drilling and blasting

16
Drilling and Blasting Tujuan dari peledakan adalah memberai batuan padat atau material berharga atau endapan bijih menjadi material yang sesuai untuk dikerjakan dalam proses pengolahan selanjutnya A. Pengeboran Prinsip Dasar Pengeboran a) Feed : gaya aksial yang diberikan untuk memberikan tekanan vertikal pada titik pengeboran b) Rotation : gerakan memutar pada batang dan mata bor c) Percussion : tumbukan yang dilakukan secara berulang pada titik pengeboran d) Flushing : usaha untuk sesegera mungkin mengeluarkan potongan hasil pengeboran keluar dari dalam lubang bor dengan memberikan sejumlah fluida bertekanan. Pengeboran di Martabe dilakukan untuk membuat lubang tembak untuk proses peledakan. Alur proses pekerjaan pengeboran dapat dijelaskan dengan skema berikut ini. YES NO Penentuan Lokasi Membuat batas Preparasi lokasi Memperbaharu i Topografi Membuat desain Menentukan Pengebora Pengukuran kedalaman aktual Re- drilling Memasang hole plug

Upload: khairul-afandi-parinduri

Post on 12-Sep-2015

193 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

Drilling and BlastingTujuan dari peledakan adalah memberai batuan padat atau material berharga atau endapan bijih menjadi material yang sesuai untuk dikerjakan dalam proses pengolahan selanjutnyaA. PengeboranPrinsip Dasar Pengeborana) Feed : gaya aksial yang diberikan untuk memberikan tekanan vertikal pada titik pengeboranb) Rotation : gerakan memutar pada batang dan mata borc) Percussion : tumbukan yang dilakukan secara berulang pada titik pengeborand) Flushing : usaha untuk sesegera mungkin mengeluarkan potongan hasil pengeboran keluar dari dalam lubang bor dengan memberikan sejumlah fluida bertekanan.Pengeboran di Martabe dilakukan untuk membuat lubang tembak untuk proses peledakan. Alur proses pekerjaan pengeboran dapat dijelaskan dengan skema berikut ini.YESNO

Penentuan LokasiMembuat batasPreparasi lokasiMemperbaharui TopografiMembuat desain drilling & blastingMenentukan titik lubang borPengeboranPengukuran kedalaman aktualRe-drillingMemasang hole plug

1. Menentukan lokasi yang akan dilakukan pengeboran berdasarkan daily meeting antara PT. Agincourt Resources dan PT. Leighton Contractor Indonesia2. Membuat batas-batas yang akan dibor oleh tim survey LCI

3. Preparasi lokasi yang akan dibor. Preparasi berupa melakukan perataan pada lokasi menggunakan dozer, membuat tanggul setinggi 1 meter, serta memasang sign berupa safety corn berwarna hijau, barikade berwarna hitam-kuning, dan tanda bahwa pemboran sedang berlangsung.

4. Memperbaharui topografi oleh tim survey.5. Membuat desain untuk drilling and blasting oleh drill and blast engineer. Desain yang dibuat mencakup desain pengeboran, drill pattern, explosive design, tie-in design, serta prediksi dampak terhadap lingkungan. Pola lubang tembak yang dibuat di Martabe adalah staggered pattern atau zigzag.6. Menentukan titik lubang bor di lapangan oleh tim survey . titik bor diberi tanda pita berwarna jingga.

7. Pengeboran.Pengeboran yang dilakukan di Tambang Emas Martabe menggunakan alat bor jenis Tamrock Panthera 1500. Pengeboran dilakukan secara vertikal dengan menggunakan prinsip dasar rotary-percussion (top hammer).

Berdasarkan ukuran bit, terdapat 3 jenis ukuran bit yang sering digunakan, yaitu diameter 102 mm, 115 mm, dan 127 mm. Pemilihan diameter bit disesuaikan dengan pattern blasthole yang diinginkan. Semakin kuat material target peledakan, pattern akan dibuat semakin rapat, sehingga dibutuhkan diameter bit yang lebih kecil. Berdasarkan bentuknya, bit yang sering digunakan di Martabe adalah drop center button bit dan retract button bit. Drop center digunakan untuk pengeboran pada soft material untuk mencegah penyumbatan bor karena clay menempel pada bit, sedangkan retract button bit digunakan pada material yang keras.

Pada proses awal pengeboran menggunakan mesin Tamrock, terlebih dahulu dilakukan collaring sedalam 0.5 m menggunakan rotasi secara lambat. Setelah itu stang bor ditambah jika diperlukan. Setelah itu dilakukan penetrasi menggunakan perkusi-rotasi. Pada material yang keras, dilakukan water injection untuk membuat rock cutting menjadi lumpur yang dimanfaatkan sebagai semen pada dinding blasthole. Jika target kedalam sudah tercapai stang bor yang ditambahkan dicabut. Setelah itu alat bor bisa pindah ke titik selanjutnya.Produktivitas pengeboran dilihat dari laju penembusan atau penetration rate.

8. Mengukur kedalaman lubang tembak aktual oleh helper yang ditandai dengan pita berwarna biru. Pada pengukuran ini terdapat toleransi sebesar 0,2 m. Jika selisih kedalam lubang tembak lebih dari 0.2 m dari desain, akan dilakukan back fill. Jika kedalaman lubang tembak kurang dari 0.2 m dari desain, akan dilakukan pengeboran ulang.

9. Memasang hole plug agar material tidak collapse.

B. PeledakanDalam melakukan proses peledakan, tentunya dibutuhkan peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan. Adapun peralatan yang digunakan adalah:1. BoosterBooster adalah bahan peka detonator yang dimasukkan ke dalam kolom isian lubang ledak sebagai penguat energi ledak. Booster yang digunakan ketika pengamatan adalah booster dengan massa 400 gram.

2. Nonel detonatorNonel detonator adalah tube plastik yang mempunyai diameter luar 3 mm, di dalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut (shock wave). Shock wave mempunyai energi yang dapat meledakkan primary explosive atau delay element dalam detonator. Di Martabe, nonel yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu surface delay dan in hole delay. Nonel in hole delay yang digunakan in hole delay 500 ms berwarna ungu. Surface delay yang digunakan adalah delay 9 ms berwarna hijau, 17 ms berwarna kuning, 25 ms berwarna merah, 42 ms berwarna putih, dan 67 ms berwarna biru.

3. Bahan PeledakBahan peledak utama yang digunakan di Martabe adalah campuran antara AN (Amonium Nitrat) dengan emulsion dengan perbandingan Emulsion : AN = 70 : 30. Keuntungan penggunaan emulsi adalah tahan air sedangkan bila campuran AN & Emulsi, selain tahan air juga meningkatkan tekanan detonasinya. Densiti dari campuran emulsi (70%) dan AN (30%) adalah sekitar 1.15 g/cc. Pencampuran bahan peledak tersebut dilakukan di Mobil Mixing Unit

4. LIL (lead in line)Lead in line merupakan kabel perpanjangan yang digunakan untuk menyambung rangkaian peledakan dengan blasting machine (BM). Di Martabe digunakan LIL sepanjang 500 meter.

5. Blasting Machine

Geometri Peledakan

Geometri peledakan secara umum terdiri dari beberapa hal antara lain: diameter lubang ledak (), burden (B), spasi (S), stemming (T), tinggi jenjang (H), kedalaman lubang ledak (L), subdrilling (J), dan isian utama/primary charge (PC).Pada saat pengamatan di Ridge RL 405, diameter lubang ledak yang digunakan adalah 115 mm, Burden 3.5 meter, Spasi 4 meter, Stemming 3.5 meter, Subdrill 0.5 meter dan tinggi jenjang 10 meter. Adapun di Northpit RL 380, digunakan geometri sebagai berikut: diameter lubang ledak 115 mm, Burden 4.2 meter, Spasi 4.7 meter, Stemming 3.5 meter, Subdrill 0.5 meter dan tinggi jenjang 10 meter.

Pola PenyalaanDalam proses peledakan ada beberapa pola penyalaan lubang tembak yaitu:1. Row by row

2. Echelon

3. V shape

4. Center lift

Pola penyalaan ini ditentukan oleh kondisi area yang akan diledakkan berupa keberadaan free face, struktur yang terdapat pada batuan yang akan diledakkan, dan arah runtuhan yang diinginkan. Prosedur blasting yang ada di Martabe ada 2, yaitu: Load and shot. Proses priming, charging, stemming, tie up, dan peledakan dilakukan pada hari yang sama. Sleep blasting. Priming, Charging, dan stemming dilakukan terlebih dahulu. Tie up dan peledakan dilakukan keesokan harinya. Proses PeledakanAlur proses pekerjaan peledakan dapat dijelaskan oleh skema berikut ini.YesNoYesNoNoYesPreparasi lokasi peledakanMengukur kedalaman lubang aktualMeletakkan material stemming di sekitar lubang tembakPengambilan aksesoris peledakanPrimingChargingPengukuran volume isian before gassingRe-drillingPengukuran volume isian after gassingRechargingStemmingTie upFinal CheckEvakuasi Pemasangan blastmateInisiasi BlastingBlastingPost BlastingPengembalian aksesoris peledakanRe-blasting

1. Informasi kedalaman lubang tembak aktual disampaikan kepada drill & blast engineer 2. Mempersiapkan lokasi peledakan meliputi pemasangan safety cone berwarna merah dengan reflector yang dipasang diatas tanggul, barikade merah putih dipasang pada cone, bendera berwarna merah, bendera berwarna kuning pada jarak 250 m, bendera berwarna hijau pada jarak 500 m, notifikasi peledakan sepanjang jalan di Martabe, serta memasang sign peledakan yang dipasang di pintu masuk.3. Melakukan pengukuran kedalaman lubang tembak aktual oleh tim QC (Quality Control) dan blast service. Toleransi kedalaman lubang sama dengan pengukuran yang dilakukan helper pada proses pengeboran, yaitu 0.2 m.4. Meletakkan material stemming di sekitar lubang tembak. Material stemming terdiri dari material gravel dengan ukuran 10% - 12 % dari diameter lubang tembak. 5. Mengambil aksesoris peledakan di gudang handak.6. Melakukan Priming. Hal pertama yang dilakukan adalah menyatukan booster dengan in hole delay 500 ms. Setelah itu dimasukkan ke dalam lubang tembak7. Melakukan Charging. Charging merupakan proses pengisian bahan peledak ke dalam lubang tembak. Proses charging dapat menggunakan plastic linear ataupun tidak. Plastic linear digunakan untuk membungkus bahan peledak supaya tidak keluar dari lubang tembak melalui rongga-rongga yang ada di batuan. Peledakan yang dilakukan di Ridge biasanya menggunakan plastic linear karena batuannya berongga.8. Mengukur ketinggian bahan peledak (before gassing).9. Ketika dilakukan charging, densitas bahan peledak diukur setiap 3 ton bahan peledak keluar dari MMU menggunakan timbangan dan stopwatch. Pengukuran dilakukan pada menit ke 1, 5, 10, 20, dan 30. Dilihat pada menit keberapa gassing berhenti.

10. Setelah 30 menit, kedalaman bahan peledak diukur kembali (after gassing). Setelah gassing, ketinggian bahan peledak bertambah. Hal ini terjadi karena volumenya bertambah dan densitasnya berkurang. Diharapka densitas bahan peledak setelah gassing 1.15 g/cc. jika saat pengukuran, ternyata kedalaman bahan peledak kurang, maka bahan peledak ditambah. Jika kedalaman bahan peledak berlebih, maka bahan peledak dikurangi menggunakan pipa paralon panjang. 11. Stemming. Stemming merupakan proses mengisi material stemming berupa gravel yang berukuran 10% - 12% dari diameter lubang tembak. Stemming bertujuan untuk memampatkan dan memberi tekanan pada bahan peledak agar distribusi energi ledakan merata dan menghasilkan fragmentasi yang baik.12. Tie Up. Tie up merupakan proses merangkai lubang tembak. In hole delay antarlubang dihubungkan menggunakan surface delay. In hole delay dan surface delay dihubungkan menggunakan g-hook.13. Final Check yang dilakukan oleh 3 orang, yaitu shotfirer, supervisor drill and blast, dan kontraktor bahan peledak (DNX).14. Melakukan evakuasi alat dan manusia sejauh jarak aman. Jarak aman manusia adalah 500 m dan jarak aman alat 250 m. Untuk area pengolahan, evakuasi dilakukan ke reclame tunnel, gold room, atau kantor yang tahan fly rock.15. Memasang blassmate untuk mengukur getaran dan suara yang ditimbulkan akibat peledakan, serta memasang kamera.16. Memasang LIL ke inisiation point. Setelah terpasang, LIL ditarik sejauh 500m.17. Memasang LIL ke Blasting Machine.18. Dilakukan pengontrolan oleh blast control kepada blast guard dan sweeping oleh sweeper.19. Peledakan oleh shotfirer.20. Pengecekan misfire oleh shotfirer. Jika ada misfire, maka diledakkan kembali. Dan jika sudah aman, memberi pernyata aman oleh Blast Control.21. Menyimpan semua tanda untuk peledakan yang digunakan.22. Pengembalian bahan peledak.

Powder FactorPowder Factor (PF) merupakan jumlah massa bahan peledak yang digunakan untuk dapat meledakkan sejumlah volume batuan.

Pemantauan PeledakanKegiatan peledakan memiliki beberapa potensi bahaya sebagai berikut.1. FlyrockFlyrock adalah lemparan batu dari area peledakan yang dapat menyebabkan fatality dan kerusakan alat. Hal-hal yang dapat menyebabkan flyrock adalah drilling yang tidak akurat, kelebihan BP (overcharge), penentuan burden yang terlalu dekat dengan freeface, adanya material lumpur, serta adanya rekahan.

2. FumeFume merupakan gas beracun hasil peledakan, dapat berupa SOx, NOx. Fume dapat muncul karena adanya ketidakseimbangan reaksi peledakan.Level fume yang ada di Martabe adalah sebagai berikut.1 : kuning2 : kuning menuju orange3 : orange4 : orange pekat5 : merahSemakin tinggi levelnya, fume semakin berbahaya.

3. Airblast Energi yang dilepaskan oleh peledakan yang menimbulkan tekanan udara dan dinyatakan dalam psi, dB, dan Pa. Airblast berkaitan dengan tingkat kebisingan yang diterima oleh lingkungan sekitar. Pengukuran airblast dinyatakan dalam PSPL (peak sound pressure level).

P = pressure level (kPa); 1 Pa = 1 N/m2 94 dB(L) k = konstanta yang bersesuaian dengan lokasi (site) dan sifat batuan, k= 3 sampai 185 (di Martabe, k = 60) R = jarak antara lokasi peledakan dengan titik pengukuran (m) Q = jumlah bahan peledak yang digunakan per delay (kg) y = konstanta yeng bersesuaian dengan lokasi (site) dan sifat batuan (di Martabe, y = -1.2)

4. Ground vibration Getaran hasil peledakan dapat menyebabkan kerusakan bangunan. Oleh karena itu, dilakukan pemantauan untuk memastikan jarak aman peledakan dari lokasi bangunan yang ada. Getaran tsb dinyatakan dalam PPV (peak particle velocity).

PPV = peak particle velocity (mm/s) k = konstanta yang bersesuaian dengan lokasi (site) dan sifat batuan (di Martabe, k = 1500) R = jarak antara lokasi peledakan dengan titik pengukuran (m) Q = jumlah bahan peledak yang digunakan per delay (kg) x = konstanta yeng bersesuaian dengan lokasi (site) dan sifat batuan (di Martabe, x = -1.6)

Safety Blasting Jarak aman peralatan dari lokasi peledakan adalah sejauh 250 m (ditandai dengan bendera kuning), sedangkan jarak aman manusia dari lokasi peledakan adalah 500 m (ditandai dengan bendera hijau). Untuk menjaga tidak ada yang memasuki radius tidak aman peledakan, terdapat beberapa blast guard yang berada di posisi yang berbeda, dengan sweeper yang melakukan inspeksi ke seluruh wilayah dalam radius tidak aman, serta selalu berkoordinasi dengan blast controller sebagai pemberi komando/instruksi inisiasi ledakan. Setelah dinyatakan aman oleh blast control, maka komando akan diserahkan kepada juru ledak (shotfirer), lalu juru ledak akan melakuakn hitungan mundur dan melakukan inisiasi peledakan. Setelah proses peledakan, juru ledak akan akan melakukan pemeriksaan ke lokasi peledakan, setelah dinyatakan aman oleh juru ledak, maka proses peledakan selesai, semua barikade dibuka, dan sisa bahan peledak serta aksesoris dikembalikan ke Gudang Bahan Peledak.