drowning
DESCRIPTION
Tambahan IlmuTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Tenggelam adalah kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan ke dalam
saluran pernapasan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara
langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau
dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan.
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat tenggelam, dengan
kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Menurut WHO, pada tahun 2004, 388.000
orang meninggal akibat tenggelam. Beberapa Negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan
insiden hampir tenggelam. Ini menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke
perhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil.
Mayoritas (sekitar 9%) kematian akibat tenggelam terjadi pada Negara yang berpenghasilan
rendah dan menengah. 60% kematian akibat tenggelam terjadi di kawasan Pasifik Barat dan Asia
Tenggara. Di seluruh dunia, anak di bawah 5 tahun merupakan tingkat usia dengan mortalitas
akibat tenggelam tertinggi.
Sedangkan pada data yang diperoleh dari Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya didapatkan 23
orang meninggal karena tenggelam mulai bulan Januari 2011 hingga September 2011.
Sedangkan pada 4 tahun terakhir didapatkan 93 kasus meninggal sejak Januari 2007 hingga
Desember 2010.
Pada pemeriksaan jenazah yang diduga tenggelam perlu diketahui kondisi korban meninggal
sebelum atau sesudah masuk air, tempat jenazah ditemukan meninggal berada di air tawar atau
asin, adanya antemortem injury, adanya sebab kematian wajar atau keracunan dan sebab
kematiannya.
Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang terendam dalam air,
diperlukan pemeriksaan luar dan dalam pada tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain
sebagai penunjang seperti pemeriksaan gatah paru untuk penemuan diatom, pemeriksaan darah
secara kimia (Gettler test), pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk
menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi mayat yang telah
lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu bagian tubuhnya saja.
1
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Tenggelam (drowning) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam
pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan, sedangkan hampir
tenggelam (near drowning) adalah keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam, tetapi
tidak terjadi kematian.
Mekanisme lain menyebutkan karena ketidak seimbangan elektrolit serum yang mempengaruhi
fungsi jantung (refleks kardiak) dan bisa juga disebabkan karena laringospasme sebagai akibat
refleks vagal.
Pada peristiwa tenggelam (drowning), seluruh tubuh tidak harus tenggelam di dalam air. Asalkan
lubang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air maka hal itu sudah cukup memenuhi
kriteria sebagai peristiwa tenggelam. Berdasarkan pengertian tersebut, maka peristiwa tenggelam
tidak hanya terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi di dalam ember yang berisi air.
Jumlah air yang dapat mematikan jika dihirup oleh paru-paru adalah sebanyak 2 L untuk orang
dewasa dan 30-40 ml untuk bayi.
PENYEBAB
Tenggelam bisa disebabkan oleh :
1. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
2. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera atau kelelahan
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
4. Perahu atau kapal tenggelam
5. Terperangkap atau terjerat di dalam air
6. Bunuh diri
CARA KEMATIAN
Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena :
1. Kecelakaan
2
Peristiwa tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena korban jatuh ke laut, danau, sungai.
Pada anak-anak kecelakaan sering terjadi di kolam renang atau galian tanah berisi air. Faktor-
faktor yang sering menjadi penyebab kecelakaan antara lain karena mabuk atau serangan
epilepsi.
2. Bunuh diri
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air sering sekalia terjadi. Kadang-kadang
tubuh pelaku diikat dengan pemberat agar supaya tubuh dapat tenggelam dengan mudah.
3. Pembunuhan
Banyak cara yang digunakan misalnya dengan melemparkan korban ke laut atau memasukkan
kepala ke dalam bak berisi air.
Pada kasus korban tenggelam yang sudah membusuk, identifikasi amat sukar atau sudah tidak
diketahui tempat kejadiannya, tidak ada saksi, maka tak dapat diklasifikasikan kecelakaan atau
bunuh diri/ pembunuhan.
ASFIKSIA
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana akan terjadi gangguan pertukaran udara pernapasan
yang normal. Terjadi obstruksi pada saluran pernapasan yang disebut asfiksia mekanik
mengakibatkan terhentinya sirkulasi.
Ada 3 fase kematian akibat asfiksia, yaitu :
1. Fase dyspneu, terjadi peningkatan karbondioksia (CO2) yang menyebabkan pernapasan
cepat dan dalam.
2. Fase konvulsif, pada fase ini cendrung akan terjadi mekanisme kejang.
3. Fase apneu, mengakibatkan pernapasan melemah bahkan akan menjadi jarang, kesadaran
akan perlahan-lahan menghilang, dan terjadi dilatasi pupil.
Mekanisme asfiksia terjadi pada kasus ;
1. Tercerut
a. Tergantung (hanging)
b. Tercekik dengan tali (strangulation)
3
c. Tercekik oleh tangan (throttling)
2. Mulut dan hidung tertutup (smothering)
3. Sumbatan saluran pernapasan (choking)
4. Tenggelam (drowning)
5. Kompresi
Sel, gagal untuk dapat melangsungkan metabolism secara efisien.
Jenis-jenis Hipoksia
1. Hipoksik hipoksia, terjadi saat oksigen gagal masuk sirkulasi darah.
2. Anemik hipoksia, terjadu saat darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk
metabolisme jaringan.
3. Stagnan hipoksia, terjadi kegagalan sirkulasi.
4. Histotoksik hipoksia, terjadi saat oksigen yang terdapat dalam darah tidak dapat
dipergunakan oleh jaringan.
Terdapat pembagian histotoksik hipoksia, yaitu :
- Extraseluler : enzim pernapasan jaringan menderita keracunan CO.
- Periseluler : terjadi penurunan permeabilitas membrane sel sehingga oksigen tidak
dapat masuk (keracunan ether).
- Substrate : bahan makanan untuk metabolism yang efisien tidak cukup
(Hipoglikemia).
- Metabolik : Hasil akhir dari pernapasan seluler tidak dapat dieliminasi sehingga
metabolism berikutnya tidak dapat berlangsung (Uremia, keracunan CO2).
Tanda-tanda akibat obstruksi saluran napas :
1. Sianosis, kebiruan tampak pada ujung – ujung jari / bibir
2. Kongesti, terjadi bendungan sistemik (bendungan paru-paru & dilatasi jantung kanan)
3. Darah tetap cair
4. Edema paru (tidak khas)
5. Tardiu’s Spot
4
MEKANISME TENGGELAM
Mekanisme kematian pada korban tenggelam dapat berupa asfiksia akibat spasme laring, asfiksia
karena gagging dan choking, refleks vagal, fibrilasi ventrikel (air tawar) dan edema pulmoner
(dalam air asin).
1. Refleks Vagal
Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan post mortem tidak ditemukan adanya tanda-
tanda asfiksia ataupun air di dalam paru-parunya sehingga sering disebut tenggelam kering (dry
drowning)
2. Spasme Laring
Kematian karena spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat jarang sekali terjadi. Spasme
laring tersebut disebabkan karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada pemeriksaan post
mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, tetapi paru-parunya tidak didapati adanya air
atau benda-benda air.
3. Pengaruh air yang masuk paru-paru
Hipoksia dan asidosis serta efek multiorgan dari proses ini yang menyebabkan morbiditas dan
mortalitas pada tenggelam. Kerusakan sistem saraf pusat dapat terjadi karena hipoksemia yang
terjadi karena tenggelam (kerusakan primer) atau dari aritmia, gangguan paru, atau disfungsi
multiorgan.
TANDA-TANDA INTRAVITAL PADA KASUS TENGGELAM
1. Cadaveric spasm
2. Perdarahan liang telinga tengah
3. Benda – benda air (rumput, lumpur, dsb) disaluran pencernaan/ napas
4. Bercak Paltauf
5. BJ darah jantung kanan berbeda dengan BJ darah jantung kiri
6. Diatome (+) dalam paru – paru/ sumsum tulang
5
KLASIFIKASI TENGGELAM
Tenggelam Primer (Primary Drowning)
Korban meninggal dalam beberapa menit setelah permulaan peristiwa tenggelam tanpa
pertolongan pernapasan buatan. Berdasarkan morfologi penampakan paru pada autopsy,
tenggelam primer dibedakan atas tenggelam kering (dry drowning) dan tenggelam basah (wet
drowning).
Tenggelam Sekunder (Secondary Drowning)
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 30 menit- beberapa hari setelah
diselamatkan dari suatu episode tenggelam dan kemudian meninggal.
Wet drowning
Pada wet drowning, yang mana terjadi inhalasi cairan, diketahui terjadi proses dari korban
menahan napas. Karena peningkatan CO2 dan penurunan kadar O2, terjadi megap-megap dan
dapat timbul regurgitasi dan aspirasi isi lambung. Refleks laringospasme yang diikuti dengan
pemasukan air akan muncul. Kemudian korban kehilangan kesadaran dan terjadi apnoe.
Penderita kemudian akan megap-megap kembali sampai beberapa menit, bahkan penderita dapat
kejang. Penderita kemudian dapat berakhir dengan henti napas dan jantung.
Dry drowning
15-20 % kematian akibat tenggelam merupakan dry drowning, yang mana tidak disertai dengan
aspirasi cairan. Kematian ini biasanya terjadi dengan sangat mendadak dan tidak tampak adanya
tanda-tanda perlawanan. Mekanisme kematian yang pasti masih tetap spekulatif. Cairan yang
mendadak masuk dapat menyebabkan 2 macam mekanisme kematian :
1. Laringospasme yang akan menyebabkan asfiksiadan kematian
2. Mengaktifkan system saraf parasimpatis sehingga terjadi refleks vagal yang akan
mengakibatkan cardiac arrest
Beberapa faktor predisposisi kematian akibat dry drowning :
1. Intoksikasi alcohol (mendepresi aktivitas kortikal)
6
2. Penyakit yang telah ada, misalnya aterosklerosis
3. Kejadian tenggelam/ terbenam secara tak terduga/mendadak
4. Ketakutan atau aktivitas fisik berlebih (peningkatan sirkulasi katekolamin, disertai
kekurangan oksigen, dapat menyebabkan cardiac arrest.
Berdasarkan Kondisi Kejadian :
1. Tenggelam (Drowning), keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang
banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran napas atas tepatnya
bagian epiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran napas menjadi
tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit
2. Hampir Tenggelam (Near Drowning), keadaan dimana penderita masih bernapas dan
membatukkan air keluar
Berdasarkan Lokasi tenggelam :
1. Air Tawar, seperti air sungai, danau, kolam renang
Akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar, sehingga terjadi hemodilusi yang hebat
sampai 72 % yang berakibat terjadinya hemolisis. Oleh karena terjadi perubahan
biokimiawi yang serius, dimana kalium dalam plasma meningkat dan natrium berkurang,
juga terjadi anoksia yang hebat pada miokardium. Hemodilusi menyebabkan cairan
dalam pembuluh darah atau sirkulasi menjadi berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistol
dan dalam waktu beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel. Jantung untuk beberapa saat
masih berdenyut dan lemah, terjadi anoksia cerebri yang hebat, hal yang menerangkan
mengapa kematian terjadi dengan cepat.
7
2. Air asin
Pada tenggelam di air laut terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik
keluar sampai sekitar 42 persen dan masuk ke dalam jaringan paru-paru sehingga terjadi
edema pulmonum yang hebat dalam waktu relaktif singkat. Pertukaran elektrolit dari air
asin ke darah mengakibatkan peningkatan hematokrit dan peningkatan kadar Natrium
plasma. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, namun terjadi anoksia pada myocardium dan
disertai peningkatan viskositas darah akan menyebabkan terjadinya payah jantung dan
kematian yang terjadi kurang lebih 8-9 menit setelah tenggelam.
8
Inhalasi air tawar
Alveolus paru-paru
Absorbsi dalam jumlah besar
Hemodilusi hebat (± 72%)
Hipervolemi
Hemolisis
Perubahan biokimiawiK+ meningkat, Na+ dan Cl-
menurunAnoksia
myocardium
Tekanan sistole menurun
Fibrilasi ventrikel
Anoksia cerebri
MENINGGAL
Inhalasi air asin
Alveolus paru-paru
Hemokonsentrasi
Cairan sirkulasi berdifusi keluar
Hipovolemi
Hematokrit meningkat
K+ menurun, Na+ dan Cl- meningkatK+ meningkat, Na+ dan Cl- menurun
Anoksia myocardium
Viskositas darah meningkat
Payah jantung
MENINGGAL
Klasifikasi lain
Klasifikasi tenggelam menurut Levin (1993) adalah berdasarkan kondisi paru-paru korban,
sebagai berikut :
1. Typical Drowning, keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban
saat korban tenggelam.
2. Atypical Drowning,
a) Dry Drowning, keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke
dalam saluran pernapasan.
b) Immersion Syndrom, terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air
dingin (suhu<200C) yang menyebabkan terpicunya reflek vagal yang menyebabkan
apneu, bradikardia dan vasokontriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan
terhentinya aliran darah koroner dari sirkulasi serebral.
c) Submersion of the Unconscious, sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau
penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang
mengalami trauma kepala saat masuk ke air.
d) Delayed Dead, keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam
setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
PATOFISIOLOGI
Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai gangguan elektrolit.
Cairan yang teraspirasi dan dan terdapat pada paru-paru menghasilkan vasokontriksi dan
hipertensi yang diperantarai oleh nervus vagus. Air tawar berpindah lebih cepat dari membrane
kapiler-alveoli ke mikrosirkulasi. Ini akan mengakibatkan hemodilusi dan hemolisis. Dengan
pecahnya elektrolit maka ion kalium intrasel akan terlepas sehingga menimbulkan hiperkalemia
yang akan mempengaruhi kerja jantung (terjadi fibrilasi ventrikel). Pemeriksaan post mortem
ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan
adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru. Selain itu, air tawar cendrunglebih hipotonik
dibandingkan plasma dan menyebabkan gangguan surfaktan alveoli. Hal ini akan menyebabkan
instabilitas alveoli, atelektasis, dan penurunan komplians paru.
9
Pada peristiwa tenggelam di air asin, akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan
hemokonsentrasi. Air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstisial paru
yang akan menimbulkan edema paru, hemokonsentrasi, dan hipovolemia. Tidak terjadi gangguan
elektrolit. Pada pemeriksaan post mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl
pada jantung kiri lebih tinggi daripada jantung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air.
Dibandingkan dengan tenggelam pada air tawar, kematian pada tenggelam pada air tawar,
kematian pada tenggelam di air asin prosesnya lebih lambat. Air asin yang bersifat hipersmolar,
akan menarik cairan ke alveoli dan menyebabkan dilusi surfaktan. Cairan yang kaya protein akan
bereksudasi secara cepat ke alveoli dan interstisial paru. Hal ini menyebakan komplians paru
berkurang, dan membrane kapiler-alveoli rusak dan terjadi perpindahan cairan sehingga terjadi
hipoksia.
Pemeriksaan Post Mortem
Keadaan sekitar individu pada kasus tenggelam penting. Perlu diingat adanya kemungkinan
korban sudah meninggal sebelum masuk ke dalam air. Tenggelam terjadi tidak hanya terbatas di
dalam air dalam seperti laut, sungai, danau atau kolam renang, tetapi mungkin pula terbenam
dalam kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air.
Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis kematian akibat
tenggelam dapat ditegakkan melalui :
a) Pemeriksaan luar
b) Pemeriksaan dalam
c) Pemeriksaan laboratorium berupa histology jaringan, destruksi jaringan, dan berat jenis
serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat berdasarkan
adanya diatom pada paru, ginjal, oto skelet atau sumsum tulang. Pada mayat akibat tenggelam,
pemeriksaan harus seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan.
Pemeriksaan mayat yang dilakukan harus seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat
ditentukan karena seringkali mayat ditemukan sudah membusuk.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
10
1. Menentukan identitas korban
Identitas korban dapat ditentukan dengan memeriksa antara lain :
a) Pakaian dan benda-benda milik korban
b) Warna, distribusi rambut, dan identitas lain
c) Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
d) Sidik jari
e) Pemeriksaan gigi
f) Teknik identifikasi lain
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar untuk menentukan korban masih hidup atau sudah meninggal pada
saat tenggelam dapat diketahui dari hasil pemeriksaan
a) Metode yang digunakan apakah orang masih hidup saat tenggelam ialah pemeriksaan
diatom.
b) Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar elektrolit magnesium
darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
c) Benda asing dalam paru dan saluran pernapasan mempunyai nilai yang menentukan pada
mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai membusuk. Demikian pula
dengan isi lambung dan usus.
d) Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara fisik dan
kimia sama dengan air tempat korban tenggelam mempunyai nilai yang bermakna.
e) Pada beberapa kasus, ditemukan kadar alcohol tinggi dapat menjelaskan bahwa korban
sedang dalam keracunan alcohol pada saat masuk ke dalam air.
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca-mati dapat menunjukkan tipe drowning dan juga
penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau kekerasan lain.
Pada kecelakaan di kolam renang benturan ante-mortem (antemortem impact) pada tubuh bagian
atas, misalnya memar pada muka, perlukaan pada vertebra servikalis dan medulla spinalis dapat
ditemukan.
11
4. Faktor-faktor yang berperan dalam proses kematian
Faktor-faktor yang berperan dalam proses kematian, misalnya kekerasan, alcohol atau obat-
obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau bedah jenazah.
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan, maka
pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat membantu menentukan apakah
korban tenggelam di tempat itu atau di tempat lain.
6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian
a) Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup masih hidup pada masuk ke dalam air
b) Bila tidak ditemukan air dalam paru-paru dan lambung, berarti kematian terjadi seketika
akibat spasme glottis yang menyebabkan cairan tidak dapat masuk.
Pemeriksaan Luar Jenazah
Pemeriksaan luar jenazah yang dapat dijadikan petunjuk pada mati tenggelam di air laut maupun
air tawar adalah :
a) Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda-benda asing
lain yang terdapat di dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam dalam air.
b) Schaumfilz froth merupakan busa halus pada hidung dan mulut. Teori intravital
menyebutkan Schaumfilz sebagai bagian dari reaksi intravital.
c) Mata setengah terbuka dan tertutup. Jarang terjadi perdarahan atau bendungan.
d) Kutis anserine atau goose flesh merupakan reaksi intravital, jika kedinginan, maka
muskulus erector pili akan berkontraksi dan pori-pori tampak lebih jelas. Kutis anserina
biasanya ditemukan pada kulit anterior tubuh terutama ekstremitas. Gambaran seperti
kutis anserina dapat juga terjadi karena rigor mortis pada otot tersebut.
e) Washer woman’s hand. Telapak tangan dan kaki bewarna keputihan dan berkeriput yang
disebabkan karena inhibisi cairan ke dalam kutis dan biasanya membutuhkan waktu yang
lama. Tanda ini tidak patogomomik karena mayat yang lama dibuang ke dalam air akan
terjadi keriput juga.
12
f) Cadaveric spasm, tanda intravital yang terjadi pada waktu korban berusaha
menyelamatkan diri dengan cara memegang apa saja yang terdapat dalam air.
g) Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air.
h) Dapat ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia seperti sianosis, Tardieu spot. Petekie dapat
muncul pada kasus tenggelam, tetapi lebih sedikit daripada gantung diri karena pada
tenggelam tidak terjadi kematian secara mendadak sehingga pecahnya kapiler tidak
secara tiba-tiba atau hanya sedikit.
i) Penurunan suhu mayat.
Pada mayat yang sudah membusuk, dapat ditemukan :
a) Mata melotot karena terbentuknya gas pembusukan
b) Lidah tampak keluar karena gas pembusukan yang mendorong pangkal lidah. Hal ini juga
dapat terjadi pada mayat yang mengalami pambusukan di darat.
c) Muka menjadi hitam dan sembab yang di sebut tite de negre (kepala orang negro)
d) Pugilistic attitude merupakan posis lutut dan siku sedemikian rupa sehingga kaki dan
tangan tampak membengkok (frog stand). Ini disebabkan cairan dan gas yang terbentuk
pada persendian.
e) Vena tampak jelas berwarna hijau sampai kehitam-hitaman karena terbentuk FeS. Ini
dapat juga terjadi pada orang yang mati di darat.
f) Pada laki-laki tampak skrotum membesar, mungkin terjadi prolaps atau adanya gas
pembusukan. Pada wanita hamil dapat keluar anak yang dikandung.
g) Bila lebih membusuk lagi, kulit ari akan terkelupas sehingga warna kulit ari tidak jelas,
rambut lepas.
Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam jenazah dari hasil autopsy dapat ditemukan busa halus dan benda
asing, seperti pasir atau tumbuhan air di dalam saluran pernafasan.
Pada korban tenggelam di air tawar biasanya ditemukan dalam keadaan besar atau
mengelembung tetapi ringan, dan pinggir depan biasanya overlap di depan hati. Namun dapat
ditemukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah
masuk ke aliran darah melalui proses imbibisi. Paru berwarna merah jambu pucat dan dapat
13
mengalami emfisema. Ketika paru tersebut di pindahkan dari dada, paru tetap mempertahankan
bentuk normalnya dan cenderung tidak kolaps. Ketika memotong paru-paru yang mengalami
emfisema kering akan terdengar bunyi krepitasi yang mudah dinilai. Setelah dipotong, masing-
masing bagian paru mempertahankan bentuk normalnya seperti semula dipotong dan cenderung
berdiri tegak. Ketika jaringan dipotong dan ditekan antara ibu jari dan keempat jari lainnya
terdapat sedit buih dan tidak ada cairan dan gas, kecuali jika terdapat edema. Dengan demikian,
paru-paru tetap kering pada kasus tenggelam pada air tawar.
Pada kasus tenggelam di air laut, paru-paru dapat ditemukan membesar seperti balon, lebih
berat, sampai manutupi jantung. Pada pengirisan banyak terdapat cairan, beratnya kadang-
kadang melebihi 2.000 gram. Karena paru sangat edema maka tepi depan paru overlap di depan
medistinum sehingga berbentuk seperti cetkan iga. Paru berwarna keunguan atau kebiruan
dengan permukaan mengkilap. Paru lembab dan konstisitsnya seperti agar-agar dan hilang
dengan penekanan. Ketika paru dipindahkan dari tubuh dan di tempatkan di atas meja
pemotongan, paru tidak mempertahankan bentuk normalnya tetapi cenderung datar. Ketika
dipotong, tidak ada suara krepitasi yang terdengar dan bahkan tanpa penekanan jaringan banyak
mengeluarkan cairan. Jaringan paru ditekan maka akan ditemukan paru dipenuhi cairan. Dengan
demikian kasus tenggelam di air laut, paru mengalami lembab dan basah.
Pemeriksaan Laboratorium
I. Test Kimiawi pada kasus tenggelam
- Gettler, menunjukkan perbedaan kadar Cl darah, jantung kanan dan kiri.
- Durlacher, menentukan perbedaan berat jenis plasma dari jantung kiri dan kanan.
II. Pemeriksaan getah paru-paru
Secara mikroskopik pada getah paru ditemukan
III. Analisa Diatomae dan Isi lambung
- Pemeriksaan diatomae (+) : diatomae 5/ LPB pada paru; atau bila dari sumsum tulang
panjang sebanyak 1/ LPB.
- Pemeriksaan isi lambung : adanya pasir atau lumpur dan binatang air benda asing seperti
kristal silikat, lumpur, telur cacing, algae dibagian subpleura.
14
Untuk memeriksa adanya benda asing dalam paru dilakukan “percobaan getah paru” sebagai
berikut :
a. Yang diperiksa ialah getah paru sub- pleural.
b. Alat yang dipakai ialah obyek glass, cover glass dan mikroskop.
c. Syarat : Paru belum membusuk
d. Yang dicari ialah benda – benda asing yang berasal dalam air setempat, misalnya: Pasir,
lumpur, tanaman air, telur cacing.
Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan Getah Paru
Cara:
Permukaan paru dikerok dengan pisau bersih, lalu dicuci & iris permukaan paru tadi, getah
yang keluar diteteskan pada objek glass, kemudian ditutup dengan cover glass, dilihat
dibawah mikroskop.
Beberapa kemungkinan kesimpulan dari “percobaan getah paru, adalah :
NO PERCOBAAN GETAH
PARU
KETERANGAN
1. Percobaan getah paru +
Tidak ditemukan sebab
kematian
Korban meninggal karena tenggelam
2. Percobaan getah paru +
ditemukaan sebab kematian
yang lain
a) Mungkin meninggal karena tenggelam
b) Mungkin meninggal karena sebab yang lain
tersebut
c) Mungkin meninggal karena tenggelam dan
sebab kematian yang lain tersebut
3. Percobaan getah paru - a) Mungkin meninggal dalam air jenih
15
b) Mungkin meninggal karena vagal reflex
c) Mungkin meninggal karena spasme laring
d) Mungkin dimasukkan ke dalam air setelah
korban meninggal, dalam hal ini akan
ditemukan sebab kematian lain
2. Test destruksi
Cara
Jaringan paru bagian perifer di destruksi dengan H2SO4 , kemudian diberi HNO3 è
disentrifuge è sedimen diobjek glass è dilihat dibawah mikroskop apakah ada diatome
Syarat pemeriksaan diatome :
Paru harus segar
Paru yang diperiksa harus bagian kanan perifer
Jenis diatome yang ditemukan harus sama dengan diatome di perairan tersebut
Jumlah diatome di paru – paru ≥ 5/ LPB
Sumsum tulang ≥ 1/ LPB
Kematian mendadak dalam air dingin :
Mati mendadak dalam air dingin dikaitkan dengan terjadinya spasme laring atau reflek vagal
yang menyebabkan Cardiac arrest. Dikarenakan terjadinya fibrilasi ventrikel pada korban
sehingga menimbulkan ventricular ectopic beat.
Perubahan yang terjadi pada organ – organ saat tenggelam :
a) Perubahan pada paru-paru
Aspirasi paru terjadi sekitar 90% korban tenggelam dan 80-90% pada korban hampir
tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis
penderita, isi lambung, organism pathogen, bahkan kimia toksik dan benda asing lain
dapat member cedera pada paru / menimbulkan obstruksi jalan napas.
b) Perubahan pada kardiovaskuler
16
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardia berat.
Bradikardia dapat timbul karna reflek fisiologis, saat didalam air dingin/ karena hipoksia.
Perubahan pada fungsi kardiovaskular yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian
besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan
keseimbangan asam basa.
c) Perubahan pada sistem saraf pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ, tetapi penyebab
kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemia otak. Iskemia otak dapat
berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi, dan peningkatan tekanan intracranial
akibat edema serebral. Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan,
biasanya penurunan kesadaran terjadi 2-3 menit setelah apneu dan hipoksia. Kerusakan
otak irreversible mulai terjadi 4-10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak
tidak akan kembali, setelah 8-10 menit anoksia.
d) Perubahan pada ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapatkan resusitasi biasanya tidak
menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobunuria, oliguria dan
anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular, nekrosis akut akibat
terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat, dan perubahan aliran darah ke ginjal.
e) Perubahan cairan dan elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian cairan tetapi selalu menelan banyak
cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selalu resusitasi
dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat
menimbulkan perubahan elektrolit dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut
yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan
hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan
akibat hipoksia yang luas.
17
BAB III
KESIMPULAN
Tenggelam (drowning) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam
pernafasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan, sedangkan hampir
tenggelam (Near drowning) adalah keadaan gangguan fisilogis tubuh akibat tenggelam, tetapi
tidak terjadi kematian.
Mekanisme kematian akibat korban tenggelam dapat beruba asfiksia akibat spasme
laring, asfisiksia karena gaging dan choking, reflek vagal, fibrilasi ventrikel (air tawar), edema
pulmonal (air asin).
Pada peristiwa tenggelam di air tawar, terjadi hemolisis dan hemodilusi sehingga
menyebabkan hiperkalemia. Kematian terjadi akibat fibrilasi ventrikel. Pada peristiwa tenggelam
di air asin, karena konsentrasi elektrolit air asin lebih tinggi dari plasma, air akan ditarik dari
sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstisial paru yang akan menimbulkan edema paru,
hemokonsentrasi, dan hipovolemia.
Berdasarkan morfologi pempakan paru pada autopsy tenggelam dibedakan atas
tenggelam kering (Dry drowning) dan tenggelam basah (Wet drowning). Jika ditinjau
berdasarkan jenis air tempat terjadi tenggelam, maka dapat dibedakan tenggelam di air tawar dan
tenggelam di air asin.
Diagnosis kematian akibat tenggelam dapat ditegakkan melalui pemeriksaan luar,
pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium berupa histology jaringan, destruksi jaringan, dan
berat jenis serta kadar elektrolit darah.
Pada pemeriksaan luar, dapat ditemukan Schaumfilz froth, kuntis ansherina, washer
woman’s hand, cardaveric spasme, tanda-tanda asfiksia seperti sianosis dan petekie. Kemudian
juga dapat dijumpai luka lecet dan penurunan suhu mayat.
Pada pemeriksaan dalam, paru tetap kering pada kasus di air tawar. Pada kasus tenggelam
diair asin, paru-paru dapat ditemukan membesar. Petekie juga dijumpai. Organ lain juga dapat
mengalami pembendungan.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Onyekwelu E. 2008. Drowning and Near Drowning. Internal Journal of Health.
2. Ilmu Kedokteran Forensik. 1997. Bagian Kedokteran Forensik FK UI. Jakarta.
3. WHO. Drowning 2013. Available from: http://www.who.int/violence_injury_prevention -
_injury/other_injury/drowning/en/. [ Akses 9 Maret 2015 ]
4. Dahlan S. 2000. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum
Universitas Diponegoro. Semarang.
19