draf buku mipanetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/buku hasil lokarya... · web viewpendidikan dan...

107
PENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27 Juli 2010

Upload: vuongthu

Post on 06-Sep-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

PENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA

DI PERGURUAN TINGGI

HASIL LOKAKARYA MIPAnetBogor, 26 – 27 Juli 2010

KERJASAMA MIPAnet DENGAN FMIPA IPB DANDIREKTORAT AKADEMIK-DITJEN PENDIDIKAN TINGGI

Page 2: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Halaman 2

Page 3: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tim Penyusun dan Panitia Perumus:

Bagian A:Suryani, Yulin Lestari, Ali Kusnanto, Mersi Kurniati, Irmanida Batubara

Bagian B Ence Darmo Jaya Supena, Diah Iswantini, Akhirudin Maddu, I Wayan Mangku

Bagian C Hari Wijayanto, Utut Widyastuti, Purwantiningsih, Irzaman, Berlian Setyowati

Tim Editor:Hasim, Kiagus Dahlan, Aris Tjahjoleksono, Hamim

Page 4: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Halaman 2

Page 5: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

DAFTAR ISI

Halaman

A. STRATEGI MENINGKATKAN MINAT LULUSAN SMA PADA BIDANG MIPA .. 1A1. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat siswa SMA/MA

pada bidang MIPA ...................................................................... 2A2.Rekomendasi ............................................................................. 9

B. STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENELITIAN DASAR BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI ...................................................................... 24

B1.Peran dan Pentingnya Penelitian Dasar .......................................... 24B2.Status dan Permasalahan Penelitian Dasar ..................................... 26B3.Potensi dan Sumberdaya dalam Penelitian Dasar ............................ 34B4.Tantangan dan Peluang dalam Penelitian Dasar .............................. 37B5.Strategi dan Rekomendasi Peningkatan Mutu Penelitian Dasar .......... 42

C. TINJAUAN KURIKULUM INTI BIDANG MIPA BERBASIS PENGEMBANGAN IPTEK ........................................................................................... 45

C1. Peta Kurikulum Bidang MIPA ....................................................... 48C1.1. Kurikulum MIPA Sains ............................................................. 49C1.2. Kurikulum MIPA Kependidikan .................................................. 60C2. Kurikulum Inti Bidang MIPA Berbasis IPTEK .................................. 69C3. Penutup ................................................................................... 81

Page 6: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

BAGIAN A:STRATEGI MENINGKATKAN MINAT LULUSAN SMA

PADA BIDANG MIPA

Kemajuan pembangunan IPTEKS erat kaitannya dengan bidang MIPA sebagai ilmu dasar. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pengembangan teknologi tinggi berbasis pada ilmu-ilmu dasar. Oleh karena itu, penguasaan bidang MIPA dengan baik yang didukung oleh SDM yang berkualitas, proses pembelajaran yang bermutu dan menarik, sarana dan prasarana yang memadai, serta kebijakan pemerintah yang mendukung sangat diperlukan. Faktor-faktor ini sangat penting untuk dapat menghasilkan kompetensi lulusan bidang MIPA yang dapat memenuhi kebutuhan stakeholder MIPA.

Bidang MIPA yang meliputi Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi merupakan ilmu dasar yang dipelajari secara terpisah pada tingkat SMA. Keberhasilan pembelajaran MIPA di SMA/MA tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas. Namun demikian pada kenyataannya terdapat beberapa kendala seperti kualitas SDM yang belum memenuhi standar minimum, proses pembelajaran yang satu arah (teacher oriented), kurangnya sarana dan prasarana, dan dukungan pemerintah di bidang MIPA yang masih kurang. Hal ini menyebabkan rendahnya minat lulusan SMA/MA untuk melanjutkan studi bidang MIPA di perguruan tinggi.

Berdasarkan data EPSBED (2007) pada Tabel A1, minat lulusan SMA/MA untuk melanjutkan studi pada bidang MIPA masih belum sesuai target. Jumlah program studi MIPA yang tidak terpenuhi kursi calon mahasiswa antara 16.67 – 57.14%. Apabila dibandingkan antara peminat MIPA di PTN dan PTS, sebanyak 5.20% dari 173 program studi MIPA di PTN tidak terpenuhi targetnya, sedangkan peminat MIPA di PTS jauh lebih rendah (60.48% dari 124 program studi). Kondisi ini tentunya memerlukan perhatian serius dari stakeholder MIPA. Evaluasi secara menyeluruh diperlukan untuk meningkatkan minat lulusan SMA/MA menekuni bidang MIPA untuk studi lanjutnya.

Halaman 1

Page 7: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tabel A1. Jumlah program studi bidang MIPA yang rasio pelamar & targetnya < 1

Program studiPTN PTS Gabungan

n % <1 n % <1 n % <1Biologi 36 5.56 27 48.15 63 23.81Farmasi 12 0.00 12 48.78 53 37.74Fisika 38 7.89 12 83.33 50 26.00Geografi, Kartografi & PJ 5 0.00 1 100.00 6 16.67Kimia 39 5.13 14 64.29 53 20.75Matematika 36 2.78 22 68.18 58 27.59Statistika 7 14.29 7 100.00 14 57.14Grand Total 172 5.20 124 60.48 297 28.28Sumber: EPSBED tahun 2007

A1. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat siswa SMA/MA pada bidang MIPA

1. Lapangan pekerjaan lulusan MIPA yang kurang menarik Salah satu alasan siswa SMA/MA memilih program studi untuk melanjutkan studinya ialah lapangan pekerjaan yang dapat menerima mereka ketika lulus. Bidang MIPA tidak terlalu diminati oleh siswa SMA/MA salah satunya disebabkan karena para siswa memiliki keterbatasan pengetahuan mengenai lapangan pekerjaan maupun jenis wirausaha yang akan dilakukan jika telah lulus. Lulusan MIPA lebih berkonotasi untuk menjadi guru ataupun bergerak di bidang penelitian. Sementara itu untuk menjadi guru, lulusan MIPA harus mendapatkan sertifikat di bidang pengajaran terlebih dulu. Kondisi ini membuat lulusan MIPA merasa lebih sulit menjadi guru dibandingkan menjadi lulusan bidang pendidikan. Pekerjaan di bidang penelitian pun belum dirasa menarik oleh sebagian besar siswa. Siswa mendapatkan gambaran bahwa sebagai peneliti biasanya tidak sangat serius sehingga kurang bersosialisasi, insentif yang kurang menarik dan apresiasi pada peneliti ilmu dasar di Indonesia pun masih dinilai kurang. Sementara, bidang pekerjaan lain yang juga

Halaman 2

Page 8: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

memerlukan lulusan MIPA misalnya dalam bidang kontrol kualitas dan pengkajian untuk industri farmasi, pangan, lingkungan, produk pertanian, dan juga teknologi informasi masih kurang dipahami oleh siswa SMA/MA.

2. Materi ilmu dasar/MIPA dianggap sulit

Materi bidang MIPA secara umum dirasakan sulit bagi siswa SMA/MA dibandingkan dengan bidang ilmu lainnya. Pelajaran MIPA dirasakan sulit karena banyak rumus-rumus (matematika, kimia dan fisika) yang harus dipahami, banyak nama-nama latin yang harus dihafalkan (biologi dan kimia), disamping pemahaman yang sifatnya abstrak (matematika, kimia).

Kenyataan di lapang juga menunjukkan bahwa pelajaran Matematika dan IPA (MIPA) kurang disukai oleh siswa dari berbagai jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA). Banyak siswa mengalami kesulitan belajar MIPA. Pelajaran-pelajaran tersebut dianggap tidak menarik minat siswa dan kebanyakan siswa memperoleh hasil belajar MIPA yang rendah. Hal ini juga tercermin pada hasil ujian akhir nasional (UAN) yang rendah. Akar permasalahan dari sulitnya pemahaman bidang MIPA adalah penguasaan materi oleh guru yang masih kurang karena sebagian guru berlatar belakang pendidikan non-MIPA, sehingga pengetahuan mereka tentang MIPA sangat rendah; penyampaian materi yang kurang menarik/monoton (teacher oriented); praktikum yang seharusnya mendukung pemahaman teori jadi terbatas karena minimnya sarana dan prasarana. Rendahnya pengetahuan MIPA guru SMA ditengarai sebagai penyebab pembelajaran matematika dan IPA di SMA diselenggarakan secara tradisional. Pembelajaran IPA biasanya dilakukan secara ceramah dan siswa cenderung menghafalkan banyak istilah-istilah yang berhubungan dengan IPA dan konsep-konsep IPA, sehingga pengetahuan IPA mereka bersifat verbalistis dan tidak bermakna. Apalagi banyak konsep-konsep IPA yang abstrak menyebabkan siswa salah memaknainya dan mengalami miskonsepsi.

3. Penyampaian materi bidang MIPA kurang inovatif

Halaman 3

Page 9: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Keberhasilan pembelajaran MIPA kepada peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor seperti materi pelajaran dan karakteristiknya, kompetensi guru, kondisi laboratorium, proses belajar mengajar, peserta didik, infrastuktur dan bahkan keterlibatan orang tua. Salah satu kendala yang ditengarai dapat menimbulkan persepsi bahwa MIPA itu sulit dan tidak menyenangkan atau bahkan membosankan adalah cara penyampaian materi yang kurang/tidak menarik. Seringkali sebenarnya ketidaksenangan peserta didik terhadap pelajaran MIPA disebabkan oleh guru yang memberikan materi terlalu cepat, monoton, dan kurangnya variasi dalam pengajaran. Cara seperti ini dapat menyebabkan peserta didik jenuh dan tidak tertarik untuk mempelajarinya secara lebih mendalam. A. Malik Fadjar (mantan Mendiknas) menilai bahwa cara pengajaran MIPA yang dilakukan guru selama ini hanya melahirkan hafalan dan bukan melatih olah pikir. Akibatnya meskipun sudah mempelajari MIPA, peserta didik tetap saja kurang memiliki gambaran yang jelas yang dihasilkan oleh olah pikirnya, dan menjadi jenuh (Kompas, 3 September 2002).

Cara penyampaian materi yang kurang menarik ini kemungkinan dipicu oleh materi bidang MIPA yang sangat padat serta waktu yang terbatas, sehingga guru mentransfer pengetahuan MIPA dengan cepat dan kurang pembahasan/diskusi, karena mengejar target terpenuhinya penyampaian materi kepada peserta didik. Kesempatan baik guru dan peserta didik untuk lebih dapat menggali lebih dalam materi sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik nampaknya kurang berkembang. Meskipun pemerintah telah menggariskan agar proses belajar mengajar terjadi dalam situasi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented), pada kenyataannya pembelajaran MIPA di SMA/MA masih banyak berpusat pada guru (teacher oriented) melalui metode ceramah, kurang/tidak cukup memberikan contoh-contoh penerapan teori untuk memecahkan permasalahan nyata sehari-hari (problem solving). Lebih lanjut pemerintah juga sudah melakukan beragam pelatihan untuk meningkatkan kompetensi

Halaman 4

Page 10: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

guru dalam mengajar, namun nampaknya belum memberikan dampak nyata dalam inovasi cara mengajar, karena berbagai alasan diantaranya fasilitas tidak mendukung, tidak cukup waktu, materi padat, dan kurang mengikuti perkembangan IPTEKS, dan lemahnya penguasaan teknologi informasi. Kendala-kendala ini menyebabkan peserta didik kurang tertantang untuk mengeksplor bidang MIPA lebih lanjut, yang menyebabkan kurangnya ketertarikan peserta didik untuk mendalami MIPA melalui studi lanjut di perguruan tinggi.

Tantangan yang dihadapi ke depan adalah bagaimana menerapkan cara pembelajaran MIPA yang lebih inovatif/menarik yang mengintegrasikan teori dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari. Inovasi pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan ketertarikan peserta didik terhadap bidang MIPA misalnya meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran MIPA dengan memberikan perhatian lebih pada pemahaman materi-materi inti/penting secara berkelanjutan dengan cara mensinergikan teori dan praktek di laboratorium ataupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya cara menyampaian materi hendaknya lebih hidup, aplikatif dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

4. Kualitas guru kurang memadai untuk mengajar bidang MIPA

Sebagian guru memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan persyaratan kompetensi bidang MIPA. Diantara faktor penyebabnya adalah kemampuan guru MIPA dalam mengajar masih memprihatinkan. Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik, 2009) Kota Surabaya, kemampuan sebagian besar guru matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA) di Surabaya masih tergolong kurang. Pada tes kemampuan terhadap 1.399 guru, yang terdiri dari 706 guru SMPN, 526 guru SMAN, dan 167 guru SMKN (Dispendik dan Universitas Negeri Surabaya, 2009) memastikan bahwa lebih dari 50% guru (700 guru) memiliki nilai tes kemampuan guru

Halaman 5

Page 11: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

di bawah standar. Materi tes meliputi kemampuan bidang studi, bahasa Inggris, teknologi informasi, dan pedagogik (sumber: http://kabarguru.blogspot.com/2009/kemampuangurumipamasih.html).

Survei yang dilakukan oleh Direktorat TK/SD dan Dikdasmen (2005) tentang kompetensi guru menunjukkan bahwa jumlah guru yang tidak kompeten masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang kompeten yaitu terdapat 991.243 (45,96%) guru SD yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal, 317.112 (71%) guru SMP yang tidak memenuhi kualifikasi minimal, dan 87.133 (46.6%) guru SMU yang belum memperoleh kualifikasi pendidikan minimal. Dari kelompok tersebut sebagian termasuk kelompok guru yang memperoleh kewenangan mengajar melalui Program Akta Mengajar di UT (Zid, 2006).

Pada saat seminar dan bedah buku "Praktik Penelitian Tindakan Kelas" di Aula Redaksi Pikiran Rakyat salah seorang guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sekaligus pakar kurikulum Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd.. mengatakan bahwa salah satu indikator rendahnya kualitas guru di Indonesia adalah banyak guru yang dinyatakan tidak lulus ketika dites dengan menggunakan soal Ujian Nasional.

Standar Pendidikan Sains Nasional Amerika (NRC,1996) menyarankan bahwa dalam perkuliahan penyiapan guru sains, metode mengajar hendaknya lebih memperhatikan pada keterampilan teknik pengambilan keputusan, teori dan penalaran. Adapun untuk pengembangan profesionanya harus memberikan pengalaman kepada calon guru berpraktek sehingga dapat membangun pengetahuan , pengertian dan kecakapan.

5. Kebijakan pemerintah dalam mendukung peminat ke bidang MIPA masih kurang

Selama ini kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan siswa masih terlalu umum. Misalnya, beasiswa untuk masuk Perguruan Tinggi diberikan pada siswa yang berprestasi namun tidak secara khusus menekankan pada

Halaman 6

Page 12: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

bidang MIPA. Akibatnya siswa cenderung memilih bidang non MIPA yang dipandang lebih menjamin masa depannya. Untuk itu, insentif khusus bidang MIPA merupakan langkah strategis dalam upaya meningkatkan minat siswa SMA/MA.

Dalam era globalisasi dan kemajuan IPTEKS, teknologi berbasis ilmu-ilmu dasar semakin berkembang. Kondisi ini, hendaknya juga mulai disadari oleh pemangku kepentingan MIPA di tingkat SMA/MA. Guru MIPA SMA/MA dan siswanya dapat ikut berperan baik di tingkat nasional maupun internasional. Dalam hal ini pemerintah dapat memberikan dukungan/kesempatan melalui skema insentif diantaranya pertukaran pelajar/guru antar-negara, penguatan program sister school, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), dan menyelenggarakan/ memfasilitasi kegiatan ilmiah MIPA nasional/ internasional.

6. Sarana dan prasarana praktikum yang belum memadai

Sarana dan prasarana praktikum baik dari segi kualitas dan kuantitas sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan suatu proses pembelajaran. Belum memadainya sarana dan prasarana praktikum dapat menimbulkan siswa yang tertarik untuk memasuki bidang MIPA menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana yang ada di laboratorium, dapat membuat siswa mempraktekkan teori yang diajarkan oleh guru sehingga mereka lebih menangkap apa sebenarnya tujuan dan kegunaan dari materi yang dipelajari pada saat pemberian teori. Dan dengan adanya sarana prasarana yang lengkap guru juga dapat memberikan contoh yang lebih konkrit dalam memberikan materi sehingga anak murid dapat menangkapnya dengan baik dan terjadilah komunikasi dalam pembelajaran tersebut. Sarana praktikum yang diperlukan terdiri atas alat peraga untuk mata ajaran biologi, kimia, dan fisika serta peralatan lab. Adapun prasarana praktikum penunjang yang dibutuhkan meliputi ruang lab yang memadai dengan jumlah siswa dan penunjangnya berupa tersedianya air bersih dan listrik yang memadai.

Halaman 7

Page 13: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Di tingkat SMA prasarana laboratorium harus lengkap yakni laboratorium fisika, kimia, biologi, komputer, dan bahasa. Namun, kenyataannya sarana dan prasarana di sekolah masih belum memadai. Berdasarkan data Depdiknas tahun 2008 (SP), SMA negeri yang punya laboratorium multimedia 80 persen, swasta 50 persen. Adapun yang memiliki laboratorium IPA lengkap (Fisika, Biologi, dan Kimia) sudah 80 persen. Kondisi memprihatinkan di SMA swasta, yang punya tiga laboratorium IPA baru 10 persen, dan yang 2 laboratorium IPA 30 persen. Data hasil observasi dan wawancara, terdapat 18 sekolah dari yang disurvei, sebanyak 33,3% adalah sekolah yang mempunyai sarana dan prasarana laboratorium cukup lengkap dan sistem pengelolaannya baik, nilai ujian sekolah dan rapor siswa punya kecenderungan naik rata-rata (7 hingga 7,5).

A2.Rekomendasi

A2.1. Pelatihan & workshop untuk peningkatan kualitas guru-guru SMA bidang MIPA

Pelatihan peningkatan kualitas guru-guru SMA bidang MIPA bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru-guru sehingga dapat meningkatkan prestasi guru dan menjadi motivator terbaik bagi siswa SMA/MA untuk menempuh bidang MIPA di perguruan tinggi. Pelatihan ini mencakup peningkatan mutu pelaksanaan pembelajaran dengan meningkatkan dan mengoptimalkan sarana prasarana yang ada. Kegiatan ini sudah dilakukan di beberapa tempat diantaranya Pelatihan MGMP Matematika dan Fisika yang diselenggarakan oleh FMIPA UI bekerjasama dengan Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2009 (Gambar A1).

Halaman 8Gambar A1. Kegiatan workshop “Pemberdayaan MGMP Matematika dan Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Negeri & Swasta untuk Meningkatkan Mutu Mata Pelajaran” (sumber: portal FMIPA UI).

Page 14: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Kerjasama antara FMIPA dengan guru yang masuk dalam MGMP diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah menengah atas di wilayah tersebut. Mengingat bahwa MIPA net memiliki lingkup nasional maka pelaksanaan pelatihan dan workshop ini juga dapat dilakukan melalui kerjasama dengan MIPA net. MIPAnet dapat memberikan masukan tentang materi pelatihan dan workshop dalam rangka peningkatan kualitas guru-guru SMA bidang MIPA.

A2.2.Penyelenggaraan kompetisi ilmiah bidang MIPA (olimpiade, penulisan KIR, cerdas cermat)

Selama ini telah dilakukan beberapa penyelenggaraan kompetisi ilmiah bidang MIPA seperti olimpiade, penulisan Karya Ilmiah Remaja, cerdas cermat hingga beberapa acara televisi yang berisikan kompetisi di bidang MIPA. Kegiatan kompetisi di bidang MIPA ini dirasakan telah dapat meningkatkan minat siswa SMA/MA pada bidang MIPA, walaupun masih belum optimal. Kegiatan kompetisi ini sayangnya lebih banyak diminati oleh sebagian siswa saja, sementara itu sebagian besar siswa masih merasa kegiatan ini terlalu kaku. Oleh karena itu bagi pihak penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan untuk dapat membuat kegiatan ini menjadi lebih menarik dan tidak terkesan kaku.

Halaman 9

Page 15: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Kegiatan seperti kuis atau games bidang MIPA yang disertai visualisasi dirasakan makin perlu ditingkatkan agar minat siswa SMA/MA dan pemahaman siswa SMA/MA akan MIPA semakin meningkat.

Berikut dibawah ini adalah contoh kegiatan kompetisi ilmiah yang pernah dilakukan :

a. Pesta Sains IPB.

Pesta Sains (Gambar A2) merupakan ajang kompetisi siswa-siswi SMA (dan sederajat) se-Indonesia di bidang sains dan teknologi yang turut dimeriahkan dengan adanya seminar motivasi, seminar nasional mahasiswa serta guru pendamping, berbagai expo, pameran beasiswa dalam dan luar negeri, parade budaya nasional dan sederet hiburan lainnya yang sukses diselenggarakan setiap tahunnya sejak 2003.

Rangkaian acara yang digelar dalam Pesta Sains IPB 2010:

1. Kompetisi Sains Nasional tingkat SMA yang mencakup berbagai bidang MIPA seperti:

Lomba Cepat Tepat Biologi (LCTB)-Biologi

Halaman 10

Gambar A2. Tiga Puluh Siswa Pesantren Darul Mursyd Kabupaten Tapanuli Selatan yang berpartisipasi dalam Pesta Sains IPB 2010 (http://apakabarsidempuan.com/2010/11/30)

Page 16: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Chemistry Challenge (CC) – Kimia

Matematika Ria (MR) – Matematika

Kompetisi Fisika (KF) – Fisika

Lomba Karya Ilmiah Populer (LKIP) – Biokimia

Lomba Jajak Pendapat Statistik (LJPS) – Statistika

Meteorologi Interaktif (Metrik) – Geofisika dan Meteorologi

Programming Competition (PC) – Ilmu Komputer

2. Sains, Edu and Scholarship Expo

Halaman 11

Gambar A3. Suasana Kompetisi Sains Nasional Tingkat SMA Bidang MIPA

Page 17: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Kegiatan open house ini melibatkan 8 (delapan) departemen yang berada dalam lingkup FMIPA IPB, OMDA (organisasi Mahasiswa Daerah), bekerjasama dengan Departemen Pariwisata Kota dan Kabupaten Bogor. Dalam acara ini peserta juga mendapatkan informasi penawaran beasiswa dalam dan luar negeri.

3. Workshop Sains Interaktif

Workshop dan seminar interaktif dengan tema "Menggali potensi scientist muda" yang memotivasi dan mengembangkan potensi ilmuwan dalam diri peserta dengan pembicara Prof. DR (HC).Ing. Dr. Sc. Mult. Bachruddin Jusuf Habibie *) dan Prof. Yohanes Surya, Ph.D *), M. Aryanda Ondrio *) (Peraih Penghargaan Peneliti Muda se-Asia Tenggara).

4. Talkshow dan Training Motivasi

Talkshow motivasi dibawakan oleh Ahmad Bashori (Trainer JOSS Indonesia). Pada sesi ini para peserta diberikan motivasi untuk menjadi pribadi yang tangguh, sehingga dapat meraih kesuksesan.

5. Parade budaya Nasional

Organisasi Mahasiswa Daerah menampilkan kebudayaan daerah asalnya seperti tarian, lagu, makanan khas, permainan tradisional, dan cerita daerah.

b. Olimpiade Sains Nasional

Olimpiade Sains Nasional (OSN) bisa menjadi embrio gerakan nasional Ayo Cinta Sains yang memerlukan langkah nyata yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Sains tidak hanya penting untuk kepentingan siswa yang sedang menuntut ilmu, tetapi juga bermanfaat dalam kehidupan masyarakat (Berita OSN edisi 5/5 Agustus 2010).

Halaman 12Gambar A4. Olimpiade Sains Nasional 2010 (sumber:

www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/news_16pdf)

Page 18: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

c. ChemDay oleh Himpunan Mahasiswa Kimia-AMISCA ITB

Chem Day adalah kegiatan yang diadakan khusus untuk siswa SMA yang diberikan kesempatan untuk melakukan beberapa percobaan kecil seperti roket dan uji busa.

d. Learning Camp

Learning camp Siswa SMA Calon Penerima Beasiswa Pelopor Persiapan Ujian Saringan Mandiri (USM) ITB bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB dengan Disdik Jabar. Dalam ujian ini 200 siswa SMA bersaing memperebutkan beasiswa dari Gubernur Jabar, melalui bantuan hibah sebesar Rp 10 miliar bagi 100 orang yang diterima sebagai mahasiswa baru ITB tahun akademik 2010/2011 melalui USM ITB. Masing-masing akan mendapatkan beasiswa sebesar Rp 100 juta untuk menyelesaikan pendidikan di ITB sampai memperoleh gelar sarjana(S1) (Galamedia,2010)

Halaman 13

Page 19: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Pesta Sains dapat direkomendasikan sebagai program nasional peningkatan minat siswa SMA/MA di bidang MIPA. Antuasisme peserta (guru dan siswa) sangat tinggi, rata-rata melibatkan 1000 peserta dan 300 guru pendamping dari beragam SMA/MA seluruh Indonesia. Untuk lebih meningkatkan minat siswa SMA/MA pada bidang MIPA, maka pemerintah perlu lebih mendorong/memfasilitasi/mengangkat kegiatan-kegiatan ilmiah seperti tersebut ke tingkat nasional.

Selain kompetisi ilmiah bidang sains yang rutin dilakukan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, keberadaan PP-IPTEK yang diprakasai oleh Prof. Dr. B.J. Habibie perlu dijadikan sarana sebagai referensi nasional Science Centre di Indonesia. PP-IPTEK menyediakan berbagai alat peraga interaktif yang dapat dipergunakan untuk merangsang keingintahuan pengunjung terhadap fenomena iptek. Galeri PP-IPTEK berisi sekitar 300 alat peraga yang dikelompokkan menjadi 14 wahana: antariksa, lingkungan, energi, fluida, gelombang, listrik dan magnet, mekanika, optic, transportasi darat, transportasi udara, arena peneliti cilik, matematika, penyakit dan kesehatan, galeri Plato.

PP-IPTEK menyelenggarakan program pengayaan iptek khusus bagi guru MIPA dalam bentuk workshop dan seminar. PP-IPTEK juga menyelenggarakan dan menjadi fasilitator berbagai kompetisi bagi generasi muda, serta merupakan arena pentas kreativitas. Hal ini perlu digarisbawahi mengingat karakter generasi muda yang selalu ingin tahu dan perlu ditantang kreativitas dan kemampuannya, agar dapat lebih mengembangkan diri seoptimal mungkin. PP-IPTEK merupakan wadah kreativitas yang unik.

Halaman 14

Gambar A5. Roda Pesawat di PP-IPTEK

Page 20: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Kompetisi bidang MIPA di tingkat internasional diikuti oleh banyak siswa SMA/MA yang berhasil meraih medali emas, perak dan perunggu yang menggungguli negara maju (Istamar, 2010).

A2.3.Promosi bidang MIPA (poster/leaflet, CD interaktif), promosi online, talkshow alumni sukses, OMDA)

Berdasarkan kondisi kurang tertariknya lulusan SMA/MA pada bidang MIPA sebagai pilihan pertama dalam melanjutkan studi di Perguruan Tinggi, maka upaya promosi untuk membangkitkan ketertarikan lulusan SMA/MA terhadap bidang MIPA perlu dilakukan dengan serius. Kegiatan promosi yang menarik dan inovatif hendaknya dirancang untuk dapat memberikan:

Halaman 15

Gambar A6. Siswa Indonesia pada 42nd International Chemistry Olympiade di Jepang.

Page 21: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

gambaran atau image kepada siswa SMA/MA bahwa belajar MIPA itu menarik sehingga siswa dapat menjadi lebih mudah untuk memahami materi;

informasi yang baik dan benar tentang peluang pekerjaan bagi lulusan MIPA yang cukup luas dan menarik, tidak sebatas menjadi guru MIPA setelah lulus dari Pendidikan MIPA, tetapi melalui jalur bidang MIPA murni/non pendidikan peluang dunia kerja akan lebih luas termasuk untuk langsung berprofesi sebagai guru; dan

menanamkan sejak awal gerakan Cinta MIPA dari TK-SMA/MA.

Promosi dapat dilakukan dengan beragam cara-cara yang menarik dan interaktif:

diskusi interaktif (talk show) oleh alumni yang berhasil melalui ‘’Success story”,

promosi melalui media masa,

pameran pendidikan dan pembangunan

road show ke SMA/MA-SMA/MA,

memberikan informasi mengenai MIPA secara on line,

memanfaatkan mahasiswa dari berbagai daerah OMDA.

menyiapkan promotion kits yang menarik dan informatif misalnya poster/leaflet, CD interaktif, audio visual MIPA.

Untuk meningkatkan daya tarik bidang MIPA bagi siswa SMA/MA maka perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh dari beragam aspek untuk mengetahui akar permasalahan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun langkah-langkah strategis sebagai solusi dalam meningkatkan minat siswa SMA/MA bidang MIPA adalah dengan melakukan tracer study. Tracer study dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) MIPA untuk mendapatkan keluaran (output) berupa data base bidang MIPA yang mencakup:

Halaman 16

Page 22: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

sebaran lulusan dan jenis lapangan kerja,

kebutuhan pengguna lulusan MIPA terkait dengan kompetensi yang diperlukan,

harapan masyarakat terhadap lulusan MIPA dan pengembangan MIPA di masa depan.

Informasi tersebut sangat penting untuk dapat memetakan posisi bidang MIPA saat ini, sehingga kesenjangan (gap) lulusan MIPA dan dunia kerja dapat terjembatani dengan lebih baik, langkah-langkah strategis dan bahkan urgensi tindak lanjutnya dapat diformulasikan dan diimplementasikan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

Nampaknya perlu dilakukan segera Re-Vitalisasi Bidang MIPA di Indonesia. Road map pengembangan MIPA di Indonesia perlu disusun, target jangka pendek, menengah dan panjang perlu dibuat dengan baik, langkah-langkah strategis (strategic approach) diformulasikan, termasuk kebijakan (policy) yang mendukung implementasinya. Buku Putih Road Map Pengembangan MIPA di Indonesia perlu disusun sebagai acuan bagi pemangku kepentingan bidang MIPA. Sosialisasi perlu dilakukan untuk kemudian dapat mengimplementasikan program-program pengembangan MIPA. Hal ini semua pada dasarnya akan dapat membangkitan minat siswa SMA/MA untuk mendalami bidang MIPA dan akan bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran bidang MIPA di Indonesia termasuk kompetensi para lulusannya.

A2.4.Beasiswa khusus bidang MIPA bagi siswa SMA/MA berprestasi

Adanya beasiswa khusus bidang MIPA diharapkan akan meningkatkan minat siswa berprestasi untuk menekuni bidang ini. Siswa berprestasi tersebut diharapkan akan melanjutkan studinya di fakultas MIPA tanpa mengkhawatirkan biaya. Beasiswa bidang MIPA ini akan menarik minat para siswa SMA/MA untuk meningkatkan pemahamannya di bidang MIPA, dan pada akhirnya akan semakin banyak siswa SMA/MA yang menguasai ilmu MIPA dengan baik. Beasiswa bidang MIPA diberikan pada siswa berprestasi, tidak mampu secara ekonomi, dan mempertimbangkan asal wilayah. Dengan

Halaman 17

Page 23: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

pemberian beasiswa bidang MIPA bagi siswa selama masa studinya di perguruan tinggi, maka diharapkan akan dapat meningkatkan perkembangan ilmu-ilmu dasar di Indonesia.

Pengadaan beasiswa ini perlu mendapat dukungan pemerintah dalam arti ada kebijakan khusus dari pemerintah melalui DIKDASMEN seperti halnya pemberian Program BIDIK yaitu pemberian beasiswa dan biaya pendidikan kepada 20.000 mahasiswa dan atau calon mahasiswa dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi, baik di bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Bagian Kelima, pasal 27 ayat (2), menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi. (DIKTI, 2009).

Selain pemberian pemberian beasiswa dapat juga dilakukan upaya pemerataan guru dan upaya ini perlu mendapat dukungan pemerintah daerah. Upaya pemerataan guru ini dilakukan dengan melalui ikatan dinas (Antara News, 2010).

Realisasi Peraturan pemerintah Nomor. 66 tahun 2010 (PP No. 66) dengan  mahasiswa miskin sebagai skala prioritas patut disyukuri. Namun, jatah yang ditetapkan sebesar 20 persen dalam SNMPTN belum  bisa memberikan harapan dan masa depan bagi kalangan kurang mampu.Pemberian beasiswa dari gubernur seluruh Indonesia bagi yang berminat masuk bidang MIPA di daerahnya masing-masing. Selain itu pemerintah lewat Dikti memberikan beasiswa “Bidik MIPA” bagi siswa SMA yang sudah mulai diberikan ketika siswa masih duduk di kelas 2.Bentuk penerimaannya tetap sama dengan bidik misi. Hanya saja, ada kekhususan mahasiswa yang memilih di jurusan ilmu alam.

A2.5.Membangun jejaring MIPA dengan SMA/MA

Peningkatan minat siswa SMA/MA pada bidang MIPA dapat dilakukan oleh pihak perguruan tinggi dengan cara membangun kerjasama dengan pihak SMA/MA dan stakeholder. Perguruan tinggi akan mendukung pengembangan dan pembinaan SMA/MA, melalui beberapa kegiatan:

Halaman 18

Page 24: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

a. Pembinaan guru MIPA dalam bentuk magang di perguruan tinggi. Sasarannya adalah peningkatan mutu dan wawasan guru bidang MIPA sehingga dapat meningkatkan kualitas lulusannya.

b. Lomba-lomba bidang MIPA secara berkala dan rutin. c. Open House untuk memperkenalkan bidang MIPA kepada guru dan siswa

SMA.d. Seminar sains yang melibatkan guru bidang MIPA sebagai peserta untuk

menambah wawasan guru terhadap perkembangan ilmu dasar/sains yang terbaru.

e. Pemberian kesempatan kepada SMA/MA untuk menggunakan sarana yang ada di perguruan tinggi seperti sarana laboratorium untuk materi tertentu yang menyesuaikan dengan kondisi di PT tersebut dan fasilitas perpustakaan. Cara ini diharapkan dapat meningkatkan minat siswa lulusan SMA/MA untuk memilih bidang MIPA (diskusi paralel Workshop MIPA-net 2010).

Selain itu, diperlukan pembentukan jejaring MIPA yang melibatkan stakeholder seperti himpunan profesi keilmuan MIPA (Himpunan Kimia Indonesia, Himpunan Biologi Indonesia, Himpunan Fisika Indonesia, dan Indonesian Mathematical Society), MGMP, SMA/MA, perguruan tinggi, dan alumni MIPA (Gambar A7)

Seluruh jejaring yang akan dibentuk dapat dikoordinasikan melalui MIPA-net. Dengan terbentuknya jaringan ini diharapkan minat siswa SMA/MA terhadap bidang MIPA akan semakin meningkat. Skema jejaring yang dikoordinasikan oleh MIPA-net disajikan pada Gambar A7.

Halaman 19

SMA

Guru

SiswaLulusan SMA

PT

Dosen

Mahasiswa

Lulusan PT

MIPA-net

Himpunan Profesi

MGMP

Page 25: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Gambar A7. Skema MIPA-net. ( ↔: komunikasi dua arah tiap stakeholder, --: proses perbaikan)

A2.6.Peninjauan kembali kurikulum bidang MIPA melalui pendekatan komprehensif ditingkat sekolah menengah

Struktur kurikulum dan bobot serta kedalaman materi bidang MIPA di tingkat SMA/MA perlu dievaluasi secara komprehensif. Kurikulum bidang MIPA di sekolah menengah (SMP dan SMA/MA) hendaknya diberikan secara berjenjang, tidak tumpang tindih (overlapping) dan memperhatikan kedalaman materi untuk setiap jenjangnya. Dengan proporsi pemberian materi yang bertahap, maka pengulangan pemberian materi dan pendalamannya akan menyesuaikan dengan tingkat/kelas pembelajarannya. Hal ini akan menghindari kebosanan siswa dalam memahami materi dan membuat siswa akan lebih tertarik untuk menekuni bidang MIPA. Untuk itu diperlukan peninjauan kembali kurikulum MIPA secara komprehensif yang mencakup materi, cara pembelajaran (teori dan praktek), sarana dan prasarana pendukung, kompetensi pengajar, serta dukungan kebijakan dari pemerintah.

Untuk mendukung terbentuknya kurikulum MIPA yang komprehensif dan berjenjang, perlu dilakukan beberapa hal:

a).Penyederhanaan kurikulum Sejak kurikulum 1994 diberlakukan, banyak anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa kurikulum tersebut sangat padat. Guru lebih dituntut menyelesaikan target kurikulum daripada melihat kemampuan siswa dalam memahami isi kurikulum.

b).Pembelajaran MIPA dibuat menarikGuru yang kompeten di bidang MIPA dapat menjadi kunci keberhasilan bagi pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Namun demikian, keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran (transfer materi) juga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan siswa. Tanpa menempatkan siswa sebagai fokus pembelajaran (student-centered learning) dan tanpa pendekatan

Halaman 20

Page 26: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

kooperatif, pembelajaran menjadi monoton dan bersifat satu arah. Siswa, pada akhirnya, cepat merasa bosan. Lemahnya daya dukung sarana dan terlalu banyaknya target materi, juga menjadi penyebab lain. Oleh karena itu, metode kooperatif yang didukung dengan media pembelajaran yang representatif dan dikemas dalam variasi kegiatan pembelajaran yang menarik dan disesuaikan dengan dunia siswa akan menjadi sebuah alternatif model pembelajaran. Variasi metode pembelajaran juga diperlukan untuk meningkatkan ketertarikan siswa SMA/MA diantaranya dengan praktikum di laboratorium maupun di lapangan, penggunaan alat peraga dan ilustrasi yang menarik (CD interaktif) sehingga siswa dapat mengaitkan materi ajar dengan peristiwa sehari-hari (student centered), dan mulai menerapkan pemahaman MIPA untuk memecahkan masalah (problem solving).

c).Perbaikan sarana dan prasarana praktikum.Sarana dan prasarana yang belum memadai merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya minat lulusan SMA/MA untuk meneruskan pendidikan tinggi ke bidang Mipa. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi hal tersebut. Pengembangan sarana dan prasarana praktikum dapat dilakukan dengan cara menambah atau melengkapi peralatan laboratorium/praktikum yang semata-mata bukan saja dari kualitas yang tinggi tapi juga dapat menjelaskan konsep yang akan diterapkan terhadap siswa SMA/MA. Namun ada permasalahan yang sering ditemui sarana laboratorium/praktikum yaitu sebagian besar mendapat kesulitan dalam pengaturan jadwal penggunaan laboratoriumnya dan pembagian alat.

d).Penyediaan laboratorium MIPA terpadu.Penyediaan fasilitas bersama hendaknya dilakukan oleh pemerintah daerah dan dikelola oleh Dinas Pendidikan setempat. Bagi sekolah-sekolah yang tidak memiliki laboratorium pendidikan, hal ini akan merupakan terobosan dalam mengatasi permasalahan keterbatasan sarana dan prasarana.

Halaman 21

Page 27: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Peran pemerintah bersama sekolah sangat dibutuhkan karena pemerintah turut bertanggung jawab untuk memenuhi sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kelancaran proses pembelajaran. Berdasarkan kenyataan yang ada beberapa sekolah baik perkotaan maupun pedesaan, baik di sekolah-sekolah umum maupun madrasah memiliki sarana dan prasarana praktikum yang belum memadai dengan kata lain tidak mempunyai laboratorium. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan harus mengalokasikan sebagian dana pendidikan untk meningkatkan sarana dan prasarana. Pemenuhan infrastruktur pendidikan yang memadai dan sesuai standar nasional seharusnya dipenuhi pemerintah, karena setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu sesuai standar nasional yang sudah ditetapkan pemerintah.

Halaman 22

Page 28: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

BAGIAN B:STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENELITIAN DASAR BIDANG MIPA

DI PERGURUAN TINGGI

B1.Peran dan Pentingnya Penelitian Dasar

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) merupakan faktor penentu perkembangan peradaban manusia, terlebih di dalam era globalisasi yang dalam berbagai sektor kehidupan menuntut peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas sehingga dapat bersaing di pasar bebas. Peningkatan secara signifikan untuk ketiga hal tersebut dan selanjutnya dapat terus dikembangkan lagi sangat membutuhkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Perkembangan iptek ini dituntut harus dapat memahami dan memecahkan dari dasar dan akar permasalahannya, sehingga tidak terlepas dari dukungan berbagai teori yang berasal dari pemikiran dan pengetahuan mendasar, atau melalui paradigma baru yang hanya dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian dasar. Oleh karena itu, Penelitian Dasar (PD) menjadi keniscayaan yang perlu mendapat perhatian dan dukungan secara signifikan pula, baik dari pemerintah nasional maupun pemerintah daerah, melalui lembaga-lembaga riset dan perguruan tinggi, juga dari kalangan industri dan masyarakat pada umumnya. Sebagai contoh berbagai program insentif yang telah dilaksanakan oleh DIKTI Kemendiknas telah mulai meningkatkan minat melakukan penelitian dasar di PT.

Penelitian Dasar (Basic Research) atau populer juga disebut juga Penelitian Fundamental (Fundamental Research), dan terkadang disebut pula Penelitian Murni (Pure Research) adalah penelitian yang dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman prinsip-prinsip fundamental. Hasil dari PD ini seringkali tidak langsung berupa keuntungan komersial/ekonomi, tetapi PD bahkan dapat terus memunculkan keingintahuan. Namun hasil dari PD ini telah

Halaman 23

Page 29: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

banyak yang menjadi landasan untuk penelitian terapan (applied research) maupun pengembangan produk komersial. Bahkan fakta menunjukkan bahwa penemuan teknologi terobosan yang bersifat inovatif dan fenomenal serta secara signifikan dapat memecahkan berbagai permasalahan, seperti dalam bidang pangan, energi dan lingkungan, diinisiasi dari hasil PD karena mencoba memahami dari dasar dan akar permasalahannya. Perguruan tinggi (PT) merupakan komponen yang menduduki posisi penting dalam melaksanakan dan mengembangkan PD ini. Di beberapa negara maju, PD ini memang biasanya dilaksanakan oleh atau menjadi mandat utama PT.

Hasil diskusi para peneliti dari PT di Indonesia pada tahun 2004 merumuskan kriteria Penelitian Fundamental (PF) atau sebelumnya disebut Penelitian Dasar (PD), yaitu penelitian yang berorientasi mendasar, “penelitian untuk ilmu”, dengan orisinalitas tinggi. Penelitian fundamental pada hakikatnya diperlukan oleh semua bidang ilmu sehingga tidak terikat pada tema tertentu atau tidak bersifat top-down. Termasuk dalam PF ialah pencarian metode baru atau teori baru. Direktorat Jenderal Pendidikan Dikti, Kemendiknas melaksanakan program hibah penelitian fundamental (PF) bertujuan untuk melakukan pembinaan penelitian yang mengarahkan peneliti untuk mendapatkan modal saintifik yang mungkin tidak berdampak ekonomis dalam jangka pendek. Modal saintifik ini diharapkan dapat dikembangkan oleh peneliti PF tersebut atau oleh peneliti lain dalam penelitian terapan yang berdampak ekonomis. Dari program ini dosen yang bersangkutan diharapkan dapat meningkatkan budaya meneliti, meningkatkan kualitas kemampuan dalam melakukan kegiatan penelitian mandiri dan dapat meneruskan kemampuan untuk mengikuti kegiatan penelitian yang lebih kompetitif. Hasil Penelitian Fundamental seyogianya menjadi acuan di arena nasional dan internasional. Oleh sebab itu, publikasi merupakan luaran yang sangat penting bagi Penelitian Fundamental. Peneliti harus mempublikasikan hasil penelitiannya dalam jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi dan jika memungkinkan dipublikasikan dalam jurnal internasional.

Bersadarkan pada Panduan Program Riset Insentif KNRT, kriteria penelitian dasar (PD) adalah penelitian yang dilakukan untuk pengembangan

Halaman 24

Page 30: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

teori, konsep, dan metodologi dari suatu bidang ilmu tertentu. Lebih lanjut PD ini dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) PD fundamental yang melingkupi kemajuan ilmu serta kepranataan ilmu lanjut, yaitu berupa upaya merumuskan yang belum terjelaskan, (2) PD perumusan yang melingkupi masalah pertumbuhan pemanfaatan ilmu, dan (3) PD untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dijumpai dalam proses mencapai produk target tertentu. Oleh karenanya tujuan umum program PD Insentif KNRT tersebut adalah membangun kemampuan peneliti dan menguatkan kemampuan institusi untuk melaksanakan PD dan meletakkan dasar kemampuan mengembangkan penelitian terapan. Sedangkan tujuan khususnya adalah: (1) Memacu kajian kritis bidang keilmuan secara konseptual-teoritis (discovery) dan/atau eksperimental; (2) Menghasilkan studi unggulan yang dilandasi cara berpikir kritis dan independen seirama dengan tingkat perkembangan mutakhir masalah-masalah keilmuan; (3) Meningkatkan kemampuan kreatif dan inventif ilmiah (invention) dan/atau pembaharuan metodologi (dan teknologi terkait) dalam bidang keilmuan tertentu untuk dikembangkan ke arah produksi.

Oleh karenanya, penelitian yang bersifat dasar (Penelitian Dasar) menjadi keniscayaan yang perlu mendapat perhatian secara nyata demi pengembangan IPTEK yang sebenarnya, dan untuk ini perlu dibuatkan rumusan strategi peningkatan Kuantitas dan Kualitas Penelitian Dasar sebagai dasar pengembangan IPTEK di Indonesia

B2.Status dan Permasalahan Penelitian Dasar

B2.1. Pendanaan dan Penurunan Minat Peneliti pada Penelitian Dasar

Kebijakan alokasi dana penelitian di Indonesia dewasa ini masih lebih difokuskan untuk penelitian yang memberi manfaat langsung atau lebih kepada penelitian terapan. Kebijakan ini tentu saja sudah menjadi sewajarnya bila dilakukan oleh departemen atau kementerian teknis seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Perikanan dan Kelautan dan Kementerian Perindustrian. Namun pada kenyataannya pada Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) pun kebijakannya sejak tahun pelaksanaan 2009 sudah sangat mengurangi proporsi untuk penelitian dasar dan lebih

Halaman 25

Page 31: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

dialokasikan untuk penelitian terapan sampai ke difusi teknologi. Hal yang juga lebih memprihatinkan dalam pengembangan penelitian dasar di Indonesia, di garda terakhir pun yaitu di PT melalui program hibah penelitian DP2M DIKTI Kemendiknas, terdapat kecenderungan lebih mendukung pengembangan penelitian terapan daripada pengembangan penelitian dasar. Akibat dari kurang berkembangnya penelitian dasar ini akan berdampak pada kurang atau tidak berkembangnya Iptek terutama dalam bidang dasar MIPA. Oleh karenanya, penelitian yang bersifat mendasar (Penelitian Dasar) menjadi keniscayaan yang perlu mendapat perhatian secara nyata untuk pengembangan Iptek secara fundamental.

Jumlah proposal atau hibah yang didanai untuk Penelitian Dasar (PD) atau Penelitian Fundamental (PD) yang dibiayai dari Program Hibah Penelitian DP2M DIKTI pada periode tahun 1995-2000 kemudian dilanjutkan data periode tahun 2005-2008 mengalami peningkatan (Gambar B1), meskipun kenaikan ini tidak signifikan atau tidak berimbang bila dibandingkan dengan peningkatan kuantitas dan pendidikan SDM dosen PT. Hal yang sama juga terjadi peningkatan jumlah dana maksimum per proposal per tahun yang dapat diusulkan dan disetujui mulai dari sekitar Rp 10.000.000,- pada tahun 1995 menjadi sampai Rp 40.000.000,- pada tahun 2010. Batasan dana penelitian PF atau PD melalui program DP2M DIKTI ini masih jauh lebih rendah daripada misalnya program Strategis Nasional yang sifatnya penelitian terapan dengan dana dapat mencapai Rp 100.000.000,- atau bahkan untuk penelitian strategis unggulan yang dituntut langsung menjawab atau memecahkan permasalahan nasional dapat mencapai Rp 1 milyar.

Halaman 26

Page 32: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Gambar B1. Jumlah proposal yang diajukan dan didanai untuk Penelitian Dasar atau Penelitian Fundamental pada periode tahun 1995-2000 (atas) dan periode tahun 2005-2008

Dana maksimum per proposal yang kecil untuk penelitian dasar ini, berkebalikan dengan persyaratannya yang sangat tinggi atau berat. Persyaratan pengusul PF atau PD yaitu dosen bergelar Doktor, atau minimum Lektor Kepala, memiliki track-record publikasi ilmiah, dan ada relevansinya dengan bidang keilmuan dan mata kuliah yang diampu. Persyaratan lain yang juga tinggi yaitu hibah PF ini berorientasi pada mutu, mensyaratkan gagasan dan kreativitas dengan orisinalitas tinggi, dan hasilnya diharapkan menjadi

Halaman 27

Page 33: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

acuan di arena nasional dan internasional melalui publikasi dalam jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi dan jika memungkinkan dipublikasikan dalam jurnal internasional. Persyaratan hibah PF atau PD ini lebih tinggi daripada penelitian jenis lainnya, misalnya bila dibandingkan terhadap penelitian strategis nasional.

Gambar B1, selain menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan jumlah hibah PF atau PD yang didanai meningkat, tetapi secara nyata menggambarkan tingkat keketatan seleksi yang menurun karena jumlah proposal yang masuk mengalami penurunan yang tajam. Data ini mengindikasikan bahwa minat dosen PT untuk mengajukan proposal dan melakukan penelitian dasar mengalami penurunan.

Fenomena terjadinya penurunan minat dosen terhadap penelitian dasar ini selain karena jumlah dana yang dialokasikan lebih kecil dan persyaratan yang lebih tinggi daripada penelitian yang bersifat terapan, juga terdapat kecenderungan para dosen idealis yang mengajukan penelitian dasar. Terlebih bidang ilmu dasar MIPA, seringkali kalah bersaing dalam mendapatkan dana penelitian, meskipun dari sumberdana yang tidak membatasi tipe penelitian, misalnya pada program Hibah Bersaing DP2M DIKTI. Hal lain yang juga menurunkan minat penelitian dasar MIPA khususnya untuk bidang penelitian dasar Matematika yaitu bahwa penelitiannya bukan berupa eksperimental sedangkan sistem pendanaan penelitian yang ada di Indonesia hanya cocok untuk penelitian eksperimental sehingga sering proposal penelitian dasar matematika ditolak hanya karena tidak sesuai dengan perangkat dan aturan yang berlaku saat ini. Karena ketidak tersediaan pedoman penilaiaan untuk tipe penelitian non-eksperimental ini, penolakan proposal juga sering dikarenakan tim reviwer yang kurang memahami seluk-beluk penelitian non-eksperimental.

B2.2. Kurang fokusnya bidang Peletian Dasar

Meskipun jumlah dana yang tersedia dari DP2M DIKTI Kemendiknas untuk PF atau PD relatif terbatas, pendanaan tersebut tidak difokuskan kepada bidang-bidang tertentu yang terpilih dan diprioritaskan. Dana tersebut masih

Halaman 28

Page 34: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

dialokasikan untuk semua bidang dengan tujuan lebih kepada pemerataan. Bidang MIPA yang menjadi dasar untuk banyak pengembangan iptek berada pada urutan kelima dalam hal jumlah proposal dan urutan keempat dalam hal jumlah dana yang relatif sepadan dengan bidang sosial-ekonomi (Gambar B2).

Gambar B2. Alokasi dana bagi penelitian dasar DIKTI Kemendiknas Tahun 2008 untuk berbagai bidang ilmu berdasarkan jumlah proposal (atas) dan jumlah dana (bawah)

Kebijakan pemerataan tetapi dengan jumlah dana yang tidak cukup akan menyulitkan pengembangan iptek karena hasilnya pengembangan yang tanggung dan tidak tuntas tidak akan menghasilkan produk yang berdaya

Halaman 29

Page 35: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

saing dan mempunyai nilai tambah tinggi. Bila menimba pengalaman dari Inovating Developing Country (IDC) seperti Korea Selatan, China, India, dan Brazil nampaknya dengan keterbatasan dana penelitian, Indonesia harus lebih memfokuskan pada bidang-bidang pilihan tertentu yang tentunya harus diperkuat dengan penelitian dasar di bidang tersebut. RR China yang lebih memfokuskan untuk pengembangan bioteknologi dan rekayasa genetik, kini telah mendapatkan hasilnya bukan hanya dalam perkembangan iptek dan saintifik tetapi juga perkembangan ekonomi yang baik. India sudah berkembang sangat pesat untuk bidang Information & Communication Technology, serta bidang nanosains dan rekayasa, sedangkan Brazilia lebih fokus dan telah sukses dalam pengembangan biofuel.

B2.3. Kebijakan Perguruan Tinggi terhadap penguatan Penelitian Dasar

Karena departemen teknis lebih memprioritaskan penelitian terapan, maka sudah sewajarnya Kemendiknas lewat DP2M DIKTI lebih memprioritaskan kepada penelitian dasar. Namun karena sangat beragamnya kemampuan PT, kebijakan memberi mandat PT untuk melakukan PD ini dilakukan terhadap PT yang dinilai mampu. Untuk PT yang di luar PT yang dinilai mampu tersebut atau PT di daerah lebih baik untuk memecahkan masalah setempat yang pada umumnya lebih memerlukan penelitian terapan daripada penelitian dasar. Program desentralisasi hibah DP2M DIKTI terhadap tujuh perguruan tinggi (UGM, IPB, Unhas, Undip, UB, ITB dan Unair) merupakan bentuk perhatian dan kebijakan bahwa pendistribusian dana penelitian selain didasarkan pada peran dan kemampuan PT, juga terdapat upaya supaya para dosen di PT yang mempunyai daya kompetisi lebih rendah berpeluang juga untuk mendapatkan dana penelitian dan dilakukan pembinaan. PT desentralisasi mendapatkan otonomi pengelolaan riset mulai dari proses penerimaan proposal sampai membuat keputusan jumlah proposal yang didanai untuk program Penelitian Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pascasarjana, dan Pekerti. Kebijakan pengembangan penelitian dasar diserahkan kepada PT dengan otonomi pengelolaan riset. Namun kenyataan yang ada menunjukkan fenomena yang

Halaman 30

Page 36: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

sebaliknya dan memprihatinkan dari segi pengembangan penelitian dasar, karena justru PT desentralisasi dengan kemampuan risetnya yang di atas rata-rata PT non-desentralisasi malah kebijakannya cenderung tidak mendukung penguatan penelitian dasar dengan penurunan jumlah hibah Fundamental yang didanai (Gambar B3). Penurunan hibah PF pada PT-desentralisasi dimungkinkan juga karena faktor reviewer yang lebih didominasi oleh reviewer dengan bidang keahlian aplikatif. Jumlah dana total dan jumlah proposal yang didanai untuk 7 PT desentralisasi disajikan pada Gambar B4.

Gambar B3. Perolehan dan pendanaan Hibah Penelitian Fundamental PT di Indonesia pada periode 2005-2008 untuk PT-desentralisasi (atas) dan PT-nondesentralisasi (bawah)

Halaman 31

Page 37: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Gambar B4. Jumlah dana (atas) dan judul penelitian (bawah) untuk penelitian dasar yang didesentralisasikan ke 7 PT tahun 2006-2008.

B2.4. Luaran penelitian dan publikasi masih rendah

Luaran penelitian masih rendah, bukan hanya untuk Penelitian Fundamental, tetapi juga untuk program penelitian lainnya, yaitu Hibah Bersaing, Hibah Pascasarjana, dan Pekerti (Tabel B1). Untuk luaran berupa publikasi masih dalam nisbah hibah : publikasi = 2,35 : 1 atau bila dilihat dari dana masih sekitar Rp 100 juta per artikel, sehingga masih harus ditingkatkan. Rendahnya publikasi ini tercermin juga dari keberadaan dan kualitas jurnal ilmiah dalam negeri yang masih memprihatinkan. Dari 12.772 jurnal yang memperoleh ISSN, hanya 7.017 jurnal yang yang terdata di PDII. Hasil Survey pada bulan Juli 2009, dari 1.350 jurnal ilmiah, hanya 390 jurnal ilmiah terakreditasi, yaitu 250 terakreditasi DIKTI dan 140 terakreditasi LIPI (Yulizar, 2010).

Halaman 32

Page 38: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tabel B1. Luaran penelitian Program DP2M-DIKTI periode tahun 2006-2008

Jenis Hibah Jumlah Hibah

Jumlah LuaranPaten

Publikasi

TTG/RS Buku Total

Bersaing 4716 37 1823 154 241 2384Pascasarjana

473 6 303 1 20 330

Fundamental

2148 9 914 112 77 1112

Pekerti 421 3 119 27 23 172JUMLAH 7758 55 3159 294 361 3898

B3.Potensi dan Sumberdaya dalam Penelitian Dasar

Kemajuan suatu bangsa dan negara sangat ditentukan oleh kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuannya. Pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan sangat tergantung kepada kemajuan penelitian ilmiah yang dilakukan. Untuk menjadi bangsa dan negara yang maju, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan harus dikelola, diberdayakan, serta dimamfaatkan sedemikian rupa sehingga dua hal tersebut bisa menjadi potensi yang kuat dan efektif dalam menopang pembangunan dan kemajuan. Sebagai contoh negara Jepang negara superpower ekonomi kedua setelah Amerika ini dari segi sumber daya alam yang jauh dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia, namun mereka berhasil dengan sangat fenomenal mengangkat kesejahteraan dan pembangunan negaranya karena menjadikan pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai penopang utama kemajuan, kesejahteraan, dan pembangunannya. Untuk tujuan tersebut, maka Jepang menjadikan institusi pendidikan terutama pendidikan tinggi sebagai pusat atau basis yang dinamis dan kuat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang dibutuhkan sekaligus ilmu pengetahuan dan teknologi yang unggul dan mutakhir untuk menopang dan mengembangkan potensi bangsa. Selain itu, kegiatan penelitian di perguruan tinggi juga mempunyai implikasi langsung

Halaman 33

Page 39: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

terhadap peningkatan mutu pendidikan terutama dalam pengkayaan materi ajar, kepercayaan diri staf dalam pengalihan ilmu pengetahuan kepada para peserta didik serta merupakan usaha untuk mempersiapkan peneliti-peneliti baru pada masa yang akan datang. Dari sisi ini perguruan tinggi mempunyai peran sentral dalam menempatkan penelitian sebagai salah satu aspek penting peningkatan daya saingbangsa. Komitmen untuk terus mendukung kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuan harus menjadi prioritas utama dari sekian banyak prioritas yang lain. Berdasarkan atas hal ini, peran institusi pendidikan tinggi seperti universitas dan lembaga penelitian yang lain baik dalam naungan pemerintah maupun swasta sangatlah penting

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan biodiversitas juga sumber daya manusia sebagai modal dasar yang berharga untuk memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ujung tombak untuk memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan tersebut adalah perguruan tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir ini, sangat terasa dorongan kuat terhadap kegiatan riset ilmu terapan di lembaga penelitian pemerintah. Pada sisi lain, riset ilmu dasar sebagai fondasi penelitian ilmu terapan cenderung termarginalkan. Padahal pengembangan ilmu pengetahuan tersebut dapat dilakukan dengan memulai penguatan riset dasar. Penelitian dasar penting bagi semua bidang kemasyarakatan dan merupakan faktor penting di pendidikan tinggi. Strategi Dikti adalah mendorong agar semua perguruan tinggi menerapkan Tri Dharma secara berimbang serta mendorong agar perguruan tinggi memperkuat bekal ilmu dasar kepada setiap mahasiswa. Pengembangan ilmu dasar itu sangat menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Lembaga pendidikan di suatu negara yang memberikan bekal ilmu dasar secara kuat kepada peserta didiknya secara otomatis akan mendongkrak kemampuan intelektual dan profesionalitasnya. Sebab ilmu dasar mengajarkan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan tidak hanya dengan satu cara. Dengan demikian, negara- negara yang memberikan bekal kuat ilmu dasar secara otomatis akan lebih maju ilmu pengetahuan dan teknologinya. Saat ini terdapat lebih dari 3000 perguruan tinggi di Indonesia (87 diantaranya adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah), dari semua

Halaman 34

Page 40: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

perguruan tinggi yang ada, terdapat 279 program studi bidang MIPA. Modal dasar sumber daya manusia yang berkualitas dapat digali dari eksistensi program studi bidang MIPA di Indonesia yang cukup potensial tersebut. Jumlah peneliti dengan kualifikasi S-3 juga merupakan salah satu unsur yang menentukan kapasitas penelitian perguruan tinggi di Indonesia, seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini dapat memberikan gambaran bahwa kapasitas sumber daya manusia untuk menggerakkan penelitian di perguruan tinggi sudah cukup tinggi. Sumber daya manusia yang cukup tinggi didukung dengan kekayaan alam Indonesia no 2 di dunia setelah Brazil, maka kesempatan dan potensi meningkatkan motivasi melakukan penelitian dasar. Dukungan dan komitmen pemerintah merupakan hal yang sangat penting untuk lebih menggairahkan peneliti dalam melakukan penelitian dasar.

Tabel B2 Jumlah dosen dengan kualifikasi S-3 pada beberapa universitas (2002)

No Institusi Jumlah S-3Persentase terhadap jumlah total dosen

1. Institut Teknologi Bandung 553 46 %2. Institut Pertanian Bogor 560 43 %3. Universitas Gadjah Mada 562 24%4. Universitas Indonesia 479 20%5. Universitas Hasanudin 280 17%6. Universitas Andalas 115 9%7. Universitas Mulawarman 47 9%8. Universitas Brawijaya 163 8%

B4.Tantangan dan Peluang dalam Penelitian Dasar

Tantangan:

Halaman 35

Page 41: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Di Indonesia penelitian dasar terasa belum menggema seperti di negara-negara maju. Hal ini disebabkan oleh kurangnya apresiasi dari berbagai pihak, khususnya pemerintah, dalam mengakomodasi pentingnya penelitian dasar. Padahal telah diketahui bahwa produk-produk teknologi-teknologi tinggi begitupun produk-produk pertanian berkualitas tinggi telah melewati berbagai tahapan penelitian yang panjang, dan tentunya diawali dari penelitian dasar. Trend penelitian ilmu dasar di berbagai negara-negara maju senantiasa meningkat, hal ini karena ilmu dasar di merupakan tonggak penopang kemajuan teknologi maju.

Dibandingkan negara-negara maju, penelitian dasar di Indonesia sangat tertinggal. Bahkan saat ini Indonesia sudah mulai disusul atau bahkan tertinggal oleh negara-negara tetangga di kawasan ASEAN seperti Malaysia dan Thailand yang tadinya berada di belakang Indonesia dalam bidang penelitian termasuk penelitian dasar. Padahal untuk menjadi negara maju dalam berbagai aspek diperlukan penelitian-penelitian yang mendukung pengembangan aspek-aspek tersebut. Seperti diketahui bahwa salah satu ciri dari negara maju adalah memiliki perencanaan penelitian yang lebih tertata rapi yang dimulai dari penelitian dasar. Hali ini dapat dilihat pada pemberian porsi dana penelitian dasar yang sangat besar di negera-negara maju tanpa mempertimbangkan kemungkinan penerapannya dalam waktu singkat (instant), seperti yang terjadi di Indonesia.

Salah satu indikasi bahwa Indonesia telah tertinggal dari beberapa negara ASEAN dalam bidang penelitian ilmu dasar dapat dilihat pada jumlah publikasi dalam bidang-bidang ilmu dasar (MIPA), yaitu fisika, biologi, kimia dan matematika. Peningkatan jumlah publikasi bidang ilmu dasar di Indonesia meningkat tidak signifikan dibandingkan Malaysia dan Thailand. Gambar B5-B8 memperlihatkan grafik perkembangan jumlah publikasi bidang ilmu dasar pada empat negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam sejak 1996 hingga 2009. Dalam bidang fisika, Malaysia sangat signifikan peningkatan jumlah publikasi ilmiahnya. Sedangkan dalam bidang kimia, biologi dan pertanian, Thailand mengunguli Malaysia. Dalam bidang matematika, Malaysia dan Thailand bersaing dalam jumlah publikasi. Berdasarkan data tersebut,

Halaman 36

Page 42: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

diketahui bahwa Indonesia jauh tertinggal dalam penelitian ilmu dasar dibandinkan Malaysia dan Thailand. Posisi Indonesia saat ini bahkan bisa disamai oleh Vietnam.

Gambar B5. Publikasi bidang fisika

Gambar B6. Publikasi bidang kimia

Halaman 37

Page 43: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Gambar B7. Publikasi bidang matematika

Gambar B8. Publikasi bidang pertanian dan ilmu biologi (sumber: www.scimagojr.com)

Posisi Indonesia dalam bidang penelitian termasuk penelitian dasar di kawasan ASEAN yang semakin menurun merupakan tantangan yang perlu dicermati oleh peneliti-peneliti di Indonesia, khususnya peneliti ilmu dasar. Oleh karena itu FMIPA harus merancang strategi untuk berperan aktif dalam penelitian dasar yang menunjang kemajuan bangsa menuju negara mandiri.

Masih rendahnya jumlah penelitian ilmu dasar di Indonesia merupakan tantangan yang perlu ditindaklanjuti khususnya oleh peneliti-peneliti bidang

Halaman 38

Page 44: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

MIPA agar kesenjangan dengan negara-negara maju dalam bidang penelitian khususnya penelitian dasar tidak semakin lebar.

Beberapa bukti ketertinggalan Indonesia dibanding negara-negara ASEAN dalam bidang penelitian adalah membanjirnya produk-produk dari negara-negara tersebut di pasar-pasar dalam negeri, baik berupa produk teknologi, industri makanan, kesehatan, khususnya produk pertanian. Produk pertanian misalnya banyak diimpor dari Thailand, bahkan dari Vietnam, padahal Indonesia memiliki potensi yang jauh lebih besar dibandingkan negara-negara tersebut. Kebanyakan produk-produk tersebut dihasilkan dari hasil-hasil penelitian, termasuk penelitian dasar. Kondisi tersebut seharusnya mendorong peneliti-peneliti ilmu dasar (MIPA) untuk berperan aktif dalam penelitian, khususnya penelitian dasar yang mendukung pengembangan produk-produk tersebut yang sepenuhnya diproduksi di dalam negeri.

Kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat seperti sandang dan pangan saat ini banyak diimpor dari luar negeri padahal Indonesia dikenal sebagai negara agraris penghasil berbagai komoditi sandang dan pangan. Kondisi ini merupakan tantangan bagi peneliti-peneliti di Indonesia, khususnya peneliti bidang MIPA (ilmu dasar).

Di pihak lain, kebutuhan energi masyarakat semakin meningkat sementara persediaan energi semakin menipis. Untuk itu dibutuhkan strategi pengembangan sumber-sumber energi baru (alternatif) yang dapat memenuhi kebutuhan dasar energi masyarakat melalui penelitian-penelitian, yang selayaknya diawali dengan penelitian dasar.

Peluang:Di negara maju, penelitian dasar sudah merupakan kebutuhan dasar

dalam rangka mengembangkan teknik atau teknologi baru untuk menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi. Untuk mencapai kondisi itu, negara-negara maju tersebut telah melewati berbagai tahapan penelitian yang panjang, tentunya diawali dengan penelitian dasar. Di Indonesia penelitian dasar sangat dibutuhkan untuk memperlkuat penelitian-penelitian terapan dalam rangka

Halaman 39

Page 45: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

mencapai kemandirian bangsa dalam berbagai aspek, seperti dalam bidang pangan, energi, transportasi, pertahanan, kesehatan dan sebagainya.

Meskipun agak terlambat dan tertinggal dalam kegiatan penelitian, khususnya penelitian dasar, Indonesia memiliki peluang yang sangat terbuka lebar dalam bidang penelitian termasuk penelitian dasar, diantaranya karena:

- Indonesia sebagai negara yang memiliki biodiversivitas tinggi yang membutuhkan penelitian dasar untuk mempelajari sifat-sifatnya sebelum diterapkan dalam berbagai aplikasi seperti obat-obatan, makanan dan lain-lain.

- Banyak industri (besar dan kecil) yang membutuhkan sentuhan penelitian dasar dalam rangka pengembangannya.

- Hampir semua teknologi baru dikembangkan dari penelitian dasar. Oleh karena itu peneliti-peneliti bidang MIPA harus berperan lebih aktif dalam bidang penelitian dasar yang mengawali ditemukannnya teknik-teknik atau teknologi baru.

- Banyak sumber pendanaan baik dari pemerintah (Kemendiknas, Kemenristek dan Kementan) maupun swasta yang mengalokasikan dana untuk penelitian termasuk penelitian dasar. Peluang ini harus dimanfaatkan secara maksimal oleh peneliti-peneliti bidang MIPA (penelitian dasar).

- Beberapa lembaga penelitian (LIPI, BATAN dan LAPAN) membutuhkan kolaborasi dengan bidang MIPA dalam berbagai topik penelitian dasar maupun terapan. Bahkan sejauh ini sudah ada kerjasama penelitian yang telah dilakukan yang melibatkan peneliti-peneliti di perguruan tinggi (termasuk MIPA) dengan peneliti-peneliti dari lembaga-lembaga penelitian.

Halaman 40

Page 46: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

B5.Strategi dan Rekomendasi Peningkatan Mutu Penelitian Dasar

Berdasarkan permasalahan, potensi dan peluang yang ada, peningkatan Penelitian Dasar MIPA dapat dilakukan melalui 3 pendekatan utama:

1. Penguatan peran perguruan tinggi dalam riset dasar2. Peningkatan kerjasama antar perguruna tinggi3. Peningkatan dukungan pemerintah dalam penelitian dasar

B5.1.Penguatan peran Perguruan Tinggi dalam riset dasar

Perguruan Tinggi perlu diberi mandat untuk melaksanakan PD, terlebih untuk PT yang dikategorikan mempunyai SDM dan sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan PD, misalnya untuk 7 PT yang telah diberi kewenangan untuk desentralisasi program penelitian dikti.

Penelitian dasar seharusnya bersifat berkesinambungan, sehingga selain untuk menjawab secara fundamental pertanyaan-pertanyaan atas fenomena alam, juga sekaligus untuk menjawab tantangan dan memecahkan masalah kehidupan dengan arah pemanfaatan ke depan yang jelas, yang disebut oleh Stokes (1997) sebagai Use-inspired basic research (Penelitian Dasar yang berdaya guna).

Melakukan sinergi penelitian dasar melalui penyusunan roadmap penelitian yang baik dan berkesinambungan.

Mengupayakan terbentuknya pusat-pusat unggulan penelitian sesuai dengan potensi PTN/cluster area

Membangkitkan semangat untuk mempublikasikan hasil penelitian dengan kualitas yang baik melalui jurnal ilmiah sebagai landasan untuk membangun kesinambungan penelitian dasar dan menghindari duplikasi. Untuk menunjang hal tersebut perlu juga dibangun basis data penelitian yang dapat dikategorisasi melalui subyeknya.

Mendorong semangat untuk menghasilkan paten

Halaman 41

Page 47: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

B5.2.Peningkatan Kerjasama antar Perguruan Tinggi dan lembaga lain dalam Penelitian Dasar

Ada agenda bersama antar perguruan tinggi dalam penelitian dasar sehingga ketidak merataan SDM di perguruan tinggi dapat dioptimalkan melalui kerjasama pakar dan prasarana laboratorium.

Ada kerjasama dalam pembinaan SDM antar perguruan tinggi dalam pelaksanaan penelitian dasar melalui kegiatan magang, lokarya maupun seminar secara rutin sehingga terjadi pemerataan kapasitas SDM dengan baik.

Membangkitkan kerjasama dengan Pemda atau Perusahaan swasta untuk melakukan penelitian dasar yang bersifat Use-inspired basic research.

Kerjasama bisa dilakukan melalui pelaksanaan pembimbingan mahasiswa S1, S2 atau S3 secara bersama antara pembimbing induk karyasiswa dan tempat sekolah karyasiswa.

Perlunya menjalin kerjasama dengan LPND dalam pengembangan penelitian dasar sehingga bisa dilakukan tukar menukar informasi kepakaran dan sharing fasislitas laboratorium.

Memberdayakan MIPAnet sebagai payung dalam pengajuan proposal penelitian dasar sesuai tingkat urgensi dan dalam rangka efektivitas pembinaan.

Melakukan publikasi bersama dari hasil penelitian dasar yang telah dilakukan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri (self convidence) dengan menekankan pada muatan lokal (local content).

B5.3.Peningkatan dukungan pemerintah dalam penelitian dasar

Pemerintah perlu mengalokasikan dana penelitian secara khusus dalam proporsi yang memadai untuk membiayai Penelitian Dasar, khususnya bagi PT yang mendapat mandat untuk melakukan Penelitian Dasar melalui dana Block grant berbasis kinerja PT. Selain itu alokasi dana tersebut juga bisa dilakukan melalui peningkatan dana khusus Penelitian

Halaman 42

Page 48: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Dasar melalui program yang telah ada seperti Program Hibah Fundamental DP2M.

Perlunya dukungan pemerintah dalam hal peremajaan dan peningkatan kualifikasi peralatan lab penelitian dasar sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada melalui alokasi dana khusus alat lab mengingat bahwa penelitian dasar banyak yang membutuhkan dukungan peralatan lab yang memadai.

Pemerintah perlu menfasislitasi terjalinnya hubungan antara perguruan tinggi dengan Perusahaan Swasta Nasional untuk melakukan kerjasama riset dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan teknologi yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut.

Perlunya dukungan pemerintah dalam menfasilitasi kebutuhan pustaka nasional dan internasional secara online meliputi berbagai bidang keilmuan sebagai sarana untuk memacu perkembangan penelitian dan publikasi bagi masyarakat perguruan tinggi.

Halaman 43

Page 49: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

BAGIAN C:TINJAUAN KURIKULUM INTI BIDANG MIPA BERBASIS

PENGEMBANGAN IPTEK

Dalam abad ini, manusia di bumi dihadapkan pada ancaman kekurangan pangan dan krisis energi. Jumlah penduduk yang semakin meningkat, menuntut kebutuhan pangan & energi yang semakin tinggi, sementara ketersediaan lahan untuk pertanian menurun dan energi yang berbasis pada bahan bakar fosil mulai terkuras habis. Semua permasalahan ini tampak hanya bisa dijawab dengan IPTEK. Usaha pencarian sumber energi baru terus diupayakan, antara lain melalui pemuliaan yang dapat menghasilkan varietas-varietas unggul, pemanfaatan energi nuklir & sumber energi terbarukan, dan pengembangan teknologi-teknologi pendukung lainnya yang diyakini akan dapat menjadi solusi kekurangan pangan dan krisis energi.

Fakta menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang amat kuat antara penguasaan IPTEK di suatu negara dengan tingkat pendapatan per kapita di negara tersebut. Makin tinggi penguasaan IPTEK di suatu negara, makin tinggi pula tingkat pendapatan per kapitanya. Negara-negara maju yang hanya memiliki 20% dari penduduk bumi, tetapi sangat tinggi kemampuan IPTEK-nya, ternyata menguasai 80% dari pendapatan global. Garis pemisah yang membedakan negara maju dari negara miskin ternyata juga menggambarkan kesenjangan dalam penguasaan IPTEK.

Satu-satunya cara untuk dapat mengejar ketertinggalan negara berkembang terhadap negara maju dalam hal penguasaan IPTEK adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang kita harapkan tentunya tidak hanya mampu menggunakan atau memanfaatkan teknologi tetapi juga mampu melakukan inovasi dan pengembangan IPTEK. Fakta menunjukkan bahwa penemuan-penemuan IPTEK yang fenomenal sangat didukung oleh penguasaan ilmu-ilmu dasar. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan dan pengembangan ilmu-ilmu dasar menjadi bagian yang sangat

Halaman 44

Page 50: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

strategis dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan IPTEK di suatu negara.

Oleh karena itu, pengembangan IPTEK bagi semua Negara merupakan salah satu dari sasaran utama untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, meningkatkan kemakmuran rakyat serta mempertahankan kedaulatan Negara. Bagi Negara yang tidak mengembangkan IPTEK dengan sungguh-sungguh setidaknya akan menjadi inferior dalam menjawab tantangan yang ada sehingga hubungan dengan Negara-negara yang maju IPTEK nya akan menjadi sangat lemah, akibatnya hanya akan menjadi sasaran pemanfaatan oleh Negara maju. Oleh karena itu semua Negara akan berlomba-lomba untuk mengembangkan IPTEK dengan tujuan agar dapat memanfaatkan sumber daya alamnya sebaik mungkin bagi kemakmuran rakyat.

Bangsa Indonesia masih harus bekerja keras untuk pengembangkan IPTEKnya karena pada saat ini secara umum dalam mengembangkan IPTEK masih pada taraf menggunakan atau memodifikasi, sehingga masih dibutuhkan upaya-upaya untuk pengembangan teknologi yang benar-benar baru sehingga akan memiliki nilai kompetitif yang tinggi. Disamping itu kemampuan IPTEK membutuhkan sumberdaya manusia yang handal baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif, sedangkan pada saat ini sumber daya manusia yang tersedia masih sangat terbatas. Selain itu ketersediaan anggaran IPTEK untuk melakukan penelitian-penelitian masih terbatas, walaupun pemerintah pada saat ini terus berusaha meningkatkan jumlah anggaran bagi penelitian-penelitian dasar.

Sampai saat ini pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan kemampuan IPTEKnya melalui peningkatkan kualitas SDMnya. Ilmu-ilmu dasar (Matematika dan sains) merupakan fondasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh diabaikan. Namun demikian, selama ini pengembangan pendidikan matematika dan sains cenderung kurang berkembang, bahkan cendrung pelajaran MIPA menjadi “momok” bagi pendidikan tinggat dasar dan menengah serta menurunnya minat siswa SMA meneruskan bidang MIPA ke perguruan tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan

Halaman 45

Page 51: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

untuk membandingkan prestasi matematika dan sains (Trend In Mathematics and Sciense Studies, TIMSS) di beberapa negara menunjukkan bahwa Indonesia termasuk pada kelompok negara yang kemampuan matematika dan sains-nya rendah, satu kelompok dengan negara-negara Afrika. Indonesia berada pada peringkat 32 dari 38 negara pada tahun 1999, 37 dari 46 negara pada tahun 2003, dan 35 dari 49 negara pada tahun 2007. Hal ini antara lain dipicu oleh lemahnya sistem pengajaran yang cendrung memberikan gambaran hapalan dan sulit untuk dimengerti.

Minimnya informasi mengenai dunia kerja yang dapat dimasuki bagi lulusan perguruan tinggi bidang MIPA semakin menyurutkan minat siswa untuk memasuki perguruan tinggi berbasis ilmu dasar. Ditinjau dari segi kesempatan kerja, jumlah tenaga kerja di sektor industri terus meningkat. Namun, dari hasil survei yang dilakukan pada tahun 1990, industri manufaktur berukuran sedang dan besar memiliki jumlah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan D-3 atau lebih tinggi dengan disiplin ilmu MIPA dan perekayasaan sebanyak sekitar 33 ribu orang atau sekitar 1,25 persen saja dari seluruh tenaga kerja di sektor ini. Jumlah tenaga yang berpendidikan MIPA dan perekayasaan tersebut, yang berpendidikan S-2 dan S-3 hanya sekitar 2 persen.

Kesan sulitnya belajar ilmu MIPA karena masih rendahnya kualitas pengajaran bidang MIPA dan terbatasnya lapangan pekerjaan bidang MIPA berkontribusi terhadap rendahnya minat lulusan SMA untuk melanjutkan studi di bidang MIPA. Kondisi ini menyebabkan siswa-siswa berprestasi dari lulusan SLTA tidak banyak yang memilih untuk melanjutkan studinya di bidang MIPA, akibatnya jumlah sumber daya manusia untuk mengembangkan bidang MIPA menjadi semakin terbatas. Kualitas alumni SLTA yang memasuki bidang MIPA di Perguruan Tinggi masih dibawah kualitas mereka yang masuk bidang terapan (misalnya bidang-bidang teknik dan kedokteran).

Fenomena ini memerlukan perhatian serius bagi pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia terutama pendidikan tinggi bidang MIPA. Di sisi lain, kurikulum pendidikan tinggi bidang MIPA di Indonesia terbagi dua yaitu kurikulum bidang MIPA untuk Program Sarjana

Halaman 46

Page 52: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Sains dan kurikulum bidang MIPA untuk Program Sarjana Pendidikan. Kualitas kurikulum bidang MIPA terutama untuk Program Sarjana Pendidikan MIPA sangat menentukan kualitas guru, yang berdampak pada kualitas PBM di sekolah-sekolah dan pada akhirnya dapat berdampak pada tingkat minat siswa terhadap bidang MIPA. Oleh karena itu, kurikulum bidang MIPA terutama Pendidikan MIPA perlu mendapatkan perhatian khusus.

Dalam rangka menyikapi permasalahan yang sering dikemukakan oleh berbagai kalangan tentang kualitas guru, seyogyanya dipertimbangkan apakah dualisme kurikulum bidang MIPA di Perguruan Tinggi ini masih perlu dipertahankan. Perlu pula dipertimbangkan apakah kurikulum bidang MIPA untuk program S1 cukup satu saja yaitu kurikulum bidang MIPA untuk program sarjana sains ditambah dengan kurikulum pendidikan profesi yang diperuntukkan bagi para Sarjana Sains yang berminat untuk berprofesi sebagai guru. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa para calon guru yang mengikuti pendidikan profesi guru adalah para Sarjana Sains yang terseleksi.

C1. PETA KURIKULUM BIDANG MIPA

Berpikir kreatif adalah salah satu cara yang mendukung perkembangan IPTEK dalam pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan berpikir kreatif kita akan menjadi orang yang peka dan jeli untuk melihat peluang yang ada. Untuk menghasilkan mahasiswa yang berpikir kreatif tentunya tak hanya cukup kita dapatkan di bangku perkuliahan saja, akan tetapi dengan kemauan yang kuat untuk mau belajar dan dengan metode yang efektif. M. Shiddiq Al-Jawi mengatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.

Halaman 47

Page 53: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Perkembangan IPTEK secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh terhadap kurikulum pendidikan. Pengaruh langsung dari perkembangan ini adalah memberikan isi/materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Sedang pengaruh tidak langsung dari perkembangan IPTEK ini menyebabkan perkembangan masyarakat, yang tentunya menimbulkan masalah-masalah baru yang menuntut pemecahan masalah dengan pengetahuan dan ketrampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan (Sukmadinata, 2000). Oleh sebab itu, perlunya usaha-usaha yang terus menerus dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran agar selaras dengan perkembangan zaman.

C1.1. Kurikulum MIPA SAINS

C1.1.1.Struktur Kurikulum S1 Matematika

Misi kurikulum Program S1 Matematika adalah menghasilkan lulusan yang diharapkan mampu menguasai konsep dasar dan teknik-teknik dasar Matematika serta mampu memanfaatkannya dengan bantuan teknik komputasi dan teknologi informasi dalam pemecahan masalah matematika secara luas.

Struktur Kurikulum Program S1 Matematika di Indonesia sangat beragam. Pada intinya mata kuliah diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu mata kuliah wajib dan mata kuliah pilihan.

Mata kuliah wajib terdiri dari mata kuliah dasar umum dan mata kuliah keahlian. Mata kuliah dasar umum biasanya terdiri dari matakuliah: Agama, Pancasila, PPKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan mata kuliah dasar umum lokal yang sesuai dengan kebutuhan perguruan tinggi tersebut seperti misalnya mata kuliah: Ekonomi umum, Sosiologi umum, Konsep teknologi, Pengantar Ilmu Pertanian, dll. Mata kuliah Keahlian adalah mata kuliah matematika yang merupakan mata kuliah inti dan biasanya susunannya hampir serupa di setiap perguruan tinggi. Mata kuliah keahlian itu antara lain: Logika Matematik, Matematika Diskret, Aljabar Linear, Kalkulus, Persaman

Halaman 48

Page 54: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Diferensial Biasa, Persamaan Diferensial Parsial, Analisis Kompleks, Analisis Real, Analisis Numerik, Struktur Aljabar, Teori Peluang dan Statistika Matematik.

Sedangkan mata kuliah pilihan berisi mata kuliah keahlian khusus yang dipilih sesuai dengan minat dan kemampuan mahasiswa. Mata kuliah pilihan ini sangat bervariasi antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya dan biasanya didesain sedemikian rupa dengan memperhitungkan sumber daya tenaga pengajar di Program Studi tersebut sehingga menjadi ciri program studi penyelenggaranya. Mata kuliah pilihan ini antara lain untuk bidang minat aktuaria: Aktuaria, Matematika Keuangan, Matematika Pasar Modal; untuk bidang minat aljabar: Teori Kategori, Teori Modul dan Aljabar Abstrak; untuk bidang minat analisis: Teori Ukuran, Analisis Fungsional; bidang pemodelan: Pemodelan Matematika, Analisis Model Empirik dan Sistem Dinamika Dasar.

Sebaran SKS untuk setiap kelompok Mata Kuliah untuk beberapa perguruan tinggi ditunjukkan oleh Tabel C1 berikut.

Halaman 49

Page 55: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tabel C1. Struktur Kurikulum Program S1 Matematika

No. Mata KuliahUniv Negeri

MalangUniv NegeriYogyakarta

Univ NegeriSemarang

SKS % SKS % SKS %A. Mata Kuliah Wajib

1. MK Dasar Umum 17 12 19 13 12 82. MK Keahlian 108 75 88 61 102 72

Total 125 87 107 74 129 90

B.Mata Kuliah Pilihan3. MK Keahlian

Khusus18 13 18 12,5 15 10

Total 143 100 144 100 144 100

Tabel C1. Struktur Kurikulum Program S1 Matematika (lanjutan)

No. Mata KuliahUniversitasIndonesia

Institut TeknologiBandung

SKS % SKS %A. Mata Kuliah Wajib

1. MK Dasar Umum 12 8 16 112. MK Keahlian 95 66 104 72

Total 107 74 120 83B. Mata Kuliah Pilihan

3. MK Keahlian Khusus 37 26 24 17Total 144 100 144 100

Dari Tabel C1 dapat disimpulkan bahwa sebaran SKS untuk Kurikulum Program S1 Matematika beragam. Berdasarkan data pada Tabel C1 diperoleh sebaran rataan SKS untuk kurikulum Program S1 Matematika yang ditunjukkan Tabel 2 berikut.

Halaman 50

Page 56: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tabel C2. Sebaran Rataan SKS Kurikulum Program S1 Matematika

No. Mata Kuliah SKS %A. Mata Kuliah Wajib

1. MK Dasar Umum 15 102. MK Keahlian 100 70

Total 115 80B. Mata Kuliah Pilihan

3. MK Keahlian Khusus 29 20Total 144 100

Dari Tabel C2 dapat disimpulkan bahwa struktur kurikulum Program S1 Matematika cukup fleksibel, karena memperkenankan ± 20 % MK pilihan yang dapat disusun sesuai dengan kemampuan dan minat mahasiswa.

C1.1.2. Struktur Kurikulum S1 Biologi

Kemajuan IPTEKS khususnya di bidang bioteknologi dan adanya perubahan iklim bagi pengembangan biodiversitas merupakan tantangan tersendiri bagi pengembangan ilmu-ilmu biologi pada saat ini. Peran ahli Biologi sangat diperlukan tidak saja menjadi pendidik, penelitian, tetapi sudah berkembang menjadi yang lebih luas lagi di bidang industri seperti pengembangan obat baik, bagi pengembangan obat untuk manusis maupun ternak, pencarian varietas-varietas unggul yang tahan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu pengembangan ilmu biologi sangatlah diperlukan untuk menjawab tantangan pada saat ini. Pengembangan ilmu biologi akan sangat menentukan struktur kurikulum yang ada sehingga mahasiswa diharapkan dapat menguasai ilmu-ilmu dasar Biologi yang nantinya sangat diperlukan bagi kepentingan pengembangan IPTEK pada saat ini.

Secara umum struktur kurikulum yang ada pada program studi biologi non kependidikan (sains) sbb:

Tabel C3. Perbandingan struktur kurikulum Sarjana Biologi non kependidikan

Halaman 51

Page 57: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

No. Mata Kuliah

Universitas

Indonesia

Institut Teknologi Bandung

Institut Pertanian

Bogor

Universitas Diponegoro

SKS % SKS % SKS % SKS %

A. Mata Kuliah Wajib

1. MK Dasar Umum

12 8.3 36 (TPB) 25 36

(TPB) 24.7 17 11.8

2. MK Keahlian 92 63.9 87 60.4 95 65.1 89 61.8

Total 104 72.2 123 85.4 131 89.8 106 73.6

B. Mata Kuliah Pilihan

3. MK Keahlian Khusus

40 27.8 21 14.6 15 10.2 38 26.4

Total 144 100 144 100 146 100 144 100

MKDU yang ada pada non kependidikan sama dengan yang ada pada kependidikan biologi mengacu pada ketentuan DIKTI. Sedangkan MKK menjadi mata kuliah dasar bagi keahlian bidang sains, antara lain meliputi pelajaran: Kimia dasar 1 (dibeberapa universitas ada yang mengambil Kimia Dasar 2), Fisika, Biologi Dasar, Matematika, Kalkulus dll. Bahkan pada beberapa universitas seperti ITB, IPB, UI telah memasukan beberapa mata kuliah yang mengarah pada pengembangan Biologi Molekular dan bioteknologi seperti Genetika Molekular, Proteomik dan genomik, biologi Molekular untuk mencoba menjawab beberapa tantangan dalam pengembangan IPTEK saat ini. Selain itu juga pengembangan untuk menjawab mengenai adanya perubahan iklim telah mulai dikembangkan dengan memasukan beberapa mata ajaran yang mengarah pada ekologi, ilmu lingkungan maupun evolusi. Disamping itu pengajaran yang mengarah pada pemanfaatan ilmu biologi dalam bidang Bioteknologi juga telah mulai dikembangkan/diberikan. Sehingga jika kita bandingkan dengan mata kuliah yang ada di NUS (National University of Singapore) maka beberapa mata kuliah yang mengarah pada bidang

Halaman 52

Page 58: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

bioteknologi dan biologi molekular telah sama dengan kurikulum sarjana bidang sains Biologi. Hal ini menunjukkan struktur kurikulum sains bidang Biologi telah siap menjawab tantangan perkembangan IPTEKS yang berkembang pada saat ini.

Selain itu kurikulum program sarjana sains Biologi lebih fleksibel, karena dilengkapi dengan beberapa mata kuliah peminatan yang dapat menjadi ciri khas setiap universitas seperti Biologi Lingkungan, Bioteknologi, dan Biologi Industri.

Secara umum struktur kurikulum yang ada pada program studi biologi non kependidikan (sains) sbb:

MKDU (Mata kuliah Dasar Umum) : 10-17 SKS

MKK (Mata Kuliah Keahlian) : 103-124 SKS

MKD (Mata kuliah Dasar) : 17-31 SKS

---------------------------------------------------------------

Total : 144-150 SKS

MKDU yang ada pada non kependidikan sama dengan yang ada pada kependidikan biologi mengacu pada ketentuan DIKTI. Sedangkan MDK menjadi mata kuliah dasar bagi keahlian bidang sains, anatara lain meliputi pelajaran: Kimia dasar 1 (dibeberapa universitas ada yang mengambil Kimia Dasar 2), Fisika, Biologi Dasar, Matematika, Kalkulus dll. Untuk kelompok MKK mata ajaran yang ada tidak berbeda antara Kependidkan dan non kependidikan Biologi. Bahkan pada beberapa universitas seperti ITB, IPB, UI telah memasukan beberapa mata kuliah yang mengarah pada pengembangan Biologi Molekular dan bioteknologi seperti Genetika Molekular, Proteomik dan genomik, biologi Molekular untuk mencoba menjawab beberapa tantangan dalam pengembangan IPTEK saat ini. Untuk analisis kedalaman materi kuliah yang ada di kelompok MKK antara kependidikan dan non kependidikan belum

Halaman 53

Page 59: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

dapat dilakukan karena keterbatasan dalam mmperoleh bahan GBPP dari setiap mata ajaran di kelompok MKK dari masing-masing universitas sehingga pada saat ini belum dapat menjawab isu yang berkembang bahwa guru-guru MIPA memiliki kemampuan pengetahuan yang terbatas pada bidang sains biologi.

C1.1.3. Struktur Kurikulum S1 Fisika

Ilmu pengetahuan merupakan suatu hasil karya pemikiran dan pengujian manusia secara berabad-abad dan senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan ilmu seringkali diawali dari tinjauan makroskopis dan kemudian dilanjutkan dengan tinjauan mikroskopis. Pada masa lalu tiap-tiap disiplin ilmu berdiri sendiri-sendiri. Kini kajian ilmu telah memasuki tahap penyatuan multidisiplin. Fisika sebagai salah satu ilmu yang paling mendasar tidak luput dari dinamika tersebut. Pada awalnya fisika mengamati perilaku suatu objek makro seperti gerak benda-benda langit, tumbukan bola, dan termodinamika klasik. Saat ini fisika sedang mempelajari perilaku partikel dalam level elektronik dan kuantum. Jika dulu fisika identik dengan mekanika, termodinamika, dan optik, kini fisika mulai mengkaji disiplin ilmu yang lainnya. Salah satu contohnya adalah biofisika. Biofisika merupakan cabang ilmu fisika yang mengkaji fenomena biologis, secara fisika. Indonesia kaya akan flora dan fauna. Kekayaan tersebut hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Walaupun demikian, perlahan-lahan mulai dilakukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Usaha ini juga dilakukan oleh Departemen Fisika IPB, ITB, UI dan UGM. Departemen Fisika IPB telah melakukan beberapa penelitian yang terkait dengan biofisika, di antaranya yaitu penggunaan limbah akar wangi untuk bahan penyerap bunyi, karakterisasi sifat dielektrik beras, penggunaan membran sebagai sensor keasaman berbagai ekstrak buah-buahan, pengukuran impedansi listrik buah mangga untuk menentukan letak cacat pada buah, produksi silikon dari sekam padi, pengukuran intensitas cahaya untuk menentukan kelarutan gula berbantuan mikrokontroler, kajian mutu buah jambu bangkok segar (Psidium guajava L.) yang diiradiasi dengan sinar Gamma pada penyimpanan suhu kamar, kajian komposisi dan struktur apatit

Halaman 54

Page 60: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

biologis, kajian aktivitas mencit (Mus musculus) karena pengaruh gelombang audiosonik dan ultrasonik dan lain sebagainya.

Tabel C4. Perbandingan struktur kurikulum Sarjana Fisika non kependidikan

No. Mata Kuliah

UniversitasIndonesia

Institut TeknologiB

andung

Institut Pertanian

Bogor

Universitas Diponegoro

SKS % SKS % SKS % SKS %

A. Mata Kuliah Wajib

1. MK Dasar Umum

30 24.4 36 (TPB)

25 36 (TPB)

24.7 17 11.8

2. MK Keahlian 93 61.0 87 60.4 95 65.1 89 61.8

Total 123 85.4 123 85.4 131 89.8 106 73.6

B. Mata Kuliah Pilihan

3. MK Keahlian Khusus

21 14.6 21 14.6 15 10.2 38 26.4

Total 144 100 144 100 146 100 144 100

Kompetensi yang ingin dicapai dalam Program S1 Fisika adalah bahwa lulusan Program S1 Fisika dapat memformulasikan kembali konsep-konsep fisika dan khususnya biofisika serta mampu melakukan analisa untuk memecahkan masalah yang menyangkut gejala fisika di alam sehingga memiliki kemampuan dan keterampilan dalam beradaptasi dengan ilmu dan teknologi yang dibutuhkan bagi dunia kerja. Struktur kurikulum yang ada pada program studi fisika non kependidikan (sains) seperti tampak dalam tabel C4:

Minat di semua Departemen Fisika terbagi menjadi 3 yaitu Biofisika, Fisika Teori dan Fisika Terapan. Keunikan Departemen Fisika IPB dibandingkan dengan Departemen Fisika perguruan tinggi lainnya, di IPB terdapat kajian Biofisika yang membahas aspek kajian ilmu dasar dengan ilmu pertanian yang

Halaman 55

Page 61: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

merupakan mandat departemen yang diamanatkan IPB, dimana mata kuliah dasar seperti Fisika Dasar, Kimia Dasar, Matematika serta Biologi yang kuat sangat mendukung untuk pembelajaran mata kuliah fisika selanjutnya.

C1.1.4. Struktur Kurikulum S1 Kimia

Kurikulum MIPA SAINS yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi di Indonesia baik perguruan tinggi negeri maupun swasta memilki muatan inti/dasar relatif sama, perbedaannya terletak pada muatan pilihan sebagai aplikasi dari muatan inti/dasar yang disesuaikan dengan ciri/karakteristik dari perguruan tinggi penyelenggara. Misi kurikulum Program S1 Kimia adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan menguasai dan menerapkan iptek di bidang kimia. Jumlah SKS untuk mencapai gelar Sarjana Kimia rata-rata 145 SKS termasuk tugas akhir. Struktur kurikulum disajikan dalam bentuk mata kuliah wajib (115-130) SKS dan sisanya dalam bentuk mata kuliah pilihan (15-30) SKS. Komposisi mata kuliah wajib terdiri dari Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Matakuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB), Matakuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan Matakuliah Berperikehidupan Bermasyarakat (MBB).

Dalam perbandingan kurikulum antar perguruan tinggi, kelompok matakuliah dibagi menjadi dua yaitu matakuliah wajib dan pilihan. Yang termasuk kategori matakuliah wajib dibagi menjadi dua yaitu matakuliah dasar umum (MKDU) dan matakuliah keahlian (MK). Yang masuk dalam kategori kelompok MKDU adalah MPK, dan matakuliah dasar; sedangkan yang masuk dalam kategori MK adalah MKK dan MBB. Yang tergolong dalam kategori matakuliah pilihan adalah matakuliah yang tergolong MKB, dan MPB.

Cakupan dan kedalaman materi yang diberikan dalam muatan inti/dasar sebagai mata kuliah wajib sangat bergantung dari buku acuan yang digunakan. Buku acuan yang digunakan beragam, kedalaman pembahasannya juga berbeda, tetapi cakupannya relative sama. Disamping memberikan wawasan ilmu pengetahuan dasar Kimia, umumnya departemen pengampu juga menambahkan pengetahuan untuk meningkatkan kecakapan hidup lulusannya,

Halaman 56

Page 62: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

seperti studium generale mengenai kewirausahaan, sistem jaminan mutu, sistem sertifikasi/standardisasi (ISO), dan Pelatihan Manajemen Laboratorium dan Penelitian; praktek lapang, kuliah kerja nyata (KKN), dan lain-lain dan ini beragam antar perguruan tinggi penyelenggara. Minat di semua Departemen Kimia terbagi menjadi 5 yaitu Kimia Analitik, Kimia anorganik, kimia Fisika, kimia Organik dan Biokimia. Departemen Kimia IPB berbeda dengan Departemen Kimia perguruan tinggi lainnya, di IPB Biokimia menjadi departemen yang berdiri sendiri dan terpisah dengan Kimia, sehingga minat yang dikembangkan di Departemen Kimia tanpa minat Biokimia.

Komposisi mata kuliah pilihan yang ditawarkan rata-rata terdiri dari Matakuliah pilihan umum, Matakuliah pilihan minat, dan Matakuliah pilihan transfer antar fakultas. Komposisi ini berbeda dengan Departemen Kimia IPB yang menerapkan system Mayor-Minor. Mata kuliah pilihan yang dapat diambil dapat berupa paket mata kuliah yang memberikan keahlian tambahan (minor) atau Supporting Course dan semuanya diambil dari luar Departemen Kimia, atau dapat dikategorikan sebagai Matakuliah pilihan transfer antar departemen/fakultas. Perbedaan yang paling mendasar antara Departemen Kimia IPB dengan Departemen Kimia Perguruan Tinggi lainnya ialah mata kuliah dasar seperti Kimia Dasar, Fisika Dasar, Matematika yang mendukung untuk pembelajaran mata kuliah kimia selanjutnya hanya diberikan satu semester, sementara di tempat lain yaitu dua semester.

Sebaran SKS untuk setiap kelompok Mata Kuliah untuk beberapa perguruan tinggi ditunjukkan oleh Tabel C5.

Tabel C5. Perbandingan struktur kurikulum Sarjana Kimia non kependidikan

No. Mata Kuliah IPB ITB UNDIP UGMSKS % SKS % SKS % SKS %

A. Mata Kuliah WajibMK Dasar Umum

36 25 30 21 27 19 18 13

MK Keahlian 93 65 85 59 94 65 87 60Total 129 90 115 80 121 84 105 80

Halaman 57

Page 63: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

B. Mata Kuliah PilihanMK Keahlian Khusus

15 10 29 20 23 16 51 35

Total 144 100 144 100 144 100 144 100

Dari Tabel C5 dapat disimpulkan bahwa sebaran SKS untuk Kurikulum Program S1 Kimia beragam. Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh sebaran rataan SKS untuk kurikulum Program S1 Kimia yang ditunjukkan Tabel 5.

Tabel C6. Sebaran Rataan SKS Kurikulum Program Sarjana Kimia

No. Mata Kuliah SKS %A. Mata Kuliah Wajib

MK Dasar Umum 28 19MK Keahlian 90 63

Total 118 82B. Mata Kuliah Pilihan

MK Keahlian Khusus 26 18Total 144 100

Dari Tabel C6 dapat disimpulkan bahwa struktur kurikulum Program S1 mencetak sarjana yang memiliki keahlian di bidang kimia cukup baik karena karena menyelesaikan ± 81 SKS dan sisanya adalah SKS umum dan dasar untuk mempelajari bidang kimia.

C1.2. Kurikulum MIPA KEPENDIDIKAN

C1.2.1. Struktur Kurikulum S1 Pendidikan Matematika

Misi kurikulum Pendidikan Matematika adalah memberikan kewenangan kepada mahasiswa calon guru untuk mengajar Matematika di sekolah menengah. Sejalan dengan misi tersebut, maka tujuan kurikulum Pendidikan Matematika adalah mengembangkan wawasan, kemampuan, sikap dan keterampilan profesi mahasiswa calon guru.

Halaman 58

Page 64: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Profil kemampuan yang diharapkan meliputi: (1) pemahaman mahasiswa terhadap peserta didik ditinjau dari perkembangan psikologis, sosial dan budaya; (2) pengetahuan, pemahaman dan keterampilan profesi guru; (3) pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan membaca kurikulum untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan materi ajar, kondisi sekolah dan siswa; (4) pemahaman dan keterampilan mengembangkan materi pelajaran, proses pembelajaran, media dan sumber belajar, serta alat evaluasi; (5) melaksanakan penelitian tindakan kelas serta menyerap hasil penelitian sendiri maupun orang lain dan memodifikasinya dalam rencana pembelajaran; (6) kemampuan berkomunikasi secara profesional.

Struktur Kurikulum Program Pendidikan Matematika di Indonesia sangat beragam. Pada intinya Mata kuliah diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu mata kuliah wajib dan mata kuliah pilihan.

Mata kuliah wajib memberikan dasar pada pengembangan wawasan, ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang kependidikan dan di bidang ilmu Matematika. Sedangkan kuliah pilihan memberikan tambahan wawasan keilmuan baik di bidang kependidikan maupun Matematika yang disesuaikan dengan minat mahasiswa.

Mata kuliah wajib dan pilihan diklasifikasikan lebih lanjut menjadi kelompok mata kuliah sebagai berikut (lihat Lampiran 1)

1. Mata Kuliah Wajib 1.1.Mata Kuliah Dasar Umum, yaitu Agama, Pendidikan Pancasila,

PKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu sosial Dasar. 1.2.Mata Kuliah Dasar Kependidikan, antara lain: Psikologi

Pendidikan, Ilmu Pendidikan, Sosio Antropologi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, Perkembangan Peserta Didik.

1.3.Mata Kuliah Dasar Bidang Matematika, antara lain: Kalkulus, Analisis Real, Analisis Kompleks, Aljabar Linear, Geometri, Statitika Matematik, Teori Bilangan.

Halaman 59

Page 65: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

1.4.Mata Kuliah berkarya: Praktek Lapang, KKN dan Skripsi/Tugas Akhir.

2. Mata Kuliah Pilihan2.1.Mata Kuliah Lanjut Bidang Kependidikan, antara lain: Aljabar

Linear Lanjut, Kriptografi, Analisis Real lanjut.2.2.Mata Kuliah Lanjut Bidang Matematika: Aljabar Linear lanjut,

Analisis Real Lanjut, Persamaan Diferensial.

Sebaran SKS untuk setiap kelompok Mata Kuliah untuk beberapa perguruan tinggi ditunjukkan oleh Tabel C7 berikut.

Tabel C7. Struktur Kurikulum Program S1 Pendidikan Matematika

No. Mata Kuliah

UM UNY UNES

SKS % SKS % SKS %

A. Mata Kuliah Wajib

1. MK Dasar Umum 17 12 19 13 12 8

2. MK Dasar Kependidikan 34 24 43 30 34 23

3. MK Dasar Matematika 66 47 63 43 80 55

4. MK Berkarya 12 8 12 8 16 11

Total 129 91 137 94 142 95

Halaman 60

Page 66: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

B. Mata Kuliah Pilihan

1. MK Lanjut Kependidikan 6 4.5 4 3 3 2.5

2. MK Lanjut Matematika 6 4.5 4 3 3 2.5

Total 12 9 8 6 6 5

Total 141 100 145 100 148 100

Dari Tabel C7 dapat disimpulkan bahwa sebaran SKS untuk Kurikulum Program S1 Pendidikan Matematika beragam. Berdasarkan data pada Tabel C7 diperoleh sebaran rataan SKS untuk kurikulum Program S1 Pendidikan Matematika yang ditunjukkan Tabel C8 berikut.

Halaman 61

Page 67: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tabel C8. Sebaran Rataan SKS Kurikulum Program S1 Pendidikan Matematika

No. Mata Kuliah SKS %

A. Mata Kuliah Wajib1. MK Dasar Umum 16 112. MK Dasar Kependidikan 37 253. MK Dasar Matematika 70 494. MK Berkarya 13 9

Sub Total 136 94B. Mata Kuliah Pilihan

1. MK Lanjut Kependidikan 4.5 32. MK Lanjut Matematika 4.5 3

Sub Total 9 6Total 145 100

Dari Tabel C8 dapat terlihat bahwa kurikulum Program Pendidikan Matematika didominasi oleh mata kuliah wajib (94% rataannya), sehingga kurang fleksibel. Dari Tabel C7 diperoleh sebaran MKDU, MK Matematika, MK Kependidikan dan MK berkarya sebagai berikut.

Tabel C9. Sebaran MKDU, MK Matematika dan MK Kependidikan dan MK Berkarya Program S1 Pendidikan Matematika

No. Mata Kuliah SKS %

1 Mata Kuliah Dasar Umum 16 11

2 Mata Kuliah Matematika 74.5 52

3 Mata Kuliah Kependidikan 41.5 28

4 Mata Kuliah Berkarya 13 9

Total 145 100

Dari Tabel C9, untuk Program S1 Kependidikan Matematika, setiap calon guru matematika hanya mendapat rata-rata 52% MK Matematika.

C1.2.2. Struktur Kurikulum S1 Pendidikan Biologi

Halaman 62

Page 68: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Secara umum kurikulum kependidikan biologi yang ada di beberapa universitas memiliki struktur kurikulum sbb:

MKDU (Mata kuliah Dasar Umum) : 10-14 SKS

MKK (Mata Kuliah Keahlian) : 92-108 SKS

MKCK (Mata Kuliah Ciri Khusus) : 13-37 SKS

MKP (Mata kuliah Pengembangan) : 12-28 SKS

---------------------------------------------------------------

Total : 146-160 SKS

MKDU yang ada pada kurikulum kependidikan biologi antara lain: Agama, Pancasila, Bahasa Indonesia, Ilmu Budaya Dasar. Mata kuliah yang ada pada MKDU umumnya mengacu pada ketentuan Dikti.

MKCK merupakan ciri khusus yang membedakan antara kurikulum Program studi Kependidikan biologi dengan Program Studi Biologi non kependidikan. MKCK yang ada pada struktur kurikulum antara lain:

Tabel C10. Mata Ajaran Kependidikan Biologi

No Kelompok Nama Mata Kuliah1 Dasar Kejuruan Dasar Pendidkan MIPA2 Dasar Penilaian MIPA3 Dasar-dasar Kependidkan4 Psikologi5 Keahlian

KejuruanKurikulum dan Penagajaran

6 Evaluasi Proses dan Hasil Pembelejaran7 Telaah Kurikulum SMA18 Telaah Kurikulum SMA29 Pengembangan Program Pengajaran10 Metode Penelitian Biologi11 Pengenalan Sekolah (PPL1)12 MKG/PPL213 Strategi Belajar mengajar

MKK yang ada pada Kependidikan biologi hampir sama dengan yang terdapat pada MKK non kependidikan biologi, antara lain: Biologi sel,

Halaman 63

Page 69: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Mikrobiologi, Genetika Dasar, Fisiologi Tumbuhan, Fisiologi Hewan, Ekologi dan lain-lain. Mata kuliah yang diberikan pada kelompok MKK semuanya merupakan mata kuliah yang berhubungan dengan keahlian biologi.

Kelompok MKP umumnya merupakan pengembangan dari MKK dan umumnya mencirikan juga keunikan universitas, misalnya Biologi Kelautan, Ichtiology, Biodiversitas.

Jika dilihat secara keseluruhan maka proporsi kurikulum wajib bidang kependidikan jauh lebih sedikit dibandingkan mata kuliah wajib bidang biologi. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa mata kuliah wajib bidang Biologi lebih mendominasi di bandingkan kependidikan pada kurikulum biologi kependidikan, sehingga dapat dikatakan untuk mencapai kualitas yang baik bagi guru-guru MIPA bidang biologi seharusnya mendapatkan kurikulum seperti kurikulum bidang sains Biologi, kemudian ditambah dengan keahlian di bidang pendidikan.

C1.2.3. Struktur Kurikulum S1 Pendidikan Fisika

Berdasarkan visi Program Studi Fisika Pendidikan di Indonesia, bahwa pada tahun 2020 telah terwujud komunitas belajar yang memiliki sistem budaya sinergis. Dalam system ini diperlukan dosen, karyawan dan mahasiswa yang bertanggungjawab kreatif, menghargai perbedaan pendapat, menjunjung tinggi nilai keadilan, kedamaian, dan kebersamaan dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Program studi ini akan mampu menghasilakn tenaga pendidik dan atau praktisi dalam bidang pendidikan fisika yang professional, bernurani, cendekia dan mandiri. Sedangkan misi Program Studi Fisika Pendidikan di Indonesia adalah penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang pendidikan fisika sehingga tercipta lembaga yang mampu menyediakan tenaga ahli dalam bidang pendidikan fisika untuk kemajuan bangsa, sistem pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan dalam bidang pendidikan fisika yang professional, mandiri, kreatif, dan inovatif; budaya akademik yang mampu mendorong tumbuhnya sikap disiplin, jujur, terbuka, bertanggungjawab dan saling menghargai, kerjasama yang

Halaman 64

Page 70: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

saling menguntungkan dengan lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri untuk mendukung laju perkembangan pendidikan fisika.

Berdasarkan visi dan misi, maka tujuan Program Studi Fisika Pendidikan di Indonesia adalah : sarjana Fisika Pendidikan Pendidikan dan Fisika yang memiliki: integritas kepribadian tinggi, bersikap terbuka, tanggap terhadap perkembangan Iptek, serta masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, penguasaan bahan ajar secara komprehensif dan metodologi pembelajarannya serta mampu merencanakan, melaksanakan, mengolah, dan mengevaluasi pembelajaran fisika, wawasan pendidikan fisika yang luas dan mendalam, mampu mengembangkan, dan terampil berkomunikasi dalam pendidikan fisika.

Strategi program kerja dalam melaksanakan visi, misi dan tujuan pendidikan, maka perguruan tinggi (di antaranya UPI, Universitas Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Purworejo) menjabarkannya dalam struktur kurikulum seperti tampak dalam Tabel C11.

Tabel C11. Struktur Kurikulum Program S1 Pendidikan Fisika

No. Mata Kuliah

UPIUniversitas

Negeri Yogyakarta

Universitas Negeri Malang

Universitas Muhammadiyah Purworejo

SKS SKS SKS SKS

A. Mata Kuliah Wajib

1. MK Dasar Umum 18 18 18 19

2. MK Dasar Kependidikan

33 29 30 40

3. MK Dasar Fisika 66 66 68 65

4. MK Berkarya 12 15 14 12

Total 129 128 130 136

B. Mata Kuliah Pilihan

Halaman 65

Page 71: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

1. MK Lanjut Kependidikan

9 12 8 4

2. MK Lanjut Fisika 6 4 6 4

Total 15 16 14 8

Total 144 144 144 144

Dari Tabel C11, tampak bahwa kurikulum Program Fisika Pendidikan didominasi oleh mata kuliah wajib (85-90%), dengan komponen MK Dasar Umum, MK Dasar Kependidikan, MK Dasar Fisika, dan MK Dasar Berkarya. Keunikan ini dapat diselaraskan dengan perkembangan sikap dan budaya agar kompetensi guru dan dosen dapat terwujud. Didukung dengan mata kuliah pilihan yang lebih banyak, diharapkan kompetensi guru dan dosen dituangkan dalam mata kuliah yang terkait yang dapat dirancang sendiri kurikulum yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

C1.2.4. Struktur Kurikulum S1 Pendidikan Kimia

Tugas Pokok dan fungsi FPMIPA adalah mengupayakan pembinaan sumber daya manusia dalam bidang Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) dan bidang MIPA yang diperlukan oleh berbagai jenis dan jenjang pendidikan yang relevan serta dunia industri. Kurikulum program studi di lingkungan FPMIPA memiliki beban studi antara 144-177 sks termasuk SKS untuk Tugas Akhir. yang terdiri dari matakuliah kompetensi utama dan kompetensi pendukung. Komposisi mata kuliah kompetensi utama terdiri dari Matakuliah Umum (MKU), Matakuliah Dasar Keahlian (MKDK) dan Matakuliah Keahlian (MKK); sedangkan yang tergolong kompetensi pendukung adalah matakuliah pilihan.

Secara umum struktur kurikulum yang ada pada program studi sarjana kimia kependidikan ditampilkan pada Tabel C12.

Halaman 66

Page 72: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tabel C12. Perbandingan struktur kurikulum Sarjana Kimia kependidikan

No Mata Kuliah UPI UNY UM UNESSKS % SKS % SKS % SKS %

A. Mata Kuliah WajibMK Umum 18 10 6 3 12 7 9 6MK Dasar Kependidikan 11 6 23 13 22 14 29 20MK Keahlian Kimia 111 63 91 53 86 53 59 41

Total 140 79 120 69 120 74 97 67B. Mata Kuliah Pilihan

MK Lanjut Kependidikan 12 7 10 6 16 10 18 13MK Lanjut Keahlian Kimia 25 14 43 25 26 16 29 20

Total 37 21 53 31 42 26 47 33Total 177 100 173 100 162 100 144 100

Dari Tabel C12 dapat disimpulkan bahwa sebaran SKS untuk Kurikulum Program S1 Pendidikan Kimia beragam. Berdasarkan data pada Tabel C12 diperoleh sebaran rataan SKS dan rekapitulasi kurikulum Program S1 Pendidikan Kimia ditunjukkan pada Tabel C13 dan Tabel C14.

Tabel C13. Sebaran Rataan SKS Kurikulum Program Sarjana Pendidikan Kimia

No. Mata Kuliah SKS %A. Mata Kuliah Wajib

MK Umum 11 7MK Dasar Kependidikan 21 12MK Keahlian Kimia 87 53

Total 119 72B. Mata Kuliah Pilihan

MK Lanjut Kependidikan 14 9MK Lanjut Keahlian Kimia 31 19

Total 45 28Total 164 100

Dari Tabel C13 dapat terlihat bahwa kurikulum Program Sarjana Pendidikan Kimia mendapatkan matakuliah keahlian kimia adalah ± 72%. Bila dibandingkan dengan Program Sarjana Kimia non kependidikan, nilai ini lebih rendah ± 9%. Jumlah SKS yang diberikan lebih banyak dibandingkan Program Sarjana Kimia non kependidikan yaitu 164 SKS yang terdiri dari 129 SKS untuk MK umum dan keahlian kimia dan 35 SKS utk MK dasar kependidikan.

Halaman 67

Page 73: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tabel C14. Rekapitulasi sebaran MK Program Sarjana Pendidikan Kimia

No. Mata Kuliah SKS %1 MK Dasar Umum 11 72 MK Dasar Kependidikan 35 213 MK Keahlian Kimia 118 72

Total 164 100

Mata kuliah dasar kependidikan antara lain meliputi Dasar-dasar Pendidikan MIPA, Evaluasi Pendidikan, Strategi Belajar Mengajar, Penelitian Pendidikan, Perencanaan Pengajaran Kimia dan Pengantar Media Pembelajaran. Minat program Kimia Pendidikan sama dengan Kimia Sains yaitu Kimia (Analitik, Anorganik, Fisik, Organik dan biokimia). Buku acuan yang digunakan untuk mata kuliah keilmuan baik antara program Kimia Pendidikan maupun Kimia Sains sama, tetapi cakupan dan kedalaman yang diberikan berbeda.

C2. KURIKULUM INTI BIDANG MIPA BERBASIS IPTEK

Sampai saat ini pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan kemampuan IPTEKnya melalui peningkatkan kualitas SDMnya. Ilmu-ilmu dasar (Matematika dan sains) merupakan fondasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu kurikulum bidang MIPA yang berbasis IPTEK sangatlah diperlukan agar bisa menjawab tantangan yang ada pada saat ini dan memprediksi yang akan datang.

Pada saat ini pengembangan teknik-teknik biologi untuk pengembangan biomedis, biomaterial, biofuel dan lain-lain memerlukan pengetahuan dasar yang kuat. Demikian juga untuk bidang Fisika, perkembangan teknologi saat ini menuntut kompetensi penguasaan perangkat analisis (mata kuliah fisika matematika, fisika komputasi, metode statistika), dan perangkat pengukuran (mata kuliah eksperimen fisika, instrumentasi fisika, elektronika, sensor), di samping penguasaan materi dalam mata kuliah dasar maupun mata kuliah

Halaman 68

Page 74: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

keahlian. Perkembangan IPTEK bagaikan deret ukur yang melaju dengan cepat, maka pengembangan kurikulum kompetensi fisika diupayakan berlaku deret ukur pula walau dalam pelaksanaanya bagaikan deret hitung. Tuntutan yang sama juga berlaku untuk bidang Kimia dan Matematika. Inilah tugas mendasar dari segenap ilmuwan MIPA untuk mensinergiskan kompetensi lulusan yang dihasilkan untuk menatap ke depan terhadap kemajuan IPTEK yang melaju sangat cepat.

C2.1. Kurikulum Inti Bidang Matematika

Kemajuan teknologi yang pesat serta permasalahan di masa mendatang yang diperkirakan akan lebih berat, membuat peran matematikawan akan semakin meluas. Peran ahli matematika tidak lagi terbatas sebagai pendidik atau peneliti, tetapi berkembang sebagai tenaga perencana, problem solvers di industri, dan lain sebagainya.

Untuk itu diperlukan kurikulum Program S1 Matematika sehingga lulusannya diharapkan mampu menguasai konsep dasar dan teknik-teknik dasar Matematika serta mampu memanfaatkannya dengan bantuan teknik komputasi dan teknologi informasi dalam pemecahan masalah matematika secara luas.

Selama ini terdapat dua kurikulum yang berkaitan dengan ilmu matematika, yaitu kurikulum Program S1 Matematika dan kurikulum Program S1 Pendidikan Matematika.

Tabel C15. Perbandingan Kurikulum Program S1 Matematika dan Program S1 Pendidikan Matematika

No Item Kurikulum Program S1 Matematika

Kurikulum Program S1 Pendidikan Matematika

1 Misi Menghasilkan lulusan yang diharapkan mampu menguasai konsep dasar dan teknik-teknik dasar

Memberikan kewenangan kepada mahasiswa calon guru

Halaman 69

Page 75: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Matematika serta mampu memanfaatkannya dengan bantuan teknik komputasi dan teknologi informasi dalam pemecahan masalah matematika secara luas.

untuk mengajar Matematika di sekolah menengah

2 Struktur KurikulumMK wajibMK pilihan

80%20%

91%9%

MK Keilmuan MK Kependidikan

90%-

52%28%

3 Tugas akhir Arah penelitian teoritis Arah penelitian mengandung muatan kependidikan

4 Praktek lapang Industri perbankan, asransi, Lembaga penelitian, dll

Sekolah Menengah

Fakta menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap substansi keilmuan belum memadai, hal ini disebabkan MK keilmuan yang dicakup kurikulum Program S1 Matematika hanya 52%. Fakta juga menunjukkan bahwa mahasiswa Pasca Sarjana yang berlatar belakang S1 Pendidikan Matematika mengalami kesulitan bila akan melanjutkan ke jenjang S2 Matematika, sehingga diperlukan program matrikulasi. Di lain pihak banyak pula lulusan S1 Matematika yang kompeten dalam penguasaan ilmunya dan mempunyai kemampuan mengajar yang baik.

Agar kualitas guru meningkat dan jenjang kependidikan guru berkelanjutan , akan lebih baik bila dualitas kurikulum dihapuskan. Pendidikan profesi keguruan merupan pendidikan tambahan bagi Sarjana Matematika yang ingin berprofesi sebagai guru.

Kurikulum Program S1 Matematika ke depan haruslah memuat:

1. Mata Kuliah yang menjelaskan konsep dasar Matematika.2. Mata Kuliah yang mengajarkan keterampilan menggunakan teknik-teknik

dasar Matematika.

Halaman 70

Page 76: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

3. Mata kuliah yang menekankan pada penguasaan komputasi matematik4. Mata Kuliah yang menekankan pada penerapan Matematika pada berbagai

masalah secara luas.5. Mata Kuliah yang meningkatkan kemampuan soft skill sehingga mahasiswa

mampu bekerjasama dalam suatu team dari berbagai bidang keilmuan untuk menyelesaikan masalah.

C2.2. Kurikulum Inti Program S1 Biologi

Sampai saat ini pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan kemampuan IPTEKnya melalui peningkatkan kualitas SDMnya. Ilmu-ilmu dasar (Matematika dan sains) merupakan fondasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu kurikulum bidang MIPA khususnya bidang biologi yang berbasis IPTEKS sangatlah diperlukan agar bisa menjawab tantangan yang ada pada saat ini dan memprediksi yang akan datang. Pada saat ini pengembangan teknik-teknik biologi untuk pengembangan biomedis, biomaterial, biofuel dan lain-lain, memerlukan pengetahuan dasar yang kuat. Oleh karena itu perlu adanya kurikulum inti yang mendasari bidang Biologi baik untuk kependidikan dan non kependidikan. Komposisi kurikulum inti yang diusulkan sbb:

MKDU (Mata kuliah Dasar Umum) dan MKD : 30-36 SKS

MKK (Mata Kuliah Keahlian) : 95-100 SKS

MKP (Mata kuliah pilihan (minor)) : 15-24 SKS

Total : 144-156 SKS

Kelompok MKDU dan MKD (15-24 SKS)

No Nama Mata Kuliah No Nama Mata Kuliah1 Agama 8 Biologi Dasar2 Olah raga dan seni 9 Fisika

Halaman 71

Page 77: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

3 Pendidikan Kewirausahaan 10 Kimia4 PPKN 11 Kalkulus5 Bahasa Inggris 12 Pengantar Matematika6 Bahasa Indonesia 13 Pengantar

Manajemen/Ekonomi Umum7 Humaniora/Ilmu Budaya Dasar

/Sosiologi Umum14 Mata kuliah Ciri Khusus

Institusi

Mata kuliah Kewirausahaan diperlukan untuk mendukung soft skill mahasiswa agar setelah selesai dapat menjawab/menghadapi tantangan lapangan kerja yang tersedia, sedangkan untuk setiap institusi yang menyelenggarakan program studi biologi baik kependidikan dan non kependidikan dapat memberikan warna tersendiri pada lulusannya, contohnya IPB, yang mempunyai ciri pertanian memberikan mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian dengan 2 SKS.

Kelompok MKK (95-100)

No Mata Kuliah No Mata Kuliah1 Biologi Sel/Cell Biology * 17 Pertumbuhan dan Perkembangan

Tanaman (Plant Growth and Development*)

2 Kimia Organik/Chemystry for life science*

18 Kultur jaringan

3 Biokimia/Biochemystry of Biomolecules*

19 Genetika Molekular (Molecular Genetics*)

4 Genetika Dasar 20 Mikroteknik5 Ekologi dasar/Biodiversity* 21 Evolusi (Evolution and

Comparative Genomics*)6 Mikrobiologi 22 Pengantar Bioteknologi7 Biologi Cendawan 23 Biolohi Manusia8 Anatomi dan Morfologi Tumbuhan 24 Ilmu Lingkungan9 Biosistematika tumbuhan I (Biologi

Alga dan Lumut**)25 Metode Statistika / Mathematics

for life Sciences*

Halaman 72

Page 78: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

10 Biosistematika tumbuhan II (Struktur Tumbuhan Berpembuluh**)

26 Fungsi Hayati Hewan (Animal Physiology*

11 Avertebrata 27 Dasar Penulisan Karya Ilmiah12 Struktur Hewan 28 Kolokium13 Fisiologi Tumbuhan/Plant

Physiology*29 Seminar

14 Vertebrata 30 Karya Ilmiah15 Fisologi Mikrob 31 Pengantar komputer16 Perkembangan hewan (Animal

Development*)32 BHS Inggris lanjut

Keterangan: * Nama mata kuliah setara dengan nama mata kuliah yang ada di NUS (National University of Singapore)

** Nama lain di Biologi

Selain itu untuk menambah keahlian mahasiswa dapat ditambahkan Praktikum yang berdiri sendiri seperti:

1.Experimental Biochemistry2.Experimental Microbiology3.Experimental Molecular and Cell Biology4.Behaviour Biology5.Tropical Conservation Biology6.Field Studies in Biodiversity/Studi Lapangan

Mahasiswa juga diberi kebebasan memilih salah satu mata ajaran elektif sesuai perkembangan IPTEKS pada saat ini, seperti:

1.Pengantar Bioinformatik

2.Ekologi dan Ilmu Lingkungan

Kelompok MKP (Mata kuliah Pilihan)(minor) 15-24 SKS

Kelompok MKP ini bisa diisi dengan mata kuliah yang merupakan pengembangan untuk bidang-bidang minat tertentu, seperti:

a. Bidang kependidikan.

Halaman 73

Page 79: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

No Kelompok Nama Mata Kuliah

1 Dasar Kejuruan Dasar Pendidkan dan Penilaian MIPA

2 Psikologi

3 Keahlian Kejuruan

Evaluasi Proses dan Hasil Pembelejaran

4 Telaah Kurikulum SMA

5 Telaah Kurikulum SMA2

6 Pengembangan Program Pengajaran

7 Metode Penelitian Biologi

8 Pengenalan Sekolah (PPL1)

9 Strategi Belajar mengajar

b. Bidang Sains : contoh untuk peminatan bidang Biomedis (adaptasi dari NUS)

No Kelompok Nama Mata Kuliah

1 Sains Biomedis Dasar-dasr farmakologi

2 Fisiologi Manusia

3 Immunologi

4 Dasar-dasar penyakit manusia

5 Penemuan Obat dan Percobaan klinis

6 Genetic Medcine in the Post Genomic Era

7 Sistem Neuron

8 Toxicology

9 Biologi antioksidan dan strategi antimikrobial

Halaman 74

Page 80: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Halaman 75

Page 81: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

C2.3. Kurikulum Inti Program S1 Fisika

Peran serta ilmu fisika tidak terbatas hanya pada flora dan fauna, melainkan juga segala fenoma alam yang terjadi di bumi ini.. Kajian terhadap manusia juga terbuka, terutama untuk bidang medis. Sejauh ini telah banyak konsumsi obat-obatan sintetis (terutama antibiotik) untuk penyembuhan suatu penyakit dan teknologi elektronik. Di satu sisi obat-obatan tersebut menimbulkan resiko yang cukup tinggi pada bagian tubuh yang lainnya. Perkembangan fisika molekuler dan biologi molekuler memungkinkan adanya penggantian obat-obatan tersebut dengan sistem drug delivery. Dengan sistem ini diharapkan pengobatan langsung spesifik terhadap kelainan dalam tubuh, dan meminimalkan resiko pada jaringan yang lainnya. Demikian pula penggunaan fisika elektronik (nano teknologi) dalam radiasi untuk terapi kanker, radiasi yang diberikan ke pasien akan menginduksi berbagai macam resiko. Diperlukan suatu penanganan khusus untuk meminimalkan resiko ini. Penggunaan nanoteknologi ultrasonik pada lithostropy untuk penghancuran batu ginjal, penggunaan laser untuk operasi mata, serta masih banyak objek lainnya yang dapat dikaji oleh fisika.

Pengembangan ilmu fisika di Indonesia dalam kenyataannya dipilah menjdai dua kompetensi yang dituangkan dalam kurikulum yang berkaitan dengan ilmu fisika, yaitu kurikulum Program S1 Fisika Sains dan kurikulum Program S1 Fisika Pendidikan. Pemilahan kompetensi ini berdasarkan diskusi dan pembahasan tentang kurikulum Fisika Sains dan Fisika Pendidikan. Hasil diskusi dan pembahasan kurikulum tersebut dapat diperbandingkan ayng dikelompokkan mencakup : tujuan, mata kuliah wajib, mata kuliah umum, mata kuliah dasar pendidikan, mata kuliah keahlian, mata kuliah pilihan, pemilihan minat, tugas akhir dan praktek lapang seperti yang ditampilkan pada Tabel C16.

Halaman 76

Page 82: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

Tabel C16. Perbandingan Kurikulum Fisika SAINS & Fisika PENDIDIKAN

No Fisika SAINS Fisika PENDIDIKAN1 Tujuan menghasilkan lulusan

yang memiliki kemampuan menganalisis dan mengsintesis ilmu fisika untuk menguasai ilmu dasar dan teknologi maju

menghasilkan sumber daya manusia dalam bidang Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) yang berkualitas, jujur dan keahlian yang baik

2 Mata kuliah wajib:MK UmumMK Dasar KependidikanMK Keahlian Fisika

25 %

-61 %

13 %

20 %53 %

3 Mata kuliah pilihan 14 % 14 %4 Pemilihan minat Fisika (Fisika Teori, Fisika

Terapan, Biofisika)Fisika (Fisika Teori, Fisika Terapan, Fisika Pendidikan)

5 Tugas akhir Arah penelitian teoritis atau ekperimental

Arah penelitian mengandung muatan kependidikan

6 Praktek lapang Industri, Balai penelitian dan industri

Sekolah Lanjutan Tingkat atas

Pemilahan kurikulum ini sepatutnya bersifat konstruktif agar cita-cita untuk membangun SDM Indonesia untuk menguasai Ipteks maju dan berjiwa Imtaq dapat terwujud.

C2.4. Kurikulum Inti Program S1 Kimia

Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) (Jujun S. Suriasumantri, 1992). Sedang teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Inovasi kimia dalam kurun waktu 5 – 10 tahun terakhir, antara lain pengembangan polimer degradable : poli (3-hidroksibutirat) (PHB), poli (3-hidroksivalerat) (PHV), rancangan dan pengembangan kimia yang ramah lingkungan (kimia hijau), pencarian pengganti CFC sebagai perusak lapisan

Halaman 77

Page 83: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

ozon, aplikasi kimia dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian, pengembangan surfaktan, bidang kimia material seperti penemuan C60. Ditemukannya C60, membuka bidang kimia yang baru, merupakan hasil tak terduga dalam ilmu dasar. Jenis polimer baru ini, yaitu material yang dapat menghantar listrik atau menyimpan energi surya, struktur menakjubkan dengan logam atau atom lain (bahkan helium) terjebak di dalam selelompok karbon, katalis baru, probe baru untuk mikroskopi elektron dan bahkan obat-obatan, Hal itu semua dan kemungkinan komersial lainnya yang masih belum terbayangkan, akan muncul dari temuan yang menyenangkan ini. Riwayat C60

menggambarkan sekali lagi mengapa dalam dunia teknologi, hal ini begitu penting untuk mendukung ilmu pengetahuan dasar.

Kemajuan teknologi yang pesat serta permasalahan di masa mendatang yang diperkirakan akan lebih berat, membuat peran kimiawan akan semakin meluas. Peran ahli kimia tidak lagi terbatas sebagai pendidik atau peneliti, tetapi berkembang sebagai tenaga perencana, problem solvers di industri, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi perubahan tersebut diperlukan kurikulum Program S1 Kimia sehingga lulusannya diharapkan mampu menguasai konsep dasar dan teknik-teknik dasar di bidang Kimia serta mampu memanfaatkannya dengan bantuan teknik komputasi dan teknologi informasi dalam pemecahan masalah kimia secara luas.

Selama ini terdapat dua kurikulum yang berkaitan dengan ilmu kimia, yaitu kurikulum Program S1 Kimia Sains dan kurikulum Program S1 Pendidikan Kimia. Dari diskusi dan pembahasan tentang kurikulum Kimkia Sains dan Pendidikan dapat disimpulkan seperti yang ditampilkan pada Tabel C17.

Tabel C17. Perbandingan Kurikulum Kimia SAINS & Kimia PENDIDIKAN

No Kimia SAINS Kimia PENDIDIKAN1 Tujuan menghasilkan lulusan

yang memiliki kemampuan menguasai dan menerapkan bidang

mengupayakan pembinaan sumber daya manusia dalam bidang Pendidikan Matematika

Halaman 78

Page 84: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

kimia untuk memajukan iptek

dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) yang berkualitas, profesional dan keterampilan yang tinggi.

2 Mata kuliah wajib:MK UmumMK Dasar KependidikanMK Keahlian Kimia

19%-

63%

7%21%53%

3 Mata kuliah pilihan 26% 19%4 Pemilihan minat Kimia (Analitik,

Anorganik, Fisik, Organik dan Biokimia)

Kimia (Analitik, Anorganik, Fisik, Organik dan Biokimia)

5 Tugas akhir Arah penelitian teoritis atau ekperimental

Arah penelitian mengandung muatan kependidikan

6 Praktek lapang Industri, Balai penelitian dan industri

Sekolah Lanjutan Tingkat atas

Tabel C17 menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap substansi keilmuan sudah memadai, hal ini disebabkan MK keilmuan yang dicakup kurikulum Program S1 Kimia ± 72%. Bila dibandingkan dengan Program Sarjana Kimia non kependidikan, nilai ini lebih rendah ± 9%. Perbedaan yang mencolok adalah jumlah SKS yang diberikan lebih banyak dibandingkan Program Sarjana Kimia non kependidikan yaitu 164 SKS yang terdiri dari 129 SKS untuk MK umum dan keahlian kimia dan 35 SKS utk MK dasar kependidikan. Dengan banyaknya SKS yang diberikan dan diselesaikan dalam waktu 4 tahun sangatlah berat, sehingga penguasaan terhadap keahlian di bidang kimia sangat kurang. Keahlian ilmu kimia yang diberikan cakupan dan kedalamannya sangat berbeda hal ini terlihat dari silabi antara keduanya walaupun nama matakuliah tersebut namanya sama. Fakta juga menunjukkan bahwa mahasiswa Pasca Sarjana yang berlatar belakang S1 Pendidikan Kimia mengalami kesulitan bila akan melanjutkan ke jenjang S2 Kimia, sehingga diperlukan program matrikulasi. Di lain pihak banyak pula lulusan S1 Kimia yang kompeten dalam penguasaan ilmunya dan mempunyai kemampuan mengajar yang baik, meskipun tidak dibekali materi bidang kependidikan di tingkat sarjana. Oleh karena itu, untuk mengurangi kesenjangan materi antara

Halaman 79

Page 85: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

keduanya, dualitas kurikulum sangat perlu dihapuskan. Pendidikan profesi keguruan merupan pendidikan tambahan bagi Sarjana Kimia yang ingin berprofesi sebagai guru. Usulan kurikulum untuk Program S1 Kimia ke depan haruslah memuat:

1. Mata Kuliah yang menjelaskan konsep dasar Kimia.2. Mata Kuliah yang mengajarkan keilmuan dan keterampilan menggunakan

teknik-teknik dasar Kimia.3. Mata kuliah yang menekankan pada penguasaan alat-alat bantu untuk

menjelaskan konsep kimia4. Mata Kuliah yang menekankan pada penerapan Kimia pada berbagai

masalah secara luas.5. Mata Kuliah yang meningkatkan kemampuan soft skill sehingga mahasiswa

mampu bekerjasama dalam suatu team dari berbagai bidang keilmuan untuk menyelesaikan masalah.

C3. PENUTUP

Perkembangan IPTEK membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan sosial dan kebudayaan umat manusia, yang meliputi beberapa aspek antara lain komunikasi, transportasi, mekanisasi industri, pertanian dan persenjataan, termasuk di dalamnya adalah pendidikan.

Perkembangan IPTEK disamping banyak menimbulkan perubahan dalam nilai-nilai, baik nilai sosial, budaya, spiritual, intelektual maupun material, juga menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru dan sikap hidup baru (Sukmadinata, 2000). Hal-hal ini menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan yang diwujudkan dalam rekonstruksi kurikulum.

Berdasarkan perbandingan kurikulum MIPA SAINS dan MIPA KEPENDIDIKAN yang telah dibahas di atas, tampaknya perlu pola pemikiran baru dalam sistem pendidikan bidang MIPA dan pola perekrutan guru sebagai pendidik di sekolah menengah. Pada MIPA KEPENDIDIKAN, porsi SKS untuk

Halaman 80

Page 86: Draf Buku MIPAnetkappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Buku Hasil Lokarya... · Web viewPENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIDANG MIPA DI PERGURUAN TINGGI HASIL LOKAKARYA MIPAnet Bogor, 26 – 27

kependidikan tampaknya digunakan untuk pendalaman keilmuan pada MIPA SAINS, sehingga lulusan MIPA SAINS dipandang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam penguasaan keilmuan. Oleh karena itu, lulusan MIPA SAINS yang kemudian diberi pendidikan keterampilan mengajar merupakan salah satu potensi guru-guru yang berkualitas, yang dapat mengajarkan ilmu MIPA sesuai dengan tuntutan perkembangan IPTEK.

Halaman 81