draft topik/judul kajian berdasarkan usul prolegnas ... · no judul ruu/prolegnas/ substansi materi...

14
No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian Alat Kelengkapan Pengusul Keterangan I 1 RUU Pertanahan Problematika: • Lemahnya kebijakan pengelolaan pertanahan; • Belum adanya tertib administrasi pertahanan (pendataan dan sertifikasi). Tujuan : • Mengidentifikasi peta kebijakan pengelolaan; dan mendorong terwujudnya tertib administrasi pertahanan (pendataan dan sertifikasi). Socio Legal analysis Socio Legal analysis Pengelolaan dan Administrasi Pertanahan Ikut Membahas Kajian jangka pendek,(25 juta) Komite I DPD RI dan Komisi II DPR RI 2 RUU Pertanahan Problematika: Banyaknya peraturan dibidang pertanahan yang terindikasi tumpang tindih misalnya dengan UU Penataan Ruang, UU Minerba, UU Kehutanan dll. Tujuan : Memetakan dan sinkronisasi regulasi-regulasi pertanahan. Legal analysis Legal analysis Regulasi Sektoral Pertanahan Ikut Membahas Kajian jangka pendek,(25 juta) Komite I DPD RI dan Komisi II DPR RI 3 RUU Tentang Konvergensi Telematika Problematika: • Masih senjangnya akses informasi di tiap daerah. • Teknologi informasi hanya dinikmati oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang bermukim di perkotaan. Tujuan: • Belum adanya payung hukum dalam bidang teknologi informasi dan jaminan penyediaan sarana komunikasi di daerah pedesaan dan perbatasan • Teknologi berkembang menuju arah konvergensi sehingga peraturan-peraturan harus menyesuaikan dengan teknologi yang diatur agar perkembangan teknologi yang terjadi dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kajian Kebijakan Kajian Kebijakan Urgensi Konvergensi Telematika Dalam Membangun Keterbukaan Informasi Publik Pandangan DPD RI, DIM, dan Pendapat Mini DPD RI. Kajian jangka pendek,(25 juta) Komite I DPD RI 4 RUU tentang Perubahan atas UU No 32 tahun 2002 tentang Perijinan Penyelenggaraan Penyiaran Problematika: • Belum meratanya ketersediaan infastruktur penyiaran di daerah, khususnya di daerah terpencil dan perbatasan; • Adanya aturan mengenai diberlakukannya digitalisasi penyiaran di Indonesia; • Belum adanya regulasi payung yang mengatur telematika secara komprehensif termasuk perijinan penyelenggaraan penyiaran didalamnya Tujuan: • Mendorong percepatan infrastruktur penyiaran khususnya di daerah terpencil dan perbatasan; • Mendapatkan informasi kesiapan penyelenggara penyiaran dalam hal digitalisasi penyiaran; • Urgensi kebutuhan untuk menyiadakan regulasi payung yang komprehensif dalam hal telematika. Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Problematika Media Penyiaran di Indonesia (Infrastruktur, Digitalisasi, Perijinan dan Regulasi) Pandangan DPD RI, DIM, dan Pendapat Mini DPD RI. Kajian jangka pendek,(25 juta) Komisi I DPR RI KOMITE I DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS PRIORITAS DPD-RI TAHUN 2015-2019 BIRO PERSIDANGAN I

Upload: vuthien

Post on 20-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

I

1 RUU Pertanahan Problematika:

• Lemahnya kebijakan pengelolaan pertanahan;

• Belum adanya tertib administrasi pertahanan (pendataan dan sertifikasi).

Tujuan :

• Mengidentifikasi peta kebijakan pengelolaan; dan mendorong terwujudnya tertib administrasi

pertahanan (pendataan dan sertifikasi).

Socio Legal

analysis

Socio Legal analysis

Pengelolaan dan Administrasi

Pertanahan

Ikut Membahas Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI dan

Komisi II DPR RI

2 RUU Pertanahan Problematika:

Banyaknya peraturan dibidang pertanahan yang terindikasi tumpang tindih misalnya dengan UU

Penataan Ruang, UU Minerba, UU Kehutanan dll.

Tujuan :

Memetakan dan sinkronisasi regulasi-regulasi pertanahan.

Legal analysis Legal analysis Regulasi

Sektoral Pertanahan

Ikut Membahas Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI dan

Komisi II DPR RI

3 RUU Tentang Konvergensi

Telematika

Problematika:

• Masih senjangnya akses informasi di tiap daerah.

• Teknologi informasi hanya dinikmati oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang bermukim di

perkotaan.

Tujuan:

• Belum adanya payung hukum dalam bidang teknologi informasi dan jaminan penyediaan sarana

komunikasi di daerah pedesaan dan perbatasan

• Teknologi berkembang menuju arah konvergensi sehingga peraturan-peraturan harus menyesuaikan

dengan teknologi yang diatur agar perkembangan teknologi yang terjadi dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin.

Kajian Kebijakan Kajian Kebijakan Urgensi

Konvergensi Telematika Dalam

Membangun Keterbukaan

Informasi Publik

Pandangan DPD RI,

DIM, dan Pendapat

Mini DPD RI.

Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI

4 RUU tentang Perubahan atas UU

No 32 tahun 2002 tentang

Perijinan Penyelenggaraan

Penyiaran

Problematika:

• Belum meratanya ketersediaan infastruktur penyiaran di daerah, khususnya di daerah terpencil dan

perbatasan;

• Adanya aturan mengenai diberlakukannya digitalisasi penyiaran di Indonesia;

• Belum adanya regulasi payung yang mengatur telematika secara komprehensif termasuk perijinan

penyelenggaraan penyiaran didalamnya

Tujuan:

• Mendorong percepatan infrastruktur penyiaran khususnya di daerah terpencil dan perbatasan;

• Mendapatkan informasi kesiapan penyelenggara penyiaran dalam hal digitalisasi penyiaran;

• Urgensi kebutuhan untuk menyiadakan regulasi payung yang komprehensif dalam hal telematika.

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan

Problematika Media Penyiaran

di Indonesia (Infrastruktur,

Digitalisasi, Perijinan dan

Regulasi)

Pandangan DPD RI,

DIM, dan Pendapat

Mini DPD RI.

Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komisi I DPR RI

KOMITE I

DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN

BERDASARKAN USUL PROLEGNAS PRIORITAS DPD-RI TAHUN 2015-2019

BIRO PERSIDANGAN I

Page 2: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

5 RUU tentang Radio dan Televisi

Republik Indonesia

Problematika:

• Ketertinggalan pengelolaan Radio Republik Indonesia dibandingkan dengan penyelenggara radio

swasta;

• Ketertinggalan pengelolaan Televisi Republik Indonesia dibandingkan dengan penyelenggara televisi

swasta;

Tujuan:

• Menyediakan pengelolaan Televisi dan radio yang mampu berkompetisi dengan penyelenggara

swasta sekaligus menyediakan informasi yang menjangkau seluruh Indonesia

Kajian Latar

Belakang Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan tentang Tantangan

Radio Televisi Republik

Indonesia

Pandangan DPD RI,

DIM, dan Pendapat

Mini DPD RI.

Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komisi I DPR RI

6 RUU tentang atas perubahan UU

No. 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik

(ITE)

Problematika:

• Adanya kerancuan dalam penentuan pidana dalam kebebasan berekspresi dalam hal informasi dan

transaksi elektronik;

• Belum jelasnya koridor/rambu-rambu mengenai konten internet yang legal atau illegal

Tujuan:

• Menjamin kebebasan memperoleh informasi dan transaksi elektronik

• Menjamin kebebasan berekspresi di media elektronik

• Adanya jaminan kepastian hukum mengeni informasi dan transaksi elektronik

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Dampak

diberlakukannya UU No. 11

tahun 2008 tentang ITE

terhadap Kebebasan Informasi

dan Transaksi Elektronik

Pandangan DPD RI,

DIM, dan Pendapat

Mini DPD RI.

Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komisi I DPR RI

7 Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota

Problematika:

Pelaksanakannya Pilkada serentak pertama kali pada Desember 2015

Tujuan

Mendapatkan informasi tentang kesiapan penyelenggaraan pilkada serentak

Policy Research Policy Research Kesiapan

Penyelenggaraan Pilkada

Serentak

Kajian jangka

pendek,(25

juta)

8 Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota

Problematika:

• Belum adanya mekanisme secara formal penyelesaian sengketa Pilkada melalui jalur non litigasi;

• Problematika kompetensi institusi hukum dalam penyelesaian sengketa Pilkada

Tujuan:

• Menghasilkan mekanisme penyelesaian sengketa Pilkada melalui jalur non litigasi;

• Untuk mendudukkan kompetensi penyelesaian sengketa Pilkada pada institusi hukum yang tepat

Policy Research Policy Research Penanganan

Penyelesaian Sengketa Pilkada

secara Litigasi dan Non Litigasi

Pengawasan Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI

9 Pengawasan UU Otonomi Khusus

Papua

Problematika:

Masih adanya permasalahan dalam pelaksanaan UU Otonomi Khusus Papua berkaitan antara lain:

Alokasi Dana Otonomi Khusus, Penataan Daerah, dan Penyelesaian Konflik Sosial

Tujuan:

Menghasilan evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan UU Otonomi Khusus Papua berkaitan antara lain:

Alokasi Dana Otonomi Khusus, Penataan Daerah, dan Penyelesaian Konflik Sosial

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan

Pelaksanaan UU No. 21 Tahun

2001 tentang Otonomi Khusus

Papua

Pengawasan Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI

Page 3: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

10 Pengawasan UU Administrasi

Kependudukan

Problematika:

Masih adanya permasalahan implementasi UU Administrasi Kependudukan

Tujuan:

Menghasilkan evaluasi dan rekomendasi UU Administrasi Kependudukan

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan

Implementasi Undang-Undang

Administrasi Kependudukan

Pengawasan Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI

11 Pengawasan UU Aparatur Sipil

Negara

Problematika:

Belum optimalnya pelaksanaan UU Aparatur Sipil Negara dalam mewujudkan good governance

Tujuan:

Menghasilkan evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan UU Aparatur Sipil Negara dalam mewujudkan

good governance

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan

Implementasi UU Aparatur Sipil

Negara dalam rangka

mewujudkan good governance

Pengawasan Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI

12 Pengawasan UU No. 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan

Daerah

Problematika:

Adanya perubahan regulasi yang mengatur mengenai pemerintahan daerah khususnya yang

menyangkut hubungan pusat dan daerah

Tujuan:

Gambaran dan informasi hubungan pusat dan daerah pasca diterbitkannya UU No. 23 tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Hubungan

Pusat dan Daerah

(Kewenangan, Keuangan,

Kelembagaan dan

Pengawasan) dalam Konteks

Pelaksanaan UU No. 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan

Daerah

Pengawasan Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI

13 Pengawasan UU No. 23 tahun

2014 khususnya mengenai

Penataan Daerah

Problematika:

Adanya perubahan regulasi yang mengatur mengenai pemerintahan daerah khususnya yang

menyangkut penataan daerah

Tujuan:

Menghasilkan gambaran strategi penataan daerah serta deskripsi mekanisme pemekaran dan

penggabungan daerah mengacu pada UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Kajian

terhadap Penataan Daerah

dalam Konteks Pelaksanaan

UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah

Pengawasan Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI

14 Pengawasan UU No. 23 tahun

2014 khususnya mengenai

Kewenangan Daerah Provinsi di

Laut dan Provinsi yang bercirikan

Kepulauan

Problematika:

• Adanya perubahan regulasi yang mengatur mengenai pemerintahan daerah khususnya yang

menyangkut kewenangan Daerah Provinsi di Laut dan yang Bercirikan Kepulauan

• Belum adanya model eksplorasi, eksploitasi dan konverasi dan pengelolaan kekayaan laut di luar

minyak dan gas untuk daerah Provinsi di Laut dan Provinsi Bercirikan Kepulauan

• Belum adanya model pengaturan administrasi, tata ruang dan keamanan di laut untuk daerah Provinsi

di Laut dan Provinsi Bercirikan Kepulauan

Tujuan:

• Adanya gambaran model eksplorasi, eksploitasi dan konservasi dan pengelolaan kekayaan laut di luar

minyak dan gas untuk daerah Provinsi di Laut dan Provinsi Bercirikan Kepulauan serta model

pengaturan administrasi, tata ruang dan keamanan di laut untuk daerah Provinsi di Laut dan Provinsi

Bercirikan Kepulauan berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Kajian

terhadap Kewenangan Daerah

Provinsi di Laut dan Provinsi

Bercirikan Kepulauan dalam

Konteks Pelaksanaan UU No.

23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah

Pengawasan Kajian jangka

pendek,(25

juta)

Komite I DPD RI

Page 4: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

II

1 RUU Ekonomi Kreatif Situasi Problematis yang dihadapi dalam kajian ekonomi kreatif yang paling utama menyangkut harmonisasi

perundang-undangan. Hal ini disebabkan, substansi ekonomi kreatif selama ini tersebar dalam berbagai

perundang-undangan seperti UU Kepariwisataan, UU Perfilman dan terdapat di bagian-bagian tertentu seperti UU

Cagar Budaya, UU Hak Cipta, serta beberapa perda terkait ekonomi kreatif, dsbnya. Dengan demikian dibutuhkan

payung aturan dan pengintegrasian serta substansi materi muatan yang tepat di dalam menyusun UU Ekonomi

Kreatif.Sedangkan tujuan kajian ini adalah memberikan penguatan bagi pembentukan UU Ekonomi Kreatif yang

mampu mengharmonisasikan berbagai kebijakan dan perundang-undangan terkait ekonomi kreatif

Kajian Analisis

Legal/Legal

Analysis

Analisis Legal Harmonisasi

Kebijakan terkait Ekonomi

Kreatif

Pembahas Utama Pendek, 25

Juta

Komite III Long List 2015-

2019

2 RUU tentang Bahasa dan

Kesenian Daerah

situasi problematis yang dihadapi menunjukkan bahwa realitas kekinian memperlihatkan penggunaan dan

pelestarian bahasa dan kesenian daerah sudah semakin memudar. Penggunaan bahasa daerah di tengah

masyarakat semakin menurun dan demikian juga dengan kesenian daerah. Kebijakan yang tegas dan jelas terkait

perlindungan terhadap pelestarian bahasa dan kesenian lokal belum ada yang signifikan bertindak tegas dalam

melindungi bahasa dan kesenian daerah. Dengan demikian tujuan kajian ini untuk melihat latar belakang kebijakan

selama ini menyangkut bahasa dan kesenian daerah sehingga dapat ditemukenali persoalan dalam perlindungan

bahasa dan kesenian daerah

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan Perlindungan dan

Pelestarian Bahasa dan

Kesenian Daerah

Pembahas Utama Pendek, 25

Juta

Komite III Long List 2015-

2019

3 RUU tentang Pengelolaan

Ibadah Haji dan

Penyelenggaraan Umroh

Situasi problematis yang dihadapi selama ini adalah penyelenggaraan ibadah haji selama ini terlalu berfokus pada

hal-hal teknis manajerial haji seperti mencakup katering, transportasi, pemondokan dan sebagainya serta kurang

optimal menyoroti sisi pemenuhan syariat, khususnya pengetahuan jamaah haji terhadap rukun haji. Hal ini

memerlukan kajian spesifik menyangkut persoalan masalah pemenuhan syariat dimaksud. Dengan demikian

tujuan dari kajian pengelolaan ibadah haji dan penyelenggaraan umroh adalah mengidentifikasi kebijakan maupun

implementasi yang dinilai bermasalah di dalam penyelenggaraan haji dan umroh, khususnya sisi pemenuhan

syariat.

Kajian Evaluasi

Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

Pengelolaan Ibadah Haji dan

Penyelenggaraan Umroh

Memberi

Pertimbangan

Pendek, 25

Juta

Komite III Prioritas

Prolegnas 2015

4 RUU Tentang Penyandang

Disabilitas

Situasi problematis yang tidak dapat dinafikan di masyarakat adalah gejala penyandang disabilitas masih

mengalami praktik diskriminasi, baik dalam kebijakan, perlakuan, penyediaan fasilitas umum, pendidikan maupun

akses pekerjaan. Situasi problematik ini diharapkan akan diminiamlisasi bila terbit undang-undang penyandang

disabilitas yang memberikan perlindungan dan penyetaraan hak bagi disabilitas. Dengan demikian tujuan kajian

adakah mengidentifikasi kebijakan yang bermasalah menyangkut disabilitas dan memberikan penguatan akan

urgensi pembentukan undang-undang disabilitas.

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan terhadap

Penyandang Disabilitas

Memberi

Pertimbangan

Pendek, 25

Juta

Komite III Prioritas

Prolegnas 2015

5 RUU tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri

Situasi problematis yang dihadapi terkait TKI di luar negeri adalah persoalan lemahnya regulasi dan implementasi

regulasi. Dari sisi regulasi, UU PPTKILN ternyata minim memberikan perlindungan TKI dan dominan memberikan

pertanggungjawaban pada PPTKIS (Pelaksana Penempatan TKI Swasta). Dari sisi praktik, terdapat inkonsistensi

terhadap ketentuan UU PPTKILN dan pelanggarannya masih marak terjadi yang menyebabkan kerugian bagi pihak

CTKI/TKI. Dengan demikian tujuan kajian adalah menyajikan peta permasalahan baik sisi regulasi maupun praktik

penempatan dan perlindungan TKI Luar Negeri serta mengevaluasi kebijakan dan implementasi menyangkut

penempatan dan perlindungan TKI di luar Negeri

Kajian Evaluasi

Kebijakan

Evaluasi Kebijakan dan

Mekanisme Penempatan

dan Perlindungan TKI di

Luar Negeri

Ikut Membahas Pendek, 25

Juta

Komite III Prioritas

Prolegnas 2015

KOMITE III

Page 5: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

6 RUU Tentang Sistem

Perbukuan

Menyangkut perbukuan teridentifikasi situasi problematik berikut: 1) Minimnya perlindungan terhadap penulis,

termasuk aspek perjanjiannya; 2) etika penerbit yang seringkali melakukan jual beli buku pada satuan pendidikan

secara langsung; 3) Materi muatan yang kadang tidak sesuai dengan kebutuhan dan minimnya pengawasan dan

kontrol terhadap materi muatannya, seringkali ditemukannya buku-buku yang tidak layak di baca sesuai umur

terbit dan 4) dukungan pemerintah atas keberlangsungan penerbitan minim. Tujuan dari kajian adalah

mengidentifikasi persoalan sistem perbukuan selama ini dan memberikan penguatan kebijakan urgensi

pembentukan RUU tentang Sistem Perbukuan.

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan Sistem Perbukuan

di Indonesia

Memberi

Pertimbangan

Pendek, 25

Juta

Komite III Prioritas

Prolegnas 2015

7 RUU Tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan

Situasi problematis yang dihadapi di bidang tenaga kesehatan adalah realitas kebutuhan akan tenaga kesehatan

masih banyak di sisi lain distribusinya timpang. Selain itu, belum ada keseragaman ataupun jaminan memadai

kualitas tenaga kesehatan secara optimal. Meskipun ada UU yang mengatur terkait tenaga kesehatan secara

parsial, namun pada praktiknya masih belum dapat menyelesaikan persoalan ketimpangan dalam distribusi tenaga

kesehatan, kualitas tenaga kesehatan yang belum memenuhi standar dan kompetensi antar tenaga kesehatan

baik di tingkat nasional maupun daerah. Tujuan kajian adalah menemukenali persoalan ketimpangan tenaga

kesehatan baik dari jumlah, distribusi, mutu dan perlindungannya serta menyusun rekomendasi peluang

perbaikannya dalam RUU tentang Perubahan UU tentang Tenaga Kesehatan

Kajian Evaluasi

Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

mengenai kebutuhan

Tenaga Kesehatan di

Indonesia dan realitanya

Memberi

Pertimbangan

Pendek, 25

Juta

Komite III Long List 2015-

2019

8 RUU tentang Perubahan atas

UU Nomor 12 Tahun 2012

tentang Pendidikan Tinggi

Situasi problematis yang dihadapi kekinian adalah tuntutan terhadap perguruan tinggi yang semakin besar terkait

pemenuhan kualitas, sehingga biaya yang dibebankan kepada mahasiswa menjadi besar atau mahal. Selain itu,

Perguruan tinggi belum memiliki standar yang sama di masing-masing daerah. Dan juga belum adanya kolaborasi

yang maksimal antara perguruan tinggi dengan lembaga riset baik swasta maupun pemerintah. Tujuan kajian

adalah menemukenali secara komperhensif persoalan pendidikan tinggi serta peluang perbaikannya melalui

perubahan UU Pendidikan Tinggi.

Kajian Evaluasi

Kebijakan

Evaluasi kebijakan UU

Nomor 12 Tahun 2012

tentang Pendidikan Tinggi

pasca di tolaknya UU No. 9

Tahun 2009 tentang Badan

Hukum Pendidikan oleh MK

Memberi

Pertimbangan

Pendek, 25

Juta

Komite III Long List 2015-

2019

9 RUU Tentang Perubahan

Undang-Undang No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan

Situasi problematis yang dihadapi adalah fakta beberapa pasal yang yang ada di UU Ketenagakerjaan sudah

dibatalkan oleh MK. Selain itu, Adanya hubungan industrial yang belum seimbang antara buruh dan pengusaha

diantaranya terkait hak-hak buruh dan kewenangan pengusaha dalam mem-PHK buruh termasuk persoalan

outsourcing khususnya dari sisi pengaturan sanksi yang belum ada. Tujuan kajian adalah menemukenali

permasalahan ketenagakerjaan, mendesain gagasan perbaikan persoalan ketenagakerjaan dan menganalisis

peluang perubahan UU Ketenagakerjaan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan.

Policy Research Policy Research

Pengawasan

Ketenagakerjaan di

Indonesia

Ikut Membahas Pendek, 25

Juta

Komite III Long List 2015-

2019

10 RUU tentang Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan (Corporate

Social Responsibility )

Situasi problematis berkembang ketika perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial bagi lingkungan belum

diatur secara tegas dalam perundangan terkait tugas dan tanggung jawabnya. Mekanisme pengaturan

pelaksanaan tanggung jawab perusahaan dan bagaimana cakupan yang harus diatur dalam UU menjadi

permasalahan tersendiri. DI sisi lain, UU Perseroan Terbatas sangat terbatas mengatur mengenai CSR dan itupun

hanya bagi korporasi yang bergerak di bidang sumber daya alam. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi persoalan

CSR selama ini dan memberikan penguatan argumentasi menyangkut kebutuhan UU CSR serta materi muatan apa

saja yang diperlukan untuk diatur di dalam RUU CSR.

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan mengenai

tanggung jawab sosial

perusahaan

Ikut Membahas Pendek, 25

Juta

Komite III Long List 2015-

2019

Page 6: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

11 RUU Tentang tentang

Perlindungan Umat Beragama

Situasi problematis yang dihadapi menyiratkan adanya kompleksitas, tantangan dan masalah dalam

pengembangan kehidupan umat beragama yang beragam di Indonesia, namun di sisi lain minim upaya

perlindungan kepada agama yang diakui khususnya dari dimensi legal dan pengaturan legal interaksi antar umat

beragama. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi persoalan perlindungan umat beragama selama ini dan menggali

prospek peluang pengaturan UU perlindungan agama khususnya menyangkut materi muatan apa saja yang

prinsipil harus diatur di dalam UU Perlindungan Umat Beragama.

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan Perlindungan

Umat Beragama di

Indonesia

Ikut Membahas Pendek, 25

Juta

Komite III Long List 2015-

2019

12 RUU Tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Kebijakan pendidikan di Indonesia tengah dihadapkan pada situasi probelmatis. Pertama, Kurikulum 2013

diluncurkan dalam situasi kondisi dimana: 1) Penerapan yang tergesa-gesa dengan sosialisasi dan penguatan

kapasitas guru yang minim; 2) Tidak melalui tahapan evaluasi kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Kedua, menyangkut penyelenggaraan Ujian Nasional maka kebijakan Pemerintahan

Jokowi-Kalla hendak meletakkan fungsi UN pada hakikat sesungguhnya sebagai pemetaan mutu. Persoalannya,

regulasi belum diubah di mana UN masih menjadi bagian salah satu penentu kelulusan serta penerapannya masih

menimbulkan kebingungan di daerah. Tujuan kajian ini adalah untuk mendeskripsikan peta persoalan kurikulum

dan ujian nasional, serta menganalisis peluang perubahan UU Sisdiknas untuk memperbaiki penerapan kurikulum

2013 dan Ujian nasional.

Kajian Evaluasi

Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

Pelaksanaan Kurikulum

2013 dan Penyelenggaraan

Ujian Nasional

Ikut Membahas Pendek, 25

Juta

Komite III Long List 2015-

2019

Page 7: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

III

1 Pengkajian tentang Sistem

Lembaga Perwakilan Indonesia

Situasi Problematis: mekanisme checks and balances dalam lembaga perwakilan tidak optimal

Tujuan Kajian: memberikan dasar argumentasi mengenai perlunya menyempurnakan kedudukan dan

fungsi MPR-DPR-DPD sebagai lembaga perwakilan

Meta Study

Analysis

Meta Study analysis

Kedudukan, fungsi, dan

mekanisme hubungan ideal

antara MPR-DPR-DPD

Pembahas Utama Muda (Rp. 40

juta)

BPKK

2 Pengkajian tentang Pola Dasar

Pembangunan Nasional

Situasi Problematis: sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur melalui beberapa UU

terkait dipandang kurang terintegrasi.

Tujuan Kajian: memberikan dasar argumentasi mengenai perlunya payung hukum yang lebih tinggi

untuk mengatur pola dasar pembangunan nasional.

Meta Study

Analysis

Meta Study analysis

Reformulasi sistem

perencanaan pembangunan

nasional

Pembahas Utama Muda (Rp. 40

juta)

BPKK

Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (BPKK)

Page 8: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

IV

1 RUU tentang Wawasan

Nusantara

Budidaya rakyat suatu bangsa dalam membina dan meyelenggarakan tata hidup bangsa dan negara yang meliputi baik tata

negara (sistem pembinaan negara dan bangsa) maupun tata budaya (sistem pembinaan budi pekerti masyarakat bangsa), dan tata

hukum (sistem pembinaan hukum dan Peraturan Perundang-undangan), sebenarnya merupakam cermin dari Wawasan

Nusantara. Dengan demikian, Wawasan Nusantara merupakan paradigma suatu Bangsa dalam merancang seluruh aspek tatanan

hidup dan kehidupan dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional;

Bagi bangsa Indonesia pemikiran tentang Wawasan Nusantara, mula pertama terasa penting dan mendesak dalam rangka usaha

mengembangkan konsepsi Ketahanan Nasional. Oleh sebab itulah pengkajian dan pembahasan serta perumusan konsep-konsep

Wawasan Nusantara perlu mendapat penguatan dan kepastian hukum guna diimplementasikan dalam setiap ruang gerak

masyarakat, bangsa, dan negara guna mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD

1945;

Pembahasan dan pengkajian mengenai Wawasan Nusantara secara konseptual akan menunjukkan bahwa untuk dapat

menyelenggarakan dan meningkatkan kelangsungan hidup bangsa Indonesia memerlukan suatu konsepsi nasional yang

merupakan ajaran tentang Wawasan Nusantara. Ajaran inilah yang akan menjadi landasan dan pedoman kebijakan nasional

disegala segi kehidupan, yang lebih jelas terumuskan dari apa yang bersifat asas-asas filosofis dalam kelima sila Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 serta tidak kalah pentingnya adalah jiwa yang terkandung dalam lambang Bhinneka Tunggal Ika;

Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya sebenarnya pernah

dirumuskan dalam konteks hukum dan Peraturan Perundang-undangan ketika UUD 1945 belum diamandemen. Konsepsi

Wawasan Nusantara pada waktu itu telah diterima dan dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik

ketatanegaraan melalui Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 dan dinyatakan kembali dalam Tap MPR Nomor IV/MPR/1978, serta

yang terakjir dalam Tap MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;

Setelah proses tahapan amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 (empat) pasca reformasi 1998 kewenangan MPR untuk

menetapkan GBHN telah dipangkas, sehingga konsepsi Wawasan Nusantara tersebut menjadi tidak jelas perumusannya dalam

produk hukum sehingga implementasinya tidak memiliki kekuatan hukum. Hal ini tentu mengakibatkan Konsepsi Wawasan

Nusantara yang masih relevan dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional menjadi tidak jelas lagi keberadaannya.

Suatu bangsa akan mengalami kegagalan manakala tidak memiliki wawasan dalam bersikap dan bertindak. Oleh sebab itu

perumusan dan/atau pembentukan RUU tentang Wawasan Nusantara yang menjadi relevan untuk segera dilaksanakan.

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan (Policy

Background Paper)

Wawasan Nusantara

dalam dimensi Hukum

dan politik

Pembahas Utama Muda 40

juta

PPUU PPUU

2 RUU Perubahan atas Undang-

Undang No. 12 Tahun 2012

tentang Sistem Budidaya

Tanaman/Long List 2015-2019/

Pengaturan tentang

pelaksanaan Pembudidayaan

dan Pemuliaan Tanaman yang

dilakukan oleh Petani

UU No. 12 tahun 1992 dibentuk untuk mengatur budidaya tanaman agar produk komoditas pertanian

yang dihasilkan berkualitas yang memiliki daya saing dan mampu meningkatkan peranan pemasukan

sektor pertanian terhadap pendapatan negara.

Adanya krisis pangan global, alih fungsi lahan produktif dan beredarnya bermacam jenis pestisida dan

pupuk buatan menjadi salah satu penghambat pelaksanaan budidaya tanaman. Dalam undang-undang

ini belum mengatur kadar penggunaan pestisida dan pupuk kimia terutama masalah batasan

penggunaannya. Selain itu, perubahan iklim yang sangat menentukan produksi tanaman juga belum

diakomodasi dalam undang-undang ini. Perkembangan teknologi, budaya, dan pembentukan beberapa

undang-undang yang baru sangat mempengaruhi tingkat efektivitas dan aplikasi UU No 12 tahun 1992.

Undang-undang ini dirasa sudah tidak aplikatif sehingga harus segera dilakukan perubahan karena

penerapannya sudah tidak mendukung dan efektif bagi pelaksanaan budidaya tanaman.

Analisis

Legal/Legal

Analysis

Analisis Legal/Legal Analysis

Putusan Mahkamah

Konstitusi No.99/PUU-

X/2012 tentang Pengujian

UU No.12 Tahun 1992

tentang sistem Budidaya

Tanaman terhadap UUD NRI

tahun 1945

Ikut Membahas RUU

bersama dengan

DPR dan

Pemerintah

Muda 40

juta

PPUU

PUSAT PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN INFORMASI HUKUM PUSAT-DAERAH (LAW CENTER ) DPD RI

Page 9: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

3 RUU tentang

Perkoperasian/Kumulatif

terbuka/Pengaturan tentang

Perkoperasian terutama

kaitannya dengan telah

dikeluarkannya Putusan MK

No.28/PUU-XI/2012

Permasalahan utama dari UU No 17 Tahun 2012 yang menjadi landasan MK membatalkannya yakni

frasa koperasi adalah “badan hukum” bertentangan dengan tujuan negara untuk memajukan

kesejahteraan umum, jaminan kepastian hukum, asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Bahwa

pengertian “Koperasi adalah Badan Hukum” sesungguhnya hanya kontinum dari pengertian UU No 25

Tahun 1992 yang berlaku sebelumnya yang menyebut pengertian koperasi sebagai “Badan Usaha”.

Koperasi bukanlah Badan Hukum atau Badan Usaha, tapi Koperasi adalah perkumpulan otonom dari

orang-orang dan/atau organisasi rakyat.

Definisi koperasi tersebut juga selaras dengan gerakan koperasi dunia, International Co-operative

Alliance (ICA). Sebab itu, koperasi adalah suatu sistem ekonomi yang bermuatan sosial.

Sebagai suatu sistem ekonomi sosial, koperasi terbangun dari bottom up process kelembagaan

ekonomi, sehingga Koperasi menjadi instrumen kesejahteraan pada kebijakan pro growth, pro poor,

pro job dan pro green atas hasil usaha para anggotanya.

Analisis

Legal/Legal

Analysis

Analisis Legal/Legal Analysis

Putusan Mahkamah

Konstitusi No.28/PUU-

XI/2013tentang Pengujian

Undang-Undang No.17

Tahun 2012 tentang

Perkoperasian

Ikut Membahas RUU

bersama dengan

DPR dan

Pemerintah

Muda 40

juta

PPUU

4 RUU tentang Pemerintahan

Daerah/ Prioritas Tahun

2015/ Pengaturan tentang

pelaksanaan fungsi dan

tugas Pemerintahan

Daerah.

Saat ini otonomi daerah telah menjadi prinsip dasar dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah.

Prinsip-prinsip tersebut tentunya bertujuan untuk menjadikan pemerintahan daerah yang lebih baik,

transparan, dan akuntabel dalam kerangka penciptaan good governance. Pengaturan tentang

Pemerintahan Daerah yang mengedepankan prinsip pelaksanaan otonomi daerah telah dituangkan

dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah namun dalam perjalanannya dengan

masih terlalu kompleksnya pengarturan tentang pemerintahan daerah dalam UU tersebut maka

pengaturan tentang Pilkada, Desa, serta Masyarakat Hukum Adat yang semula menjadi bagian dari UU

Nomo 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dipecah menjadi UU terpisah untuk kemudian UU

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dibentuk dengan memuat materi-materi yang

terkait dengan pelaksanaan pemerintahan di daerah yang salah satunya mengatur tentang pembagian

urusan pemerintah pusat dan urusan pemerintah daerah. Dalam hal tersebut tentunya keberadaan

Dewan Perwakilan Daeraah (DPD) sebagai lembaga representasi daerah memiliki peran penting

terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip otonomi yang tercantum dalam UU tentang Pemerintah Daerah

apakah dapat berjalan secara seksama dan merata di tiap daerah atau justru mengerdilkan serta

meminimalisir peran daerah dalam pelaksanaannya.

Legal analysis Legal Analysis terhadap

Kebijakan Pemerintahan

Daerah

Ikut Membahas RUU

bersama dengan

DPR dan

Pemerintah

Muda 40

juta

Komite I Kajian

Eksaminiasi UU

tentang

Pemerintahan

Daerah

diharapkan dapat

memperjelas

tugas dan fungsi

pemerintahan

daerah dalam

pelaksanaan

otonomi daerah

yang merupakan

objek dari kajian

ini sehingga

dapat berguna

bagi DPD dalam

konteks

pelaksanaan

fungsi dan

tugasnya sebagai

lembaga

Page 10: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

5 RUU tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan dan

Pembudidaya Ikan/ Prioritas

Tahun 2015/ Pengaturan

tentang perlindungan dan

pemberdayaan Nelayan serta

pembudidaya Ikan.

Pemberdayaan potensi laut dewasa ini sudah mulai melibatkan unsur-unsur teknologi. Pemberdayaan potensi yang

dilakukan secara tradisional sudah mulai tergerus dengan keberadaan teknologi-teknologi tersebut. Kondisi dimana

nelayan-nelayan di Indonesia serta pembudidaya ikan yang masih melaksanakan fungsiya dengan hanya

menggunakan cara-cara tradisional otomatis menjadi tersingkirkan dengan sendirinya. Kondisi ini yang kemudian

perlu untuk dipetakan lebih lanjut agar keberadaan serta pelaksanaan pemberdayaan terhadap nelayan dapat

dilaksanakan sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Analisis

Legal/Legal

Analysis

Analisis Legal/Legal

Analysis Perlindungan

dan Pemberdayaan

Nelayan dan

Pembudidaya Ikan

Ikut Membahas RUU

bersama dengan

DPR dan

Pemerintah

Muda 40

juta

Komite II Pelaksanaan

kajian tentang

Kodifikasi Hukum

yang terkait

dengan RUU

tentang

Perlindungan dan

Pemberdayaan

Nelayan dan

Pembudidaya

Ikan tentunya

diperlukan

sebagai bahan

dukungan data

dan teoritis

terhadap

keberadaan

pengaturan

hukum yang

terkait dengan

Perlindungan dan

Pemberdayaan

Nelayan dan

Pembudidaya

Ikan yang telah

terlebih dahulu

6 RUU tentang Perubahan Atas UU

Nomor

Penempatan Dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia Di Luar

Negeri/ Long List 2015-2019/

Perubahan atas UU Nomor 39

Tahun 2004 tentang Penempatan

dan Perlindungan TKI di Luar

Negeri yang masih belum

maksimal menjamin pelaksanaan

perlindungan para TKI di luar

negeri.

Pelaksanaan perlindungan tenaga kerja di Indonesia dirasakan masih belum secara maksimal

dilaksanakan. Masih ditemukannya cara-cara kekerasan bagi tenaga kerja di Indonesia menandakan

masih belum terjaminnya pelaksanaan perlindungan bagi tenaga kerja. Keberadaan hukum normatif

yang ada saat ini masih saja berkutat terhadap pengaturan tentang hak dan kewajiban tenaga kerja.

Pengaturan tentang penciptaan sumber daya manusia yang handal serta pelaksanaan perlindungan

tidak secara penuh diatur dalam pengaturan hukum-hukum normatif tersebut. Terutama yang terkait

dengan perlindungan dan peningkatan mutu serta kualitas tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang

asih dirsakan sangat kurang dan belum terlaksana secara komprehensif.

Meta Study

Analysis

Meta Study Legal

analysis Undang-Undang

tentang Ketenagakerjaan

Ikut Membahas RUU

bersama dengan

DPR dan

Pemerintah

Muda 40

juta

Komite III Carut marut

pelaksanaan

pengaturan

ketenagakerjaan

di Indonesia

secara tidak

langsung dapat

memberikan

dampak bagi

pelaksanaan

pembangunan

nasional.

Pembentukan

hukum yang

secara

komprehensif

mengatur tentang

hak dan

kewajiban tenaga

kerja di Indonesia

dirasakan masih

perlu dielaborasi

dalam rangka

menciptakan

hukum yang

dapat memberi

jaminan bagi

tenaga kerja di

Indonesia.

Page 11: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

7 RUU tentang Perubahan

Atas Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014

tentang MPR, DPR, DPD,

dan DPRD / RUU tentang

DPD.

UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) telah menjelaskan lebih lanjut mengenai pelaksanaan

fungsi, tugas dan kewenangan DPD, namun beberapa ketentuan yang tercantum dalam UU MD3 dinilai belum secara maksimal

mengejahwantahkan kewenangan DPD sebagaimana UUD 1945 hal ini diperkuat dengan adanya Putusan MK Nomor 92/PUU-

X/2012 yang telah mengembalikan kewenangan DPD dalam pemenuhan fungsi legislasinya sebagaimana diatur dalam UUD 1945.

Namun demikian, UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (UU MD3) yang terbit pasca Putusan Mahkamah

Konstitusi dan menggantikan UU No. 27 Tahun 2009, tetap saja memuat ketentuan Pasal-pasal yang mereduksi, menegasikan,

bahkan mengikis kewenangan konstitusional sebagaimana telah ditegaskan oleh Mahkamah Konstitusi tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa pembentuk UU MD3 nyata-nyata tidak menghargai putusan Mahkamah Konstitusi No. 92/PUU-X/2012

tersebut. Kondisi yang demikian ini jelas-jelas tidak memberikan teladan bagi rakyat Indonesia dalam melaksanakan penegakan

hukum, karena justru Lembaga Negara setingkat pembentuk UU juga tidak mengindahkan keputusan lembaga yang diberi

kewenangan konstitusi untuk memutuskan permohonan pengujian UU terhadap UUD 1945, yakni Mahkamah Konstitusi.

Berdasarkan Putusan MK tersebut, DPD berpandangan perlunya dilakukan penyesuaian dan perubahan terhadap UU MD3

terutama kaitannya dengan pelaksanaan kewenangan kelembagaan DPD serta mekanisme pelaksanaan pembahasan legislasi

yang konstitusional.

Disisi lain, DPD juga berpandangan bahwa pengaturan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas serta kewenangan DPR,

DPD, dan DPRD harus diatur melalui undang-undang yang terpisah. Hal ini sejalan dengan Pasal 22C Ayat (4) jo Pasal 19 Ayat

(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Susunan dan Kedudukan DPD diatur dengan undang-undang. Makna kata “dengan”

dapat diasumsikan bahwa pengaturan tengtang susunan dan kedudukan DPD diatur dalam ketentuan undang-undang sendiri.

Begitupun dengan DPR sebagaimana Pasal 19 Ayat (2) UUD 1945.

Adapun tujuan penyusunan RUU Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2014 tentang MD3, adalah:

1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi oleh DPD sebagai lembaga perwakilan daerah dalam proses legislasi khususnya

dalam rangka mengemban visi dan misi memperjuangkan kepentingan daerah dalam penentuan kebijakan nasional;

2) Merumuskan permasalahan hukum yang terkait dengan penentuan norma-norma hukum kewenangan DPD sebagaimana telah

ditegaskan dalam UUD 1945 yang kemudian didelegasikan ke undang-undang pelaksanaannya, yaini UU MD3;

3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan Rancangan Undang-undang tentang

Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; dan

4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan dalam Rancangan

Undang-Undang Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Analisis Legal Analisis Legal Pasal-

Pasal Pelaksanaan tugas

dan fungsi DPD-RI untuk

Penyempurnaan Undang-

Undang Nomor 17 Tahun

2014 tentang MD3

Ikut Membahas

RUU bersama

dengan DPR dan

Pemerintah

Muda 40

juta

PANSUS

Page 12: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

8 RUU tentang Perubahan Atas

UU Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-

undangan/ Kumulatif Terbuka/

Perubahan tentang tata cara

pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang

sesuai dengan amanat

Konstitusi (memuat materi

Putusan MK No. 92/PUU-

X/2012)

Indonesia adalah negara hukum. Ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tersebut merupakan kehendak rakyat (volonte generale) tertinggi bangsa Indonesia yang

dijadikan hukum dasar dalam penyelenggaraan ketatanegaraan Indonesia. Pilar utama dalam

mewujudkan prinsip negara hukum adalah pembentukan peraturan perundang-undangan dan penataan

kelembagaan negara. Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu syarat

dalam rangka pembangunan hukum nasional yang hanya dapat terwujud apabila didukung oleh cara

dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat

peraturan perundang-undangan.

Ada dua macam strategi pembangunan hukum yang akhirnya sekaligus berimplikasi pada karakter

produk hukumnya yaitu pembangunan hukum “ortodoks” dan pembangunan hukum “responsif”. Pada

strategi pembangunan hukum ortodoks, peranan lembaga-lembaga negara (pemerintah dan parlemen)

sangat dominan dalam menentukan arah perkembangan hukum sehingga lebih bersifat positivis-

instrumentalis, yaitu menjadi alat yang ampuh bagi pelaksanaan ideologi dan program negara.

Sedangkan dalam strategi pembangunan hukum responsif, lebih menghasilkan hukum yang bersifat

tanggap terhadap tuntutan-tuntutan berbagai kelompok sosial dan individu dalam masyarakat.

Situasi ini yang kemudian dilandasi untuk dapat memnemukan konsep penyusunan undang-undang

yang sesuai dengan sistem ketatanegaraan serta keberadaan lembaga perwakilan (parlemen) sebagai

pemegang mandat pembentuk undang-undang.

Analisis Legal Analisis legal Eksaminasi

Hukum Tentang Putusan

Mahkamah Konstitusi

No.92/PUU-X/2012

Terhadap Undang-

Undang No.12 Tahun

2011 Tentang

Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan

Ikut Membahas

RUU bersama

dengan DPR dan

Pemerintah

Muda 40

juta

PPUU

9 RUU tentang Perlindungan dan

Pengakuan Hak Masyarakat

Adat/ Loang List 2015-2019/

Pengaturan tentang

perlindungan terhadap

Masyarakat Hukum Adat

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku-bangsa yang pada masing-masing entitas suku-

bangsa tersebut terdapat komunitas-komunitas yang mempunyai tata kelola sendiri dalam mengatur

kehidupan politk, ekonomi, sosial, dan budaya; yang disebut dengan kesatuan masyarakat hukum adat.

Keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat ini diakui dan dihormati dalam Undang-Undang Dasar

Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa “Negara mengakui dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionilnya sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur

dalam Undang-undang”.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis Potensi

Hukum Adat dalam

Pelaksanaan Pembangunan

Hukum Nasional

Pembahas Utama Muda 40

juta

Komite I Potensi

Masyarakat

Hukum Adat yang

beragam di

Indonesia

menjadi potensi

bagi pelaksanaan

pembentukan

hukum dalam

rangka

penciptaan

hukum yang

sesuai dengan

kehidupan sosial

masyarakat

Indonesia.

Page 13: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

10 RUU tentang Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah/

Prioritas Tahun 2015/

Pengaturan tentang

pemaksimalan potensi daerah

dalam peningkatan PAD

Pelaksanaan otonomi daerah yang saat ini dilaksanakan telah membawa daerah pada kemandirian

untuk memajukan pembangunan. Kemandirian tersebut tentunya memposisikan pemerintah daerah

menjadi ujung tombak dalam memenuhi kesejahteraan masyarakatnya. Sudah barang tentu makin

baiknya pelaksanaan pemerintahan di daerah berarti makin besarnya pendapatan yang diterima oleh

daerah guna mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah tersebut. Namun di sisi lain, masih

terdapat daerah yang belum secara maksimal memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki.

Pemaksimalan potensi terebut tentunya harus didukungan dengan sumber daya manusia yang

mumpuni dan dilengkapi dengan kajian-kajian yang dapat memberikan solusi bagi pemaksimalan

potensi daerah dalam meningkatkan sumber-sumber pendapatan daerahnya.

Meta Study

Legal Alysis

Meta Study Legal

Analysis Kebijakan PAD

dalam rangka otonomi

daerah

Ikut Membahas

RUU bersama

dengan DPR dan

Pemerintah

Muda 40

juta

Komite IV Peran dan fungsi

DPD sebagai

lembaga perwakilan

daerah tentunya

memiliki posisi

penting bagi

pelaksanaan

peningkatan

pendapatan asli

daerah utamanya

dalam kerangka

pembentukan

kebijakan yang

berkaitan dengan

hal tersebut.

Dengan

tercantumnya RUU

tentang

Peningkatan

Pendapatan Asli

Daerah dalam

Prioritas Prolegnas

Tahun 2015

tentunya DPD harus

dapat menjadi

fasilitator bagi

daerah dalam

perumusan RUU

tersebut. Dengan

demikian melalui

kajian ini, DPD

dapat secara

komprehensif

mengawal

pembahasan RUU

tersebut agar

sesuai dengan

kondisi dan

keinginan

V Badan Kerjasama Parlemen (BKSP)

Page 14: DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS ... · No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

1 Peran DPD RI dalam

memfasilitasi daerah untuk

mendapatkan manfaat dari

implementasi Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Masalah :

1. Masyarakat di sebagain besar provinsi di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui seluk beluk MEA

2. Terdapat kesenjangan kemampuan antara Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya maupun

antar daerah Indonesia sendiri

3. Indonesia perlu memanfaatkan keunggulan kompetitif-nya pada sektor-sektor tertentu yang perlu

dijadikan leverage agar dapat berperan serta secara aktif, secara setara.

Tujuan :

1. Memanfaatkan peluang bagi daerah untuk memasarkan produknya keberbagai negara dan secara

maksimal gencar mendatangkan investasi ke daerahnya.

2. Meminimalisir ancaman aliran barang dan jasa dari negara-negara ASEAN secara optimal.

Meta Studi Meta Studi Kesiapan

Daerah dalam Menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN

2015

1. Kajian terkait

dengan tugas

DPD RI dalam

memfasilitasi

segala upaya

promosi

penanaman modal

daerah dengan

investor asing.

2. Hasil kajian

akan bermanfaat

bagi DPD RI untuk

menjadi pedoman

memfasilitasi

daerah dalam

hubungan

kerjasama dengan

negara sahabat

baik regional

maupun

internasional.

Madya 60

juta

BKSP DPD RI

2 Peran Anggota DPD RI dalam

Pemanfaatan Kerjasama Luar

Negeri Khususnya dalam

Perjanjian Sister City

Masalah :

1. Perlu pemanfaatan konkrit dari berbagai kerjasama

2. Potensi setiap daerah yang terkait perlu didalami pemanfaatannya

3. Perlu dipikirkan pemanfaatan kerjasama tersebut dalam konteks pembangunan dan sumber daya

manusia.

Tujuan :

1. Optimalisasi peran DPD RI dalam melakukan kerjasama luar negeri baik yang bersifat bilateral,

multilateral maupun internasional dan kemanfaatannya bagi daerah.

Meta Studi Meta Studi Peran Anggota

DPD dalam Mendorong

Smart and Sister City

1. Realisasi peran

dan fungsi DPD RI

dalam berperan

kontributif bagi

kepentingan

bangsa Indonesia

sesuai Tatib.

2. Hasil Kajian

dapat dan perlu

diimplementasikan

oleh seluruh pihak

terkait.

Madya 60

juta

BKSP DPD RI