dr. cornelius rantelangi, se., mm., ak., ca., bkp · pdf fileb. pengertian break even break...

24
BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN Cost Volume Profit Analysis, A Managerial Planning Tool. Tactical Decision Making Capital Investment Decision Inventory Management Quality Cost And Productivity Measurement, Reporting, and Control FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2014 Dr. Cornelius Rantelangi, SE., MM., Ak., CA., BKP [Type the document subtitle]

Upload: donhan

Post on 28-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAHAN AJAR

AKUNTANSI MANAJEMEN

Cost Volume Profit Analysis,

A Managerial Planning Tool.

Tactical Decision Making

Capital Investment Decision

Inventory Management

Quality Cost And Productivity

Measurement, Reporting, and Control

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2014

Dr. Cornelius Rantelangi, SE., MM., Ak., CA., BKP [Type the document subtitle]

Cost Volume Profit Analysis

A Managerial Planing Tool

(HUBUNGAN BIAYA - VOLUME – LABA)

TUJUAN MEMPELAJARI

Setelah menyelesaikan bab ini anda akan mampu:

1. Menghitung break even dengan memakai pendekatan persamaan biasa, ratio contribution

margin dan drafik.

2. Menghitung ratio contribution margin dan menggunakannya dalam perhitungan break

even dalam rupiah dan unit.

3. Membuat grafik biaya = volume - laba.

Menggunakan break even untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.

A. PERENCANAAN LABA

Tujuan utama dari suatu perusahaan ialah untuk memperoleh laba. Besarnya laba

dipengaruhi oleh jumlah biaya dan hasil penjualan. Jumlah hasil penjualan dipengaruhi oleh

kuantitas (volume) dan harga barang yang dijual. Karena harga dianggap tetap atau konstan

maka ada hubungan antara biaya - volume terhadap laba. Karena tujuan utama perusahaan

untuk memperoleh laba maka manajemen perusahaan mutlak membuat perencanaan laba baik

dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Manajemen membuat perencanaan laba didasarkan atas analisa hubungan biaya -

volume dan laba. manajemen mengambil keputusan terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi biaya dan volume misalnya kuputusan mengenai jenis produk, pemanfaatkan

kapasitas yang tersedia, strategi pemasaran harga jual dan sebagainya. Alat manajemen-untuk

merencanakan laba adalah analisa break even dan analisa biaya - volume - laba..

B. PENGERTIAN BREAK EVEN

Break even atau pulang pokok adalah satu keadaan dimana hasil penjualan sama dengan

biaya atau suatu keadaan yang menunjukkan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.

Dalam hal pulang pokok berarti hasil penjualan - biaya sama dengan nol atau hasil penjualan

sama dengan biaya. Break even point atau titik pulang pokok adalah suatu titik yang

menunjukkan bahwa jumlah biaya sama dengan hasil penjualan.

DASAR ANGGAPAN ANALISA PULANG POKOK DAN ANALISA BIAYA-

VOLUME-LABA

Sewaktu menyusun perencanaan laba maka sudah ditetapkan suatu penaksiran terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi analisa pulang pokok dan analisa biaya - volume - laba

artinya sudah ditetapkan suatu anggapan. Adapun dasar anggapan itu adalah sebagai berikut:

1. Harga jual per unit tidak berubah (konstan) pada berbagai volume penjualan.

2. Semua biaya dapat digolongkan menjadi dua elemen yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

3. Harga dari sumber-sumber ekonomi yang dimasukkan (digunakan dalam proses produksi,

pemasaran dan administrasi konstan).

4. Kapasitas produksi yang dimiliki tidak berubah.

5. Tingkat efisiensi dan produktivitas tidak berubah.

6. Apabila barang yang dijual lebih dari satu macam, komposisi volume penjualan tetap.

C. PENDEKATAN BREAK EVEN

Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam analisa break even, yaitu:

Pendekatan persamaan biasa.

Pendekatan persamaan biasa untuk menghitung break even adalah pendekatan yang

sederhana dan mudah dikerjakan dengan pada rumus:

Penjualan = Biaya Tetap + Biaya Variabel + Laba, karena penjualan berak even, laba = 0,

maka:

Hasih Penjualan adalah volume (kuantitas) barang yang dijual dikali dengan harga jual per

satuan.

Contoh:

PT. Sari Rasa memproduksi dan menjual tegel putih dengan harga jual per keping Rp

1.500,- Jumlah biaya tetap Rp 5.000.000 dan biaya variabel per keping Rp 1.000,- Berapa

keping yang harus dijual supaya break even.

Penyelesaian:

Misalkan volume penjualan supaya break even = keping. Masukkan ke dalam rumus:

x 1500 = 5.000.000 + ( x 1000)

1500 = 5.000.000 + 1000

1500 - 1000 = 5.000.000

HASIL PENJUALAN BREAK EVEN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL

500 = 5.000.000

= 10.000

Penjualan break even (unit) = 10.000 keping.

Hasil penjualan break even = 10.000 x Rp 1.500

= Rp 15.000.000

Pembuktian :

Hasil penjualan: 10.000 x Rp 1.500 = Rp 15.000.000

Biaya: Tetap = Rp 5.000.000

Variabel: 10.000 x Rp 1.000 = Rp 10.000.000

= Rp 15.000.000

Laba = = Rp 0

Bagaimana dengan pemakaian persamaan biasa untuk perencanaan laba dapat dijelaskan

dengan pemberian contoh:

PT. Taufan merencanakan laba pada periode enam bulan mendatang Rp 8.000.000,-

Data biaya sebagai berikut:

Biaya variabel per kg Rp 5.000,-

Jumlah biaya tetap Rp 10.000.000,-

Harga jual per kg Rp 8.000,-

Berapa hasil penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai.

Penyelesaian:

Misalkan volume (kuantitas) penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai

adalah kg. Langkah selanjutnya masukkan ke dalam persamaan dengan rumus:

HASIL PENJUALAN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL + LABA

YANG DIRENCANAKAN

Perhitungan:

x 8.000 = 10.000.000 + ( x x 5.000) + 8.000.000

8.000 = 10.000.000 + 5.000x + 8.000.000

8.000 - 5000 = 18.000.000

3.000 = 18.000.000

= 6.000

Volume penjualan agar laba yang direncanakan dapat tercapai: 6000 kg. Hasil penjualan

agar laba yang direncanakan dapat tercapai adalah sebesar Rp 30.000.000 (6.000 x Rp

5.000,-)

Pembuktian:

Hasil penjualan: 6.000 x Rp 8.000 = Rp 48.000.000

Biaya Tetap = Rp 10.000.000

Variabel: 6.000 x Rp 5.000 = Rp 30.000.000

= Rp 40.000.000

L a b a = Rp 8.000.000

Pendekatan contribution margin (marginal income)

Break even dapat dihitung dengan pendekatan contribution margin (marginal income).

Contribution margin adalah sumbangan laba yang digunakan untuk menutupi biaya tetap

atau batas pendapatan yang akan digunakan untuk keperluan biaya tetap.

Rumus:

CONTRIBUTION MARGIN = PENJUALAN - BIAYA VARIABEL

Keadaan break even dalam rupiah:

CONTRIBUTION MARGIN = BIAYA TETAP

atau

PENJUALAN - BIAYA VARIABEL = BIAYA TETAP

atau

atau

atau

Keterangan :

Biaya tetap disingkat BT (total)

Biaya Variabel disingkat BV / unit

Penjualan disingkat P / unit

Maka :

Keadaan BE dalam unit :

Cara lain menghitung B E dalam rupiah

Contribution margin ratio :

B E dalam unit

Untuk dapat memahami analisa break even ini diperlukan memberikan contoh dan

penyelesaian.

Manajemen PT. Kilat menginginkan berapa hasil dan volume penjualan yang harus

dicapai agar dapat mencapai pulang pokok (break even). Data yang diberikan :

Biaya variable per bungkus Rp. 500,-

Jumlah biaya tetap Rp. 21.000.000,-

Harga jual per bungkus Rp. 1.250,-

Perhitungan :

Penjualan per kg Rp. 1.250,-

Biaya variable per kg Rp. 500,-

Contribution margin ratio =

]

B E (Rp) =

=

=

= 21.000.000 x

B E (Rp) = Rp. 35.000.000

B E (Bungkus) =

= 28.000 bungkus

Cara lain menghitung :

B E (Rp) =

= 21.000.000 x

= Rp. 35.000.000

B E (bungkus) =

= 28.000 bungkus

Pembuktian

Penjualan: 28.000 x Rp. 1.250 = Rp 35.000.000,-

Biaya variable : 28.000 x Rp. 500 = Rp 14.000.000,-

Contribution margin = Rp 21.000.000,-

Jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000,-

Laba = Rp 0,-

Analisa BE adalah alat bantu manajemen untuk perencanaan laba. Untuk itu perlu

diberikan contoh.

Manajemen PT. Kilat merencanakan laba Rp. 15.000.000. Data lain sama seperti contoh

yang telah disajikan di atas.

Perhitungan

Pakailah rumus ini :

PENJUALAN =

Penjualan =

=

=36.000.000 x

= Rp 60.000.000

B E (bungkus) =

= 48.000 bungkus

Pembuktian:

Penjualan: 48.000 x Rp 1.250 = Rp 60.000.000,-

Biaya Variabel : 48.000 x Rp 500 = Rp 24.000.000,-

Contribution margin = Rp 36.000.000,-

Jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000,-

Laba yang direncanakan = Rp 15.000.000,-

D. BREAK EVENT POINT

Pada perusahaan yang menjual barang dengan harga jual relative tinggi dan persaingan

sangat ketat maka analisa break even dalam unit sangat diperlukan.

Contoh :

PT. Timor memproduksi mobil sedan merk Timor. Harga jual per unit Rp. 35.000.000,-.

Biaya variable per unit Rp. 20.000.000,-. Jumlah biaya per tahun Rp.75.000.000.000,-

Kapasitas normal per tahun 10.000 unit.

Penyelesaian

Dengan table berikut dapat diketahui pad volume penjualan, berapa unit dapat diketahui

break even per unit mobil sedan (dalam jutaan rupiah).

Keterangan 1000

(unit)

2000

(unit)

3000

(unit)

4000

(unit)

5000

(unit)

6000

(unit)

7000

(unit)

8000

(unit)

9000

(unit)

10.000

(unit)

Penjualan per unit

Biaya Variabel per unit

35

20

35

20

35

20

35

20

35

20

35

20

35

20

35

20

35

20

35

20

Biaya tetap per unit 15

75

15

37,5

15

25

15

18,75

15

15

15

12,5

15

10,71

15

9,38

15

8,32

15

7,5

Lab per unit (60) (22,5) (10) (3,75) 0 2,5 4,29 5,62 6,37 7,5

Pada volume penjualan 5.000 unit maka tercapai break even per unit.

Pembuktian:

Penjualan: 5.000 x Rp 35.000.000 = Rp 175.000.000.000,-

Biaya veriabel: 5.000 x Rp 20.000.000 = Rp 100.000.000.000,-

Contribution margin = Rp 75.000.000.000,-

Jumlah biaya tetap = Rp 75.000.000.000,-

L a b a = Rp 0,-

Pendekatan dengan grafik

Break even dapat dihitung dengan grafik. Caranya adalah sebagai berikut:

1. Tarik garis mendatar (horizontal) merupakan garis kuantitas (volume) penjualan.

2. Tarik garis tegak (vertikal) yang memotong garis horizontal pada titik 0 dan

membentuk sudut 90 derajat. Garis ini merupakan garis biaya/hasil penjualan.

3. Tarik garis hasil penjualan yang persis ditengah sudut.

4. Tarik garis biaya tetap yang sejajar dengan garis mendatar.

5. Tarik garis jumlah biaya dari titik permulaan garis biaya tetap. Selisih jumlah biaya

dikurangi biaya tetap adalah biaya variabel.

Contoh:

PT. Bali memproduksi dan menjual sepatu olahraga. Harga -jual per pasang Rp 3.000,-

Kapasitas produksi normal 6000 pasang. Jumlah biaya tetap Rp 3.000.000,- Biaya variabel

per pasang Rp 2.000,-

Data tersebut digambarkan ke dalam grafik sebagai berikut:

Biaya/Penjualan

(dalam Rp 000.000)

(dalam

ribuan

pasang)

Model lain dapat digambarkan sebagai berikut :

Biaya/penjualan

(dalam Rp 000.000)

(dalam

ribuan

pasang)

18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

0 1 2 3 4 5 6

P

TB

TB

V

18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

0 1 2 3 4 5 6

BEP

P

TB

BV

V

Penjelasan:

Apabila kapasitas normal dapat tercapai dan sepatu tersebut dapat semuanya terjual:

Penjualan maksimum: 6.000 x Rp 3.000 = Rp 18.000.000

Biaya maksimum :

Biaya Tetap = Rp 3.000.000

Biaya Variabel: 6.000 x Rp 2.000 = Rp 12.000.000

= Rp 15.000.000

Laba maksimum Rp 3.000.000

Pada grafik telah terlihat titik break even 3.000 pasang. Penjualan Rp 9.000.000 dan

jumlah biaya Rp 9.000.000. Benarkah grafik itu?

Pembuktian:

Penjualan 3.000 x Rp 3.000 = Rp 9.000.000

Biaya: Tetap = Rp 3.000.000

Variabel: 3.000 x Rp 2.000 = Rp 6.000.000

Laba =Rp 9.000.000

=Rp 0

E. PERUBAHAN PADA BREAK EVEN

Di muka telah disebutkan dasar anggapan pada perhitungan break even. Namun

kenyataan menunjukkan bahwa segala sesuatu itu tidak selamanya konstan (tetap) ada kalanya

berubah. Perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi break even akan merubah break

even dalam rupiah maupun dalam unit. Faktor-faktor perubahan itu adalah:

Perubahan harga jual per unit.

Faktor-faktor yang lain tetap, yang berubah hanyalah harga jual per unit. Perubahan ini

dapat disebabkan karena persaingan, yang memaksa perusahaan menurunkan hargajual agar

dapat mempertahankan volume penjualan.

Contoh:

PT. Mekar Menyajikan data tahun 2014 sebagai berikut:

Penjualan per unit Rp 5.000.000,-

Biaya variabel per unit Rp 3.000.000,-

Jumlah biaya tetap Rp 400.000.000,-

Manajemen mengadakan survey dan berkesimpulan bahwatahun 2015 harga jual harus

diturunkan dari Rp 5.000.000 menjadi Rp 4.000.000 per unit disebabkan para saingan

yang mulai menUrunkan harga. Penurunan harga jual ini dilakukan agar dapat

mempertahankan langganan atau volume penjualan (2.000 unit).

Penyelesaian:

B E sebelum penurunan harga.

=

=Rp 1.000.000.000

= 200 unit

B E setelah menurunkan harga

=

=Rp 1.600.000.000

= 400 unit

Dengan menurunkan harga jual ini maka break even dalam rupiah dan unit akan naik.

Perubahan Komposisi barang yang dijual

Perubahan ini terjadi karena perubahan selera konsumen PT. Citra Rasa memproduksi

empat jenis produk. Data produk, volume dan harga penjualan, dan biaya tahun 2014.

Jenis Produk Volume Penjualan

(Bungkus)

Harga Jual

Per Bungkus

(Rp)

Biaya Variaberl

Per Bungkus

(Rp)

Roti coklat

Roti keju

Roti manis

Roti tawar

4.000

6.000

3.000

2.000

3.000

2.500

1.500

1.000

1.500

1.250

1.000

500

Menurut pendapat bagian pemasaran akan terjadi perubahan selera konsumen dan

berakibat terhadap komposisi penjualan tahun 2015

Komposisi penjualan yang diperkirakan adalah :

Jenis Produk Volume

Penjualan (bungkus)

Roti coklat

Roti keju

Roti manis

Roti tawar

4.000

6.000

3.000

2.000

Jumlah 15.000

Biaya variabel , harga jual per bungkus setiap jenis roti tidak berubah dan biaya tetap

berjumlah Rp 10.000.000,- juga tidak berubah

Penyelesaian:

Tahun 2014

Jenis Produk

Volume

Penjualan

(Rp)

Jumlah Biaya

Variabel

(Rp)

Contribution

Margin

(Rp) %

Roti coklat

Roti keju

Roti manis

Roti tawar

12.000.000

15.000.000

4.500.000

2.000.000

6.000.000

7.500.000

3.000.000

1.000.000

6.000.000

7.500.000

1.500.000

1.000.000

50

50

33,3

50

Jumlah 33.500.000 17.500.000 16.000.000 47,76

B E =

= Rp 20.938.023,45

Tahun 2015

Jenis Produk

Volume

Penjualan

(Rp)

Jumlah Biaya

Variabel

(Rp)

Contribution

Margin

(Rp) %

Roti coklat

Roti keju

Roti manis

Roti tawar

9.000.000

5.000.000

6.000.000

6.000.000

4.500.000

2.500.000

4.000.000

3.000.000

4.500.000

2.500.000

2.000.000

3.000.000

50

50

33,3

50

Jumlah 26.000.000 14.000.000 12.000.000 46,15

B E =

= Rp 21.668.472,37

Perubahan biaya tetap

Dengan adanya perubahan biaya tetap akan mengakibatkan perubahan break even.

Dapatdirumuskan sebagai berikut :

PERUBAHAN

BREAK EVEN =

Contoh :

PT. Mawar menyajikan data sebagai berikut :

Penjualan per ton Rp 5.000.000,-

Biaya variabel per ton Rp 4.000.000,-

Biaya tetap Rp 100.000.000

Pada tahun yang akan dating biaya tetap akan bertambah menjadi Rp 120.000.000,-

Penyelesaian :

Perubahan biaya tetap Rp 20.000.000,-

Contribution margin ratio =

=

Break even =

= Rp. 100.000.000,-

Pembuktian :

B E sebelum kenaikan biaya tetap :

=

= Rp 500.000.000,-

B E setelah kenaikan biaya tetap :

=

=Rp 600.000.000,-

Rp 100.000.000,-

F. ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA

Setelah daripada analisa break even, manajemen dapat memakai analisa biaya-

volume-laba untuk merencanakan laba. Analisa biaya – volume – laba dengan menggunakan

grafik.

Langkah-langkah membuat grafik :

1. Tariklah garis mendatar dan pada garis itu tentukan volume penjualan mulai dari 0

sampai dengan kapasitas normal.

2. Tariklah garis tegak lurus yang memotong garis mendatar pada titik nol sehingga

membentuk dua sudut masing-masing 90%.

3. Tentukan jumlah kerugian sebesar jumlah biaya tetap pada garis tegak lurus dari

titik nol ke bawah.

4. Tentukan jumlah laba maksimal apabila semua barang terjual (kapasitas) normal

pada garis tegak lurus dari titik nol ke atas.

5. Gambarkan segi empat dengan menghubungkan ujung-ujung garis.

6. Tariklah garis dari ujung kiri (titik maksimal kerugian) ke ujung sebelah kanan

(laba maksimum) yang memotong garis datar (volume) sehingga dapat diketahui

titik break even volume penjualan.

Contoh :

PT. Minahasa memiliki kapasitas normal 100.000 bungkus dengan jumlah

biaya tetap : Rp 5.000.000,- Biaya variabel per bungkus Rp 125,- dan harga per bungkus

Rp 200,-

B E (bungkus) =

= 40.000 bungkus

B E (rupiah) =

= Rp 8.000.000,-

Andaikan perusahaan mengingikan laba Rp 4.000.000,- berapa volume penjualan.

Perhitungan

Volume penjualan =

= 72.000 bungkus.

Apabila perusahaan menjual 20.000 bungkus maka kerugian:

= 20.000 x Rp 200 – (Rp 5.000.000 + 20. 000 x Rp 75)

= Rp 4.000.000 – Rp 6.500.000

= Rp 2.500.000,-

G. PENGGUNAAN BREAK EVEN

Analisa break even digunakan manajemen untuk perencanaan dan di terapakan sesuai

dengan keperluan antara lain:

Batas keamanan (margin of safety).

Manajemen perusahaan sangat perlu mengetahui batas keamanan

Daerah laba

7,5 7 6

5

4

3

2

1

0

-1

-2

-3

-4

-5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Daerah rugi

Volume (dalam (0000

bungkus)

BEP

(margin of safety) dari penjualan. Dengan mengetahui margin of safety merupakan

isyarat bagi manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan dalam rangka meningkatkan

penjualan.

Rumus:

RATIO BATAS =

%

KEAMANAN

karenaB E =

Maka:

BUDGET PENJUALAN –

x 100%

RATIO BATAS

KEAMANAN =

Contoh:

PT. berdikari membuat budget penjualan tahun 19xy sebesar 5.000 unit @ Rp

1.00.000,- Biaya tetap berjumlah Rp 120.000.000,- dan biaya variabel per unit Rp

40.00,-

Penyelesaian:

Ratio batas keamanan (margin of safety ratio)

5.000 x 100.000-

=

x 100%

=

x 100%

= 60%

Ratio batas keamanan 60% hal ini berarti paling tinggi 60% dari budget penjualan

tidak tercapai atau realisasi penjualan paling rendah 40% dari budget penjualan sehingga

tidak rugi dan tidak laba.

Bukti:

Realisasi penjualan:

= (100% - 60%) (5.000) (Rp 100.000) =Rp 200.000.000,-

Biaya variabel= 40% x 5.000 x Rp 40.000 =Rp 80.000.000,-

Contribution margin =Rp 120.000.000,-

Biaya Tetap =Rp 120.000.000,-

Laba =Rp 0,-

Dengan demikian maka :

B E (rupiah) = (100% - RATIO BATAS) x BUDGET PENJUALAN

( KEAMANAN)

Apabila dalam contoh tersebut di atas realisasi ratio batas keamanan lebih besar dari 60%

maka pasti perusahaan menderita rugi dan sebaliknya bila realisasi ratio batas keamanan

lebih kecil dari 60% misalnya 50% maka pasti perusahaan memperoleh laba. Hal ini

dapat dibuktikan sendiri.

Titik terendah menutup perusahan (shut down point).

Dalam keadan perusahaan rugi, manajemen mempertimbangkan untuk menutup atau

meneruskan perusahaan. Masalahnya adalah pada batas penjualan berapa titik terendah

agar perusahaan ditutup.

Untuk dondisi yang demikian maka di kemukakan rumus :

SHUT DOWN POINT =

Maka untuk keperluan analisa, manajemen harus tahu benar mengenai data: harga

jual per unit, biaya variabel per unit, jumlahnya biaya tetap yang terdiri dari biaya tetap

tunai (out of pocket) dan biaya tetap tidak tunai (sunk cost)

Contoh :

Manajemen PT. Mawar mempertimbangkan apakah perusahaan di tutup atau

diteruskan, karena perusahaan menderita kerugian perusahaan menyajikan data sebagai

berikut

Harga per unit Rp 1.000.000,-

Biaya variabel per unit Rp 800.000,-

Biaya tetap : - Tunai Rp 20.000.000,-

- Tidak tunai Rp 40.000.000,-

Realisasi volume penjualan Rp 120 unit

Perhitungan :

Apakah perusahaan rugi dapat diadakan perhitungan sebagai berikut :

Penjualan (120 x Rp 1.000.000) =Rp 120.000.000

Biaya variabel (120 x Rp 800.000) =Rp 96.000.000 –

Contribution margin =Rp 24.000.000

Biaya tetap :

- Tunai Rp 20.000.000

- Tidak tunai Rp 40.000.000

Rugi Rp 60.0000.000

Rp 36.000.0000

Ditinjau dari perhitungan tersebutperusahaan sebaikanya ditutup. Akan tetapi ada

kalahnya manajemen ada pertimbangan lain misalnya tanggung jawab terhadap karyawan

dan prospek yang akan dating, maka dibuatlah perhitungan shut down point

Perhitungan :

Karena biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya yang memerlukan uang tunai

yaitu biaya variabel dan biaya tetap tunai, dengan demikian dapat dihitungkan.

Shut down point =

= 100 unit

Maka batas ditutupnya perubahaan, minimal volume penjualan sebesar 100 unit. Karena

volume penjualan (120 unit) masih lebih besar dari batras penutupan perusahaan maka

perusahaan diteuskan walaupun menderita.

Perluasan Pabrik

Dengan mempertimbangkan kenaikan permintaan, manajemen mengadakan

perluasan pabrik. Hal ini berarti menambah kapasitas yang menaikan biaya tetap. Dengan

perluasan pabrik di targetkan pula untuk menambah laba.

Contoh ;

PT.ulin merencanakn perluasan pabrik berhubung jumlah permintaan produk yang

dihasilkan semakin meningkat.

Di sajikan data sebagai berikut :

Penjualan per bulan 500 unit

Harga jual per unit Rp. 500.000,-

Biaya variabel per unit Rp. 300.000,-

Biaya tetap per bulan Rp. 70.000.000,-

Dengan pelaksanaan perluasan pabrik akan terjadi :

Kapasitas per bulan 800 unit

Tambahan biaya per bulan Rp.30.000.000,-

Tambahan laba per bulan Rp.10.000.000,-

Perhitungan :

B E (rupiah) sebelum perluasan

=

= Rp. 175.000.000,-

B E (rupiah) setelah perluasan

=

= Rp 275.000.000,-

Laba maksimum sebelum perluasan :

Penjualan 500 x Rp 500.000 = Rp. 250.000.000,-

Biaya variabel 500 x Rp.300.000 = Rp. 150.000.00,-

Contribution margin = Rp. 100.000.000,-

Biaya tetap = Rp. 70.000.000,-

Laba = Rp. 30.000.000,-

Laba maksimum sesudah perluasan :

Penjualan 800 x Rp. 500.000 = Rp. 400.000.000,-

Biaya variabel 800 x Rp. 300.000 = Rp. 240.000.000,-

Contribution margin = Rp. 160.000.000,-

Biaya tetap = Rp. 100.000.000,-

Laba = Rp. 60.000.000,-

Memilih produk yang paling menguntungkan.

Manajemen perusahaan terdorong untuk mengambil keputusan memilih yang

menguntungkan apabila permintaan akan produk yang dihasilkan lebih besar dari pada

kapasitas produksi perusahaan dan perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam

produk dengan menggunakan fasilitas yang sama.

Contoh :

Manajemen PT. Sentosa terdorong untuk memilih salah satu produk yang dihasilkan,

karena jumlah permintaan setiap jenis produk lebih besar daripada kapasitas yang ada

Produk yang dihasilkan ialah tegel abu-abu dan paping blcck. Perusahaan menyajikan

data sebagai berikut :

Tegel Abu-Abu Papink block

Kapasitas normal pe bulan 30.000 keping 15.000 keping

Biaya variabel per keping Rp 400,- Rp 600,-

Harga jual per keping Rp 1.000,- Rp 1.500,-

Biaya tetap per bulan Rp 9.000.000,-

Keterangan Tegal Abu-abu Paping Black

Penjualan per keeping Rp 1.000 Rp 1.500

Biaya variabel per keeping Rp 400 Rp 600

contribution margin Rp 600 Rp 900

per keping

Biaya tetap per keeping

Rp

300

Rp

600

Laba per keeping Rp 300 Rp 300

Contribution margin per bulan Rp 18.000.000 Rp 13.500.000

B E (dalam rupiah) =

= Rp 15.000.000 Rp 15.000.000

B E (dalam rupiah) = 15.000 keping 10.000 keping

Dengan memperhatikan perhitungan tersebut di atas hendaknya berhati-hati mengambil

keputusan.

Petunjuk yang dipakai untuk memilih adalah produk yang menghasilkan total

contribution margin yang paling besar yaitu tegel abu-abu. Jadi yang di pilih ialah

memproduksi tegel abu-abu.

Perencanaan laba setelah pajak penghasilan

Pada halaman sebelumnya telah disajikan perencanaan laba, akan tetapi belum

dimasukkan potongan pajak penghasilan. Maka dengan demikian diperlukan suatu

rumus :

Volume penjualan =

Laba setelah Pajak Penghasilan

= Laba Sebelum pajak penghasilan – pajak (%)

Pajak Penghasilan = …..% x laba sebelum pajak penghasilan untuk memudahkan

pembuatan rumus maka diperlukan simbol-simbol. Biaya tetap singkat BT , laba

sebelum pajak penghasilan disingka dan laba sesudah pajak penghasilan disingkat

dan pajak penghasilan disingkat T, Penjualan per unit disingkat P dan Biaya

Variabel disingkat BV, maka :

= – ( %T)

= (1-%T)

=

Volume penjualan =

VOLUME PENJUALAN

Contoh :

PT. pembangunan merencanakan laba sesudah pajak penghasilan Rp 1.500.000 Data

disajikan sebagai berikut :

Penjualan Per unit Rp 400.000,-

Biaya variabel per unit Rp 300.000,-

Jumlah biaya tetap Rp 8.000.000,-

Jumlah penghasilan 15%

Perhitungan :

Volume penjualan =

=

= 180 unit

Pembuktian :

Penjualan 180 x Rp 400.000 = Rp 72.000.000

Biaya Variabel 180 x Rp 300.000 = Rp 54.000.000

Tetap = Rp 8.000.000

= Rp 62.000.000

Laba ……………… = Rp 10.000.000

Pajak penghasilan 15%x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000

Laba sesudah Pajak penghasilan = Rp 8.500.000

RANGKUMAN

Analisa break even dan analisa hubungan biaya – volume – laba merupakan alat

manajemen untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.

Analisa break even dapat digunakan untuk perencanaan laba, pengambilan keputsan

memilih salah satu produk yang lebih menguntungkan. Dalam analisa break even di

gunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan persamaan biasa contribution margin dan

pendekatan grafik. Break even dapat berubah karena perubahan harga jual per unit,

perubahan komposisi barang yang di jual perubahan biaya tetap.

Analisa biaya – volume – laba dapat di gunakan untuk menghitung break even dengan

membuat grafik. Penggunaan break even lainnya adalah menghitung batas keamanan,

shut down point, perluasan pabrik dan pemilihan produk dan perencanaan laba setelah

di potong pajak penghasilan.