dppm-uii_pros71_hal_922-934

13
922 1 PERBANDINGAN RESPONS STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DAN ANGIN STATIK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI MENURUT SNI 03-1726 2012 DAN SNI 03-1726 2002 Akbar Oktoriyanto, Mochamad Teguh Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Email:[email protected] ABSTRAK Yogyakarta dapat dikategorisasikan sebagai salah satu daerah yang rentan terhadap gempa sejak gempa sedang terjadi di Yogyakarta tahun 2006 lalu. Gempa Yogyakarta tahun 2006 telah melanda Kabupaten Bantul dan sekitarnya termasuk Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah menyebabkan ratusan ribu rumah rusak dan ribuan orang korban jiwa terjadi. Selain permasalahan gempa, Yogyakarta memiliki potensi bencana angin “puting beliung” yang terhembus dari arah selatan atau dari laut khususnya pada akhir puncak musim kemarau. Kedua macam beban lateral ini: beban gempa dan angin, mesti dipertimbangkan secara tepat di dalam desain bangungan tingkat tinggi. Sejak peraturan desain ketahanan gempa SNI 03-1726-2002 diterbitkan telah terjadi beberapa kejadian gempa sedang ke besar di Indonesia seperti Gempa dan Tsunami Aceh tahun 2004, Gempa Nias tahun 2005, dan Gempa Yogyakarta tahun 2006, yang menunjukkan magnitude dan intensitasnya meningkat signifikan. Untuk merespon kondisi ini, peraturan desan ketahanan gempa yang lama telah diperbarui pada tahun 2012 (SNI 03-1726-2012). Sebagai tambahan pada desain ketahanan angin, SNI 03-1727-2013 telah dipublikasi akhir-akhir ini dan secara luas diadopsi di dalam desain struktur bangunan tingkat tinggi. Analisis struktur komparasi pada bangungan gedung tingkat tinggi akibat beban gempa dan angin telah dilakukan di dalam studi ini dengan mempertimbangkan kedua peraturan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012.Pemodelan 3-D pada gedung 19 lantai dilakukan dengan memakai software SAP 2000 versi 15.Metode yang dipakai di dalam analisis dinamik respon spektrum akibat beban gempa didasarkan atas kedua peraturan tersebut, sedangkan metode statik digunakan untuk menganalisis struktur bangunan akibat beban angin menurut SNI 03-1727-2013. Respon struktur tang dihasilkan berdasarkan analisis-analisis yang telah ditentukan tersebut di atas selanjutnya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kata kunci: beban gempa, beban angin, pemodelan, respons struktur. ABSTRACT Yogyakarta can be categorized as a prone area to earthquake since a moderate earthquake occurred in 2006. The 2006 Yogyakarta Earthquake has struck Bantul Regency and surroundings including Yogyakarta City, Sleman Regency, and other parts of Central Java Province resulting hundred-thousand of buildings damaged and thousand loss of live occurred. Instead of the earthquake problem, Yogyakarta has a potential strong wind (known as “putting beliung”) blown up from the south direction or from the sea especially at the end of peak drought season. These two kinds of lateral loads; i.e. earthquake and wind should be precisely considered in the design of high-rise buildings. Since the earthquake resistant building code of SNI 03-1726-2002 was published, there have been several moderate to severe earthquakes occurring in Indonesia such as the 2004 Aceh Earthquake and Tsunami, the 2005 Nias Earthquake, and the 2006 Yogyakarta Earthquake, where their magnitudes and intensity have shown increases significantly. To respond this situation, the previous code of earthquake resistant design has been updated in 2012 (SNI 03- 1726-2012). In addition to wind resistant design, the Indonesian code of SNI 03-1727-2013 has been recently published and widely adopted in the high-rise building design. A comparative

Upload: avhatcivil

Post on 13-Jul-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perbandingan

TRANSCRIPT

922

1

PerbanDIngan resPons struKtur aKIbat beban gemPa Dan angIn statIK geDung bertIngKat tInggI menurut snI 03-1726 2012

Dan snI 03-1726 2002

akbar oktoriyanto, mochamad teguh Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Universitas Islam Indonesia

Email:[email protected]

abstraK

Yogyakarta dapat dikategorisasikan sebagai salah satu daerah yang rentan terhadap gempa sejak gempa sedang terjadi di Yogyakarta tahun 2006 lalu. Gempa Yogyakarta tahun 2006 telah melanda Kabupaten Bantul dan sekitarnya termasuk Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah menyebabkan ratusan ribu rumah rusak dan ribuan orang korban jiwa terjadi. Selain permasalahan gempa, Yogyakarta memiliki potensi bencana angin “puting beliung” yang terhembus dari arah selatan atau dari laut khususnya pada akhir puncak musim kemarau. Kedua macam beban lateral ini: beban gempa dan angin, mesti dipertimbangkan secara tepat di dalam desain bangungan tingkat tinggi. Sejak peraturan desain ketahanan gempa SNI 03-1726-2002 diterbitkan telah terjadi beberapa kejadian gempa sedang ke besar di Indonesia seperti Gempa dan Tsunami Aceh tahun 2004, Gempa Nias tahun 2005, dan Gempa Yogyakarta tahun 2006, yang menunjukkan magnitude dan intensitasnya meningkat signifikan. Untuk merespon kondisi ini, peraturan desan ketahanan gempa yang lama telah diperbarui pada tahun 2012 (SNI 03-1726-2012). Sebagai tambahan pada desain ketahanan angin, SNI 03-1727-2013 telah dipublikasi akhir-akhir ini dan secara luas diadopsi di dalam desain struktur bangunan tingkat tinggi. Analisis struktur komparasi pada bangungan gedung tingkat tinggi akibat beban gempa dan angin telah dilakukan di dalam studi ini dengan mempertimbangkan kedua peraturan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012.Pemodelan 3-D pada gedung 19 lantai dilakukan dengan memakai software SAP 2000 versi 15.Metode yang dipakai di dalam analisis dinamik respon spektrum akibat beban gempa didasarkan atas kedua peraturan tersebut, sedangkan metode statik digunakan untuk menganalisis struktur bangunan akibat beban angin menurut SNI 03-1727-2013. Respon struktur tang dihasilkan berdasarkan analisis-analisis yang telah ditentukan tersebut di atas selanjutnya dapat dibandingkan satu sama lainnya.

Kata kunci: beban gempa, beban angin, pemodelan, respons struktur.

ABSTRACT

Yogyakarta can be categorized as a prone area to earthquake since a moderate earthquake occurred in 2006. The 2006 Yogyakarta Earthquake has struck Bantul Regency and surroundings including Yogyakarta City, Sleman Regency, and other parts of Central Java Province resulting hundred-thousand of buildings damaged and thousand loss of live occurred. Instead of the earthquake problem, Yogyakarta has a potential strong wind (known as “putting beliung”) blown up from the south direction or from the sea especially at the end of peak drought season. These two kinds of lateral loads; i.e. earthquake and wind should be precisely considered in the design of high-rise buildings. Since the earthquake resistant building code of SNI 03-1726-2002 was published, there have been several moderate to severe earthquakes occurring in Indonesia such as the 2004 Aceh Earthquake and Tsunami, the 2005 Nias Earthquake, and the 2006 Yogyakarta Earthquake, where their magnitudes and intensity have shown increases significantly. To respond this situation, the previous code of earthquake resistant design has been updated in 2012 (SNI 03-1726-2012). In addition to wind resistant design, the Indonesian code of SNI 03-1727-2013 has been recently published and widely adopted in the high-rise building design. A comparative

923

2

structural analysis of high-rise building subjected to earthquake and wind loads, was carried out in this study considering both SNI 03-1726-2002 and SNI 03-1726-2012 codes. The 3-D modeling of 19-story building was carried out using SAP 2000 v15. A method used in the dynamic analysiswas the response spectrum subjected to earthquake loads based on both earthquake resistant-design codes, whilst the static method was carried out to analyze the building subjected to wind loads in accordance with SNI 03-1727-2013 code. The resulted structural responses based on the specified analyses were compared each other.

Keywords: earthquake load, wind load, modeling, structural response.

PenDaHuluan

saat ini telah disahkan tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur

bangunan gedung dan non gedung atau sni 03-1726-2012 sebagai pengganti tata cara

perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung atau sni 03-1726-2002. pedoman

perumusan gempa rencana pada sni 03-1726-2012 mengacu pada asCe 7-05 yang

ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 2475 tahun (probabilitas terlampaui 2% dalam

50 tahun), sedangkan sni 03-1726-2002 memakai konsep wilayah gempa (seismic zone) yang

ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 500 tahun (probabilitas terlampaui 10% dalam

50 tahun). Beban geser dasar V akibat gempa rencana sesuai asCe 7-05 menunjukkan

kecenderungan lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan menurut sni 03-1726-

2002 (purwono dan takim a, 2010).

selain beban gempa, permasalahan beban angin juga menjadi hal utama dalam

perencanaan bangunan tingkat tinggi karena berpengaruh pada kekuatan bangunan dan juga

menyangkut masalah kenyamanan dari pengguna bangunan tersebut. Dalam perjalanannya

angin akan menerpa semua benda yang berada dilintasannya, termasuk bangunan. terpaan

angin ini merupakan beban horisontal pada bangunan, yang akan menimbulkan defleksi dan

getaran bangunan, namun karena frekuensi dan periodenya lebih dan sering lama, maka akan

dirasakan tidak nyaman oleh penghuni, sehingga menjadi hal yang sangat diperhitungkan

untuk bangunan yang bertingkat tinggi. ketika sebuah struktur bangunan tinggi terkena beban

lateral, gerakan yang berosilasi dapat memicu berbagai tanggapan pada penghuni gedung,

mulai dari ketidaknyamanan ringan hingga mulai takut.Jika hal ini terjadi, artinya strukturnya

tidak diinginkan atau tidak bisa disewakan.

Mengingat pentingnya suatu penelitian tersebut di atas, maka fokus penelitian ini

adalah untuk menganalisis perbandingan respons struktur gedung bertingkat tinggi akibat

beban gempa dan beban angin menurut sni 03-1726-2002 dengan sni 03-1726-

2012.struktur bangunan yang digunakan untuk model dalam penelitian ini adalah Gedung

Condotel Mataram City Yogyakarta.

924

3

1. Ketentuan umum bangunan gedung terhadap pengaruh gempa menurut snI 03-

1726-2002 dan snI 03-1726-2012.

a. Wilayah gempa

Dalam sni 03-1726-2002 menyebutkan pembagian wilayah Gempa ini, didasarkan

atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa rencana dengan perioda ulang

500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap wilayah Gempa ditetapkan dalam tabel 1 dan

Gambar 1.

tabel 1. percepatan puncak Batuan Dasar dan percepatan puncak Muka tanah Untuk

Masing-masing wilayah Gempa indonesia

wilayah

Gempa

percepatanpucak

batuan dasar (‘g’)

percepatan puncak muka tanah A0(‘g’)

tanahkeras

tanahsedang

tanahlunak

tanahkhusus

1 0,03 0,04 0,05 0,08 Diperlukan

evaluasi

khusus di

setiap lokasi

2 0,10 0,12 0,15 0,20 3 0,15 0,18 0,23 0,30 4 0,20 0,24 0,28 0,34 5 0,25 0,28 0,32 0,36 6 0,30 0,33 0,36 0,38

Gambar 1. wilayah Gempa indonesia dengan percepatan puncak Batuan

Dasar dengan perioda ulang 500 tahun (sumber: sni 1726-2002)

sedangkan dalam sni 03-1726-2012 menyebutkan parameter SSdan S1harus ditetapkan

masing-masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak

tanah seismik dengan kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen

dalam 50 tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.

925

4

Gambar 2 dan Gambar 3 adalah peta respons spektrum yang akan dipakai untuk membuat

respons spektra desain.

Gambar 2. peta wilayah gempa di indonesia untuk Ss (irsyam dkk, 2010)

Gambar 3 peta wilayah gempa di indonesia untuk S1 (irsyam dkk, 2010)

b. faktor reduksi (R)

1) snI 03-1726-2002

nilai modifikasi respons sesaui sistem struktur yang digunakan sebagaimana yang

ditunjukkan dalam tabel 2 sebagai berikut:

tabel 2. nilai Faktor reduksi Gempa untuk sistem Ganda dan srpMk

Uraian sistem pemikul Beban Gempa Rm

sistem Ganda :

1. Beton bertulang dengan srpMk beton bertulang (dinding geser) 8,5

sistem rangka pemikul Momen :

1. Beton bertulang dengan srpMk beton bertulang 8,5

sumber : sni 03-1726-2002 pasal 4.3.6

926

5

2) snI 03-1726-2012

sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur dan

batasan ketinggian struktur. Faktor modifikasi respons yang sesuai, R, dan faktor

pembesaran defleksi, Cd, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3harus digunakan

dalam penentuan geser dasar, gaya disain elemen, dan simpangan antar lantai tingkat

disain.

tabel 3.Faktor R, dan Cd, untuk sistem penahan Gaya seismik Menurut sni 1726-2012

sistem penahan-Gaya

seismik

koefisien

Modifikasi

respons,

Ra

Faktor

pembesaran

Defleksi,

Cd

Batasan sistem struktur

dan Batasan tinggi

struktur (m)c

kategori Disain seismik

B C

sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25%

gaya gempa yang ditetapkan

Dinding geser beton

bertulang khusus 7 5 ½ tB tB tB tB tB

sistem rangka pemikul momen

rangka beton bertulang

pemikul momen khusus 8 5 ½ tB tB tB ti ti

sumber : sni 03-1726-2012 pasal 7.22

* Catatan tB = tidak dibatasi

* ti = tidak diijinkan

c. respons spektrum gempa rencana

1) snI 03-1726-2002

Dalam Gambar 4 tersebut, C adalah Faktor respons Gempa dinyatakan dalam

percepatan gravitasi dan T adalah waktu getar alami struktur gedung dinyatakan dalam

detik.

Gambar 4. Bentuk tipikal spektrum respons sni 03-1726-2002 (imran, 2010)

927

6

tabel 4. nilai spektrum respons Gempa rencana Menurut sni 1726-2002

wilayah

Gempa

tanah keras tanah sedang tanah lunak

Tc = 0,5 detik Tc = 0,6 detik Tc = 1,0 detik

Am Ar Am Ar Am Ar

1 0,10 0,05 0,13 0,08 0,20 0,20

2 0,3 0,15 0,38 0,23 0,50 0,50

3 0,45 0,23 0,55 0,33 0,75 0,75

4 0,6 0,30 0,70 0,42 0,85 0,85

5 0,7 0,35 0,83 0,50 0,95 0,90

6 0,83 0,42 0,90 0,54 0,95 0,95

2) snI 03-1726-2012

spektrum respons desain (Sa) dalam sni Gempa 2012 diambil seperti ditunjukkan

pada Gambar 5. parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek, SDSdan

pada perioda 1 detik, SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini:

SDS = 2/3 .SMS (1)

SD1 = 2/3 .SM1 (2)

Gambar 5. respons spektra percepatan pada sni 03-1726-2012

2. beban angin statik

Dalam menentukan beban angin, tugas akhir ini mengacu pada sni 1727-2013.

tahapan dalam perhitungan beban angin adalah sebagai berikut :

a. Menentukan kategori risiko bangunan gedung.

b. Menentukan kecepatan angin dasar (basic wind speed,V).

c. Menentukan parameter beban angin:

1) Faktor arah angin, Kd, (pasal 26.6 dan tabel 26.6-1)

2) kategori eksposur, (pasal 26.7).

3) Faktor topografi Kzt, (pasal 26.8 dan tabel 26.8-1).

928

7

4) Faktor efek tiupan angin,G, (pasal 26.9).

G = 0,925 (3)

dengan:

= c (4)

Q = (5)

5) klasifikasi ketertutupan (pasal 26.10).

6) koefisien tekanan internal, (GCpi), (pasal 26.11 dan tabel 26.11-1).

d. Menentukan koefisen eksposur tekanan velositas, Kz (tabel 27.3-1).

e. Menentukan tekanan velositas, qz.

qz = 0,613.Kz.Kzt.Kd.V2 (n/m2) (6)

f. Menentukan koefisien tekanan eksternal, Cp, ( Gambar 27.4).

g. Menghitung tekanan angin, p, (pasal 27.4)

p = qGCp – qi(GCpi) (7)

metoDe PenelItIan

1. model struktur

Dalam penelitian ini, bangunan yang digunakan sebagai model yaitu Gedung

Mataram City yang berlokasi di Jalan palagan, Yogyakarta.analisis dilakukan dengan

memodelkan struktur 3D dengan bantuan software sap 2000 v15.

Gambar 6. Model struktur 3D (kiri) Gambar 7. Model struktur 2D sumbu X-z

8

2. Pengolahan data

pengolahan data dalam penelitian ini meliputi:

a. Menghitung pembebanan, antara lain beban gravitasidan beban angin statik.

b. Membuat respons spektra desain dengan ketentuan sni 03-1726-2002 dan sni 1726-2012.

c. Memodelkan struktur dan input beban (angin, gempa, dan gravitasi) dengan bantuan

software sap 2000 v15.

d. input data dari analisis analisis struktur dengan sap 2000 v15

e. kontrol Base shear menurut sni 2002 (V 0,8V1) dan sni 2012 (V 0,85V1)

f. Membandingkan respons struktur akibat beban gempa gempa dan angin statik menurut

sni 03-1726-2002 dan sni 03-1726-2012. respons struktur berupa simpangan antar

tingkat.

HasIl Dan PembaHasan

1. respons spektra desain

Berikut ini ditunjukkan perbandingan respons spektra dengan klasifikasi situs tanah

sedang yang didesain berdasarkan sni 03-1726-2002 dan sni 03-1726-2012 di lokasi Jalan

palagan tentara pelajar, sleman, yaitu pada Gambar 8.

Gambar 8. perbandingan respons spektra Desain

Dari Gambar 8, dapat ditentukan nilai koefisien C untuk tiap bangunan yang memiliki periode

fundamental T tertentu. terdapat perbedaan nilai C menurut sni 03-1726-2002 dan sni 03-

1726-2012 dengan selisih terbesar 0,1-0,6 detik, sehingga bangunan yang memiliki periode

fundamental struktur tersebut, diperkirakan akan mengalami kenaikan nilai status kegempaan

yang signifikan. peningkatan ini akan berpengaruh pada besarnya respons struktur yang

terjadi pada sni 03-1726-2012.

2. gaya geser Dasar akibat gempa menurut snI 1726-2002 dan snI 1726-2012

Dalam sni 03-1726-2012 (pasal 7.9.4.1) mengenai skala gaya bahwa kombinasi

respons untuk gaya geser dasar ragam (Vt) lebih kecil 85% dari gaya geser dasar yang

929

8

2. Pengolahan data

pengolahan data dalam penelitian ini meliputi:

a. Menghitung pembebanan, antara lain beban gravitasidan beban angin statik.

b. Membuat respons spektra desain dengan ketentuan sni 03-1726-2002 dan sni 1726-2012.

c. Memodelkan struktur dan input beban (angin, gempa, dan gravitasi) dengan bantuan

software sap 2000 v15.

d. input data dari analisis analisis struktur dengan sap 2000 v15

e. kontrol Base shear menurut sni 2002 (V 0,8V1) dan sni 2012 (V 0,85V1)

f. Membandingkan respons struktur akibat beban gempa gempa dan angin statik menurut

sni 03-1726-2002 dan sni 03-1726-2012. respons struktur berupa simpangan antar

tingkat.

HasIl Dan PembaHasan

1. respons spektra desain

Berikut ini ditunjukkan perbandingan respons spektra dengan klasifikasi situs tanah

sedang yang didesain berdasarkan sni 03-1726-2002 dan sni 03-1726-2012 di lokasi Jalan

palagan tentara pelajar, sleman, yaitu pada Gambar 8.

Gambar 8. perbandingan respons spektra Desain

Dari Gambar 8, dapat ditentukan nilai koefisien C untuk tiap bangunan yang memiliki periode

fundamental T tertentu. terdapat perbedaan nilai C menurut sni 03-1726-2002 dan sni 03-

1726-2012 dengan selisih terbesar 0,1-0,6 detik, sehingga bangunan yang memiliki periode

fundamental struktur tersebut, diperkirakan akan mengalami kenaikan nilai status kegempaan

yang signifikan. peningkatan ini akan berpengaruh pada besarnya respons struktur yang

terjadi pada sni 03-1726-2012.

2. gaya geser Dasar akibat gempa menurut snI 1726-2002 dan snI 1726-2012

Dalam sni 03-1726-2012 (pasal 7.9.4.1) mengenai skala gaya bahwa kombinasi

respons untuk gaya geser dasar ragam (Vt) lebih kecil 85% dari gaya geser dasar yang

930

9

dihitung V menggunakan prosedur gaya lateral ekuivalen, maka gaya harus dikalikan dengan

0,85V1/Vt. Berbeda halnya dalam sni 03-1726-2002 (pasal 7.2.3) memberikan faktor skala

sebesar 0,8V1/Vt. Untuk hasil peningkatan gaya geser dasar dapat ditunjukkan dalam Gambar

9 sebagai berikut.

Gambar 9. Base Shear(V) knmenurut sni 1726-2002 dan 2012

Dari Gambar 9 dapat diketahui gaya geser dasar (V) pada sni 2012 mengalami

peningkatan dari sni 2002. Gaya geser dasar yang mengalami peningkatan terjadi pada

semua tipe beban gempa dan kondisi ini terjadi pada kedua arah, yaitu X dan Y. Untuk

melihat persen peningkatan gaya geser dasar yang diakibatkan oleh beban gempa dari sni

2002 ke sni 2012, selanjutnya hasilnya dapat dilihat pada Gambar 10 berikut ini.

Gambar 10. selisih % peningkatan Base shear dari sni 2002 ke sni 2012

Dari Gambar 10 dapat diambil kesimpulan bahwa gaya geser dasar (V) pada sni 1726-2012

mengalami peningkatan sebesar lebih dari 20%. peningkatan nilai gaya geser dasar pada

tahun 2012 ini diakibatkan oleh adanya peningkatan koefisien kegempaan C dari tahun ke

2002 ke 2012. selain itu, nilai faktor reduksi didefinisikan oleh sni 2002 terjadi

931

10

pengurangan, sehingga akan mengakibatkan peningkatan gaya geser dasar tersebut dan

berpengaruh terhadap respons struktur.

3. respons struktur

Berikut ini akan disajikan nilai simpangan antar tingkat sesuai Gambar 11yang

diakibatkan masing-masing jenis pembebanan, antara lain beban gempa dinamik respons

spektrum, dan beban angin statik sebagai berikut.

Gambar 11.kinerja batas ultimit akibat beban gempa dan angin

Dari grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai respons struktur yang diakibatkan

beban gempa lebih dominan dibandingkan beban angin.hal ini jelas berbeda, jika

membandingkan nilai respons struktur yang diakibatkan beban angin dengan beban

gempa.tetapi, dalam kenyataanya bangunan tinggi di Yogyakarta yang didesain

menggunakan beban angin kurang begitu berpengaruh.Beban angin dipengaruhi oleh luas

bidang, ketinggian struktur, dan kecepatan angin, kekakuan struktur, dan eksposur.Dari

diantara banyak faktor tersebut, faktor yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah besarnya

kecepatan angin. walaupun pada gedung ini merupakan high rise building dan memiliki luas

bidang yang lebar, tetapi nilai dari kecepatan angin dasar begitu kecil. Dalam hal ini

kecepatan angin dasarnya adalah sebesar 10 m/detik.

Dari Gambar di atas, khususnya akibat beban gempa dinamik respons spektrum,

selanjutnya dapat ditentukan selisih peningkatan simpangan antar tingkat akibat beban gempa

932

11

dari sni 2002 ke 2012 untuk portal arah X-z dan Y-z yang hasilnya dapat dilihat pada

Gambar 12 sebagai berikut ini.

Gambar 12 peningkatan simpangan antar tingkat akibat sni baru

Berdasarkan Gambar 12, dapat dibahas secara rinci sebagai berikut ini.

1. pada penjelasan sebelumnya, bahwa peningkatan gaya geser dasar sebesar 20-30% pada

kondisi arah X dan 30-40% kondisi arah Y. peningkatan tersebut tentunya akan

berpengaruh terhadap simpangan antar tingkatnya. akan tetapi, jika melihat pada Gambar

12, pada dasarnya simpangan antar tingkat lebih dipengaruhi sistem struktur yang

digunakan, sehingga sistem struktur yang lebih kaku akan mempengaruhi simpangan antar

tingkat yang nilainya lebih kecil. Dalam Gambar tersebut, selisih peningkatan simpangan

antar tingkat pada portal arah X-z lebih besar daripada portal arah Y-z. hal ini

dikarenakan bahwa sistem struktur yang dipakai pada arah X-z adalah open frame,

berbeda halnya struktur yang digunakan pada arah Y-z, yaitu sistem ganda (open frame

yang dikombinasikan dinding geser).

2. peningkatan simpangan antar tingkat maksimum terjadi pada tingkat 2. hal tersebut

terjadi pada kedua arah portal, yaitu X da Y. hal ini dikarenakan bahwa pada tingkat

tersebut merupakan tingkat/kolom yang paling tinggi daripada tingkat-tingkat lainnya.

933

11

dari sni 2002 ke 2012 untuk portal arah X-z dan Y-z yang hasilnya dapat dilihat pada

Gambar 12 sebagai berikut ini.

Gambar 12 peningkatan simpangan antar tingkat akibat sni baru

Berdasarkan Gambar 12, dapat dibahas secara rinci sebagai berikut ini.

1. pada penjelasan sebelumnya, bahwa peningkatan gaya geser dasar sebesar 20-30% pada

kondisi arah X dan 30-40% kondisi arah Y. peningkatan tersebut tentunya akan

berpengaruh terhadap simpangan antar tingkatnya. akan tetapi, jika melihat pada Gambar

12, pada dasarnya simpangan antar tingkat lebih dipengaruhi sistem struktur yang

digunakan, sehingga sistem struktur yang lebih kaku akan mempengaruhi simpangan antar

tingkat yang nilainya lebih kecil. Dalam Gambar tersebut, selisih peningkatan simpangan

antar tingkat pada portal arah X-z lebih besar daripada portal arah Y-z. hal ini

dikarenakan bahwa sistem struktur yang dipakai pada arah X-z adalah open frame,

berbeda halnya struktur yang digunakan pada arah Y-z, yaitu sistem ganda (open frame

yang dikombinasikan dinding geser).

2. peningkatan simpangan antar tingkat maksimum terjadi pada tingkat 2. hal tersebut

terjadi pada kedua arah portal, yaitu X da Y. hal ini dikarenakan bahwa pada tingkat

tersebut merupakan tingkat/kolom yang paling tinggi daripada tingkat-tingkat lainnya.

12

selain itu, pada tingkat tersebut merupakan perbatasan/perbedaan ukuran kolom pada

tingkat di atasnya dan di bawahnya.

KesImPulan

Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan berikut ini.

1. peningkatan respons struktur dipengaruhi adanya peningkatan koefisien gempa dasar

dari sni 2002 ke sni 2012. selain itu, faktor reduksi gempa yang didefinisikan sni

2002 mengalami pengurangan.

2. peningkatan respons struktur akibat sni gempa juga dipengaruhi oleh sistem struktur

yang digunakan.

3. peningkatan simpangan antar tingkat maksimum terjadi pada lantai 2/lobby (kolom

yang paling tinggi daripada tingkat-tingkat lainnya).

4. nilai respons struktur yang berupa simpangan antar tingkat akibat pembebanan gempa

lebih dominan dibandingkan beban angin. hal ini dikarenakan, kecepatan angin yang

terjadi di Yogyakarta tidak terlalu signifikan, walaupun pada gedung ini merupakan

high rise bulding dan memiliki luas bidang yang lebar.

Daftar PustaKa

arfiadi. Y, sataryno. i, (2013). Perbandingan Spektra Desain Beberapa Kota Besar Di Indonesia Dalam SNI Gempa 2012 dan SNI Gempa 2002. konferensi nasional teknik sipil, surakarta.

asCe 7-05, (2005). Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, american society of Civil engineers, reston, Virginia.

asCe 7-10. american society of Civil engineers. (2010). Minimum Design Loads for Buildings and other Structures, asCe standard, Usa.

Desain spektra indonesia, diakses 18 september 2014.http://puskim.pu.go.id//Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/.

Dewobroto, w. (2013). Komputer Rekayasa Struktur Dengan SAP 2000. lUMina press, Jakarta.

Faizah, r. (2011). Analisis Distribusi Vertikal Gaya Gempa Dan Impilikasinya Pada Respons Bangunan Bertingkat. thesis Magister teknik sipil Fakultas teknik sipil dan perencanaan, Uii. Yogyakarta.

Faizah, r., widodo. p, (2013). Analisis Gaya Gempa Rencana Pada Struktur Bertingkat Banyak Dengan Metode Dinamik Respon Spektra. konferensi nasional teknik sipil, surakarta.

irsyam, M, dkk (2010).Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, edisi2, kementrian pekerjaan Umum, Bandung, Juli 2010.

934

13

Mulia, r. (2011). Perbandingan Respons Struktur Frame dan Frame-Wall Bertingkat 30 Akibat Beban Gempa dan Beban Angin. tugas akhir Jurusan teknik sipil, Fakultas teknik sipil dan perencanaan, Universitas islam indonesia. Yogyakarta.

perceka, w, dkk, (20xx).Comparison Of Structural Perfomance Of Dual Reinforced Concrete Building System Designed By Using Indonesian Earthquake Resistance For Building 2002 (SNI 03-1726-2002) and Indonesian Earthquake Resistance For Building and Other Structures 2012 (SNI 03-1726-2012). proceeding the 6 th Civil engineering in asia region. Bandung.

purwono dan takim a. (2010). “Implikasi Konsep Seismic Design Category (SDC) – ASCE 7-05 Terhadap Perencanaan Struktur Tahan Gempa Sesuai SNI 1726-02 Dan SNI 2847-02”, seminar dan pameran haki 2010 – perkembangan dan kemajuan konstruksi indonesia.

sataryno. i, dkk, (2012).Belajar SAP 2000 Analisis Gempa. zaMil pUBlishinG, Yogyakarta.

schodek, D.l. (1991). Struktur. pt eresCo, Bandung.

sni 03-1726-2002 (2002).Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, Departemen kimpraswil pU, Bandung.

sni 03-1726-2012 (2012).Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan standardisasi nasional Bsn.

sni 03-1727-2013 (2013).Standar Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Badan standardisasi nasional Bsn

taranath, B.s. (2010). Reinforced Concrete Design of Tall Buildings. CrC press. new York.

widodo, p. (2012). Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan.pUstaka pelaJar, Yogyakarta.

widodo, p. (2001). Respon Dinamik Struktur Elastik. Uii press, Yogyakarta.