Protein!!
Protein?? hmm... apa sih protein? kita kenalan yuk ama zat yang
satu ini hehehe~~ berhubung fungsinya juga penting bagi tubuh >.< yooo di simak lagi yach ^_^
A. Definisi
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa
organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer
asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam
fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi
sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali
dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi
hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi
organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan
polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan
salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns
Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA
ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan
ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino
proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi
penuh secara biologi.
B.Struktur
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu),
sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat). Struktur primer
protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan
peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari
berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai
bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti
spiral;
beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari
sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
Gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur tiga dimensi yang
dinamakan struktur tersier. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein
dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya
dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener
yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan
asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino ditentukan dengan
instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan
degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4)
penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism (CD)
dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari puntiran-alfa menunjukkan dua
absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta menunjukkan satu puncak negatif
sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari
spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan
dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa
diestimasi dari spektrum inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-350 asam
amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein yang lebih
kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang
berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda dengan komponen
penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah, maka fungsi biologis
masing-masing komponen domain penyusunnya tidak hilang. Inilah yang membedakan struktur
domain dengan struktur kuartener. Pada struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya
berpisah, protein tersebut tidak fungsional.
C. Sumber Protein
Daging,Ikan,Telur,Susu, dan produk sejenis Quark,Tumbuhan berbji,Suku polong-
polongan,Kentang
Studi dari Biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel, Profesor untuk biokimia di
Yale, 1914, mengujicobakan protein konsumsi dari daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu
grup kelinci-kelinci tersebut diberikan makanan protein hewani, sedangkan grup yang lain
diberikan protein nabati.
Dari eksperimennya didapati bahwa kelinci yang memperoleh protein hewani lebih cepat
bertambah beratnya dari kelinci yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi selanjutnya,
oleh McCay dari Universitas Berkeley menunjukkan bahwa kelinci yang memperoleh protein
nabati, lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama.
D. Sintesis
Protein digabungkan dari asam amino menggunakan informasi dalam gen. Setiap protein
memiliki urutan asam amino unik yang ditetapkan oleh nukleotida. Dengan kode genetika maka
kumpulan tiga set nukleotida yang disebut kodon dan setiap kombinasi tiga nukleotida
membentuk asam amino, misalnya Aug (adenine - urasil - guanin) adalah kode untuk
methionine.
Karena DNA berisi empat nukleotida, total jumlah kemungkinan kodon adalah 64.Oleh karena
itu, ada beberapa kelebihan dalam kode genetik, dan beberapa asam amino dapat ditentukan oleh
lebih dari satu codon. Kode gen DNA yang pertama di transkripsi menjadi pra - messenger RNA
(mRNA) oleh enzim seperti RNA polymerase. Sebagian besar organisme maka proses pra-
mRNA (juga dikenal sebagai dasar transkrip) menggunakan berbagai bentuk pasca
transcriptional modifikasi untuk membentuk mRNA matang, yang kemudian digunakan sebagai
template untuk sintesis protein oleh ribosome. Dalam prokariotik mRNA yang dibuat bisa
digunakan segera, atau diikat oleh ribosome setelah dipindahkan dari inti sel. Sebaliknya,
eukariotik membuat mRNA di inti sel dan kemudian memindahkan ke sitoplasma, dimana
sintesis protein yang kemudian terjadi. Laju sintesis protein yang lebih tinggi dapat terjadi di
prokaryotes maupun eukariotik yang dapat mencapai hingga 20 asam amino per detik.
Proses yang sintesis protein dari mRNA template dikenal sebagai translasi/terjemahan. MRNA
yang diambil ke ribosome kemudian membaca tiga nukleotida dan mencocokan kodon dengan
pasangan antikodonnya yang terletak pada RNA transfer yang membawa asam amino sesuai
dengan kode kodon. Enzim aminoacyl tRNA synthetase menyusun molekul tRNA dengan asam
amino yang benar. Polipeptida berkembang yang sering disebut rantai peptida. Protein selalu
dibiosintesiskan dari N-terminal ke C-terminal.
Ukuran panjang sintesis protein dapat diukur dengan melihat jumlah asam amino yang berisi
dengan total massa molekul, yang biasanya dilaporkan dalam unit daltons (identik dengan unit
massa atom), atau turunan unit kilodalton (kDa). Yeast protein rata-rata panjangnya adalah 466
asam amino dan 53 kDa di massa. Protein terbesar adalah titins, komponen dari otot sarkomer,
dengan massa molekular hampir 3.000 kDa, dan total panjang hampir 27.000 asam amino.
E. Manfaat Protein
Sumber energi, Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan, Sebagai sintesis, hormon, enzim,
antibodi, dan Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel.
F. Akibat Kekurangan Protein
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya protein menunjang
keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya
mengkonsumsi 1 g protein pro kg berat tubuhnya. Kebutuhan akan protein bertambah pada
perempuan yang mengandung dan atlet-atlet.
Kekurangan Protein bisa berakibat fatal:
1. Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein -Keratin)
Yang paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor, penyakit kekurangan protein. Biasanya
pada anak-anak kecil yang menderitanya, dapat dilihat dari yang namanya busung lapar, yang
disebabkan oleh filtrasi air di dalam pembuluh darah sehingga menimbulkan odem.
2. hipotonus (lemah otot)
3. gangguan pertumbuhan
4. hati lemak
5. Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.
Sumber: Ad4msan.2009. Protein dalam situs http://www.ad4msan.com/2009/05/protein.html .
Diakses pada 15 April 2010 pukul 14.18 WIB.
PARADIGMA BARU DALAM TERAPI CAIRAN MAINTENANCE
KOLOM - Edisi April 2008 (Vol.7 No.9)
Abstrak
Terapi cairan Maintenance bisa dianggap sebagai salah satu terapi pendukung yang penting bagi
pasien rawat-inap. Jika tujuan terapi cairan resusitasi adalah memperbaiki gangguan
hemodinamik, maka tujuan terapi cairan Maintenance adalah memelihara homeostasis pada
pasien yang kurang asupan cairan per oral. Jadi, laju dan jenis cairan infus untuk kedua indikasi
itu berbeda. Untuk resusitasi digunakan "cairan pengganti" seperti normal saline, ringer
asetat/ringerlaktat yang bersifat isotonik. Diberikan dengan jumlah besar dan kecepatan tinggi
(20 -30 ml/kg/jam) cairan ini digunakan pada keadaan emergensi untuk menggantikan
kehilangan akut..Pada keadaan-keadaan tertentu, cairan pengganti bisa juga digunakan untuk
Maintenance, khususnya jika didapatkan hiponatremia (kadar Na+ < 135 mmol/L). Untuk
pasien-pasien yang hemodinamiknya masih bagus (tidak syok), cairan yang dipilih adalah cairan
Maintenance (maintenance). Dulu cairan Maintenance diwakili oleh kombinasi NaCl 0.45%
dengan dekstrosa 5% dan ditambahkan 20 mmol of K+ per L. Produk-produk siap-pakai juga
sudah lama dikenalkan yakni larutanlarutan KAEN dan Larutan DGAA (larutan setengah
Darrow). Larutan KAEN dan DGAA memiliki kandungan kalium yang cukup untuk memelihara
kebutuhan homeostasis kalium. Sebagai contoh KAEN 3B (20 mEq/L) dan DGAA (17,5 mEq/L)
memenuhi kebutuhan minimum 20-30 mEq/hari untuk pasien dewasa.
Belum lama ini dengan dikembangkannya teknik canggih dual chamber oleh Otsuka Japan cairan
Maintenance telah berevolusi dari sekedar mengandung elektrolit basal (Na+ dan K+ dll) juga
dilengkapi dengan mikromineral, asam amino dan glukosa.
Pendahuluan
Sampai saat ini masih banyak persepsi di antara para klinisi terhadap terapi cairan,antara lain:
1. RL ∓ Normal saline yang sebenarnya merupakan cairan pengganti, digunakan juga
untuk indikasi Maintenance secara luas.
2. Memberikan 2 L D5 /hari dianggap wajar-wajar saja. Banyak dokter yang tidak
mengetahui bahwa D5 tsb sebenarnya hanya air bebas dan bisa mengakibatkan atau
memperberat hiponatremia.
3. Hipokalemia lebih mudah diatasi dibandingkan dicegah
4. Semua cairan yang mengandung asam amino dan glukosa adalah produk nutrisi.
5. Pasien yang terlihat kurus dengan BMI (body mass index) rendah dianggap memerlukan
tinggi kalori dan protein, padahal sebelum sakitpun sering pasien sudah berada dalam
keadaan homeostasis dengan asupan rendah *BMI = BODY MASS INDEX ( BB [KG] :
TB [M]2 (NORMAL: 20-24)
I. RASIONAL UNTUK TERAPI CAIRAN MAINTENANCE
Berbagai keadaan bisa dialami oleh pasien rawat-inap dan ini sering tidak disadari oleh dokter:
Mayoritas pasien sudah berada dalam keadaan dehidrasi moderat, namun hemodinamik
masih baik. Pasien mungkin sudah berhari-hari di rumah dengan asupan air yang kurang
dan ada demam tinggi. Demam tinggi ini menyebabkan peningkatan insensible water
loss.
Cemas, depresi atau takut. Ini cenderung terjadi pada pasien-pasien yang sudah mencoba
berobat ke sana kemari dan tidak kunjung sembuh.
Malaise atau letih (fatigue) mungkin merupakan alsan pasien dibawa ke rumah sakit.
Pasien tidak terbiasa dengan makanan rumah sakit
Asupan oral kurang karena pasien terlalu lemah untuk mengunyah dan lidah terasa pahit
karena kering
Jam makan yang kaku
Anorexia (tidak napsu makan), nausea (mual), atau stres
Kesadaran menurun.
Informasi demikian sering luput dari pengamatan dokter, padahal pasien memerlukan dukungan
meintenance untuk keadaan-keadaan tsb.
Tujuan terapi Maintenance bisa dirangkum sbb:
1. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit harian untuk homeostasis
2. Mencegah gangguan elektrolit dan asam-basa
3. Mendukung terapi primer
4. Membantu proses enzimatik ∓ sintesis protein.
5. Memacu penyembuhan
Apa ciri-ciri larutan maintenance yang unggul?
Praktis, mudah dan aman diberikan
Di samping elektrolit basal (Na+,K+,Cl-) juga mengandung mikromineral (Mg++,Ca+
+,P) yang dibutuhkan untuk metabolisme sel
Adanya zinc membantu penyembuhan jaringan. Karena zinc memacu deposisi kolagen
pada jaringan yang rusak
Mengandung asam amino kualitas tinggi (diperkaya BCAA, tinggi EAA) untuk memacu
sintesis protein
Glukosa untuk mempertahankan kadar gula normal( euglycemia)
Produk yang bisa memenuhi kriteria tersebut adalah AMINOFLUID". Komposisi
AMINOFLUID dan larutan Maintenance lain (KAEN3B) serta Ringer laktat diberikan di bawah:
Mengapa perlu mikromineral?
Di samping elektrolit basal, seperti natrium, kalium, klor. larutan maintenance masa kini harus
mengandung mikromineral yang dibutuhkan untuk proses metabolisme. Peran dan dosis anjuran
diberikan pada Tabel 2:
Mengapa dalam larutan Maintenance ada BCAA (branch-chained amino acids)? Leucine,
isoleucine dan valine merupakan asam amino rantai cabang dan merupakan asam amino yang
terbanyak diteliti, dan dibuktikan memiliki efek farmakologis (4,5,6,7,8):
1. Prekursor (zat pendahulu) dalam sintesis glutamine dan alanine pada otot rangka
2. Pada banyak penyakit konsumsi BCAA meningkat
3. Leucine paling jelas efeknya dan berguna untuk sintesis protein. Ini telah diteliti pada
sepsis dan luka bakar
4. BCAA meningkatkan napsu makan dengan menghambat masuknya triptofan (prekursor
serotonin) ke dalam susunan saraf pusat. Dengan berkurangnya kadar serotonin, maka
perangsangan sistem melanokortin akan berkurang di hipotalamus. Ini diikuti dengan
peningkatan napsu makan (diperlihatkan pada gambar C di bawah)
5. Pada sepsis rasio BCAA(Branched chain amino acids) : AAA (aromatic amino acids)
akan menurun
6. Pasien yang selamat dari sepsis ternyata memiliki kandungan BCAA lebih tinggi
daripada yang meninggal
7. BCAA memacu aliran darah ke otak
Gambar A. Ada dua sistem di hipotalamus.
Melanocortin (Pro-opiomelanocortin)
merupakan sistem saraf serotoninergik. Jika
melanocortin dirangsang maka akan terjadi
anorexia (tidak napsu makan. Kebalikannya,
NPY bersifat prophagic., artinya jika
dirangsang maka napsu makan akan
meningkat. Interaksi kedua sistem inilah yang
mengatur imbang asupan dan pemakaian energi.
Gambar B. Pada banyak penyakit sistemik,
sitokin akan diproduksi oleh sel darah putih,
dan ini akan merangsang pembentukan
serotonin dan merangsang melanocortin. Efek
perangsangan ini adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan. Triptofan masuk ke dalam
sistem saraf pusat melalui saluran yang sama dengan BCAA. Jadi triptofan bersaing dengan
BCAA. Ada bukti bahwa peningkatan triptofan di otak akan menyebabkan rasa letih( central
fatigue).
Gambar C. Pemberian BCAA (leucine,
isoleucine, valine) akan memblok masuknya
triptofan, disusul dengan penurunan serotonin.
Kemudian napsu makan akan meningkat.
BAGAIMANA LARUTAN
MAINTENANCE BERBEDA DENGAN
NUTRISI PARENTERAL?
Walaupun tidak ada definisi yang tegas di dalam kepustakaan, berdasarkan kepentingan dari
konstituen larutan infus, kita bisa mengkategorikan suatu produk sebagai larutan maintenance,
jika komponen air dan elektrolit (dalam konsentrasi moderat) sebagai unsur dominan sedangkan
kandungan asam amino dan glukosa menyediakan sekedar kebutuhan basal untuk homeostasis
dan bukan untuk replesi protein dan energi. Sebaliknya kandungan yang menjadi prioritas dari
nutrisi parenteral adalah kandungan asam amino atau NPC (nonprotein calories baik sebagai
karbohidrat atau lipid).
CARA MEMBERIKAN LARUTAN MAINTENANCE
Tempat kanula: laerutan yang mengandung osmolaritas kurang dari 900 mOsm/L bisa diberikan
melalui vena tepi. Namun sebaiknya dipilih vena yang lebih proksimal (basilica,cephalic atau
median cubital) karena tingginya insiden flebitis jika digunakan vena punggung tangan. Pasien
usia lanjut lebih rentan terhadap flebitis dibandingkan dewasa muda.
Laju pemberian umumnya 20 tetes per menit
(drip makro). Namun perlu diperhatikan
kandungan glukosa dan kalium dari setiap larutan
infus. Pada dewasa laju maksimum pemberian
glukosa adalah 4 g/kg/minute (9), dan kalium 10 mEq per jam. Walaupun anjuran asupan kalium
harian adalah 1-2 mEq/kg, dosis maintenance minimum dewasa untuk homeostasis bisa dipenuhi
dengan 20-30 mEq hari. (10)
Obat suntik tidak boleh dioplos ke dalam AMINOFLUID karena bisa meningkatkan osmolaritas
dan mengganggu kestabilan komposisi. Bila dianggap perlu, obat suntik bisa diberikan dengan
piggy bag (untuk drip kontinyu) atau via stop cork (jika bolus) sementara aliran infus primer
dihentikan.
CARA MENILAI MANFAAT TERAPI SUPORTIF
Keberhasilan dan kegagalan terapi tidak bisa dilakukan oleh suatu terapi tunggal. terapi
pendukung sifatnya adalah membantu terapi primer. Untuk mengevaluasi mnfaat terapi secara
holistik, bisa digunakan sistem skoring untuk gejala-gejala subyektif yaitu skor fatigue, napsu
makan dan aktivitas sehari-hari (lihat lampiran)
V. MONITORING DAN KOMPLIKASI POTENTIAL
Monitoring adalah hal terpenting dalam
terapi cairan MAINTENANCE. Bila
tersedia fasilitas lab, idealnya diperiksa
panel elektrolit dan metabolik
(Na+,K+,Cl-,HCO3 -, BUN, glucose, creatinine) (11) sebelum memberikan cairan. Pada kasus
yang cukup serius atau berat paling tidak harus diperiksa Na+ dan K+. Tidak sesuai untuk
memberikan cairan natrium rendah (hipotonik) ke pasien dengan hiponatremia (1). Di lain pihak,
tidak tepat jika cairan dengan natrium tinggi (misal NS) diberikan kepada pasien dengan
hipernatremia (12). Bilamana perlu, larutan Maintenance bisa digabung dengan larutan pengganti
(Asering, RL, Normal saline) atau produk nutrisi parenteral.
Hipokalemia banyak dijumpai pada pasien rawatinap dan bisa dicegah. Pentingnya kalium
terungkap dari laporan tentang prevalensi hipokalemia di bebebrapa rumah sakit, di mana pasien-
pasien hanya diberikan larutan pengganti selama perawatan. Larutan pengganti mengandung 4
mEq/L of K+ (Ringer's lactate) or 0 mEq of K+ (Normal Saline) Hiperkalemia bisa diinduksi dan
atau diperberat jika larutan yang mengandung kalium diberikan kepada pasien oliguria (vol urine
< 400 ml/24 jam) atau anuria (<100 ml/24 jam).
KESIMPULAN
Terapi suportif yang baik akan memacu penyembuhan pasien
Terapi cairan Maintenance telah mengalami evolusi dari sekedar memberikan air dan
elektrolit basal dalam kemasan tunggal, menjadi formulasi praktis, lengkap dengan
elektrolit,asam,amino,glukosa dan mikromineral dalam kemasan canggih dual-chamber
Tujuan terpenting dari terapi cairan Maintenance adalah mengoreksi homeostasis,
memperbaiki KU, melawan letih dan meningkatkan napsu makan, serta memacu
penyembuhan
Peranan BCAA (Leucine, Isoleucine dan Valine) semakin banyak diketahui
Temuan terakhir mengesankan bahwa BCAA bisa meningkatkan napsu makan dan
memacu sintesis protein di otot rangka
AMINOFLUID tidak ditujukan untuk replesi energi dan protein
AMINOFLUID adalah larutan Maintenance masa kini, bukan produk nutrisi parenteral
atau hypocaloric feeding. Bila dipandang perlu AMINOFLUID bisa dikombinasi dengan
larutan elektrolit lain (RA, RL, NS, KAEN) atau produk nutrisi parenteral.
Rujukan:
1. Shafiee M.A.S., Bohn D, Hoorn EJ and Halperin ML. How to select optimal maintenance
intravenous fluid therapy. Q J Med 2003; 96: 601- 610
2. ASPEN Board of Directors and the Clinical Guidelines Task Force. Guidelines for the
use of parenteral and enteral nutrition in adult and pediatric patients. JPEN Vol 26, No1
Suppl Jan-Feb 2002.
3. Lee, Carla A.B. Fluids and Electrolytes: a practical approach. 4 ed. FA Davis
Philadelphia.
4. Alessandro Laviano; Michael M Meguid; Akio Inui; Maurizio Muscaritoli; Filippo Rossi-
Fanelli. Therapy Insight: Cancer Anorexia?Cachexia Syndrome-When All You Can Eat
Is Yourself. Nat Clin Pract Oncol. 2005;2(3):158-165.
5. Rossi-Fanelli et al. Branched Chain Amino Acids: The best compromise to achieve
anabolism. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 8:408-414. 2005 Lippincott Williams ∓
Wilkins.
6. Jean-Pascal De Bandt and Luc Cynober Therapeutic Use of Branched-Chain Amino
Acids in Burn, Trauma, and Sepsis.J. Nutr. 2006 136: 308S-313S
7. Samuel N. Cheuvront, Robert Carter, III, Margaret A. Kolka, Harris R. Lieberman, Mark
D. Kellogg, and Michael N. Sawka.Branched-chain amino acid supplementation and
human performance when hypohydrated in the heat J Appl Physiol, Oct 2004; 97: 1275 -
1282.
8. Calder PC. Branched-chain amino acids and immunity.J Nutr. 2006 Jan;136(1 Suppl
9. Mizock BA, Troglia S. Nutritional support of the hospitalized patient. Mosby Vol 53, No
6, 1997, p 367
10. Tannen RL. Potassium Disorders. In Kokko ∓ Tannen : Fluids and Electrolytes. 3rd
Edition WB Saunders 1996. p 114
11. Mark Graber. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Farmedia, 2003. p 95
12. Fiona REID*, Dileep N. LOBO*, Robert N. WILLIAMS*, Brian J. ROWLANDS* and
Simon P. ALLISON†(Ab)normal saline and physiological Hartmann's solution: a
randomized doubleblind crossover study.Clinical Science (2003) 104, (17–24)
13. Sudomo, Untung. Marissa Ira. Gastroenterogy hepatoloy and digestive endoscopy vol.5.
Ed: Dec 2004. Page: 115-120
14. Widodo D, Setiawan B, Khie Chen. The prevalence of hypokalemia in hospitalized
patients with infectious diseases problems at Ciptomangun- kusumo Hospital Jakarta.
Acta Med Indonesia, 2006;38(4):202-5
15. Medika 2006 Vol XXXII,No 12, p 732-734 * Dibacakan pada Simposium Nasional
Penyakit Tropik Infeksi, HIV ∓ AIDS, J W Marriott Hotel, Surabaya 22 Maret 2008
Sumber : Farmacia. 2008. Paradigma Baru dalam Terapi Cairan Maintenance pada situs
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=734 . Diakses pada 15 April
2010 pukul 13.12 WIB.