dr prim.....^^

Upload: peter-fischer

Post on 13-Jul-2015

910 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelangsungan hidup suatu entitas ( suatu usaha ) selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam membawa satuan usaha untuk survive selama mungkin. Hal ini dikarenakan satuan usaha didirikan dengan asumsi tidak hanya untuk jangka waktu satu atau dua tahun saja, tetapi untuk jangka panjang. Asumsi tersebut adalah salah satu asumsi dasar akuntansi yaitu asumsi going concern perusahaan atau kelangsungan usaha entitas. Sejak pemerintah mengeluarakan langkah-langkah terobosan ekonomi nasional pada tahun 1988, sebutan perusahaan go public mulai dikenal di Indonesia. Setiap perusahaan yang bekeinginan untuk menawarkan dan menjual saham pada masyarakat atau public dan mendapat persetujuan dari BAPEPAM serta terdapat di Bursa Efek disubut perusahaan go public. Tujuan dari perusahaan ini adalah menarik dana dari masyarakat melalui penjualan surat berharga di bursa efek. Perusahaan go public wajib membuat laporan keuangan sacara terbuka untuk menyajikan kekayaan perusahaan. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan diperuntukkan bagi manajemen itu sendiri ( pihak intern ) dan pemegang saham, kreditur, investor, BAPEPAM, maupun pemerintah ( pihak eksternal ). Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan yang potensial antar manajemen dengan pihak-pihak luar pemakai laporan keuangan maka timbul kebutuhan akan jasa pihak ketiga yang

Universitas Kristen Krida Wacana

|1

independen, dalam hal ini akuntan publik, untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan yang disusun oleh manajemen. Salah satu pertimbangan investor dalam melakukan investasi adalah dengan melihat kelangsungan hidup entitas tersebut. Oleh karena itu opini auditor yang berkaitan dengan kelangsungan entitas penting bagi kelangsungan hidup investor, hal ini dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami kesulitah keuangan ( financial distress ), yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya, kesulitan keuangan akan menyebabkan perusahaan mengalami arus kas yang negatif, rasio keuangan yang buruk dan gagal bayar pada perjanjian hutang. Pada akhirnya, kesulitan keuangan ini akan mengarah ke kebangkrutan sehingga going concern perusahaan diragukan. Akuntan publik memeriksa kelayakan penyajian laporan keuangan perusahaan sesuai dengan SAK dengan memberikan pernyataan pendapat yang berhubungan dengan hasil auditnya, yang dituangkan dalam laporan auditor independen. Pendapat yang diberikan akuntan publik setelah menilai dan memeriksa kawajaran laporan keuangan perusahaan, dapat lebih memberikan rasa percaya dari pihak luar ( ekstern ) terhadap perusahaan tersebut. Hal ini sangat penting terutama bagi investor untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama yang menyangkut kelangsungan usaha entitas tersebut. Setiap tahun perusahaan yang listed di BEl berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Bursa Efek, para investor, dan masyarakat. Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No

Universitas Kristen Krida Wacana

|2

1 paragraf 02 dan 09 dinyatakan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang, dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kredit usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan lembaga-lembaganya, serta masyarakat. Mereka semua menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Informasi yang bersifat fundamental maupun yang bersifat teknikal didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dianalisis melalui pengukuran rasio rasio keuangan dan ukuranukuran lainnya seperti arus kas untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan empat variabel yaitu kondisi keuangan, ukuran perusahaan, debt default, dan reputasi auditor. Penulis tertarik untuk mengangkat masalah hubungan antara going concern perusahaan dengan opini audit yang dikeluarkan auditor, khususnya pada perusahaan go public yang bergerak di sektor industri tekstil dan garmen, sehingga penulis membahas masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR . 1.2 Perumusan Masalah. Sesuai dengan latar belakang masalah dan penemuan sebelumnya yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:

Universitas Kristen Krida Wacana

|3

1. Apakah

faktor

kondisi

keuangan

perusahaan

berpengaruh

terhadap

penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur ? 2. Apakah faktor ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur? 3. Apakah faktor debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur? 4. Apakah faktor reputasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur?

1.3

Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalahan, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 2. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan auditan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 3. Menganalisis pengaruh debt default perusahaan auditan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 4. Menganalisis pengaruh reputasi Kantor Akuntan Publik terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.

Universitas Kristen Krida Wacana

|4

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Memberikan sumbangan informasi akuntansi bagi dunia bisnis untuk pengambilan keputusan. 2. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pengembangan teori akan praktek yang sesungguhnya di lapangan. 3. Memberikan manfaat dan juga sebagai referensi bagi penelitian penelitian sejenis yang akan dilakukan di masa yang akan datang. 4. Menambah literatur akuntansi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern oleh auditor.

1.5

Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian dalam skripsi ini adalah perusahaan-perusahaan go public yang bergerak di sektor industri manufaktur, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data-data yang digunakan meliputi laporan keuangan pada periode 2007-2009 dari Capital Market Directory dan laporan auditor independen dari laporan keuangan tahunan tahun 2009 masing-masing perusahaan. Penulis mengambil sampel sebanyak 3 perusahaan yang bergerak di sektor industri manufaktur, yang memiliki laporan auditor independen pada laporan keuangan tahun 2009 dengan opini audit pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory language) dan opini audit tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) yang berhubungan dengan kelangsungan hidup (going concern) entitas.

Universitas Kristen Krida Wacana

|5

1.6

Sistematika Pembahasan

Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara sistematis, sehingga antara satu bab dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang sistematis. Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab I

Pendahuluan Bab ini merupakan pengantar bagi pembaca untuk dapat mengetahui permasalahan yang ada dalam penelitian ini, meliputi uraian mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II

Kajian Pustaka Bab ini merupakan bagian tinjauanpustaka, berisi Tentanglandasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis. Landasan teori diambil dariberbagai sumber literatur yang memiliki keterkaitan dan mendukung alasan dilakukannya penelitian ini. Selain itu, dibahas pula kerangka pemikiran teoritis berikut hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini.

Universitas Kristen Krida Wacana

|6

Bab III

Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang objek penelitian, identifikasi dan definisi variabel, jenis data serta metode pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV

Analisis dan Pembahasan Bab ini menyajikan deskripsi hasil penelitian (pembahasan) mengacu pada pokok permasalahan serta tujuan penelitian, yang disesuaikan dengan teknik analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Bab V

Simpulan dan Saran Bab ini menyajikan simpulam dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang ditujukan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan atau

mengembangkan penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Kristen Krida Wacana

|7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1.Pengertian Auditing Audit atau auditing berasal dari bahasa latin Audire yang berarti mendengar, sedangkan auditing berarti proses dari audit. Ada beberapa definisi mengenai auditing yang dikemukakan oleh beberapa pakar, sebagai berikut: Auditing Menurut Soekrisno Agoes (2004: 3), auditing adalah: Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disussun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut Auditing menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, (2003 : 15) adalah sebagai berikut : Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakanoleh seseorang yang kompeten dan independen. Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley, (2006: 4) yaitu:

Universitas Kristen Krida Wacana

|8

Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of corespondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person

Dari beberapa definisi yang dipaparkan tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-unsur pengertian auditing sebagai berikut: a. Suatu proses yang sistematis. b. Dilakukan oleh orang atau pihak yang kompeten dan independen. c. Berdasarkan bahan bukti yang dievaluasi. d. Berpedoman pada pedoman atau kriteria yang ada. e. Hasil pemeriksaan dilaporkan kepada pihak pemakai atau pihak yang berkepentingan. f. Opini yang diberikan harus berdasarkan truth and fairness. 2.1.2. Tujuan Audit

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSA No. 02: 110.1), tujuan umum pemeriksaan atas laporan keuangan dinyatakan sebagai berikut: adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan

Universitas Kristen Krida Wacana

|9

ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Tujuan umum tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi tujuan-tujuan lainnya sebagai berikut: a. Keberadaan (Existence) Tujuan ini menyangkut apakah angka-angka yang dimasukkan dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan. b. Klasifikasi (Classification) Digunakan untuk menunjukkan bahwa angka-angka yang dimasukkan di daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat. c. Kelengkapan (Completeness) Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya dimasukkan memang diikutsertakan dengan lengkap. d. Akurasi (Accuracy) Tujuan akurasi mengacu pada jumlah yang ada harus disajikan dengan jumlah yang benar. e. Penilaian (Valuation) Penilaian yang akurat dari saldo masing-masing menjadi bagian dari saldo perkiraan, termasuk perhitungan dan pengakuan sebagai penurunan dalam nilai realisasi bersih.

Universitas Kristen Krida Wacana |

10

f. Kepemilikan (Ownership) Bahwa aktiva harus benar-benar dimiliki dan kewajiban harus benar-benar menjadi beban satuan usaha. g. Pisah Batas (Cut-off) Tujuannya adalah untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat pada periode yang tepat. h. Pengungkapan (Disclosure) Tujuan pengungkapan adalah untuk meyakinkan bahwa semua disajikan dengan benar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan lengkap dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut. 2.1.3 Laporan Auditor

Laporan auditor merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Penyusunan laporan audit didasarkan pada standar laporan keempat yang mensyaratkan suatu pernyataan pendapat atas pelaporan keuangan secara keseluruhan atau pernyataan bahwa pendapat tidak dapat diberikan dengan disertai alasan-alasan. Menurut Soekrisno Agoes (2004: 53), laporan akuntan diberikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) pada akhir pemeriksaannya dalam pemeriksaan umum (general audit) terdiri dari:

Universitas Kristen Krida Wacana |

11

a. Lembaran opini, yang merupakan tanggung jawab akuntan publik, dimana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen. b. Laporan keuangan, yang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. Neraca (Balance Sheet) Laporan Laba-Rugi (Income Statement) Laporan Perubahan Ekuitas Retained Earnings Statement) Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) Catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Statement), yang antara lain berisi: bagian umum (menjelaskan latar belakang perusahaan), kebijakan akuntansi dan penjelasan atas pos-pos neraca dan laba rugi. 6. Informasi tambahan berupa lampiran mengenai perincian pos-pos yang penting seperti perincian piutang, aktiva tetap, hutang, beban umum dan administrasi, serta beban penjualan. Lembaran opini terdiri dari tiga paragraf yaitu: a. Paragraf Pengantar Tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar yaitu tipe jasa yang diberikan oleh auditor, objek yang diaudit, pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya.

Universitas Kristen Krida Wacana |

12

b. Paragraf Lingkup Paragraf ini berisi pernyataan auditor bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan publik dan beberapa penjelasan tambahan tentang standar auditing tersebut, serta suatu pernyataan keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. c. Paragraf Pendapat Merupakan paragraf yang digunakan oleh auditor untuk

menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan yang disebutkannya dalam paragraf pengantar. Dalam paragraf ini, auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bagian dari laporan auditor yang merupakan informasi utama dari laporan auditor adalah pendapat akuntan (opini auditor). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSA No. 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan yaitu: a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Universitas Kristen Krida Wacana |

13

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified opinion with explanatory language) Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan tersebut meliputi: 1. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. 2. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. 3. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

Universitas Kristen Krida Wacana |

14

4. Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. 5. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan komparatif. 6. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) namun tidak disajikan atau tidak direview. 7. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang

penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut. 8. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. c. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:

Universitas Kristen Krida Wacana |

15

1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. 2. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahawa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak

menyatakan pendapat tidak wajar. 3. Jika auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. d. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer opinion) Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip

Universitas Kristen Krida Wacana |

16

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut. Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah cocok jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan

pendapat atas laporan keuangan. 2.1.4. Opini Audit Going concern Going Concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (PSAK No. 30). Auditor bertanggung jawab mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka

Universitas Kristen Krida Wacana |

17

waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2001 : seksi 341). Contoh kondisi dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut : (1) Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, keuangan penting yang jelek. (2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. (3) Masalah intern, sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. (4) Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan, namun dengan pertanggungan yang tidak memadai. rasio

Universitas Kristen Krida Wacana |

18

Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut : a. jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus : 1. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. 2. menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat.

Universitas Kristen Krida Wacana |

19

c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana tersebut. 1. jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. 2. jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian. 3. jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar. Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe Going Concern Report yang harus dipilih. Karena pemberian status Going Concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Jika auditor menyimpulkan keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas perlu dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA 30 membolehkan tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat karena adanya kesangsian atas kelangsungan hidup.

Universitas Kristen Krida Wacana |

20

2.1.5. Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas keuangan perusahaan selama periode atau kurun waktu tertentu. Kondisi keuangan merupakan gambaran atas kinerja sebuah perusahaan. Media yang dapat di pakai untuk meneliti kondidi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya (Rahmadhany, 2004). Menurut Mc Keown (1991) semakin memburuk atau terganggu kondisi perusahaan maka akan semakin besar kemungkin perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak pernah memberikan opini audit going concern. Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio keuangan, karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi-informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Fraser, 1995 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Beaver (1996) dalam Fanny dan Saputra (2005) telah melakukan studi tentang kerentanan perusahaan terhadap kegagalan, lima tahun sebelum perusahaan tersebut dinyatakan mengalami kesulitan keuangan. Altman (1968) dalam Fanny dan Saputra (2005) juga telah melakukan studi serupa untuk menemukan suatu model prediksi kebangkrutan dalam beberapa periode sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi. Mutchler (1985) dalam santosa (2007) mengungkapkan beberapa karakteristik dari suatu perusahaan bermasalah, antara lain perusahaan memiliki

Universitas Kristen Krida Wacana |

21

modal total negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, kerugian pada tahun berjalan, dan defisit saldo laba tahun berjalan. Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82% dan menyarankan menggunakan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang di kembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Penelitian yang dilakukan oleh Setyarno,dkk., (2006) juga berhasil membuktikan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern dari auditor. Sampai denga saat ini, Z score model ini masi lebih banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi, serta para akademis di bidang akuntansi di bandingkan model prediksi kebangkrutan lainnya (Altman, 1993) dalam fanny dan Saputra (2005). Hasil penelitian yang dikembangkan Altman, yaitu Z= 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5

Dimana : Z1 Z2 Z3 = working capital / total asset = retained earnigs / total asset = earnings before interst and taxes / total asset

Universitas Kristen Krida Wacana |

22

Z4 Z5

= mareket capitalization / book value of debt = sales / total asset

Model yang telah di kembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang go publik malainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaanperusahaan di sektor swasta. Model yang lama mengalami perubahan pada salah satu variabel yang digunakan menjadi : Z = 0.717Z1 + 0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4 + 0.998Z5

Dimana : Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 = working capital / total asset = retained earnigs / total asset = earnings before interst and taxes / total asset = book value of equity / book value of debt = sales / total asset. (Edward I Altman, 1983)

Z score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan juga dapat digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang menarik mengenai Z

Universitas Kristen Krida Wacana |

23

score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z score mulai turun dengan tajam, menunjukkan adanya indikasi bahwa perusahaan harus waspada terhadap kebangkrutan. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z score bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan. Definisi dari kelima rasio yang dikembangkan Altman tersebut adalah sebagai berikut : 1. Rasio Z1 = Modal kerja terhadap total harta / ratio working kapital to total assets digunakan untuk mengukur likuditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalnya. Aktiva likuid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar. 2. Rasio Z2 = Laba ditahan terhadap total harta / ratio retained earnings total asset digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif. 3. Rasio Z3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta / ratio earning before interest and tax to total assets digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak. (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka

Universitas Kristen Krida Wacana |

24

berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak dari pada bunga pinjaman. 4. Rasio Z4 =Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari utang / ratio market capitalization to book value of total debt digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah utang lebih besar dari pada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar perlembar sahamnya. 5. Rasio Z5 = Penjualan terhadap total harta / ratio sales to total assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Untuk menghitung Z Score dapat dilakukan dengan menghitung angka angka kelima rasio yang diambil dari laporan keuangan. Dengan cara mengalikan angkaangka tersebut dengan koefisien yang diturunkan Altman, kemudian hasilnya dijumlahkan (Sawir, 2005 dalam Solikah, 2007). Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi Kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana dikategorikan sebagai berikut:

Universitas Kristen Krida Wacana |

25

TABEL 2.1 Kriteria titik cut off Model Z Score Kriteria Tidak bangkrut / sehat jika Z lebh dari (>) Bangkrut jika Z kurang dari (