BAB 28PERTAHANAN KEAMANAN
BAB 28
PERTAHANAN KEAMANAN
I. PENDAHULUAN
Tanggung jawab yang utama dari pemerintah negara adalah
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
terhadap ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam ne-
geri, sehingga perlu diselenggarakan berbagai upaya di bidang
pertahanan keamanan. Untuk tujuan ini di dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara telah dicantumkan beberapa pegangan,
yaitu:
1. Pembangunan pertahanan keamanan sebagai bagian integral
dari pembangunan nasional diarahkan pada pengembangan
kemampuan bangsa dan negara untuk menghadapi segala an-
caman baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri me-
lalui upaya pertahanan dan upaya keamanan dalam rangka
menjamin tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan
menjamin kelangsungan pembangunan nasional serta meng-
amankan hasil-hasilnya.
2. Kebijaksanaan pembangunan pertahanan keamanan ditujukan
pada perwujudan daya tangkal yang tangguh, melalui pem-
451
bangunan, pemeliharaan dan pengembangan serta pendaya-
gunaan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan
rakyat semesta secara terpadu dan terarah, sehingga ter-
bina kekuatan pertahanan rakyat semesta berintikan ABRI
yang relatif kecil, efektif dan efisien yang didukung
oleh kemampuan nasional yang nyata.
3. Pembangunan pertahanan keamanan dilaksanakan secara ter-
padu dan bertahap sesuai dengan kondisi dan kemampuan
bangsa dan negara melalui upaya peningkatan kemampuan
pertahanan dan upaya memantapkan keamanan dalam rangka
perwujudan daya tangkal pertahanan keamanan negara. Daya
tangkal pertahanan keamanan negara diwujudkan dalam ben-
tuk pemantapan pembinaan teritorial serta seluruh ke-
mampuan komponen pertahanan keamanan negara, dengan di-
landasi tekad dan kerelaan rakyat untuk melaksanakan bela
negara serta kemanunggalan ABRI dengan rakyat.
4. Dalam pembangunan pertahanan keamanan setiap investasi
harus menunjukkan kemanfaatan yang nyata dan waktu kegu-
naan yang cukup panjang serta sedapat mungkin disertai
adanya kegunaan tambahan. Di samping itu dalam setiap
upaya penyelenggaraan pertahanan keamanan negara efekti-
vitas untuk menghadapi keadaan darurat harus tetap ter-
jamin.
5. Pertahanan keamanan negara dilaksanakan dengan sistem
pertahanan keamanan rakyat semesta yang mencakup keselu-
ruhan daya mampu bangsa dan negara serta disusun, di-
siapkan dan digerakkan secara terpadu dan terpimpin da-
lam bentuk balk perlawanan bersenjata maupun perlawanan
lainnya dengan didasarkan pada keyakinan akan kekuatan
452
sendiri dan jiwa tidak mengenal menyerah. Untuk itu
ideologi Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsa serta
hakekat kemanunggalan ABRI dengan rakyat harus tertanam
dengan teguh dalam jiwa dan alam pikiran seluruh rakyat
Indonesia, sehingga dapat mewujudkan kekuatan pertahanan
keamanan negara yang ampuh dengan ketahanan mental yang
tangguh.
6. Dalam rangka penyelenggaraan pertahanan keamanan negara
setiap warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajib-
an untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara yang
harus dilaksanakan dengan memenuhi asas keadilan dan pe-
merataan. Dalam hubungan ini perlu ditumbuhkan kesadaran
akan hak, kewajiban dan kehormatan untuk ikut serta
dalam pembelaan negara dengan menanamkan sedini mungkin
kecintaan kepada Tanah Air, kesadaran bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan terhadap
Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan berkorban
untuk negara serta kemampuan awal bela negara melalui
pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan di
sekolah.
7. Pembinaan kemampuan pertahanan keamanan negara dilakukan
dengan lebih meningkatkan kemampuan ABRI dalam menegak-
kan kedaulatan di darat, laut, udara, dirgantara dan me-
negakkan hukum, keamanan, ketertiban serta dalam perlin-
dungan dan penyelamatan masyarakat. Sejalan dengan itu
unsur-unsur kemampuan lainnya perlu ditingkatkan sehing-
ga ABRI bersama komponen pertahanan keamanan lainnya
mampu melaksanakan tugas-tugas pertahanan keamanan
negara sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang diha-
dapi oleh negara dan bangsa.
453
8. Komponen dasar kekuatan pertahanan keamanan negara yang
mampu melaksanakan fungsi ketertiban umum, perlindungan
rakyat, keamanan rakyat dan perlawanan rakyat terdiri dari
warga negara yang meyakini kebenaran Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 serta rela berkorban bagi ne-
gara dan bangsa, perlu mulai dirintis pembentukannya
melalui pendidikan pendahuluan bela negara.
9. ABRI sebagai komponen utama kekuatan pertahanan keamanan
negara harus mampu melaksanakan fungsi penindak dan pe-
nyanggah awal terhadap setiap ancaman. Dalam keadaan aman
dan damai dipelihara kekuatan ABRI yang relatif
kecil tetapi efektif dan efisien dengan mutu dan mobili-
tas tinggi serta yang dalam waktu relatif singkat mampu
diproyeksikan ke segala penjuru Tanah Air, dan dalam ke-
adaan darurat dapat cepat dikembangkan, dengan mengingat
luas wilayah, jumlah penduduk dan besarnya kekayaan
nasional yang harus dilindungi. Untuk itu kekuatan ABRI
perlu didukung oleh suatu sistem cadangan, yang mencakup
segenap unsur, sarana dan sumber daya yang diperlukan.
10. ABRI melaksanakan fungsi sebagai kekuatan pertahanan ke-
amanan dan sebagai kekuatan sosial politik. Dalam rangka
melaksanakan fungsi sosial politik, pembinaan kemampuan
ABRI diarahkan agar mampu berperan sebagai stabilisator
dan dinamisator kehidupan nasional serta mampu melaksa-
nakan fungsinya untuk secara aktif ikut berpartisipasi
dalam pembangunan nasional serta memperkuat kehidupan
konstitusional, demokrasi dan tegaknya hukum dan dalam
memperkokoh ketahanan nasional.
11. Bakti ABRI merupakan sumbangan pengabdian ABRI dalam
454
rangka memanfaatkan kemampuan ABRI untuk menunjang pem-
bangunan nasional.
12. Pembinaan keamanan umum dan ketenteraman masyarakat di-
tujukan kepada usaha untuk mengembangkan sistem keamanan
dan ketertiban masyarakat yang bersifat swakarsa, dengan
berintikan Polri sebagai alat negara penegak hukum yang
mahir, terampil, bersih dan berwibawa. Dalam hal ini le-
bih diutamakan usaha-usaha pencegahan dan penangkalan,
sedangkan pembinaan kesadaran masyarakat terhadap keaman-
an dan ketertiban masyarakat terus ditingkatkan.
13. Upaya modernisasi penyelenggaraan pertahanan keamanan
negara, khususnya modernisasi ABRI ditujukan kepada pe-
ningkatan kemampuan personil, perangkat lunak dan pe-
rangkat keras. Upaya itu disesuaikan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta sejauh mungkin me-
manfaatkan kemampuan dan potensi yang terdapat dan diha-
silkan di dalam negeri sehingga sekaligus meningkatkan
kemandirian baik di bidang pengadaan peralatan dan per-
lengkapan pertahanan keamanan maupun di bidang pemeliha-
raan dan perawatannya. Dalam hubungan ini perlu dikem-
bangkan industri pertahanan keamanan dan industri lain-
nya yang mendukung modernisasi ABRI, dengan memanfaatkan
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan
penelitian dan pengembangan nasional.
14. Pembangunan kekuatan cadangan TNI ditujukan kepada ter-
binanya seluruh potensi dan kekuatan yang ada dalam ma-
syarakat, baik tenaga manusia, maupun peralatan, fasili-
tas dan jasa, agar setiap diperlukan dapat dikerahkan
untuk kepentingan pertahanan keamanan negara.
455
15. Dalam melaksanakan peranan dan tugas pokoknya sebagai
komponen utama kekuatan pertahanan keamanan negara dalam
rangka sistem pertahanan keamanan rakyat semesta, ABRI
perlu mengembangkan dan menerapkan pembinaan teritorial
yang diselenggarakan secara terpadu dengan instansi pe-
merintah dan masyarakat.
16. Perlindungan masyarakat sebagai komponen khusus kekuatan
pertahanan keamanan negara perlu terus dibina agar se-
tiap lingkungan masyarakat secara terpisah maupun bersa-
ma memiliki kemampuan untuk menanggulangi akibat bencana
perang, bencana alam atau bencana lainnya, serta mampu
memperkecil akibat malapetaka yang menimbulkan kerugian
jiwa dan harta benda.
17. Komponen pendukung kekuatan pertahanan keamanan negara
yang terdiri dari sumber alam, sumber daya buatan serta
prasarana dan saran nasional yang bernilai strategik
perlu ditata dan diatur dalam suatu peraturan perun-
dang-undangan, agar bila diperlukan terutama dalam kea-
daan darurat dapat didayagunakan secara optimal dalam
menunjang kelancaran dan kelangsungan upaya pertahanan
keamanan negara.
Dalam tahap pembangunan sekarang prioritas pembangunan
masih tetap harus diberikan kepada upaya untuk meningkatkan
taraf hidup rakyat melalui pembangunan ekonomi dan sosial bu-
daya. Meskipun demikian upaya pertahanan keamanan negara
tidak dapat diabaikan, karena berbagai ketidakpastian masa
depan serta tuntutan perkembangan lingkungan strategik yang
harus kita hadapi, khususnya untuk kurun waktu 1989 - 1993.
Kebutuhan pertahanan keamanan negara di satu pihak dan keter-
batasan kemampuan ekonomi dan keuangan negara di lain pihak
456
menuntut suatu perencanaan strategik yang baik, sehingga
setiap upaya pengembangan kemampuan Hankam/ABRI dapat dise-
lenggarakan secara ekonomis dan efisien serta penggunaan ke-
kuatan Hankam/ABRI dapat dilakukan secara efektif.
II. KEADAAN DAN MASALAH
Baik secara global maupun dalam lingkup kawasan Asia,
khususnya Asia Tenggara, Indonesia berada dalam suatu ling-
kungan yang ditandai dengan berbagai pertentangan. Di bebe-
rapa kawasan pertentangan ini telah atau sewaktu-waktu dapat
menjelma menjadi konflik bersenjata. Lingkungan hidup negara
Indonesia mengandung berbagai ancaman, tantangan dan sumber
keresahan yang senantiasa memaksa bangsa Indonesia untuk ber-
sikap waspada.
Dari berbagai bentuk ancaman luar negeri, maka yang
perlu mendapat perhatian adalah perang revolusioner. Kekua-
tiran akan akibat perang umum maupun kemungkinan eskalasi
perang terbatas, menyebabkan makin berkembangnya suatu bentuk
perang yang sering disebut perang revolusioner. Infiltrasi,
subversi sampai pada kerusuhan dan pemberontakan bersenjata
merupakan tahap-tahap dari bentuk perang ini, yang total
sifatnya, baik dalam obyek, maupun metode, sehingga tidak
satupun aspek kehidupan bangsa yang luput dari ancaman ini.
Suatu gejala lain yang perlu mendapat perhatian pula adalah
teror internasional dengan tindakan seperti pembajakan dan
penyanderaan, suatu cara baru untuk mencapai suatu tujuan po-
litik.
Beberapa bentuk gangguan dalam negeri yang setiap saat
dapat dihadapi dan perlu mendapat perhatian bidang pertahanan
457
keamanan negara antara lain: gangguan terhadap persatuan dan
kesatuan bangsa, gangguan keamanan wilayah laut Nusantara,
gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, gangguan infil-
trasi dan subversi serta pemberontakan bersenjata yang bia-
sanya berkaitan dengan usaha pihak asing, gangguan kejahatan
narkotik, gangguan kejahatan dengan kekerasan serta berbagai
bentuk gangguan yang disebabkan oleh ketegangan sosial.
Sungguhpun perhatian lebih dipusatkan pada masalah kea-
manan dalam negeri serta rongrongan yang lebih bersifat in-
filtrasi dan subversi, kewaspadaan nasional terhadap segala
bentuk ancaman dan tantangan merupakan sesuatu yang mutlak,
untuk memelihara kelangsungan hidup bangsa dan mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatan serta melaksanakan pembangunan di
segala bidang untuk mencapai ketahanan nasional yang tinggi.
Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam menghadapi
masalah pertahanan dan keamanan adalah perkembangan ling-
kungan internasional dan regional, pertentangan dan konflik
bersenjata yang terjadi di beberapa kawasan, pengaruh resesi
ekonomi dan perkembangan lingkungan hidup di dalam negeri
sendiri. Suasana ketidakpastian menuntut agar bangsa Indo-
nesia lebih menyadari kenyataan dan meningkatkan upaya untuk
memelihara daya tangkal yang efektif.
Pembangunan Hankam/ABRI yang sebenarnya baru dimulai
pada tahun 1974/75 yang merupakan tahun pertama Repelita II,
dalam rangka Pembangunan Nasional perlu dilanjutkan. Kegiatan
yang dapat dilakukan pun masih sangat terbatas dibandingkan
dengan kebutuhan, karena kondisi awal yang sangat rendah se-
bagai akibat penugasan operasi yang terus menerus. Deteriori-
sasi materiil serta prasarana/sarana logistik maupun pendi-
dikan merupakan ciri keadaan waktu itu yang sangat menonjol.
458
Rencana pembangunan Hankam/ABRI untuk periode pertama
dituangkan dalam Rencana Strategik Hankam I (disingkat Rens-
tra Hankam I) 1974 - 1978 yang bersamaan dengan Repelita II.
Kegiatan yang dilakukan masih tetap bersifat konsolidasi
dengan melaksanakan penyusunan kembali satuan (regrouping),
rehabilitasi dan rekondisi peralatan serta beberapa penggan-
tian (replacement) secara terbatas.
Renstra Hankam II 1979 - 1983 bersamaan dengan Repelita
III. Dalam periode ini sudah dimulai memperbesar lingkup ke-
giatan dengan memanfaatkan hasil-hasil Renstra I. Sesungguh-
nya kegiatan pembangunan masih dipusatkan pada aspek manusia,
khususnya penanganan atas kebutuhan dasar prajurit yang meli-
puti segala aspek kebutuhan kehidupannya. Penggarapan secara
lebih intensif dimulai dengan program pemantapan batalyon
yang berintikan kekuatan tempur darat. Di samping itu telah
pula dilaksanakan upaya pemantapan kemanunggalan ABRI dan
rakyat, antara lain melalui kegiatan ABRI Masuk Desa.
Renstra Hankam III meliputi periode 1984-1988 yang ber-
samaan dengan periode Repelita IV. Kegiatan untuk Repelita IV
di bidang pertahanan keamanan yang menyangkut pembangunan
Hankam/ABRI pada dasarnya merupakan lanjutan dan penyempurna-
an hasil-hasil dari Repelita II dan Repelita III. Dalam Rens-
tra Hankam III (periode Repelita IV) telah dapat dilaksanakan
reorganisasi Dephankam/ABRI, pengadaan alat utama ABRI dalam
rangka penggiatan dan pengisian, pemantapan satuan tempur
dalam kerangka ABRI kecil yang efektif dan efisien, serta
pemantapan kejuangan dan profesionalisme keprajuritan.
Renstra Hankam IV meliputi periode 1989 - 1993 yang ber-
samaan periode Repelita V. Kegiatan untuk Repelita V di bidang
pertahanan keamanan negara pada dasarnya merupakan ke-
459
lanjutan dari Repelita sebelumnya. Diharapkan agar dalam
Repelita V dapat ditingkatkan kegiatan pembangunan Hankam/
ABRI yang meliputi bala siap dan bala cadangan serta penataan
sumber daya nasional sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat
dimanfaatkan bagi pelaksanaan pertahanan keamanan negara.
Di samping penilaian lingkungan strategik untuk tahun-
tahun mendatang, ada empat prinsip yang saling berkaitan dan
memberi gaya pada upaya pertahanan keamanan serta menentukan
pengembangan kekuatan Hankam negara. Keempat prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kesatuan dan persatuan nasional sebagaimana diamanatkan
dalam doktrin dasar Wawasan Nusantara.
2. Hak ;dan kewajiban setiap warga negara dalam upaya
pembelaan negara dan perwujudan ketahanan nasional.
3. Pertahanan yang bercorak defensif aktif dan upaya keamanan
dalam negeri yang bercorak preventif aktif.
4. Aktif dalam ikut serta pengupayaan ketertiban dan
perdamaian dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Pandangan geo-politik bangsa Indonesia dalam mengartikan
tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi selu-
ruh wilayah dan segenap kekuatan bangsa yang mencakup poli-
tik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan adalah
Wawasan Nusantara. Karena bentuk dan letak geografis Indone-
sia merupakan suatu wilayah lautan dengan pulau-pulau di da-
lamnya serta mempunyai letak equatorial dengan segala sifat
dan corak khasnya, maka penghayatan dan pengisian Wawasan Nu-
santara di satu pihak merupakan keharusan untuk menjamin ke-
utuhan wilayah nasional dan melindungi sumber kekayaan alam
beserta pengolahannya, dilain pihak merupakan kepentingan
pertahanan keamanan negara dalam menegakkan kedaulatan negara
Republik Indonesia.
460
Untuk dapat memenuhi tuntutan ini dalam keadaan perkem-
bangan dunia dewasa ini, seluruh potensi pertahanan keamanan
negara haruslah sedini mungkin ditata dan diatur menjadi satu
kekuatan yang utuh dan menyeluruh.
Kesatuan pertahanan keamanan negara mengandung arti bah-
wa ancaman terhadap sebagian wilayah manapun pada hakekatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
Pertahanan keamanan negara pada hakekatnya adalah perla-
wanan rakyat semesta yang merupakan hasil upaya total yang
mengintegrasikan segenap potensi dan kekuatan politik, ekono-
mi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Setiap manusia In-
donesia secara perorangan pada akhirnya di samping merupakan
subyek juga akan merupakan obyek utama dalam pertahanan ke-
amanan negara. Karenanya harus dibekali dan diperkuat agar
dapat menjalankan perannya baik sebagai pelaku pembela negara
maupun sebagai benteng pertahanan keamanan negara. Dengan
ideologi Pancasila dan nilai-nilai nasional sebagai bekal
tangguh, dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan, di-
harapkan timbulnya spontanitas dan militansi segenap rakyat
Indonesia dalam menghadapi setiap ancaman yang membahayakan
keamanan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara, dengan ke-
yakinan akan kekuatan sendiri dan tidak mengenal menyerah.
Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta memang merupakan daya
tangkal yang dahsyat, baik terhadap ancaman luar negeri mau-
pun terhadap gangguan dari dalam negeri. Namun sehubungan
dengan kepentingan pembangunan nasional, maka berbagai hal
perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dalam hubungan
ini dianut pemikiran, bahwa kemerdekaan sebagai hasil per-
juangan dan pengorbanan seluruh rakyat, disertai pembangunan
nasional yang merupakan hasil jerih payah dan investasi uang
461
rakyat yang sangat besar, menuntut agar tidak sejengkalpun
dari wilayah nasional, termasuk segala kekayaan yang terkan-
dung di dalamnya, jatuh ke tangan pihak asing. Untuk itu ABRI
dan seluruh komponen Hankam negara lainnya harus ditingkatkan
kemampuan operasionalnya, agar memiliki kesiapsiagaan dan
ketanggapsegeraan yang tinggi dan mampu menghalau atau meng-
hancurkan musuh yang ingin memasuki wilayah nasional serta
mampu pula mengatasi gangguan terhadap keamanan dalam negeri
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Prinsip defensif aktif mencerminkan falsafah dan pan-
dangan bangsa Indonesia mengenai perang dan damai. Bangsa
Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan
dan kedaulatannya, dan bangsa Indonesia tidak dapat membiar-
kan usaha apapun yang merongrong serta membahayakan kelang-
sungan hidup bangsa dan negara. Demi stabilitas dalam negeri
setiap kemungkinan gejolak harus dapat dideteksi, diisolasi
dan diatasi secara dini. Oleh karena itu upayanya bercorak
preventif aktif.
Sesuai dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
maka ciri ke empat dari upaya pertahanan dan keamanan negara
adalah keikutsertaannya dalam mengupayakan ketertiban dan
perdamaian dunia. Khususnya mengingat kepentingan nasional
dalam pembangunan, stabilitas di kawasan Asia Tenggara harus
dipertahankan.
III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
Hankam/ABRI beserta jajarannya dalam melaksanakan peran-
nya sebagai kekuatan Hankam dan Sosial Politik bertugas pokok
mengamankan, menyelamatkan, mempertahankan dan melestarikan
462
penyelenggaraan pembangunan nasional dan hasil-hasilnya;
mengamankan dan mensukseskan perjuangan bangsa dalam mengisi
kemerdekaan serta mendorong, mendinamisasikan kehidupan de-
mokrasi Pancasila dan konstitusional dalam rangka menjamin
tetap tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia yang berda-
sarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam kurun waktu Repelita V tugas-tugas Hankam/ABRI
adalah:
1. Membina, mengembangkan, menyiapkan komponen ABRI sebagai
kekuatan penangkal ancaman baik dari luar maupun dari
dalam negeri dengan kekuatan siap kecil yang memiliki
mobilitas yang tinggi dengan cadangan yang cukup.
2. Meningkatkan kewaspadaan dalam rangka melaksanakan usaha-
usaha deteksi dini terhadap setiap gejolak ancaman baik
dari luar negeri maupun dari dalam negeri dengan melaku-
kan tindakan pencegahan awal sebagai usaha preventif
terutama terhadap golongan ekstrim kiri G30S/PKI, ekstrim
kanan dan golongan radikal lainnya.
3. Melaksanakan usaha-usaha penanggulangan terhadap berba-
gai bentuk ancaman baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri, seperti sengketa/masalah perbatasan, keru-
suhan massal, sabotase terhadap obyek vital strategik,
pengacauan bersenjata, pencurian kekayaan alam dan
lain-lain.
4. Memelihara, meningkatkan dan memantapkan stabilitas ke-
amanan di seluruh wilayah tanah air dalam rangka mengha-
dapi baik ancaman nyata maupun potensial serta memeli-
hara dan meningkatkan stabilitas keamanan di kawasan
Asia Tenggara melalui kerja sama antar negara.
463
5. Mengamankan hasil-hasil Sidang Umum MPR 1988 serta meng-
amankan dan mensukseskan pelaksanaan Pemilihan Umum
tahun 1992 dan Sidang Umum MPR 1993.
6. Bersama-sama dengan kekuatan sosial lainnya, ABRI seba-
gai kekuatan sospol berperan sebagai stabilisator dan
dinamisator dalam mengamankan dan mensukseskan pembangun-
an nasional sesuai dengan GBHN.
7. Membina kemampuan dan kekuatan sosial politik ABRI dalam
rangka turut membina penyelenggaraan sosial politik ne-
gara.
Dengan memperhatikan tugas pokok Hankam/ABRI dalam masa
5 tahun mendatang serta menyadari keadaan dalam menyongsong
Repelita V sebagai akibat dari resesi ekonomi dunia serta
perkembangan moneter internasional yang kurang menguntungkan
bagi peningkatan kemampuan keuangan negara, maka ditetapkan
kebijaksanaan dan langkah-langkah lebih lanjut berdasarkan
kondisi dan situasi tersebut.
Dilain pihak fakta yang dihadapi adalah bahwa apa yang
telah terwujud sebagai bala siap menurut ukuran konvensional,
masih perlu dibangun dan ditingkatkan dalam rangka menghadapi
gejolak-gejolak di dalam negeri dan potensi ancaman dari luar.
Dalam hubungan ini, maka pembangunan kekuatan diarahkan
pada pencapaian suatu kekuatan kecil yang tanggap dengan
reaksi cepat dan dapat dikembangkan dalam waktu singkat,
untuk itu lebih diutamakan peningkatan kualitas dari pada
kuantitas. Kebijaksanaan dalam rangka pembangunan ABRI untuk
masa Repelita V adalah sebagai berikut:
464
1. Personil
Dalam bidang ini kebijaksanaan yang ditempuh ialah me-
lanjutkan peningkatan pemenuhan kebutuhan prajurit dalam
rangka meningkatkan kemampuan fisik, moril dan mutu tempur
prajurit, didasarkan pada norma yang berlaku dan disesuaikan
dengan lingkungan sosial.
Usaha pemenuhan kebutuhan-antara lain mencakup pelanjut-
an pembangunan asrama untuk menyediakan akomodasi yang wajar
bagi prajurit. Dalam hal ini harus dicegah usaha yang menju-
rus pada pemanjaan yang justru akan merugikan nilai prajurit.
Prajurit adalah modal ABRI yang terpenting dan merupakan
pemeran utama yang paling menentukan, dan oleh karena itu
upaya peningkatan kualitas prajurit merupakan titik sentral
dalam pembinaan kekuatan. Peningkatan kualitas ini menyangkut
segi profesionalisme sebagai prajurit untuk semua kecabangan
ABRI. Masalah kualitas ini menjadi lebih mendesak lagi meng-
ingat kebutuhan akan modernisasi ABRI dalam rangka mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun pelak-
sanaannya akan selalu memperhatikan batas kemampuan sumber
daya yang tersedia, penerapan hasil-hasil perkembangan tekno-
logi merupakan suatu keharusan agar supaya tidak ketinggalan.
Kemajuan teknologi dan modernisasi membawa serta pemikir-
an dan sikap yang lebih rasional, akan tetapi penerapannya
akan diusahakan agar jangan sampai menurunkan nilai-nilai
juang TNI. Oleh sebab itu aspek lain dari peningkatan kuali-
tas prajurit adalah pemeliharaan jiwa juang yang didasarkan
pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit yang dijiwai oleh Panca-
sila dan Undang-Undang Dasar 1945. Latihan dan pendidikan
465
dalam arti yang luas akan mendapat tempat yang sangat penting
dalam kurun waktu Repelita V, baik operasi pendidikan dan
latihannya sendiri, peningkatan guru instruktur, penyempur-
naan cara dan metodenya maupun peningkatan prasarana dan
sarana pendidikannya.
Perhatian khusus perlu diberikan kepada Polri dalam
rangka meningkatkan citra Polri dalam pandangan masyarakat,
agar benar-benar dapat berperilaku sebagai pengayom masyara-
kat. Keberadaan/kehadiran anggota Polri di tengah-tengah
masyarakat adalah mutlak. Tanggung jawab dan tugas anggota
Polri di tengah masyarakat memang sangat berat, apalagi jika
diingat bahwa petugas Polri terdepan biasanya harus menjalan-
kan tugas secara individual yang memerlukan profesionalisme
yang tinggi. Untuk ini anggota Polri harus diberi pendidikan
dan latihan yang lebih sesuai dengan tugas dan tanggung jawab-
nya.
Upaya pembangunan di bidang personil dalam Repelita V
ditujukan ke arah peningkatan kualitas, sedangkan dari segi
kuantitas pengadaan personil baru ditujukan untuk penggantian.
Selain dari pada itu upaya pembangunan di bidang perso-
nil juga ditujukan ke arah terwujudnya berbagai perangkat
yang akan menunjang pembentukan Bala Cadangan manakala sewak-
tu-waktu diperlukan.
2. Materiil dan Fasilitas
Kemampuan sumber daya untuk Repelita V belum memungkin-
kan investasi materiil dan fasilitas dalam skala yang besar
dalam rangka usaha modernisasi ABRI. Meskipun tidak dimaksud-
kan untuk memupuk suatu kekuatan pertahanan yang besar, usaha
466
untuk memperoleh sistem senjata dan peralatan yang mutakhir
sebagai hasil perkembangan teknologi akan dilakukan sampai
batas yang diperlukan untuk mengikuti perkembangan agar tidak
ketinggalan.
Kemantapan deteksi dini, komunikasi dan kemampuan reaksi
cepat menjadi perhatian utama dalam pengembangan kekuatan
dalam masa Repelita V. Investasi materiil diarahkan pada:
a. Sistem senjata yang mempunyai urgensi tinggi dalam rang-
ka pemantapan satuan operasional, khususnya untuk meme-
nuhi kebutuhan penggantian serta pembulatan pencapaian
sasaran Repelita IV.
b. Peralatan utama dan fasilitas pendukung operasional bagi
kekuatan TNI-AL dan TNI-AU yang hanya bersifat pengisian
untuk mencapai kebulatan suatu sistem senjata.
Suatu kebijaksanaan di bidang materiil yang sangat pen-
ting adalah usaha memperpanjang usia pakai alat utama ABRI
yang belum mungkin diganti dengan alat utama jenis baru,
melalui renovasi, rehabilitasi dan refit. Usaha di bidang
fasilitas selama Repelita V pada dasarnya merupakan lanjutan
dari kegiatan yang telah dimulai sejak Repelita II, Repelita
III dan Repelita IV. Usaha itu diarahkan pada:
a. Lanjutan penyediaan akomodasi berupa asrama, khususnya
bagi satuan operasional dalam rangka memenuhi kebutuhan
minimal prajurit.
b. Lanjutan pembangunan fasilitas markas dengan prioritas
untuk komando teritorial, aparatur intelijen dan apara-
tur pelaksana kepolisian sebagai usaha meningkatkan
kemampuan operasional Polri.
467
c. Lanjutan pembangunan pangkalan beserta fasilitas pendu-
kungnya.
d. Lanjutan pembangunan fasilitas pendidikan dan latihan,
agar dapat menampung kebutuhan pendidikan pembentukan
maupun jenis pendidikan lainnya dalam rangka peningkatan
kualitas personil.
e. Lanjutan pembangunan fasilitas logistik, seperti fasili-
tas pemeliharaan, pergudangan dan fasilitas kesehatan,
berdasarkan penentu prioritas.
Keterbatasan sumber daya mengharuskan pula pemanfaatan
sarana dan prasarana nasional secara optimal baik bagi kepen-
tingan ABRI maupun kepentingan Hankam negara umumnya. Untuk
itu dalam Repelita V perlu disiapkan berbagai perangkat yang
akan menunjang kelancaran pemanfaatan potensi nasional bidang
sarana dan prasarana untuk kepentingan Hankam negara.
3. Kebijaksanaan Lain
Upaya lain yang mendukung keberhasilan penyelenggaraan
pertahanan keamanan negara adalah: pembinaan kendali-komando
- komunikasi - informasi, pembinaan tenaga manusia, pembinaan
ilmu pengetahuan dan teknologi, pembinaan doktrin, pembinaan
perundang-undangan, pembinaan penelitian dan pengembangan,
pembinaan materiil dan pangkalan, pembinaan industri Hankam
dan pembinaan manajemen Hankam.
Untuk menggelar kekuatan pada kedudukan strategik di
seluruh wilayah tanah air diperlukan komando dan pengendalian
yang baik agar kekuatan yang tersedia dapat didayagunakan
untuk memberikan pukulan yang menentukan terhadap ancaman
dari luar dan gangguan dari dalam negeri yang timbul di mana-
468
pun juga di setiap bagian wilayah nasional. Semua ini menun-
tut dukungan kemampuan pembinaan kendali, komando, komunikasi
dan informasi yang dikembangkan dengan memanfaatkan peluang
di bidang teknologi, ilmu pengetahuan dan keadaan lainnya
secara terpadu, efisien dan efektif.
Pengembangan kemampuan pembinaan kendali, komando, komu-
nikasi dan informasi perlu dilaksanakan dengan melanjutkan
investasi peralatan dan fasilitas serta mengembangkan kete-
rampilan dan pengalaman personil, metode dan prosedur yang
diperlukan Pimpinan Hankam/ABRI.
Kebijaksanaan tenaga manusia berpangkal pada pemikiran
bahwa dalam keadaan damai dipelihara Bala Siap yang relatif
kecil tetapi efisien, yang dalam keadaan darurat dapat diper-
besar dengan cepat. Kebutuhan akan kemampuan pengembangan ke-
kuatan ini menghendaki adanya Bala Cadangan yang memungkinkan
pengerahan tingkat-tingkat kekuatan sesuai dengan kebutuhan
yang timbul dalam berbagai tingkat keadaan darurat. Untuk
periode Repelita V mengenai Bala Cadangan masih difokuskan
pada penyiapan-penyiapan perangkat lunak dan masih berada
pada tingkat proyek percobaan (pilot project).
Pemahaman masalah pertahanan dan keamanan negara tidak
cukup dilakukan oleh ABRI sendiri, oleh karena itu bantuan
keahlian dari para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu penge-
tahuan diperlukan sekali, yang sekaligus merupakan partisi-
pasi dunia ilmu pengetahuan dalam upaya pertahanan keamanan
negara. Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di luar negeri perlu diikuti dengan seksama. Berba-
gai cara pengalihan teknologi yang mungkin dilakukan hendak-
nya ditempuh, sehingga bilamana ada peluang untuk menerap-
469
kannya di dalam negeri, teknologi baru yang diperlukan telah
tersedia.
Penyempurnaan doktrin sendiri melalui kegiatan peneli-
tian dan pengembangan perlu mendapat perhatian agar dapat
terlaksana secara teratur dan berlanjut.
Meskipun sistem Hankamrata bersumber pada spontanitas
dan militansi rakyat, namun untuk menjamin adanya upaya yang
terpadu, pengikutsertaan rakyat dalam usaha pembelaan negara
haruslah dikembangkan berlandaskan peraturan perundang-undangan
sebagai penjabaran dari Undang-undang Nomor 20 Tahun
1982 tentang "Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan
Negara Republik Indonesia" dan Undang-undang Nomor 2 Tahun
1988 tentang "Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indo-
nesia".
Penelitian dan pengembangan materiil dan bekal umumnya
memerlukan dana, daya dan waktu yang sangat banyak. Oleh
karena itu pelaksanaannya harus memberikan prioritas kepada
kebutuhan Hankam/ABRI yang vital dan mendesak, serta memanfa-
atkan kemampuan industri nasional dalam rangka mengembangkan
kemampuan industri Hankam. Ini berarti bahwa penelitian dan
pengembangan harus dilibatkan dalam proses pengadaan materiil
dan bekal Hankam/ABRI. Penghematan dalam bidang kegiatan ini
bisa diperoleh melalui kerjasama yang erat dengan pihak sipil
dan swasta. Dalam hubungan ini harus dicegah kegiatan peneli-
tian dan pengembangan yang bersifat duplikatif. Sedang peng-
alihan teknologi harus dilakukan secara konsepsional, dalam
rangka pengembangan kemampuan industri Hankam, dengan memper-
hatikan dan menstimulasikan kemampuan serta pengembangan in-
dustri nasional yang mampu menyerap teknologi dari luar ne-
geri. Penugasan penelitian dan pengembangan tertentu kepada
470
suatu lembaga dalam negeri yang sudah ada dan mempunyai ke-
mampuan untuk itu sering lebih ekonomis dan efisien.
Untuk pengadaan materiil, produksi dalam negeri harus
diutamakan. Keharusan untuk mengurangi ketergantungan kepada
luar negeri menuntut dikembangkannya industri Hankam yang
dapat digunakan untuk itu, setidak-tidaknya untuk memproduksi
materiil dan bekal yang paling vital.
Jaminan pemeliharaan secara berlanjut yang berupa penye-
diaan suku cadang dan jasa pemeliharaan hendaknya disertakan
pada setiap pengadaan sistem senjata dan peralatan utama.
Prinsip untuk tidak menggantungkan diri kepada luar
negeri menghendaki agar Indonesia dapat memproduksi senjata,
setidak-tidaknya peralatan dan bahan-bahan lain yang dianggap
sebagai kebutuhan yang minimum untuk menyelenggarakan perta-
hanan keamanan. Perhatian harus diberikan kepada pengembangan
industri senjata ringan, bahan peledak dan amunisi, alat op-
tik militer, alat elektronik perhubungan dan peralatan lain
yang sederhana dan pasti dapat diproduksi di dalam negeri.
Usaha ke arah pembangunan kemampuan produksi senjata berat
dan roket kendali beserta alat pengendalinya hendaknya juga
dimulai pada kesempatan pertama. Hubungan serta kerjasama
yang baik antara industri Hankam dan industri nasional sangat
penting untuk dapat meningkatkan kemampuan yang sudah ada
atau yang segera akan dimiliki. Di lain pihak kebutuhan per-
tahanan keamanan dapat menjadi perangsang yang sangat baik
untuk perkembangan industri nasional.
Pengembangan kemampuan Hankam negara juga menuntut pe-
ningkatan usaha pembekalan dan pemeliharaan kekuatan yang di-
bangun. Tuntutan perawatan tenaga manusia dan materiil memer-
lukan pengembangan kemampuan prasarana pembekalan dan pemeli-
471
haraan materiil serta kemampuan prasarana kesehatan. Pening-
katan kemampuan prasarana pembekalan dan pemeliharaan mate-
riil dititikberatkan pada usaha pendekatan prasarana pada
dislokasi strategik kekuatan operasional dengan desentrali-
sasi persediaan ke daerah untuk memperlancar dan mempercepat
pembekalan dan pemeliharaan materiil, terutama dalam mengha-
dapi kemungkinan terputusnya garis pembekalan melalui hubung-
an darat, laut dan udara. Sedangkan peningkatan prasarana
kesehatan diprioritaskan pada peningkatan kemampuan rumah
sakit daerah, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pra-
jurit dan keluarganya.
Pengembangan kemampuan pembinaan manajemen Hankam harus
dilaksanakan dengan melanjutkan pengembangan keahlian dan ke-
mahiran personil untuk dapat secara terus menerus menilai
kembali sistem manajemen Hankam yang diterapkan sesuai dengan
kebutuhan, kondisi dan unsur manusianya, agar dapat secara
bertahap dan berencana menyempurnakan organisasi serta sistem
dan metode.
Penyempurnaan sistem dan metode mencakup juga perbaikan
sistem informasi Hankam, sistem perencanaan strategik Hankam,
struktur program dan anggaran, sistem pengadaan, sistem pem-
binaan keuangan, sistem pembinaan personil, sistem pembinaan
logistik, sistem pengawasan dan pengendalian.
IV. PROGRAM-PROGRAM
Berlandaskan pada hasil pembangunan yang lalu, serta
masalah pertahanan keamanan negara yang dihadapi dalam
tahun-tahun mendatang, maka pembangunan Hankam/ABRI dalam
periode Repelita V (Renstra Hankam IV) ditujukan pada pengem-
472
bangan secara bertahap kemampuan pertahanan keamanan negara
yang dapat mewujudkan daya dan kekuatan tangkal bangsa dan
negara di bidang pertahanan keamanan negara.
Susunan kemampuan untuk jangka waktu 1989-1993 adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan intelijen strategik
2. Kemampuan pertahanan
3. Kemampuan keamanan
4. Kemampuan pembinaan teritorial
5. Kemampuan pembinaan sosial politik
6. Kemampuan Dukungan Umum.
Untuk mendukung 6 kemampuan tersebut, maka Hankam/ABRI melaksanakan 3 (tiga) program, yaitu:
1. Program Kewilayahan
2. Program Kekuatan
3. Program Dukungan Umum.
Tingkat kemampuan pertahanan keamanan negara yang harus
diwujudkan adalah tingkat yang di masa damai dapat memelihara
stabilitas keamanan dalam negeri dan di masa darurat atau
masa perang dapat menghadapi dua daerah krisis sekaligus.
Tingkat kemampuan dan pengembangan demikian dapat diwu-
judkan sebagai berikut:
1. Tingkat Kemampuan
a. Kemampuan intelijen strategik yang mampu melaksa-nakan:(1) Penyelidikan untuk mendeteksi dini gejala yang
membahayakan.(2) Penggalangan melalui perang urat syaraf dan
penerangan.
473
(3) Pengamanan melalui kegiatan lawan intelijen,
lawan infiltrasi dan subversi, serta pengaman-
an VIP.
b. Kemampuan pertahanan yang mampu melaksanakan:
(1) Pertahanan udara nasional terhadap obyek dan
ancaman udara.
(2) Penghambatan dan penghancuran kekuatan invasi
terbatas mulai dari garis Zona Ekonomi Eks-
klusif (ZEE) dengan kekuatan pemukul strategik.
(3) Pertahanan kewilayahan yang dapat menindak
infiltrasi dari luar wilayahnya.
(4) Perlawanan elektronika yang dapat mengamankan
sistem komunikasi dan pancaran elektronika
sendiri.
c. Kemampuan keamanan yang mampu melaksanakan:
(1) Pengamatan seluruh wilayah kedaulatan dan
yuridiksi nasional.
(2) Pemeliharaan Kamtibmas, pencegahan timbulnya
gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat
dan penindakkan setiap gejolak yang timbul di
dalam masyarakat.
(3) Penegakan hukum, penindakan gangguan keamanan
dan penumpasan pemberontakan bersenjata.
(4) Penyelamatan jiwa raga dan harta benda rakyat
sebagai akibat gangguan keamanan, serta ben-
cana alam dan perang.
d. Kemampuan Pembinaan Teritorial yang mampu melaksa-
nakan:
474
(1) Pembinaan seluruh potensi dan kekuatan kewi-
layahan untuk mewujudkan ketahanan nasional
bidang Hankam.
(2) Pengerahan dalam waktu singkat semua potensi
dan kekuatan kewilayahan,
e. Kemampuan Pembinaan Sosial Politik yang mampu me-
laksanakan:
(1) Pembinaan semua potensi dan kekuatan Sospol
bagi pemantapan Demokrasi Pancasila dan Stabi-
litas Nasional.
(2) Pembinaan seluruh potensi dan kekuatan nasio-
nal bagi peningkatan Ketahanan Nasional bidang
Hankam.
f. Kemampuan Dukungan yang mampu memberikan dukungan:
(1) Kemampuan pembinaan tenaga manusia yang men- jamin tersedianya kekuatan siap dan cadangan sesuai kebutuhan.
(2) Kemampuan pembinaan sarana dan prasarana
nasional untuk mendukung kebutuhan kekuatan
siap dan cadangan secara merata di tiap
kompartemen strategik.
(3) Kemampuan pembinaan manajemen yang dilengkapi
sistem K3I yang andal untuk menjamin efektivitas
dan efisiensi pembinaan dan penggunaan
sumber daya dan kekuatan pertahanan keamanan
negara.
(4) Kemampuan pembinaan perundang-undangan yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan Hankamneg.
475
(5) Kemampuan pembinaan ilmu dan teknologi untuk
dapat dikerahkan bagi kebutuhan Hankamneg.
(6) Kemampuan survai dan pemetaan.
2. Tingkat Pengembangan Kemampuan
a. Pengembangan Kemampuan Intelijen Strategik
Melanjutkan investasi peralatan, peningkatan kualitas
personil dan penyempurnaan perangkat lunak, sehingga terwujud
kemampuan:
(1) Penyelidikan
(2) Penggalangan
(3) Pengamanan
b. Pengembangan Kemampuan Pertahanan
(1) Pertahanan Udara Nasional
Dikembangkan dengan melanjutkan investasi alat utama dan
pangkalan serta mengembangkan jumlah dan mutu personil, se-
hingga terwujud kemampuan pengawasan udara, kemampuan inter-
sepsi dan penghancuran sasaran udara serta kemampuan perta-
hanan udara obyek vital.
(2) Pemukul Strategik
Dikembangkan dengan melanjutkan investasi alat utama,
pengembangan personil dengan titik berat prajurit pejuang pro-
fesional, penyempurnaan perangkat lunak, agar tersedia kemam-
puan: pengintaian strategik, penyerangan udara strategik, pe-
nyerbuan Lanud, peperangan laut, peperangan amfibi, peperang-
an darat dan pemindahan strategik.
476
(3) Pertahanan Kewilayahan
Dikembangkan dengan melanjutkan investasi alat utama,
personil dan pangkalan, agar tersedia kemampuan: pertahanan
taktis, pertahanan laut taktis dan pertahanan darat.
(4) Perlawanan Elektronika
Dikembangkan agar mampu mengamankan sistem komunikasi dan
pancaran elektronika sendiri.
c. Pengembangan Kemampuan Keamanan(1) Pengamatan Wilayah
Dikembangkan dengan melanjutkan investasi alat utama,
personil dan fasilitas pendukung agar tersedia kemampuan:
(a) Pengamatan udara
(b) Pengamatan maritim
(c) Pengamatan darat.
(2) Penertiban Masyarakat
Dikembangkan dengan melanjutkan investasi alat utama,
peralatan khusus, pengembangan jumlah dan mutu personil agar
tersedia kemampuan:
(a) Pemeliharaan ketertiban
(b) Pengayoman dan bimbingan masyarakat.
(3) Penegakan Hukum
Dikembangkan dengan melanjutkan investasi alat utama,
peralatan khusus, pengembangan jumlah dan mutu personil agar
tersedia kemampuan:
477
(a) Penyidikan
(b) Penindakan
(c) Kerjasama kepolisian internasional.
(4) Penindakan Gangguan Keamanan
Dikembangkan dengan melanjutkan investasi alat utama,
fasilitas pangkalan, peningkatan kualitas personil sehingga
tersedia kemampuan:
(a) Lawan teror(b) Lawan keseluruhan massal(c) Lawan pemberontakan.
(5) Perlindungan Masyarakat
Dikembangkan dengan menata organisasi perlindungan ma-
syarakat secara nasional, melengkapi perangkat lunak serta
personil yang diperlukan, sehingga dapat diwujudkan kemampuan
perlindungan dan penyelamatan jiwa dan harta benda masyarakat
akibat bencana alam, bencana perang dan bencana lainnya.
d. Pengembangan Kemampuan Pembinaan Teritorial
Dikembangkan dengan melanjutkan investasi alat utama dan
fasilitas, perangkat lunak, sehingga dapat diselenggarakan
secara berlanjut pembinaan potensi dan kekuatan nasional da-
lam semua matra.
e. Pengembangan Kemampuan Pembinaan Sosial Politik
Dikembangkan dengan meningkatkan kualitas personil, se-
hingga penyempurnaan perangkat lunak dapat diwujudkan dengan:
478
(1) Peningkatan kemampuan pembinaan Sospol yang
responsif terhadap perkembangan lingkungan.
(2) Peningkatan ketahanan nasional.
f. Pengembangan Kemampuan Dukungan
Kemampuan dukungan yang diarahkan untuk dikembangkan
adalah:
(1) Tenaga ManusiaTenaga manusia secara dini dipersiapkan sebagai tenaga
kerja produktif untuk mendukung pembangunan nasional dan se-
kaligus sebagai kekuatan cadangan dan kekuatan potensial per-
tahanan keamanan negara.
Sebagai kekuatan cadangan dan kekuatan potensial per-
tahanan keamanan negara, secara bertahap rakyat yang telah
mendapatkan latihan keprajuritan melalui program wajib mili-
ter atau latihan pertahanan sipil bagi umum dan mahasiswa,
disiapkan sewaktu-waktu untuk menghadapi suatu keadaan
darurat.
(2) Sarana dan Prasarana Nasional
Pembangunan sarana dan prasarana nasional sudah mulai
perlu untuk dikaitkan dengan keinginan bangsa akan keman-
dirian.
Peluang pasar bebas dan modal asing, harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Sarana, prasarana dan industri yang mempunyai
manfaat ganda, baik untuk meningkatkan kekuatan ekonomi mau-
pun untuk mendukung upaya pertahanan keamanan negara, perlu
mendapat prioritas yang lebih tinggi.
479
Dalam pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana, ter-
masuk industri, pertanian dan pertambangan, keterkaitan antar
sektor dan keterkaitan antar daerah perlu ditingkatkan.
Dalam lima tahun mendatang pengembangan sarana dan pra-
sarana nasional yang masih perlu mendapat prioritas adalah
sistem perhubungan laut, darat dan udara, sistem distribusi
dan kemampuan penyediaan tenaga listrik dan air minum yang
bersih. Khususnya untuk sarana perhubungan harus mendukung
kebutuhan proyeksi kekuatan melalui laut dan udara ke segenap
penjuru tanah air.
(3) Manajemen Pertahanan Keamanan Negara
Mengembangkan kemampuan pembinaan manajemen pertahanan
keamanan negara ditujukan kepada pemantapan pelaksanaan
fungsi pemerintahan dalam mengelola pertahanan keamanan
negara serta fungsi pembinaan dan penggunaan kekuatan per-
tahanan keamanan negara.
Secara khusus pembinaan manajemen Hankam ditujukan kepada
usaha penyempurnaan sistem dan metode yang mencakup perbaikan
sistem informasi Hankam, sistem perencanaan strategik Hankam,
struktur program dan anggaran, sistem pengadaan, sistem pem-
binaan keuangan, sistem pembinaan personil, sistem pembinaan
logistik serta sistem pengawasan.
(4) Peraturan Perundang-undangan
Kemampuan pembinaan peraturan perundang-undangan dikem-
bangkan untuk melengkapi dan menyempurnakan secara bertahap
sesuai dengan prioritas seluruh kebutuhan peraturan perun-
dang-undangan bagi terselenggaranya upaya pertahanan keamanan
negara secara teratur.
480
(5) Ilmu dan Teknologi
Pengembangan ilmu dan teknologi yang diperlukan untuk
mendukung upaya pertahanan keamanan negara, terutama ilmu dan
teknologi persenjataan, harus senantiasa dapat dilakukan se-
jajar dengan perkembangannya di luar negeri.
Peranan lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian, baik
ABRI, pemerintahan maupun swasta, harus dapat dikoordinasikan
agar tercipta keterpaduan upaya. Lembaga-lembaga pendidikan
tinggi ABRI perlu dikembangkan kualitas akademisnya untuk me-
nyongsong kebutuhan masa datang, serta memberikan sumbangan
bagi pengembangan ilmu dan teknologi nasional, seperti Lemha-
nas, Sesko ABRI, Sesko Matra dan Sespimpol untuk pendidikan dan
pengkajian masalah-masalah strategik nasional, STT-AL
untuk pendidikan dan pengkajian masalah-masalah teknologi dan
manajemen, PTHM untuk pendidikan dan pengkajian masalah-masa-
lah hukum militer serta PTIK untuk pendidikan dan pengkajian
masalah-masalah kriminologi dan kepolisian.
Pendidikan dan pengkajian yang perlu juga dikembangkan
di lingkungan perguruan tinggi nasional adalah program S-2
ketahanan nasional.
(6) Survai dan PemetaanPengembangan survai dan Pemetaan Hankam/ABRI ditujukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan peta dan jasa survai bagi
kepentingan Hankam/ABRI, mendukung kepentingan nasional,
serta memenuhi kewajiban internasional.
481
TABEL 28 - 1
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 - 1993/94
(dalam milyar rupiah)
PERTAHANAN DAN KEAMANAN
1989/90 1989/90-1993/94No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran
Pembangunan)(Anggaran
Pembangunan)
13 SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL 812,6 5 . 7 8 8 , 5
13 .1 Sub S e k to r P e r t a h an a n dan Keamanan Nasional 8 1 2 , 6 5 . 7 8 8 , 5
1 3 . 1 . 0 1 Program Kewilayahan 2 , 0 1 5 , 0
13 .1 .0 2 Program Kekuatan 576 ,5 3 . 4 5 6 , 0
1 3 . 1 . 0 3 Program Dukungan Umum 234,1 2 .3 17 ,5
482