dr. rochidin wahab, m.pd. filsafat islam bab iii stai siliwangi bandung

27
23 BAB III FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR A. Al Kindi 1. Riwayat Hidup Nama Al Kindi adalah nisbat pada suku yang menjadi bakalnya, yaitu Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan daerah Selatan Jazirah Arab. Nama lengkapnya adalab Abu Yusuf Ya‟qub bin lshaq Ash Shabbah bin Imran bin Isma‟il Al Asy‟ats bin Qays Al Kindi. Lahir di Kuffahy 185 H (801 M). 2. Karya-karya Al Kindi Karya ilmiah Al Kindi berupa makalah, jumlahnya amat banyak. Ibnu Nadim, dalam kitabnya Al Fihrits, menyebutkan lebih dan 230 buah. Geeorge N. Atiyeh menyebutkan 270 buah. 3. Definisi Filsafat Al Kindi a. Filsafat terdiri dari gabungan dua kata, philo; sahabat dan Sophia; kebijaksanan b. Filsafat adalah upaya manusia meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan sejauh dapat dijangkau oleh kemampuan akal manusia c. Filsafat adalah latihan untuk mati d. Filsafat adalah pengetahuan e. Filsafat adalah pengetahuan manusia tentang dirinya f. Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang abadi dan bersifat menyeluruh (umum), baik esensinya maupun kausanya.

Upload: ahmad-salman-al-farisi

Post on 01-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

TRANSCRIPT

Page 1: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

23

BAB III

FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR

A. Al Kindi

1. Riwayat Hidup

Nama Al Kindi adalah nisbat pada suku yang menjadi bakalnya,

yaitu Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan daerah Selatan

Jazirah Arab. Nama lengkapnya adalab Abu Yusuf Ya‟qub bin lshaq Ash

Shabbah bin Imran bin Isma‟il Al Asy‟ats bin Qays Al Kindi. Lahir di

Kuffahy 185 H (801 M).

2. Karya-karya Al Kindi

Karya ilmiah Al Kindi berupa makalah, jumlahnya amat banyak.

Ibnu Nadim, dalam kitabnya Al Fihrits, menyebutkan lebih dan 230 buah.

Geeorge N. Atiyeh menyebutkan 270 buah.

3. Definisi Filsafat Al Kindi

a. Filsafat terdiri dari gabungan dua kata, philo; sahabat dan Sophia;

kebijaksanan

b. Filsafat adalah upaya manusia meneladani perbuatan-perbuatan

Tuhan sejauh dapat dijangkau oleh kemampuan akal manusia

c. Filsafat adalah latihan untuk mati

d. Filsafat adalah pengetahuan

e. Filsafat adalah pengetahuan manusia tentang dirinya

f. Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang abadi dan

bersifat menyeluruh (umum), baik esensinya maupun kausanya.

Page 2: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

24

4. Epistemologi

Al Kindi menyebutkan ada tiga macam pengetahuan manusia,

yaitu;

a. Pengetahuan indrawi

b. Pengetahuan yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal yang

disebut pengetahuan rasional

c. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan yang disebut

pengetahuan isyraqi atau iluminatif.

5. Metafisika

Al Kindi mengatakan bahwa filsafat yang tertinggi martabatnya

adalah filsafat pertama yang membicarakan tentang Causa Prima.

6. Etika

Filsafat adalah upaya meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan

sejauh dapat dijangkau oleh kemampuan manusia.

B. AL RAZI

1. Riwayat Hidupnya

Nama lain Al Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Ibn

Yahya Al Razi. Lahir di Royy tanggal 1 Sya‟ban 251 H/865 M. meninggal

dunia tanggal 5 Sya‟ban 313 H/7 Oktober 925 M.

2. Karya-karyanya

Buku-buku karyanya antara lain:

a. Al Tibb Al Ruhani

Page 3: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

25

b. Al Shirath Al Falsafiyah

c. Amarat Iqbal Al Daulah

d. Kitab Al Ladzdzah

e. Kitab Al Ibn Al Ilah

f. Makalah fi Mabadd Al Tabiah

g. Al Syukur Ala Proclas

3. Filsafatnya

a. Logika

b. Metafisika

Pokok-pokok pendirian Al Razi dalam pemikiran ini adalah,

pertama alam, kedua dan ketiga kekekalan gerak. Lima kekelan yaitu:

a. Tuhan bersifat sernpurna

b. Ruh, bahwa Tuhan tidak menciptakan dunia lewat desakan apapun,

tetapi Dia memutuskan penciptaannya setelah pada mulanya tidak

berkehendak untuk menciptakannya.

c. Materi, menurut Al Razi kemutlakan materi pertama terdiri dari atom-

atom

d. Ruang, adalah tempat keberadaan materi

e. Waktu, adalah subtansi yang mengalir, ia adalah kekal

4. Theologi Al Razi

Bantahan Al Razi terhadap kenabian dengan alasan:

a. Bahwa akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan

yang buruk, yang benar dan yang jahat, yang berguna dan yang tak

berguna.

Page 4: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

26

b. Tidak ada keistimewaan bagi beberapa orang untuk membimbing

semua orang.

c. Para Nabi saling bertentangan

5. Ulasan terbadap Al Rail

Al Razi adalah filosuf yang hidup pada masa pendewaan akal

secara berlebihan.

C. Al Farabi

1. Riwayat Hidup

Mempuyai nama lain Abu Nashr Ibnu Audagh Ibn Thorhan Al

Farabi. Namanya diambil dari nama kota Farab, tempat ia lahir di desa

Wasij kota Farab tahun 257 H (870 M). Wafat usia 80 tahun. Karya-karya

nyatanya adalah:

a. Al Jami‟u Baini Ra‟yai Al Hakiamain Afalatoni Al Hahiy Wa Aristho

Thaila (Pertemuan atau Penggabungan Pendapat antara Plato dan

Aristoteles)

b. Tahsilu As Sa‟adah (mencari kebahagiaan)

c. As Suyasatu Al Madinah (politik pemerintahan)

d. Fususu Al Taram (hakikat kebenaran)

e. Arroo‟u Ahli Al Madinati Al Fadilah ( pemikiran-pemikiran utama

pemerintahan)

f. As Syiyasyah (ilmu politik)

g. Al Ma‟ani Al Aqli

h. Ihshou Al Ulum (kumpulan berbagai ilmu)

i. At Tanghibu Ala As Sa‟adah

Page 5: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

27

j. Isbatu Al Mufaraqat

k. Ilmu mantiq membahas delapan bagian yaitu:

(1) Al Maqulaati Al Asyr (kategori)

(2) Al Ibarat (ibarat)

(3) Al Qiyas (analogi)

(4) Al Burhan (argumentasi)

(5) Al Mawadi Al Jadaliyah (the topics)

(6) Al Hikmatu Mumawahan (sofislika)

(7) Al Hithobah (ilmu pidato)

(8) Al Syi‟ir (ilmu pidato)

2. Filsafat Al Farabi

Ia mendefinisikan filsafat adalah Al Ilmu Bil Maujudaat Bima

Hiya Al Maujudaat, yang berarti suatu ilmu yang menyelidiki hakekat

sebenarnya dan segala yang ada.

3. Filsafat Politik

Al Farabi berpendapat, bahwa ilmu politik adalah suatu ilmu

yang meneliti berbagai bentuk tindakan, cara hidup, watak, disposisi

positif dan akhlak. Ada dua macam problem politik:

a. Pemerintah atas dasar penegakan terhadap tindakan-tindakan yang

sadar, cara hidup, dispoisi politik.

b. Pemerintah atas dasar penegakan terhadap tindakan-tindakan dan

watak-watak dalam rangka mencapai sesuatu yang diperkirakan

mendapat suatu kebahagiaan.

Page 6: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

28

Dipandang dari kemampuan suatu pemerintah, ilmu politik

terbagi menjadi dua:

a. Kemampuan dalam melahirkan peraturan-peraturan yang bersifat

universal

b. Kemampuan yang disebabkan oleh adanya ketekunan dalam aktivitas

politik dengan harapan bisa menjadi kebijaksanaan.

4. Filsafat Metafisik

Pembicaraan metafisika berkisar pada masalah Tuhan, wujud-Nya

atau kehendak-Nya.

a. Ilmu Ketuhanan

Al Farabi membagi ilmu ketuhanan menjadi tiga yaitu:

1) Membahas semua wujud dan hal-hal yang terjadi padanya

sebagai wujud.

2) Membahas prinsip-prinsip Burhan dan ilmu-ilmu teori Jus‟iyat

(paticulars) yaitu ilmu yang berdiri sendiri karena penelitiannya

tentang wujud tertentu.

3) Membahas semua wujud yang tidak berupa benda-benda ataupun

berada dalam benda itu.

b. Wujud

Al Farabi membagi wujud menjadi dua bagian:

1) Wujud yang mungkin atau wujud yang nyata karena lainnya

2) Wujud nyata dengan sendirinya

c. Sifat-Sifat Tuhan

Tuhan adalah tunggal. Tidak berbeda dari Dzat-Nya. Tuhan

merupakan akal (pikiran) murni wujud,

Page 7: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

29

5. Filsafat Kenabian Al Farabi

Persoalan kenabian ada pada agama. Agama yang dimaksud

adalah agama samawi/langit.

a. Keraguan dalam soal kenabian di dalam Islam

b. Sikap Al Farabi terhadap keraguan dan pengingkaran kenabian

c. Pengaruh teori kenabian Al Farabi

6. Pola Pikir Tasawuf Al Farabi

Al Farabi sebagai seorang filosuf telah menghimpun berbagai

konsepsi dimana sendi-sendinya menjadi suatu mata rantai yang sa1in

berkait

a. Dasar-dasar Tasawuf

Ciri khas dari teori tasawuf yang dikatakan Al Farabi adalah pada

asas rasional

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tasawuf Al Farabi

c. Pandangan Al Farabi tentang Kebahagiaan

“kebahagiaan adalah jika jiwa manusia menjadi sempurna di dalam wujud

dimana ia tidak membutuhkan dalam eksistensinya kepada suatu materi”.

7. Logika

Menyatakan: “seni logika umumnya, memberikan aturan-aturan, yang bila

diikuti dapat memberikan pemikiran yang besar dan mengarahkan manusia

secara langsung kepada kebenaran dan menjauhkan dari kesalahan-

kesalahan”.

Page 8: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

30

8. Teori Al Farabi tentang Sepuluh Kecerdasn

Al Faidh menurut Al Farabi adalah semacam teori emanasi yang

dikeluarkan Plotinus.

9. Filsafat Kenegaraan Al Farabi

Pokok filsafat kenegaraan Al Farabi ialah autokrasi dengan

seorang raja yang berkuasa mutlak mengatur negara. Negara yang bodoh

menurut Al Farabi:

a. Negara Darurat (daruriah), yaitu yang penduduknya hanya

memperoleh minimum dari kebutuhan hidup, makan, minum,

pakaian dan tempat tinggal

b. Negeri Kapitalis (baddalah), yaitu negara yang penduduknya

mementingkan kekayaan dan harta benda

c. Negeri Gila Hormat (Kurama), yaitu negeri yang penduduknya

mementingkan kehormatan saja

d. Negeri Hawa Nafsu (khissah wa syahwah), yaitu negeri yang

penduduknya mementingkan kekayaan dan berfoya-foya

e. Negeri Anarkis (Jami‟iah), yaitu negeri yang setiap penduduknya

ingin merdeka melakukan keinginan masing-masing

10. Etika Kenegaraan

Al Farabi mengemukakan suatu ide yang mengemukakan bahwa tiap

keadaan ada unsur-unsur pertentangan.

Page 9: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

31

D. Ikhwan Al Shafa

Adalah golongan dalam filsafat yang menyatakan bahwa falsafat

itu bertingkat-tingkat, yaitu: Pertama, adalah cinta ilmu. Kedua,

mengetahui hakikat wujud-wujud menurut kesanggupan manusia. Ketiga,

berkata dan berbuat sesuai dengan ilmu.

Mengenai lapangan filsafat, dikatakannya ada empat yaitu:

1. Matematlka

2. Logika

3. Fisika

4. Ilmu Ketuhanan

a) Mengetahui Tuhan

b) Ilmu kerohanian, yaitu malaikat-malaikat Tuhan

c) Ilmu kejiwaan, yaitu mengetahui ruh-ruh dan jiwa-jiwa yang ada

pada benda-benda langit dan benda-benda alam

d) Ilmu politik, yang mencakup politik kenabian, pemerintahan,

umum, khusus (rumah tangga), dan sebagainya

E. Ibnu Maskawaih

1. Riwayat Hidup

Adalah seorang fllosuf muslim yang memuaskan perhatiannya

pada etika Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al Khasim Ahmad

Bin Ya‟qub Bin Maskawaih. Dilahirkan di Ray (Teheran). M.M. Syarif

menyebutkan bahwa Ibnu Maskawaih lahir pada tahun 320 H/932 M.

Margoliouth menyebutkan tahun 330 H/932. M. Abdul Aziz Izzat

menyebutkan tahun 325 H. wafat 9 Shafar 421 H/l6Februari 1030M.

Page 10: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

32

2. Karya

Karya-karya Maskawaih diantaranya:

a) Kitab Al Fauz Al Ashgar, tentang ketuhanan, jiwa dan kenabian

(metafisika).

b) Kitab Al Fauz Al Akbar, tentang etika.

c) Kitab Thaburat Al Nafs, tentang etika.

d) Kitab Tahdzib Al Akhlaq wa That Al Araq, tentang etika.

e) Kitab Tartib As Sa‟adat, tentang etika dan politik terutama mengenai

pemerintahan Bani Abbas dan Bani Buwaih.

f) Kitab Tajarib Al Umam, tentang sejarah yang berisi peristiwa-

peristiwa sejarah sejak setelah air bah Nabi Nuh hingga tahun 369 H.

g) Kitab Al Jami, tentang ketabiban.

h) Kitab Al Adwiyah, tentang obat-obatan.

i) Kitab Al Asyribah, tentang minuman.

j) Kitab Al Mustaudi, berisi kumpulan-kumpulan syair-syair pilihan.

k) Kitab Maqalat fi Al Nafsi Wa Al „Aqi, tentang jiwa dan akal.

l) Kitab Jawizan Khard (akal abadi), yang membicarakan panjang lebar

tentang pemerintahandan hukum yang berlaku di Arab, Persia, India

dan Romawi.

3. Pemikiran Filsafat Maskawaih

a) Hikmah dan Falsafah

Hikmah adalah keutamaan jiwa yang cerdas (aqilah) yang mampu

membeda-bedakan (muwayyiz).

Page 11: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

33

b) Metafisika

Mencakup pembahasan tentang bukti adanya Tuhan Pencipta, jiwa

dan kenabian (nubuwwah). Metafisika Maskawaih dituangkan dalam

kitab Al Fauz Al Ashgar yang berisi:

1) Bukti-bukti adanya Tuhan Pencipta

2) Jiwa (AnNafs)

3) Kenabian (An Nubuvah)

4) Teori Evolusi

c) Dasar-dasar Etika

1) Unsur-unsur Maskawaih

Teori etika Maskawaih bersumber pada filsafat Yunani,

Peradapan Persia, ajaran Syariat Islam, dan pengalaman pribadi

2) Pengertian Akhlak

Kata akhlak adalah bentuk jamak (plural) dari kata khuluq yang

artinya perikeadaan dan diperhitungkan sebelumnya.

3) Keutamaan (Fadhilah)

Maskawaih menyebutkan adanya tiga macam kekuatan jiwa,

yaitu bahimiyah atau syahwiyah (kebinatangan atau nafsu

syahwat) yang mengejar kelezatan-kelezatan jasmani, sabu‟iyah

(binatang buas) yang bertumpu pada kemarahan dan keberanian

dan nathiqah yang selalu berpikir tentang hakikat segala sesuatu.

4) Kebahagiaan (sa‟adah)

5) Cinta (mahabbah)

6) Pendidikan Akhlak pada anak-anak

Page 12: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

34

4. Perihal Kematian

Takut mati merupakan penyakit jiwa dapat terjadi karena adanya

sebab-sebab:

a) Tidak mengetahni hakikat kematian

b) Tidak mengetaui kesudahan jiwa

c) Tidak mengetahui kekelan jiwa

d) Mempunyai sangkaan bahwa kematian itu merupakan sakit yang

amat berat

e) Adanya kebingungan

f) Karena adanya rasa berat rasa berat untuk bercerai dengan yang

disenanginya.

sebab-sebat takut mati dapat diatasi dengan rasa sebagai berikut:

a) Orang harus mengetahui bahwa mati itu hakikalnya tidak lebih dari

jiwa yang menghentikan penggunaan alatnya.

b) Orang harus mengetahui bahwa sebenamya mati itu ada dun macam:

iradi dan alami. Iradi adalah mematikan keinginan-keinginan

(syahwat) dan meninggalkan usaha memenuhi tuntunan-

tuntunannya, sedang mati alami adalah terpisahnya jiwa dan badan

c) Orang harus mengetahu benar bahwa mati hanyalah peristiwa

badaniyah yang menjadi jalan pelepasan jiwa dan penghormatan bagi

jiwa.

d) Orang harus menyadani bahwa rasa sakit itu hanya berada pada

orang hidup, dan orang hidup itulah yang menerima bekas jiwa yang

ada pada badannya.

Page 13: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

35

e) Orang yang merasa takut mati karena takut akan tertimpa hukman

setelah harus menyadari bahwa yang ditakuti itu sebenamya bukan

matinya tetapi siksanya yang mungkin diderita setelah mati.

f) Pengalarnan manusia setelah mati patut ditakuti.

5. Filsafat politik

Maskawaih menegaskan bahwa yang menjaga tegaknya Syariat

Islam adalah imam yang kekuasannya seperti kekuasaan raja.

F. Ibnu Sina

1. Kehidupan lbnu Sina

Nama lainnya adalah Abu Ali Al Hosain Ibn Abdullah Ibn Sina.

Lahir di desa Afsyana, daerah Bukhara tahun 340 H/980 M. meninggal

tahun 428 H/1037 M pada usia 57 tahun.

2. Hasil Karya

Karangan-karangan Ibnu Sina antara lain:

a) As Syifa

b) An Najat

c) Al Syarat Wat Tanbihat.

d) Al Hikmat Al Masyriqiyyah

e) Al Qanun atau Canon of Medicine

3. Filsafat Ajarannya

a) Tentang Wujud

Dari Tuhanlah kemaujudan yang mesti mengalir inteligensi pertama,

sendirian karena hanya dari yang tunggal

Page 14: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

36

b) Tori Fisika

Ilmu Fisika mempunyai beberapa dasar yang hanya bisa diketahui

oleh orang yang yang mendalami ilmu ketuhanan. Sebagai dasarnya

adalah:

1) Benda (maddah), Surah (form) dan tiada (adam).

2) Gerak dan diam.

3) Waktu/masa

4) Tempat dan kekosongan

5) Terbatas dan tidak terbatas.

c) Ilmu Jiwa

1) Masalah ilmu jiwa yang dihadapi Ibnu Sina

Menurut Ibnu Sina filsafat terbagi dalam ilmu teoritis dan ilmu

praktis. Ibnu Sina menempatkan studi ilmu jiwa dalam ilmu

teoritis, dan dimasukkan pada ilmu alam. Kemudian ia membagi-

bagi segi kejiwaan menjadi dua, yaitu:

(a) Segi fisika, yang membicarakan tentang macam-macamnya

jiwa, pembagian kebaikan-kebaikan, jiwa manusia, indera.

(b) Segi metafisika, yang membicarkan tentang wujud dan

hakikat, pertalian jiwa dengan badan, dan keabadian jiwa.

2) Bukti-bukti wujud jiwa menurut Ibnu Sina

(a) Dalil Psiko Fisik.

(b) Dalil aku dan kesatuan fenomena kejiwaan.

(c) Dalil kelangsungan (kontinuitas).

(d) Dalil manusia terbang atau manusia melayang-lanyang di

udara.

Page 15: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

37

3) Keabadian Jiwa

Ia mengatakan dengan menggunakan berbagai macam jalan

dalam membahas tentang prinsip-prinsip maupun tempat

kembalinya.

G. Ghazali

1. Riwayat Hidupnya

Nama lengkapnya adalah Muhammad Bin Ahmad Abu Hamid Al

Ghazali. Lahir di Thus, kota Khurasan tahun 450 M. meninggal hari senin

tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H/1111 M. Kebesaran Al Ghazali adalah

menguii setiap pemikiran filosuf-filosuf yang menunjukkan

kelemahannya

Bukti-bukti yang mendukung ia seorang filosuf antara lain:

a) Al Ghazali dalam menulis sebagian kitab-kitabnya ditujukan untuk

menyerang berbagai kalangan tertentu.

b) Bahwa hakikat yang menjadi ciri kenyakinan Al Ghazali adalah

hakikat tasawuf.

c) Bahwa masalah-masalah yang dibahas Al Ghazali dari pendapat-

pendapat yang dikemukakan.

2. Hasil Karyanya

Karangannya berjumlah kurang lebih 100 buah. Karangannya

meliputi ilmu pengetahuan, seperti ilmu kalam (teologi Islam), fiqh

(hukum Islam), tasawuf, akhlak, dan autobiografi. Karangannya

berbahasa Arab, sebagian lagi bahasa Parsi

Page 16: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

38

Karya Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulum ad Din adalah

menunjukkan adanya tujuan yang hendak dicapai oleh beliau, dan kitab

tersebut juga telah berperan dalam mekanisme ajaran Islam. Ihya Ulum

Ad Din yang berarti menghidupkan ilmu-ilrnu agama yang merupakan

kitab yang menjelaskan metoda dan sarana bagi tasawuf Sunni.

3. Ajaran Al Ghazali

a) Tasawuf thaharah menurut Al Ghazali mempunyai empat

kiasifikasi:

(1) Mensucikan dhair dari segala hadats, kotoran, dan benda

yang menjijikan.

(2) Mensucikan anggota badan dan segala perbuatan jahat dan

dosa.

(3) Mensucikan hati dari segala pekerti yang tercela dari sifat-

sifat rendah yang terkutuk.

(4) Mensucikan sirr (batin) dari sesuatu selain Allah SWT

b) Filsafat Metafisika

Al Ghazali menghantam pendapat-pendapat filsafat Yunani,

diantaranya Ibnu Sina C.S. dalam dua puluh masalah.

Diantaranya:

(1) Al Ghazali menyerang dalil-dalil filsafat (Aristoteles) tentang

azalinya alam dan dunia

(2) Al Ghazali menyerang kaum filsafat (Aristoteles) tentang

pastinya keabadian alam.

Page 17: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

39

(3) Al Ghazali menyerang pendapat kaum filsafat bahwa Tuhan

hanya mengetahui soal-soal yang besar saja, tetapi tidak

mengetahui soal-soal yang kecil (juz‟iyat)

(4) Al Ghazali juga menentang pendapat filsafat bahwa segala

sesuatu terjadi dengan kepastian hukurn sebab dan akibat

semata-mata, dan mustahil ada penyelewengan dan hukum

c) Iradat Tuhan

Mengenal kejadian alam dan dunia, Al Ghazali berpendapat

bahwa dunia ini berasal dari iradat (kemauan) Tuhan semata-

mata, tidak bisa terjadi dengan sendirinya.

d) Filsafat metafisika

Menurut Al Ghazali bahwa yang berlawanan dengan Islam, dan

yang karenanya para filosuf harus dinyatakan sebagai orang ateis,

ialah:

(1) Qadimnya alam

Filosuf-filosuf mengatakan bahwa alam ini qadim. Qadimnya

Tuhan atas alam sama dengan qadimnya illat atas ma‟lulnya

(sebab atas akibat), yaitu dan zat dan tingkatan, juga dan segi

zaman.

(2) Tuhan tidak mengetahui terhadap soal-soal kecil

(3) Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani.

Jawaban Al Ghazali lebih banyak ditujukan kepada

kemungkinan ketiga yang dikemukakan oleh filosuf-filosuf,

dan lebih banyak didasarkan atas alasan-alasan syara

daripada atas argumentasi pikiran.

Page 18: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

40

4. Tinjauan terhadap Al Ghazali

Menurut Al Ghazali agama tidak melarang ataupun

memerintahkan ilmu matematika, karena ilmu adalah pembuktian

pemikiran orang yang tidak bisa diingkari, sesudah dipahami dan

dimengerti. Ilmu tersebut menimbulkan dua keberatan:

a. Karena keberatan dan ketelitian ilmu-ilmu matematika.

b. Sikap yang timbul dari pemeluk Islam yang bodoh yaitu untuk

menegakkan ágama, harus mengingkari semua ilmunya yang berasal

dari filosuf-filosuf.

H. Suhrawardi Al Maqtul

1. Riwayat Hidup

Al-Suhrawardi mempunyai nama lengkap Syaikh Syihab al-Din

Abu al-Futuh Yahya ibn Habasy ibn Amirak al-Suhrawardi, dilahirkan di

Suhraward, negeri Iran Barat Laut, tidak jauh dari Zanjan pada tahun 548

H/1153 M. Dia dikenal sebagai Syaikh al-Isyraq atau Master of

Iluminasionist (Bapak Pencerahan), al-Hakim (Sang Bijak), al-Syahid (Sang

Martir), dan al-Maqtul (yang terbunuh). Al-Suhrawardi mempunyai

julukan al-Maqtul (yang terbunuh), ini terkait dengan cara kematiannya

yang dibunuh di Halb (Aleppo) atas perintah Shalahuddin al-Ayyubi

pada tahun 587 H/1191 M. Dan hal ini lah yang membedakan dia dengan

dua tokoh sufi lainnya, yaitu Abu al-Najib al-Suhrawardi (w. 563 H) dan

Abu Hafah Syihabuddin al-Suhrawardi al-Baghdadi (w. 632 H), dia adalah

seorang guru sufi (syaikh al-Syuyuk) di samping terkenal juga sebagai

politikus di Baghdad kala itu, dia juga merupakan penyusun kitab Awarif

al-Ma‟arif.

Page 19: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

41

Setelah sekian lama al-Suhrawardi terkenal dan mempunyai

doktrin-doktrin yang esoteris (bersifat khusus, rahasia) serta kritik yang

tajam yang dilontarkan kepada para fuqaha‟ kala itu menimbulkan reaksi

keras yang dimotori oleh Abu al-Barakat al-Baghdadi yang anti terhadap

aliran Aristotelian. Akhirnya pada tahun 587 H/1191 M atas desakan para

fuqaha‟ kepada Malik al-Zhahir yang di kala itu membutuhkan dukungan

dari fuqaha‟ untuk menghadapi tentara salib yang mengancam umat

Islam, sehingga al-Suhrawardi diseret ke penjara dan di hukum mati pada

usia 38 tahun yang masih cukup relatif muda. A. Mustofa mengatakan

bahwa perihal terbunuhnya al-Suhrawardi ini merupakan ulah dari

orang-orang yang dengki kepadanya sehingga melaporkannya kepada

Shalahuddin al-Ayyubi akan bahaya tersesatnya akidah Malik al-Zhahir

jika terus berteman dengan al-Suhrawardi. Maka Shalahuddin pun

meminta putranya untuk membunuh al-Suhrawardi. Kemuadian Malik al-

Zhahir pun meminta pendapat para fuqaha‟ Halb, yang memang

menjatuhkan hukuman mati kepada al-Suhrawardi. Setelah itu Malik al-

Zhahir pun memutuskan agar al-Suhrawardi dihukum gantung.

2. Pendidikan

Al-Suhrawardi belajar dan menjadi murid dari seorang imam

besar yaitu Majduddin al-Jili, al-Jili merupakan guru Fakhruddin al-Razi

yang berteman langsung dengan al-Suhrawardi di Isfahan. Dia belajar dari

al-Jili ilmu hikmah dan ushul fiqh. Di Isfahan dia juga belajar logika

langsung kepada Ibnu Sahlan al-Sawi yang terkenal juga dengan

komentator Risalah al-Thair karangan Ibn Sina, al-Sawi adalah penyusun

kitab al-Basha‟ir al-Nashiriyyah. Tetapi dalam bukunya Filsafat Islam,

Page 20: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

42

Hasyimsyah mengatakan bahwa al-Suhrawardi tidak belajar langsung

kepada al-Sawi akan tetapi dia mengkaji kitab al-Basha‟ir al-Nashiriyyah

setelah menunutut ilmu dari Zhahir al-Din al-Qari al-Farsi. Al-Suhrawardi

juga belajar dan memperdalam pengetahuan filsafat di negeri Isfahan

kepada seorang ahli yaitu Fakhr al-Din al-Mardini (w. 594 H/1198 M).

Setelah itu ia mengembara melewati dan sampai di Persia,

Anatolia, Damaskus, dan Syiria. Dalam pengembaraannya al-Suhrawardi

banyak bergaul dengan para sufi dan sempat menjalani kehidupan zahid,

sambil mendalami kajian tasawuf. Setelah itu al-Suhrawardi menetap di

Aleppo atas undangan pangeran Malik al-Zhahir, seorang putra

Shalahuddin al-Ayyubi yang dikatakan tertarik dengan ide dan fikiran-

fikiran al-Suhrawardi yang mengkonstruksi bangunan filosofis besar

kedua dalam Islam, yaitu aliran illuminasionis yang menjadi tandingan

dari aliran peripatetis yang lebih dahulu lahir.

Kesuksesan al-Suhrawardi dalam membangun aliran

illuninasionis ini berkat penguasaannya yang mendalam terhadap ilmu

tasawuf dan filsafat, di kala itu al-Suhrawardi dikenal mempunyai

kecerdasan yang tinggi, hal ini terbukti tatkala tidak ada satu orang pun

yang menandinginya di antara teman-temannya dalam hal pemikiran

dalam dunia Islam. Bahkan A. Mustofa mengisahkan dalam karyanya

Filsafat Islam, bahwa pengetahuan al-Suhrawardi dalam bidang filsafat

begitu mandalam. Kitab Thabaqat al-Athibba juga menyebutkan al-

Suhrawardi sebagai seorang tokoh di masanya dalam ilmu-ilmu hikmah.

Ia begitu menguasai kajian filsafat, memahami kajian usul fiqh, memiliki

kecerdasan yang tinggi, dan ungkapan-ungkapannya begitu fasih.

Page 21: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

43

3. Karya

Menurut Hasyimsyah, al-Suhrawardi menulis tidak kurang dari

50 karya dalam bahasa Arab dan Persia. Sebagaimana yang dikutip oleh

Hasyimsyah dari pengelompokkan karya-karya al-Suhrawardi oleh

Seyyed Hossein Nasr ke dalam lima bagian, yaitu:

a) Tentang pengajaran dan kaidah teosofi yang merupakan tafsiran dan

modifikasi dari filsafat peripatetis, di antaranya: Talwihat,

Muqawamat, Mutharahat, dan Hikmat al-Isyraq.

b) Karangan sederhana tentang filsafat, yang ditulis dalam bahasa Arab

dan Persia, di antaranya: Hayakil al-Nur, al-Alwah al-„Imadiyah,

Partaw-namah, Fi l‟itiqad al- Hukama‟, al-Lamahat, Yazdan Syinakht,

dan Bustan al-Qulub.

c) Karya pendek yang berbau mistis, yang umumnya ditulis dalam

bahasa Persia, di antaranya: „Aql-i Surkh, Awaz-i Par-i Jibra‟il, al-

Ghurbat al-Gharbiyah, Lughat-i Muran, Risalah fi Halat al-Thifuliyah,

Ruzi bajama‟at-i Shyufiyan, Risalah fi al-Mi‟raj, dan Syafir-i Simurgh.

d) Karya yang berupa komentar dan terjemah dari ajaran-ajaran

keagamaan dan filsafat terdahulu, di antaranaya: Risalah al-Thair

karya Ibn Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Persia; komentar

terhadap kitab Isyarat karya Ibn Sina; serta tulisan dalam Risalah fi

Haqiqat al-„Isyqi, yang berpusat pada risalah Ibn Sina Fi al-Isyqi; serta

beberapa tafsir al Quran dan Hadits Nabi.

e) Karya yang berupa kumpulan doa-doa yang lebih terkenal dengan

sebutan al-Waridat wa al-Taqdisat.

Di antara karya-karya di atas, karya al-Suhrawardi yang paling

monumental adalah Hikmat al-Isyroq, yang berisi pendapat dan

Page 22: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

44

pemikiran dia tentang tasawuf isyraqi (iluminatif), dan ini merupakan

karyanya yang paling penting dalam menguraikan alirannya.

4. Pemikiran

Al-Suhrawardi mendalami Hikmah Persia dan Filsafat Yunani, dia

mengambil jalan tasawuf dalam ilmu dan amal dan melatih dirinya

dengan riyadhoh dan mujahadah sehingga dia sampai pada tujuannya

membangun Hikmah al-Isyroq yang juga dinamakan Ilmu Cahaya-

cahaya. Al-suhrawardi mengatakan bahwa pengetahuan itu tidak didapat

dengan akal pada mulanya, akan tetapi pengetahuan itu dihasilkan dari

perkara lain yaitu dzauq (rasa).

Hikmah al-Isyroq yang merupakan kitab yang paling penting

peninggalan al-Suhrawardi berisi tentang buah fikir dan pendapatnya,

dengan jelas dalam bab ke dua kitab ini menjelaskan secara luas tentang

cahaya ketuhanan, di sana dia menjelaskan tentang cahaya itu sendiri dan

hakikatnya, dan juga menjelaskan Nurul al-Anwar yaitu Allah SWT

beserta tanda-tanda dan alam semesta yang bersumber dari-Nya, yang

sebelumnya diterangkan pada bab pertama kitab ini tentang ilmu mantiq

(logika).

Inti ajaran filsafat isyroqiyyah yang dibawa al-Suhrawardi adalah

sumber segala sesuatu yang ada (al-maujudat) adalah Nur al-Anwar

(Cahaya Segala Cahaya). Kosmos diciptakan Tuhan melalui penyinaran,

oleh karena itu mempunyai tingkatan-tingkatan pancaran cahaya.

Manusia juga diciptakan melalui proses pancaran dari Nur al-Anwar yaitu

Tuhan yang abadi. Penyinaran manusia menyerupai proses emanasi (al-

faid) dalam filsafat al-Farabi (257 H/870 M-339 H/950 M). Dengan

Page 23: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

45

demikian Tuhan dan manusia mempunyai hubungan timbal balik, dan

dari paradigma seperti ini dimungkinkan terjadinya persatuan antara

manusia dan Tuhan (ittihad).

Al-Suhrawardi sering menggunakan istilah-istilah yang berbeda

dengan yang biasa digunakan di kalangan umum, seperti barzah, yang

tidak berkaitan dengan kematian atau alam setelah mati. Istilah ini

digunakan sebagai pemisah antara dunia cahaya dan dunia kegelapan.

Timur (Masriq) dan Barat (Maghrib), tidak berhubungan dengan letak

geografis, tetapi berlandaskan pada penglihatan horizontal yang

memanjang dari Timur ke Barat. Jadi, Timur diartikan sebagai Dunia

Cahaya atau Dunia Malaikat yang terbebas dari kegelapan dan materi,

sedangkan Barat diartikan sebagai Dunia Kegelapan atau Materi. Barat

Tengah adalah langit-langit yang menampakkan pembauran antara

cahaya dan sedikit kegelapan. Timur yang sebenarnya adalah apa yang

terdapat di balik langit yang kelihatan ini, dan yang di atasnya, maka

batas antara Timur dan Barat bukanlah falak bulan, sebagaimana dalam

filsafat Aristotelian, tetepi ia adalah langit bintang-bintang yang tetap,

atau penggerak yang tidak bergerak.

5. Metafisika dan Cahaya

Suatu bangunan ilmu tidak hadir secara tiba-tiba dan langsung

sempurna, semua itu membutuhkan proses yang cukup lama untuk

menjadi sempurna. Begitu pula dengan iluminasionisme yang dibangun

al-Suhrawardi yang pada mulanya berawal dari kebijakan universal dan

perenial, yang awalnya diwahyukan kepada Hermes (yang disamakan

dengan sumber-sumber Muslim dari Idris atau Nuh yang termaktub di

Page 24: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

46

dalam al Quran) kemudian melalui rantai yang bersambung terus kepada

al Busthami, al Hallaj, dan mencapai puncaknya di tangan al-Suhrawardi.

Inti filsafat Illuminasionis adalah sifat dan penyebaran cahaya.

Beberapa tokoh sufi menyebutkan Allah dengan cahaya, hal ini

didasarkan pada QS. Al-Nur ayat 35: Allah Nur al-Samawat wa al-Ardhi

Allah menyebut dirinya sebagai cahaya langit dan bumi. Yang

dimaksudkan cahaya oleh al-Suhrawardi bersifat Immaterial dan tidak

dapat didefinisikan, karena sesuatu yang “terang” tidak perlu definisi,

dan cahaya adalah entitas yang paling terang di dunia. Bahkan cahaya

menembus susunan semua entitas, baik yang bersifat fisik maupun non-

fisik, sebagai sesuatu yang esensial dari padanya. Karena itu, esensi

cahaya adalah manifestasi.

6. Epistemologi

Dalam kajian epistemologi al-Suhrawardi mengkritik logika

Aristoteles. Menurut Aristoteles, definisi adalah genus plus differensia.

Tapi al-Suhrawardi berpendapat bahwa atribut khusus hal yang

terdefinisikan, yang tidak dapat dipredikatkan kepada hal yang lain,

mengakibatkan kita tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu. Suatu

contoh, kita mendefinisikan kuda sebagai seekor binatang ”meringkik”,

sekarang kita mengerti hewan, karena kita mengetahui banyak hewan

yang memiliki atribut seperti ini; tetapi tidak mungkin untuk mengerti

atribut meringkik, karena meringkik didapati hanya pada benda yang

didefinisikan dengan sifat meringkik itu. Definisi biasa kuda, dengan

definisi yang tadi, akan menjadi tidak bermakna apabila dihadapkan

kepada orang yang belum pernah melihat seekor kuda. Maka, definisi

Page 25: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

47

Aristoteles sebagai suatu prinsip ilmiah benar-benar tidak berlaku. Al-

Suhrawardi berpendapat bahwa suatu definisi yang benar adalah definisi

yang menyebutkan satu persatu semua atribut yang esensial, yang secara

kolektif ada pada benda yang didefinisikan itu, walaupun atribut-atribut

itu bisa saja dengan sendirinya terdapat pada banda yang lain.

7. Kosmologi

Al-Suhrawardi memiliki pandangan dalam bidang kosmologi

yang berbeda dengan apa yang dianggap oleh para ahli sebagai berasal

dari para filsuf lain, menurut al-Suhrawardi , hal itu adalah berasal dari

pandangan dunia yang dibangun Avicenna. Ia menyatakan

persetujuannya akan tetapi ia juga berusaha dengan mengutip Kitab Suci

atau inti ajaran tasawuf.

Alam semesta merupakan pancaran abadi dari sumber yang

pertama. Dalam tambahan mengenai esensi yang bukan materi (cahaya),

adalah hal yang tidak dapat ditentukan yang pernah kita lihat, merupakan

sesutau yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada materi yang

secara langsung berasal dari Cahaya Utama atau secara tidak langsung

dari sinaran Cahaya Tuhan.

Segala yang “bukan cahaya” disebut sebagai “Kualitas Mutlak”

atau “Materi Mutlak”. Ini merupakan aspek lain penegasan atas cahaya,

dan bukan merupakan sebuah prinsip mandiri sebagaimana yang

dianggap secara salah oleh pengikut Aristoteles. Fakta membuktikan

bahwa unsur-unsur primer yang lain menjadi satu, merujuk kepada

materi absolut; dasar yang mempunyai berbagai tingkat besarnya,

Page 26: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

48

membentuk berbagai macam lingkaran materi. Ada dua bagian landasan

mutlak semua benda, yaitu:

a) Yang berada di luar ruang -- atom-atom atau substansi yang tidak

terang (esensi-esensi menurut kelompok Asy‟ari).

b) Yang mesti di dalam ruang – bentuk-bentuk kegelapan, misalnya:

berat, bau, rasa, dan sebagainya.

Semua yang bukan cahaya dibagi menjadi dua:

a) Kekal abadi, misalnya: intelek, jiwa dari benda-benda angkasa, langit,

unsur-unsur tunggal, waktu, dan gerak.

b) Tergantung, misalnya: senyawa-senyawa dari berbagai unsur. Gerak

langit itu adalah abadi, dan membuat berbagai siklus Alam Semesta.

Ini disebabkan oleh kerinduan kuat jiwa langit untuk menerima

penerangan dari sumber segala cahaya.

Dikatakan bahwa ada dua hal yang abadi yaitu Tuhan dan alam,

akan tetapi al-Suhrawardi tetap membedakanya. Alam semesta

merupakan manifestasi kekuatan penerang yang membentuk pembawaan

esensial Cahaya Pertama.

Al-Suhrawardi mengelompokkan alam menjadi empat:

a) Alam Akal-akal („Alam al-„Uqul).

b) Alam Jiwa-jiwa („Alam al-Nufus).

c) Alam Bentuk („Alam al-Ajsam).

d) Alam Mitsal, suatu alam kelepasan jiwa menuju kesempurnaan.

Tiga alam di atas sudah sering diperbincangkan oleh para filsuf

sebelumnya, sedangkan alam ke empat ini merupakan inovasi baru yang

ditemukan al-Suhrawardi dengan jalan mujahadah dan musyahadah

secara berkelanjutan.

Page 27: Dr. Rochidin Wahab, M.Pd. Filsafat Islam Bab III STAI Siliwangi Bandung

49

8. Psikologi

Dalam masalah jiwa, al-Suhrawardi setuju dengan pandangan Ibn

Sina, bahwa jiwa manusia tidak dapat dipandang sudah ada sebelum

keberadaan fisiknya. Hubungan antara penerangan abstrak, atau

hubungan antara jiwa dan tubuh, bukanlah suatu hubungan sebab akibat;

ikatan kesatuan antara materi adalah cinta. Tubuh yang merindukan

penerangan, menerima penerangan melalui jiwa; dikarenakan sifatnya

yang tidak mengizinkan suatu komunikasi langsung antarra sumber

cahaya dan dirinya sendiri. Tetapi jiwa tidak dapat menyampaikan sinar

yang diterima secara langsung kepada benda padat yang gelap (tubuh),

karena memang berbeda antara jiwa dan tubuh. Oleh karena itu untuk

tercapainya hubungan antara satu sama lain, maka dibutuhkan media lain

yang berdiri di tengah antara terang dan gelap, yaitu jiwa hewani, yang

berupa asap transparan, halus, dan panas yang bertempat di rongga kiri

jantung, namun menyebar juga ke seluruh bagian tubuh.