawan, jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata) terhadap variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta). Pengujian koefisiensi regresi secara individu ini dilakukan dengan menggunakan α = 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah 95%. Adapun pengujian dari masing–masing koefisien regresi dari variabel independen adalah sebagai berikut:

1) Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Wisatawan.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah wisatawan 12757,7 dengan t–hitung sebesar 1,668 atau diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikasi sebesar 0,13929. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah wisatawan tidak signifikan terhadap PAD. Jadi hasil ini tidak mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dari variabel jumlah wisatawan terhadap variabel

Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta tidak terbukti.

2) Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Kamar Hotel.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi kamar hotel 7070528,9 dengan t–hitung sebesar 4,310 atau diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikasi sebesar 0,00352. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah kamar hotel signifikan terhadap PAD. Jadi hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dari variabel jumlah kamar hotel terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta terbukti.

3) Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Biro Perjalanan Wisata.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah biro perjalanan wisata 1072492971,3 dengan t–hitung sebesar 4,442 atau diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikasi sebesar 0,00300. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pada α = 5%

Page 83: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxiv

menunjukkan koefisien regresi jumlah biro perjalanan wisata signifikan terhadap PAD. Jadi hasil ini tidak mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dari variabel jumlah biro perjalanan wisata terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta terbukti.

b. Uji–F

Uji F adalah uji koefisien regresi secara bersama–sama digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Surakarta ataukah tidak. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan uji F–test. Untuk uji F–test dilakukan dengan membandingkan nilai F–hitung yang diperoleh dari perhitungan dengan komputer terhadap nilai F–tabel. Jika F–hitung > F–tabel hasil yang diperoleh adalah signifikan.

Hasil perhitungan untuk nilai F–hitung diperoleh dalam analisis regresi linear berganda adalah sebesar 239,060 sedangkan untuk F–tabel sebesar 4,46 sehingga kriteria pengujiannya :239,060 > 4,46.

Uji F–test dalam analisis ini menggunakan α = 5%, yang berarti bahwa tingkat keyakinan (Confidence Level) sebesar 95%. Sedangkan hipotesis yang dipakai adalah :

Hо : b1 = b2 = b3 = 0

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0

F–hitung yang di peroleh adalah sebesar 239,060 , sedangkan F tabelnya adalah 4,46 sehingga menghasilkan kriteria pengujian sebagai berikut :

DAERAH DITOLAK

DAERAH DITERIMA

0 4,46 239,060

Gambar IV.2. Uji “F “ Untuk Koefisiensi Regresi b1 , b2 , b3

Hasil : F hitung > F tabel

239,060 > 4,46

Kesimpulannya bahwa hipotesa nol (Hо) ditolak sehingga hipotesa alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian uji statistik yang di lakukan adalah signifikan. Hal itu berarti ada alasan yang kuat untuk mendukung kebenaran hipotesis tersebut. Dan dapat berarti pula bahwa variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi tingkat

Page 84: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxv

Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta. Atau dengan prob (F-statistik) = 0,0000002060 maka dapat dikatakan bahwa secara statistik semua koefisien regresi tersebut signifikan, bahkan sampai pada tingkat α = 5%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah wisatawan, jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata mampu mempengaruhi variabel Pendapatan Asli Daerah di Surakarta secara signifikan.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi atau (R2) yang gunanya untuk mengetahui berapa % variasi variabel dependent dapat di jelaskan oleh variasi variabel independent. Pengujian tersebut dapat di lakukan dengan melihat koefisien R2 dengan kriteria pengujian 0 ≤ R2 ≤ 1 dimana nilai R2 antara 0 dan 1, R2 akan selalu positif.

Hasil perhitungan untuk nilai R2 di peroleh dalam analisis regresi berganda di peroleh angka koefisien determinasi atau R2 sebesar 0,99 . Artinya bahwa 99% variasi variabel PAD dapat di jelaskan oleh variasi variabel jumlah wisatawan, jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata, sedangkan sisanya yaitu 1% tidak dapat di jelaskan. Dengan kata lain pengaruh jumlah wisatawan, jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta adalah 99% dan faktor–faktor lain yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta sebesar 1%.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Adalah ada hubungan antara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan dalam model regresi. Jika model terdapat

multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar

yang besar sehingga koefisien tidak dapat di taksir dengan ketepatan

yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

adalah dengan menggunakan Metode Klein. Yaitu dengan

membandingkan nilai (r)2, Xi,………,Xn . Apabila nilai R2> (r)2 berarti

tidak ada gejala multikolinearitas

Tabel .IV.6. Hasil Uji Multikolinearitas

Page 85: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxvi

VARIABEL ( r )2 R2 Kesimpulan KMRHOT–PAD JMLWIS–PAD B.P.WIS–PAD JMLWIS–KMRHOT B.P.WIS–KMRHOT B.P.WIS–JMLWIS

0,944 0,2417 0,9634 0,3792 0,8754 0,2204

0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99

Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas

Sumber : Hasil pengolahan komputer.

Dimana :

KMRHOT = Variabel Jumlah Kamar Hot.

PAD = Variabel Pendapatan Asli Daerah.

B.P.WIS = Variabel Biro Perjalanan Wisata.

JMLWIS = Variabel Jumlah Wisatawan.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah pengujian yang di lakukan untuk

mengetahui apakah kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama atau

tidak. Jika di peroleh varian yang sama maka asumsi heteroskedastisitas di

terima, adapun metode yang digunakan untuk menguji adalah uji Gletjer

dengan langkah–langkah sebagai berikut :

1). Membuat regresi dependen terhadap variabel independen, lalu akan

diperoleh besarnya kesalahan pengganggu (residual).

2) Membuat regresi residual (dalam nilai absolut) terhadap varibel

independen yang dirumuskan sebagai berikut :

ei = β0 + β1xi + mi

dimana :

ei = residual

xi = variabel independen

Page 86: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxvii

mi = variabel pengganggu

3). Lalu membandingkan t–hitung (yang diperoleh dari uji Gletjer) dengan

t–tabel (yang diperoleh dari uji t). Dengan kriteria pengujian jika nilai

β1 tidak signifikan maka Ho diterima, dengan kata lain menunjukan

adanya homoskedastisitas dan menolak heteroskedastisitas. Sedang

apabila nilai β1 signifikan maka berarti sebaliknya. Hasil uji

heteroskedastisitas dapat di lihat dalam tabel dibawah ini :

Page 87: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxviii

Tabel .IV.7. Uji Heteroskedastisitas

Variabel t – tabel (α:0,05;df 8)

t – hitung kesimpulan

JMLH WIS KMRHOTEL B.P.WIS

2.306 2.306 2.306

–0,877 –1,050 1,278

Tidak ada heteroskedastisitas Tidak ada heteroskedastisitas Tidak ada heteroskedastisitas

Sumber data : Print–out komputer,data diolah (tahun 2003)

Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa pada derajat keyakinan

5% nilai t–hitung dari Jumlah Wisatawan (JMLH WIS), Jumlah Kamar

Hotel (KMRHOTEL) dan Biro Perjalanan Wisata (B.P.WIS) lebih kecil dari

t–tabel sehingga Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa estimasi dari

model analisis regresi yang ditentukan tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah diantara kesalahan

pengganggu yang saling berurutan terjadi korelasi atau tidak. Untuk

melakukan uji ini bisa di lihat dari nilai D–W nya, yaitu dengan hipotesa

nol yang menyatakan bahwa tidak ada serial korelasi positif maupun

korelasi negatif.

Dari hasil analisis diperoleh nilai Durbin–Watson (d) sebesar

2,8287 pada n = 11 dan k = 4 dalam taraf signifikan 5% (α = 0,05) maka

berdasar tabel DW diperoleh nilai dL = 0,69 dan dU = 1,97 maka dapat

dilakukan pengujian sebagai berikut :

Karena d > dU yaitu 2,8287 > 1,97 maka dapat disimpulkan tidak

terjadi autokorelasi positif .

1) dL < d < 4–dU Maka tidak terdapat autokorelasi

2) dL < d < dU Pengujian tanpa kepastian (ragu-ragu)

3) 4 –dU < d < 4 – dL Pengujian tanpa kepastian (ragu-ragu)

Page 88: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

lxxxix

4) 0 < d < dL ada gejala autokorelasi

5) 4 < dL < d < 4 ada gejala autokorelasi

Karena d > (4 – dU) yaitu 2,8287 > 2,03 maka dapat disimpulkan tidak

terdapat atau terjadi autokorelasi positif .

Jika Ho : tidak terjadi autokorelasi negatif kalau :

1) tolak Ho jika d > (4 – dL)

2) terima Ho jika d < (4 – dU)

3) Karena d < (4 – dL), yaitu 2,8287 < 3,31 maka dapat disimpulkan

tidak terjadi autokorelasi negatif. Untuk daerah antara di terima dan

di tolak selengkapnya akan diuraikan dalam pengujian dua sisi yaitu:

daerah daerah

autokorelasi Keragu- raguan menerima Ho atau Keragu- raguan autokorelasi

positif H*o atau kedua-duanya negatif

0 0,69 1,97 2 2,03 2,8287 3,31 4

Gambar IV.3. Pengujian Autokorelasi

Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial autokorelasi

baik positif maupun negatif. Karena nilai d–nya = 2,8287 berada di daerah

keragu–raguan.

D. Hasil Estimasi Model Regresi Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara.

Page 89: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xc

Untuk menguji hipotesis ketiga diduga bahwa jumlah kamar dan

paket B.P.Wisata berpengaruh terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara

dilakukan uji regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel .IV.8. Hasil Analisis Data Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara.

No Variabel Koefisien STD.Error T(df=8) Probabilitas 1. 2.

KMRHOTEL B.P.WISATA

0,0001795 0,08093

0,00008367 0,01433

2,145 5,647

0,06427 0,00048

Constant = 0,60 STD.Error of EST = 0,06 ADJ. R–Squared = 0,98 R–Squared = 0,98 Multiple R = 0,99 F–Ratio = 252,336 Durbin–Watson Test = 1,9139

Sumber :Print–Out Komputer

Dimana persamaan dapat disusun sebagai berikut :

Y1 = 0,60 + 0,0001795 X1 + 0,08093X2

t– Hitung (1,668) (4,310)

Dari hasil persamaan tersebut kemudian dilakukan pengujian antara

lain Uji Statistik dan Uji Asumsi Klasik

1. Uji Statistik

Dengan melihat persamaan regresi di atas, diketahui bahwa semua koefisien regresi adalah positif. Hal ini

mengandung arti bahwa semua variabel yang digunakan yaitu variabel independen mempunyai pengaruh yang

positif terhadap variabel dependen yaitu Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara di Surakarta. Dengan adanya

penambahan atau peningkatan variabel jumlah kamar hotel dan variabel jumlah biro perjalanan wisata sebesar

satu–satuan, maka akan menyebabkan kenaikan variabel Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara di Surakarta.

Jadi dalam hal ini variabel tersebut telah konsisten dengan teori yang ada.

Page 90: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xci

a. Uji t ( Uji Parsial)

Uji t adalah uji koefisien regresi secara parsial yang digunakan untuk menguji tingkat signifikansi dari masing–masing koefisien regresi variabel independen (jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata) terhadap variabel dependen (Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara). Pengujian koefisiensi regresi secara individu ini dilakukan dengan menggunakan α = 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah 95%. Adapun pengujian dari masing–masing koefisien regresi dari variabel independen adalah sebagai berikut:

1) Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Kamar Hotel.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah kamar hotel 0,0001795 dengan t–hitung sebesar 2,145 atau diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikasi sebesar 0,06427. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah kamar hotel tidak signifikan terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara. Jadi hasil ini tidak mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dari variabel jumlah kamar hotel terhadap variabel lama tinggal wisatawan mancanegara tidak terbukti.

2) Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Biro Perjalanan

Wisata

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah biro perjalanan wisata 0,08093 dengan t–hitung sebesar 5,647 atau diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikasi sebesar 0,00048. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah biro perjalanan wisata signifikan terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara. Jadi hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dari variabel jumlah biro perjalanan wisata terhadap variabel lama tinggal wisatawan mancanegara terbukti.

c. Uji–F

Uji F adalah uji koefisien regresi secara bersama–sama digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara ataukah tidak. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan uji F–test. Untuk uji F–test dilakukan dengan membandingkan nilai F–hitung yang diperoleh dari perhitungan dengan komputer terhadap nilai F–tabel. Jika F–hitung > F–tabel hasil yang diperoleh adalah signifikan atau sebaliknya.

Page 91: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xcii

Hasil perhitungan untuk nilai F–hitung diperoleh dalam analisis regresi linear berganda adalah sebesar 252,336 sedangkan untuk F–tabel sebesar 4,26 sehingga kriteria pengujiannya :252,336 > 4,26.

Uji F–test dalam analisis ini menggunakan α = 5%, yang berarti bahwa tingkat keyakinan (Confidence Level) sebesar 95%. Sedangkan hipotesis yang dipakai adalah :

Hо : b1 = b2 = 0

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0

F–hitung yang di peroleh adalah sebesar 252,336, sedangkan F tabelnya adalah 4,26 sehingga menghasilkan kriteria pengujian sebagai berikut :

DAERAH DITOLAK

DAERAH DITERIMA

0 4,26 252,336

Gambar IV.4. Uji “F “ Untuk Koefisiensi Regresi b1 , b2

Hasil : F hitung > F tabel

252,336 > 4,26

Kesimpulannya bahwa hipotesa nol (Hо) ditolak sehingga hipotesa alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian uji statistik yang di lakukan adalah signifikan. Hal itu berarti ada alasan yang kuat untuk mendukung kebenaran hipotesis tersebut. Dan dapat berarti pula bahwa variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara. Atau dengan probabilitas (F-statistik) = 0,00000005929 maka dapat dikatakan bahwa secara statistik semua koefisien regresi tersebut signifikan, bahkan sampai pada tingkat α = 5%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata mampu mempengaruhi variabel Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara secara signifikan.

c. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi atau (R2) yang gunanya untuk mengetahui berapa % variasi variabel dependent dapat di jelaskan oleh variasi variabel independent. Pengujian tersebut dapat di lakukan dengan melihat koefisien R2 dengan kriteria pengujian 0 ≤ R2 ≤ 1 dimana nilai R2 antara 0 dan 1, R2 akan selalu positif.

Page 92: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xciii

Hasil perhitungan untuk nilai R2 di peroleh dalam analisis regresi berganda di peroleh angka koefisien determinasi atau R2 sebesar 0,98 . Artinya bahwa 98% variasi variabel Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara dapat di jelaskan oleh variasi variabel jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata, sedangkan sisanya yaitu 2% tidak dapat di jelaskan. Dengan kata lain pengaruh jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata terhadap Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara adalah 98% dan faktor–faktor lain yang mempengaruhi Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara sebesar 2%.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Adalah ada hubungan antara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan dalam model regresi. Jika model terdapat

multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar

yang besar sehingga koefisien tidak dapat di taksir dengan ketepatan

yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

adalah dengan menggunakan Metode Klein. Yaitu dengan

membandingkan nilai (r)2, Xi,………,Xn . Apabila nilai R2> (r)2 berarti

tidak ada gejala multikolinearitas

Tabel IV.9. Hasil Uji Multikolinearitas

VARIABEL ( r )2 R2 Kesimpulan KMRHOT–LATIWISM BPWISATA–LATIWISM KMRHOT–BPWISATA

0,9221 0,9633 0,8826

0,98 0,98 0,98

Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas

Sumber : Hasil pengolahan komputer.

Dimana :

KMRHOT = Variabel Jumlah Kamar Hot.

LATIWISM = Variabel Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara.

B.P.WIS = Variabel Biro Perjalanan Wisata.

Page 93: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xciv

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah pengujian yang di lakukan untuk

mengetahui apakah kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama atau

tidak. Jika di peroleh varian yang sama maka asumsi heteroskedastisitas di

terima, adapun metode yang digunakan untuk menguji adalah uji Gletjer

dengan langkah–langkah sebagai berikut :

1). Membuat regresi dependen terhadap variabel independen, lalu akan

diperoleh besarnya kesalahan pengganggu (residual).

2) Membuat regresi residual (dalam nilai absolut) terhadap varibel

independen yang dirumuskan sebagai berikut :

ei = β0 + β1xi + vi

dimana :

ei = residual

xi = variabel independen

vi = variabel pengganggu

3). Lalu membandingkan t–hitung (yang diperoleh dari uji Gletjer) dengan

t–tabel (yang diperoleh dari uji t). Dengan kriteria pengujian jika nilai

β tidak signifikan maka Ho diterima, dengan kata lain menunjukan

adanya homoskedastisitas dan menolak heteroskedastisitas. Sedang

apabila nilai β1 signifikan maka berarti sebaliknya. Hasil uji

heteroskedastisitas dapat di lihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel IV.10. Uji Heteroskedastisitas

Variabel t – tabel (α:0,05;df 8)

t – hitung kesimpulan

Page 94: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xcv

KMRHOTEL B.P.WIS

2.262 2.262

0,853 –1,023

Tidak ada heteroskedastisitas Tidak ada heteroskedastisitas

Sumber data : Print–out komputer,data diolah (tahun 2003)

Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa pada derajat keyakinan

5% nilai t–hitung dari Jumlah Kamar Hotel (KMRHOTEL) dan Biro

Perjalanan Wisata (B.P.WIS) lebih kecil dari t–tabel sehingga Ho diterima,

maka dapat disimpulkan bahwa estimasi dari model analisis regresi yang

ditentukan tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah diantara kesalahan

pengganggu yang saling berurutan terjadi korelasi atau tidak. Untuk

melakukan uji ini bisa di lihat dari nilai D–W nya, yaitu dengan hipotesa

nol yang menyatakan bahwa tidak ada serial korelasi positif maupun

korelasi negatif.

Dari hasil analisis diperoleh nilai Durbin–Watson (d) sebesar

2,6066 pada n = 11 dan k = 3 dalam taraf signifikan 5% (α = 0,05) maka

berdasar tabel DW diperoleh nilai dL = 0,82 dan dU = 1,75 maka dapat

dilakukan pengujian sebagai berikut :

Karena d > dU yaitu 2,6066 > 1,75 maka dapat disimpulkan tidak

terjadi autokorelasi positif .

1) dL < d < 4–dU Maka tidak terdapat autokorelasi

2) dL < d < dU Pengujian tanpa kepastian (ragu-ragu)

3) 4 –dU < d < 4 – dL Pengujian tanpa kepastian (ragu-ragu)

4) 0 < d < dL ada gejala autokorelasi

Page 95: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xcvi

5) 4 < dL < d < 4 ada gejala autokorelasi

Karena d > (4 – dU) yaitu 2,6066 > 2,25 maka dapat disimpulkan tidak

terdapat atau terjadi autokorelasi positif .

Jika Ho : tidak terjadi autokorelasi negatif kalau :

1) tolak Ho jika d > (4 – dL)

2) terima Ho jika d < (4 – dU)

3) Karena d < (4 – dL), yaitu 2,6066 < 3,18 maka dapat disimpulkan tidak

terjadi autokorelasi negatif. Untuk daerah daerah antara di terima dan di

tolak selengkapnya akan diuraikan dalam pengujian dua sisi yaitu :

daerah daerah

autokorelasi Keragu- raguan menerima Ho atau Keragu- raguan autokorelasi

positif H*o atau kedua-duanya negatif

0 0,82 1,75 2 2,25 2,6066 3,18 4

Gambar IV.5. Pengujian Autokorelasi

Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial autokorelasi

baik positif maupun negatif. Karena nilai d–nya = 2,6066 berada di daerah

keragu–raguan.

E. Hasil Estimasi Model Regresi Lama Tinggal Wisatawan Nusantara.

Page 96: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xcvii

Untuk menguji hipotesis kedua diduga bahwa jumlah kamar dan

paket B.P.Wisata berpengaruh terhadap lama tinggal wisatawan nusantara

dilakukan uji regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel .IV.11. Hasil Analisis Data Lama Tinggal Wisatawan Nusantara.

No Variabel Koefisien STD.Error T(df=8) Probabilitas 1. 2.

KMRHOTEL B.P.WISATA

0,000174 0,08381

0,0001617 0,02769

1,081 3,027

0,31112 0,01639

Constant = 0,47 STD.Error of EST = 0,11 ADJ. R–Squared = 0,93 R–Squared = 0,95 Multiple R = 0,97 F–Ratio = 70,187 Durbin–Watson Test = 1,2986

Sumber :Print–Out Komputer

Dimana persamaan dapat disusun sebagai berikut :

Y1 = 0,47 + 0,000174 X1 + 0,08381X2

t– Hitung (1,081) (3,027)

Dari hasil persamaan tersebut kemudian dilakukan pengujian antara

lain Uji Statistik dan Uji Asumsi Klasik

1. Uji Statistik

Dengan melihat persamaan regresi di atas, diketahui bahwa semua koefisien regresi adalah positif. Hal ini

mengandung arti bahwa semua variabel yang digunakan yaitu variabel independen mempunyai pengaruh yang

positif terhadap variabel dependen yaitu Lama Tinggal Wisatawan Nusantara. Dengan adanya penambahan atau

peningkatan variabel jumlah kamar hotel dan variabel jumlah biro perjalanan wisata sebesar satu–satuan, maka

akan menyebabkan kenaikan variabel Lama Tinggal Wisatawan Nusantara. Jadi dalam hal ini variabel tersebut

telah konsisten dengan teori yang ada.

Page 97: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xcviii

a. Uji t ( Uji Parsial)

Uji t adalah uji koefisien regresi secara parsial yang digunakan untuk menguji tingkat signifikansi dari masing–masing koefisien regresi variabel independen (jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata) terhadap variabel dependen (Lama Tinggal Wisatawan Nusantara). Pengujian koefisiensi regresi secara individu ini dilakukan dengan menggunakan α = 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah 95%. Adapun pengujian dari masing–masing koefisien regresi dari variabel independen adalah sebagai berikut:

1) Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Kamar Hotel.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah kamar hotel 0,000174 dengan t–hitung sebesar 1,081 atau diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikasi sebesar 0,31112. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah kamar hotel tidak signifikan terhadap lama tinggal wisatawan nusantara. Jadi hasil ini tidak mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dari variabel jumlah kamar hotel terhadap variabel lama tinggal wisatawan nusantara tidak terbukti.

2) Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Biro Perjalanan

Wisata

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah biro perjalanan wisata 0,02769 dengan t–hitung sebesar 3,027 atau diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikasi sebesar 0,01639. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah biro perjalanan wisata signifikan terhadap lama tinggal wisatawan nusantara. Jadi hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dari variabel jumlah biro perjalanan wisata terhadap variabel lama tinggal wisatawan nusantara terbukti.

b. Uji–F

Uji F adalah uji koefisien regresi secara bersama–sama digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi Lama Tinggal Wisatawan Nusantara ataukah tidak. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan uji F–test. Untuk uji F–test dilakukan dengan membandingkan nilai F–hitung yang diperoleh dari perhitungan dengan komputer terhadap nilai F–tabel. Jika F–hitung > F–tabel hasil yang diperoleh adalah signifikan atau sebaliknya.

Page 98: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

xcix

Hasil perhitungan untuk nilai F–hitung diperoleh dalam analisis regresi linear berganda adalah sebesar 70,187 sedangkan untuk F–tabel sebesar 4,26 sehingga kriteria pengujiannya :70,187 > 4,26.

Uji F–test dalam analisis ini menggunakan α = 5%, yang berarti bahwa tingkat keyakinan (Confidence Level) sebesar 95%. Sedangkan hipotesis yang dipakai adalah :

Hо : b1 = b2 = 0

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0

F–hitung yang di peroleh adalah sebesar 70,187, sedangkan F tabelnya adalah 4,26 sehingga menghasilkan kriteria pengujian sebagai berikut :

DAERAH DITOLAK

DAERAH DITERIMA

0 4,26 70,187

Gambar IV.6. Uji “F “ Untuk Koefisiensi Regresi b1 , b2

Hasil : F hitung > F tabel

70,187 > 4,26

Kesimpulannya bahwa hipotesa nol (Hо) ditolak sehingga hipotesa alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian uji statistik yang di lakukan adalah signifikan. Hal itu berarti ada alasan yang kuat untuk mendukung kebenaran hipotesis tersebut. Dan dapat berarti pula bahwa variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi Lama Tinggal Wisatawan Nusantara. Atau dengan probabilitas (F-statistik) = 0,000008451 maka dapat dikatakan bahwa secara statistik semua koefisien regresi tersebut signifikan, bahkan sampai pada tingkat α = 5%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata mampu mempengaruhi variabel Lama Tinggal Wisatawan Nusantara secara signifikan.

c. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi atau (R2) yang gunanya untuk mengetahui berapa % variasi variabel dependent dapat di jelaskan oleh variasi variabel independent. Pengujian tersebut dapat di lakukan dengan melihat koefisien R2 dengan kriteria pengujian 0 ≤ R2 ≤ 1 dimana nilai R2 antara 0 dan 1, R2 akan selalu positif.

Page 99: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

c

Hasil perhitungan untuk nilai R2 di peroleh dalam analisis regresi berganda di peroleh angka koefisien determinasi atau R2 sebesar 0,93 . Artinya bahwa 93% variasi variabel Lama Tinggal Wisatawan Nusantara dapat di jelaskan oleh variasi variabel jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata, sedangkan sisanya yaitu 7% tidak dapat di jelaskan. Dengan kata lain pengaruh jumlah kamar hotel dan biro perjalanan wisata terhadap Lama Tinggal Wisatawan Nusantara adalah 93% dan faktor–faktor lain yang mempengaruhi Lama Tinggal Wisatawan Nusantara sebesar 7%.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Adalah ada hubungan antara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan dalam model regresi. Jika model terdapat

multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar

yang besar sehingga koefisien tidak dapat di taksir dengan ketepatan

yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

adalah dengan menggunakan Metode Klein. Yaitu dengan

membandingkan nilai (r)2, Xi,………,Xn . Apabila nilai R2> (r)2 berarti

tidak ada gejala multikolinearitas

Tabel IV.12. Hasil Uji Multikolinearitas

VARIABEL ( r )2 R2 Kesimpulan KMRHOT–LTWS.NUS BPWISATA–LTWS.NUS KMRHOT–BPWISATA

0,8843 0,9382 0,8826

0,93 0,93 0,93

Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas

Sumber : Hasil pengolahan komputer.

Dimana :

KMRHOT = Variabel Jumlah Kamar Hot.

LTWS.NUS = Variabel Lama Tinggal Wisatawan Nusantara.

B.P.WIS = Variabel Biro Perjalanan Wisata.

Page 100: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

ci

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah pengujian yang di lakukan untuk

mengetahui apakah kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama atau

tidak. Jika di peroleh varian yang sama maka asumsi heteroskedastisitas di

terima, adapun metode yang digunakan untuk menguji adalah uji Gletjer

dengan langkah–langkah sebagai berikut :

1). Membuat regresi dependen terhadap variabel independen, lalu akan

diperoleh besarnya kesalahan pengganggu (residual).

2). Membuat regresi residual (dalam nilai absolut) terhadap varibel

independen yang dirumuskan sebagai berikut :

ei = β0 + β1xi + vi

dimana :

ei = residual

xi = variabel independen

vi = variabel pengganggu

3). Lalu membandingkan t–hitung (yang diperoleh dari uji Gletjer) dengan

t–tabel (yang diperoleh dari uji t). Dengan kriteria pengujian jika nilai

β tidak signifikan maka Ho diterima, dengan kata lain menunjukan

adanya homoskedastisitas dan menolak heteroskedastisitas. Sedang

apabila nilai β1 signifikan maka berarti sebaliknya. Hasil uji

heteroskedastisitas dapat di lihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel IV.13. Uji Heteroskedastisitas Variabel t – tabel

(α:0,05;df 8) t – hitung kesimpulan

KMRHOTEL B.P.WIS

2.262 2.262

─0,393 –0,575

Tidak ada heteroskedastisitas Tidak ada heteroskedastisitas

Sumber data : Print–out komputer,data diolah (tahun 2003)

Page 101: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

cii

Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa pada derajat keyakinan

5% nilai t–hitung dari Jumlah Kamar Hotel (KMRHOTEL) dan Biro

Perjalanan Wisata (B.P.WIS) lebih kecil dari t–tabel sehingga Ho diterima,

maka dapat disimpulkan bahwa estimasi dari model analisis regresi yang

ditentukan tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah diantara kesalahan

pengganggu yang saling berurutan terjadi korelasi atau tidak. Untuk

melakukan uji ini bisa di lihat dari nilai D–W nya, yaitu dengan hipotesa

nol yang menyatakan bahwa tidak ada serial korelasi positif maupun

korelasi negatif.

Dari hasil analisis diperoleh nilai Durbin–Watson (d) sebesar

3,1509 pada n = 11 dan k = 3 dalam taraf signifikan 5% (α = 0,05) maka

berdasar tabel DW diperoleh nilai dL = 0,82 dan dU = 1,75 maka dapat

dilakukan pengujian sebagai berikut :

Karena d > dU yaitu 3,1509 > 1,75 maka dapat disimpulkan tidak

terjadi autokorelasi positif .

1) dL < d < 4–dU Maka tidak terdapat autokorelasi

2) dL < d < dU Pengujian tanpa kepastian (ragu-ragu)

3) 4 –dU < d < 4 – dL Pengujian tanpa kepastian (ragu-ragu)

4) 0 < d < dL ada gejala autokorelasi

5) 4 < dL < d < 4 ada gejala autokorelasi

Page 102: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

ciii

Karena d > (4 – dU) yaitu 3,1509 > 2,25 maka dapat disimpulkan tidak

terdapat atau terjadi autokorelasi positif .

Jika Ho : tidak terjadi autokorelasi negatif kalau :

1) tolak Ho jika d > (4 – dL)

2) terima Ho jika d < 4 – dU)

3) Karena d < 4 – dL), yaitu 3,1509 < 3,18 maka dapat disimpulkan tidak

terjadi autokorelasi negatif. Untuk daerah antara di terima dan di tolak

selengkapnya akan diuraikan dalam pengujian dua sisi yaitu :

daerah daerah

autokorelasi Keragu- raguan menerima Ho atau Keragu- raguan autokorelasi

positif H*o atau kedua-duanya negatif

0 0,82 1,75 2 2,25 3,1509 3,18 4

Gambar IV.7. Pengujian Autokorelasi

Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial autokorelasi

baik positif maupun negatif. Karena nilai d–nya = 3,1509 berada di daerah

keragu–raguan.

F. Interpretasi Substantif

Page 103: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

civ

Penggunaan analisis trend linier untuk menguji hipotesis pertama.

Terlihat bahwa perkembangan industri pariwisata terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kota Surakarta menunjukkan pertumbuhan kearah yang semakin

baik yang ditunjukkan oleh arah condong garis Y(b) dengan nilai positif

sebesar 2.457.113.512,66. Untuk menguji hipotesis kedua di duga bahwa

perkembangan industri pariwisata berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah dilakukan uji regresi linier berganda sebagai berikut:

1. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Wisatawan.

Dari hasil estimasi model regresi diperoleh koefisien regresi jumlah

wisatawan 12757,7 dengan t–hitung sebesar 1,668 atau diperoleh nilai

probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,13929 sehingga dapat ditarik

kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah wisatawan

tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, jadi hipotesis tidak

terbukti.

2. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Kamar Hotel.

Dari hasil estimasi model regresi diperoleh koefisien regresi jumlah kamar

hotel 7070528,9 dengan t–hitung sebesar 2,306 atau diperoleh nilai

probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,00352 sehingga dapat ditarik

kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah wisatawan

signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, jadi hipotesis terbukti.

3. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Jumlah Biro Perjalanan Wisata.

Dari hasil estimasi model regresi diperoleh koefisien regresi jumlah biro

perjalanan wisata 1072492971,3 dengan t–hitung sebesar 4,442 atau

diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,00300 sehingga

Page 104: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

cv

dapat ditarik kesimpulan pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi

jumlah biro perjalanan wisata signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah,

jadi hipotesis terbukti.

4. Pengujian Terhadap Semua Koefisien Regresi Secara Bersama–sama.

Dari hasil estimasi model regresi diperoleh F–hitung sebesar 239,060

lebih besar dari F–tabel 4,46. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

variabel jumlah wisatawan, variabel jumlah kamar hotel dan jumlah biro

perjalanan wisata secara bersama–sama berpengaruh terhadap PAD di

Kota Surakarta.

Sedangkan untuk menguji hipotesis ketiga diduga bahwa perkembangan

industri pariwisata berpengaruh terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara

dan lama tinggal wisatawan nusantara.

1.Hasil Estimasi Model Regresi Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara.

a. Pengujian terhadap koefisien regresi jumlah kamar hotel.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah kamar hotel

0,0001795, dengan t–hitung 2,145 atau diperoleh nilai probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,06427 sehingga dapat ditarik kesimpulan

pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah kamar hotel tidak

signifikan terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara. Jadi

hipotesis tidak terbukti.

b. Pengujian terhadap koefisien regresi jumlah biro perjalanan wisata.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah biro perjalanan

wisata 0,08093, dengan t–hitung 5,647 atau diperoleh nilai probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,00048 sehingga dapat ditarik kesimpulan

Page 105: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

cvi

pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah biro perjalanan

wisata signifikan terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara. Jadi

hipotesis terbukti.

c. Pengujian terhadap semua koefisien regresi secara bersama–sama.

Dari hasil estimasi model regresi diperoleh F–hitung sebesar 252,336

lebih besar dari F–tabel sebesar 4,26. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa jumlah kamar hotel dan jumlah biro perjalanan

wisata secara bersama–sama berpengaruh terhadap lama tinggal

wisatawan mancanegara.

2. Hasil Estimasi Model Regresi Lama Tinggal Wisatawan Nusantara.

a. Pengujian terhadap koefisien regresi kamar hotel.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah kamar hotel

0,00174, dengan t–hitung 1,081 atau diperoleh nilai probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,31112 sehingga dapat ditarik kesimpulan

pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah kamar hotel tidak

signifikan terhadap lama tinggal wisatawan nusantara. Jadi hipotesis

tidak terbukti.

b. Pengujian terhadap koefisien regresi jumlah biro perjalanan wisata.

Dari hasil estimasi diperoleh koefisien regresi jumlah biro perjalanan

wisata 0,02769, dengan t–hitung 3,027 atau diperoleh nilai probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,01639 sehingga dapat ditarik kesimpulan

pada α = 5% menunjukkan koefisien regresi jumlah biro perjalanan

wisata signifikan terhadap lama tinggal wisatawan nusantara. Jadi

hipotesis terbukti.

Page 106: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

cvii

c. Pengujian terhadap semua koefisien regresi secara bersama–sama.

Dari hasil estimasi model regresi diperoleh F–hitung sebesar 70,187

lebih besar dari F–tabel sebesar 4,26. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa jumlah kamar hotel dan jumlah biro perjalanan

wisata secara bersama–sama berpengaruh terhadap lama tinggal

wisatawan nusantara.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini didasarkan pada analisis data pada bab IV sebelumnya. Dari kesimpulan ini akan di dapat beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

A. Kesimpulan

1. Dari tahun 1990–2000 terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah secara

keseluruhan menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.

Walaupun terjadi penurunan th 1998 yaitu dari Rp. 26.491.048.768,00

menjadi Rp.25.151.011.224,00 hal ini disebabkan karena terjadinya

penurunan jumlah wisatawan yang datang sebesar 224.551 orang pada

tahun 1997 menjadi 115.002 orang pada tahun 1998.

2. Perkembangan industri pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta. Dengan analisis trend linier dapat di lihat bahwa perkembangan

sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta

menunjukkan pertumbuhan ke arah yang semakin baik yang ditunjukkan

oleh arah condong Y(b) dengan nilai koefisien yang positif sebesar

2.457.113.212,66.

Page 107: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

cviii

3. Faktor–faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta. Secara bersama–sama kamar hotel, jumlah wisatawan dan

jumlah biro perjalanan wisata berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien regresi jumlah wisatawan

sebesar 12757,7 sedangkan koefisien jumlah kamar hotel sebesar

7070528,9 dan koefisien biro perjalanan wisata sebesar 1072492971,3,

diketahui bahwa semua koefisien regresi adalah positif. Hal ini

mengandung arti bahwa semua variabel yang digunakan yaitu variabel

independen mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel dependen

yaitu Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta. Dengan adanya

penambahan atau peningkatan jumlah wisatawan variabel jumlah kamar

dan variabel biro perjalanan wisata sebesar satu–satuan,maka akan

menyebabkan kenaikan variabel Pendapatan Asli Daerah di Kota

Surakarta jadi dalam hal ini variabel tersebut telah konsisten dengan

hipotesis yang ditentukan. Berdasarkan uji individual variabel jumlah

kamar hotel dan jumlah biro perjalanan wisata signifikan pada taraf

signifikansi 5%. Sedangkan jumlah wisatawan kurang berpengaruh atau

mempunyai pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kota Surakarta.

4. Faktor–faktor yang mempengaruhi Lama Tinggal Wisatawan

Mancanegara. Secara bersama–sama jumlah kamar hotel dan jumlah biro

perjalanan wisata berpengaruh terhadap lama tinggal wisatawan

mancanegara pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien regresi jumlah kamar

hotel sebesar 0,0001795 dan biro perjalanan wisata 0,08093, diketahui

Page 108: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

cix

bahwa semua koefisien regresi adalah positif, hal ini mengandung arti

bahwa semua variabel yang digunakan yaitu independen mempunyai

pengaruh yang positif terhadap variabel dependen yaitu lama tinggal

wisatawan mancanegara di Surakarta. Dengan adanya penambahan atau

peningkatan variabel jumlah kamar hotel dan variabel jumlah biro

perjalanan wisata sebesar satu–satua, maka akan menyebabkan kenaikan

variabel lama tinggal wisatawan mancanegara di Surakarta. Jadi dalam hal

ini variabel tersebut telah konsisten dengan hipotesis yang ada.

Berdasarkan uji individual variabel jumlah biro perjalanan wisata

berpengaruh secara signifikan pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan

jumlah kamar hotel kurang berpengaruh atau tidak signifikan terhadap

lama tinggal wisatawan mancanegara.

5. Faktor–faktor yang mempengaruhi Lama Tinggal Wisatawan Nusantara.

Secara bersama–sama jumlah kamar hotel dan jumlah biro perjalanan

wisata berpengaruh terhadap lama tinggal wisatawan nusantara pada taraf

signifikansi 5%. Koefisien regresi jumlah kamar hotel sebesar 0,000174

dan biro perjalanan wisata 0,08381, diketahui bahwa semua koefisien

regresi adalah positif. Hal ini mengandung arti bahwa semua variabel yaitu

variabel independen mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel

dependen yaitu lama tinggal wisatawan nusantara. Dengan adanya

penambahan atau peningkatan variabel jumlah kamar hotel dan variabel

jumlah biro perjalanan wisata sebesar satu–satuan, maka akan

menyebabkan kenaikan variabel lama tinggal wisatawan nusantara. Jadi

dalam hal ini variabel tersebut telah konsisten dengan hipotesis yang ada.

Page 109: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

cx

Berdasarkan uji individual variabel jumlah biro perjalanan wisata

signifikan pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan jumlah kamar hotel

mempunyai pengaruh yang tidak terlalu besar atau tidak signifikan

terhadap lama tinggal wisatawan nusantara.

B. Saran–saran

1. Bila di lihat dari kesimpulan bahwa semua variabel independen yaitu

jumlah kamar hotel, jumlah wisatawan dan jumlah biro perjalanan wisata

berpengaruh terhadap PAD. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya

jumlah wisatawan yang datang, maka jumlah kamar yang digunakan serta

jumlah biro perjalanan wisata yang digunakan akan menambah pendapatan

daerah di Kota Surakarta. Dimana pendapatan yang masuk tersebut akan

diperhitungkan dalam Pendapatan Asli Daerah atau meningkatkan PAD.

Dengan kenyataan tersebut maka pihak pemerintah daerah perlu

meningkatkan fasilitas–fasilitas dalam sektor pariwisata agar supaya

pariwisata di Surakarta lebih banyak menarik wisatawan baik wisatawan

nusantara maupun wisatawan mancanegara, sehingga dengan banyaknya

wisatawan yang datang akan meningkatkan PAD.

2. Bila dilihat dari koefisien regresi diketahui bahwa jumlah kamar hotel dan

biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap lama tinggal

wisatawan mancanegara maupun nusantara tetapi dari ke dua variabel

tersebut variabel biro perjalanan wisata mempunyai koefisien regresi yang

lebih besar. Dengan demikian berarti bahwa biro perjalanan wisata

mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap lama tinggal wisatawan

mancanegara maupun nusantara. Dengan keadaan tersebut seyogyanya

Page 110: Drs. SUPRIYONO NIP: 131 569 284 - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis perkembangan industri Pariwisata dan pengaruhnya terhadap pendapatan asli Daerah di Kota Surakarta

cxi

pihak Pemerintah Daerah lebih meningkatkan kegiatan biro perjalan

wisata dengan memberikan sarana dan prasarana bagi perkembangan biro

perjalanan wisata. Misalnya dengan memberikan kemudahan ijin bagi

pendirian atau pengadaan biro perjalanan wisata. Disamping itu bagi pihak

biro perjalanan wisata sendiri agar lebih meningkatkan pelayanan sehingga

wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara yang menggunakan

biro perjalanan wisata tersebut merasa puas, sehingga dapat menjadikan

sarana promosi bagi pariwisata di Surakarta.

3. Bila dilihat dari koefisien regresi diketahui jumlah kamar hotel

berpengaruh positif terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara dan

nusantara, dengan keadaan itu seyogyanya pihak hotel dapat meningkatkan

kualitas kamar hotel agar lebih menarik wisatawan yang datang, misalnya

dengan meningkatkan fasilitas dan pelayanan terhadap kamar hotel yang

disediakan.