Transcript
Page 1: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 1

BASTIAN TITO

Mempersembahkan :

PENDEKAR KAPAK NAGA GENI212

Wiro SablengEpisode ke 130 :

Meraga SukmaHak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito

Wiro Sableng telah terdaftar padaDepartemen Kehakiman Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merekdibawah nomor 004245

Page 2: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 2

Serial

Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi)Scanning kitab by : Aby Elziefamailto:[email protected]

Page 3: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 3

TIBA-TIBA SECARA ANEH TEMPAT TIDUR BESARITU BERGERAK MELUNCUR MENDEKATI WIRO.DEMIKIAN DEKATNYA HINGGA WIRO DAPAT MELIHAT JELAS KECANTIKAN WAJAH DAN KEBAGUSAN TUBUH NYI RORO MANGGUT. "KAU MASIH INGIN MENOLAK, PENDEKAR 212? AKU TAHU HATIMU BIMBANG. DI DALAM DIRIMU ADA HATI NURANI YANG DIBUNGKUS OLEH SATU HASRAT YANG TIDAK BISA KAU INGKARI. TIDURLAH DI SAMPINGKU. KITA SUDAH MENJADI SEPASANG SUAMI ISTRI. AKU SIAPMELAYANIMU." NYI RORO ULURKAN TANGANNYA. WIRO GARUK-GARUK KEPALA. DALAM HATI DIA BERKATA. "NGACOK! KAPAN NIKAHNYA AKU SAMA DIA!" "WIRO...." "MAAFKAN AKU NYI RORO. AKU SUDAH MELUPAKAN UNTUK MENDAPATKAN ILMU MERAGA SUKMA ITU. AKU AKAN BERUSAHA MENCARI CARA LAIN UNTUK MENYELAMATKAN BUNGA." NYI RORO MANGGUT TURUN DARI TEMPAT TIDUR. BERDIRI DI HADAPAN WIRO DAN PEGANG PUNDAK SI PEMUDA DENGAN KEDUA TANGANNYA. TIBA-TIBA NYI , RORO MANGGUT DEKATKAN MULUTNYA KE WAJAH SANG PENDEKAR.

Page 4: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 4

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

1DIPATI Salatiga Jatilegowo memacu kudanya sekencang yang bisa dilakukan. Sosok Nyi Larasati tergeletak melintang di atas pangkuannya. Dalam hati orang ini

merutuk tak henti-henti. "Kurang ajar! Bagaimana kakek jahanam itubisa mengikuti aku sampai ke sini? Kalau diaberlaku nekad terpaksa aku menghabisinya!" Jatilegowo berpaling ke belakang. Dua prajurityang ikut bersamanya masih belum kelihatan.Hatinya merasa tak enak. "Jangan-jangan mereka telah menemui ajal ditangan jahanam itu," pikir sang Adipati. Dia berusaha mempercepat lari kudanya. Tapi dengan beban dua orang seperti itu sang kuda tidak mampu lagi berlari lebih cepat walau diderasekalipun. Sebelumnya Jatilegowo punya rencana begituberhasil mendapatkan Nyi Larasati dia akan membawa janda itu ke Salatiga. Di sana akan diadakan perhelatan pesta perkawinan sekaligus pengumuman penggabungan Kadipaten Temanggung dan Kadipaten Salatiga di bawah kekuasaannya sesuai dengan persetujuan Sri Baginda. Tapi dengan kemunculan kakek berambut biru yang tidak diduganya sama sekali, dia terpaksa merubah rencana. Kuda diarahkan ke selatan menuju Bandongan. Di desa itu dia memiliki sebuah rumah yang selama ini ditinggal kosong. Ketika sang surya terbit di timur, kemudianbergerak naik memancarkan sinarnya yang

A

Page 5: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 5

benderang dnn mulai hangat, Jatilegowo merasaagak loga. Tak ada yang mengejarnya. Lari kudapun diperlambat. Sebelum tengahari dia memperkirakan akan sampai di Bandongan. Dugaannya tidak meleset. Sebelum mentari mencapai titik tertinggi Jatilegowo bersama janda boyongannya telah memasuki Desa Bandongan. Rumah kosong milik Jatilegowo terletak dibibir lembah subur berpemandangan indah. Adasatu aliran air jernih tak berapa jauh dari rumahitu. Jatilegowo hentikan kudanya dekat aliran air.Binatang itu dibiarkan mereguk air segar. Diasendiri menggendong Nyi Larasati yang masihberada dalam keadaan tertotok, melangkahmenuju rumah. Di depan pintu rumah Jatilegowo hentikanlangkah. Sunyi. Sang Adipati menyeringai. Diasuka akan kesunyian seperti itu. Dengan kakikirinya dia kemudian mendorong daun pintu yangterbuat dari papan tebal. Pintu terbuka, menge-luarkan suara berkereketan. Jatilegowo melang-kah masuk. Tapi baru satu kaki menginjak lantairumah, tiba-tiba dari dalam terdengar suara tawamengekeh. Membuat Jatilegowo tersentak dancepat tarik kakinya ke belakang. "Jatilegowo! Aku sudah bilang. Dunia ini kecildan sempit. Kau masih berlaku nekad hendakmencoba lari dariku? Mana mungkin! Manamungkin! Ha... ha... ha!" Kejut Jatilegowo seperti disambar petir. Diasegera melompat mundur, keluar dari dalamrumah. Dia maklum, bahaya besar mengancam didepan mata. Tubuh Nyi Larasati cepat-cepatdiletakkan di satu tempat di samping sebuahbatu besar. Lalu dia bergerak mendekati rumah,berhenti tujuh langkah di depan pintu yangterpentang lebar sementara dari dalam rumahmasih mengumbar suara tawa bergelak.

Page 6: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 6

Jatilegowo kertakkan rahang. Tinju kanandikepalkan. "Sarontang! Keluarlah! Katakan apa maumu!" Berteriak Jatilegowo. Tangan kanannya di-tempelkan ke pinggang kiri di mana terselipsebuah senjata sakti mandraguna. Badik SumpahDarah senjata yang didapatnya dari seorangkakek sakti di tanah Makassar, bernama DaengWattansopeng. (Baca dua Episode sebelumnyayakni "Badik Sumpah Darah" dan "Mayat Persem-bahan") Belum lenyap gema teriakan Jatilegowo, suaratawa di dalam rumah sirna. Lalu satu bayanganmelesat ke luar pintu, melayang di udara, jungkirbalik dua kali untuk kemudian turun ke bawahdnn tegak tiga langkah di hadapan Jatileciowo.Luar biasa sekali gerakan orang ini, pertanda diamemiliki ilmu meringankan tubuh yang sudahsampai pada puncaknya. Dan manusia satu initernyata bukan lain kakek berambut biruberminyak. "Hebat! Dulu kau memanggil aku dengansebutan kakek Sarontang. Kini Sarontang saja!Hebat! Tapi kurang ajar! Ha... ha... ha!" Jatilegowo mendengus. "Perlu apa memakai segala bahasa halus danperadatan terhadap manusia sepertimu!" "Oo begitu?! Ha... ha... ha!" Si kakek berambutbiru kembali umbar tawa panjang. "Benar rupanyalidah tidak bertulang. Hati bisa menjadi batu.Manusia bicara semaunya sesuai kebutuhan perutdan pantatnya! Ha... ha... ha!" "Aku muak mendengar suara tawamu!Katakan bagaimana kau bisa mengikuti akusampai ke sini?!" bentak Jatilegowo. Sarontang menyeringai. "Jatilegowo, apa kau lupa?! Aku yang bernama Sarontang ini sebenarnya adalah Aryo Probo, Pangeran Kerajaan Pakubuwon! Aku lebih

Page 7: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 7

tahu setiap jengkal seluk beluk Tanah Jawa dikawasan ini dari padamu! Selagi kau masih orokaku sudah malang melintang di daerah ini!" "Lalu apa maumu mengikuti diriku! Kauinginkan janda muda cantik bernama Nyi Larasatiini?!" Kembali Jatilegowo membentak. Sarontang tertawa bergelak. "Kau tanya mengapa aku mengikuti dirimu?Aku punya sejuta alasan! Tapi tidak untuk menda-patkan janda cantik itu. Kau tahu seleraku. Kaupernah bermain cinta denganku! Apa kau lupa?!" Mendengar ucapan terakhir si kakek Jatilegowo keluarkan suara seperti orang mau muntah.Memang jika dia ingat peristiwa terkutuk itu, rasajijik membuat perutnya bergulung mual. "Tua bangka mesum! Dosa bejatmu tak akanterampunkan!" Sarontang menyeringai. "Justru aku mengejarmu sejak kau kabur dariTanah Makassar karena dirimu membawa duadosa besar pengkhianatan!" "Hehmm! Kau seperti malaikat yang hendakmengadili insan! Aku kawatir otakmu sudah sejaklama miring Sarontang!" Diejek orang begitu rupa si kakek bukannyamarah malah kembali umbar tawa panjang. "Dosa pertamamu! Kau membunuh pemudabernama Bontolebang yang jadi kekasihku! Kaubunuh secara keji dan mayatnya kau kirimkanpadaku sebagai Mayat Persembahan! Sungguhkurang ajar dan keterlaluan! Dosa keduamu! Kaumembawa kabur Badik Sumpah Darah asli.Memberikan badik palsu padaku! Dua dosa itusudah cukup alasan bagiku untuk mengulititubuhmu saat ini juga!" Jatilegowo sunggingkan seringai mengejek. "Tadi kau berlaku seperti malaikat. Kini sepertitukang potong sapi hendak menguliti diriku!Jangan bicara ngacok di hadapanku Sarontang!

Page 8: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 8

Kalau mau gila pergilah ke tempat lain! Akunasihatkan, sebaiknya kau lekas angkat kaki darihadapanku sebelum kuhabisi! Pangeran AryoProbo, apa kau tidak sayang tahta kerajaan yangselama ini kau inginkan? Apa kau benar-benaringin mampus sebelum merasakan bagaimananikmatnya jadi Raja? Bagaimana nikmatnya dudukdi atas tahta Kerajaan dalam Keraton yang indahdan serba mewah? Dengan permaisuri sertadikelilingi para gundik yang canti-cantik?!" Sarontang hanya ganda tertawa. "Mulutmu ternyata cukup pandai menghasut.Tapi siapa mau mendengar. Hasutanmu hanyatipuan keji karena penuh racun dan bisa. DengarJatilegowo, aku datang untuk minta Badik Sumpah Darah asli. Serahkan padaku sekarang juga!Karena senjata itu aku perlukan untukmendapatkan tahta Kerajaan!" Jatilegowo menyeringai lalu gelengkan kepala. "Aku tidak akan memberikan badik itu padasiapa pun! Juga tidak padamu! Jika kau inginmerampas tahta Kerajaan silakan kau lakukansendiri. Aku kawatir tahta yang kau idamkanselama ini akan menjadi tahta berdarah! Kauakan menemui kematian sebelum berhasil menyentuhnya!" "Bicara soal kematian mungkin kau yangbakal mampus duluan dariku, Jatilegowo! Kecualikau mau menyerahkan badik itu padaku sekarangjuga! Serahkan!" "Tua bangka takabur! Kau akan kubuat matitak berkubur!" bentak Jatilegowo. Habis berkatabegitu Adipati Salatiga ini menggebrak maju,hantamkan tangan kiri kanan ke arah dada sikakek. "Bukk... bukkk... bukkk... bukkk!" Empat jotosan kilat, keras dan bertenagadalam tinggi melanda dada Sarontang. Jangankanterpental atau menjerit kesakitan, bergeming

Page 9: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 9

sedikit pun sosok si kakek tidak. Di wajahnyasama sekali tidak membersit kerenyit kesakitan!Malah Sarontang kemudian tertawa bergelak. Kagetlah Jatilegowo. Jotosannya tadi jangankan manusia. Tembok batu sekali pun bisajebol hancur! Sarontang masih umbar tawa bergelak. Tiba-tiba dia angkat tangan kanannya ke atas laluberseru. "Anak-anak! Bunuh manusia pengkhianat ini!" Begitu ucapan Sarontang berakhir tiba-tibamenggemuruh suara aneh menggidikkan. Sepertiraungan anjing tapi juga menyerupai lolonganmanusia! Jatilegowo tersentak kaget dan mundur dualangkah. Dia ingat peristiwa di Gunung Lompobatang. Sarontang mempunyai peliharaanmanluk-mahluk aneh. Pada saat-saat tertentumahluk-mahluk itu diberinya makan berupa burung-burung yang beterbangan di udara. Apakah dia membawa serta mahluk-mahluk peliharaannya itu ke Tanah Jawa? Jatilegowo tidak pernah melihat bagaimana bentuk mahluk-mahluk peliharaan Sarontang itu. Dia mendongak ke atas. Suara menggemuruh semakin keras. Lalu dia melihat puluhan benda aneh melesat dari langit seolah keluar dari perut matahari! "Wuuuttt... wuuuttt!" "Bettt... betttt!" "Kraakk... kraaakkk!" "Bukkk! Byaaarrr!" Puluhan mahluk menyambar ke arahJatilegowo. Adipati Salatiga ini cepat jatuhkandiri ke tanah lalu cepat pula bangkit berdiri. Ketikadia berhasil bangkit dan memandang ke depan,pucatlah tampang Jatilegowo. Dua buah pohon cukup besar di depan sanaberpatahan lalu tumbang ke tanah. Di sampingdikir tak jauh dari aliran air, batu besar di dekat

Page 10: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 10

mana dia membaringkan Nyi Larasati hancurberkeping-keping. Suara raung dan lolongankembali menderu. Di udara berlesatan puluhanmahluk menyerupai kelelawar tapi memiliki duatangan berkuku panjang hitam seperti manusiadan kepala menyerupai srigala bertaring penuhlumuran darah! Seumur hidup Jatilegowo tidak pernah melihatmahluk aneh dan seram seperti ini. Kelelawarbukan, manusia bukan, srigala juga bukan! Daninilah rupanya yang disebut Sarontang sebagaianak anak peliharaannya. Yang sanggup menabasbatang pohon, menghancurkan batu besar! "Bunuh!" Tiba-tiba Sarontang berteriak. "Wuutt... wuuttt!" "Beettt... beettt!" Puluhan mahluk aneh menukik ke bawah,melesat menyambar menyerang denganmengeluarkan suara mengerikan. Jatilegowomerunduk, sambil jatuhkan diri dia hantamkandua tangan ke atas. Dia berhasil memukul duamahluk aneh hingga terpental. Tapi dua mahlukitu tidak cidera sedikit pun malah meraungmelolong tambah beringas. Jatilegowo sendiriketika berusaha bangkit terkejut pucat ketikamelihat bagaimana lengannya kiri kanan telahbergelimang darah, ternyata di balik lenganpakaian birunya yang robek besar, dagingtangannya telah terkuak koyak, entah kenacakaran entah disambar taring mahluk-mahlukaneh. "Bunuh!" Kembali terdengar Sarontang berteriak. Raung dan lolongan mahluk aneh semakinhebat. Puluhan berkelebat, menyambar ke arahJatilegowo. Dalam takutnya Jatilegowo ikut ber-teriak keras. Di saat genting mengerikan begiturupa dia ingat pada senjata sakti mandraguna

Page 11: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 11

yang tersisip di pinggang kirinya. Tangan kanannya yang berlumuran darah segera bergerakke pinggang. Di lain kejap di udara siang yangterang benderang itu berkiblat sinar biru kehitaman. "Craass... crassss... craasss!" Raung lolongan menggelegar keras menggidikkan. Darah berciparatan di udara. Enam mahluk aneh jatuh berkaparan di tanahdalam keadaan terkutung-kutung, meraung sambi! meronta geliatkan tangan, melolong delikkan mata lalu melosoh diam tak berkutik lagi. Sarontang menggerung keras saksikan enamanak-anak peliharaannya menemui kematianbegitu rupa. Dalam marah yang menggelegakmatanya terkesima melihat benda di tangan kananJatilegowo. Badik Sumpah Darah! Senjata itubergelimang darah. Darah berasal dari luka besardi tangan Jatilegowo bercampur darah yangberasal dari pembantaian tubuh anak-anakpeliharaannya!

Page 12: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 12

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

2

SAP kelabu mengepul keluar dari ubun-ubun Sarontang. Sepasang matanya berubah merah tapi tampak berkaca-kaca.

Mulutnya berkomat kamit merapal sesuatu. Tiba-tiba mulut itu berteriak. "Bunuh!" Sunyi sesaat lalu puluhan mahluk aneh yangmelayang di udara mendadak berubah menjadibesar, hampir dua kali besar semula. Dari kepalamasing-masing mengepul asap kelabu sepertiyang keluar dari ubun-ubun Sarontang. Kesunyianhanya sekejapan. Sesaat kemudian didahuluigemuruh raung lolongan puluhan mahluk itu melesat menyerbu ke arah Jatilegowo. Meski panik setengah mati melihat apa yang terjadi tapi Jatilegowo berusaha tabahkan diri. Di tengahserbuan puluhan mahluk aneh, dua kakinya laksana menancap ke tanah. Tangan yang memegang Badik Sumpah Darah dihantamkan ke atas. Sinar biru kehitaman menderu dahsyat, membentuk lingkaran membentengi Jatilegowo dari setiap serbuan mahluk halus. "Wuuuttt... wuttt...!" "Bett... bettt...." "Craasss... craasss... craasssi" Sarontang menjerit keras ketika meiihat bagai-mana anak-anak peliharaannya satu persatuterpental, jatuh ke tanah dalam keadaan matiterkutung-kutung. "Celaka! Badik Sumpah Darah tidak bisadibuat main!" Dada Sarontang bergetar. Selagi

A

Page 13: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 13

dia terkesima kembali mahluk-mahluk anehpeliharaannya mati berjatuhan di depan mata. "Anak-anak! Pulang!" Sarontang akhirnyaberteriak. Lolongan dan raungan menggelegar lalu ter-dengar suara sayap bergelepakan. Sesaat ke-mudian belasan mahluk aneh yang masih hidupmelesat tinggi ke udara, berputar di atas kepalaSarontang dua kali lalu melesat ke arah timurhingga akhirnya lenyap dari pemandangan. Kinidi tempat itu kembali hanya tinggal Sarontangdan Jatilegowo serta Nyi Larasati yang terbujurdi dekat batu besar yang telah hancur. Dalamkeadaan tertotok tak bisa bergerak tak bisabersuara janda cantik ini menyaksikan semuaapa yang terjadi. Tadinya dalam hati dia berharapkakek berambut biru berminyak itu akan mampumengalahkan Jatilegowo hingga dia punyakesempatan untuk selamat. Tetapi begitu melihatbagaimana mahluk-mahluk aneh peliharaan sikakek akhirnya terbang melarikan diri, rasa takutkembali menyelimuti diri Nyi Larasati. "Sarontang! Kau telah menyaksikan apa yangterjadi!" Tiba-tiba Jatilegowo keluarkan ucapan."Aku memberi kesempatan padamu untukmeninggalkan tempat ini!" Sarontang tak segera menjawab. Dalam hatidia membatin. “Badik itu, aku harus bisamerampas dari tangannya." Lalu si kakek berkata."Aku baru pergi dari sini kalau kau mau menye-rahkan badik itu!" "Tua bangka tak tahu diri! Diberi pengampunan malah minta mampus!" Sarontang tak mau menunggu lebih lama.Begitu orang membentak kakek ini segera melesatke depan. Tangan kanannya dihantamkan. Kepaladigoyangkan. Lilitan tali yang terbuat dari ususmanusia yang ada di keningnya melesat menyambar laksana cambuk ke arah leher

Page 14: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 14

Jatilegowo. Bersamaan dengan itu si kakek kirimkan serangan susulan berupa tendangan ke arah dada lawan. Seperti diketahui Sarontang memiliki ilmumeringankan tubuh tingkat tinggi yang sudahsampai pada puncaknya. Gerakan tiga serangannya yang laksana kilat itu mau tak maumembuat Jatilegowo tersentak kaget. Cepat diamembuat gerakan mengelak sambil babatkanBadik Sumpah Darah. Hantaman tangan serta sambaran lilitan taliberhasil dielakkan Jatilegowo. Malah badik saktidi tangan kanannya nyaris mendera paha kananInwan. Entah bagaimana tahu-tahu kaki kanan siknkek mendadak terangkat ke atas. Tendanganynng tadi mengarah dada kini melabrak bahukniinn Jatilegowo, membuat Adipati Salatiga initerpental dan terjengkang jatuh. Sarontang tidaksia-siakan kesempatan. Selagi lawan masihterkapar di tanah begitu rupa dia lepaskan satupukulan tangan kosong mengandung hawa sakti.Pukulan dahsyat ini memancarkan cahaya kelabukarena dialiri tenaga dalam tinggi. Jatilegowotidak punya kesempatan untuk selamatkan diri. "Jahanam keparat! Makan badikku!" Dalam saat genting begitu rupa Jatilegowokerahkan tenaga dalam lalu babatkan BadikSumpah Darah. Cahaya biru kehitaman yangkeluar dari badik sakti langsung berbenturandengan sinar kelabu pukulan sakti Sarontang. Anehnya benturan dahsyat itu tidak mengeluarkan suara letusan. Yang kelihatan hanya bunga api berpijaran lalu terdengar keluhan Sarontang. Kakek berambut biru berminyak ini terjajar ke belakang sambil satu tangan memegangi kening, sementara tangan lain diletakkan di atas dada. Tali yang melibat kening dan dipergunakan sebagai senjata untuk menyerang lawan telah berubah menjadi kepulan

Page 15: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 15

arang. Pada kulit kening si kakek kelihatan garis melingkar merah kehitaman seolah daging di kening itu telah ditoreh dengan besi panas. Lalu dari mulut Sarontang mengucur lelehan darah pertanda dia menderita luka dalam yang cukup parah. "Aku tahu betul, keparat ini tidak memilikitenaga dalam tinggi. Bagaimana dia bisamenciderai diriku di sebelah dalam. Pasti diamendapatkan kekuatan dahsyat dari badik yangdipegangnya!' mambantin Sarontang. "Manusia jahanam! Aku mengadu jiwadenganmu!" Berteriak Sarontang. Lalu dengannekad kakek ini menerjang ke arah lawan sambildua tangan membuat gerakan aneh, didorong kedepan. "Wuss! Wusssi" Sepuluh kuku jari tangan Sarontang men-dadak mencuat panjang, memancarkan cahayahitam. Menyambar ganas ke leher dan mukaJatilegowo. Inilah ilmu yang disebut "SepuluhKuku Setan." Di Tanah Bugis dan Makassar ilmuini menjadi momok nomor satu bagi para tokohpersilatan baik golongan putih maupun hitam. "Breett!" Leher baju biru Jatilegowo robek besar. Kalautidak cepat dia menarik badannya ke belakangniscaya lehernya akan amblas berbusaian di-sam-bar lima kuku hitam tangan kanan Sarontang. Melihat serangan lima kuku tangan kanannyahampir berhasil mencelakai lawan, Sarontanglipatgandakan kekuatan dorongan serangan limakuku tangan kiri. Namun saat itu tiba-tiba satu cahaya birukehitaman berkelebat ganas. Sarontang maklumapa yang dilakukan lawan. Cepat kakek ini mundur dua langkah sambil tarik serangan tangan kiri. Namun terlambat. "Craa... crass... crass... crass... crasss!"

Page 16: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 16

Sarontang melompat mundur sambil keluarkan pekik kesakitan. Lima jari tangan kanannyakepulkan asap biru. Bersamaan dengan itu hawapanas luar biasa menggerogoti tangan kirinya.Dia merasa tangan itu laksana lumer. Sarontangkucurkan keringat dingin, kerahkan tenagamenahan sakit. Ketika diperhatikan dia saksikanbagaimana lima kuku jari tangan kirinya terbabatputus. Sisa kuku yang masih menempel di ujung-ujung jari tampak hangus kehitaman danmengepulkan asap. Jatilegowo tertawa bergelak. "Sarontang kakek mesum! Umurmu tak bakallama! Racun badik akan merasuk ke dalam tubuhmu, menghancurkan pembuluh darah menjebol jantungmu! Ha... ha... ha!" Pucatlah wajah tua Sarontang. Dia tahuJatilegowo tidak bisa dusta. Racun Badik SumpahDarah yang berasal dari Pohon Tuba jahat luarbiasa. Sekali racun itu masuk ke dalam tubuhtidak satu mahluk hidup pun bisa bertahan. "Jahanam!" rutuk Sarontang. Dia gerakkantangan kanannya ke tangan kiri. Lalu kraakk!Sarontang pelintir dan tanggalkan tangan kirinyasendiri sebatas pergelangan! Kutungan tangankiri ketika dicampakkannya ke tanah telah berubah menjadi sangat hitam. Dia masih beruntung. Walau tangan kirinya kini hancur buntung tapi racun jahat Badik Sumpah Darah tidak sampai masuk ke dalam tubuhnya! Jatilegowo tertawa mengekeh. "Sarontang. Kau memang bisa selamat dariracun badik, tapi kau tidak bisa selamat daribadiknya sendiri!" Habis berkata begitu Jatilegowo melompat kedepan sambil kirimkan satu tusukan ganas. TapiSarontang yang sudah tahu gelagat cepat melesatke udara. Kakek ini sengaja melesat ke atas satupohon besar, lalu berpindah ke pohon lain dan

Page 17: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 17

akhirnya lenyap dari pemandangan. Jatilegowoyang tidak punya kemampuan untuk berbuatseperti itu, tak bisa melakukan pengejaran. Diahanya menyumpah habis-habisan. Saat ini diamemang bisa membuat si kakek tak berdaya danmelarikan diri. Namun dia maklum satu saat orang tua itu akan muncul kembali untuk dapatkanBadik Sumpah Darah dan membunuh dirinya.Selama Sarontang masih hidup dia akan merasatidak tenteram. Untuk beberapa lamanya Jatilegowo meman-dang ke arah lenyapnya si kakek di atas deretanpohon-pohon sebelah sana. Kemudian dia per-hatikan koyakan iuka pada dua tangan kiri kanan.Dengan badik yang dipegang di tangan kananJatilegowo ucapkan senjata itu ke tangan kiri.Asap biru kehitaman mengepul. Ketika asaplenyap, luka mengerikan di tangan kirinya ikutlenyap. Jatilegowo menyeringai. Dia letakkan BadikSumpah Darah di kening lalu cium senjata saktimandraguna itu. Badik kemudian dipindah ketangan kiri. Lalu seperti tadi senjata sakti man-draguna ini diusapkan ke tangan kanan yang luka parah akibat serangan mahluk-mahluk haluspeliharaan Sarontang. Asap biru mengepul, begitu asap sirna, luka di tangan kanan Jatilegowo ikut lenyap. Kembali Jatilegowo letakkan badik sakti di atas kening. Sambil mencium senjata itu dia berkata. "Terima kasih badik sakti. Aku akanmenjaga dirimu baik-baik. Harap kau juga maumenjaga diriku baik-baik." Mendadak ada suara derap kaki kudameninggalkan tempat itu. Jatilegowo tersentakkaget. Dia ingat pada Nyi Larasati. Secepat kilatdia melompat ke balik hancuran batu besar dimana tadi dia membaringkan janda itu. Sepertidisambar petir begitu terkejutnya Adipati Salatigaini ketika dapatkan sosok Nyi Larasati tak ada

Page 18: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 18

lagi di tempat itu. "Jahanam! Siapa berani mati punya pekerjaan!Nyi Lara! Nyi Lara! Di mana kau?" teriak Jatilegowo. Dia memandang berkeliling. Kuda besar miliknya masih ada di tempat itu. Tadi dia mendengar suara derap kaki kuda. Berarti orang melarikan Nyi Lara menunggang kuda. Siapa? Mungkin Sarontang yang kembali lagi secara tak terduga, membawa kuda dan menculik Nyi Larasati? "Tidak mungkin setan tua keparat itu," ujarJatilegowo dalam hati. "Tak mungkin dia. Lalusiapa...?" Jatilegowo tak bisa menjawab. Diahanya bisa menyumpah habis-habisan lalumelompat ke atas kudanya. Bintang ini segeradipacu ke arah lenyapnya suara derap kaki kudatadi.

Page 19: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 19

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

3ALAM Episode sebelumnya (Tahta JandaBerdarah) diceritakan bahwa Wiro minta

pertolongan Ratu Duyung untuk mempertemukannya dengan Nyi Roro Manggut. Sesuai petunjuk Kakek Segala Tahu, Nyi Roro memiliki satu-satunya ilmu kesaktian yang bisadipergunakan Wiro untuk menolong Bunga keluardari sekapan guci tembaga Iblis Kepala Batu AlisEmpat. Ketika Wiro mengutarakan maksudnyaRatu Duyung tidak memberikan jawaban. Menyangka gadis bermata biru ini tidak maumenolongnya karena baru sembuh dan mungkinmasih berada di bawah pengaruh petaka besaryang baru dialami yakni dicelakai oleh Nyi Ragildengan ilmu Mengupas Raga hingga dadanyamengalami luka mengerikan, maka tanpa maumemaksa Wiro akhirnya tinggalkan puncak BukitMenoreh. Agaknya dia harus berusaha sendirimencari Nyi Roro Manggut yang konon berdiamdi dasar samudera kawasan selatan. Di puncakBukit Menoreh saat itu ada Bidadari Angin Timurdan Anggini. Bujang Gila Tapak Sakti telah pergiduluan ke Temanggung. Tidak dinyana ternyata Ratu Duyung mengejarWiro dan berhasil menyusul sang pendekar disatu tempat. Kepada Bidadari Angin Timur danAnggini Ratu Duyung sebelumnya dia memberitahu karena ada satu keperluan di Kotaraja makadia terpaksa meninggalkan dua gadis sahabatnyaitu. "Menurutmu...." berkata Bidadari Angin Timurpada Anggini sesaat setelah Ratu Duyung

D

Page 20: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 20

tinggalkan Bukit Menoreh. "Apakah dia benar-benar pergi ke Kotaraja?" Anggini tersenyum. "Kau bisa menduga sendiri. Menurutmubagaimana?" balik bertanya murid Dewa Tuak. "Kita sama tahu," jawab Bidadari Angin Timur."Antara Ratu Duyung dan Bunga sejak peristiwaWiro menolong Ratu Duyung di Puri PeleburKutuk telah terjadi perselisihan yang tak mungkindiperbaiki. Bunga berpendapat Ratu Duyungsecara licik telah memperdayai Wiro dan berhasilmendapatkan kejantanan pemuda itu. Padahal kita tahu hal tersebut sebenarnya tidak pernahkejadian. Kesembuhan Ratu Duyung dari penyakitkutukan semua karena kehendak Tuhan YangMaha Kuasa. Dalam perselisihan yang masihberlarut-larut, bagaimana mungkin sekarang RatuDuyung mau dan rela menolong Wiro membebaskan Bunga dari sekapan guci Iblis Kepala Batu?" (Mengenai peristiwa di Puri Pelebur Kutuk harap baca serial Wiro Sableng berjudul "Tua Gila Dari Andalas" terdiri dari 11 Episode)

Anggini tak segera menjawab. Gadis ituberdiam diri seolah tengah memikirkan sesuatu.Sesaat kemudian baru Anggini berkata. "Dari sudut pandanganmu hal itu memangbisa seperti yang kau katakan. Tapi dari sudutpandangan Ratu Duyung sendiri, bukankah iniberarti satu kesempatan baginya untuk lebihmendekatkan diri dengan Wiro?" "Dengan kata lain kau tidak yakin RatuDuyung benar-benar pergi ke Kotaraja?" Anggini menggeleng. "Dia tidak ke Kotaraja.Aku yakin saat ini Ratu Duyung tengah mengejarPendekar 212 Wiro Sableng!" "Lalu kita mau berbuat apa?" tanya BidadariAngin Timur pula sambil melirik pada Anggini. "Kau punya usul apa, sahabatku?" balik

Page 21: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 21

bertanya Anggini. "Aku bisa pergi ke mana saja aku suka. Na-mun aku justru memikirkan dirimu." "Memikirkan diriku?" Anggini berucap heran. Bidadari Angin Timur mengangguk. "Dalamrimba persilatan sudah bukan rahasia lagi. Hampirsemua orang mengetahui kalau gurumu DewaTuak ingin menjodohkan dirimu dengan Pendekar212...." "Ah, perkara yang satu itu tak usah kita bi-carakan," kata Anggini. Selain memang tidak sukamembicarakan soal perjodohannya dengan Wiro,Anggini juga maklum kalau Bidadari Angin Timuradalah salah satu dari sekian banyak gadis yangmenginginkan pemuda yang dikasihinya itu.

"Kau tak ingin membicarakan perjodohanmu.Tak ingin membicarakan jalan hidupmu dikemudian hari. Itu hakmu, aku tak berani memaksa.Tapi sebagai sahabat, kalau aku boleh bertanya mengapa kau tidak suka membicarakan hal itu...." "Mengenai perjodohanku dengan Wiro ituhanya maksud baik guruku saja. Dari pihak Wirodan gurunya Eyang Sinto Gendeng dingin-dinginsaja. Menurutmu apakah perjodohan itu bisadipaksakan?" "Tentu saja jodoh tidak bisa dipaksakan. Tapibisa diatur...." jawab Bidadari Angin Timur. "Kitasuka orang tak mau. Orang mau kita tak suka.Mana mungkin kejadian?" "Nah kalau kau bisa berucap seperti itu,berarti kau sudah tahu permasalahannya. Jadikita tak usah membicarakan berpanjang-panjang.Sekarang hanya tinggal kita berdua di puncakbukit ini. Tak lama lagi pagi segera datang. Apayang hendak kita lakukan?" bertanya Anggini. "Kita dimintai pertolongan mencari PedangNaga Suci 212 oleh Wiro...." kata Bidadari Angin

Page 22: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 22

Timur pula. "Betul, lalu apa yang akan kita lakukan? Kemana kita akan pergi?" tanya Anggini. "Sebaiknya kita tinggalkan saja bukit ini.Sambil berjalan kita bisa bicara ke mana kitaakan pergi. Tapi jika aku boleh memilih, aku akanpergi ke tempat di mana kira-kira beradanyaPangeran Matahari." "Mengapa begitu?" tanya Anggini. "Dia biang racun dari segala malapetaka yangterjadi belakangan ini. Lalu, aku juga tidak akanpernah melupakan bahwa dialah yang telahmenghamili lalu membunuh adik kembarku sen-diri!" (Mengenai kematian gadis bernama PandanArum kisahnya dapat dibaca dalam "Kiamat DiPangandaran" Episode terakhir dari "Wasiat Iblis"terdiri dari 8 Episode) Bidadari Angin Timur memegang lenganAnggini. Dua gadis itu menuruni bukit sambilberpegangan tangan. Dalam hati Bidadari AnginTimur muncul selarik kegembiraan. Kini dia tahupasti bahwa perjodohan antara Anggini denganWiro hanya tetap menjadi satu niat belaka, yangtak akan mungkin menjadi kenyataan. Berarti bagiBidadari Angin Timur seorang saingan dalammemperebutkan cinta Pendekar 212, yaitu gadisbernama Anggini yang saat itu berjalan berdampingan bersamanya, tidak perlu dikhawatirkan lagi. Puti Andini yang juga mencintai Wiro telah meninggal dunia. Bunga gadis alam roh yang bagaimanapun juga sampai kiamat tak mungkin bersatu sebagai suami istri dengan Wiro. Jadi kini hanya Ratu Duyung seorang yang harus diperhatikannya. "Sahabat, apa yang tengah kau pikirkan sam-bil melangkah?" Suara Anggini mengejutkan Bidadari AnginTimur. Gadis ini tersenyum. Tapi tak menjawab.

Page 23: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 23

SANG SURYA mulai condong ke barat ketikaPendekar 212 Wiro Sableng dan Ratu Duyungturun dari biduk kecil yang ditumpanginya sampaidi satu muara di kawasan selatan. Kini samuderaluas terbentang di hadapan mereka. Ratu Duyungmemandang ke langit, memperhatikan letakmatahari. "Kita tunggu sampai sang surya masuk ketempat tenggelamnya. Pada saat itu kita barumasuk ke dalam laut," kata Ratu Duyung. "Kenapa tidak masuk sekarang saja?" tanyaPendekar 212. "Ada hitungannya Wiro...." "Hitungan? Hitungan apa?" tanya Wiro sambilgaruk-garuk kepala. "Hitungan agar kita sampai pada waktu yangtepat dan baik. Agar maksud dan tujuan bisaterlaksana dengan baik pula...." "Aku tidak mengerti. Tapi aku menurut apayang baik menurutmu saja," kata Wiro. Lalu diameneruskan. "Ingat peristiwa beberapa waktu laluketika pertama kali kau membawaku masuk kedalam laut di pantai selatan ini?" Ratu Duyung tersenyum. "Apa yang masihkau ingat, Wiro?" "Waktu itu sehabis pertempuran besar diPangandaran. Aku naik kereta putih bersamamu.Kereta itu menuruni pantai, masuk ke dalam laut.Aku ketakutan...." "Kau takut mati. Tapi tidak mati kan?" ujarRatu Duyung pula sambil tersenyum. "Sekarang kau tidak membawa kereta.Bagaimana caranya kita bisa masuk ke dalamlaut?" Ratu Duyung tertawa. "Tanpa kereta kita bisa lebih cepat sampai ketujuan. Atau mungkin kau punya usul bagaimanacaranya kita bisa sampai lebih cepat?" Pendekar 212 tertawa. Lalu gelengkan kepala.

Page 24: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 24

"Wiro, satu hal harus kau ingat baik-baik,"kata Ratu Duyung. "Keadaan samudera kawasanselatan saat ini, dibanding ketika dulu pertamakali kau bersamaku masuk ke sana, jauh berbeda.Dulu aku masih menjadi orang dalam yang bisabergerak bebas ke mana aku suka. Sekarangsetelah aku terlepas dari kutukan berkat per-tolonganmu, aku bukan lagi orang dalam. Lang-kahku terbatas. Gerak gerikku akan diawasi. Jadikita harus berlaku sangat hati-hati. Jangan sampaiberbuat salah atau keliru. Begitu berada dalamair, kau harus mengerahkan Ilmu MenembusPandang hingga daya penglihatanmu bisa lebihluas. Lalu satu hal lagi. Sebelum kita sampai kekawasan tempat kediaman Nyi Roro Agung, didalam air kau tidak akan bisa bicara. Jadi jangancoba-coba membuka mulut. Kecuali kalau kauIngin perutmu kembung kemasukan air laut!" "Semua ucapanmu akan kuperhatikan Ratu,"kata Wiro pula. "Mengenai Nyi Roro Manggutyang akan kita temui itu. Apakah dia...." "Ingat, aku bukan lagi orang dalam. Akupunya pantangan. Tidak boleh menerangkansegala sesuatu menyangkut isi samudera kawasan selatan. Mengenai Nyi Roro Manggut, kalau Nyi Roro Agung memberi izin kau akan bertemu sendiri dengan dia. Kau bisa mengajukan seribu satu pertanyaan." "Bagaimana kalau Nyi Roro Agung tidakmemberi izin?" tanya Wiro. "Berarti kita harus menunggu sampai bulanpurnama mendatang. Saat itu biasanya Nyi RoroAgung bersikap baik dan mengabulkan segalasesuatu yang dipinta." Wiro menarik nafas dalam, menggaruk kepala.Lalu lama sekali dia memandang ke tengah lautsementara sang surya semakin condong ke barat. "Apa yang tengah kau pikirkan? Apa yangada dalam benakmu?" bertanya Ratu Duyung.

Page 25: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 25

"Kau ingat sewaktu terjadi pertempuran antaraguruku Eyang Sinto Gendeng dengan si gendutBujang Gila Tapak Sakti di Bukit Menoreh?" "Saat itu aku masih dalam keadaan terlukaberat. Terbaring tak berdaya. Tapi apa yang terjadi sempat kusaksikan semua. Dua orang itu, apa yang terjadi dengan diri mereka. Berkelahi mau saling berbunuhan. Padahal masih satu golongan, dan selama ini ia selalu bersahabat...." "Orang-orang berkepandaian tinggi memangterkadang suka berlaku aneh," kata Wiro. "Tapiaku yakin mereka tidak ada maksud untuk sung-guhan saling membunuh." "Lalu apa maksud pertanyaanmu tadi, apakau ingat akan pertempuran mereka?" tanya RatuDuyung pula. "Aku pernah mendengar ucapan orang-orangtua. Katanya seorang guru tidak pernah mewariskan seluruh kepandaiannya pada muridnya. Menurutmu bagaimana?" "Bukan menurutku bagaimana," jawab RatuDuyung. "Tapi justru aku mau tahu kenapa kaubertanya seperti itu. Agaknya ada satu ganjalandalam dirimu?" Wiro menggaruk kepala. Memandang ketengah laut. "Sudahlah, lupakan saja apa yangaku tanyakan tadi." Ratu Duyung pegang tangan Wiro. "Jangankau berkata seperti itu. Apa yang menjadi ganjalan dalam dirimu tidak akan pernah lenyap hanya dengan ucapan seperti itu. Satu ketika hal itu akan muncul kembali...." "Hemmm.... Baiklah. Akan aku sampaikan apayang menjadi unek-unekku. Ketika Eyang SintoGendeng dibuat panik oleh serangan hawa dinginBujang Gila Tapak Sakti, guruku itu menyerangdengan dua larik sinar biru yang keluar darisepasang matanya. Dua sinar itu seperti sepasangpedang raksasa, membabat bersilangan.

Page 26: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 26

Dahsyatnya bukan kepalang. Puncak gunungkarang sekali pun kalau kena dihantam pastiakan papas buntung...." Wiro hentikan ucapannya ketika dilihatnyaRatu Duyung tersenyum. "Ratu, mengapa kau tersenyum?" "Aku maklum sudah. Eyang Sinto Gendengtidak pernah mengajarkan atau memberikan ilmuitu padamu. Itu yang membuat hatimu kecewadan menjadi ganjalan. Mungkin juga merasadirimu tidak dipercaya untuk menguasai ilmu itu." "Apa yang kau katakan memang benaradanya...." "Eyang Sinto Gendeng pasti punya alasanmengapa tidak mewariskan ilmu itu. Atau belummewariskan ilmu itu padamu." Wiro mengangguk. "Beliau memang pernah berkata. Aku belumpantas, belum bisa dipercaya untuk memiliki ilmuitu," kata Wiro pula. (Baca serial Wiro Sablengberjudul "Munculnya Sinto Gendeng) "Kalau begitu kau tak perlu kecewa. Satuketika ilmu luar biasa itu pasti akan diajarkannyapadamu." "Sewaktu Bujang Gila Tapak Sakti dilabrakserangan itu, dalam kejutnya pemuda gendut ituberseru menyebut ilmu yang dikeluarkan EyangSinto Gendeng. Sepasang Sinar Inti Roh." "Wiro sebaiknya kau tak usah menurutkanperasaan. Bukankah ada ujar-ujar mengatakan.Jangan perasaan menipu jalan pikiran...." Wiro tertawa. Dibelainya punggung RatuDuyung sehingga gadis bermata biru ini merasasejuta kebahagiaan. Dua matanya yang biru bagus dipejamkan. Dalam keadaan seperti itu dia berkata. "Wiro, jika kau masih belum puas, mungkinaku bisa membantu." "Kau mau meminta guruku agar mengajarkan

Page 27: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 27

ilmu Sepasang Sinar Inti Roh itu padaku?" tanyaWiro. Ratu Duyung gelengkan kepala lalu berkata."Aku juga memiliki ilmu kesaktian menyerupaiilmu Sepasang Sinar Inti Roh itu. Dua matakubisa mengeluarkan sinar biru atau hijau,menyambar bersilang seperti sepasang pedang.Tapi dibanding dengan Sepasang Sinar Inti Roh,ilmu yang kumiliki kehebatannya mungkin tidakada sepersepuluhnya. Kalau kau suka, aku bisamengajarkan dan memberikan ilmu itu padamu." "Ratu...." ujar Wiro. "Aku senang sekali men-dengar ucapanmu itu. Tapi aku sudah terlalubanyak berhutang budi padamu. Kau telahmemberikan beberapa ilmu kesaktian padaku. Akutak berani menerima budi lebih banyak. Disamping itu sebenarnya aku juga telah memilikiilmu mirip-mirip seperti yang dipunyai EyangWiro. Namanya ilmu Sepasang Pedang Dewa.Aku dapat dari Datuk Rao Basuluang Ameh,seorang mahluk setengah roh setengah manusiayang konon telah meninggal sekitar seratus tahunlalu. tapi jika dibanding dengan ilmu SepasangSinar Inti Roh milik guruku, ilmu SepasangPedang Dewa agaknya masih berada satu duatingkat di bawah...." "Wiro, jika kau bicara perihal budi, ketahuilahbudi hanyalah sekedar ucapan. Dari apa yangdidapatnya si penerima budi akan menanam danmendapatkan kebaikan di kemudian hari. Sedangsi pemberi budi sendiri tidak kehilangan apa-apa.... "Terima kasih Ratu, aku tak mau membebanidiriku dengan terlalu banyak ketanaman budi."Kata Wiro pula sambil memegang lengan RatuDuyung. Sang Ratu letakkan tangannya di atastangan Wiro yang memegang lengannya. "Wiro, aku jadi berpikir. Gurumu memiliki ilmuyang disebut Sepasang Sinar Inti Roh. Kau punya

Page 28: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 28

ilmu Sepasang Pedang Dewa, dan aku punyailmu Sepasang Pedang Sinar Dasar Samudera.Tiga ilmu kesaktian itu memiliki kesamaan. Sama-sama keluar dari dalam mata. Menurutmu apakahketiganya tidak bersumber pada ilmu yang sama?Warisan dari seorang tokoh sakti mandragunayang sama?" Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepalanya. "Bisa jadi. Tapi siapa yang mau menyelidik?"Wiro diam sebentar lalu melanjutkan ucapannya."Ratu Duyung, saat ini kita tengah menghadapisatu urusan besar. Aku tahu kau ada perselisihandengan Bunga. Tetapi ketulusan hatimumenunjukkan bahwa budimu begitu luhur. Kaumasih mau membantu aku untuk menyelamatkangadis dari alam roh itu...." Ratu Duyung diam saja. Dalam hati diaberkata. "Tak mungkin bagiku untuk mengatakanterus terang padamu Wiro. Bahwa aku menolonggadis alam roh itu semata-mata karena cintakasihku padamu. Sebagai manusia biasa aku tidakbisa melepaskan diri dari berbagai rasa danharapan." Perlahan-lahan Ratu Duyung sandarkankepalanya ke dada bidang berotot Wiro. Sangpendekar merangkul bahu Ratu Duyung, me-meluknya erat-erat lalu perlahan-lahan rundukkankepala mencium kepala gadis itu. Ratu Duyungtengadahkan wajahnya. Ketika dia menarik mesrakepala sang pendekar dan sesaat lagi bibir merekaakan saling kecup, tiba-tiba Wiro sadar. Jari-jaritangannya ditempelkan di atas bibir sang darahingga bibir mereka tidak jadi saling bersentuhan. "Kita tengah menghadapi urusan besar.Seperi katamu tadi jangan perasaan kitamempengaruhi pikiran." Ratu Duyung buka sepasang matanya yangbagus yang barusan sempat dipejamkan,mendesah lirih.

Page 29: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 29

"Sejak lama aku merindukan keadaan sepertiIni Wiro. Kau dan aku berdua-dua. Tapi...." RatuDuyung menarik nafas dalam. "Aku mengerti.Kita tengah menghadapi urusan besar. Mungkinaaja penguasa kawasan ini tidak suka melihattindak tanduk kita hingga apa yang kita harapkandari mereka tidak kesampaian. DI BALIK serumpunan semak belukar lebattak jauh dari tempat Wiro dan Ratu Duyungberada, dua gadis cantik yang sejak tadi sembunyimemperhatikan Wiro dan Ratu Duyung sama-sama kelihatan jengah paras masing-masing.Keduanya lalu sama-sama menarik nafas panjang. "Anggini, aku tak mau lebih lama berada ditempat ini. Lebih baik kita pergi sekarang juga...."Yang bicara adalah gadis berpakaian biru tipisdan tubuhnya menebar bau harum. Dia bukanlain Bidadari Angin Timur, gadis yang selama inibegitu mendalam cintanya terhadap Wiro. Dadanya terasa sesak. Sepasang matanya berkaca-kaca. Gadis di sebelahnya yaitu Anggini, pegangtangan Bidadari Angin Timur. Dua tangan yangsaling berpegangan itu sama berkeringat dandingin. "Aku tahu perasaanmu, sahabatku," kataAnggini yang bicara sambil memandang kejurusan lain karena dua matanya juga tampakmulai basah. Walau dia sadar sepenuhnya bahwaperjodohannya dengan Pendekar 212 WiroSableng sulit akan menjadi kenyataan, namun diatidak bisa menipu diri sendiri. Saat itu rasacemburu menyumpal relung hatinya karenaseperti Bidadari Angin Timur dia pun mengasihiWiro. KETIKA sang surya masuk ke titik tengge-lamnya, kawasan samudera selatan mulaidiselimuti kegelapan. Keheningan alam hanyaditandai oleh tiupan angin yang kini terasa agak

Page 30: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 30

mencucuk. "Sudah saatnya Wiro," kata Ratu Duyung. "Pegang lengan kiriku. Jangan lepaskansebelum kepalamu berada tiga tombak di bawahpermukaan air. Nanti aku akan memberi tanda.Kau siap?" Wiro mengangguk. Dia merasa sedikit tegang.Ratu Duyung angkat tangan kirinya. Wiro segerapegang lengan gadis itu. Satu hawa aneh mengalir masuk ke dalam tubuh Pendekar 212. Hawa ini merambat lebih banyak di bagian dada, leher, jalan pernafasan termasuk hidung dan mulut serta mata. Inilah hawa sakti yang bisa membuat Wiro berada dalam lautan seperti dia berada di daratan. Wiro dan Ratu Duyung melangkah bergan-dengan tangan di atas pasir pantai. Pecahanombak membasahi kaki dan pakaian mereka. Saatdemi saat sepasang kaki ke dua orang itumemasuki air laut semakin dalam. Ketika air lautmencapai pinggang Wiro mulai merasa dingin. Disebelahnya Ratu Duyung tampak tenang. Air laut naik sampai ke dada. Terus naikmencapai leher. Tak selang berapa lama kepalakedua orang itu tak kelihatan lagi, lenyap di bawah permukaan air. Di dalam air Wiro melangkah terus. Gerakannya tambah cepat. Air laut bersibak keras di kiri kanannya. Wiro mengikuti. Tangannya memegang lengan si gadis erat-erat. Kemudian dia merasakan dua kakinya tidak menginjak pasir lagi. Di sebelahnya Ratu Duyung mulai berenang. Wiro ikut berenang. Lalu sang Ratu sentakkan tangan kirinya. Itulah tanda yang dikatakan Ratu Duyung. Berarti saat itu mereka telah berada tiga tombak di bawah permukaan air laut. Wiro lepaskan pegangannya pada lengan kiri Ratu Duyung. Lalu dia sadar kalau dia belum mengerahkan Ilmu Menyusup Pandang. Segera dia keluarkan ilmu ini. Satu

Page 31: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 31

keanehan serta merta terasa. Keadaan yang tadi remang-remang kini menjadi lebih terang seolah dia berada di udara terbuka dalam keadaan rembang sore.

Page 32: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 32

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

4AKIN jauh masuk ke dasar samudera airlaut terasa tambah dingin. Wiro terpaksakerahkan hawa sakti hangat ke sekujur tubuh agar gerakannya berenang tidak

kaku. Saat itu dia tertinggal jauh di belakang Ratu Duyung. Di satu tempat Ratu Duyung berhenti, menunggu sampai Wiro mendekat. Gadis ini kemudian menunjuk ke arah depan. Memandang ke arah yang ditunjuk, di kejauhan Wiro melihat satu dinding batu kelabu, membujur dari kiri ke kanan. Demikian tinggi dan panjangnya dinding ini hingga tidak kelihatan bagian atas dan tak tampak ujung jari kiri maupun kanan. Lapat-lapat Wiro mendengar suara bebunyian seperti alunangamelan. Wiro hendak membuka mulut bertanya. Airlaut langsung masuk ke dalam mulutnya. RatuDuyung mengangkat tangan memberi tanda laluberkata. "Wiro, kau belum masuk ke dalam kawasankekuasaan Nyi Roro Agung. Jadi belum mampuuntuk bicara. Dengar saja apa yang aku ucapkan."Ratu Duyung menunjuk ke arah dinding kelabu"Itu Tembok Karang Abad. Pembatas kawasankediaman Nyi Roro Agung dengan dunia luar.Tembok itu berusia ratusan bahkan ribuan tahun.Tidak satu kekuatan dari luar pun bisa menembustembok itu. Kita harus masuk melalui PintuGerbang Naga Biru. Letaknya di sebelah sana.Ikuti aku...." Ratu Duyung berenang menyusuri pinggiranTembok Karang Abadi ke arah barat. Makin jauh

M

Page 33: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 33

berenang keadaan semakin redup dan air lautbertambah dingin. Hawa panas yang diandalkanWiro untuk melindungi diri dari dinginnya air lautternyata masih bisa ditembus hingga pemuda iniberenang setengah menggigil. Melihat Wirosering-sering tertinggal di belakang dan caraberenangnya yang tersendat-sendat Ratu Duyungsegera dekati si pemuda. Telapak tangankanannya ditempelkan ke dada Wiro lalu perlahan-lahan dia alirkan hawa sakti ke dalam tubuh sangpendekar. Tak selang berapa lama Wiro mera-sakan tubuhnya menjadi hangat dan peman-dangannya jernih kembali. Dia angguk-anggukkankepala pada Ratu Duyung sebagai tanda ucapan terima kasih. Ratu Duyung kembali berenang ke arah barat.Di kejauhan Wiro melihat ada bagian dindingberbcnluk gapura tinggi. Di atas gapura bergelungpatung besar seekor naga berwarna biru. Agaknyaitulah Pintu Gerbang Naga Biru, pikir Wiro. Hanya beberapa belas tombak menjelangsampai ke Pintu Gerbang Naga Biru, tiba-tibapada Tembok Karang Abadi kelihatan dua belastitik bercahaya terang kebiruan. Titik cahaya inimakin lama makin besar dan tambah terang. Laluselagi Wiro memperhatikan dan bertanya cahayaapa gerangan itu adanya tiba-tiba bett... bett...bett! Dua belas titik terang menembus tembok. Dilain kejap kelihatan dua belas sosok gadisberwajah cantik berambut panjang tergeraimelesat dalam air dan dalam waktu singkat telahmengurung Wiro serta Ratu Duyung. Di tanganmasing-masing gadis cantik tergenggam sebuahtongkat memancarkan warna biru terang. Yang membuat murid Sinto Gendeng jaditerkesima bukan saja kecantikan wajah dua belasgadis, bukan pula rambut yang hitam tergerailepas, bukan kehebatannya yang sanggupmenembus dinding karang. Tetapi juga pakaian

Page 34: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 34

yang begitu minim yang melekat di tubuh duabelas gadis hingga keadaan mereka nyaris polos.Selagi Wiro terkagum-kagum begitu rupa, tiba-tiba salah seorang gadis yang memegang tongkatpaling besar membentak. Agaknya dia adalahpimpinan dari rombongan gadis-gadis cantik itu. "Siapa berani mati memasuki kawasankekuasaan Nyi Roro Agung tanpa izin?" Wiro garuk-garuk kepala tak bisa menjawab.Gadis yang barusan bicara melesat ke arahnya.Tongkat biru menyala disorongkan ke depankepala Pendekar 212. "Ah...." Gadis pembawa tongkat besarkeluarkan seruan tertahan. Dia tidak menyangkaorang yang berada di hadapannya ternyata seorang pemuda berwajah sangat gagah. Belasantahun hidup di dasar samudera baru hari itu diamelihat pemuda segagah yang ada dihadapannya.Tapi ingat tugas, dia tak mau larut dalamperasaan. Kembali gadis ini membentak. "Kau siapa? Apa keperluanmu berada ditempat ini?!" "Nyi Kantili, aku yang membawa pemuda ituke sini. Harap maaf kalau aku tidak sempatmemintakan izin. Waktu dan kemampuankusangat terbatas." Satu suara tiba-tiba menggemadi dalam air. Nyi Kantili dan sebelas gadis bertongkat birumenyala sama palingkan kepala ke arah kiri. Duabelas gadis ini keluarkan seruan pendek ketikamengetahui siapa yang barusan bicara. "Ratu Duyung! Ah, kau rupanya...." ujar gadisbernama Nyi Kantili. "Kawan-kawan, berikanpenghormatan pada Ratu Duyung!" Dua belas gadis di bawah pimpinan Nyi Kantilimembungkuk dalam sambil membabatkan tongkatmasing-masing dua kali berturut-turut. "Nyi Kantili dan para sahabat. Terima kasihatas penghormatan itu. Rasanya semua itu tidak

Page 35: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 35

perlu lagi diberikan padaku. Kita ini hidup dalamalam yang berbeda...." "Ratu Duyung, walau bagaimanapun kauadalah yang pernah menjadi pimpinan dan sa-habat kami. Kami merasa bahagia bisa bertemulagi dengan dirimu." Nyi Kantili melirik pada Wirolalu bertanya. "Ratu Duyung, kalau kami bolehbertanya siapakah adanya pemuda ini? Kau tadiberkata bahwa kaulah yang membawa dirinya kesini." "Nyi Kantili, pemuda ini bernama WiroSableng, berjuluk Pendekar 212. Beberapa waktulalu dia telah pernah datang ke kawasankekuasaan Nyi Roro Agung namun waktu itukami datang dari arah Pangandaran hingga kautidak berkesempatan menemuinya karenatugasmu di wilayah ini. Jauh dari Pangandaran...." "Hmm.... Kami memang pernah mendengarperistiwa hebat itu. Waktu itu walau tidak bisamenemui dirimu tapi kami para sahabat merasabahagia bahwa kau berhasil lepas dari hukumkutukan...." "Semua berkat pertolongan pemuda bernamaWiro ini," kata Ratu Duyung pula. "Ooh, jadi dia...?" Kembali Nyi Kantili dansebelas gadis lainnya arahkan pandangan padawajah gagah Pendekar 212. "Ratu Duyung, harap kau suka memberi tahu maksud kehadiranmu di sini. Kami tidak bisa terlalu lama berada di luar Tembok Karang Abadi." "Aku mengerti," jawab Ratu Duyung. "NyiKantili, untuk satu keperluan sangat pentingpemuda sahabatku ini ingin bertemu dengan NyiRoro Manggut. Aku minta pertolonganmu danpara sahabat untuk membawanya ke hadapan NyiRoro Manggut. Tentunya setelah mendapat izindari Nyi Roro Agung." "Apa yang kau mintakan akan kami lakukan.Namun kami tak bisa mengajakmu serta...."

Page 36: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 36

"Nyi Kantili, aku tahu. Sejak perubahan dirikuaku tidak bisa keluar masuk kawasan kediamanNyi Roro Agung sebebas seperti dulu lagi.Sampaikan salam hormatku pada Nyi Roro Agungdan Nyi Roro Manggut. Aku akan tetap berada disini sampai pemuda sahabatku selesai denganurusannya." "Ratu Duyung, kami akan menolong sebisayang kami lakukan. Kami merasa senang bisabertemu denganmu. Kami harus pergi sekarang,"kata Nyi Kantili. Ratu Duyung mengangguk dan lambaikantangan. Pada Wiro dia berkata. "Ikutlah bersamaNyi Kantili dan kawan-kawannya. Ingat, begitukau sampai di balik Tembok Karang Abadi kaubaru bisa bicara." Wiro lambaikan tangan pada Ratu Duyunglalu bergerak mengikuti Nyi Kantili dan sebelasgadis lainnya. Kalau tadi mereka keluar dengancara menembus Tembok Karang Abadi makakarena membawa Wiro para gadis itu melewatiPintu Gerbang Naga Biru. Di hadapan pintu gerbang Nyi Kantili membuatgerakan-gerakan seperti menusuk, membabat danmembacok dengan tongkat besar biru bercahayadi tangan kanannya, gerakan-gerakan itu bukangerakan sembarangan karena merupakan sem-bilan gerakan rahasia yang mampu membukaPintu Gerbang Naga Biru. Selesai membuatgerakan sembilan, secara aneh pintu gerbangyang terbuat dari batu kelabu dan memiliki duabuah daun pintu mengeluarkan suara berdesirlalu bergerak membuka ke dalam. Enam orang anak buah Nyi Kantili melesatmasuk. Nyi Kantili sendiri memberi isyarat padaWiro agar mengikuti. Sebelum bergerak Wiroberpaling pada Ratu Duyung. Setelah lambaikantangan murid Sinto Gendeng ini segera berenangmelewati pintu. Pada saat kepalanya tepat berada

Page 37: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 37

di bawah pintu gerbang, tiba-tiba terdengar suaramenggemuruh. Air laut bergelombang menim-bulkan gelembung-gelembung aneh. Pintugerbang bergetar, mengeluarkan suara berderik.Ada sesuatu bergerak di atas sana. Ketika NyiKantili dan anak buahnya mendongak ke atasmereka sama mengeluarkan pekik terkejut. Patung Naga Biru besar yang melingkar di atas pintu gerbang kelihatan menggerakkan kepala dan ekornya. "Nyi Kantili! Patung Naga Biru hidup!" seruseorang anak buah Nyi Kantili. "Batara Tunggal! Gusti Allah Maha Kuasa!"mengucap Nyi Kantili dengan suara gemetarsementara sebelas anak buahnya menunjukkanwajah pucat. Bagaimana mungkin selama ratusantahun patung Naga Biru yang terbuat dari batu,mendekam diam kaku membatu tiba-tiba kini bisamenggerakkan kepala dan ekor seolah hidup!" Di tempatnya berdiri Ratu Duyung juga ikutterkejut. "Ya Tuhan, pertanda apakah ini?" membatin sang Ratu lalu bergerak menjauh menjagasegala kemungkinan. Di atas pintu gerbang besar Naga Biru bukamulutnya. Air menyembur dari dalam mulutdisertai suara menggumuruh yang membuatSeantero tempat kembali bergetar. Lidah menjulurmerah, taring mencuat mengerikan. Tiba-tibabinatang itu bergerak meluncur ke bawah. Nyi Kantili mendorong punggung Wiro. "Pendekar 212 lekas masuk!" Wiro melesat melewati bagian bawah pintugerbang. Nyi Kantili mengikuti, disusul lima gadisanak buahnya yang berada di sebelah belakang.Tapi lebih cepat dari gerakan orang-orang itu, diatas sana Naga Biru meluncur ke bawah. Air lautlaksana terbelah. Tepat pada saat semua orangsudah masuk ke dalam dan pintu gerbang tertutup

Page 38: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 38

kembali, sosok Naga Biru telah melingkar dihadapan mereka. Badan bergelung di dasarsamudera sedang kepala tegak mendongak siaphendak menerkam. "Celaka! Bertemu Nyi Roro Manggut sajabelum! Ternyata nyawaku akan amblas di tempatini!" membatin Pendekar 212.

Page 39: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 39

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

5ITA tinggalkan dulu peristiwa hebat yang terjadi di balik Tembok Karang Abadi, di belakang Pintu gerbang Naga Biru. Kita

kembali pada Adipati Jatilegowo yang tengah memacu kudanya ke arah derap kaki kuda di kejauhan. Siapa pun penunggang kuda di depan sana dia yakin adalah orang yang telah melarikan Nyi Larasati. Pengejaran yang dilakukan Jatilegowomemasuki hutan jati di sebelah barat Tegalrejo.Di satu bebukitan sekeluarnya dari hutan jatiJatilegowo melihat orang yang dikejarnyamenyusuri anak Kali Progo menuju ke selatan.Karena kenal betul seluk beluk kawasan itu,Jatilegowo menuruni bukit; mengambil jalanmemotong. Tak selang berapa lama dia berhasilmendahului orang yang dikejarnya lalumenghadang di satu jalan mendaki. "Jahanam! Tanganku .sudah gatal inginmenghajar bangsat minta mampus berani matimelarikan Nyi Larasati!" kata Jatilegowo. Tanpaturun dari kudanya lelaki tinggi besar ini keluarkanBadik Sumpah Darah. Dengan ujung senjata saktiini dia membuat torehan dalam seputar batangsebuah pohon lalu menunggu. Tak selang berapalama di kejauhan kelihatan seorang penunggangkuda menuruni bukit dengan cepat. Di pang-kuannya melintang sosok seorang perempuanyang bukan lain Nyi Larasati adanya. Beberapa tombak lagi penunggang kuda ituakan sampai di tempatnya berada, Jatilegowodorong kuat-kuat bagian atas batang pohon yang

K

Page 40: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 40

telah ditorehnya. "Kraaakkk!" Pohon cukup besar itu berderak patah lalutumbang menggemuruh, jatuh melintang di tengah jalan. Kuda yang tengah berlari cepat di jalan menurun meringkik keras, coba hentikan larinya. Akibat berhenti mendadak dua orang yang ada di atas punggungnya mencelat mental. Nyi Larasati mencelat lebih tinggi dan lebih jauh sementara si penunggang kuda yang rupanya memiliki kepandaian cukup tinggi, walau terlempar begitu rupa namun ketika jatuh ke tanah dia masih mampu tegak di atas dua kakinya. Malah dengan sigap dia membuat gerakan kilat ke arah jatuhnya sosok Nyi Larasati. Sebelum tubuh janda yang masih dalam keadaan tertotok itu jatuh ke tanah dengan cepat orang ini membawa Nyi Larasati ke tempat yang dianggapnya aman. Namun baru bergerak empat langkah tiba-tiba satu bayangan tinggi besar berkelebat di depannya. Satu bentakan menggeledek. "Jahanam Loh Gatra! Kau rupanya!" Orang yang mendukung dan menyelamatkan Nyi Larasati saat itu memang adalah Loh Gatra, pemuda cakap cucu Ki Sarwo Ladoyo, sesepuh Kadipaten Temanggung. Dalam Episode pertama (Badik Sumpah, Darah) dikisahkan bagaimana Loh Gatra atas perintah kakeknya pergi ke satu bukit kapur di selatan Gunung Merbabu untuk mencari orang tua berjuluk Kakek Segala Tahu. Dari kakek ini diharapkan bisa didapat keterangan mengenai di mana beradanya Pendekar 212 Wiro Sableng. Menurut Ki Sarwo Ladoyo, Wiro adalah satu- satunya orang rimba persilatan yang bisa menolong Nyi Larasati dari maksud jahat Adipati Jatilegowo serta menyelamatkan Kadipaten Temanggung dari kehancuran. Dalam perjalanan menuju bukit kapur Loh

Page 41: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 41

Gatra dihadang oleh tiga orang tak dikenal. Ketiga orang itu kemudian diketahui adalah orang-orang suruhan Adipati Jatilegowo yang berusaha menggagalkan rencana Loh Gatra untuk mencari Kakek Segala Tahu dan Pendekar 212 Wiro Sableng. Dalam keadaan terdesak hebat dan luka muncullah Wiro menyelamatkan Loh Gatra. Loh Gatra sendiri tidak tahu kalau yang telahmenolongnya itu sebenarnya adalah Pendekar212 yang tengah dicarinya. Ketika beberapa waktu kemudian Jatilegowodan rombongannya muncul di KadipatenTemanggung dan memaksa Nyi Larasati untukdijadikan istri, keributan tak dapat dihindari.Dalam kemarahan yang menggelegak Jatilegowoberlaku nekad hendak menghabisi Nyi Larasatidengan pukulan "Dua Gunung Meroboh Langit."Saat itulah Loh Gatra berkelebat menghadang.Dengan bersenjatakan sebilah keris saktipemberian kakeknya Ki Sarwo Ladoyo yakni kerisTumbal Bekisar, Loh Gatra menyabung nyawamenyelamatkan Nyi Larasati yang diam-diamdicintainya. Namun ilmu silat Loh Gatra masihjauh di bawah tingkat ilmu silat yang dimilikiJatilegowo. Pemuda itu tak sanggup menghadapipukulan "Dua Gunung Meroboh Langit." bahkankakeknya ikut kena hantaman hingga cidera berat. Di saat-saat genting begitu rupa mucul Wiro.Sebelumnya di Kadipaten Temanggung telah lebihdulu muncul pemuda gendut Bujang Gila TapakSakti. Bagaimanapun hebatnya Jatilegowo,Adipati ini tak mungkin menghadapi dua pendekaryang tingkat kepandaian silat dan kesaktiannyatelah menggegerkan rimba persilatan tanah Jawaitu. Tapi Jatilegowo tetap nekad. Apalagi dia tahubahwa Wiro-lah yang telah membuat tanda bekaskecupan di leher istri mudanya. Maka Jatilegowo

Page 42: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 42

perintahkan pasukannya untuk menyerbu Kadipaten Temanggung. Wiro masih mau memberi nasihat agar Jatilegowo membawa pasukannya kembali keSalatiga. Ketika Adipati ini masih tetap keraskepala maka bersama Bujang Gila Tapak SaktiWiro menggembosi ilmu "Dua Gunung MerobohLangit" yang dimiliki Jatilegowo. Bahkan tidakcuma sampai di sana. Dengan ilmu "MenahanDarah Memindah Jazad" yang didapatnya diNegeri Latanahsilam, Wiro seenaknya memindahkan hidung Andipati Jatilegowo ke kening. Dalam keadaan babak belur habis-habisan serta dihina demikian rupa Jatilegowo bersamapasukannya akhirnya tinggalkan KadipatenTemanggung. "Pemuda jahanam! Turunkan Nyi Lara! Laludatang berlutut di hadapanku untuk menerimakematian!" Bentakan Jatilegowo tidak membuat takut LohGatra. Pemuda ini malah menjawab dengan suaratak kalah keras. "Pelajaran dari Pendekar 212 dan Bujang GilaTapak Sakti rupanya tidak membuatmu jera! Kaumasih berkeliaran meneruskan niat kejimu! NyiLara tidak suka padamu! mengapa memaksamalah menculiknya! Kebejatanmu bukan cumasampai di situ. Kau telah membunuh kakekku!" "Pemuda keparat! Bagus kalau kau sudahtahu kalau kakekmu telah jadi bangkai! Sebentarlagi kau akan segera menyusul kakekmu itu! Kaumencampuri urusanku telah kelewat jauh.Turunkan Nyi Lara! Atau kalian berdua akankubantai sekaligus!" Loh Gatra tidak takut ancaman Jatilegowoterhadap dirinya. Tapi jika Nyi Larasati sampaicidera, itu yang dikawatirkannya. Karenanyapemuda ini segera baringkan tubuh Nyi Larasatidi bawah sebatang pohon.

Page 43: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 43

"Bagus! Sekarang datang ke hadapanku untukmenerima kematian!" kata Jatilegowo begitu LohGatra selesai membaringkan tubuh Nyi Lara ditanah. Loh Gatra balikkan badan. Begitu dia menghadapi Jatilegowo di tangan kanannya pemuda ini telah menggenggam sebilah keris terbuat dari perak murni, memancarkan cahaya terang berkilauan. Inilah Keris Tumbal Bekisar, pemberian Ki Sarwo Ladoyo kakeknya. Dulu ketika bertempur melawan Jatilegowo, kalau tidak memegang senjata bertuah ini Loh Gatra niscaya menemui ajal dihantam pukulan "Dua Gunung Meroboh Langit." Loh Gatra menyaksikan sendiri bagaimana Pendekar 212 Wiro sableng dan temannya si gendut Bujang Gila Tapak Sakti memusnahkan ilmu pukulan "Dua GunungMeroboh Langit" yang dimiliki Jatilegowo. Karenaitu dia yakin kali ini dia akan dapat menghadapiAdipati Salatiga itu, menyelamatkan Nyi Larasatidan sekaligus menuntut balas atas kematiankakeknya. Si pemuda sayangnya tidak tahu, walauJatilegowo tidak lagi memiliki ilmu pukulan maut"Dua Gunung Meroboh Langit", namun dia kinimembekal sebilah senjata sakti mandraguna yangkehebatannya lebih dahsyat dari ilmu pukulanitu. Jatilegowo sunggingkan senyum mengejek. "Ternyata kau masih menyimpan senjatarongsokan itu! Kau mau membunuh aku dengankeris itu?! Silakan maju! Cari bagian tubuhkupaling empuki' Dengan sikap menantang tapi air mukamerendahkan Jatilegowo buka dada bajunya lalutangannya dilambaikan memberi isyarat agar LohGatra mendekat. Diejek dan dianggap enteng seperti itu LohGatra jadi terpancing marah. Tenaga dalamdialirkan ke tangan kanan hingga pancaran

Page 44: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 44

cahaya Keris Tumbai Bekisar tambah terang. "Lihat serangan!" teriak Loh Gatra. Tubuhnyamelesat ke depan. Keris Tumbal Bekisar lenyap,berubah menjadi cahaya kemilau, membeset kearah dada lalu membabat ke atas mengincartenggorokan! Inilah jurus yang disebut "BekisarMenyabung Gunung Menghujat Matahari". "Loh Gatra! Jurusmu hanya pantas untukmenyerang anak kecil!" teriak Loh Jatilegawa lalusambil tertawa bergelak dia mundur dua langkah.Begitu serangan keris lewat dia gerakkan tangankanan untuk memukul hancur sambungan sikukanan lawan. Tapi Loh Gatra cepat merubahkedudukan kakinya, dengan tubuh dimiringkandia kembali membabatkan Keris Tumbal Bekisar.Suara angin menggidikkan menderu dahsyatkeluar dari ujung runcing dan badan keris. KaliIni yang diarah adalah lambung Jatilegowo hinggamanusia tinggi besar ini berseru kaget dan cepatmelompat selamatkan perutnya. Loh Gatra tak mau memberi kesempatan.Jurus "Bekisar Menyabung Topan" yang tadigagal diteruskannya dengan jurus "BekisaiMenyabung Dinding Karang." Keris di tangan LohGatra bergetar demikian rupa hingga kelihatanseolah berubah menjadi enam buah, menderuganas dari pinggang kiri ke arah dada kanan,begitu tidak mengenai sasaran membalik daribahu kanan ke arah leher! "Hebat!" teriak Jatilegowo. Dia kembangkantangan kirinya untuk menangkis serangan mautKeris Tumbal Bekisar. "Wuuutt!" "Craasss!" Keris Tumbal Bekisar menancap tepat dipertengahan telapak tangan kiri Jatilegowo. Ketikakeris itu dicabut darah langsung menyembur.Anehnya walau cidera begitu rupa Jatilegowoseperti tidak merasakan apa-apa. Ingat peristiwa

Page 45: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 45

sewaktu dirinya diserang oleh mahluk anehpeliharaan Sarontang? Walau dua lengannyakoyak besar berlumuran darah namun dia tidakmerasakan apa-apa. Ini adalah berkat kesaktian Badik Sumpah Darah yang seolah telah menyatu dengan tubuhnya. Sementara Loh Gatra terkesima melihat sikaplawan, dengan tenang Jatilegowo keluarkan BadikSumpah Darah. Senjata ini kemudiandiusapkannya ke telapak tangan kirinya. Sertamerta luka bekas tusukan keris di telapak tanganitu sirna bahkan darah yang mengotori tanganJatilegowo ikut lenyap. "Luar biasa! Ilmu apa yang dimiliki Adipatijahanam ini!" membatin Loh Gatra. "Dia mampumenahan sakitnya luka! Badiknya mampu menyembuhkan cidera!" Di hadapan Loh Gatra Jatilegowo tertawamengekeh. "Aku minta agar kau memilih bagian tubuhkupaling empuk! Kau cuma menusuk telapak tanganku! Ha... ha... ha! Sekarang giliranku mencari bagian tubuhmu yang lunak! Lihat badik!" Habis berkata begitu Jatilegowo menerjangsambil babatkan Badik Sumpah Darah. Sinar birukehitaman berkiblat angker disertai derumenggidikkan. Loh Gatra maklum kalau senjata di tanganlawan bukan senjata sembarangan. Dia cepatmenyingkir ke kiri sambil susupkan Keris TumbalBekisar di arah bawah tangan lawan. Ujung kerismengarah tepat ke jantung Jatilegowo. Yangdiserang menyeringai sinis dan keluarkan suaramendengus. Tiba-tiba tubuh besar Jatilegowomelesat ke atas. Tapi setengah jalan tubuh yangmelayang itu menukik ke bawah. Badik SumpahDarah membabat ganas ke arah kepala Loh Gatra.

Page 46: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 46

Jurus "Bekisar Menyusup Mega" yangdilancarkan Loh Gatra ke arah jantung Jatilegowodisambut lawan dengan jurus "Badik SaktiMenebas Genta". Sebenarnya saat itu serangan Loh Gatramaupun Jatilegowo masih bisa dielakkan olehmasing-masing pihak. Namun tidak terduga tumitkanan Loh Gatra terserandung akar pohon yangmenyembul di permukaan tanah. Walau hanya Sebentar dia kehilangan keseimbangan namunJatilegowo tidak menyia-nyiakan kesempatan.Badik di tangan kanan Adipati Salatiga ini berkelebat ganas ke arah muka cucu Ki Sarwo Ladoyo! Dalam keadaan seperti itu tidak adakemungkinan bagi Loh Gatra untuk selamatkandiri dengan cara mengelak atau singkirkan dariserangan lawan yang datang cepat luar biasa.Satu-satunya jalan untuk cari selamat ialahdengan cara menangkis badik lawan dengan kerisdi tangan. "Traang!" Dua senjata sakti saling bentrokan di udara.Dua cahaya biru kehitaman dan putih berkilauanbersabung. Bunga api memercik berpijaran. Loh Gatra keluarkan seruan tertahan. Denganmuka pucat pemuda ini melompat setengahtombak ke belakang. Ketika dia memperhatikan,dalam genggaman tangan kanannya hanya tinggalgagang dan sedikit sisa badan keris. Keris TumbalBekisar telah buntung dibabat Badik SumpahDarah. Buntungannya mencelat mental entah kemana! Selagi Loh Gatra terkesiap begitu rupadidahului bentakan menggeledek tiba-tibaJatilegowo kembali menyerang. Dengan mengandalkan tangan kosong takmungkin Loh Gatra mampu menghadapi lawan.Lalu senjata apa yang akan dipergunakan? Diatak punya senjata lain selain Keris Tumbal Bekisar

Page 47: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 47

yang kini telah buntung dan berubah hitam. Untuk sedikit menghalangi serangan lawanLoh Gatra lemparkan gagang keris yang masihada dalam genggamannya lalu secepat kilat diamelompat mematah cabang sebatang pohon kecil.Dengan cabang pohon sebagai senjata, Loh Gatraberjibaku coba menyambut serangan Jatilegowo. Ganda tertawa Jatilegowo babatkan BadikSumpah Darah. "Kraakk! Kraaakk!" Beberapa kali kena dibabat badik sakti,cabang pohon yang dijadikan senjata untukbertahan oleh Loh Gatra habis dibabat buntung.Kini cabang itu hanya tinggal dua jengkalpanjangnya! "Celaka!" keluh Loh Gatra. Pemuda ini terpaksa melangkah mundur ketika Jatilegowomendatanginya dengan Badik Sumpah Darahterpentang angker di tangan kanan. "Wuuuttt!" Serangan pertama berhasil dielakkan LohGatra. "Wuttt!" Loh Gatra masih mampu selamatkan diri darisambaran badik berikutnya yang semakin dekat. Ketika serangan ke tiga dilancarkan Jati-legowo, dengan berlindung di balik kuda miliknyaLoh Gatra masih bisa bertahan. "Jahanam! Jangan harap kau bisa lolos daritanganku!" gertak Jatilegowo. Lalu saking kesalnya Adipati Salatiga ini tusukkan badik saktinya ke lambung kuda yang dijadikan tameng perlindungan oleh Loh Gatra. Kuda besar warna coklat ini meringkik kriasdua kali berturut-turut. Dua kaki depannyatersentak naik ke atas. Dari mulutnya keluar busakuning. Sekali lagi binatang ini meringkik lalutubuhnya terhempas ke tanah. Empat kakimelejang-lejang beberapa kali lalu akhirnya diam.

Page 48: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 48

Kuda malang ini menemui ajal dengan sekujurkulit sampai ke bulunya berubah menjadi hitamakibat racun luar biasa jahat dari Badik SumpahDarah! Racun badik yang berasal dari PohonTuba berusia ratusan tahun itu memang luarbiasa. Kalau kuda sebesar itu saja bisa dibuatmeregang nyawa demikian rupa, dapat dibayangkan bagaimana kejadiannya dengan tubuh manusia! Pada saat kuda coklat besar miliknya robohke tanah Loh Gatra melompat ke balik pohonbesar. Dengan cepat dia menyambar tubuh NyiLarasati untuk dibawa lari. Namun baru sempatmembungkuk, belum lagi tangannya menyentuhtubuh janda itu tiba-tiba seseorang berkelebat disampingnya dan satu tendangan keras melandapinggulnya. Tak ampun lagi Loh Gatra terlempar sampaisatu tombak, terguling-guling di tanah. Tulangpinggulnya sakit bukan kepalang, mungkin remuk. Ketika susah payah dia berusaha bangkit berdiri, tiba-tiba satu sosok tinggi besar melompat dihadapannya. Itulah Jatilegowo yang tegak menghunus Badik Sumpah Darah. Seringai maut bermain di mulutnya. "Loh Gatra! Kau bakal menunggang bangkaikudamu pergi ke neraka menyusul kakekmu! Ha...ha... ha!" "Kau mau bunuh aku! Bunuhlah! Aku tidaktakut mati!" teriak Loh Gatra sambil tangankanannya bergerak ke pinggul seperti mengurutbagian yang cidera terkena tendangan. Tapisebenarnya tangan itu menyusup ke balikpinggang pakaian di mana terselip sebuah senjatarahasia terbuat dari besi putih berbentuk bintang.Ketika tangan itu bergerak, satu cahaya putihmenderu di udara. Jatilegowo berseru kaget dan marah sekaliketika melihat ada benda melesat ke arahnya.

Page 49: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 49

"pembokong jahanam!" maki Jatilegowo. Diacepat miringkan kepala ke kiri. Tapi tak urungsaiah satu mata bintang senjata rahasia yangdilemparkan Loh Gatra masih sempatmenyerempet daun telinganya sebelah kananhingga luka dan mengucurkan darah. Didahului bentakan marah yang sekaligusmerupakan teriakan kesakitan Jatilegowomelompat sambil babatkan Badik Sumpah Darahke arah leher Loh Gatra. Cucu Ki Sarwo Ladoyoitu tak mampu membuat gerakan menyelamatkandiri atau menangkis. Pemuda ini hanya berdiamdiri seperti pasrah. Hanya sesaat lagi ujung badik beracun akanmembabat batang leher Loh Gatra tiba-tiba satubayangan putih berkelebat. Satu tanganmendorong bahu Jatilegowo hingga sosok tinggibesar Adipati Salatiga ini terjajar ke samping.Ujung badik maut lewat seujung kuku di depanleher Loh Gatra!

Page 50: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 50

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

6

DIPATI Jatilegowo berteriak marah. Sambilmembabatkan Badik Sumpah Darah diaberbalik. Bayangan putih yang tadi mendo-

rongnya cepat melompat mundur. Dua tangandipentang ke depan. Saat itu juga udara di tempatitu terasa dingin luar biasa. "Jahanam! Kau rupanya!" teriak Jatilegowoketika melihat siapa yang berdiri cengengesan didepannya sambil mengipas-ngipaskan kopiahhitam ke mukanya yang bulat gembrot, merahkeringatan. "Jahanam! Kau rupanya! Sama!" Orang itukeluarkan ucapan meniru bentakan Jatilegowolalu tertawa gelak-gelak. Suara tawanya inimembuat gelombang udara dingin sepertimencucuk. Jatilegowo kertakkan rahang berusahabertahan. Loh Gatra terbungkuk-bungkuk, sekujurtubuh menggigil. Sementara Nyi Larasati yangterbujur kaku di bawah pohon juga merasa adaudara dingin menyelimuti hingga janda cantik inibergeletar sekujur tubuhnya. Di hadapan Jatilegowo saat itu berdiri seorangpemuda gemuk luar biasa, rambut gondrong.celana hitam komprang, baju terbalik dan sehelaikain sarung butut melintang di atas bahunya. Ditangan kanannya si gendut ini memegang sebuahpeci hitam yang dikipas-kipaskan ke wajahnyayang keringatan. Aneh, sementara semua orangkedinginan dia sendiri kepanasan dan keringatan.Padahal udara dingin yang menyungkup seanterotempat itu adalah hasil perbuatannya!

A

Page 51: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 51

"Gendut jahanam! Kau memang masuk dalamdaftar kematian manusia-manusia keparat yangakan kubunuh! Berani datang sendiri, hingga akutidak susah-susah mencari!" "Bujang Gila Tapak Sakti...." ujar Loh Gatrayang mengenali siapa adanya si gendut. Diamerasa bersyukur atas kemunculan pemuda yangtelah menyelamatkan dirinya dari tangan mautJatilegowo. Dia lantas ingat bagaimana bersamaPendekar 212 Wiro Sableng dulu bukan sajaAdipati Salatiga itu telah dipermainkan, malahdigembosi ilmu kesaktiannya. Dan di saat itupula Loh Gatra ingat, bukankah Pendekar 212waktu itu secara aneh telah memindahkan hidungJatilegowo ke keningnya? Bagaimana sekarangcacat wajahnya itu pulih dan hidungnya kembaliberada di tempat semula? Jatilegowo sendiri juga ingat, pemuda gendutinilah dulu yang mempermalukannya habis-habisan, menggembosi kesaktiannya hingga diakehilangan ilmu pukulan hebat yang disebut "DuaGunung Meroboh Langit." Tidak heran kalauJatilegowo sangat mendendam dan inginkankematian Bujang Gila Tapak Sakti sebagaimanadia juga ingin membunuh Pendekar 212 WiroSableng. "Eh!" seru Bujang Gila Tapak Sakti sambilmenuding Jatilegowo. "Dulu kawanku memindahhidungmu ke jidat! Sekarang mengapatampangmu bisa bagus kembali? Tukang soldermana yang pandai mendadani tampangmu?!Kalau aku bisa bertemu dia akan kumintamemindahkan kemaluan kuda yang mati itu keatas hidungmu biar tampangmu tambah bagus!"Habis berkata begitu Bujang Gila Tapak Saktitertawa gelak-gelak hingga dadanya yang gembrot dan perutnya yang buncit berayun-ayun. Amarah Jatilegowo dihina seperti itu jadimeledak. Asap tipis mengepul dari ubun-ubunnya.

Page 52: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 52

Tangannya yang memegang Badik Sumpah Darahbergetar. Tanpa banyak bicara, didahului suaramenggembor keras Jatilegowo melompat ke arahsi gendut. Badik sakti berkiblat di udara. "Wah, marah dia rupanya!" Bujang Gila TapakSakti tertawa lebar, peci kupluk hitam di tangankanan cepat disungkupkannya ke kepala. Lalutangan kanannya diangkat ke atas, telapakmengembang terbuka diarahkan pada Jatilegowo. Satu gelombang angin dingin luar biasamenggempur Adipati Salatiga itu. Sesaattubuhnya mengambang di udara, tertahan takbisa maju. Tapi begitu tangan kanannyamembabatkan Badik Sumpah Darah ke depandan selarik sinar biru kehitaman berkiblat,gelombang hawa dingin yang menahan gerakanserangannya serta merta terbelah buyar! Bujang Gila Tapak Sakti berseru kaget ketikamerasakan hawa dingin yang dilepasnya jebolbahkan bergerak membalik menyerangnya.Dengan cepat dia kibaskan tangan kiri. Seranganhawa dingin terpental ke samping. Baru saja diaselamat dari gelombang dahsyat miliknya sendiritiba-tiba senjata di tangan lawan telah membesetdi depan kepalanya! "Edan!" maki Bujang Gila Tapak Sakti. Tu-buhnya yang gendut luar biasa, enteng sekalimelesat beberapa langkah ke belakang. Tahubahaya dan ganasnya Badik Sumpah Darah,pemuda gendut ini cepat loloskan sarungbututnya. Dengan sarung ini dia hadapi seranganganas senjata lawan yang datang bertubi-tubi. Jatilegowo kerahkan seluruh tenaga danmenyerang dengan segala kecepatan yang bisadilakukan. Sambaran angin yang keluar dari sa-rung di tangan si gendut menahan atau membuatmental setiap serangannya. "Jahanam! Masakan hanya sehelai sarungbutut dan bau sanggup mengalahkan badik

Page 53: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 53

saktiku!" maki Jatilegowo dalam hati. Dia kerahkan seluruh tenaga dalam, genggam badiklebih erat lalu lancarkan serangan berantai laksana curahan hujan. Udara tertutup oleh larikan sinar biru kehitaman yang sabung-menyabung mengurung sosok gendut Bujang Gila Tapak Sakti. "Breett!" Satu tusukan kilat selagi sarung berkelebat diudara membuat sarung itu robek besar. BujangGila Tapak Sakti terkesiap dan maklum kalausenjata di tangan lawannya benar-benar tidakbisa dibuat main. Maka dia berseru pada pemudabernama Loh Gatra. "Loh Gatra! Lekas tinggalkan tempat ini.Selamatkan Nyi Larasati!" Mendengar teriakan si gendut, Loh Gatrasegera melompat ke arah pohon. Namungerakannya tak terduga dipotong oleh Jatilegowo.Badik Sumpah Darah kembali berkiblat, membesetudara, mencari sasaran di dada Loh Gatra.Maksud si pemuda hendak mendekati sosok NyiLarasati yang terbaring di bawah pohon gagal.Malah dadanya tak urung hampir dikoyaksambaran senjata maut di tangan Jatilegowo. "Edan!" kembali Bujang Gila Tapak Saktimemaki. "Senjata di tangan Adipati keparat ituharus bisa kurebut!" Lalu si gendut menerobosmenghadang serangan Jatilegowo kembalidengan mempergunakan kain sarung. Dalamamarahnya Jatilegowo membabat habis-habisan.Terdengar suara bret-bret berulang kali. Robekankain sarung bertebaran di udara. Sesaatkemudian, kain sarung di tangan si gendut hanyatinggal seukuran kecil sebesar sapu tangan! "Hah?!" Bujang Gila Tapak Sakti pelototkanmatanya yang belok. "Benar-benar edan!" Sigendut palingkan kepala ke arah Jatilegowo.

Page 54: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 54

"Adipati, aku minta badik saktimu! Atau akupecahkan kepalamu!" "Babi gendut! Jangan cuma mengancam!Buktikan ucapanmu!" ejek Jatilegowo dengansuara lantang. "Begitu?!" ujar Bujang Gila Tapak Sakti. Diatanggalkan kopiah hitam kupluk di kepala,berkipas-kipas beberapa kali lalu bett! Tubuhgendutnya berkelebat lenyap dan mendadakterdengar seruan kaget Jatilegowo ketika tiba-tiba lengannya yang memegang badik dicekalorang dari samping. Tahu bahaya Jatilegowo hantamkan tangankirinya. "Bukkk!" Pukulan kilat tak terduga itu memangmengenai sasaran yakni dada gembrot BujangGila Tapak Sakti, tapi sebaliknya bukkk! KeningJatilegowo juga kena dihantam pukulan tangankanan si gendut! Jatilegowo melintir kesakitan. Kepalanyaseperti pecah. Pemandangannya berkunang gelap.Di keningnya kelihatan satu benjolan besar. Disebelah bawah benjolan ada luka cukup besarmengucurkan darah. Walau cidera cukup beratbegitu rupa tapi dia berhasil selamatkan BadikSumpah Darah yang hendak dirampas lawan.Dengan senjata ini dia cepat usap keningnya.Benjolan besar serta luka yang mengucurkandarah serta merta lenyap. Bujang Gila Tapak Sakti sendiri tegaksetengah tertegun melihat kehebatan badik ditangan lawan. Sambil usap-usap dadanya yangkena dihajar orang dia berkata dalam hati. "Heran, kerbau saja jika kupukul seperti ituakan pecah kepalanya. Ilmu apa yang didapatAdipati keparat itu setelah menghilang beberapabulan. Badik di tangannya itu bukan saja meru-pakan senjata berbahaya tapi juga punya

Page 55: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 55

kemampuan pengobatan luar biasa. Aku harusberjibaku dapatkan senjata itu!" Bujang Gila Tapak Sakti sungkupkan pecikupluknya di atas kepala. Dengan tangan kosongdia kembali menyerbu Jatilegowo. Setiapserangan yang dilancarkannya dia selalu kerahkantenaga dalam tinggi yang membawa alurgelombang sangat dingin. Jatilegowo memangsempat dibuat terdesak beberapa jurus, namununtuk benar-benar mampu menembus pertahananlawan sulit dilakukan Bujang Gila Tapak Sakti.Badik di tangan Jatilegowo menjadi satu kendalaluar biasa. Malah memasuki jurus-jurus se-lanjutnya si gendut ganti terdesak. Di satu saatketika keadaannya terdesak hebat Bujang GilaTapak Sakti terpaksa keluarkan pukulan DuaPuncak Mahameru Murka. Dua gelombang anginluar biasa dingin yang memancarkan cahayaseputih salju menderu ke arah Jatilegowo. Adipati Jatilegowo ini merasakan tubuhnyaseperti ditindih dua gunung es. Lututnya goyah,kepalanya laksana leleh. Dia cepat kerahkantenaga. Ketika sosoknya hampir jatuh terdudukdi tanah, satu hawa hangat keluar dari dalamBadik Sumpah Darah, menjalar ke dalam tu-buhnya. Pada saat kekuatannya pulih kembali,Jatilegowo melesat ke udara. Mulut keluarkanbentakan garang dan tangan kanan membabat keatas. "Dess! Desss!" Dua letupan yang tidak keras tapi memijarkancahaya berapi mencuat di udara. Jatilegowoterpental satu tombak, jatuh berlutut di tanah.Mulutnya menggumam darah. Sementara BujangGila Tapak Sakti terguling menggelinding. Sosokgemuk ini tiba-tiba melenting ke udara, lalubrukkk! Jatuh duduk menjelepok di tanahl Didepannya Adipati Jatilegowo usapkan badik saktidi atas dada. Seperti tidak menderita cidera apa-

Page 56: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 56

apa sosoknya kemudian bangkit berdiri laludengan Badik Sumpah Darah terhunus di tangandia melangkah mendekati si gendut yang saat itumegap-megap berusaha mengatur jalan darah dan pernafasan. "Jangan bunuh dia!" teriak Loh Gatra sambilmemburu, berusaha menghadang Jatilegowo. "Kalian berdua sudah ditakdirkan mampusbersama!" kertak Jatilegowo. Lalu senjata ditangan kanannya ditusukkan ke dada Loh Gatra.Pemuda ini masih mampu mengelak. Namunketika Jatilegowo mengejar, memburunya denganserangan kedua, Loh Gatra tak sanggup selamatkan diri. Sewaktu Jatilegowo angkat tangan kanannya dan siap menghunjamkan senjata maut itu ke tubuh si pemuda tiba-tiba satu bayangan berkelebat di balik pohon besar. Lalu terdengar suara derap kaki kuda menghambur. "Loh Gatra! Nyi Larasati diculik orang!" teriakBujang Gila Tapak Sakti. Loh Gatra terkesiap kaget. Jatilegowo jugatersentak. Loh Gatra mengejar ke arah pohon,tapi dia tidak melihat apa-apa kecuali dapatkansosok Nyi Larasati memang tak lagi di tempat itu.Jatilegowo yang sebelumnya hendak menghabisiLoh Gatra dan Bujang Gila Tapak Sakti jadi luparencana. Dia lebih mementingkan mengejar sipenculik Nyi Larasati. Maka tanpa perdulikankedua orang itu dia segera berkelebat mengejarke arah lenyapnya suara derap kaki kuda. Jatilegowo boleh dikatakan cukup mengenalseluk beluk daerah itu. Melalui jalan memotongdia mampu melakukan pengejaran dengan cepat.Namun di satu tempat tiba-tiba terdengarbeberapa kali suara letusan. Tahu-tahu kawasandi mana dia berada telah tertutup kabut tebal,membuat Adipati itu tenggelam dalam kegelapan,tak sanggup melanjutkan pengejaran.

Page 57: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 57

Untuk beberapa lamanya Jatilegowo terpaksaberdiam diri, tegak menunggu. Begitu kabut tebalsurut dan akhirnya lenyap, pertama sekali yangdilihatnya adalah sebuah pecahan benda bulat ditanah borbentuk manggis terbelah. Jatilegowoambil benda ini, memperhatikan dengan seksama.Dia mengenali. "Sarontang keparat! Dia lagi! Aku pernahmelihat benda ini di tempat kediamannya. Inisalah satu senjata rahasia miliknya, jahanam!Kabut Penyesat Mata." Jatilegowo menggerammarah. Pelipisnya bergerak-gerak. Dia cabut BadikSumpah Darah yang tersisip di pinggang.Letakkan senjata sakti mandraguna ini di ataskeningnya. Lalu mulutnya berucap. "Darah Sarontang menjadi reguk minumanmu.Nyawanya menjadi hias tumbal dirimu. Bantu akumengejar manusia jahanam itu!" Setelah simpan kembali Badik Sumpah Darahdi balik pinggangnya Jatilegowo segera tinggalkan tempat itu. Kira-kira lari sepcminuman teh ke arah timur, di satu tempat tiba-tiba diamendengar suara orang mengerang. Ingin tahudan ingin melihat siapa adanya oiang itu Jatilegowo menyelinap ke balik serumpunan semak belukar. Dia mendengar suara an menggericik. Semak belukar disibakkan, pertama sekali dia melihat sebuah pancuran bambu yang airnya mengucur ke sebuah telaga kecil berbatu-batu. Lalu di tepi telaga, duduk bersandar ke sebuah batu besar dilihatnya seorang nenek berdandan menor. Sepasang alis kereng hitam, gincu tebal menutupi bibir, pipi yang keriput diberi merah- merah. Nenek ini duduk sambil tiada hentinya mengerang kesakitan. Dia pegangi tangan kanannya yang buntung dengan tangan kiri. Sesekali dia mengambil sebuah batok kelapa. Dengan batok

Page 58: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 58

ini dia menciduk air telaga yang sejuk lalu mengguyur tangannya yang buntung. Jatilegowo keluar dari balik semak-semak. "Nek, siapa kau. Mengapa berada di tempatini dan apa yang terjadi dengan dirimu. Buntungdi tanganmu aku lihat masih baru...." Sepasang mata si nenek berputar melirik.Ketika melihat yang menegur seorang lelaki tinggibesar, dengan kumis melintang berkilat menghiasiwajahnya yang jantan garang, cahaya genitmembayang di mata si nenek. Dia mendehembeberapa kali lalu berkata. "Orang gagah berkumis tebal melintang, apamatamu sudah lamur? Hari masih begini siang,terang benderang. Kau memanggil aku nenek.Buka matamu lebar-lebar." Jatilegowo hendak tertawa bergelak. Tapiditahannya. Dia berkata. "Aku belum buta! Yangaku lihat memang seorang tua bangkaberdandan...." Jatilegowo hentikan ucapannya."Astaga!" Dia kucak-kucak matanya berulang kali.Orang yang tadi dilihatnya sebagai nenek buntungberdandan tak karuan kini tampak berupa seoranggadis berwajah cantik jelita dan tangan sempurna,berpakaian sangat tipis hingga tembus pandang,memandang ke arahnya penuh daya tarikmengundang. "Panas begini terik, kau barusan saja darisatu perjalanan jauh. Dari wajahmu aku bisamelihat ada satu perkara besar yang tengah kauhadapi. Untuk melepas lelah dan bertutur sapamembagi duka serta pengalaman, mengapa kautidak duduk di sampingku?" Habis berkata begitugadis jelita itu menggeser duduknya, sengajamemberi tempat bagi Jatilegowo. "Rejeki besar, gadis ini ternyata tidak kalahcantiknya dengan Sri Kemuning, istri mudaku.Juga tak kalah dengan kejelitaan Nyi Larasati.Tempat begini sepi, udara begini sejuk. Hanya

Page 59: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 59

aku berdua dengan dia." Jatilegowo tersenyum lebar, usap-usapdagunya. Lalu tanpa tunggu lebih lama dia dudukdi samping si gadis. "Tubuhku memang letih, aku memang dalamsatu perjalanan jauh. Dan aku memang tengahmenghadapi satu perkara besar. Sungguh luarbiasa. Gadis semudamu ini bagaimana bisamempunyai kepandaian menduga apa yang terjadidan dialami seseorang seperti yang barusan kauucapkan?" Sang dara tersenyum manis. "Raut air muka di wajahmu yang gagah takbisa ditutupi. Semua orang akan bisa menduga,bukan cuma diriku." Si gadis bicara merendah,membuat Jatilegowo tambah tertarik. "Hari begini panas, pakaian dan tubuhkukotor. Keringat kering di badan. Air telaga itutampak begitu sejuk. Ingin sekali rasanya akuterjun dan mandi." "Aneh," ucap si gadis. "Apa yang aneh?" tanya Jatilegowo. "Perasaan kita sama. Dari tadi aku ingin mandimenyejukkan diri dalam telaga. Tapi mandisendirian apa nikmatnya? Orang gagah, apakahkau mau menemani aku mandi?" Jatilegowo tertawa lebar. Tubuhnya mendadakterasa panas. Sang dara dilihatnya kedipkan mata.Lalu terdengar suaranya penuh manja. "Orang gagah mohon kau mau menolongmembukakan pakaianku." Darah di tubuh Jatilegowo semakin panasdan semakin cepat mengalirnya. Lelaki inimemang sudah cukup lama tidak berdekatandengan perempuan. Karenanya tidak tunggu lebihlama dia segera lakukan apa yang diminta sigadis. Tangannya dengan cepat melepas tali-talikecil pengikat bajunya. Sesaat kemudian, ketikapunggung dan dadanya tersingkap putih, tiba-

Page 60: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 60

tiba terdengar suara orang berkata. "Nyi Ragil, Nyi Ragil. Aku pergi tidak lama.Aku pergi mencari obat untuk menyembuhkanluka buntungan tanganmu! Tahu-tahu kau sudahbergendak dengan lelaki lain! Sungguhketerlaluan!" Suara ucapan orang membuat si gadis yangtelah terbuka setengah pakaiannya menjaditerkejut dan palingkan kepala. Saat itu juga wajahdan tubuhnya kembali berubah ke bentuk aslinyayakni sosok seorang nenek-nenek bertanganbuntung!

Page 61: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 61

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

7

ITA kembali dulu pada peristiwa setelahterjadi pertempuran hebat antara tokohgolongan putih dengan Nyi Ragil dan Si

Muka Bangkai di Bukit Menoreh (Baca Episodesebelumnya berjudul "Tahta Janda Berdarah") Satu sosok tinggi hitam dengan kepaladitancapi empat buah tusuk konde berlari secepatkilat dalam gelapnya malam, meninggalkanbayangan angker di sebelah belakang, seolah dirinya setan yang tengah gentayangan di malambuta. Sebelumnya di kepala itu ada lima tusukkonde. Namun satu di antaranya telah dipergunakan untuk menghantam Nyi Ragil dan Si Muka Bangkai yang melarikan diri. "Nyi Ragil.... Kau telah membunuh saudaraTua Gila. Aku tidak akan membiarkan dirimutenteram seumur hidup. Ke mana pun kau pergiakan kukejar." Orang yang berlari tidak tahu sudah sejauhmana dia meninggalkan Bukit Menoreh melakukan pengejaran. Dia terperangah sendiri ketika di timur muncul cahaya terang pertanda fajar telah menyingsing. Orang ini hentikan larinya. Saat itulah dia baru sadar kalau sekujur dirinya sangat letih. Dia mendengar suara kicau burung di sekitarnya. Lalu lapat-lapat ada suara riak air. Dia melangkah ke arah suara ini hingga akhirnya menemui sebuah telaga kecil di tengah kerapatan pepohonan dan semak belukar. "Aku capai sekali, haus... ingin mandi. Tapiapakah aku perlu mandi?! Hik.. hik... hik!" Orang

K

Page 62: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 62

yang tertawa jatuhkan dirinya di tepi telaga. Laludia ulurkan tangan untuk menciduk air, maksud-nya mau meneguk air telaga lalu mencuci muka. Tiba-tiba entah dari mana datangnya, entahsiapa yang bicara terdengar suara menggema.Suara perempuan. "Sinto Gendeng, air telaga itu lebih suci daridirimu yang penuh dosa. Jangan kau berani menyentuhnya. Apa lagi minum dan dipakai mandi!" Orang di tepi telaga yang memang adalahSinto Gendeng nenek sakti dari puncak GunungGede, guru Pendekar 212 Wiro Sableng tersentakkaget. Kibaskan air telaga yang sempat dici-duknya lalu berdiri di tepi telaga sambil berkacakpinggang. Sepasang matanya yang berada dalamrongga cekung berputar, memandang garangseputar telaga. "Mahluk betina yang barusan bicara! Siapakau? Mengapa berani bicara tidak berani unjukkandiri?!" "Kau tidak cukup pantas melihat diri kami!"Ada jawaban, juga suara perempuan. Dan tetapsaja Sinto Gendeng tidak bisa mengetahui darimana asalnya. Nenek sakti itu mendengus. "Kami! Huh! Jadi kalian berdua! Sama-samatidak berani unjukkan tampang! Berarti sama-sama jelek! Mungkin kalian berdua punya wajahbopeng. Atau hidungnya gerumpung. Mungkinjuga picak sebelah matanya! Hik... hik... hik!" "Sinto Gendeng, menjauh dari telaga!" "Kurang ajar!" Sinto Gendeng hentakkan kakikanannya. Hentakan ini bukan gerakan biasa tapimengandung tenaga dalam tinggi luar biasa,apalagi disertai tawa kemarahan. Tanah bergetar.Batu-batu dan tanah sekitar telaga berjatuhan kedalam air. Pohon-pohon besar keluarkan suaraberderak. Dedaunan runtuh luruh dan jatuh ke

Page 63: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 63

tanah. "Manusia penuh dosa, tidak ada gunanyamemamerkan kehebatan tenaga dalam di hadapan kami. Jika kami mau, tubuhmu bisa kami benamkan ke dalam tanah!" "Oo la la!" Sinto Gendeng mendongak lalutertawa melengking. Diam-diam matanyamemandang berputar, telinga dipasang tajam."Bicara sombong amat! Baik, aku mau tahubagaimana caranya kalian membenamkan dirikuke dalam tanah! Tapi lebih dulu kalian berduaharus unjukkan tampang!" Habis berkata begitu Sinto Gendeng hantamkan tangan kanannya ke arah satu pohonbesar yang diperkirakan di situlah tempat duaorang yang tadi bicara mendekam. Sinar putih berkiblat. Hawa panas mengham-par. Sesaat rimba belantara sekitar telaga itumenjadi terang berderang. Lalu bummm! Wusss! Pohon besar yang kena dihantam PukulanSinar Matahari tenggelam dalam kobaran api ialukraakk! Pohon ini tumbang menggemuruh. Dua tawa cekikikan memenuhi gemuruhnyasuara pohon yang tumbang. "Sinto Gendeng! Orang lain mungkin bisakagum melihat kehebatan pukulan saktimu tadi.Tapi kami berdua menganggap pukulan itu tidakada apa-apanya!" "Saudaraku, dia minta memperlihatkanbagaimana cara kita membenamkan dirinya ketanah. Bagaimana menurutmu?" "Tidak ada salahnya kita penuhi permintaannya itu! Kau sudah siap?!" "Sudah! Mari!" Di tepi telaga Sinto Gendeng keluarkan cacimaki panjang pendek. Tapi sambil memaki diasiapkan dua pukulan sakti. Pukulan pertamaberupa pukulan pertahanan yakni Benteng TopanMelanda Samudera satunya pukulan Segulung

Page 64: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 64

Ombak Menerpa Karang. Begitu dua orangtersebut unjukkan diri maka dia akan menghantam dengan dua pukulan sakti itu. Malah diam-diam dia juga telah menyiapkan ilmu sakti Sepasang Pedang Inti Roh di kedua matanya. Tapi dua orang yang ditunggu tidak kunjungmuncul. "Pengecut!" teriak Sinto Gendeng. Tiba-tiba terdengar suara orang bernyanyiberpasangan. Satu suara tinggi, satunya suararendah. Dua-duanya suara perempuan. "Tembang Puspita Loro," desis SintoGendeng mengenali nyanyian itu. Tengkuknyamendadak mengkirik. Tembang itu adalahnyanyian yang biasa dialunkan pada saat-saatterjadi kedukaan. Misal pada saat ada seseorangmeninggal dunia. Selagi Sinto Gendeng berusaha mencari-caridi mana adanya dua perempuan yang menyanyiitu tiba-tiba dia merasa ada satu hawa aneh disekeliling tubuhnya. Sesaat kemudian satukekuatan yang tidak kelihatan, laksana himpitansebuah gunung, menekan dirinya ke bawah. "Jahanam! Minta mati berani membokonglicik!" Sinto Gendeng berteriak marah laluhantamkan dua tangannya ke atas. Namunpukulan sakti Benteng Topan Melanda Samuderadan Segulung Ombak Menerpa Karang tidak maukeluar! Malah tekanan berat yang datang dariatas semakin hebat. Dua kaki Sinto Gendengmulai bergetar lalu menekuk. Dia kerahkan tenagadalam untuk bertahan akibatnya dess... desss!Sepasang kakinya yang hitam tinggal kulitpembalut tulang melesat ke dalam tanah! Kejut nenek sakti ini bukan alang kepalang.Dia pukulkan dua tangannya ke udara dalamgerakan "Kipas Sakti Terbuka". Bersamaan dengan itu dia keluarkan pula Ilmu Belut Menyusup Tanah untuk bisa loloskan diri dari

Page 65: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 65

tanah tempat kakinya terbenam. Namun sia-sia saja. Setiap apa yang dilakukannya membuat tubuhnya semakin melesak ke dalam tanah! Kini tubuhnya telah terbenam sampai sebatas pinggul! Sinto Gendeng keluarkan keringat dingin.Seumur hidup nenek yang tidak pernah merasajerih ini untuk pertama kalinya merasa takut yangamat sangat. Makin jauh terbenam ke dalam tanah, makin terasa lemas sekujur tubuhnya. Suara teriakan dan makiannya yang tadi terdengar tidak berkeputusan kini lenyap. Dada si nenek turun naik. Nafasnya megap-megap. Tekanan dari atas masih belum berhenti.Sosok Sinto Gendeng amblas sampai ke perut,lalu lebih dalam lagi sampai ke dada. "Kalian siapa... kalian siapa? Apa dosakusampai mengazab diriku seperti ini?" Ucapan itukeluar berkepanjangan dari mulut Sinto Gendeng. Suara dua perempuan menyanyikan laguPuspito Loro lenyap. Saat itulah berbarengandengan munculnya sang surya di ufuk timur duasosok aneh muncul di permukaan telaga. Sosokini perwujudan dua perempuan tua berwajahsama, jernih bersih yang dari rautnya menandakan di masa mudanya mereka merupakan gadis-gadis cantik. Rambut mereka yang putih melambai- lambai ditiup angin pagi, berkilauan laksana perak. Yang luar biasanya tubuh dua perempuan tua ini, mulai dari dada sampai ke kaki berupa tubuh seekor naga berwarna putih. Sosok dua perempuan tua bertubuh naga ini seolah-olah mengapung di tepian telaga. Entah dari mana datangnya kabut mendadak muncul di permukaan air. "Sinto Gendeng," perempuan tua di sebelahkanan keluarkan ucapan. "Kami sudah unjukkandiri. Apakah kau mengenali siapa adanya kamiberdua?" Sinto Gendeng buka matanya lebar-lebar lalu

Page 66: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 66

gelengkan kepala. "Aku tidak mengenali. Aku tidak tahu siapa kalian. Katakan... katakan siapa kalian." "Kami Sepasang Naga Putih Kembar. Akubernama Naga Nini, adikku bernama Naga Nina.Nah, kami sudah memperkenalkan diri. Apalagiyang hendak kau tanyakan." "Kalian.... Meng... mengapa memendam dirikubegini rupa. Apa dosaku dan kesalahanku...." ujarSinto Gendeng dengan suara gemetar. "Kalau ingin kami mengatakan, dosamu terlalubanyak Sinto Gendeng. Tapi dosamu terakhir yangada sangkut pautnya dengan diri kami adalahpembunuhan yang kau lakukan terhadap seoranganak lelaki berusia lima belas tahun. BernamaBoma Wanareja." "Aahhhh.... Anak itu," ujar Sinto Gendengdengan mata berputar liar. "Aku membunuhnyasecara tidak sengaja. Aku mengira dia orangyang telah membunuh Datuk Mudo Carano Ameh,orang yang kusangka adalah Tua Gila DariAndalas. Aku tidak sengaja karena tidak tahu.Aku ketelepasan tangan dan seumur hidup akuakan menyesali perbuatanku itu!" Sepasang Naga Putih sama-sama gelengkankepala. Lalu seperti menyanyi tadi, sama-samapula keduanya berucap. "Kau tidak ketelepasan tangan Sinto. Kaujuga bukan tidak sengaja. Sebelum menemui ajalanak itu sempat berteriak bahwa dia bukanpembunuh Datuk Mudo Carano Amen. Tapi karenasudah biasa gatal tangan membunuh sembarangan, kau tidak perdulikan teriakan orang. Kau menghantamnya dengan Pukulan Sinar Matahari! Sungguh keji! Pukulan sakti yangsanggup menghancur gunung itu kau pakai untukmembunuh seorang bocah tidak berdaya!" Sinto Gendeng keiuarkan suara menggerungmendengar kata-kata Sepasang Naga Putih.

Page 67: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 67

"Kalian berdua boleh saja tidak percaya. Tapiaku berani bersumpah aku tidak punya niat jahatmembunuh anak itu!" "Kematian sudah terjadi! Anak yang mati takmungkin dibuat hidup kembali! Dosamu takmungkin dilebur. Jadi saat ini pantas sekali kamimembenamkan dirimu di tanah!" Berkata NagaNini. Naga Nina menyambung. "Sebenarnya kamiingin memendam tubuhmu di puncak GunungGede, di samping makam Boma Wanareja. Namunketika kami datang ke sana kau tengahgentayangan ke mana-mana...." "Aku bukan gentayangan. Aku justru tengahmengejar Nyi Ragil, pembunuh sebenarnya dariDatuk Mudo Carano Amen!" jawab Sinto Gendengsetengah berteriak. "Sekali pun Nyi Ragil punya tujuh nyawa dankau membunuhnya sampai tujuh kali, Boma tidakakan dapat hidup kembali...." ujar Naga Nini. "Kalian... kalian bukan manusia. Mahluk apakailan aku tidak perduli. Tapi apa sangkut pautkalian dengan Boma Wanareja?!" "Kami adalah Sepasang Naga pelindung anakitu. Ketika kejadian kau membunuh Boma, kamibaru saja menyelesaikan tapa di Gunung Wilis."Menerangkan Naga Nina. Naga Nini menyambungi. "Sekarang kausudah tahu dosamu. Berarti kau harus menyadaribahwa cukup pantas dirimu kami hukumdipendam dalam tanah begitu rupa!" "Tidak bisa! Kalian bukan Tuhan yang bisamenghukumku seenaknya!" teriak Sinto Gendenglantang. Sepasang Naga Putih tertawa panjang. "Ketika kau membunuhi musuh-musuhmu apaterpikir olehmu bahwa kau juga bukan Tuhanyang bisa menghukum dan membunuh orang lainseenaknya?!"

Page 68: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 68

"Jahanam! Kalian berdua tidak lebih darimahluk keji yang kesasar! Keluarkan aku daridalam tanah. Mari kita bertempur secara satria!" Kembali Sepasang Naga Putih tertawa. "Selamat tinggal Sinto Gendeng!" Naga Ninidan Naga Nina berucap lalu didahului denganmenebarnya kabut putih, sosok kedua mahlukaneh itu lenyap dari tepian telaga. "Jahanam pengecut!" teriak Sinto Gendengkarena dua mahluk pergi begitu saja tanpa beranimelayani tantangannya. Dia mengira denganperginya Sepasang Naga Putih dia akan bisakeluar dari pendaman. Tapi tetap saja sia-sia.Tekanan berat di sebelah atas tidak kunjunglenyap, masih menindih kepala dan bahunya.Sinto Gendeng pukuli kepalanya sendiri lalumenggerung keras.

Mengenai riwayat/kisah Boma dapat pembacaikuti dalam buku-buku serial Boma Gendenk :

Episode I Suka Suka CintaEpisode II ABG (Anak Baru Gendenk)Episode III TrippingEpisode IV Muridku Machoku

Pengarang : BASTIAN TITO Penerbit : DUTA MEDIA

Page 69: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 69

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

8EMBALI kepada apa yang terjadi di kawasansamudera kekuasaan Nyi Roro Agung, dibalik tembok Karang Abadi, di belakang

Pintu Gerbang Naga Biru. Seperti dituturkandalam akhir Bab Ke Empat ketika Pendekar 212Wiro Sableng baru saja melesat melewati pintugerbang, patung batu yang membentuk sosokseekor naga berwarna biru yang selama ratusantahun mendekam di atas bangunan pintu gerbangtiba-tiba seolah hidup, meluncur ke bawah. Airlaut terbelah. Sosok Naga Biru bergelungmelingkari Nyi Kantili dan lima orang gadis jelitaanak buahnya serta Pendekar 212 Wiro Sableng.Kepala binatang ini tegak mendongak, matanyayang merah memancarkan sinar maut, siaphendak menerkam siapa saja yang ada di bawahsana. Tiba-tiba dari hidung dan mulut Naga Birumelesat cairan berwarna kebiru-biruan. Saat itujuga air laut di sekitar tempat itu menebar bauharum semerbak. Di tempat lain, dalam peristiwalain keharuman ini akan mendatangkan rasa sejuk. Tapi yang dirasakan Pendekar 212 saat itu justru adalah suasana angker menggidikkan, suasana berbau kematian! Tiba-tiba ekor Naga Biru melenting ke atas.Air laut mencuat laksana kepulan asap.Bersamaan dengan itu Naga Biru buka mulutnyalebar-lebar. Lalu dengan kecepatan luar biasa,kepala itu melesat turun ke bawah. Nyi Kantilidan semua anak buahnya keluarkan seruantertahan. Mereka sudah membayangkan apa yang

K

Page 70: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 70

bakal terjadi. Sosok Pendekar 212 Wiro Sablengakan amblas masuk ke dalam mulut Naga Biru,seterusnya ditelan masuk ke dalam perut. Sesaat lagi kepala dan tubuh Pendekar 212akan amblas masuk ke dalam mulut Naga Biru,tiba-tiba binatang yang tadinya adalah batu matiini rundukkan kepalanya hingga dagu dan lehermenyentuh dasar samudera. Sepasang matanyayang tadi bersinar garang kini meredup sayu,sesekali dikedip-kedipkan. Kalau tadi mulutnyamengeluarkan cairan aneh dan menimbulkangelombang air laut yang dahsyat, kini mulut ituterkatup rapat, mengeluarkan suara menggeruperlahan. Sikap binatang raksasa ini berubahmenjadi jinak. Ketika lidahnya diulurkan, lidah inidipergunakan untuk menjilat-jilat dua kaki Wiro. "Nyi Kantili, apa yang terjadi?!" salah seoranganak buah Nyi Kantili bertanya. Bersama NyiKantili dan teman-temannya saat itu dia tegakketakutan, merapat ke pintu gerbang. "Aku tak bisa menduga," jawab Nyi Kantili."Kalian semua tetap berlaku waspada!" Dijilati kedua kakinya seperti itu membuatWiro takut ada geli pun ada. Dia sampai terlonjak-lonjak menahan geli. "Binatang ini, apa maunya. Tadi begitu galakseperti mau menelanku. Sekarang mengapa jadibegini jinak. Apakah...." Belum habis Wiro berucap dalam hati tiba-tiba Naga Biru angkat kepalanya ke arah pinggangkiri Wiro di mana tersisip Kapak Maut Naga Geni212. Dengan mulutnya Naga Biru singkapkanpakaian Wiro. Begitu senjata sakti mandragunawarisan Eyang Sinto Gendeng itu tersembul sangnaga menjilat-jilatnya lalu sekali mulutnyamenyedot Kapak Maut Naga Geni 212 melesatmasuk ke dalam mulutnya. "Astaga! Kapakku ditelan!" Seru Wirotercekat. Dalam bingung dia juga merasa kawatir.

Page 71: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 71

Bagaimana dia bisa mendapatkan senjata itukembali? Berkelahi melawan Naga Biru? mustahildia bisa menghadapi naga raksasa ir. Sekalitubuhnya dikibas atau ditelan hidup-hidup,tamatlah riwayatnya. Selagi Wiro kebingungan Naga Biru dilihatnyaletakkan kepala di dasar samudera, mata dipejamkan dan dari mulutnya ada suara menggeru halus. Beberapa saat berlalu. Tiba-tiba Naga Kuning angkat kepalanya kembali. Mata yang terpejam dibuka merah. Mulut menganga. Lalu seperti meniup, dari dalam mulut Naga Biru melesat keluar Kapak Maut Naga Geni 212. Senjata sakti ini secara luar biasa tersisip kembali ke balik pinggang Wiro. Saat itu juga Wiro merasa ada hawa aneh mengalir dari dalam kapak memasuki seluruh tubuhnya. Tubuhnya terasa ringan. Ketika hawa aneh memasuki kepalanya, pemandangannya menjadi lebih terang dan telinganya kini bisa menangkap suara-suara yang sebelumnya tidak terdengar. "Aneh," membatin Pendekar 212. Dia pandangi sosok Naga Biru di hadapannya. Naga Biru kedipkan sepasang mata laluangguk-anggukkan kepala tiga kali berturut-turut.Kemudian dengan suara menggemuruh sosoknyamelesat ke atas, hinggap bergelung ke tempatnyasemula di atas pintu gerbang dan berubah kembali menjadi batu mati. Nyi Kantili dan anak buahnya segeramendekati Wiro. "Pendekar 212, kau tidak apa-apa?" tanya NyiKantili yang sejak tadi merasa kawatir. "Aku tidak apa-apa," jawab Wiro. "Kejadian aneh," ucap salah seorang anakbuah Nyi Kantili. "Memang luar biasa. Tidak pernah terjadi yangseperti tadi. Patung batu mati berbentuk naga itubisa hidup. Tidak pernah kejadian yang seperti

Page 72: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 72

ini." Ucap Nyi Kantili pula. "Mungkin kau tahu apa sebabnya?" tanyaWiro. "Kami tak bisa menjawab. Kami tidak tahu.Mungkin nanti bisa kita tanyakan pada Nyi RoroManggut. Pendekar, mari ikuti kami." "Tunggu sebentar. Aku akan memeriksasenjataku lebih dahulu." Kata Wiro. Lalu dike-luarkannya Kapak Maut Naga Geni 212 yang tadiditelan Naga Biru. Ketika senjata itu dipegangWiro menjadi heran. "Kenapa bisa jadi enteng begini rupa?" Wiro memeriksa. Ternyata senjata itu menjadi lebih bersih darikeadaannya semula. Dua mata kapak memancarkan cahaya terang walaupun dia memegang tanpa mengerahkan tenaga dalam. Di sekujur mata dan gagang kapak samar-samar terlihat cahaya merah seolah membungkus senjata sakti itu. "Mahluk itu, aku yakin dia telah memberikansatu kekuatan tambahan pada diriku dan padaKapak Maut Naga Geni 212," membatin muridSinto Gendeng. Wiro mendongak ke atas meman-dang pada sosok Naga Biru, si batu mati. LaluWiro membungkuk dalam-dalam sampai tiga kali,kemudian berucap. "Sahabat di atas sana, siapa pun kau adanya,aku mengucapkan terima kasih." Sepasang mata patung naga tiba-tibamemancarkan cahaya merah dan berkedip tigakali. Wiro tersenyum, garuk-garuk kepala sambillambaikan tangan dia berenang mengikuti NyiKantili dan anak buahnya. MAKIN jauh berenang makin keras terdengarsuara alunan gamelan. Setelah melewati sebuahtaman yang sangat indah tapi sunyi, Wiro danrombongannya sampai di sebuah bangunan besar

Page 73: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 73

memiliki tiga pintu dan tiga menara tinggi diatasnya. Pintu sebelah tengah paling besar danmenaranya juga paling tinggi. Nyi Kantili menghampiri pintu sebelah kiri.Dia memberi isyarat pada salah seorang anakbuahnya. Si anak buah lalu menarik seutas talikuning yang berhubungan dengan sebuah gentayang terletak di atas pintu. Suara genta mengalunaneh terdengarnya di telinga murid Sinto Gendeng. Sesaat setelah genta berdentang, pintu yangtertutup perlahan-lahan terbuka. Tiga sosokmelesat keluar. Ketiganya ternyata gadis-gadisjelita mengenakan pakaian hijau berkilat. Yangdua mengambil tempat di kiri kanan pintusementara gadis ketiga menghampiri Nyi Kantili. Nyi Kantili segera mendatangi gadis itu. "Saya Nyi Kantili pimpinan rombongan. Kamidatang membawa seorang tamu untuk menemuiNyi Roro Manggut." Gadis yang diberi tahu anggukkan kepala lalubertanya. "Siapa tamu yang kalian bawa?" "Namanya Wiro Sableng, bergelar PendekarKapak Maut Naga geni 212. Dia datang dari TanahJawa." "Katakan apa keperluannya menemui Nyi RoroManggut." "Saya hanya pengawal, tak layak bertanya.Biar Nyi Roro Manggut sendiri yang nanti ajukanpertanyaan," jawab Nyi Kantili pula. Si gadis melirik ke arah Pendekar 212. Diam-diam dadanya jadi berdebar. Seorang tamusegagah pemuda itu jarang sekali berkunjung ketempat mereka. Kalau pun ada yang datangbiasanya tua-tua dan bukan untuk menemui NyiRoro Manggut. "Kalian tunggu di sini. Aku akan memberitahu Nyi Roro Manggut apa bersedia menerima

Page 74: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 74

tamu ini." Lalu pada temannya si gadis berkata. "Kalian tetap berjaga-jaga di sini, jangan adayang boleh masuk sebelum aku kembali." Si gadis menghilang masuk ke balik pintu.Tak lama kemudian dia muncul kembali. Meliriksebentar ke arah Wiro lalu memandang pada NyiKantili dan berkata. "Nyi Roro Manggut tidak bersedia menerimatamu ini." Pendekar 212 Wiro Sableng karuan saja jaditerkejut mendengar kata-kata si gadis. Nyi Kantilijuga tampak kecewa. "Kalian hanya diberi kesempatan untukdatang lagi tiga purnama di muka." Wiro garuk-garuk kepala. Nyi Kantilimemandang padanya. "Bagaimana?" tanya Nyi Kantili. Wiro pencongkan mulut. "Kalau orang tidakbersedia menerima dan bertemu diriku, maubilang apa? Tiga purnama rasanya terlalu lama."Wiro berpaling pada gadis di depannya."Sampaikan rasa terima kasihku pada Nyi RoroManggut. Tapi menunggu tiga bulan percumasaja. Orang yang akan aku tolong mungkin sudahmenemui ajal untuk kedua kalinya." Gadis yang diajak bicara kerutkan kening. "Kalian manusia-manusia yang hidup didaratan, bukankah cuma punya satu nyawa?Mengapa kau menyebut ada orang menemui ajaluntuk kedua kalinya?" "Jawabannya akan aku berikan tiga purnamadi muka," jawab Wiro sambil tersenyum. Si gadis kelihatan bersemu merah wajahnyadiejek begitu rupa. Dia memberi tanda pada duaanak buahnya yang tegak di kiri kanan pintu. Duagadis itu segera bersiap hendak menutup pintukembali. Wiro tiba-tiba ingat sesuatu. "Tunggu!" serunya.

Page 75: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 75

Dari balik pakaiannya dia keluarkan sebuahkaleng rombeng yang diterimanya dari KakekSegala Tahu. Sambil menyodorkan kaleng bututitu kepada si gadis dia berkata. "Tolong berikan kaleng ini pada Nyi RoroManggut." Tentu saja si gadis jadi pelototkan mata. "Beraninya kau menghina pimpinan kamidengan menyerahkan kaleng butut dan kotormenjijikkan itu!" Bentak sang dara penjaga pintu. Wiro menyeringai. Dia goyangkan kalengbutut itu. Saat itu juga suara kerontang kalengrombeng yang diisi bebatuan itu menggema kerasdi Seantero tempat. Air laut menggelombang.Suara alunan gamelan terhenti beberapa ketika.Para gadis di depan pintu termasuk Nyi Kantilidan lima anak buahnya sama menekap telingatak tahan suara kerontang kaleng yang menusukseolah terasa sampai mencucuk benak. "Kau pelayan dari pimpinanmu. Kewajibanmuuntuk menyerahkan kaleng ini pada Nyi RoroManggut. Siapa bilang aku menghina pimpinankalian. Kaleng ini milik seorang tokoh rimba per-silatan Tanah Jawa. Aku dipesan untuk menye-rahkannya pada Nyi Roro Manggut. Kalian tidakmau menerima aku sebagai tamu tidak apa. Tapijangan berani menolak pesanan orang. Jika kaliansampai salah berbuat apa tidak takut kenadampratan Nyi Roro Manggut?" Kata-kata Wiro membuat si gadis berpakaianhijau berkilat jadi terdiam sesaat. Akhirnya diaulurkan tangan seraya berkata. "Baik, aku terima kaleng ini. Akan kusam-paikan pada Nyi Roro Manggut. Tapi kalian semua harap segera tinggalkan tempat ini!" Wiro tersenyum, kedipkan matanya lalumembungkuk memberi penghormatan. Tiga gadismasuk kembali. Pintu ditutup. Begitu sampai didalam, salah satu dari mereka berkata.

Page 76: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 76

"Kalau saja pemuda itu tidak setampan yangaku lihat, mungkin sudah kulabrak agar mengertitata tertib di kawasan ini." Temannya yang satu ikut bicara. "Nyi Nuning, buat apa kaleng itu kau ambildan mau kau serahkan pada Nyi Roro Manggut.Buang saja! Salah-salah kita semua bisa kenadamprat." "Aku rasa kaleng ini bukan benda sembarangan. Ingat ucapan si pemuda. Kaleng ini milik seorang tokoh rimba persilatan Tanah Jawa. Lalu ketika kaleng ini diguncangnya, ada suara dahsyat membuat air laut bergelombang, gamelan berhenti mengalun dan telinga kita seperti kemasukan angin panas." Dua gadis yang tadi banyak bicara akhirnyatak mau berkata apa-apa lagi. Mereka hanyamengikuti Nyi Nuning menuju tempat kediamanNyi Roro Manggut. Sampai di tempat yang dituju Nyi RoroManggut seperti biasanya hanya mau bicara daribalik sehelai tirai hingga sosok dan wajahnyatidak kelihatan. "Nyi Roro Manggut, kami Nyi Nuning dankawan-kawan datang kembali." "Tamu tak diundang itu sudah kau suruhpergi?" Suara lembut bertanya dari balik tirai. "Sudah Nyi Roro. Hanya saja sebelum pergidia menyerahkan sebuah benda pada kami untukdisampaikan pada Nyi Roro Manggut. Menuruttamu ilu. benda ini adalah milik seorang tokohrimba peisilalan Tanah Jawa." "Nyi Nuning, kau tahu aturan di tempat ini.Jika aku tidak bersedia menerima sang tamuberarti aku juga tidak mau menerima barangtitipan apa pun dari siapa pun!" Dua teman Nyi Nuning sama memandang pada Nyi Nuning. "Nyi Roro Manggut, harap maafkan diri kami.

Page 77: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 77

Menurut sang tamu, benda ini bukan benda biasa." "Hemm, begitu? Lantas benda apa itu adanya? Sesuatu yang terbuat dari emas? Atau batu permata sebesar kepalan?!" ujar Nyi Roro Manggut dari balik tirai. "Bukan benda terbuat dari emas, bukan pula batu permata sebesar kepalan Nyi Roro Manggut. Melainkan sebuah kaleng rombeng yang di dalamnya berisi batu-batu." Sunyi sejenak. Tiba-tiba dari balik tirai terdengar suara Nyi Roro Manggut. "Apa katamu Nyi Nuning? Benda itu sebuah kaleng rombeng berisi batu-batu?" "Betul sekali Nyi Roro Manggut." Dari balik tirai terdengar suara tercekat lalu satu tangan mencuat keluar. "Serahkan benda itu padaku!" Nyi Nuning serahkan kaleng rombeng itu padaorang yang mengulurkan tangannya dari baliktirai, kaleng diambil lalu untuk kedua kaliterdengar suara orang keluarkan seruan tertahan. "Gusti Allah, jadi masih hidup dia rupanya!" Sunyi sesaat. "Nyi Nuning?!" "Saya di sini Nyi Roro Manggut." "Lekas temui kembali tamu itu. Antar diamasuk ke sini!" "Tapi Nyi Roro, tamu itu dan para pengawalsudah saya suruh pergi," sahut Nyi Nuning. "Oo ladalah! Tewas aku! Nyi Nuning!" "Saya Nyi Roro Manggut!" "Cari! Kejar tamu itu sampai dapat. Bawa diake sini! Atau kau dan dua anak buahmu akanmenerima hukuman berat!" Nyi Nuning dan dua anak buahnya ketakutansetengah mati. Ketiga gadis itu segera tinggalkanruangan, menghambur ke arah pintu keluar.

Page 78: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 78

SETELAH pintu tertutup kembali Pendekar212 Wiro Sableng bukannya pergi, malah dudukdi dekat sebuah arca berbentuk seekor singa disamping pintu sebelah luar. "Pendekar 212, perlu apa kau duduk di situ?Kami sudah siap mengantarkanmu ke pintugerbang keluar." Berkata Nyi Kantili. "Kalian pergi saja. Aku akan menunggu disini. Aku yakin tiga gadis tadi akan keluar lagidan mempersilakan aku masuk menemui Nyi RoroManggut." "Pendekar 212, kau dengar sendiri gadisbernama Nyi Nuning itu tadi berkata. Nyi RoroManggut tidak bersedia menemuimu. Kalaupunsuka, kau harus menunggu sampai tiga purnamadi muka." Wiro tersenyum. "Tenang Nyi Kantili, tenang saja. Tunggu.Setelah Nyi Roro Manggut melihat kaleng rom-beng itu, dia akan berubah pikiran dan akanbersedia menemuiku...." "Aneh, memangnya kenapa?" tanya NyiNuning. Wiro angkat kepalanya. Setelah menerimaaliran hawa aneh yang diberikan Naga Birupendengarannya menjadi jauh lebih tajam. Saatitu dia mendengar ada kaki-kaki halus berlaricepat di lorong di belakang pintu. "Aku tak bisa menjawab mengapa Nyi RoroManggut bakal berubah pikiran. Yang jelas saatini aku mendengar ada orang berlari di balikpintu. Sebentar lagi mereka akan segera muncul." Nyi Kantili dan anak buahnya tidak percaya.Mereka ingin cepat-cepat mengantar Wiro ke pintugerbang keluar. Wiro sendiri tetap saja duduk tenang-tenangdekat arca singa.

Page 79: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 79

Tiba-tiba pintu terbuka. Tiga gadis berpakaianhijau berkilat muncul kembali. Wiro memandangtertawa pada Nyi Kantili. "Nyi Kantili," ucap murid Sinto Gendeng. "Apakataku!"

Page 80: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 80

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

9YI NUNING membawa Pendekar 212 WiroSableng memasuki sebuah ruangan besar.Di tengah ruangan terdapat sebuah tirai

berbentuk lingkaran, terbuat dari kain tebalberwarna biru muda berkilat. Wiro tidak tahu apayang ada di balik tirai tersebut. Namun telinganyayang kini menjadi sangat tajam mendengar suaraseseorang berkata perlahan, menyatakankekecewaan. "Ah.... Bukan dia. Tapi seorang pemuda yangaku tidak kenal. Atau mungkin dia sengaja meru-bah ujud, menyamar? Tapi sepanjang penge-tahuanku dia tidak punya ilmu kesaktian sepertiitu. Dan dia paling tidak suka menyamar." Wiro usap-usap dagunya yang mulaiditumbuhi janggut-janggut kasar tak tercukur.Dalam hati dia membatin. "Jika orang di dalamtirai keluarkan ucapan seperti itu berarti dia punyakemampuan menembus melihat keluar tirai. Akusendiri tak bisa melihat ke dalam sana walauNaga Biru aneh itu telah memberikan hawa saktiyang sanggup membuat aku melihat segalasesuatu lebih jelas. Coba aku pergunakan IlmuMenembus Pandang dari Ratu Duyung." Wiro lalualirkan tenaga dalam ke mata, mata dikedipkan.Namun tetap saja dia tidak bisa melihat apa-apadi balik tirai biru tebal. "Tidak tembus!" ucapWiro dalam hati. "Kesaktian orang ini sungguhluar biasa!" "Nyi Roro," Nyi Nuning yang tegak di sampingPendekar 212 berucap. "Tamu yang Nyi Rorosuruh panggil sudah hadir di ruangan ini."

N

Page 81: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 81

"Aku tahu... aku tahu." Terdengar ucapanperempuan dari dalam tirai. Suaranya perlahan,merdu dan penuh kelembutan. "Kau dan anakbuahmu silakan meninggalkan ruangan . Janganlupa menutup pintu." "Perintah Nyi Roro akan kami laksanakan,"kata Nyi Nuning. "Tapi apakah kami tidak perlumenunggui, berjaga-jaga?" Pendekar 212 Wiro Sableng tadi memper-hatikan. Ketika orang di balik tirai bicara, tiraibiru tebal bergerak-gerak bergelombang laksanapermukaan samudera. "Hebat! Perempuan itupasti memiliki tenaga dalam luar biasa. Suaranyasanggup membuat tirai tebal bergerak-gerak. Barusekali ini aku menyaksikan kejadian seperti ini!" Dari dalam tirai ada suara menjawab ucapanNyi Nuning tadi. "Nyi Nuning, buat apa kau menunggui. Perluapa pengawalan? Yang datang cuma seorangbocah ingusan, kelihatannya kurang waras pula.Tidak ada yang perlu dikawatirkan. Kalian bolehpergi. Jangan lupa menutup pintu. Berjagalah diluar. Tidak boleh satu orang pun masuk keruangan ini tanpa izinku." Wiro menjadi jengkel disebut bocah ingusankurang waras. "Sialan!" maki Wiro dalam hatisambil garuk-garuk kepala. Nyi Nuning memberi isyarat pada dua anakbuahnya. Tiga gadis cantik itu terlebih dulumembungkuk dalam-dalam sebelum merekakemudian meninggalkan ruangan itu. Wiro memandang memperhatikan tirai biruberbentuk lingkaran di hadapannya. Diamelangkah mendekati. Tiba-tiba dari balik tiraisuara lembut menegur. Untuk kesekian kalinyaWiro melihat bagaimana tirai tebal itu bergoyangbergelombang. "Tak ada yang menyuruh, mengapa mengaturlangkah berani mendekati Tirai Samudera Biru?"

Page 82: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 82

"Aahhh...." Wiro hentikan langkah, tegak diamtapi garuk-garuk kepala sambil senyum-senyum. "Bocah ingusan, benar kau manusia bernamaWiro Sableng, berjuluk Pendekar Kapak MautNaga Geni 212? Bukannya seseorang yang pernahaku kenal lalu masuk ke sini dengan cara merubahperwujudan menyamar diri?" Orang di balik tiraibertanya. Walau nada bicara mengejek tapisuaranya tetap lembut. Wiro jadi kesal. "Kalau tidak aku kerjai, belumtahu rasa dia!" Wiro batuk-batuk beberapa kali lalu berkata."Orang di balik tirai, salam hormatku untukmu.Terima kasih kau telah mengizinkan aku masukke ruangan bagus ini walau kau rupanya agakmalu-malu unjukkan diri. Sebelum menjawabpertanyaanmu tentang siapa diriku sebenarnya,izinkan aku membuang ingus lebih dulu!" Dengan ujung jari Wiro tekap cuping hidungkanan lalu sekuat tenaga keluarkan angin darihidung yang terbuka. Selesai satu lubang, diasemburkan angin keras dari lubang hidung kedua.Setiap dia menyembur, tirai biru bergoyang keras. Orang di dalam tirai berteriak marah. "Tamu kurang ajar! Jangan berani mengotoriruangan dan Tirai Samudera Biru!" "Aahh, aku mohon maaf. Hidungku gatalsekali. Aku tak tahan kalau tidak menyemprotkaningus. Eh, bukankan tadi kau menyebut aku bocah ingusan? Aduh, tidak sengaja. Ingusku nempel di tiraimu yang bagus. Biar aku bersihkan...." Wiro pura-pura hendak melangkah. Padahal memang tidak ada ingus atau kotoran lain yang menempel di tirai biru. Orang di balik tirai kembali melarang. Walausuaranya keras tapi tetap saja bernada lembut. "Tetap di tempatmu. Jangan berani bergerak.Apalagi mendekati tirai. Sekarang jawab per-tanyaanku. Apa kau Pendekar 212 Wiro benaran

Page 83: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 83

atau cuma perujudan jejadian dari seorang yangmenyamar?" "Ah, dari dalam tirai kau bisa lihat sendiri.Aku berdiri dengan dua kaki menginjak lantai.Aku bukan bangsa manusia jejadian karena orang tuaku manusia betulan. Aku juga bukanbangsa atau turunan hantu atau dedemit. Memangnya kau kira aku ini siapa? Kalau tidakpercaya apa kau mau lihat aku loloskan pakaiantelanjang bulat?!" Habis berkata begitu Wiro pura-pura hendak loloskan celana putihnya. "Jangan berani kurang ajar! Kalau kau beranimelakukan itu, seumur-umur kau akan kubuattelanjang bugil terus-terusan!" Wiro tertawa lebar lalu tarik kembalitangannya. "Jawab pertanyaanku tadi bocah ingusan!" "Aku datang apa adanya. Aku tidak merubahujud, tidak menyamar. Seperti kau lihat sendiri.Aku ini 'kan bocah ingusan kurang waras. Tapimanusia betulan! Sekarang aku mau tanya,apakah kau Nyi Roro Manggut orang yang inginkutemui dengan segala hormat?" Bukannya menjawab, orang dalam tirai bicaralain dan bertanya. "Sebelumnya kau memberikan sebuah kalengbutut pada Nyi Nuning. Dengan pesan agar dise-rahkan padaku. Dari siapa kau menerima bendaitu?" "Dari seorang kakek ingusan yang otaknyasama dengan diriku. Sama-sama kurang waras,"jawab Wiro sambil menyeringai. Orang di dalam tirai terdiam. "Rasakan!" ujar Wiro dalam hati. Tiba-tiba di dalam tirai terdengar suara tertawamerdu. "Kau pandai bergurau. Aku suka orang yangpandai bercanda. Tapi kau bercanda tidak padatempatnya. Kau tidak tahu tengah berhadapan

Page 84: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 84

dengan siapa." "Bagaimana bisa tahu! Habis kau menutupdirimu sembunyi di balik tirai!" sahut Wiro yangjadi kesal dan lupa bahwa dia datang ke situmembawa satu kepentingan besar yakni men-dapatkan ilmu kesaktian untuk menyelamatkanBunga gadis dari alam roh yang disekap IblisKepala Batu Alis Empat. "Kau tidak lulus syarat yang aku tentukanagar dapat menghadapku." "Aku tidak tahu di tempat ini ada persyaratanlulus atau tidak segala. Mengapa tidak memberitahu lebih dulu? Walah biyung!" Wiro garuk-garuk kepala lalu lanjutkan ucapannya. "Kalaukau memang punya persyaratan dan aku kaunyatakan tidak lulus, tidak jadi apa. Aku dengansuka rela akan tinggalkan tempat ini. Tapi,kembalikan dulu padaku kaleng butut yang akutitipkan melalui pengawalmu." Orang didalam tirai tercekat diam. Sesaatkemudian terdengar suaranya bertanya. "Kalau aku tidak mengembalikan?" "Berarti kau seorang, pencuri. Apakah dikawasan keramat ini boleh tinggal seorang pencuri?" Mendengar kata-kata Pendekar 212 orang didalam tirai tertawa panjang. "Bocah ingusan berotak kurang waras.Ternyata selain pandai bergurau kau juga pandaibicara. Sekarang hentikan semua senda gurau.Jawab pertanyaanku. Siapa yang tadi kausebutkan sebagai kakek ingusan berotak kurangwaras si pemilik kaleng butut ini?" "Aku memanggilnya Kakek Segala Tahu." Orang di dalam tirai keluarkan suara desahanpanjang lalu menarik nafas dalam berulang kali. "Di mana dan kapan kau terakhir kali bertemudengan kakek itu?" "Di Bukit Menoreh, pada suatu malam

Page 85: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 85

beberapa waktu yang lalu." Jawab Wiro. "Bukit Menoreh.... Ah, bagaimanakah.keadaannya sekarang? Apakah masih seindahdulu?" Perempuan di dalam tirai bicara perlahanseolah bicara pada dirinya sendiri. "Orang dalam tirai, apakah kau pernah keBukit Menoreh?" "Bocah ingusan, sebelum kau lahir aku sudahberada di tempat itu." "Oh, begitu?" Wiro garuk-garuk kepalakembali sambil senyum-senyum. "Seberapa jauh kenalnya dirimu denganKakek Segala Tahu?" Orang dalam tirai melingkarbertanya. "Aku menganggap dia sebagai kakek sendiri.Kakek benaran. Tapi dia orangnya aneh. Lebihbanyak menghilang hingga sulit ditemui." "Waktu dia memberikan kaleng ini, apakahdia memberi pesan untukku?" "Tidak. Kakek Segala Tahu tidak menitipkanpesan apa-apa. Dia hanya bilang, berikan kalengini padamu. Dan kau pasti akan memberikan ilmukesaktian padaku untuk menolong gadis dari alamroh." "Jadi dia tidak memberi pesan apa-apa?Ahhh...." Perempuan dalam tirai kembali men-desah dan menarik nafas panjang. Lalu dengansuara sangat perlahan, tapi bisa didengar olehWiro orang itu berkata. "Kelihatannya dia tidak melupakan diriku. Tapimengapa tanpa pesan sama sekali?" Diam sejenak. Ruang besar dengan tirai berbentuklingkaran di dalamnya diselimuti kesunyian."Apakah kakek itu masih suka mengenakancaping?" Tiba-tiba orang di dalam tirai bertanya. "Ke mana-mana dia selalu pakai caping. Malahwaktu kencing, buang air besar dan tidurcapingnya itu tidak pernah dibuka!" Perempuan di dalam tirai tertawa. Namun

Page 86: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 86

suara tawanya bukan suara tawa bahagia karenadalam tawa itu ada rasa ganjalan yang mungkinada hubungannya dengan masa lalu dan adakaitannya dengan Kakek Segala Tahu. Sementara orang tertawa Wiro membatin."Agaknya orang di dalam tirai banyak tahu perihalKakek Segala Tahu." "Orang di dalam tirai, kalau aku boleh berta-nya. Apakah kau Nyi Roro Manggut adanya?" "Ya... ya, memang aku Nyi Roro Manggut." "Aku tidak bisa bicara dengan orang yangterus-terusan sembunyi di balik tirai. Apakah kautidak mungkin keluar dari tirai memperlihatkandiri?" "Mungkin saja," jawab orang yang ditanya."Tapi aku perlu kejelasan atas beberapa hal. Tadikau mengatakan kakek yang memberikan kalengini berucap jika kaleng kauberikan padaku makaaku akan bersedia memberi ilmu kesaktian untukmenolong gadis dari alam roh. Ilmu kesaktianapa yang kau maksudkan, lalu siapa gadis darialam roh itu? Apa yang telah terjadi?" "Menurut kakekku itu kau memiliki ilmukesaktian yang disebut Meraga Sukma. Seorangsahabatku, gadis dari alam roh bernama Suci,biasa dipanggil Bunga, disekap oleh seorangtokoh silat jahat dalam sebuah guci tembaga.Kakekku bilang hanya dengan ilmu Meraga Sukmaaku bisa menyelamatkan gadis dari alam roh itu.Itu sebabnya dia menyuruhku ke sini untukmenemui sorang bernama Nyi Roro Manggut.Yaitu dirimu. Aku sangat berharap, tapi tidaktahu apakah kau mau menolong. Mau memberikan ilmu itu." Lama tak ada suara jawaban dari dalam tirai. "Nyi Roro Manggut? Apakah kau masih didalam situ?" tanya Wiro. "Aku tidak ke mana-mana. Aku masih di sini."Terdengar jawaban. "Orang jahat yang menyekap

Page 87: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 87

sahabatmu itu, siapakah dia?" "Tokoh silat golongan hitam berjuluk IblisKepala Batu Alis Empat. Apakah kau menge-nalnya?" tanya Wiro. "Aku mengenalnya seperti mengenal telapaktanganku sendiri...." Wiro garuk-garuk kepala. "Jika Nyi RoroManggut kenal baik dengan manusia iblis itu,besar kemungkinan dia tidak akan maumemberikan Ilmu Meraga Sukma," pikir Wiro. "Nyi Roro, apakah kau bersahabat denganIblis Kepala Batu?" bertanya Pendekar 212. "Aku? Nyi Roro Manggut bersahabat denganIblis Kepala Batu?" Nyi Roro tertawa panjang."Manusia jahat satu itu sudah saatnya disingkirkan dari muka bumi ini." Wiro merasa lega. "Jadi Nyi Roro, kau bersedia memberikan Ilmu Meraga Sukma padaku?" "Eh, apakah kau pernah mengucapkanpermintaan? Kau hanya menuturkan keteranganKakek Segala Tahu, tidak meminta ilmu itupadaku." Murid Sinto Gendeng tertawa dan garuk-garukkepala. Dia memang belum mengatakanmaksudnya. Maka cepat-cepat Wiro berkata. "Nyi Roro, maafkan kelalaianku. Aku datangke sini atas petunjuk Kakek Segala Tahu, me-nemuimu untuk mendapatkan Ilmu Meraga Sukma. Semoga kau berkenan." "Gadis dari alam roh itu, apakah kalian hanyasekedar bersahabat. Atau ada hubungan iain?" "Dia lebih dari sahabat. Dia telah beberapakali menyelamatkan jiwaku. Aku banyak berhutang budi padanya." "Budi.... Sesuatu yang sangat baik. Tapi kerapkali menjadi beban di pundak manusia." "Nyi Roro Manggut, kita sudah sejak tadi bercakap-cakap. Tapi sampai saat ini aku belummelihat dirimu. Apakah memang ini satu

Page 88: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 88

pantangan kau tidak boleh memperlihatkan diriterhadap tamu yang datang?" "Aku kawatir kau akan terkejut melihat diriku." "Ah, selama kau tidak punya dua kepalaempat tangan dan empat kaki masakan aku akanterkejut," jawab Wiro pula. Di dalam tirai Nyi Roro Manggut tertawa mer-du. "Bocah ingusan, kukabulkan permintaanmu." Lalu terdengar suara berdesir. Tirai biru tebalberbentuk lingkaran terbuka. Di tengah ruanganada satu hamparan permadani berbentuk bulat.Di atas permadani ini terdapat satu bantalan tebal. Dan di atas bantalan empuk inilah duduk bersimpuh orang bernama Nyi Roro Manggut itu. Ketika memandang wajah dan sosok Nyi RoroManggut Wiro jadi terkesiap kaget. "Ah...." Diasampai keluarkan desah tertahan.

Page 89: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 89

BASTIAN T1T0MERAGA SUKMA

10ELAGI Nyi Roro Manggut memperhatikanpemuda gondrong di hadapannya itu darikepala sampai ke kaki, Wiro sendiri menatap

Nyi Roro dengan air muka kejut tak percaya.Ternyata Nyi Roro Manggut adalah seorang nenekbertubuh cebol. Sepasang matanya juling, hidungpesek hampir sama rata dengan dua pipi berkulitkeriput. Rambut putih panjang, menjela sampaike bantalan yang didudukinya. Sesekali kepalanyadiangguk-anggukan seperti orang tersedak. Mung-kin ini sebabnya dia bernama Nyi Roro Manggutalias Nyi Roro Angguk. Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepala.Kesal ada, mau tertawa pun ada. Dia tidak menyangka kalau orang yang namanya Nyi RoroManggut itu begini rupa penampilannya."Sekarang rasanya aku tidak akan jengkel kalaudia memanggil diriku bocah ingusan. Paling tidaknenek satu ini usianya sama dengan Eyang SintoGendeng." "Kakek Segala Tahu sialan!" Wiro memaki. "Bocah ingusan, siapa yang barusan kau makidalam hati?" Wiro tersentak lalu tertawa lebar sambil garuk-garuk kepala. "Luar biasa, nenek cebol ini bisamendengar suara hatiku!" "Nyi Roro, aku barusan ingat pada KakekSegala Tahu. Waktu dia menerangkan mengenaidirimu, dia mengatakan kau adalah seorang gadiscantik jelita...." Nyi Roro Manggut anggukkan kepala dua kalilalu tertawa panjang dan merdu. Tidak dapat

S

Page 90: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 90

dipercaya suara tawa semerdu itu keluar dariseorang nenek jelek bermata juling. "Hidup di alammu sana memang tidak bolehselalu percaya pada ucapan orang. Dan padasaat melihat sekali pun kau tidak bisa percayapada pandangan matamu. Hidup di dunia penuhdengan kata manis puji sanjungan tapi jugabantak tipu dayanya." Wiro cuma anggukkan kepala. Dalam hati diaberkata. "Yang aku lihat jelas-jelas saat ini adalahnenek cebol jelek, mata juling. Bagaimana akuharus tidak mau percaya pada pandangan matasendiri?" Nyi Roro Manggut tersenyum. "Kau kecewamelihat keadaanku karena tidak sesuai denganucapan sahabatmu Kakek Segala Tahu?" Wiro golongkan kepala. "Tidak, aku cumaingin menjitak kepala Kakek Segala Tahu kalaubertemu nanti. Dia mendustai diriku...." "Kualat kau kalau melakukan hal itu," kataNyi Roro Manggut pula sambil tersenyum. "Kausungguh-sungguh ingin mendapatkan IlmuMeraga Sukma?" "Dengan izinmu, aku sangat mengharap. Demikeselamatan sahabatku Bunga." Nyi Roro Manggut mengangguk. "Untuk mendapatkan ilmu itu ada dua halyang harus kau lakukan. Jika kau tidak mampumelakukan maka Ilmu Meraga Sukma tidakmungkin kuberikan padamu." "Harap Nyi Roro mau memberi tahu keduasyarat itu. Mudah-mudahan aku bisa melaku-kan...." "Bukan mudah-mudahan, tapi harus kaulakukan. Untuk itu kau harus berjanji." "Maaf Nyi Roro Manggut, aku tidak bisaberjanji untuk sesuatu yang tidak aku ketahui.Turut ucapanmu tadi jangan percaya perkataanorang. Walau sudah melihat sekali pun kita masih

Page 91: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 91

bisa -tertipu pada apa yang kita lihat." Nyi Roro Manggut tatap wajah Pendekar 212.Dalam hatinya ada rasa kagum terhadap pribadipemuda yang dipanggilnya dengan sebutan bocahingusan itu. "Pendekar 212, aku mulai saja dengan syaratpertama. Kau siap mendengarkan?" "Aku siap Nyi Roro...." "Kita akan masuk ke sebuah kamar. Di kamaritu kau harus mencumbui diriku layaknya seorangsuami mencumbui istrinya." Murid Sinto Gendeng sampai tersurut satulangkah mendengar ucapan Nyi Roro Manggutitu. Dia pandangi si nenek dengan mata takberkesip, mulut ternganga. "Jangan diam melongo. Jawab pertanyaanku.Kau sanggup melakukan hal itu atau tidak?" "Nyi Roro, aku memang sangat inginkan IlmuMeraga Sukma untuk menolong sahabatku Bunga. Tapi kalau aku harus mencumbuimu, aku...." Wiro gelengkan kepala. "Maafkan aku Nyi Roro. Aku tak bisa melakukan hal itu...." "Berarti kau tidak menjalani hal yang di-isyaratkan. Berarti kau tidak akan mendapatkanIlmu Meraga Sukma. Berarti kau tidak bisamenolong sahabatmu." "Tidak jadi apa Nyi Roro. Aku tidak mau me-lakukan hal itu sekali pun akhirnya aku tidakmendapatkan ilmu dan menolong sahabatkuBunga." "Kau tidak mau karena aku seorang nenekcebol dan jelek?" tanya Nyi Roro Manggut. "Sekali pun kau seorang bidadari, aku tetaptidak akan mau melakukan hal itu." Jawab Wiropula. "Sungguh?" "Sungguh!" jawab murid Sinto Gendengtegas. "Nyi Roro, aku telah mengganggu dirimu,maafkan. Aku minta diri untuk meninggalkan

Page 92: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 92

tempat ini." "Tunggu dulu. Aku akan menguji dulu ucapanmu tadi." Habis berkata begitu klik... klik... klik!Nyi Roro Manggut jentrikkan tangannya tiga kaliberturut-turut. Ruangan besar itu tiba-tiba berubah menjadi sebuah kamar yang sangat bagus dan mewah. Nyi Roro Manggut lenyap entah ke mana. Ketika Wiro memandang ke samping kiri di situ ada sebuah tempat tidur rendah dilengkapi bantal-bantal lembut. Dan di atas tempat tidur itu tergolek sosok seorang gadis yang wajahnya luar biasa cantik. Kepalanya tidak manggut-manggutan lagi.Saat itu juga tercium bau wangi harum semerbakdan lapat-lapat terdengar suara alunan gamelan. "Wiro, inilah ujud diriku sebenarnya sebagaimana ucapan sahabatmu Kakek Segala Tahu. Sekarang apakah kau masih menolak melakukan syarat yang aku sebutkan?" Pendekar 212 Wiro Sableng terkesiap.Nafasnya tertahan. Matanya masih memandangtak berkesip. Suara yang barusan bicara samaseperti suara Nyi Roro Manggut yang nenek tadi.Wiro menggosok matanya. Di atas pembaringan gadis cantik tertawapanjang. "Wiro, sekali ini pandanganmu tidak tertipu.Inilah ujud diriku sebenarnya. Ujud Nyi RoroManggut yang asli. Mendekatlah ke mari,berbaring di sebelahku. Saat ini kita telah menjadisuami istri. Aku bersedia melayanimu...." Sambilberucap si gadis gerakkan kakinya hinggapakaiannya yang terbelah menyingkapkansobagian auratnya sebelah bawah. "Gila!" ujar murid Sinto Gendeng. "Wiro, kau ingin Ilmu Meraga Sukma. Kauingin menolong sahabatmu gadis bernama Bungaitu. Kau tunggu apa lagi?" "Nyi Roro...."

Page 93: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 93

"Ah, suaramu gemetar menyebut namaku.Mendekat ke mari...." "Nyi Roro, aku mengagumi kecantikan wajahdan kebagusan tubuhmu. Tapi sayang, aku tetaptidak bisa menerima permintaanmu." "Kau takut berdosa?" "Semua orang bisa saja berdosa. Tapi untukurusan yang beginian aku tidak bisa. Maafkanaku...." "Aku sudah menjadi istrimu. Berarti tidak adadosa apa pun atas dirimu jika kau mencumbuidiriku...." "Tidak Nyi Roro. izinkan aku keluar dari sini." "Wiro, ketika kau menyelamatkan RatuDuyung dari kutukan, kau bersedia menidurinya.Mengapa saat ini kau menolak melakukan halyang sama?" "Kau salah menduga Nyi Roro. Mungkin jugamendengar cerita yang keliru. Aku tidak pernahmeniduri Ratu Duyung. Keselamatannya darikutukan itu adalah atas kehendak dan kuasa GustiAllah." "Begitu?" "Memang begitu," jawab Wiro. Tiba-tiba secara aneh tempat tidur besar itubergerak meluncur mendekati Wiro. Demikiandekatnya hingga Wiro melihat jelas kecantikanwajah nan kebagusan tubuh Nyi Roro Manggut. "Kau masih ingin menolak, Pendekar 212?Aku tahu hatimu bimbang. Dengar, kau adalahmanusia biasa, terdiri dari daging, tulang dandarah. Di dalam dirimu ada hati nurani yangdlbungkus oleh satu hasrat yang tidak bisa kauIngkari. Tidurlah di sampingku. Kita sudah men-jadi sepasang suami istri. Aku siap melayanimu."Nyi Roro ulurkan tandannya. Wiro garuk-garuk kepala. Dalam hati diaberkata. "Ngacok! Ke pan nikahnya aku sama dia!" "Wiro...,"

Page 94: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 94

"Maafkan aku Nyi Roro." "Kau benar-benar menolak?" "Aku sudah melupakan untuk mendapatkanIlmu Meraga Sukma itu. Aku akan berusahamencari cara lain untuk menyelamatkan Bunga." Nyi Roro Manggut turun dari atas tempattidur besar. Berdiri di hadapan Wiro dan pegangpundak kiri kanan si pemuda dengan keduatangannya. Wiro merasa nafasnya seperti berhentidan darahnya seperti tidak mengalir lagi. Nyi Roro Manggut tiba-tiba dekatkan mulutnyake wajah sang pendekar. Wiro mengira dirinyahendak dicium. Ternyata Nyi Roro Manggut berbalik. "Kau lulus syarat pertama...." Wiro lepaskan nafas lega. "Tapi masih ada satu syarat lagi yang haruskau laksanakan. Kau bersedia melakukan?" Wiro mengangguk. "Kalau aku punyakemampuan," jawabnya. Nyi Roro Manggut mundur dua langkah. Seperti tadi dia jentikkan tangannya tiga kali.Kamar besar dengan tempat tidur mewah sertamerta lenyap. Tapi ujud dirinya tidak berubah, tetap sebagai seorang gadis cantik jelita berpakaian tipis. "Wiro, lihat ke sisi kananmu." Ucap Nyi RoroManggut. Wiro berpaling ke arah yang dikatakan. Diamelihat satu pemandangan aneh. Kira-kira duapuluh langkah di sebelah kanan terdapatserumpunan semak belukar dan jejeran pohon-pohon besar. Di tengah semak belukar ada sebuah goa yang batu-batunya terbuat dari batu menyala, panas merah menyala. Di mulut goa terdapat satu batu empat persegi yang juga merupakan batu menyala panas, mengepulkan asap menggidikkan. Nyi Roro merobek ujung pakaiannya, mem-

Page 95: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 95

buntalnya lalu melemparkan ke atas batu empatpersegi. "Bleepp!" Serta merta robekan pakaian itu berubahmenjadi kobaran api lalu lenyap jadi asap." Darisudut ruangan Nyi Roro Manggut mengambilsebuah jambangan terbuat dari besi. Jambanganbesi ini dilemparkannya ke atas batu. "Cesss!" Hanya dalam waktu sekejapan saja benda itudikobari api, leleh dan akhirnya amblas lenyap! "Wiro, tanggalkan semua pakaian luarmu.Melangkah ke mulut goa. Lalu kau harus dudukbersila di atas batu menyala itu-." Murid Sinto Gendeng melengak kaget.Berpaling pada Nyi Roro Manggut. "Nyi Roro...."

Page 96: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 96

BASTIAN TITOMERAGA SUKMA

11TU SYARAT kedua. Kalau kau ingin dapat-kanIlmu Meraga Sukma. Kalau kau ingin menolong sahabatmu Bunga."

Wiro garuk kepala habis-habisan. Diamemandang pulang balik dari wajah cantik jelitaNyi Roro Manggut yang tersenyum padanya kebatu merah menyala di mulut goa. "Gila, besi saja amblas begitu rupa. Apalagipantatku jika aku duduk bersila di atasnya!" "Wiro, aku tidak punya waktu lama. Kau maumenjalankan syarat atau tidak?" Wiro gigit-gigit bibirnya. Dia coba menguatkannati menabahkan semangat. "Nyi Roro, aku akan lakukan apa yang kausyaratkan," jawab Wiro dengan mata menataptajam ke arah goa dan batu menyala empat persegi. Nyi Roro Manggut tersenyum, anggukkankepala. Wiro melangkah ke arah goa merah menyala.Masih lima belas langkah hawa panas dari goadan batu di dalamnya telah menerpa dirinya. Wiromelangkah terus walau saat itu rasanya tubuhnyaseperti terpanggang. Sepuiuh langkah dari depangoa dia hentikan langkah, di sini Wiro buka bajuserta celana panjang putih yang dikenakannya.Kapak Maut Naga Geni 212 dan kantong hitamberisi batu sakti diletakkan di atas tumpukanpakaian. Otot-otot di dada dan perutnya meng-gembung keras. Kulit tubuhnya berubah merah. "Tuhan, tolong saya...." ucap Wiro dalam hatiketika rasa kebimbangan menyeruak dalamdirinya. Kemudian dengan langkah mantap dia

I

Page 97: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 97

berjalan ke arah goa. Makin dekat ke goa semakinKeras hawa panas yang menerpanya. Tubuhnyalaksana leleh. Matanya perih sakit luar biasaseolah ada ratusan jarum menusuk. Tepat di depan goa Wiro balikkan badan,melangkah mundur lalu rundukkan badan, siapuntuk duduk di atas batu empat persegi merahmenyala. Wiro menggigit bibirnya kencang-kencang hingga luka dan berdarah saking takkuat menahan hawa panas yang menghantamtekujur tubuhnya terutama di bagian belakang.Wiro pejamkan mata. Tubuhnya bergetar hebat,basah oleh keringat yang seolah berupa guyuranair panas mendidih. Wiro dudukkan tubuhnya diatas batu menyala panas. "Cosss!" Suara kencang terdengar pada saat tubuhWiro duduk di atas batu menyala. Dia sudah siapuntuk amblas dan leleh bahkan mati mengenaskan! Tapi hal itu tidak terjadi, yang dirasakannya adalah hawa dingin luar biasa tiba-tiba memasuki tubuhnya, berasal dari batu merah menyala yang didudukinya, dan dari batu menyala goa di sekelilingnya. Rahangnya sampai bergemeletakkan. Dia coba kerahkan tenaga dalam, kerahkan hawa hangat dari pusar tapi tidak berhasil. Tubuhnya makin lama makin dingin dan kaku. Dalam keadaan bersila dan dua tangan dirangkapkan di depan dada dia seolah telah berubah jadi patung es. Asap putih mengepul dari setiap sudut tubuh terutama dari ubun-ubun di atas batok kepalanya. Lalu darah kelihatan mengucur dari sepasang mata, telinga dan hidung, juga dari sela bibir. Wiro merasa tubuhnya makin lama semakin kecil lalu lenyap. Ketika sosoknya hadir kembali, dia merasaka ada sesuatu yang bergerak keluar dari tubuh kasar itu. Dia seperti pindah ke satu sama alam lain di mana dia hanya melihat kekosongan

Page 98: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 98

sejauh mata bisa memandang. Pada saat itulah dia mendengar suara Nyi Roro Manggut berkata. "Pendekar 212, bangkit dari atas batu.Berjalan ke hadapanku." Seperti orang yang setengah kena sirap Wiroberdiri dari batu merah menyala lalu melangkahke arah Nyi Roro Manggut. Sepuluh langkahmeninggalkan batu dan goa, hawa panas tiba-tibakembali menerpanya, kali ini dari belakang. Wiroberjalan terus hingga akhirnya sampai di hadapanNyi Roro Manggut. "Wiro, berputarlah, lihat ke arah goa." UcapNyi Roro Manggut pula. Wiro lakukan apa yang dikatakan orang.Ketika dia berpaling dan melihat ke arah goaterkejutlah murid Sinto Gendeng ini. Di sana, diatas batu empat persegi merah menyala diamelihat sosoknya sendiri dalam keadaan dudukbersila, dua tangan dirangkapkan di depan dada. Wiro raba muka, tubuh dan hampir sekujurtubuhnya sendiri. "Eh, bagaimana bisa begini? Aku yang benaran yang mana?" ucap Wiro. Nyi Roro Manggut tertawa panjang. Diamenunjuk ke arah goa. "Sosok yang duduk bersila di atas batu merahpanas itu adalah sosokmu yang asli. Yang berdiridi sini adalah sukmamu. Inilah yang disebut IlmuMeraga Sukma. Si pemilik ilmu bisa meninggalkantubuh kasarnya, melanglang buana dengansukmanya yang bisa menembus ke mana-mana,bahkan masuk ke dalam lobang semut, lolosmelewati lobang jarum sekali pun." "Ah, jadi aku telah dapatkan ilmu itu. Terimakasih Nyi Roro. Tapi...." "Tapi apa Pendekar 212?" "Bagaimana aku kembali ke sosokku yangasli?" "Kau takut tak bisa kembali dan nyasar

Page 99: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 99

gentayangan tak karuan di jalanan?" Nyi Roro Manggut tertawa panjang. "Kalau kau inginmeraga sukma, kau harus duduk bersila sepertitadi, mengosongkan pikiran, menutup mata danpendengaran lalu lafalkan Basmallah tiga kali,kemudian mengucap Meraga Sukma tiga kali.Setelah itu sukmamu akan keluar dari dalamtubuh. Kau bisa melakukan apa saja asal yangbaik-baik...." Wiro tersenyum. Ingat percakapannya denganKakek Segala Tahu. Bahwa dengan ilmu itu diabisa mengintip gadis kencing, masuk ke dalamkamar pengantin baru dan berbagai perbuatannakal lainnya. "Mengapa kau tersenyum?" Nyi Roro Manggutbertanya. "Tidak, tidak ada apa-apa Nyi Roro Manggut,"jawab Wiro. "Lalu Nyi Roro Manggut, bagaimanacaranya sukmaku masuk kembali ke dalam tubuhkasar?" "Kau kembali mengucap Basmallah tiga kali,disusul mengatakan dalam hati Meraga SukmaKembali Pulang juga tiga kali. Maka sukmamuakan menyatu kembali dengan tubuh kasarmu." "Luar biasa! Aku benar-benar berterima kasihpadamu Nyi Roro Manggut." "Dengan Ilmu Meraga Sukma kau bisa masukke dalam guci tembaga tempat sahabatmu gadisalam roh itu disekap. Kau bisa mengeluarkannyadengan sangat mudah. Semudah tadi kaumenanggalkan pakaian...." Wiro garuk-garuk kepala. "Sekarang apakah kau mau gentayangan duluatau kembali menyatu dengan tubuh kasarmu?" "Ah, aku ingin cepat-cepat masuk kembali.Takut masuk angin," kata Wiro sambil tertawadan usap dada serta perutnya yang telanjang.Lalu dia ingat sesuatu dan bertanya. "Nyi RoroManggut. Setiap aku mau mengeluarkan Ilmu

Page 100: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 100

Meraga Sukma, apakah aku harus membukaseluruh pakaian lebih dulu?" Nyi Roro Manggut tersenyum. "Kau tadikusuruh membuka pakaian karena itulah salahsatu syarat untuk memasukkan ilmu itu ke dalamtubuhmu. Masih untung kau tidak kusuruh bugil.Selanjutnya untuk menerapkan ilmu itu kau tidakperlu membuka pakaian segala." Wiro tertawa. "Aku mengerti, aku mengerti. Sekarang akumau kembali saja, menyatu dengan ragaku." "Tunggu, sebelum kau menyatu dengan jazadaslimu ada satu hal yang harus aku beri tahu.Ilmu Meraga Sukma bukan ilmu sembarangan.Jadi hanya boleh kau pergunakan pada saat-saattertentu ketika segala ilmu kepandaianmu yangInln tidak berdaya menghadapi tantangan.Kemudian pada suatu ketika, ketika kaubermaksud mengeluarkan ilmu itu, mungkin sajaIlmu itu tidak bisa dipergunakan. Berarti GustiAllah tidak atau belum memperkenankan kaumempergunakan ilmu tersebut pada saat itu. Kaumengerti?" Wiro anggukkan kepala. "Sekarang kalau kau mau kembali ke tubuhmuasli silakan saja." Wiro mengucap Basmallah tiga kali, menyebutMeraga Sukma Kembali Pulang tiga kali. Seperti ada satu kekuatan yang membimbing,cepat sekali, sosok Pendekar 212 melesat kearah sosok yang duduk di atas batu. Sesaatkemudian satu sentakan halus pada urat besar dilehernya membuat Wiro berada di alamnyasemula. Hawa dingin kembali menyerangnya tapikali ini dia sanggup bertahan. Perlahan-lahan diabangkit berdiri dari batu merah menyala,melangkah kembali ke arah Nyi Roro Manggutberdiri. Kali ini tak ada lagi terpaan hawa panasdi belakangnya. Malah ketika dia menoleh ke

Page 101: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 101

belakang, goa, batu empat persegi, semak belukardan jejeran pohon-pohon besar tidak kelihatanlagi, lenyap entah ke mana. Kini dia dan Nyi RoroManggut kembali berada di ruangan pertama kalidia masuk. Wiro mengenakan baju dan celana putihnyakembali. Setelah menyimpan batu hitam danmenyisipkan Kapak Maut Naga Geni 212 diamendekati Nyi Roro Manggut, membungkukdalam-dalam. "Ah, bocah ingusan! Tadi ketika datang kautidak memberi salam dan tidak membungkukhormat seperti itu. Sekarang setelah kuberi ilmusikapmu sopan amat." Wiro tertawa lebar dan garuk-garuk kepala."Tadi, aku tidak tahu mau menghormat siapa.Soalnya kau sembunyi di dalam Tirai SamuderaBiru." "Ya, sudah, kau memang pandai bicara." Daribalik pakaiannya Nyi Roro Manggut keluarkansehelai sapu tangan biru muda. "Di wajahmubanyak lelehan darah yang hampir mengering."Wiro terkejut karena tidak melihat sendiri. "Waktu kau duduk di batu panas tadi, darah mengucur dari hidung, mulut, kening, telinga serta pinggiran mata. Biar aku tolong membersihkan. Merunduklah." "Ah, kau baik sekali. Terima kasih Nyi RoroManggut." Wiro lalu tundukkan kepalanya. Dengan sapu tangan biru Nyi Roro Manggut membersihkan semua noda darah yang ada di wajah Pendekar 212 Wiro Sableng. "Nyi Roro Manggut, apakah aku bolehmeminta sapu tangan itu?" tanya Wiro. "Buat apa?" balik bertanya Nyi Roro Manggut. "Untuk kenang-kenangan. Bahwa aku punyaseorang sahabat dan tuan penolong di tempatIni." Nyi Roro Manggut tersenyum. "Sapu tangan

Page 102: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 102

bernoda darah ini biar aku yang menyimpan. Kauambil yang ini, yang masih baru." Lalu gadisjelita itu keluarkan lagi sehelai sapu tangan binimudn dan diserahkannya pada Wiro. Setelahmenyimpan sapu tangan biru bernoda darah NyiRoro Manggut bertanya. "Sekarang kau hendakmelakukan apa?" "Kalau boleh aku ingin cepat-cepat kembali." Dari balik pinggang pakaiannya Nyi RoroManggut keluarkan sebuah benda yang ternyataadalah sehelai kipas terbuat dari kayu cendanasangat tipis, menebar bau harum. "Aku titip kipas ini padamu. Tolong berikanpada kakek yang memberiku kaleng butut itu." Wiro mengambil kipas yang diberikan. Lalumengamati. "Kipas bagus, boleh aku buka?" Nyi Roro Manggut mengangguk. Wiro lalu membuka kipas kayu cendana itu.Di sebelah dalam kipas itu penuh dengan ukiranbagus sekali. Di bagian tengah terpampang duabuah ukiran wajah. Satu wajah seorang pemudagagah, satunya wajah seorang gadis cantik jelita.Dari ukiran wajah si gadis Wiro segera mengenaliitu adalah wajah Nyi Roro Manggut. "Nyi Roro, saya mengenali wajahmu di kipasini. Kalau aku boleh bertanya, siapakah wajahpemuda gagah di sebelahmu?" Nyi Roro Manggut tersenyum. "Kau boleh tanyakan nanti pada Kakek SegalaTahu." Jawab Nyi Roro Manggut. "Sebenarnya, apa hubunganmu dengan ka-kekku itu?" tanya Wiro pula. Kembali orang yang ditanya tersenyum danberkata. "Tanyakan saja pada kakekmu langsung." Wiro garuk-garuk kepala. Lalu lipat kipas kayucendana itu kembali dan simpan di balikpakaiannya. "Nyi Roro Manggut...." Wiro berdiri dan

Page 103: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 103

berucap sambil pandangi wajah cantik gadis didepannya. "Aku minta diri. Aku sangat berterimakasih atas semua kebaikan hatimu, mau mem-berikan Ilmu Meraga Sukma padaku. Sekarang..." Ketika Pendekar 212 tidak meneruskanucapannya Nyi Roro Manggut bertanya. "Sekarang apa?" "Sekarang, harap kau jangan marah danmenduga yang bukan-bukan...." "Kau belum mengatakan bagaimana aku maumarah dan menduga yang bukan-bukan." Wiio garuk-garuk kepala. Setelah mengum-pulkan keberaniannya baru dia berkata. "Sekarang, sebelum pergi bolehkah akumemelukmu?" Nyi Roro Manggut terdiam, menatap wajahlang pendekar lalu tertawa merdu. Sambil tertawagadis ini kembangkan dua tangannya. "Gadis mana tidak bahagia dipeluk oleh pe-muda sepertimu," ucap Nyi Roro Manggut. KeduaOrang itu saling mendekati lalu saling berangkulan erat dan lama. "Terima kasih Nyi Roro, kau baik sekali...."bisik Wiro ke telinga Nyi Roro Manggut. Nafashangat yang menyapu daun telinganya membuatNyi Roro Manggut menggeliat dan mendesahHalus. "Kau pemuda hebat. Pantas Naga Biru keluardari alam batu untuk menemui dan memberiberkah padamu. Sehingga kau dengan bebassampai ke ruangan ini...." "Ah, jadi kau tahu kejadian itu." "Semua apa yang terjadi di kawasan ini takluput dari perhatianku walau sepanjang hari -akuberada dalam Tirai Samudera Biru. Wiro, jika adakesempatan datanglah kembali ke sini. Denganmembekal sapu tangan biru itu kau bisa bebasmelewati setiap pintu yang menuju ke tempatkediamanku."

Page 104: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 104

"Undanganmu itu akan sangat aku perhatikanNyi Roro," jawab Wiro seraya tangannyamengusap membelai punggung lembut Nyi RoroManggut. Nyi Roro sendiri dengan manja susupkankepalanya ke dada bidang Pendekar 212 WiroSableng. Tiba-tiba suara alunan gamelan dikejauhan lenyap. Bau harum semerbak tubuh danpakaian Nyi Roro Manggut juga sirna, bergantidengan bau lain yang kurang sedap. Sosok yangdipeluk Wiro penuh mesra itu terasa lain, sepertimenggantung di atas lantai ruangan. Perlahan-lahan Wiro buka dua matanya yangdipejamkan. "Astaga!" Wiro melihat. Mendelik besar. Ternyata yangdipeluknya saat itu bukan sosok Nyi RoroManggut yang berupa gadis cantik jelitamelainkan Nyi Roro Manggut yang pertama kalidilihatnya yakni seorang nenek cebol bermataJuling dan tiada hentinya manggut-manggut. Wirocepat lepaskan pelukannya. Nyi Roro Manggut tertawa panjang, melompatturun ke lantai lalu lari ke tengah ruangan. Dudukdi atas bantalan tebal. Tirai kain biru bergerakmemutar. Sesaat kemudian sosok Nyi Roro Manggut si nenek lenyap di balik Tirai Samudera Biru. Wiro pencongkan mulutnya, bahunya terlonjak-lonjak beberapa kali. Kemudian diamelangkah mendekati tirai lalu membungkukdalam-dalam. "Nyi Roro Manggut, aku Wiro Sableng mohondiri. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasihatas budi baikmu." "Selamat jalan bocah ingusan. Jaga dirimubaik-baik. Ingat, jangan pergunakan Ilmu MeragaSukma untuk mengintip gadis kencing...." "Eh, bagaimana dia bisa tahu?" pikir Wiro.

Page 105: Wiro Sableng...Episode ke 130 : Meraga Sukma Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal

M e r a g a S u k m a 105

Lalu sambil menggeleng-geleng dan garuk-garukkepala dia melangkah ke pintu. Di belakangnyaterdengar suara tawa panjang dan merdu NyiRoro Manggut.

TAMAT

SEGERA TERBIT BUKU SELANJUTNYAMELATI TUJUH RACUN


Top Related