BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Internet
Pengertian internet menurut Morissan (2012:317) adalah suatu
metode yang digunakan untuk menukar informasi dan berkomunikasi
melalui komputer yang saling terkoneksi antara satu komputer dengan
komputer lainya.
Menu rut Quasney, Sebok, & Freund (2011:10), internet adalah
sebuah kumpulan dari jaringan yang dapat terhubung dengan jutaan
bisnis, agen pemerintahan, institusi pendidikan, dan individual untuk
berkomunikasi dan berbagi informasi.
Jadi internet dapat disimpulkan jaringan komputer yang
menghubungkan semua komputer yang berada di seluruh dunia yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan berkomunikasi.
2.1.2 Website
Menurut Quasney, Sebok, & Freund (2011:13), website adalah
kumpulan dari halaman web yang berhubungan dan dapat diakses kapan
saja dan dimana saja. Beberapa website mengizinkan pengguna untuk
mengakses lagu dan video yang bisa download, atau di transfer ke
media penyimpanan.
Menurut Chaffey (2011:4), World Wide Web (WWW) merupakan
cara yang paling umum untuk mencari informasi di dalam internet.
Dapat diakses melalui web browser dengan teks sandi HTML/XML.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa website adalah
informasi yang dapat diakses melalui internet di mana data-data
disimpan, dan kemudian diambil dengan cara-cara yang menggunakan
metode penentuan alamat yang unik.
13
14
2.1.3 E-Marketing
Menurut Tjiptono & Candra (2012:460), e-marketing berbeda
secara signifikan dengan pemasaran tradisional dalam sejumlah dimensi
utama. E-marketing memungkinkan pertukaran dalam lingkungan
digital, berjaringan global, dan interaktif.
Menurut Chaffey (2011:388) e-marketing adalah suatu proses
pemasaran yang menggunakan media elektronik seperti internet yang
digunakan untuk mencapai tujuan, perlu adanya perencanaan e-
marketing yang merupakan sebuah rencana dalam mencapai tujuan
pemasaran dari strategi e-business.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa internet marketing
adalah suatu proses penawaran barang atau jasa, baik dalam proses
pemberian informasi, promosi, maupun pemasaran produk, yang
seluruhnya dilakukan melalui media internet.
2.1.4 Media sosial
Sedangkan menurut Badri (2011:132), berpendapat bahwa ada
ratusan saluran media sosial yang beroperasi di seluruh dunia saat ini,
dengan tiga besar Facebook, Linked In dan Twitter.
Media sosial menurut Kaplan & Haenlein (2010:66)
mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis
internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0,
dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content.
Dapat disimpulkan pengertian media sosial adalah suatu interaksi
sosial berbasis web, dimana penggunanya dapat saling berkomunikasi
dan berinteraksi secara online seperti Facebook, Linked In dan Twitter.
2.1.4.1 Karakteristik Media Sosial
Menurut Purnama (2011:116), media sosial
mempunyai beberapa karakteristik khusus yaitu:
1. Jangkauan (reach): daya jangkauan media sosial dari skala
kecil hingga global.
15
2. Aksesibilitas (accessibility): media sosial dapat diakses
oleh publik dengan biaya yang terjangkau.
3. Penggunaan (usability): media sosial relatif mudah
digunakan karena tidak memerlukan keterampilan khusus.
4. Aktualitas (immediacy): media sosial dapat memancing
respon pelanggan lebih cepat.
5. Tetap (permanence): media sosial dapat melakukan proses
pengeditan secara cepat.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Metodologi Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:2), metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan
Menurut Morissan (2014:1), metode penelitian adalah riset atau
penelitian yang bersifat formal atau informal. Riset formal berarti
peneliti harus mengikuti secara tepat prosedur penelitian yang sudah
ditentukan, sedangkan riset informal berarti peneliti tidak perlu
mengikuti prosedur penelitian yang sudah ditentukan.
Dapat disimpulkan pengertian metode penelitian adalah sebuah
metode yang digunakan didalam penelitian untuk mendapatkan data-
data yang dibutuhkan untuk sebuah riset.
Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-
ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh
penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati
oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati,
dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
16
Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian
itu menggunakan langkah-langkah tertentu dan bersifat logis.
Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris
(teramati) yang mempunyai kriteria yaitu valid. Data yang valid
pasti reliable dan obyektif.
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu.
Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu:
Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu
adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum
pernah ditemui.
Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk
membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau
pengetahuan tertentu.
Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas
pengetahuan yang ada.
2.2.2. Jenis-jenis Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:4), jenis-jenis metode penelitian
dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan
obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat
diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian
terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research
and development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan,
metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian
eksperimen, survey dan naturalistik.
2.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:224), teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagi
sumber, dan berbagai cara. Apabila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
17
dengan interview (wawancara), kuesioner (angket) dan observasi
(pengamatan).
Menurut Morissan (2014:208), teknik pengumpulan data
merupakan ketika peneliti telah selesai menyusun kuesioner, dan telah
pula melakukan uji coba terhadap kuesioner, maka langkah selanjutnya
adalah mengumpulkan data dari responden dengan langkah-langkah
metode yang telah ditentukan.
Dapat disimpulkan teknik pengumpulan data adalah cara-cara
yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk metode penelitian.
2.2.3.1 Interview/wawancara
Menurut Sugiyono (2013:137), wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan
yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Menurut Morissan (2014:214), wawancara adalah
teknik pengumpulan data dengan cara meminta responden
untuk membaca kuesioner dan memberikan pilihan jawaban
biasanya dilakukan secara bertatap muka (face-to-face) antara
responden dengan pewawancara.
Dapat disimpulkan interview adalah cara yang
digunakan dalam mengumpulkan data, biasanya dilakukan
dengan cara tatap muka.
2.2.3.2 Kuesioner/angket
Menurut Sugiyono (2013:142), kuesioner merupakan
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.
Menurut Morissan (2014:192), kuesioner merupakan
pengumpulan data yang digunakan secara luas pada penelitian
eksperimen, penelitian lapangan dan kegiatan pengumpulan
18
data lainya. Kerena fungsinya yang penting dalam penelitian,
maka peneliti harus memiliki keahlian dan keterampilan teknis
yang baik dalam menyusun kuesioner.
Dapat disimpulkan kuesioner adalah sebuah cara yang
digunakan dalam mengumpulkan data, biasanya dengan cara
membagikan sebuah pernyataan tertulis kepada responden.
2.2.3.3 Observasi
Menurut Sugiyono (2013:145), observasi dalam teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain. Jika wawancara dan
kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi
tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang
lain.
2.2.4 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:38), variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peniliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.
Menurut Morissan (2014:70), variabel penelitian adalah
pengelompokan logis dari sejumlah atribut.
Dapat disimpulkan variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang telah dikelompokan dan ditentukan yang dapat digunakan dalam
penelitian sehingga dapat dipelajari dan diperoleh informasi.
2.2.4.1 Macam-macam Variabel
Menurut Sugiyono (2013:39), macam-macam variabel
penelitian dapat dibedakan menjadi:
1. Variabel Independen: merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variable dependen (terikat).
2. Variabel Dependen: merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
19
variabel bebas.
3. Variabel Moderator: merupakan variabel yang
mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan
dependen.
4. Variabel Intervening: adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan menjadi hubungan
yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan
diukur.
5. Variabel Intervening: adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dengan dependen menjadi hubungan yang
tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
2.2.5 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013:63), hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Menurut Morissan (2014:19), hipotesis membantu peneliti
untuk menghindari berbagai variabel penggangu dan variabel yang
membingungkan. Karena hipotesis berfungsi memusatkan perhatian
peneliti pada pernyataan akurat yang dapat diuji.
Dapat disimpulkan hipotesis adalah jawaban sementara yang
digunakan untuk merumuskan suatu masalah dan untuk menghindari
variabel penganggu atau membingungkan.
2.2.5.1 Bentuk-bentuk Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013:66), bentuk-bentuk dari hipotesis
penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel
mandiri), komparatif (perbandingan) dan assosiatif (hubungan).
1. Hipotesis Deskriptif merupakan jawaban sementara
20
terhadap rumusan masalah deskriptif yaitu berkenaan
dengan variabel mandiri.
2. Hipotesis Kompratif merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah komperatif. Pada rumusan ini
variabelnya sama tetapi populasinya berbeda, atau
keadaanya terjadi pada waktu yang berbeda.
3. Hipotesis Asosiatif merupakan jawaban sementara rumusan
asosiatif yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel
atau lebih.
2.2.6 Populasi
Menurut Sugiyono (2013:80), populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah pada suatu obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik pada suatu obyek.
Menurut Morissan (2014:109), populasi dapat didefinisikan
sebagai suatu kumpulan subjek, variabel, konsep, atau fenomena.
Dapat disimpulkan pengertian populasi adalah kumpulan
menyeluruh dari suatu objek yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu untuk dipelajari.
2.2.7 Sampel
Menurut Sugiyono (2013:81), sampel adalah sebuah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar peneliti tidak mungkin mamperlajari semua populasi,
misalnya karena keterbatasan data, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili).
21
Menurut Morissan (2014:109), sampel adalah bagian dari
populasi yang mewakili keseluruhan anggota populasi yang bersifat
representative.
Dapat disimpulkan sampel adalah bagian dari populasi yang
dapat dipelajari sehingga didapat informasi yang digunakan sebagai
sampel dari objek/subjek.
2.2.8 Teknik Sampling
Teknik sampling menurut Sugiyono (2013:81), merupakan
teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian tersebut. Secara skematis, teknik macam-
macam sampling ditunjukan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Macam-macam Teknik Sampling
(Sumber: Sugiyono, 2013:80)
2.2.8.1 Macam-macam Teknik Sampling
Macam-macam teknik sampling menurut Sugiyono
(2013:82), terbagi menjadi dua yaitu probability sampling dan
non probability sampling.
Probability sampling
Teknik Sampling
1.Sample random Sampling
2. Prototionate stratified random sampling
3. Disproportionate stratified random sampling
4. Area (Cluster) sampling (sampling menurut daerah)
Non probability sampling
1.Sampling sistematis
2. Sampling kuota
3. Sampling incidental
4. Purpositive sampling
5. Sampling jenuh
6. Snowball sampling
22
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik ini meliputi :
Simple Random Sampling
Dikatakan (sederhana) karena pengambilan
sampel anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu dan anggota populasi diangap
homogen/ sejenis.
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata
secara proposional.
Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah
sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proposional.
Cluster Sampling (Area Sampling)
teknik yang digunakan untuk menentukan
sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber
data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu
negara, propinsi atau kabupaten, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah
populasi yang telah ditetapkan.
2. Non Probability Sampling
Non probability sampling merupakan sebuah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel, teknik sampel ini
diantaranya adalah :
23
Sampling Sistematis
Adalah sebuah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggotapopulasi yang
telah diberi nomor urut pada setiap anggotanya.
Sampling Kuota
Adalah sebuah teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri – ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Sampling Aksidenta
Adalah sebuah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Sampling Purposive
Adalah sebuah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu misalnya akan melakukan
penelitian terhadap kualitas makanan, maka sampel
sumber datanya adalah orang yang ahli makanan.
Sampel ini lebih cocok digunakan dalam penelitian
kualitatif.
Sampling Jenuh
Adalah sebuah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi yang digunakan sebagai
sampel. Hal ini dilakukan apabila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang.
Snowball Sampling
Adalah sebuah teknik penentuan sampel yang
awal jumlahnya kecil lalu kemudian semakin
membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-
tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena
dengan dua orang ini belum merasa lengkap
terhadap data yang diberikan, maka peneliti
24
mencari orang lain yang dipandang lebih tau dan
dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua
orang sebelumnya.
2.2.9 Menentukan Ukuran Sampel
Menurut Sugiyono (2013:86), penentuan jumlah sampel dari
populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael untuk
tingkat kesalahan yaitu 1%, 5% dan 10%. Rumus untuk menghitung
ukuran sampel sebagai berikut:
Gambar 2.2 Rumus Untuk Menentukan Sampel
2.2.10 Skala Pengukuran
Menurut Sugiyono (2013:92), skala pengukuran adalah
kesepakatan yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan
panjang pendeknya interval, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan
dalam pengukuran dapat menghasilkan data kuantitatif.
Menurut Morissan (2014:85), skala pengukuran pada umumnya
digunakan untuk mengukur variabel kompleks yang digunakan untuk
suatu indikator, sehingga kita dapat dengan mudah melakukan
pengukuran terhadap variabel.
Dapat disimpulkan skala pengukuran adalah untuk mengukur
variabel komplek, sehingga dapat dengan mudah dalam melakukan
pengukuran.
25
2.2.10.1 Macam-macam Skala Pengukuran
Menurut Sugiyono (2013:92), skala pengukuran dibagi
menjadi 4, yaitu:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan dalam mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
2. Skala Guttman
Skala pengukuran skala Guttman, akan didapat
jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-
salah”; “pernah-tidak pernah”; positif-negatif; dan
lain-lain.
3. Semantic Differensial
Skala ini digunakan dalam mengukur sikap,
bentuknya tidak pilihan ganda maupun cheklist,
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawabannya “sangat positif” terletak di bagian
kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif”
terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya.
4. Rating Scale
Dimana data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif. Tetapi dengan rating-scale data mentah
yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif.
2.2.11 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:102), menjelaskan instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam atau sosial yang ingin diamati.Secara spesifik fenomena ini
disebut variabel penelitian.
26
Menurut Notoatmodjo (2010:103) menjelaskan instrumen
penelitian adalah suatu ukuran atau ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok lain.
Dapat disimpulkan bahwa instumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur suatu fenomena yang sedang diamati
agar berbeda dengan kelompok lainya. .
2.2.11.1 Pengukuran Ordinal
Menurut Morissan (2014:96), pengukuran ordinal
adalah sebuah objek atau peristiwa yang diurutkan
berdasarkan dimensi tertentu, misalnya dari terkecil hingga
terbesar.
2.2.11.2 Pengukuran Interval
Menurut Morissan (2014:97), pengukuran interval
adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan
skala ordinal yang disertai dengan interval diatara dua angka
yang berdekatan
2.2.11.3 Validitas Instumen
Menurut Sugiyono (2012:121), instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
yang valid. Valid dalam artian instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Morissan (2014:103), validitas mengacu pada
seberapa jauh suatu ukuran empiris cukup menggambarkan
arti sebenarnya dari konsep yang sedang diteliti. Dengan kata
lain, suatu instrumen pengukuran yang valid mengukur apa
yang seharusnya diukur, atau mengukur apa yang hendak
diukur.
Dapat disimpulkan validitas adalah alat ukur untuk
mendapatkan data yang valid dalam sebuah penelitian.
27
2.2.11.4 Reliabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2012:121), instrument yang
reliabel adalah instrument yang bila digunakan dalam
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
Menurut Morissan (2014:99), Reliabilitas adalah
indikator tingkat kesalahan atau kepercayaan terhadap hasil
suatu pengukuran.
Dapat disimpulkan reliabilitas adalah untuk mengukur
tingkat kesalahan atau kepercayaan terhadap hasil pengukuran.
2.2.11.5 Teknik Analisis Korelasi
Menurut Sugiyono (2012:153), teknik korelasi yang
digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu
variabel independen dengan satu dependen.
Gambar 2.3 Rumus Korelasi
2.2.11.6 Teknik Analisis Regresi
Menurut Sugiyono (2012:153), analisis regresi
digunakan dalam memprediksi, bagaimana perubahan nilai
dependen bila nilai variabel independen dinaikkan atau
diturunkan nilainya (manipulasi).
Selanjutnya, analisis regresi linear dapat dirumuskan
sebagai berikut:
28
Y = a + bxKeterangan:
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a = Nilai konstan
b = Koefisien arah regresi
2.2.12 Analisa Data
Menurut Sugiyono (2013:147), analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, dan menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan.
Menurut Morissan (2014:27), analisis data adalah upaya untuk
mengelolah data, peneliti mengorganisirkan atau menyusun data yang
telah diperolehnya selama penelitian berlangsung.
Dapat disimpulkan analisi data adalah upaya dalam mengelolah
data untuk dikelompokan berdasarkan variabel dan jenis responden.
2.2.13 Statistik
Menurut Sugiyono (2012:147), terdapat dua macam statistik yang
digunakan untuk analisi data-data dalam penelitian, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
1. Statistik Deskriptif
Statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul.
2. Statistik Inferensial/ Statistik Induktif/ Statistik Parametris
Statistik inferensial adalah teknik statitstik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
Statistik ini akan cocok digunakan apabila sampel diambil dari
29
populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu
dilakukan secaran random
Menurut Hasan (2008:76), statistik adalah cara untuk
mengolah data dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang teliti dan
keputusan-keputusan yang logik dari pengolahan data.
Dapat disimpulkan bahwa statistik adalah suatu alat ukur yang
digunakan untuk mengelolah data agar dapat ditarik kesimpulan dan
keputusan-keputusan dari pengelolahan data.
2.2.14 Pengaruh Aktivitas Brand dan Aktivitas Perusahaan Dalam Media
Sosial Terhadap Kepercayaan dan Loyalitas Pada Brand
Berikut disajikan sebuah gambar model penelitian untuk
menguraikan hipotesa hubungan dan pengaruh antara media sosial
terhadap kepercayaan dan loyalitas pelanggan terhadap merek.
Gambar 2.4 Variabel Penelitian
(Sumber: Laroche, Habibi & Richard, 2013:80)
30
Variabel yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah
berdasarkan jurnal Laroche, Habibi & Richard (2013:80), antara
lain :
2.2.14.1 Brand Community on Social Media
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:80),
mendefinisikan bahwa Brand Community on Social Media
mengacu kepada bentuk komunitas yang terspesialisasi,
komunitas yang memiliki ikatan yang tidak berbasis pada ikatan
secara geografis, namun lebih didasarkan pada seperangkat
struktur hubungan sosial diantara penggemar merek tertentu
Dalam Brand Community on Social Media memiliki 3 sub-
variabel sebagai berikut:
2.2.14.1.1 Benefit from The Community
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:80)
yang dikutip dari McAlexander, Schouten & Koenig
(2002:40), mendefinisikan bahwa Benefit from The
Community adalah komunitas merek berdasarkan sosial
media memberikan atau menyediakan manfaat bagi
angotanya.
2.2.14.1.2 Information Sharing
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:80)
yang dikutip dari McAlexander, Schouten & Koenig
(2002:42), Information Sharing adalah komunitas merek
menyediakan fasilitas untuk berbagi informasi kepada sesama
anggotanya.
2.2.14.1.3 Strong Affiliated with Other Members
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:82),
mendefinisikan bahwa Strong Affiliated with Other Members
adalah tingkatan dimana para anggota mendukung untuk
berbagi informasi dan kesejahteraan di antara anggotanya dan
memperkuat ikatan di antara mereka.
31
2.2.14.2 Customer/Product Relationship on Social Media
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:81) yang dikutip
dari McAlexander, Schouten & Koenig (2002:43), mendefinisikan bahwa
Customer/Product Relationship on Social Media adalah produk yang dibeli
dikonsumsi dalam konteks hubungan sosial dan bisnis, dan pada akhirnya
mempengaruhi perasaan terhadap produk atau merek pada umumnya.
Dalam Customer/Product Relationship on Social Media memiliki 4 sub-
variabel sebagai berikut:
2.2.14.2.1 Love Product
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:81) yang
dikutip dari Zhou, Zhang, Su & Zhou, (2012:892), mendefinisikan
bahwa Love Product adalah pelanggan mencintai merek tersebut
dikarenakan bukan karena mereka mengenal merek tersebut tetapi
disebabkan pelanggan sudah melekat dengan merek tersebut dan
mereka mencintai merek tersebut.
2.2.14.2.2 Proud of Product
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:82) yang
dikutip dari McAlexander, Schouten & Koenig (2002:42),
mendefinisikan bahwa Proud of Product adalah pelanggan bangga
menggunakan merek yang ia gunakan di setiap kesempatan bahkan
sampai pulang ke rumah dan terus mereka pakai untuk ke depanya.
2.2.14.2.3 Price Possessions
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:82) yang
dikutip dari Chaudhuri & Holbrook (2001:85), mendefinisikan Price
Possessions adalah harga sangat penting bagi pelanggan karena
pelanggan memiliki keyakinan terhadap harga dan nilai dari sebuah
produk.
2.2.14.2.4 Fun to Use
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:80) yang
dikutip dari Chaudhuri & Holbrook, (2001:85), mendefinisikan
bahwa Fun to Use adalah merek membuat pelanggan menjadi senang
atau gembira atau mencintai merek tersebut serta membuat
pelanggan membeli lebih banyak produk dan loyal kepada merek.
32
2.2.14.3 Customer/Brand Relationship on Social Media
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:81) yang dikutip
dari McAlexander, Schouten & Koenig (2002:45), mendefinisikan
bahwa Customer/Brand Relationship on Social Media adalah koneksi
antara pelanggan yang dibangun dengan merek, memperoleh
keuntungan seperti symbol yang dapat mengkomunikasikan informasi
penting mengenai mereka kepada diri mereka sendiri dan orang lain.
Dalam Customer/Brand Relationship on Social Media memiliki 3 sub-
variabel sebagai berikut:
2.2.14.3.1 The Heritage of The Brand
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:81)
yang dikutip dari Chaudhuri & Holbrook, (2001:85),
mendefinisikan bahwa The Heritage of The Brand adalah
pelanggan memiliki rasa untuk menghargai peningalan/warisan
dan tradisi untuk memelihara hubungan dengan merek.
2.2.14.3.2 Replace The Product with The Same Brand
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:81)
yang dikutip dari McAlexander, Schouten & Koenig (2002:43),
mendefinisikan bahwa Replace The Product with The Same
Brand adalah aspek pelaku pelanggan yang loyal
mempresentasikan pembelian kembali produk atau jasa
termasuk pembelian produk atau jasa yang lebih banyak dan
berbeda dari perusahaan yang sama.
2.2.14.3.3 Highest Quality
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:81)
yang dikutip dari Chaudhuri & Holbrook, (2001:85),
mendefinisikan bahwa Highest Quality adalah suatu merek
favorit tertentu akan memiliki nilai lebih besar ketika suatu
produk memiliki sebuah kualitas yang lebih tinggi.
33
2.2.14.4 Customer/Company Relationship on Social Media
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:79)
yang dikutip dari McAlexander, Schouten & Koenig
(2002:45), mendefinisikan bahwa Customer/Company
Relationship on Social Media adalah semakin banyak
hubunggan pelanggan terhadap merek ke dalam komunitas
merek dan semakin loyal pelanggan dalam menggunakan
merek. Dalam Customer/Company Relationship on Social
Media memiliki 2 sub-variabel sebagai berikut:
2.2.14.4.1 Understand Customer Needs
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:79)
yang dikutip dari McAlexander, Schouten & Koenig
(2002:44), mendefinisikan bahwa Understand Customer
Needs adalah perusahaan membuat sebuah produk atau
layanan yang dimaksudkan untuk diberikan kepada
pelanggan dalam memuaskan kebutuhan utama dan
keinginan pelangganya.
2.2.14.4.2 Care with Customer’s Opinions
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:80)
yang dikutip dari Hennig-Thurau, Gwinner, Walsh &
Gremler, (2004:40), mendefinisikan bahwa Care with
Customer’s Opinions adalah platform penyampaian pendapat
berbasis web dapat membantu pelanggan dalam mengambil
keputusan pembelian suatu produk dan untuk menghindari
kesalahan pembelian.
2.2.14.5 Customer/Other Customer Relationship on Social Media
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:82) yang dikutip
dari McAlexander, Schouten & Koenig (2002:45), mendefinisikan
bahwa Customer/Other Customer Relationship on Social Media adalah
suatu pelanggan dari merek lain ingin menemukan manfaat dari merek
melalui komunitas merek dari proses konsumsi. Dalam Customer/Other
34
Customer Relationship on Social Media memiliki 3 sub-variabel
sebagai berikut:
2.2.14.5.1 Met Wonderful People
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:82)
yang dikutip dari McAlexander, Schouten & Koenig
(2002:45), mendefinisikan bahwa Met Wonderful People
adalah pelanggan dapat saling melihat, merasakan, dan
mendengar penggunaan produk. Pelanggan memberikan
informasi lebih lanjut yang menjadi dasar penilaian
tentang kredibilitas, ketulusan, dan kepedulian terhadap
satu sama lain.
2.2.14.5.2 Feeling of Kinship
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:81)
yang dikutip dari McAlexander, Schouten & Koenig
(2002:43), mendefinisikan bahwa Feeling of Kinship adalah
anggota komunitas memiliki hubungan yang kuat dan
mereka saling mengenal antara satu sama lainya.
2.2.14.5.3 Interest In The Community
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:81)
yang dikutip dari Andersen, (2005:290), mendefinisikan
bahwa Interest In The Community adalah pelanggan
mencari informasi produk atau hanya didorong oleh rasa
ingin tahu untuk dapat menjadi anggota aktif komunitas
merek. Seiring waktu, beberapa mungkin akhirnya menjadi
pengagum merek, yang tertarik atau loyal terhadap merek.
2.2.14.6 Brand Trust
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:80)
mendefinisikan bahwa Brand Trust adalah ketersediaan rata-rata
pelanggan mengandalkan kemampuan merek untuk memenuhi
kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan. Dalam Brand Trust
memiliki 3 sub-variabel sebagai berikut:
35
2.2.14.6.1 Brand Give Customers Everything That They
Expect Out
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:78)
yang dikutip dari Delgado-Ballester, Manuera- Aleman, Yague-
Guillen, (2003:18), mendefinisikan bahwa Brand Give Customers
Everything That They Expect Out adalah sebuah merek harus dapat
memahami apa yang dibutuhkan pelanggan dan lebih mengandalkan
pada pemahaman kebutuhan pelanggan dan memenuhi apa yang
dibutuhkan pelangganya.
2.2.14.6.2 Rely on The Brand
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:78),
mendefinisikan bahwa Rely on The Brand adalah kepercayaan merek
adalah kemauan pelanggan rata-rata dalam mengandalkan kemampuan
merek untuk melakukan fungsi fungsinya.
2.2.14.6.3 Brand Never Disappoint Customer
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:79) yang
dikutip dari Delgado-Ballester, Manuera- Aleman, Yague-Guillen,
(2003:20), mendefinisikan bahwa Brand Never Disappoint Customer
adalah perasaan keamanan dipegang oleh pelanggan dalam
interaksinya dengan merek, yang didasarkan pada persepsi bahwa
merek yang handal dan bertanggung jawab untuk kepentingan dan
kesejahteraan pelanggan.
2.2.14.7 Brand Loyalty
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:80),
mendefinisikan Brand Loyalty adalah upaya untuk dapat mengurangi
ketidak pastian dan menjadi konsumen hemat biaya atau pencarian
untuk pertukaran merek lainya. Dalam Brand Loyalty memiliki 3 sub-
variabel sebagai berikut:
2.2.14.7.1 Loyal to The Brand
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:80) yang
dikutip dari Chaudhuri & Holbrook (2001:85) & Yoo, Donthu & Lee,
(2000:199), mendinisikan bahwa Loyal to The Brand adalah komitmen
36
untuk membeli kembali produk atau layanan yang disukai secara
konsisten di masa depan.
2.2.14.7.2 Buy The Same Brand
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:78) yang
dikutip dari Zhou, Zhang, Su & Zhou (2012:893) & Schau,
Muniz & Arnould (2009:35), mendinisikan bahwa Buy The
Same Brand adalah kecenderungan perilaku dimana pelanggan
membeli produk atau merek yang sama secara teratur dan
konsisten.
2.2.14.7.3 Pay More for The Brand
Menurut Laroche, Habibi & Richard (2013:79) yang
dikutip dari Chaudhuri & Holbrook, (2001:88), mendinisikan
bahwa Pay More for The Brand adalah pelanggan bersedia
membayar lebih untuk sebuah merek, karena pelanggan
merasakan nilai yang unik dari merek tersebut dimana merek
lain tidak dapat menggantikannya.