Download - Wrap Up Euthanasia

Transcript

SKENARIOEuthanasia Pilihan Terakhir Agian

Indosiar.com, Jakarta Bagi Agian Isna Nauli Siregar, Euthanasia adalah pilihan terakhir untuk melepaskan diri dari penderitaannya akibat penyakit yang secara medis sulit disembuhkan. Sang suami Panca Satria Hasan Kusuma dengan gigih terus berjuang untuk mencari kepastian hukum, agar keinginannya untuk mengakhiri hidup istrinya terkabul. Kendati sistem hukum di Indonesia belum mengakuinya. Telah lebih dari 3 bulan, Agian Isna Nauli Siregar hanya tergolek tanpa daya di rumah sakit. Sejumlah uang telah dikeluarkan Panca Satria Hasan Kusuma demi kesembuhan istrinya. Namun hingga kini tidak ada perubahan yang berarti terlihat dari dalam diri Agian.Kenyataan pahit ini membuat Hasan pasrah dan rela melepaskan istrinya dengan cara Euthanasia/disuntik mati. Keputusan akhir diperjuangkan Hasan karena telah habisnya dana yang dimiliki dan tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang sulit untuk disembuhkan.Kesedihan Hasan semakin bertambah, karena sejak istrinya sakit ia sangat jarang bertemu denga nanak-anaknya. Perjuangan menempuh jalan akhir melalui Euthanasia, hingga kini masih terus dilakukan.Sudah 3 bulan Agian mengalami stroke setelah mengalami operasi seksio di Rumah Sakit Islam Bogor. Sebelumnya, pasien mengalami henti nafas dan henti jantung selama 1 bulan. Mereka kini menunggu keputusan Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Pusat yang menangani masalah ini.

IDENTIFIKASI1. Euthanasia Membantu pasien untuk mati cepat untuk membebaskan dari penderitaan akibat penyakitnya.2. Henti Jantung Kematian yang terjadi akibat hilangnya fungsi jantung secara mendadak.3. Henti Nafas Suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida sehingga system pernapasan tidak mampu memenuhi metabolism tubuh.4. Operasi Seksio Operasi pembedahan yang bertujuan untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu.5. Stroke Suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu.

ANALISA MASALAH1. Bagaimana menurut kode etik kedokteran mengenai euthanasia?2. Kenapa operasi seksio dapat menyebabkan stroke?3. Apakah euthanasia dilegalkan di beberapa negara?4. Bagaimana pandangan Islam tentang euthanasia?5. Bagaimana pandangan hokum mengenai euthanasia?6. Keadaan pasien yang seperti apa yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan euthanasia?7. Apa saja jenis-jenis euthanasia?8. Apakah euthanasia merupakan tindakan melanggar HAM?9. Apa manfaat euthanasia?10. Bagaimana pendapat IDI tentang euthanasia?11. Bagaimana pandangan kaidah moral tentang euthanasia?

BRAINSTORMING1. Boleh dilakukan, jika euthanasia pasif dan asalkan ada informed consent dari pihak pasien atau jika pasien tidak bias diwakilkan oleh keluarga terdekat. Namun, menurut pasal 7 dalam KODEKI tidak boleh karena dokter harus menjaga hidup setiap insani.2. Karena mungkin saat operasi terjadi kesalahan sehingga berkurangnya pasokan oksigen dan darah, sehingga terjadi stroke.3. Dilegalkan di Negara Belanda, Amerika, Jepang, dan Australia. Tidak dilegalkan di Canada.4. Menurut ulama Qardawi, euthanasia aktif diharamkan sedangkan yang pasif dihalalkan.5. Menurut hukum di Indonesia dilarang.6. Harapan hidupnya kecil dan batang otak tidak berfungsi. 7. a.Euthanasia aktif: suntik mati. euthanasia aktif dibagi menjadi 3 yaitu volunteer, nonvolunteer, dan involunteer.b.Euthanasia pasif: alat-alat dikurangi secara perlahan.8. Tergantung jenis Euthanasiannya, tergantung persetujuan pasien, tidak melanggar HAM jika atas permintaan pasien sendiri atau keluarga pasien. Namun melanggar hokum di Indonesia dan melanggar KODEKI.9. Mengurangi beban biaya dan penderitaan pasien.10. Masih dipertimbangkan.11. Nonmaleficence (dokter) dan otonomi (pasien).

HIPOTESISEuthanasia adalah tindakan membantu pasien untuk mati cepat untuk membebaskan dari penderitaan akibat penyakitnya. Ada 2 jenis Euthanasia yaitu Euthanasia aktif dan Euthanasia pasif yang dapat dilakukan saat harapan hidup pasien kecil dan tidak berfungsinya batang otak. Euthanasia diatur dalam hukum negara, KODEKI, dan agama.

SASARAN BELAJAR (LEARNING OBJECTIVE)1. Memahami dan menjelaskan tentang Euthanasia1.1 Definisi Euthanasia1.2 Jenis-jenis Euthanasia1.3 Manfaat Euthanasia1.4 Keadaan pasien yang dipertimbangkan untuk Euthanasia2. Memahami dan menjelaskan Euthanasia dari beberapa pandangan2.1 Hukum negara2.2 KODEKI2.3 Agama Islam3. Memahami dan menjelaskan kaidah dasar moral.

PEMBAHASAN1. Memahami dan menjelaskan tentang Euthanasia1.1 Definisi EuthanasiaEuthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu=baik, dan tanathos=mati. Dengan demikian, euthanasia dapat diartikan mati dengan baik. Ada juga yang mengartikannya dengan mati cepat tanpa derita.Dalam agama Islam, euthanasia disebut qatlu ar-rahma atau taisir al-maut, yaitu suatu tindakan medis yang dilakukan secara sadar untuk mengakhiri suatu kehidupan untuk melepaskannya dari penderitaan yang tidak ada pengobatan yang memungkinkan.Dalam Kamus Dorland dijelaskan bahwa euthanasia adalah pengakhiran hidup atas dasar belas kasihan atau mengakhiri kehidupan seseorang secara sengaja karena menderita suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan.Secara terminologi, euthanasia berarti praktek pencabutan atau mengakhiri penderitaan dan hidup seseorang yang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri dan keluarganya melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit. Sedangkan secara etimologis, euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa penderitaan. Maka dari itu, dalam melakukan euthanasia sebenarnya bukan untuk menyebabkan kematian, tapi untuk mengurangi atau meringankan penderitaan orang yang sedang menghadapi kematiannya.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, euthanasia adalah tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan makhluk (manusia ataupun hewan peliharaan) yang sakit berat atau luka sangat parah dengan kematian yang tenang dan mudah atas dasar perikemanusiaan.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa euthanasia adalah tindakan dengan sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek atau mengakhiri hidup seorang pasien guna membebaskan pasien dari penderitaan akibat penyakit yang dideritanya.

1.2 Jenis-jenis EuthanasiaEuthanasia dapat ditinjau dari beberapa sudut.Yang pertama dari segi cara dilakukannya, euthanasia dibagi menjadi 2, yaitu:a. Euthanasia PasifEuthanasia pasif ialah euthanasia dengan cara menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia.

b. Euthanasia AktifEuthanasia aktif ialah perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Euthanasia aktif ini juga dibedakan atas: Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannya tindakan medic secara terarah yang diperhitungkan akan mengakiri hidup pasien, atau memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini dikenal juga sebagai mercy killing. Euthanasia aktif tidak langsung adalah saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medic untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.Dari segi permintaan, euthanasia juga dibagi menjadi 2, yaitu:a. Euthanasia voluntir atau euthanasia sukarela (atas permintaan pasien)Euthanasia atas permintaan pasien adalah euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien sendiri secara sadar dan diminta berulang-ulang.b. Euthanasia involuntir (tidak atas permintaan pasien)Euthanasia tidak atas permintaan pasien adalah euthanasia yang dilakukan tanpa persetujuan atau permintaan pasien, bahkan bertentangan dengan keinginan pasien.c. Euthanasia nonvoluntirMerupakan euthanasia yang dilakukan sesuai dengan keinginan yang disampaikan melalui pihak ke dua (biasanya keluarga pasien) atas keputusan pemerintah (telah melalui persidangan).

1.3 Manfaat EuthanasiaEuthanasia yang berarti mempercepat kematian manusia merupakan hal yang dilarang dalam hukum Islam. Maka dari segi pandangan Islam melihat kepada tindakan euthanasia itu sendiri, tidak memiliki manfaat. Justru euthanasia mendukung seorang manusia untuk berputus asa dari rahmat Allah SWT.Namun sesuai dengan beberapa pengertian euthanasia yang intinya adalah perbuatan secara sadar untuk mengakhiri hidup seorang pasien dengan harapan sembuh yang sangat kecil, guna melepaskan pasien dari penderitaan akibat sakitnya, maka euthanasia memiliki beberapa manfaat, antara lain: Membantu pasien untuk lepas dari rasa sakitnya Tidak memperpannjang proses kematian atau sakaratul maut Melepaskan keluarga pasien dari beban biaya pengobatan dengan kemungkinan sembuh yang sangat kecil

1.4 Keadaan pasien yang dipertimbangkan untuk EuthanasiaWalaupun euthanasia merupakan tindakan yang dilarang di sebagian besar negara di dunia, termasuk di Indonesia, namun ada beberapa kondisi dimana euthanasia dapat dipertimbangkan untuk dilakukan, yaitu: Keadaan penyakit pasien sudah sangat parah/sudah pada stadium akhir yang menurut pengetahuan medis sudah tidak dapat sembuh Hilangnya fungsi dari batang otak pasien (mati batang otak) Pasien yang sudah koma sangat lama, yang kemungkinan besar bahwa selama itu pasien dapat bertahan hidup hanya karena adanya bantuan dari peralatan medis Pasien yang menderita sakit amat sangat, sehingga untuk mengurangi penderitaannya hanya dengan pemberian morfinKemudian apabila ditemukan kondisi seperti yang disebut di atas, maka euthanasia dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Namun pada pelaksanaan euthanasia itu sendiri seorang dokter harus didampingi dengan minimal 2 orang dokter lainnya untuk dapat memutuskan bahwa pasien tersebut boleh dieuthanasia atau tidak.

2. Memahami dan menjelaskan Euthanasia dalam berbagai pandangan2.1 Menurut hukum NegaraKitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur bahwa seseorang dapat dipenjara atau dihukum jika menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun karena kurang hati-hati. Dengan demikian, menurut hukum yang berlaku di Indonesia, euthanasia dilarang untuk dilakukan.Pasal-pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan euthanasia antara lain:Pasal 344 KUHPBarang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.Ketentuan ini harus diingat kalangan kedokteran sebab walaupun terdapat beberapa alasan kuat untuk membantu pasien/keluarga pasien mengakhiri hidup atau memperpendek hidup pasien, ancaman hukuman ini harus dihadapinya.Untuk jenis euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal di bawah ini perlu diketahui oleh dokter:Pasal 338 KUHPBarang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena maker mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun

Pasal 340 KUHPBarang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya sepuluh tahun.Pasal 359 KUHPBarang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.Selanjutnya, di bawah ini dikemukakan sebuah ketentuan hukum yang mengingatkan kalangan kesehatan untuk berhati-hati menghadapi kasus euthanasia, yaitu:Pasal 345 KUHPBarang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.Pasal ini mengingatkan dokter untuk, jangankan melakukan euthanasia, menolong atau memberi harapan atau menyarankan ke arah perbuatan itu saja pun sudah mendapatkan ancaman pidana.

2.2 Menurut Kode Etik KedokteranKode Etik Kedokteran sesuai dengan Surat Keputusan PB IDI. No. 221/PB/A-4/04/2002 berbunyi sebagai berikut:Kewajiban UmumPasal 1Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter.Pasal 2Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.Pasal 3Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.Pasal 4Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.Pasal 5Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.Pasal 7Seorang dokter hanya member surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.Pasal 7aSetiap dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.Pasal 7bSeorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, da berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.Pasal 7cSeorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.Pasal 7dSetiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani.Pasal 8Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.Pasal 9Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.Kewajiban Dokter Terhadap PasienPasal 10Setiap dokter wajib bersikap tukus ikhlas serta mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam rangka dalam rangka beribadat dan atu dalam masalah lainnya.Pasal 12Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.Pasal 13Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.Kewajiban Dokter Terhadap Teman SejawatPasal 14Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.Pasal 15Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.Kewajiban Dokter Terhadap Diri SendiriPasal 16Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.Pasal 17Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.Sebagai dokter, tentunya pedoman dalam menjalankan profesi kedokterannya adalah Kode Etik Kedokteran yang telah dibuat oleh IDI. Pasal pada KODEKI yang berkaitan dengan euthanasia yaitu pada pasal 7d yang berbunyi: Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Hal ini berarti dijelaskan bahwa semua dokterwajib melakukan kewajibannya yang utama, yaitu menjaga hidup pasien. Allah SWT menciptakan manusia, yang pasti pada suatu waktu akan menemui ajalnya. Tidak seorang dokter pun dapat mencegahnya. Naluri yang terkuat pada setiap makhluk yang bernyawa, termasuk manusia adalah mempertahankan hidupnya. Untuk itu, manusia diberi akal, kemampuan berpikir, dan mengumpulkan pengalamannya sehingga dapat mengmbangkan ilmu pengetahuan dan usaha untuk menghindarkan diri dari bahaya maut. Semua usaha tersebut merupakan tugas seorang dokter. Dokter harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undang-undang Negara, maupun Etika Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehka untuk: aborsi dan euthanasia.Selain itu ditegaskan pula dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 434/Menkes/SK/X/1983 tentang Kode Etik Kesehatan, yang berbunyi: Dokter yang melakukan tindakan euthanasia (khususnya aktif) dapat diberhentikan dari jabatannya.2.3 Menurut hukum IslamSetiap manusia yang lahir di dunia pasti sudah memiliki takdirnya masing-masing, termasuk kapan dirinya akan menghadapi ajal. Dalam hal ini berarti euthanasia yang merupakan perbuatan mempercepat kematian seorang manusia merupakan hal yang dilarang. Karena euthanasia dapat dikategorikan ke dalam pembunuhan yang merupakan dosa besar dalam Islam. Selain itu, euthanasia yang dilakukan atas maksud ingin melepaskan pasien dari penderitaan akibat penyakit yang dideritanya, sama saja mendukung pasien untuk berputus asa dari rahmat Allah SWT, dan melupakan bahwa hakikatnya Allah SWT memberikan cobaan kepada manusia, yang salah satunya berupa penyakit, tidak lain adalah untuk menguji seberapa besar iman seorang manusia itu, dan untuk menghapuskan dosa-dosanya.Berikut adalah ayat-ayat dalam Al-Quran yang berkaitan dengan dilarangnya euthanasia aktif dalam hukum Islam.a. QS. Al-Araf ayat 34

Artinya: Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah dating waktunya maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

b. QS. Yusuf ayat 87

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

c. QS. Yunus ayat 107

Artinya: Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

d. QS. Al-Anam ayat 151

Artinya: Katakanlah: Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah kepada kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan member rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatanyang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahaminya.

e. QS. An-Nisaa ayat 29

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

f. QS. An-Nisaa ayat 92

Artinya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

g. QS. An-Nisaa ayat 93

Artinya: Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

Terdapat pula beberapa hadits yang menyatakan bahwa sebagai manusia, kita harus percaya bahwa Allah SWT menciptakan segala penyakit pasti juga menciptakan obatnya. Kemudian hadits yang menerangkan bahwa Allah SWT menimpakan segala cobaan kepada manusia untuk menghapuskan dosa manusia lewat penyakitnya itu. Dan juga hadits yang memberikan jalan keluar apabila seorang manusia dirasa sudah tidak dapat sembuh dari penyakitnya, yaitu dengan berdoa untuk minta diberikan yang terbaik oleh Allah SWT, apakah itu untuk tetap hidup atau mati.a. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian! (HR Ahmad, dari Anas RA)b. Rasulullah bersabda, Tidaklah menimpa pada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuska kesalahan atau dosanya dengan musibah yang menimpanya itu. (HR Bukhari dan Muslim)c. Nabi SAW bersabda, Janganlah kamu mengharapkan kematian karena sesuatu musibah yang menimpanya, tetapi jika terpaksa ia harus berbuat begitu, maka katakanlah, Ya Allah biarkanlah aku hidup jika hidup ini baik bagiku, dan matikanlah aku juka mati itu lebih baik bagiku. (HR Bukhari dari Anas RA)

3. Memahami dan menjelaskan Kaidah Dasar Morala. Beneficence (berbuat baik)Kriteria:1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia 3.Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter 4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya 5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang 6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia 7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien) 8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien 9. Minimalisasi akibat buruk 10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan 12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan 14. Mengembangkan profesi secara terus menerus

15. Memberikan obat berkhasiat namun murah 16. Menerapkan golden rule principle

b. Non-maleficence (tidak merugikan)Kriteria:1. Menolong pasien emergensi : Dengan gambaran sbb : - pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko kehilangan sesuatu yang penting (gawat) - dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut - tindakan kedokteran tadi terbukti efektif - manfaat bagi pasien > kerugian dokter 2. Mengobati pasien yang luka 3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia ) 4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien 5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek 6. Mengobati secara proporsional 7. Mencegah pasien dari bahaya 8. Menghindari misrepresentasi dari pasien 9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian 10. Memberikan semangat hidup 11. Melindungi pasien dari serangan 12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

c. AutonomyKriteria:1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien 2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif) 3. Berterus terang 4. Menghargai privasi 5. Menjaga rahasia pasien 6. Menghargai rasionalitas pasien 7. Melaksanakan informed consent 8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri 9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk keluarga pasien sendiri11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi 12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien 13. Menjaga hubungan (kontrak)

d. Justice (keadilan)Kriteria:1. Memberlakukan sesuatu secara universal

2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

4. Menghargai hak sehat pasien

5. Menghargai hak hukum pasien

6. Menghargai hak orang lain

7. Menjaga kelompok yang rentan

8. Tidak melakukan penyalahgunaan

9. Bijak dalam makro alokasi

10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien

11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya

12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil

13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah

15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan

16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dsb

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, M.Chrisdono.(2007).Dinamika Etik dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hanafiah, M.Jusuf, Amir Amri.(2008).Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan.Edisi 4. Medan: EGC.Idries, A.M.(1997).Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Jakarta: Binarupa.Purwadianto, A.(2007).Buku Program Non Gelar Bioetika, Hukum Kedokteran dan HAM.Jakarta: HWS Dikti dan Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI.http://kbbi.web.id/euthanasia (diakses pada 3 Oktober 2014)http://lsaksiainambon.blogspot.com/2010/10/euthanasia-menurut-tinjauan-hukum-islam (diakses pada 3 Oktober 2014)http://id.shvoong.com/social-sciences/2133840-pengertian-etika (diakses pada 6 Oktober 2014)http://statushukum.com/pengertian-hukum-menurut-para-ahli.hml (diakses pada 6 Oktober 2014)http://quran.com (diakses pada 3 Oktober 2014)

19


Top Related