draft rencana pembangunan jangka menengah kota bogor

113
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan balk oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Peraturan ini merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan pemerintahan di Pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, e sien, efektif, akuntab partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan. Adapun Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Merujuk kepada peraturan di atas, dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Masa bakti Walikota/WakilWalikota periode 2010-2014 telah berakhir pada tahun 2014 dan selanjutnya Walikota dan Wakil Walikota terpilih akan menyusun RPJMD dengan kurun waktu 2015-2019 yang penetapannya paling lambat 6 (enam) bulan setelah pelantikan, sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat ( Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Penyusunan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 dilakukan melalui berbagai tahapan analisis data dan informasi hasil pembangunan, serta penelaahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bogor Tahun 2005 - 2025. 1.2.Maksud dan Tujuan 1

Upload: impun-ritonga

Post on 09-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bogor

TRANSCRIPT

DRAFT BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan balk oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Peraturan ini merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan pemerintahan di Pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan. Adapun Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Merujuk kepada peraturan di atas, dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Masa bakti Walikota/Wakil Walikota periode 2010-2014 telah berakhir pada tahun 2014 dan selanjutnya Walikota dan Wakil Walikota terpilih akan menyusun RPJMD dengan kurun waktu 2015-2019 yang penetapannya paling lambat 6 (enam) bulan setelah pelantikan, sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Penyusunan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 dilakukan melalui berbagai tahapan analisis data dan informasi hasil pembangunan, serta penelaahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bogor Tahun 2005 - 2025.

1.2.Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 adalah menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode lima tahun, yang memuat visi, misi Kepala Daerah, arah kebijakan, strategi dan program pembangunan.

Tujuan penyusunan RPJMD Kota Bogor adalah :

1. Menetapkan visi, misi, dan program pembangunan daerah jangka menengah;2. Menetapkan pedoman untuk penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) OPD, dan perencanaan penganggaran;3. Menetapkan pedoman untuk penyusunan RPJMD dan RKPD serta perencanaan penganggaran Kota Bogor;4. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta dengan Provinsi yang berbatasan.

1.3. Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum penyusunan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 adalah :

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah di ubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor12Tahun2008tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);3. Undang-Undang Nomor 33Tahun2004tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);7. Peraturan Pemerintah Nomor57Tahun2005tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);9. Peraturan Pernerintah Nomor 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);13. Peraturan Pemerintah Nomor8Tahun2008tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);15. Peraturan Presiden Nomor5 Tahun2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 - 2014;16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;17. Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Bogor Tahun 2005-2025;

18. Peraturan Gubernur Kota Bogor Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 79 Seri E).

19. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2007 Nomor 7 Seri E);

20. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1, Seri E);

21. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2011 Seri E);

22. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor Tahun 2010-2014 (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 3, Seri E)1.4.Hubungan Antar Dokumen

RPJMD Kota Bogor Tahun2015 2019 memiliki keterkaitan dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya sebagai berikut:

1. RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 berpedoman pada Undang Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang - Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.2. RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 berpedoman pada RPJPD 2005-2025 dan memperhatikan RPJMN Tahun 2010 - 2014, dan mempertimbangkan asas keberlanjutan dengan program - program pembangunan sebagaimana dimuat dalam RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019.3. RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 mempertimbangkan arah pembangunan kewilayahan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor (Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat (Peraturan Daerah Propinsi Nomor 22 Tahun 2010).4. RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Dacrah.

1.5.Sistematika Dokumen RPJMD

Sistematika penulisan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019 terdiridari 11 (sebelas) bab sebagai berikut:

Bab I

PendahuIuan

1.1Latar Belakang

1.2Maksud dan Tujuan

1.3Dasar Hukum Penyusunan

1.4Hubungan Antar Dokumen

1.5Sistematika Dokumen RPJMD

Bab 11Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1Aspek Geografi dan Demografi

2.2Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.3Aspek Pelayanan Umum

2.4Aspek Dayasaing Daerah

Bab IIIGambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

3.1Kinerja Keuangan Tahun 2010-20143.2Kebijakan Pengelolaan Keuangan Tahun 2010-20143.3Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Tahun 2015-2019Bab IVAnalisis Isu-Isu Strategis

4.1Permasalahan Pembangunan

4.2Isu Strategis4.3Analisa SWOT

Bab V

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

5.1Tujuan dan Sasaran pembangunan

5.2 Keterkaitan Visi dan Misi dengan Urusan Wajin dan

Urusan Pilihan Bab VIStrategi dan Arah Kebijakan Pembangunan DaerahBab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah 2015-20197.1Kebijakan Umum 2015-2019Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan

Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah

Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

Bab XI Penutup

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi2.1.1. Kondisi Geografis DaerahSecara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 4330BT-106 derajat 5100BT dan 3030 LS-6 derajat 4100 LS, atau kurang lebih 60 Km ke arah Selatan ibukota Jakarta, dengan luas wilayahnya mencapai 118.50 Km2, terbagi atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dengan batas-batas : Sebelah Utara:Berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong, Kecamatan Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.

Sebelah Timur:Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.

Sebelah Barat:Kecamatan Darmaga, Kecamatan Kemang dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

Sebelah Selatan: Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

Kota Bogor merupakan kota yang sangat strategis karena berada di tengahtengah Kabupaten Bogor. Kota Bogor mempunyai wilayah dengan kontur berbukit dan bergelombang dengan ketinggian bervariasi antara 190 m s/d 350 m di atas permukaan laut. Seluas 1.763,94 Ha merupakan lahan datar dengan kemiringan berkisar 0-2%, seluas 891,27 Ha merupakan lahan landai dengan kemiringan berkisar 2-15%, seluas 109,89 Ha merupakan lahan agak curam dengan kemiringan 15-125%, seluas 764,96 Ha merupakan lahan curam dengan kemiringan 25-40%, dan lahan sangat curam seluas 119,94 Ha dengan kemiringan lebih dari 40%.

Berdasarkan hasil foto udara diketahui sebagian dari total wilayah Kota Bogor merupakan kawasan yang sudah terbangun, kecuali di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Area terbangun paling luas berada di wilayah Kecamatan Bogor Tengah.

Untuk pemanfaatannya, 4.151,69 hektar atau 35,48% lahan Kota Bogor sudah menjadi kawasan pemukiman. Sedangkan sisanya dipergunakan antara lain untuk lahan pertanian seluas 2.112,72 hektar (18,6%), lahan industri 92,59 hektar (0,79%), perdagangan dan jasa 81,02 hektar (0,69%). Lahan lainya masih berupa hutan kota seluas 129,74 hektar (1,11%), taman dan lapangan olahraga 264 hektar (2,25%), serta kuburan 134,64 hektar (1,15%), sungai dan situ 138,99 hektar (1,19%). Udara di Kota Bogor cukup sejuk dengan suhu tiap bulan rata-rata mencapai 250C, dengan suhu terendah 21,40C dan suhu tertinggi 33,10 C. Suhu seperti itu antara lain dipengaruhi guyuran hujan dengan intensitas rata-rata antara 3.500 sampai 4.000 mm per tahun, dan curah hujan bulanan berkisar antara 250-800 mm dengan rata-rata hujan 21 hari per bulan dan kelembaban udara 70%. Sedangkan kecepatan angin rata-rata per tahun 2 Km/jam dengan arah Timur Laut.

Kualitas udara Kota Bogor secara keseluruhan dapat dikatakan baik atau sehat. Beberapa parameter kualitas udara Kota Bogor relatif tidak membahayakan lingkungan, karena gas-gas dan partikulat tersuspensi yang dihasilkan, pada umumnya masih di bawah ambang batas baku mutu udara ambien. Namun kadar debu dan tingkat kebisingan pada beberapa lokasi masih berada di atas persyaratan ambang batas yang ditentukan.

Untuk kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota Bogor kurang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Hal itu disebabkan beberapa unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan jumlah total coliform dalam air sungai, melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga terdapat pada air situ yang umumnya berkualitas di bawah persyaratan baku mutu. Sedangkan air sumur penduduk, nilai PH-nya cenderung fluktuatif, dan di beberapa lokasi kandungan detergen dan bakteri koli sedikit diatas kriteria yang disyaratkan. 2.1.2. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kota Bogor berdasarkan sensus Penduduk tahun 2010 mencapai 950.334 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk mencapai 2,70%, tahun 2011 jumlah penduduk Kota Bogor berjumlah .. jiwa. Sedangkan untuk tahun 2012 jumlah penduduk sebesar 1.004.831 Jiwa dan tahun 2013 jumlah penduduk Kota Bogor diproyeksikan sebanyak 1.023.923 dengan Kepadatan penduduk mencapai 8.606 jiwa/ km2.Berdasarkan perkembangan penduduk sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 penduduk Kota Bogor terus mengalami kenaikan dari 855.085 jiwa pada tahun 2005 menjadi 967.398 jiwa pada tahun 2011 dengan sebaran penduduk perkecamatan tertinggi berada di Kecamatan Bogor Bogor Barat sebesar 214.826 jiwa; disusul oleh Kecamatan Tanah sareal sebesar 195.742 jiwa dan Kecamatan Bogor Selatan sebesar 184.336 jiwa. Sedangkan jumlah jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Bogor Timur sebesar 96.617 jiwa. Adapun perkembangan penduduk tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2.1, dan sebaran penduduk pada tahun 2011 tiap Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2Tabel 2.1Perkembangan Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2011TahunLaki-lakiPerempuanTotal

2005431.862423.223855.085

2006444.508434.630879.138

2007457.717447.415905.132

2008476.476465.728942.204

2009481.559464.645946.204

2010484.791465.543950.334

2011493.761473.637967.398

Sumber : Data Sosial Ekonomi Dasar 2012Tabel 2.2

Sebaran Penduduk Kota Bogor Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011

NoKecamatanLaki-lakiPerempuanTotal

1Bogor Barat109.446105.380214.826

2Bogor Timur49.13547.48296.617

3Bogor Tengah51.74350.402102.145

4Bogor Utara88.75484.978173.732

5Bogor Selatan95.00389.333184.336

6Tanah Sareal99.68096.062195.742

Kota Bogor493.761473.637967.398

Sumber : Data Sosial Ekonomi Dasar 2012

2.1.3. Potensi pengembangan wilayah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor Tahun 2009 - 2029, wilayah Kota Bogor terbagi ke dalam 5 (lima) Wilayah Pengembangan (WP), yaitu WP A wilayah Kecamatan Bogor Bogor Tengah, WP B wilayah Kecamatan Bogor Barat, WP, C Wilayah Kecamatan Tanah sareal, WP D, wilayah Kecamatan Bogor Utara dan WP.E Wilayah Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Bogor Timur, dengan potensi masing-masing wilayah adalah :1. Wilayah Pelayanan (WP) A, meliputi Kecamatan Bogor Tangah sebagai lokasi pusat kota : Kebun raya dan sekitarnya;

2. Wilayah Pelayanan (WP) B, meliputi Kecamatan Bogor Barat sebagai pusat pengembangan dikawasan bubulak;

3. Wilayah Pelayanan (WP) C, meliputi Kecamatan Tanah Sareal; sebagai pusat pengembangan kawasan yasmin pasar TU Kemang.4. Wilayah Pelayanan (WP) D, meliputi Kecamatan Bogor Utara sebagai pusat pengembangan kawasan BORR Kedunghalang Sentul dan Warung Jambu;

5. Wilayah Pelayanan (WP) E, meliputi Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Bogor Selatan sebagai pusat pengembangan dikawasan Tajur R3, Inner Ring Road.2.1.4. Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan hasil pemutakhiran data daerah rawan bencana yang dilaksanakan di wilayah Kota Bogor telah terdeteksi daerah rawan bencana, adalah sebagai berikut :

1. Daerah rawan bencana longsor telah terdeteksi di Kota Bogor sebanyak 507 lokasi, dengan kriteria/kategori :

a. Kategori berat sebanyak 169 lokasi

b. Kategori sedang sebanyak 232 lokasi

c. Kategori ringan sebanyak 106 lokasi

2. Daerah rawan bencana banjir telah terdeteksi di Kota Bogor sebanyak 164 lokasi, dengan kriteria/kategori :

a. Kategori berat sebanyak 52 lokasi

b. Kategori sedang sebanyak 75 lokasi

c. Kategori ringan sebanyak 37 lokasi

3. Daerah rawan bencana kebakaran telah terdeteksi di Kota Bogor sebanyak 280 lokasi, dengan kriteria/kategori :

a. Kategori berat sebanyak 91 lokasi

b. Kategori sedang sebanyak 131 lokasi

c. Kategori ringan sebanyak 58 lokasi

Secara lengkap daerah rawan bencana di Kota Bogor dapat tergambar pada table 2.3 sebagai berikut :Tabel 2.3

Deteksi Daerah Rawan Bencana di Kota Bogor

NOLOKASI / KECAMATANDeteksi Daerah Rawan Bencana

LongsorBanjirKebakaran

BSRBSRBSR

1 Bogor Barat635651129516403

2 Bogor Tengah1639302218361

3 Bogor Timur22161716127433217

4 Bogor Utara614259621131436

5 Bogor Selatan4290490230081

6 Tanah Sareal201771632110

JUMLAH1692321065275379113158

TOTAL507164280

Keterangan :

a. B: Berat

b. S: Sedang

c. R: Ringan

2.2.Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Pembangunan daerah di Kota Bogor difokuskan pada pemerataan ekonomi dan kualitas masyarakat di bidang sosial. Fokus pemerataan ekonomi dilihat dari indeks daya beli, pemerataan pendapatan, dan PDRB Perkapita. Ditinjau Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Kota Bogor tahun 2012 secara umum seluruh Sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 11,82% dibanding tahun 2011, yaitu dari Rp.15.487.433,93 (juta) menjadi Rp.17.318.369,94 (juta) di tahun 2012.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 mengalami pertumbuhan sebesar 6,20% dari Rp.5.252.733,26 (juta) di tahun 2011 menjadi Rp.5.368.227,44 (juta) pada tahun 2012. Keadaan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dalam kurun waktu 2008 sampai dengan tahun 2012 disajikan pada tabel 2.4. berikut.

Tabel 2.4PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2008 2012 ( Jutaan Rupiah )NoTahunPDRB Atas Dasar Harga

BerlakuPDRB Atas Dasar Harga

Konstan

1200810.089.943,964.252.484,58

2200912.788.577,554.843.492,08

3201014.635.801,285.035.528,94

4201116.009.185,425.252.732,26

52012*17.543.542,535.462.729,53

Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2012

Memperhatikan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp.10.089.943,96 juta di tahun 2008 meningkat menjadi Rp.17.318.369,94 juta di tahun 2012 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pun mengalami peningkatan dari Rp.4.252.484,58 juta pada tahun 2008 menjadi Rp.5.394.161,34 juta di tahun 2012, hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun ini telah terjadi peningkatan riil yang cukup signifikan sehingga peningkatan yang terjadi bukan hanya karena faktor kenaikan harga ataupun inflasi tapi juga merupakan peningkatan kapasitas produksi sektoral.

1. Kesejahteraan Sosial

Aspek pembangunan masyarakat pada bidang sosial diukur dengan melihat Angka Melek Huruf, Angka Partisipasi Sekolah, Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi , Keadaan kesehatan gizi masyarakat, sarana prasarana kesenian, jumlah klub olahraga, serta masalah ketenagakerjaan.

Dengan berbagai program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada Tahun 2012 terdapat peningkatan angka melek huruf naik sebesar 98,83%, angka rata-rata lama sekolah naik menjadi sebesar 9.92 tahun. angka partisipasi murni (APM) SD/MI telah mencapai 99,40%, angka partisipasi murni (APM) sekolah pada tingkat SMP/MTs telah mencapai 89,60% dan angka partisipasi murni (APM) sekolah pada tingkat SMA/SMK/MA telah mencapai 75,00%.

Indeks Kesehatan tahun 2011 sebesar 73,28 poin dan tahun 2012 sebesar 73,42 poin. Hal ini ditentukan dari Umur Harapan Hidup tahun 2011 yaitu 68,97 tahun dan tahun 2012 sebesar 69,05 tahun. Angka Harapan hidup ini ditentukan dari Angka Kematian Bayi/1000 Kelahiran Hidup tahun 2011 yaitu, 24,87 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012 menjadi 24,5 per 1000 kelahiran hidup. Indikator lainya antara lain Prevalensi Gizi buruk pada periode tahun 2012 sebanyak 229 orang. Demikian juga untuk balita gizi kurang pada tahun 2012 sebanyak 5.319 orang .Dari sisi sarana dan prasana pelayanan kesehatan dasar puskesmas sampai tahun 2012 sebanyak 24 puskesmas. Puskesmas yang mampu berfungsi PONED (Pelayanan Obstetry Neonatal Emergency Dasar) sampai tahun 2012 sebanyak 6 Puskesmas yang telah dilengkapi dengan paket alat kesehatan PONED, berikut tenaga baik dokter maupun bidan yang terlebih dahulu dilatih PONED. Rumah sakit yang menjadi rujukan di Kota Bogor sampai tahun 2013 sebanyak 10 Rumah Sakit milik swasta dan TNI/POLRI dengan jumlah total Tempat Tidur 1.811 Tempat tidur.

Dari aspek ketenagakerjaan di Kota Bogor, dapat dijelaskan bahwa Jumlah penduduk yang bekerja di Kota Bogor pada tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011. Pada tahun 2012 penduduk yang bekerja tercatat sebanyak 492.842 orang, sementara pada tahun 2011 sebanyak 415.549 orang, meningkat sekitar 77.293 orang. Jumlah pengangguran mengalami penurunan sebanyak 10,31% pada tahun 2011 menurun menjadi 10,10% pada tahun 2012.

Pembangunan aspek budaya dapat dilihat dari banyaknya sarana dan prasarana untuk memajukan budaya lokal Kota Bogor serta untuk pengembangan budaya sesuai dengan kemajuan zaman. Saat ini jumlah gedung untuk pementasan budaya yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bogor yaitu Gedung Kemuning Gading.

Pada tahun 2011 kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Bogor mencapai angka 145.918 orang, wisatawann lokal sebanyak 2.8121.508 orang dan pada tahun 2012 jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 151.755 orang dan wisatawan lokal sebanyak 3.112.414 orang. Pembangunan urusan Kepemudaan dan Olahraga Kota Bogor, yang dapat dilihat dari indikator terdapatnya organisasi kepemudaan berjumlah 67 organisasi, gedung olah raga sebanyak 35 gedung, klub olah raga sebanyak 13 klub, lapangan olah raga sebanyak 697 lapangan dan terdapat 37 organisasi olahraga.

Pembangunan dibidang sosial, diarahkan pada penanganan gelandangan, pengemis dan orang terlantar, berupa pembinaan mental, sosial dan keterampilan di Balai Rehabilitasi Sosial Pemerintah Kota Bogor memiliki 1 Unit Rumah Rehabilitasi Sosial, panti asuhan anak sebanyak 10 unit, panti asuhan bina remaja sebanyak 4 unit panti asuhan bina netra sebanyak 1 unit dan panti asuhan bina daksa sebanyak 1 unit.

Pemberdayaan Sosial Remaja dan Anak Jalanan dilaksanakan melalui pembinaan mental, sosial dan keterampilan kepada remaja putus sekolah dan anak terlantar dari Kecamatan/kelurahan se Kota Bogor, agar mampu menjalankan fungsi sosialnya. Tahun 2011 terdapat sebanyak 251 Remaja Putus Sekolah dan Tahun 2012 sebanyak 272 Remaja putus Sekolah dan anak terlantar mendapatkan Akses Pelayanan Sosial Penyandang Cacat, berupa layanan dan bantuan pemulihan keberfungsian sosial, pemenuhan alat bantu, peningkatan keterampilan usaha perbengkelan, service HP, warungan, olahan pangan dan jaminan hidup bagi penyandang cacat di masing-masing Kecamatan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator pembangunan di Kota Bogor pada kurun tahun 2011-2012 mengalami peningkatan. Berdasarkan angka estimasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, pada tahun 2012 capaian IPM Kota Bogor naik 0,32 poin dan tahun 2011 sebesar 76,08. Peningkatan IPM setiap tahunnya, merupakan dampak dari meningkatnya komponen-komponen pembentuk IPM.Komponen pendidikan tahun 2011 mencapai 87,64 poin dan tahun 2012 menjadi sebesar 87,93 poin. Peningkatan indeks pendidikan diakibatkan oleh peningkatan dua komponen penyusunnya, yaitu angka melek huruf dan indeks rata lama sekolah. Angka Melek Huruf tahun 2012 sebesar 98,83% dan tahun 2011 sebesar 98,79% dan Rata-rata Lama Sekolah tahun 2012 sebesar 9,92 tahun dan tahun 2011 sebesar 9,80 tahun. Berikut tabel perkembangan IPM Kota Bogor sebagaimana tabel 2.5.Tabel 2.5

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bogor

Tahun 2010-2012

TahunIndeksIPM

PendidikanKesehatanDaya Beli

201087,6073,1266,5375,75

201187,6473,2867,3176,08

201287,9373,4267,8676,40

Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2012

Indeks kesehatan pada tahun 2011 mencapai 73,28 poin dan tahun 2012 menjadi 73,42 poin. Komponen kesehatan mengalami peningkatan sebagai dampak dari meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup pada tahun 2012 mencapai 69,05 tahun dan tahun 2011 yaitu 68,97 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini ditentukan dari angka kematian bayi yang menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun menjadi 24,5 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Komponen pembentuk IPM lainnya, yaitu indeks daya beli menunjukkan kemampuan masyarakat untuk mengakses perekonomian. Pada tahun 2012 indeks daya beli sebesar 67,86 poin dan tahun 2011 sebesar 67,31 poin, sedangkan angka indeks daya beli tahun 2012 sebesar Rp.653.650 dan tahun 2011 sebesar Rp.651.250.2.2.3. Seni Budaya dan Olah Raga

Perkembangan seni dan budaya di Kota Bogor sudah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya. Namun demikan, upaya peningkatan jati dini masyarakat Kota Bogor seperti halnya solidaritas sosial, kekeluargaan, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa masih perlu terus ditingkatkan. Budaya berperilaku positif seperti kerja keras, gotong royong, kebersamaan dan kemandirian dirasakan makin memudar. Hal ini menunjukkan perlunya mengembalikan dan menggali kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat.

2.3Aspek Pelayanan Umum

1. PendidikanSesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan hak dasar setiap penduduk dan pemenuhan atas hak ini menjadi kewajiban pemerintah. Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab besar agar seluruh penduduk yang mendominasi struktur umur di Kota Bogor memperoleh pendidikan yang layak. Selain jumlah penduduk yang besar, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pendidikan adalah relatif besarnya disparitas / ketidakmerataan ketersediaan sarana pendidikan.

Pembangunan bidang pendidikan mampu meningkatkan Angka Partisipasi Murni (APM) SD Sederajat pada tahun 2012 mencapai 99,40% melebihi target RPJMD sebesar 99%. APM SMP Sederajat mencapai 89,60% melebihi target RPJMD sebesar 80%. APM SMA Sederajat mencapai 75,00%, belum memenuhi target RPJMD sebesar 90%. Adapun Angka Putus Sekolah (APS) SD sederajat sebesar 98,73% Angka Putus Sekolah (APS) SMP sederajat sebesar 89,60%, Angka Putus Sekolah (APS) SMA sederajat sebesar 57,06%, Angka Kelulusan SD sederajat sebesar 15.499 orang, Angka Kelulusan SMP sederajat sebesar 12.531 orang. Angka Kelulusan SMA sederajat sebesar 5.876 orang, dan guru yang telah memiliki sertifikat pendidik mencapai 4.127 guru meningkat dari tahun 2009 yaitu 3.226 guru sebagaimana tabel 2.6 berikut.Tabel 2.6Jumlah Sarana Dan Prasarana Pendidikan Tahun 2010-2012

JumlahTahun

201020112012

TK/RA194244244

SD/MI344337288

SMP/MTs146146113

SMA/SMK/MA126131136

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bogor, Tahun 2012Pada tahun 2012 jumlah sarana pendidikan SD sederajat sebanyak 342 unit, SMP/sederajat sebanyak 146 unit, dan jumlah sarana SMA/SMK/MA sederajat sebanyak 132 unit, sedangkan jumlah tenaga pengajar /Guru SD sederajat sebanyak 4.867 orang, Guru SMP sederajat sebanyak 3.473 orang, dan jumlah guru SMA/SMK/MA sederajat sebanyak 4.084 orang. 2. KesehatanStatus kesehatan penduduk dipengaruhi oleh banyak faktor dan diantaranya adalah layanan kesehatan. Efektifitas layanan kesehatan secara makro ditentukan, antara lain:

a. Aksesibilitas sarana kesehatan, seperti rumah sakit, puskemas dan balai pengobatan, klinik;

b. Aksesibilitas tenaga pemberi layanan, seperti dokter, perawat, bidan dan apoteker;

c. Luas wilayah layanan serta jumlah yang harus dilayani. Semakin luas wilayah layanan, maka semakin berat upaya yang harus dilakukan untuk menjangkau masyarakat dan dijangkau masyarakat. Semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar beban tugas yang harus dilakukan.

Pada tahun 2012, jumlah rumah sakit di Kota Bogor sebanyak 10 unit, puskesmas sebanyak 24 unit, puskesmas pembantu sebanyak 27 unit dan Puskesmas keliling sebanyak 3 unit, Pemberi layanan kesehatan, terdiri dari tenaga medis spesialis sebanyak 2 orang, dokter gigi sebanyak 26 orang, perawat/bidan sebanyak 220 orang, dan tenaga medis sebanyak 136 orang, tenaga farmasi sebanyak 23 orang, teknisi medis sebanyak 23 orang, tenaga sanitasi sebanyak 29 orang tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 24 orang.

Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan hingga berat. Jumlah sarana dan prasarana kesehatan tahun 2010-2012 sebagaimana tabel 2.7. berikut.

Tabel 2.7

Jumlah Sarana Dan Prasarana Kesehatan Tahun 2010 -2012

UraianTahun

201020112012

Jumlah Rumah Sakit101010

Jumlah Puskesmas 242424

Jumlah Bidan103103103

Jumlah Pustu282828

Jumlah Apotik/T. Obat108108108

Jumlah Dokter136136136

Jumlah Perawat143143143

Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2012

Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk pelayanan kesehatan dasar terutama pelayanan rawat jalan, sedangkan RS disamping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani kunjungan rawat jalan. 2.4.Aspek Daya Saing1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu indikator utama perkembangan ekonomi suatu daerah adalah Laju Pertumbuhan PDRB. Indikator ini menunjukkan perkembangan/ pertumbuhan produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di daerah tersebut pada kurun waktu tertentu. Untuk lebih jelas melihat Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor menurut Sektor Lapangan Usaha disajikan pada Tabel 2.8 berikut ini :

Tabel 2.8Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2011 2012 (%)Lapangan UsahaPDRB Atas Dasar

Harga BerlakuPDRB Atas Dasar

Harga Konstan

2010201120102011

Pertanian7.958.493.222.84

Pertambangan & Penggalian8.02-2.001.54-9.47

Industri Pengolahan19.7214.126.386.20

Listrik, Gas dan Air Bersih14.7410.256.956.99

Bangunan13.877.454.124.15

Perdagangan, Hotel dan Restoran13.6710.264.985.28

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan13.5913.648.368.47

Jasa-jasa10.879.915.365.42

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO16.8411.356.146.19

Dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan paling tinggi pertumbuhannya yaitu 8.47% dan sektor yang pertumbuhannya negatif adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu minus -9.47% dikarenakan terjadinya penurunan kuantitas yang sangat signifikan selama tahun 2011.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan mencerminkan perubahan PDRB yang disebabkan faktor perubahan kuantitas yang dipengaruhi oleh harga yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu PDRB Atas Dasar Harga Konstan dapat digunakan sebagai alat analisis yang lebih valid untuk melihat perkembangan riil produktivitas secara riil di suatu wilayah pada suatu periode tertentu karena mengabaikan pengaruh fluktuasi harga secara umum. Untuk lebih jelasnya gambaran kemajuan ekonomi suatu daerah biasanya dilakukan pengelompokkan Sektor ekonomi yang terdiri atas :1. Sektor Primer, yaitu Sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian.

2. Sektor Sekunder, yaitu Sektor yang mengolah bahan mentah atau bahan baku baik berasal dari Sektor Primer maupun dari Sektor Sekunder menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini mencakup Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air Minum dan Sektor Bangunan (Konstruksi).

3. Sektor Tersier atau dikenal sebagai Sektor Jasa, yaitu Sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk Jasa. Sektor yang tercakup adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa.

Bila Lapangan Usaha dikelompokkan ke dalam kelompok Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, maka Laju Pertumbuhan Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2011, masing-masing 8.40%, 12.83% dan 10.61%. Pengaruh harga yang cenderung meningkat dan tinggi di Sektor Sekunder, yaitu Sektor Industri Pengolahan mengakibatkan Laju Pertumbuhan Sektor Sekunder cukup tinggi. Sedangkan Laju Pertumbuhan Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2011 masing-masing 2.73%, 5.90% dan 6.38%.Pada Tahun 2011 sektor tersier tumbuh sebesar 6.38%. Pertumbuhan yang cukup cepat di sektor ini dipicu juga oleh makin melambatnya pertumbuhan sektor primer dan sektor sekunder di Kota Bogor. Sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan perusahaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa berkembang cukup pesat di Kota Bogor karena hal ini sesuai dengan karakteristik perekonomian perkotaan secara umum. Untuk melihat Laju Pertumbuhan menurut Sektor Primer, Sekunder, dan Sektor Tersier.

Dilihat dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan, pertumbuhan sektor tersier mengalami pertumbuhan tercepat dibanding sektor primer dan sekunder dari tahun ke tahun yang dapat dilihat pada Tabel 2.9 dibawah ini.

Tabel 2.9Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kelompok Sektor Tahun 2010 2011 ( % )KELOMPOK SEKTORPDRB Atas Dasar

Harga BerlakuPDRB Atas Dasar

Harga Konstan

2010201120102011

Primer7.958.403.212.73

Sekunder18.4412.836.025.90

Tersier16.0710.616.226.38

PDRB16.8411.356,146.19

Laju Pertumbuhan Sektor Sekunder PDRB Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2010 dan 2011 menunjukkan laju tertinggi yaitu sebesar 18.44% pada tahun 2010 dan sebesar 12.83% pada tahun 2011. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan, Sektor Tersier menunjukkan pertumbuhan tercepat selama tahun 2010 hingga 2011, yaitu sebesar 6.22% pada tahun 2010 dan sebesar 6.38% pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Sektor Sekunder selama tahun 2010 dan 2011 cenderung dipengaruhi oleh perubahan harga produksinya. Sebaliknya pada Sektor Tersier, ditinjau dari pertumbuhan Atas Dasar Harga Konstannya, laju pertumbuhan secara riil dipengaruhi oleh peningkatan kuantitas produksinya. Laju Pertumbuhan Sektor Sekunder Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Bogor tahun 2011 sebesar 12.83% paling besar, secara berturut-turut, ditunjang oleh Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, serta Sektor Bangunan.

Sedangkan Laju Pertumbuhan Sektor Primer Atas Dasar Harga Konstan sebagai sektor tercepat yang tumbuh di Kota Bogor selama tahun 2011 paling besar ditunjang oleh pertumbuhan yang sangat cepat di sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor Primer merupakan sektor dengan pertumbuhan terlambat selama periode 2007 2011. Hal ini disebabkan karena Sektor Primer merupakan sektor bukan potensi di daerah perkotaan

2. Struktur Ekonomi

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bogor secara umum sangat dipengaruhi oleh distribusi persentase PDRB secara sektoral yang menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu dengan melihat perkembangan suatu sektor dalam kurun waktu tertentu akan kurang tepat tanpa memperhatikan peranan sektor tersebut dalam PDRB secara keseluruhan dengan kurun waktu yang sama. Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai penimbang apabila kita ingin melihat perkembangan Sektoral dengan lebih teliti, dapat diartikan bahwa jika peranan suatu sektor besar dan terjadi perubahan kecil saja dalam sektor tersebut maka akan berpengaruh secara signifikan terhadap perekonomian daerah tersebut. Sebaliknya jika peranan suatu sektor kecil dan terjadi perubahan baik besar maupun kecil dalam sektor tersebut maka pengaruh yang diakibatkan kurang signifikan terhadap perubahan ekonomi daerah tersebut.

Struktur perekonomian Kota Bogor merupakan struktur yang didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri Pengolahan (Sub Sektor Industri non-Migas) dan Sektor Angkutan dan Komunikasi atau dengan perkataan lain Sektor Tersier merupakan Sektor yang paling besar kontribusinya disusul Sektor Sekunder dan Sektor Primer. Struktur perekonomian Kota Bogor merupakan struktur yang didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri Pengolahan (Sub sektor Industri non-Migas) dan Sektor Angkutan dan Komunikasi atau dengan perkataan lain Sektor Tersier merupakan Sektor yang paling besar kontribusinya disusul Sektor Sekunder dan Sektor Primer.1. Selama kurun waktu 20072011 terlihat bahwa Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mendominasi kontribusi terhadap PDRB Kota Bogor (Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan) disusul oleh Sektor Industri Pengolahan dan Sektor keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Struktur Ekonomi Kota Bogor ditunjang oleh Sektor Tersier dan Sektor Sekunder, hal ini dapat dilihat dari Tabel 2.10 di bawah ini :

Tabel 2.10Kontribusi Sektor Dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun 20102011

KELOMPOK SEKTORPDRB Atas Dasar

Harga BerlakuPDRB Atas Dasar

Harga Konstan

2010201120102011

Primer0.190.180.290.29

Pertanian0.190.180.290.28

Pertambangan &Penggalian0,000,000,000,00

Sekunder33.5734.0238.3838.27

Industri Pengolahan26.2026.8528.3228.32

Listrik, Gas dan Air Bersih2.022.003.273.29

Bangunan5.355.166.796.66

Tersier66.2465.8061.3361.44

Perdagangan, Hotel dan Restoran37.0136.6529.2228.97

Pengangkutan dan Komunikasi15.5315.2910.1810.28

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan9.5310.1414.6915.00

Jasa-jasa3.773.727.247.19

PDRB100,00100,00100,00100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Tahun 2012

2.4.4. Fokus Sumber Daya manusia

Tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2010 mencapai 2,36 persen dari 716.428 penduduk angkatan kerja, sedangkan angkatan kerja pada tahun 2012 mencapai 1,01 persen dari 628.295 penduduk angkatan kerja, angka ini menurun dari tahun 2011 yang mencapai 3,27 persen dari jumlah 595.724 penduduk angkatan kerja

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2010-2013Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasan antara kebijakan (policy), perencanaan (planning) dengan penganggaran (budgeting) antara pemerintah dengan pemerintah daerah.

3.1.1. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah Kota Bogor dari tahun ke tahun terns meningkat, hal ini dapat dilihat dari target dan realisasi Pendapatan Daerah tahun 2010 sampai dengan 2013 (Tabel 3.1)

Tabel 3.1Terget dan Realisasi Pendapatan Kota Bogor Tahun 2010 2013TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010891,568,394,880.00892,199,445,365.00100.07631,050,485.00

20111,112,519,204,515.001,141,638,163,971.00102.6229,118,959,456.00

20121,334,121,612,819.001,356,529,980,355.00101.6822,408,367,536.00

20131,387,778,675,819.00731,681,074,993.0052.72(656,097,600,826.00)

Jumlah4,725,987,888,033.004,122,048,664,684.0089.27

(603,939,223,349.00)

Sumber : BPKAD Kota BogorSelama Priode Tahun 2010-2013 Target pendapatan daerah sebesar Rp 4,725,987,888,033.00 dengan realisasi sampai dengan tahun 2013 sebesar Rp. 4,122,048,664,684.00atau sekitar 89,27 persen. Berdasarkan pencermatan terhadap realisasi pendapatan daerah, proporsi komponen pendapatan terhadap total pendapatan daerah Kota Bogor selama tahun anggaran 2010-2013 di tunjukan pada table 3.2 berikut ini

Tabel 3.2Proporsi Realisasi Komponen Pendapatan terhadap Total Pendapatan Daerah Kota Bogor Tahun 2010 2013Jenis PenerimaanProporsi Realisasi Komponen Pendapatan Daerah Kota Bogor Tahun 2010-2013

2010201120122013

PAD127,488,089,831230,449,644,620300,932,470,210219,413,390,662

Dana Perimbangan708,589,920,534860,209,669,806983,393,668,04544,752,366,617

Penerimaan Lainnya yang sah56,121,435,00050,978,849,54572,203,842,10064,688,332,882

Jumlah892,199,445,3651,141,638,163,9711,356,529,980,355328,854,090,161

Secara terperinci target dan realisasai pendapatan daerah selama priode tahun anggaran 2010-2013 dapat diuraikan sebagai berikut :

1.) Pendapatan Asli DaerahPendapatan Asli daerah terdiri dari (a) pajak daerah, (b) Retribusi daerah, (c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan (d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Selama priode tahun 2010-2013 sebesar Rp 1,172,938,302,583 realisasainya sampai dengan tahun 2013 sebesar Rp. 994,253,941,082atau 106,45 % hal ini telah melampui target yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3Terget dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bogor Tahun 2010 2013TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010125,766,337,107127,488,089,8311011,721,752,724

2011200,433,711,496230,442,644,62011530,008,933,124

2012525,280,722,686300,932,470,21057(224,348,252,476)

2013219,010,039,863219,469,075,594100459,035,731

Jumlah1,172,938,302,583994,253,941,08293.46(178,684,361,501)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Pajak daerah terdiri dari pajak restoran, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan. Pajak parkir dan pajak air bawah tanah. Selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 target dan realisasi pajak daerah mencapai sebesar Rp 624,697,368,641 dengan realisasi sebesar Rp 610,105,685,953 atau 103,33 persen. Adapun rincian sebagaimana tabel 3.4 berikut :Tabel 3.4Terget dan Realisasi Pajak Daerah Kota Bogor Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201060,905,804,64166,504,761,353109.195,598,956,712

2011141,667,564,000165,396,746,064116.7523,729,182,064

2012182,062,000,000224,746,197,191123.4442,684,197,191

2013240,062,000,000153,457,981,34563.92(86,604,018,655)

Jumlah624,697,368,641610,105,685,953103.33(14,591,682,688)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Kota Bogor kepada kepentingan orang pribadi atau badan baik yang bersifat pelayanan jasa umum, jasa usaha dan perijinan tertentu. Target dan realisasi Retribusi daerag selama priode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 adalah sebesar Rp 610,105,685,953 atau sekitar 103,33 persen dari target sebesar Rp 624,697,368,641 dengan rincian sebagaimana table 3.5.Tabel 3.5Terget dan Realisasi Retribusi Daerah Kota Bogor Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201032,659,468,29436,491,852,2841123,832,383,990

201137,373,616,14534,681,146,44593(2,692,469,700)

201232,638,903,97035,950,801,6551103,311,897,685

201340,760,809,41944,689,473,4241103,928,664,005

Jumlah39,727,007,00041,031,740,0321031,304,733,032

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Penerimaan hasil pengelolaan kekayanaan daerah daerah yang dipisahkan di peroleh dari bagian laba perusahaan milik daerah. Selama periode tahun 2010-2013 target dan realisasi hesil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp 56,862,840,158 atau 93.47 persen dari total target sebesar 61,209,668,789 dengan rincian sebagaimana tabel 3.6 berikut :Tabel 3.6Terget dan Realisasi Pengelolaan Kekayaan Daerah Kota Bogor Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201014,976,037,73915,137,968,088101161,930,349

201114,860,668,94413,784,056,94493(1,076,612,000)

201215,180,503,82518,180,503,8251203,000,000,000

201316,192,458,2819,760,311,30160(6,432,146,980)

Jumlah61,209,668,78956,862,840,15893.47(4,346,828,631)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Penerimaan Lain-lain PAD Yang Sah, selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 , target dan realisasi secara rata-rata terlampui kecuali tahun 2010 sebesar 89 persen. Secara akumulasi target penerimaan Lain-lain PAD Yang Sah sebesar Rp 57,086,437,188 dengan realisasi sebesar Rp 58,008,592,588 atau 104,84 persen, dengan rincian sebagaimana table 3.7Tabel 3.7Terget dan Realisasi Lain-lain PAD Yang Sah Kota Bogor Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201012,513,878,58211,164,213,94589(1,349,664,637)

201111,266,574,58215,318,039,9571364,051,465,375

201214,277,409,44216,307,295,7701142,029,886,328

201319,028,574,58215,219,042,91680(3,809,531,666)

Jumlah57,086,437,18858,008,592,588104,84922,155,400

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-20132.) Dana PerimbanganDana Perimbangan yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terdir atas (a) Dana bagi hasil Pajak/Dana bagi hasil bukan pajak, (b) Dana Alokasi Umum (DAU dan (c) Dana Alokasi Khusus (DAK). Secara keseluruhan target pendapatan daerah yang bersumber dari Dana perimbangan selama priode tahu anggaran 2010-2013 adalah sebesar Rp 2,660,378,364,685. Sesuai dengan Surat Menteri Keuangan yang setiap tahun diterbitkan, akumulasi dana perimbangan yang dapat direalisasaikan sebesar Rp 2,696,156,272,780 atau 101.34 persen dari target. Adapun rinciannya dapat disajikan pada yabel 3.8.

Tabel 3.8Terget dan Realisasi Dana Perimbangan Kota Bogor Tahun 2010 2013TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010710,953,773,273708,589,920,534100(2,363,852,739)

2011854,273,068,019860,209,669,8061015,936,601,787

2012979,960,572,613983,393,668,0451003,433,095,432

2013788,056,552,408447,523,666,51757(340,532,885,891)

Jumlah3,333,243,966,3132,999,716,924,90289,38(333,527,041,411)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Secara keseluruhan target penerimaan dana perimbangan yang bersumber dari dana bagi hasil pajak/dana bagi hasil bukan pajak selama periode tahun 2010-2013 adalah sebesar Rp 433,582,609,529 sedangkan realisasi sebesar 442,217,417,223 atau 97, 69 persen, dengan rincian sebagaimana table 3.9.Tabel 3.9Terget dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010138,625,595,172148,687,621,387107(10,062,026,215)

2011106,147,132,399120,803,371,331114(14,656,238,932)

2012113,497,638,550133,540,276,988118(20,042,638,438)

201375,312,243,40839,186,147,5175236,126,095,891

Jumlah433,582,609,529442,217,417,22397,69(8,634,807,694)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target penerimaan dana perimbangan yang bersumber dari Dana Alokasi Umum selama periode tahun 2010-2013 adalah sebesar Rp 2,189,034,254,000 dengan realisasi sebesar Rp 1,902,983,918,000 atau 89,58 persen, dengan rincian sebagaimana table 3.10Tabel 3.10Terget dan Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU)Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010426,093,607,000426,093,607,000100-

2011472,888,338,000472,888,334,000100(4,000)

2012603,531,550,000603,531,550,000100-

2013686,520,759,000400,470,427,00058(286,050,332,000)

Jumlah2,189,034,254,0001,902,983,918,00089,58(286,050,336,000)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target penerimaan dana perimbangan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus selama periode tahun 2010-2013 adalah sebesar Rp 62,581,900,000 dengan realisasi sebesar Rp 30,719,230,000 atau 58,75 persen, dengan rincian sebagaimana table 3.11Tabel 3.11Terget dan Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK)Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

20109,756,700,0009,756,700,000100-

201111,366,600,0008,524,950,00075(2,841,650,000)

201215,235,050,0004,570,515,00030(10,664,535,000)

201326,223,550,0007,867,065,00030(18,356,485,000)

Jumlah62,581,900,00030,719,230,00058,75(31,862,670,000)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-20133.) Lain-lain Pendapatan yang SahLain-lain pendapatan yang sah terdiri dari (a) pendapatan (b) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya (c) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan (d) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Target lain-lain pendapatan yang sah secara akumulasi sebesar Rp 483,789,110,568 dengan realisasi Rp 230,492,530,127 atau 70,74 persen. Adapun rinciannya dapat disajikan table 3.12Tabel 3.12Terget dan Realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah Kota Bogor Tahun 2010 2013TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201051,884,284,50053,121,470,6001021,237,186,100

201147,312,425,00040,478,884,54586(6,833,540,455)

201299,880,317,52072,203,842,10072(27,676,475,420)

2013284,712,083,54864,688,332,88223(220,023,750,666)

Jumlah483,789,110,568230,492,530,12770,74(253,296,580,441)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Selama periode tahun 2010-2013 target Lain-lain pendapatan yang sah bersumber dari pendapatan hibah sebesar 18,500,000,000 dengan realisasi sebesar Rp. 13,499,930,000 dengan rincian sebagaimana tabel 3.13Tabel 3.13Terget dan Realisasi Pendapatan HibahTahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

20103,000,000,0002,999,965,000100(35,000)

201110,500,000,00010,499,965,000100(35,000)

20122,000,000,000(2,000,000,000)

20133,000,000,000(3,000,000,000)

Jumlah18,500,000,00013,499,930,000(5,000,070,000)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Selama periode tahun 2010-2013 target Lain-lain pendapatan yang sah bersumber dari penyesuaian dan otonomi khusus sebesar 508,801,202,928 dengan realisasi sebesar Rp 385,749,737,946 atau sekitar 76 persen dengan rincian sebagaimana tabel 3.14

Tabel 3.14Terget dan Realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi KhususTahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201057,340,346,20049,448,383,70086(7,891,962,500)

2011162,152,649,040158,204,655,24098(3,947,993,800)

2012125,745,495,000125,745,495,000100-

2013163,562,712,68840,890,679,00625(122,672,033,682)

Jumlah508,801,202,928385,749,737,94676(123,051,464,982)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Selama periode tahun 2010-2013 target Lain-lain pendapatan yang sah bersumber dari bantuan keuangan sebesar 199,171,027,020 dengan realisasi sebesar Rp 166,004,196,645 atau sekitar 103,54 persen dengan rincian sebagaimana tabel 3.15Tabel 3.15Terget dan Realisasi Dana Bantuan Keuangan Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201051,848,284,50053,121,470,0001021,273,185,500

201147,312,425,00040,478,884,54586(6,833,540,455)

201299,880,317,52072,203,842,10072(27,676,475,420)

2013130,000,000200,000,00015470,000,000

Jumlah199,171,027,020166,004,196,645103,54(33,166,830,375)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-20133.2.2. Target dan Realisasi Belanja Daerah

Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama, termasuk penanganan 4 program prioritas Kota Bogor yaitu: Transportasi, Kebersihan, Pedagang Kaki Lima dan Kemiskinan.Selama priode tahun anggaran 2010-2013 dan akumulasi target belanja daerah sebesar Rp 5,179,761,567,040.89 terealisasi sebesar Rp 3,741,949,864,134.00 atau 101 persen. Adapun rincian sebagaimana table 3.16

Tabel 3.16

Terget dan Realisasi Belanja Daerah Kota Bogor Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

20101,052,577,506,897.89956,682,804,942.0090.89(95,894,701,955.89)

20111,183,796,860,955.001,074,576,515,295.0090.77(109,220,345,660.00)

20121,401,329,094,935.001,256,205,808,990.0089.64(145,123,285,945.00)

20131,542,058,104,253.00454,484,734,907.0029.47(1,087,573,369,346.00)

Jumlah5,179,761,567,040.893,741,949,864,134.0075,19(1,437,811,702,906.89)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Belanja daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. 1) Belanja Tidak Langsung (BTL)Merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi (a) belanja pegawai,(b) belanja bunga, (c) belanja subsidi, (d) belanja hibah,(e) belanja bantuan sosial, (f) belanja bagi hasil, (g) belanja bantuan keuangan, dan (h) belanja tidak terduga. Selama periode tahun 2010-2013 terealisasi sebesar Rp 2,216,587,624,841.00 atau 81,50 persen dari target sebesar Rp 2,792,953,133,423.89 Adapun rinciannya sebagaimana table 3.17 Tabel 3.17Terget dan Realisasi Belanja Tidak Langsung (BTL) Kota Bogor Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010609,321,128,161.89586,674,384,457.0096.28(22,646,743,704.89)

2011679,221,676,169.00651,341,702,518.0095.90(27,879,973,651.00)

2012703,569,406,342.00673,880,506,052.0095.78(29,688,900,290.00)

2013800,840,922,751.00304,691,031,814.0038.05(496,149,890,937.00)

Jumlah2,792,953,133,423.892,216,587,624,841.0081,50(576,365,508,582.89)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target belanja pegawai selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 2,370,782,349,810.00 dengan realisasi sebesar 1,906,961,803,353.00 atau 82,88 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.18.Tabel 3.18Terget dan Realisasi Belanja Pegawai Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010478,173,467,375.00467,833,382,206.0097.84(10,340,085,169.00)

2011557,108,032,317.00541,591,289,786.0097.21(15,516,742,531.00)

2012644,462,111,914.00629,017,584,082.0097.60(15,444,527,832.00)

2013691,038,738,204.00268,519,547,279.0038.86(422,519,190,925.00)

Jumlah2,370,782,349,810.001,906,961,803,353.0082,88(463,820,546,457.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target belanja bunga selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 7,848,447,216.00 dengan realisasi sebesar 1,781,390,779.00 atau 18,41 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.19.

Tabel 3.19Terget dan Realisasi Belanja Bunga Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010586,000,000.00(586,000,000.00)

2011707,612,356.00(707,612,356.00)

20121,454,834,860.00788,319,621.0054.19(666,515,239.00)

20135,100,000,000.00993,071,158.0019.47(4,106,928,842.00)

Jumlah7,848,447,216.001,781,390,779.0018,41(6,067,056,437.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target belanja hibah selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 139,189,592,040.00 dengan realisasi sebesar 105,866,881,474.00 atau 84,20 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.20

Tabel 3.20Terget dan Realisasi Belanja HibahTahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201015,840,639,800.0015,825,365,924.0099.90(15,273,876.00)

201130,423,177,500.0030,001,151,750.0098.61(422,025,750.00)

201237,482,320,000.0034,721,274,400.0092.63(2,761,045,600.00)

201355,443,454,740.0025,319,089,400.0045.67(30,124,365,340.00)

Jumlah139,189,592,040.00105,866,881,474.0084,20(33,322,710,566.00)

Sumber : RKPD 2014 diolahTarget belanja bantuan sosial selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 218,967,271,646.00 dengan realisasi sebesar 177,498,836,865.00 atau 74,52 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.21

Tabel 3.21Terget dan Realisasi Belanja Bantuan SosialTahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201095,051,511,183.0088,100,168,167.0092.69(6,951,343,016.00)

201183,048,123,017.0077,973,952,452.0093.89(5,074,170,565.00)

20124,277,857,000.003,889,753,000.0090.93(388,104,000.00)

201336,589,780,446.007,534,963,246.0020.59(29,054,817,200.00)

Jumlah218,967,271,646.00177,498,836,865.0074,52(41,468,434,781.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 13,968,231,977.00 dengan realisasi sebesar 13,564,870,230.00 atau 74,52 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.22Tabel 3.22Terget dan Realisasi Belanja Bantuan keuangan kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201012,132,500,000.0012,132,500,000.00100.00-

2011

2012935,731,977.00854,909,499.0091.36(80,822,478.00)

2013900,000,000.00577,460,731.0064.16(322,539,269.00)

Jumlah13,968,231,977.0013,564,870,230.0063,88(403,361,747.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target belanja tidak terduga selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 40,751,265,134.89 dengan realisasi sebesar 10,903,842,140.00 atau 27,47 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.23

Tabel 3.23Terget dan Realisasi Belanja Tidak Terduga Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

20107,528,009,803.892,782,968,160.0036.97(4,745,041,643.89)

20116,497,755,379.001,775,308,530.0027.32(4,722,446,849.00)

201214,956,550,591.004,598,665,450.0030.75(10,357,885,141.00)

201311,768,949,361.001,746,900,000.0014.84(10,022,049,361.00)

Jumlah40,751,265,134.8910,903,842,140.0027,47(29,847,422,994.89)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-20132) Belanja Langsung (BL)

Merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi (a) belanja pegawai, (b) belanja barang dan jasa, dan (c) belanja modal. Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas.

Selama periode tahun 2010-2013 realisasai belanja langsung sebesar Rp 2,386,817,433,617.00 atau 96 persen dari target Rp 1,525,362,239,293.00 Adapun rincian sebagaimana table 3.24 Tabel 3.24Terget dan Realisasi Belanja Langsung (BL) Kota Bogor Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010443,265,378,736.00370,008,420,485.0083.47(73,256,958,251.00)

2011504,575,184,786.00423,234,812,777.0083.88(81,340,372,009.00)

2012697,759,688,593.00582,325,302,938.0083.46(115,434,385,655.00)

2013741,217,181,502.00149,793,703,093.0020.21(591,423,478,409.00)

Jumlah2,386,817,433,617.001,525,362,239,293.0067,75(861,455,194,324.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target belanja pegawai pada belanja langsung selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 327,520,801,725.00 dengan realisasi sebesar 243,746,847,835.00 atau 77,14 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.25Tabel 3.25Terget dan Realisasi Belanja Pegawai pada Belanja LangsungTahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201050,891,321,100.0045,943,819,584.0090.28(4,947,501,516.00)

201176,564,692,500.0067,535,066,055.0088.21(9,029,626,445.00)

2012100,301,607,550.0092,119,355,958.0091.84(8,182,251,592.00)

201399,763,180,575.0038,148,606,238.0038.24(61,614,574,337.00)

Jumlah327,520,801,725.00243,746,847,835.0077,14(83,773,953,890.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target belanja barang dan jasa pada belanja langsung selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 1,075,025,845,392.00 dengan realisasi sebesar 741,940,946,458.00 atau 73,15 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.26Tabel 3.26Terget dan Realisasi Belanja Barang dan Jasa Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010178,087,078,643.00158,124,717,210.0088.79(19,962,361,433.00)

2011249,793,504,731.00222,746,788,684.0089.17(27,046,716,047.00)

2012307,061,580,694.00267,929,909,220.0087.26(39,131,671,474.00)

2013340,083,681,324.0093,139,531,344.0027.39(246,944,149,980.00)

Jumlah1,075,025,845,392.00741,940,946,458.0073,15(333,084,898,934.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target belanja modal pada belanja langsung selama periode tahun anggaran 2010-2013 sebesar Rp. 1,075,025,845,392.00 dengan realisasi sebesar 741,940,946,458.00 atau 73,15 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.27Tabel 3.27Terget dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010214,286,978,993.00165,939,883,691.0077.44(48,347,095,302.00)

2011178,216,987,555.00132,952,958,038.0074.60(45,264,029,517.00)

2012290,396,500,346.00222,276,037,760.0076.54(68,120,462,586.00)

2013301,370,319,603.0018,505,565,511.006.14(282,864,754,092.00)

Jumlah984,270,786,497.00539,674,445,000.0058,68(444,596,341,497.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-20133.2.3. Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah

1) Penerimaan Pembiayaan DaerahPembiayaan merupakan transaksi keuangan yang bertujuan menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Jika Pendapatan Daerah lebih kecil dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang defisit dan harus ditutupi dengan Penerimaan Daerah. Jika Pendapatan Daerah lebih besar dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang surplus dan harus digunakan untuk Pengeluaran Daerah. Oleh sebab itu, Pembiayaan Daerah terdiri Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.

Pembiayaan daerah dalam kurun waktu 2012-2013, memperlihatkan bahwa penerimaan pembiayaan selama ini hanya bersumber dari (a) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya (SiLPA). Besaran SiLPA yang relative besar ini, terutama disebabkan melebihi target pendapatan dan efisiensi penggunaan anggaran. Besaran SiLPA dari kegiatan yang belum terlaksana ditargetkan/diupayakan terus menurun, sehingga disparitas antara perencanaan pendapatan dan belanja daerah dengan pelaksanaan semakin mengecil.

Target penerimaan pembiayaan daerah selama priode tahun 2010-203 yang berasal dari (a) SILPA, (b) koreksi (c) pencairan dana cadangan (d) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (e) penerimaan pinjaman daerah (f) penerimaam kembali pemberian pinjaman daerah sebesar Rp 739,123,866,067.00 , sedangkan realisasinya sebesar Rp 454,537,160,505.00 atau 63,30 persen. Adapun rincian sebagaimana tabel 3.28

Tabel 3.28Terget dan Realisasi Penerimaan Pembiayaan Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

2010212,546,553,017.00186,938,553,017.0087.9525,608,000,000.00

2011147,417,757,440.0097,655,357,440.0066.2449,762,400,000.00

2012164,445,917,116.00139,415,917,116.0084.7825,030,000,000.00

2013214,713,638,494.0030,527,332,932.0014.22184,186,305,562.00

Jumlah739,123,866,067.00454,537,160,505.0063,30284,586,705,562.00

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013SILPA selama periode tahun 2010-2013 sebesar Rp. 688,781,473,849.00 dengan realisasi sebesar 688,781,473,849.00 atau 100 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.29Tabel 3.29Terget dan Realisasi Belanja Modal Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201097,655,357,440.0097,655,357,440.00100.00-

2011137,839,305,116.00137,839,305,116.00100.00-

2012167,060,005,481.00167,060,005,481.00100.00-

2013286,226,805,812.00286,226,805,812.00100.00-

Jumlah688,781,473,849.00688,781,473,849.00400.00-

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Target Pencairan Dana Cadangan selama periode tahun 2010-2013 sebesar Rp. 688,781,473,849.00 dengan realisasi sebesar 688,781,473,849.00 atau 100 persen. Dengan rincian sebagaimana tabel 3.29Tabel 3.29Terget dan Realisasi Pencairan Dana Cadangan Tahun 2010 2013

TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201032,000,000,000.0032,000,000,000.00100.00-

2011---

20123,000,000,000.003,000,000,000.00100.00-

201362,000,000,000.0062,000,000,000.00100.00-

Jumlah97,000,000,000.0097,000,000,000.00100.00-

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-2013Kebijakan pembiayaan dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat akan berimplikasi pada kemungkinan terjadinya defisit anggaran. Untuk itu perlu dilakukan antisipasi dan dapat ditempuh melalui:

a. Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dipergunakan sebagai sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata SilPA akan diupayakan semakin menurun sebagai akibat dari optimalnya perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan (rata-rata SiLPA diupayakan maksimum 5% dari APBD tahun sebelumnya).b. Penerimaan Pinjaman Daerah dari dalam maupun luar negeri atau dalam bentuk pinjaman lainnya digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur publik terutama pelayanan air minum.

2) Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan DaerahPengeluaran pembiayaan antara lain terdiri dari (a) pembentukan dana cadangan, (b) penyertaan modal, (c) pembayaran pokok utang dan (d) pemberian pinjaman daerah dengan target selama priode tahun 2010-2013 sebesar Rp 276,325,390,060 dan realisasi sebesar Rp. 245,927,072,060 atau 89 persen. Adapun rincian sebagaimaa tercantum dalam table 3.10. berikut:Tabel 3.10.

Target dan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Tahun Anggaran 2010-2013TahunTarget Setelah Perubahan APBDRealisasi%Bertambah/

Berkurang

201051,537,441,000.0024,799,836,000.0048.12(26,737,605,000.00)

201176,140,101,000.0070,777,656,440.0092.96(5,362,444,560.00)

201297,238,435,000.0072,680,083,000.0074.74(24,558,352,000.00)

201360,434,210,060.0021,441,182,274.0035.48(38,993,027,786.00)

Jumlah285,350,187,060.00189,698,757,714.0062,82(95,651,429,346.00)

Sumber : LKPJ Kota Bogor 2009-20133.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Tahun 2010-2014

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pasal 1 angka 13, pendapatan daerah merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait.

Pendapatan Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan dikelompokkan atas :

1. PAD, yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD pada umumnya terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang Sah;

2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus;

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana darurat, DBH pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan otsus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemda lainnya.

3.2.2.Arah Kebijakan Pendapatan DaerahKebijakan Keuangan Daerah tahun anggaran 2014 yang merupakan potensi daerah dan sebagai penerimaan Kota Bogor sesuai urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah dan dana perimbangan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor untuk meningkatkan pendapatan daerah adalah:

a. Memantapkan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah;

b. Intensifikasi Pajak dan Retribusi Daerah;c. Meningkatkan koordinasi sinergis dengan Pemerintah Pusat, Provinsi dan SKPD Penghasil;

d. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah;

e. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah;

f. Meningkatkan peran SKPD Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan.

g. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah.

h. Memberikan penghargaan kepada SKPD penghasil yang memenuhi atau melebihi target pencapaian retribusi, serta Kecamatan dan Kelurahan yang memenuhi atau melebihi target pencapaian PBB. Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan Dana Perimbangan sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah sebagai berikut :

a. Mengoptimalkan upaya intensifikasi Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN, PPh Pasal 21);

b. Meningkatkan akurasi data, dan Sumber Daya sebagai dasar perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan;

c. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan Dana Perimbangan.

3.2.3.Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama, termasuk penanganan 4 program prioritas Kota Bogor yaitu: Transportasi, Kebersihan, Pedagang Kaki Lima dan Kemiskinan.Belanja daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas.

Belanja penyelenggaraan diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan publik, pemanfaatan alokasi belanja diupayakan agar bisa efisien, efektif, dan proporsional. Berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2012 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuang Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam belanja program/kegiatan. Kebijakan belanja daerah tahun 2014 tetap diarahkan untuk mendukung peningkatan IPM, diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pencapaian IPM. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian 80,73% diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan suprastruktur.3.2.4.Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang bertujuan menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Jika Pendapatan Daerah lebih kecil dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang defisit dan harus ditutupi dengan Penerimaan Daerah. Jika Pendapatan Daerah lebih besar dari Belanja Daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang surplus dan harus digunakan untuk Pengeluaran Daerah. Oleh sebab itu, Pembiayaan Daerah terdiri Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.

Pembiayaan daerah dalam kurun waktu 2012-2013, memperlihatkan bahwa penerimaan pembiayaan selama ini hanya bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA). Besaran SiLPA yang relative besar ini, terutama disebabkan melebihi target pendapatan dan efisiensi penggunaan anggaran. Besaran SiLPA dari kegiatan yang belum terlaksana ditargetkan/diupayakan terus menurun, sehingga disparitas antara perencanaan pendapatan dan belanja daerah dengan pelaksanaan semakin mengecil.

Kebijakan pembiayaan dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat akan berimplikasi pada kemungkinan terjadinya defisit anggaran. Untuk itu perlu dilakukan antisipasi dan dapat ditempuh melalui: c. Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dipergunakan sebagai sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata SilPA akan diupayakan semakin menurun sebagai akibat dari optimalnya perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan (rata-rata SiLPA diupayakan maksimum 5% dari APBD tahun sebelumnya).d. Penerimaan Pinjaman Daerah dari dalam maupun luar negeri atau dalam bentuk pinjaman lainnya digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur publik terutama pelayanan air minum.

3.3.Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Tahun 2015-2019Kebijakan Anggaran merupakan acuan umum dari Rencana Kerja Pembangunan dan merupakan bagian dari perencanaan operasional anggaran dan alokasi sumberdaya, sementara kebijakan keuangan daerah diarahkan pada kebijakan penyusunan program dan indikasi kegiatan pada pengelolaan pendapatan dan belanja daerah secara efektif dan efisien.

3.3.1.Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

1) Kebijakan

Kebijakan Keuangan Daerah yang merupakan potensi daerah dan sebagai penerimaan Kota Bogor sesuai urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, (3) Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Adapun komposisi penerimaan pendapatan daerah dalam perencanaan jangka menengah, yaitu :1. 60% berasal dari PAD,2. 30% berasal dari Dana Perimbangan.3. 10% berasal dari Lain-Lain Pendapatan Yang Sah.2) Strategia) Strategi untuk meningkatkan PAD adalah:1. Intensifikasi dan ekstensifikasi;2. Menerapkan secara penuh penyesuaian tarif terhadap pajak daerah;3. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, OPD Penghasil, Kabupaten/Kota, POLRI;4. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam upaya peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah;5. Meningkatkan peran dan fungsi UPT, Cabang Pelayanan, dan Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan;6. Meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan aset dan keuangan daerah;7. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui penyempurnaan sistem administrasi dan efisiensi pengunaan anggaran daerah.b) Strategi untuk meningkatkan Dana Perimbangan adalah:1. Mengoptimalkan upaya intensilikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN) dan PPh Pasal 21;2. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan;3. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam peningkatan Dana Perimbangan;4. Meningkatkan koordinasi dengan Kabupaten/Kota.c) Strategi untuk meningkatkan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah adalah:1. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat;2. Menjalin kerjasama dan jejaring dengan lembaga non pemerintah;

3. Menginisiasi dan mencari sumber pendapatan dari masyarakat.3) Upaya yang dilakukan untuk pelaksanaan kebijakan dan strategi Pendapatan Daerah adalah:a) Pendapatan Asli Daerah :

1. Penataan kelembagaan, penyempurnaan dasar hukum pemungutan dan regulasi penyesuaian tarif pungutan;2. Pelaksanaan pemungutan atas obyek pajak/retribusi barn dan pengembangan sistem operasi penagihan atas potensi pajak dan retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya;3. Pemenuhan fasilitas dan sarana pelayanan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran;4. Peningkatan layanan secara khusus untuk lebih memperhatikan masyarakat pembayar pajak, serta memberikan kemudahan masyarakat dalam membayar pajak melalui drive thru, Gerai Samsat dan Samsat Mobile, layanan SMS, dan pengembangan Samsat Outlet;

5. Penerapan standar pelayanan kepuasan publik di beberapa OPD lainnya dengan menggunakan parameter ISO 9001-2000;

6. Penyebarluasan informasi dan program sosialisasi di bidang Pendapatan Daerah dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat;

7. Revitalisasi BUMD melalui berbagai upaya agar dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah, antara lain melalui peningkatan sarana, prasarana, kemudahan prosedur pelayanan terhadap konsumen/nasabah dalam meningkatkan persaingan usaha, serta mengoptimalkan peran Badan Pengawas, agar BUMD berjalan sesuai dengan peraturan; 8. Optimalisasi pemberdayaan dan pendayagunaan aset yang diarahkan pada peningkatan Pendapatan Ash Daerah; 9. Pembinaan secara teknis fungsional dalam upaya peningkatan fungsi dan pecan OPD sebagai unit kerja penghasil di bidang Pendapatan Daerah;

10. Koordinasi dengan Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Keuangan pada tataran kebijakan, dengan Provinsi Jawa Barat dalam operasional pemungutan dan pelayanan Pendapatan Daerah serta mengembangkan sinergi pelaksanaan tugas dengan OPD penghasil. b)Dana Perimbangan:

1.Sosialisasi secara terus menerus mengenai pungutan Pajak Penghasilan dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak;

2.Peningkatan akurasi data potensi baik potensi pajak maupun potensi sumber daya alam bekerja sama dengan Kementrian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak sebagai dasar perhitungan pembagian dana perimbangan keuangan;3. Pembinaan dan Optimalisasi Tim Intensifikasi PBB dan memberikan insentif kepada Kabupaten/Kota yang menunjukan kinerja baik;

4. Pelibatan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam perhitungan lifting migas dan perhitungan sumber daya alam lainnya agar memperoleh proporsi pembagian yang sesuai dengan potensi;

5.Koordinasi dengan Kementrian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis untuk mengupayakan peningkatan besaran DAU.c)Lain - lain Pendapatan yang sah :

1.Koordinasi dengan Kementerian Teknis dan Lembaga Non Pemerintah, baik Dalam maupun Luar Negeri

2.Inisiasi dan pengenalan sumber pendapatan dari masyarakat

3.Pembentukan lembaga pengelola dana masyarakat

Dengan mempertimbangkan kecenderungan pencapaian pendapatan daerah, kondisi ekonomi makro secara Propinsi Jawa Barat dan nasional, serta kapasitas OPD penghasil Kota Bogor, maka diperkirakan penerimaan pendapatan daerah Kota Bogor rata-rata secara keseluruhan mengalami pertumbuhan sekitar 7% (Tabel 3.11).

Tabel 3.11Proyeksi Pendapatan Kota Bogor Tahun 2015 2019NoU R A I A N APBD 2015 APBD 2016 APBD 2017 APBD 2018 APBD 2019

PENDAPATAN ASLI DAERAH360,654,994,640385,900,844,265412,913,903,363441,817,876,599472,745,127,960

1Pajak Daerah274,846,983,800294,086,272,666314,672,311,753336,699,373,575360,268,329,726

2Retribusi Daerah45,483,450,31448,667,291,83652,074,002,26555,719,182,42359,619,525,193

3Bagian Laba Usaha Daerah18,538,745,48619,836,457,67021,225,009,70722,710,760,38724,300,513,614

4Lain-lain Pendapatan Asli Daerah21,785,815,03923,310,822,09224,942,579,63826,688,560,21328,556,759,428

DANA PERIMBANGAN843,220,511,077843,220,511,077843,220,511,077843,220,511,077843,220,511,077

2Bagi Hasil Bukan Pajak/Bahil Pajak80,584,100,44786,224,987,47892,260,736,60198,718,988,163105,629,317,335

5Dana Alokasi Umum734,577,212,130785,997,616,979841,017,450,168899,888,671,679962,880,878,697

6Dana Alokasi Khusus28,059,198,50030,023,342,39532,124,976,36334,373,724,70836,779,885,438

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah304,641,929,396325,966,864,454348,784,544,966373,199,463,114399,323,425,531

1Pendapatan Hibah3,210,000,0003,434,700,0003,675,129,0003,932,388,0304,207,655,192

2Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya126,280,726,820135,120,377,698144,578,804,136154,699,320,426165,528,272,856

3Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus175,012,102,576187,262,949,756200,371,356,239214,397,351,176229,405,165,759

4Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya139,100,000148,837,000159,255,590170,403,481182,331,725

JUMLAH 1,508,517,435,1131,555,088,219,7951,604,918,959,4061,658,237,850,7891,715,289,064,568

3.2.3.Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama, termasuk penanganan 4 program prioritas Kota Bogor yaitu: Transportasi, Kebersihan, Pedagang Kaki Lima dan Kemiskinan.Belanja daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas.

Belanja penyelenggaraan diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan publik, pemanfaatan alokasi belanja diupayakan agar bisa efisien, efektif, dan proporsional. Berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2015-2019 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuang Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam belanja program/kegiatan. Kebijakan belanja daerah tahun 2015-2019 tetap diarahkan untuk mendukung peningkatan IPM, diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pencapaian IPM. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian 79,77 poin diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan suprastruktur.Kebijakan belanja daerah tahun 2015-2019 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, antara lain melalui:

a. Esensi utama penggunaan dana APBD adalah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat (welfare state) oleh karena itu akan terus dilakukan peningkatan program-program yang berorientasi pada masyarakat.

b. Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan program pembangunan yang disertai system pelaporan yang makin akuntabel.

c. Meningkankan anggaran untuk pendidikan walaupun pada saat ini telah mencapai 33% dari total belanja daerah tahun 2013 (amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional harus mengalokasikan 20 %). Alokasi anggaran tidak termasuk untuk kegiatan yang belum selesai tahun sebelumnya, dalam upaya peningkatan indeks pendidikan yang meliputi Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah (AMH dan RLS).d. Meningkatkan alokasi anggaran untuk kesehatan, menuju 10% sesuai UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan guna peningkatan kualitas dan aksesibilitas pelayanan dasar kesehatan dalam rangka peningkatan indeks kesehatan masyarakat, terutama untuk keluarga miskin serta kesehatan ibu dan anak.e. Sesuai dengan Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang pembangunan berkeadilan, yang bertujuan untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dan pencapaian target MDGs serta kebijakan pembangunan pemerintah pusat dan Propinsi Jawa Barat.

f. Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable cost secara terukur dan terarah.

g. Peningkatan efektivitas penggunaan dana PDPMK dan PNPM oleh masyarakat dalam mendukung kualitas pelayanan publik dan sinkronisasi implementasi antara rencana pembangunan Kota Bogor dengan masyarakat melalui kelurahan;h. Mengalokasikan anggaran untuk Pemilihan Umum tahun 2014.3.2.4.Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

3.2.4.1.Kebijakan Penerimaan Pembiayaan DaerahPembiayaan merupakan transaksi keuang