LAPORAN PENDAHULUANRENCANA AKSI DAERAH
KEPENDUDUKANKABUPATEN BANTUL
2019
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 ii
Kata Pengantar
Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan (GDPK) disusun dengan didahului dengan melakukan penyusunan dokuman Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK). Dokumen ini merupakan dokumen arahan kegiatan dalam tahapan lima tahunan pembangunan kependudukan dengan melihat target pencapaian sampai dengan tahun 2035. Setelah dokumen GDPK terselesaikan, maka tahapan berikutnya adalah menurunkan ke dalam dokumen lanjutan yang lebih operasional. Dokumen inilah yang selanjutnya disebut dengan Dokumen Rencana Aksi Daerah Pembangunan Kependudukan Kabupaten Bantul. Oleh karena itu, hubungan antara dokumen GDPK, road map pembangunan, dan RAD kependudukan merupakan satu kesatuan dokumen yang saling terkait.
Dokumen RAD Kependudukan tersebut berisi penjelasan tentang isu tentang pembangunan kependudukan di Kabupaten Bantul dibagi menjadi 5 hal yaitu: 1.) tentang aspek kuantitas penduduk, 2.) tentang aspek kualitas penduduk, 3.) tentang pembangunan keluarga, 4.) tentang persebaran dan pengaturan mobilitas, dan 5.) tentang pembangunan data base kependudukan. Kelima isu tersebut sangatlah kompleks sehingga sampai tahun 2021, telah ditetapkan target pencapaian indikator untuk mencapai kondisi ideal Kabupaten Bantul di masa mendatang.
Kabupaten Bantul diharapkan mencapai penduduk tumbuh seimbang (PTS). Pembangunan kualitas penduduk difokuskan pada unsur pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Pembangunan keluarga dimaksudkan mampu mewujudnya keluarga yang berkualitas, sejahtera, dan berketahanan sosial yang melaksanakan delapan fungsi keluarga secara maksimal. Terkait dengan mobilitas penduduk, persebaran penduduk yang lebih merata, perlu adanya pengembangan pusat ekonomi baru sehingga persebaran penduduk dapat merata. Selain itu, tersusunnya sistem informasi data kependudukan sehingga diharapkan dapat diperoleh data dan informasi kependudukan yang andal, akurat, riil, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan secara cepat.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 ii
Ada tiga aspek dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah bidang kependudukan yaitu dari aspek landasan/dasar pengaturan, aspek substansi pengaturan, dan aspek manajemen pelaksanaan. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling beriringan dan menjadi tugas dan tanggung jawab OPD. RAD tersebut menjadi pedoman dalam menjalankan rencana aksi yang akan dilakukan ke depan untuk mendukung pembangunan kependudukan di Kabupaten Bantul. RAD tersebut memiliki posisi penting karena menjadi panduan antar OPD. Secara khusus tujuan RAD antara lain yaitu 1) mengidentifikasi permasalahan kependudukan di Kabupaten Bantul dari aspek kualitas, kuantitas, migrasi, database kependudukan dan pembangunan keluarga; 2) melakukan monitoring dan evaluasi Rencana Aksi Daerah Pembangunan Kependudukan selama kegiatan satu tahun berjalan; dan 3) merumuskan strategi dan kebijakan untuk menanggulangi permasalahan kependudukan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Rencana Aksi Daerah Pembangunan Kependudukan di Kabupaten Bantul.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa, dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan di Kabupaten Bantul Tahun 2019 dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah terlibat dalam upaya penyelesaikan dokumen ini, kami menyadari dokumen ini belum sempurna dan masih membutuhkan masukan berbagai pihak demi penyempurnaannya.
Bantul, Juni 2019
Tim Penyusun RAD Kabupaten Bantul
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 iii
Daftar Isi
Kata Pengantarii
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum
1.3 Maksud Kegiatan
1.4 Tujuan........................................................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan
Bab 2 Deskripsi Wilayah
2.1 Kondisi Wilayah Kabupaten Bantul
2.2 Kondisi Demografis
2.3 Kondisi Ekonomi
Daftar Pustaka
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 iv
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Klasifikasi Wilayah Desa di Kabupaten Bantul Tahun 2018............................................................................................................................ 9
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 v
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Keterkaitan Antara GDPK, Road Map Pembangunan, dan RAD............................................................................................................2
Gambar 1.2 Skema Rencana Aksi Daerah Kependudukan di Kabupaten Bantul.........................................................................................3
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul..................................................7
Gambar 2.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantul 2018.....................................................................................................8
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 vi
BabPendahuluan
11. Latar Belakang
Perkembangan kependudukan di Kabupaten Bantul telah berkembang dengan
pesat. Keadaan penduduk tersebut akan berpengaruh terhadap dinamika
pembangunan, sebab dengan jumlah penduduk yang besar dan diikuti dengan
kualitas penduduk yang memadai menjadi pendorong terjadinya pertumbuhan
ekonomi. Namun sebaliknya, dengan jumlah penduduk yang besar tetapi kualitas
SDM rendah akan menjadikan penduduk tersebut justru menjadi beban bagi
pembangunan. Penduduk merupakan salah satu varibel yang sangat dinamis yang
sangat fleksibel terhadap perubahan. Perubahan yang terjadi pada aspek jumlah
penduduk saja akan berpengaruh terhadap aspek lainnya seperti persebaran
penduduk, mobilitas penduduk, aspek lingkungan, aspek kualitas SDM dan lain
sebagainya.
Permasalahan penduduk di Kabupaten Bantul yang cukup kompleks dan
diperlukannya sebuah kajian secara komprehensif sebagai bahan perumusan
kebijakan di bidang kependudukan menjadi latar belakang BAPPEDA Kabupaten
Bantul menyelenggarakan kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD)
Kependudukan. Kegiatan ini diharapkan menghasilkan sebuah dokumen kajian
kependudukan yang komprehensif untuk yang menempatkan pembangunan
kependudukan sebagai agenda penting dalam pembangunan. Dokumen RAD
Kependudukan tersebut didalamnya mendiskripsikan potensi dan permasalahan
kependudukan di Kabupaten Bantul yang sangat bervariasi. Dokumen RAD
Kependudukan tersebut berisi penjelasan tentang isu tentang pembangunan
kependudukan di Kabupaten Bantul dibagi menjadi 5 hal yaitu: 1.) tentang aspek
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 1
kuantitas penduduk, 2.) tentang aspek kualitas penduduk, 3.) tentang
pembangunan keluarga, 4.) tentang persebaran dan pengaturan mobilitas, dan 5.)
tentang pembangunan data base kependudukan. Kelima isu tersebut sangatlah
kompleks sehingga sampai tahun 2021, telah ditetapkan target pencapaian
indikator untuk mencapai kondisi ideal Kabupaten Bantul di masa mendatang.
Sebagai langkah awal dalam penyusunan RAD Kependudukan di Kabupaten Bantul
didahului dengan melakukan penyusunan dokuman Grand Design Pembangunan
Kependudukan (GDPK). Dokumen ini merupakan dokumen arahan kegiatan dalam
tahapan lima tahunan pembangunan kependudukan dengan melihat target
pencapaian sampai dengan tahun 2035. Setelah dokumen GDPK terselesaikan,
maka tahapan berikutnya adalah menurunkan ke dalam dokumen lanjutan yang
lebih operasional. Dokumen inilah yang selanjutnya disebut dengan Dokumen
Rencana Aksi Daerah Pembangunan Kependudukan Kabupaten Bantul. Oleh
karena itu, hubungan antara dokumen GDPK, road map pembangunan, dan RAD
kependudukan merupakan satu kesatuan dokumen yang saling terkait.
Keterkaitan antara GDPK, road map pembangunan, dan RAD disajikan pada
Gambar 1.1.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 2
Gambar 1.1 Keterkaitan Antara GDPK, Road Map Pembangunan, dan RAD
Terdapat tiga aspek dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah bidang
kependudukan yaitu dari aspek landasan/dasar pengaturan, aspek substansi
pengaturan, dan aspek manajemen pelaksanaan. Ketiga aspek tersebut tidak dapat
dipisahkan dan saling beriringan dan menjadi tugas dan tanggung jawab SKPD.
RAD tersebut menjadi pedoman dalam menjalankan rencana aksi yang akan
dilakukan ke depan untuk mendukung pembangunan kependudukan di Kabupaten
Bantul. RAD tersebut memiliki posisi penting karena menjadi panduan antar SKPD
agar memiliki tujuan yang terarah dalam melaksanakan program kegiatan dan
terjadi tumpeng tindih antar program. Secara detail skema RAD Kependudukan
disajikan pada Gambar 1.2.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 3
Gambar 1.2 Skema Rencana Aksi Daerah Kependudukan di Kabupaten Bantul
Dengan tersusunnya dokumen RAD Kependudukan tersebut tentu saja memiliki
konsekuensi bagi SKPD untuk melaksanakan target dan capaian yang telah
ditetapkan dalam RAD tersebut. Target yang telah ditetapkan tersebut selalu
dipantau capaiannya dengan melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi
(monev) secara periodik. Kegiatan monev tersebut bisa dilakukan secara bulanan,
tahunan, atau bahkan lima tahunan sesuai dengan kesepakatan agar diketahui
perkembangan capaiannya.
Monitoring dan evaluasi merupakan satu kesatuan kegiatan yang dilakukan secara
terpadu yang bertujuan untuk pengendalian suatu program. Secara umum tujuan
pelaksanaan monev antara lain.
1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan
rencana
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi
3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan
sudah tepat untuk mencapai tujuan.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 4
4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh
ukuran kemajuan,
5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa
menyimpang dari tujuan.
Efektvitas program dimulai dari perencanaan yang baik, kemudian dipadukan
dengan desain monitoring dan evaluasi yang efektif, akan berperan penting dalam
keberhasilan program-program pembangunan. Dengan perencanaan
pembangunan yang disusun dengan baik dengan mempertimbangkan berbagai
aspek akan membantu pencapaian tujuan pembangunan. Sementara pemantauan
dan evaluasi membantu untuk mengetahui kekurangan dan kesuksesan yang telah
dicapai pada periode sebelumnya. Disamping itu, juga dapat diketahui tantangan
yang dihadapi dan menjadi sumber informasi bagi para pengambil keputusan
sehingga inisiatif saat ini dan masa depan lebih mampu meningkatkan dan
memperluas pilihan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
setelah tersusunnya dokumen RAD, maka diperlukan suatu kegiatan monitoring
dan evaluasi agar target-target yang ditetapkan dapat tercapai seluruhnya.
2. Landasan Hukum
Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam penyusunan Rencana
Aksi Daerah Pembangunan Kependudukan Kabupaten Bantul adalah
sebagai berikut.
1. UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2. UU 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga
3. UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
4. UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas UU No 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan
5. UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 5
6. PP 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Nasional
7. PP Nomor 87 Tahun 2014
8. Perpres Nomor 153 Tahun 2014 Tentang Grand Design Pembangunan
Kependudukan
9. Permendagri Nomor 65 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil
Perkembangan Kependudukan
3. Maksud Kegiatan
Kegiatan ini bermaksud untuk menyusun Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi
Daerah Pembangunan Kependudukan yang berisi kebijakan, program, dan
kegiatan sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan pembangunan
kependudukan di Kabupaten Bantul.
4. Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyusunan Rencana Aksi Daerah Kependudukan di Kabupaten Bantul
yaitu.
1. Mengidentifikasi permasalahan kependudukan di Kabupaten Bantul dari aspek
kualitas, kuantitas, migrasi, database kependudukan dan pembangunan
keluarga.
2. Melakukan monitoring dan evaluasi Rencana Aksi Daerah Pembangunan
Kependudukan selama kegiatan satu tahun berjalan.
3. Merumuskan strategi dan kebijakan untuk menanggulangi permasalahan
kependudukan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Rencana Aksi
Daerah Pembangunan Kependudukan di Kabupaten Bantul.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 6
5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah Pembangunan
Kependudukan di Kabupaten Bantul ini dibagi dalam 5 (lima) bab, yaitu:
: Menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, dan sistematika
Monev RAD Pembangunan Kependudukan.
ggambarkan deskripsi wilayah Kabupaten Bantul sebagai daerah
kajian.
Menggambarkan profil dan kondisi kependudukan di Kabupaten Bantul,
berikut gambaran umum permasalahan utama kependudukan.
Monitoring dan Evaluasi RAD Pembangunan Kependudukan. Membahas
dan/atau mengkaji monitoring dan evaluasi berbagai kebijakan
dan program yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah
kependudukan.
Menjelaskan kesimpulan secara umum tentang kegiatan monitoring dan
evaluasi RAD Pembangunan Kependudukan di Kabupaten
Bantul. Bab ini juga menjelaskan implikasi dari hasil kajian
Monev RAD Kependudukan.
Bab Deskripsi Wilayah
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 7
22.1 Kondisi Wilayah Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari lima
kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak pada sisi
paling selatan dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo
Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Sleman
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten BantulSumber: Bappeda Kabupaten Bantul, 2019
Kabupaten Bantul memiliki wilayah seluas 50.685 Ha atau 15,91 persen
dari luas DIY. Secara administratif terbagi atas 17 kecamatan, 75 desa
dan 933 pedukuhan. Kecamatan Dlingo merupakan kecamatan yang
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 8
mempunyai wilayah paling luas, yaitu 5.587 Ha (12 persen) sedangkan
kecamatan dengan wilayah paling sempit adalah Kecamatan Srandakan
yaitu 1.832 Ha (4 persen).
Srandakan18,32 km2
(3,61%)
Sanden23,16 km2
(4,57%)
Kretek26,77 km2
(5,28%)Pundong23,68 km2
(4,67%)
Bambanglipuro22,70 km2
(4,48%)
Pandak24,30 km2
(4,79%)
Bantul21,95 km2
(4,33%)
Jetis24,47 km2
4,83%)Imogiri
54,49 km2 (10,75%)Dlingo
55,87 km2(11,02%)
Pleret22,97 km2
(4,53%)
Piyungan32,54 km2
(6,42%)
Banguntapan28,48
km2(5,62%)
Sewon27,16 km2
(5,36%)
Kasihan32,38 km2
(6,39%)
Pajangan33,25 km2
(6,56%)
Sedayu34,36 km2
(6,78%)
Gambar 2.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantul 2018Sumber: Bappeda Kabupaten Bantul, 2019
Jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terletak di Kecamatan
Imogiri, yaitu terdiri dari delapan desa dan 72 pedukuhan. Sedangkan
kecamatan dengan dengan jumlah desa dan pedukuhan paling sedikit
adalah Kecamatan Srandakan, yaitu terdiri dari dua desa dan 43
pedukuhan. Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan dan
Perda mengenai batas wilayah kota, maka status desa di Kabupaten
Bantul dapat dipisahkan sebagai desa perdesaan (rural area) sebanyak
41 desa dan desa perkotaan (urban area) sebanyak 34 desa. Secara
rinci status desa perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Bantul dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 9
Tabel 2.1 Klasifikasi Wilayah Desa di Kabupaten Bantul Tahun 2018
No Kecamatan Status DesaDesa Perdesaan Luas
(km2)Desa Perkotaan Luas
(km2)1 Srandakan Poncosari (24 dusun) 11,86 Trimurti (19
dusun)6,46
2 Sanden Sri Gading(20 dusun) 7,57 Gadingsari (18 dusun)
8,12
Gadingharjo (6 dusun)
3,08
Murtigading (18dusun)
4,39
3 Kretek Tirtohargo (6 dusun) 3,62 Donotirto (13dusun)
4,70Parangtritis (11 dusun) 11,87Tirtosari(7 dusun) 2,39Tirtomulyo (15 dusun) 4,19
4 Pundong Seloharjo (16 dusun) 11,10 Srihardono (17 dusun)
6,87Panjangrejo(16 dusun) 5,71
5 Bambanglipuro Sumbermulyo (16 dusun) 8,19 Sidomulyo (15 dusun)
8,05
Mulyodadi (14dusun)
6,45
6 Pandak Caturharjo (14dusun) 5,93 Wijirejo (10dusun)
4,68Triharjo (10dusun) 6,43Gilangharjo (15dusun) 7,26
7 Pajangan Guwosari (15 dusun) 8,78 Triwidadi (22 dusun)
12,71
Sendangsari (18 dusun)
11,76
8 Bantul Sabdodadi (5 dusun) 2,32 Palbapang (10 dusun)
5,53
Ringinharjo (6 dusun)
2,77
Bantul (12 dusun)
5,24
Trirenggo (17 dusun)
6,10
9 Jetis Patalan (20 dusun) 5,65 Trimulyo (12 dusun)
7,11
Canden (15 dusun) 5,36 Sumberagung (17 dusun)
6,35
10 Imogiri Selopamioro(18 dusun) 22,75 Kebonagung (5 dusun)
1,87
Sriharjo (13 dusun) 6,32 Karangtalun (5 dusun)
1,21
Karangtengah (6 dusun) 2,88 Imogiri (4 dusun)
0,83
Wukirsari (16 dusun)
15,39
Girirejo (5 3,24
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 10
No Kecamatan Status DesaDesa Perdesaan Luas
(km2)Desa Perkotaan Luas
(km2)dusun)
11 Dlingo Mangunan (6 dusun) 9,52 Dlingo (10 dusun)
9,16Muntuk (11 dusun) 12,85Temuwuh (12 dusun) 7,67Jatimulyo (10 dusun) 8,91Terong (9 dusun) 7,76
12 Banguntapan Tamanan (9 dusun) 3,75 Baturetno (8 dusun)
3,94
Jagalan (2 dusun) 0,27 Banguntapan (11 dusun)
8,33Singosaren (5 dusun) 0,67Wirokerten (8 dusun) 3,86Jambidan (7 dusun) 3,76Potorono (9 dusun) 3,90
13 Pleret Bawuran (7 dusun) 4,97 Wonokromo (12 dusun)
4,34
Wonolelo (8 dusun) 4,54 Pleret (11 dusun)
4,25Segoroyoso (9 dusun) 4,87
14 Piyungan Sitimulyo (21 dusun) 9,40 Srimulyo (22 dusun)
14,56
Srimartani(17 dusun)
8,58
15 Sewon Pendowoharjo(16 dusun)
6,98 Bangunharjo(17 dusun)
6,79
Timbulharjo (16 dusun) 7,78 Panggungharjo(14 dusun)
5,61
16 Kasihan Tamantirto (10 dusun) 6,72 Tirtonirmolo (12 dusun)
5,13Ngestiharjo (12 dusun) 5,10Bangunjiwo (19 dusun) 15,43
17 Sedayu Argodadi (14 dusun) 11,21 Argosari (13 dusun)
6,37
Argomulyo (14 dusun) 9,55 Argorejo (13 dusun)
7,23
Jumlah 41 desa 289,65(28.965 ha)
34 desa 217,20(21.720 ha)
Sumber: Bappeda Kabupaten Bantul, 2018
Secara topografis, Kabupaten Bantul terbagi menjadi daerah dataran,
daerah perbukitan serta daerah pantai. Satuan fisiografi Kabupaten
Bantul sebagian besar berada pada dataran aluvial (Fluvio Volcanic
Plain), perbukitan di sisi barat dan timur serta fisiografi pantai. Adapun
pembagian satuan fisiografi yang lebih rinci di Kabupaten Bantul
(Bappeda Bantul, 2018) adalah sebagai berikut.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 11
a) Daerah di bagian timur merupakan jalur perbukitan berlereng terjal dengan
kemiringan lereng dominan curam (>70%) dan ketinggian mencapai 400
meter dari permukaan air laut. Daerah ini terbentuk oleh formasi Nglanggran
dan Wonosari;
b) Daerah di bagian selatan ditempati oleh gisik dan gumuk-gumuk pasir
(fluviomarine) dengan kemiringan lereng datar-landai. Daerah ini terbentuk
oleh material lepas dengan ukuran pasir kerakal;
c) Daerah di bagian tengah merupakan dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain),
yang dipengaruhi oleh Graben Bantul dan terendapi oleh material vulkanik
dari endapan vulkanik Merapi;
d) Daerah di bagian barat merupakan perbukitan rendah dengan kemiringan
lereng landai-curam dan ketinggian mencapai 150 meter dari permukaan air
laut, daerah ini terbentuk oleh formasi Sentolo.
Sumber: Bappeda Kabupaten Bantul, 2018
Gambar 2.2 Peta Kontur Topografi di Kabupaten BantulSumber: Bappeda Kabupaten Bantul, 2018
Secara geografis dan administratif Kabupaten Bantul memiliki potensi
pengembangan, hal ini berdasarkan hal berikut ini.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 12
Batas wilayah yang tidak berbatas secara fisik, meski terdapat ring road namun
perkembangan saat ini telah melewati batas tersebut,
Topografi kawasan yang relatif datar,
Tidak terdapat kendala terhadap kawasan resapan air,
Banyaknya daerah wisata yang belum tergarap secara optimal untuk
pengembangan sektor hotel dan restoran.
Sesuai Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 Tentang RTRW
Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030, potensi pengembangan kawasan
di Kabupaten Bantul dilakukan dengan penetapan kawasan strategis
kabupaten dan kawasan khusus. Kawasan strategis kabupaten meliputi
kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis sosio-kultural, dan
pengembangan kawasan strategis lingkungan hidup. Kawasan
kabupaten meliputi.
1. Kawasan strategis ekonomi kabupaten meliputi:
a. Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY);
b. Kawasan Strategis Bantul Kota Mandiri (BKM);
c. Kawasan Strategis Pantai Selatan, Pengembangan Pesisir dan Pengelolaan
Hasil Laut Pantai Depok, Pantai Samas, Pantai Kuwaru, dan Pantai
Pandansimo;
d. Kawasan Strategis Industri Sedayu; dan
e. Kawasan Strategis Industri Piyungan.
2. Kawasan strategis sosio-kultural kabupaten meliputi Kawasan Strategis Desa
Wisata dan Kerajinan Gabusan-Manding-Tembi (GMT) dan Kasongan-Jipangan-
Gendeng-Lemahdadi (Kaji-Gelem).
3. Kawasan strategis lingkungan hidup kabupaten meliputi.
a. Kawasan Strategis Agrowisata di Kecamatan Dlingo dan Agropolitan di
Kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong, Kecamatan
Imogiri, dan Kecamatan Dlingo;
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 13
b. Kawasan Strategis Gumuk Pasir Parangtritis yang berfungsi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian.
Selain Kawasan strategis diatas, terdapat kawasan khusus yang
merupakan kawasan strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.
Jenis kawasan khusus yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten
Bantul adalah sebagai berikut.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 14
1. Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY)
Wilayah Kabupaten Bantul yang termasuk dalam Kawasan Perkotaan
Yogyakarta meliputi Kecamatan Kasihan, Kecamatan Sewon, dan Kecamatan
Banguntapan. Kawasan tersebut memiliki fungsi sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dan merupakan kawasan strategis nasional. Kawasan ini
memiliki kegiatan utama di sektor perdagangan, jasa, perumahan, hotel, dan
restoran yang berkembang sangat cepat dan berdampak pada berkurangnya
daya tampung ruang kawasan sehingga memerlukan dukungan perencanaan,
penataan, dan penanganan sarana dan prasarana yang memadai.
2. Kawasan Strategis Bantul Kota Mandiri (BKM)
Kawasan strategis BKM merupakan kawasan mandiri yang dibangun dalam
rangka untuk menggairahkan dan menampung kegiatan investasi serta
menyeimbangkan (mengurangi kesenjangan) pembangunan wilayah di bagian
Barat Kabupaten Bantul. Kawasan BKM direncanakan untuk mewadahi
berbagai macam kegiatan seperti permukiman, pendidikan, perdagangan jasa,
olah raga dan rekreasi, perkantoran, dan aneka industri. Sesuai dengan
rencana induk (master plan) BKM, kawasan inti BKM meliputi areal seluas
1.300 Ha yang mencakup Desa Sendangsari, Desa Triwidadi, dan Desa
Guwosari di Kecamatan Pajangan dan Desa Bangunjiwo di Kecamatan Kasihan.
3. Kawasan Strategis Pantai Selatan
Kabupaten Bantul memiliki potensi alam berupa pantai sepanjang 13,5 Km.
Pengembangan pesisir dan pengelolaan hasil laut sejalan dengan visi Gubernur
DIY yaitu menjadikan pantai Selatan sebagai halaman muka DIY.
Pengembangan Pantai Depok, Pantai Samas, Pantai Kuwaru, dan Pantai
Pandansimo sebagai kawasan strategis merupakan langkah awal di wilayah
Selatan Bantul untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian sehingga
mampu memberikan kontribusi PDRB yang besar bagi Kabupaten Bantul.
Kabupaten Bantul telah melakukan kegiatan di kawasan ini, antara lain:
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 15
pembangunan Jalur Pansela, Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB), dan Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (ZWP3K) yang didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
4. Kawasan Strategis Industri Piyungan dan Sedayu
Penetapan kawasan industri Piyungan dan industri Sedayu sebagai kawasan
strategis di wilayah Kabupaten Bantul akan berdampak besar terhadap
pertumbuhan perekonomian baik bagi masyarakat pada kawasan setempat
maupun bagi fisik dan perekonomian seluruh wilayah Kabupaten Bantul.
Kawasan industri Piyungan terdapat di Desa Srimulyo dan Desa Sitimulyo.
Sedangkan kawasan industri Sedayu terdapat di Desa Argosari, Desa
Argomulyo, Desa Argorejo, dan Desa Argodadi.
5. Kawasan Strategis Desa Wisata dan Kerajinan Gabusan-Manding-Tembi (GMT) dan Kasongan-Jipangan-Gendeng- Lemahdadi (Kajigelem)
Kawasan strategis sosio-kultural yaitu wilayah Desa Gabusan-Manding-Tembi
(GMT) dan Kasongan-Jipangan-Gendeng-Lemahdadi (Kajigelem) memiliki
potensi budaya, kerajinan tangan, dan cinderamata (handicraft). Tidak hanya
produknya saja, melainkan proses pembuatannya juga menarik wisatawan
untuk turut secara interaktif.
6. Kawasan Strategis Gumuk Pasir Parangtritis
Gumuk Pasir Barchan di pesisir selatan Pulau Jawa yang terdapat di Pantai
Parangtritis memiliki karakteristik unik dan langka di dunia. Potensi
karakteristik yang unik dapat dikembangkan selain untuk daya tarik wisata
juga merupakan wisata pendidikan. Pemanfaatan kawasan gumuk pasir
barchan yang tidak terkendali dapat merusak dan mengubah ekosistem.
Selain pengembangan kawasan, Pemerintah Kabupaten Bantul juga
memetakan Potensi Kecamatan di Kabupaten Bantul antara lain.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 16
1. Srandakan: Home industry: tahu, bakmi lethek meubel kayu, makanan kecil,
kerajinan, wisata pantai, kuliner dan desa wisata, dan pertanian (minapolitan
dan peternakan)
2. Sanden: kerajinan Batik painting; Pertanian ( ubi ungu, bawang merah, cabai
merah, padi), perikanan budidaya dan tangkap, pengembangan kawasan
Agropolitan, pariwisata, dan peternakan.
3. Kretek: pariwisata ( alam dan budaya), pertanian, perikanan Tangkap dan
Budidaya, dan peternakan
4. Jetis: pertanian, perdagangan, dan industri UMKM
5. Sedayu: wisata alam dan cagar budaya serta Sentra Industri dan kerajinan
6. Bantul: perdagangan dan kerajinan UMKM, olahan makanan (emping, geplak,
tahu, kerupuk ketela)
7. Pleret: pengembangan wisata religi dan budaya, peternakan sapi, pertanian
lahan kering dan agrowisata, serta kerajinan daur ulang
8. Dlingo: pengembangan Industri kerajinan bambu, pertanian, serta wisata alam
dan kerajinan
9. Imogiri: wisata religi, budaya, dan desa wisata; pengembangan batik dan tatah
sungging; industri kuliner; dan pertanian
10. Pandak: pengembangan Batik, wisata budaya, dan pertanian minapolitan
11. Banguntapan: Wisata alam dan budaya
12. Kasihan: Pariwisata dan Sentra Kerajinan
13. Piyungan: Pengembangan Kawasan Industri, Pariwisata buatan (Kids Fun
Park), dan Pertanian Lahan Kering
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 17
14. Sewon: Pengembangan wisata alam, budaya dan buatan; Kerajinan
15. Bambanglipuro: Pengembangan kesenian (karawitan, ketoprak, jatilan,
sholawatan, reog dan macapat); pengembangan Batik, dan industri olahan
makanan (emping mlinjo dan bonggol pisang)
16. Pundong: Pengembangan Wisata ( Goa Jepang dan Desa Wisata),
Pengembangan Industri (Mebel dan Keramik), dan Pertanian (Padi, kedelai
dan kacang tanah)
17. Pajangan: Pengembangan Industri ( Batok Kelapa dan Emping Garut);
Pariwisata (Goa Selarong, Sendang Ngembel, Banyu Nibo, Pulosari) dan Desa
Budaya; dan Pertanian
2.2 Kondisi Demografis
Penduduk merupakan subyek dan obyek seluruh permasalahan
kehidupan sosial ekonomi dan budaya suatu masyarakat. Oleh
karenanya, untuk mengetahui jumlah dan komposisi penduduk,
terdapat 4 (empat) masalah pokok yang berhubungan dengan
penduduk, yaitu kualitas dan kuantitas, struktur dan komposisi,
persebaran, dan pertumbuhan penduduk. Keempat masalah tersebut
berjalan melalui suatu mekanisme alamiah yang jika tidak dilakukan
antisipasi akan menimbulkan masalah. Terkait dengan data
kependudukan, karakteristik penduduk yang paling penting adalah
umur dan jenis kelamin. Distribusi penduduk menurut umur tertentu
dikelompokkan menurut umur satu tahunan atau umur tunggal (single
age) dan lima tahunan, namun dapat juga dikelompokkan menurut
distribusi umur tertentu sesuai dengan kebutuhan. Penduduk di
Kabupaten Bantul pada tahun 2018 tercatat sebanyak 939.718 jiwa
yang terdiri dari 468.135 jiwa laki-laki (49,82 persen) dan 4471.583
jiwa perempuan (50,18 persen).
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 18
Struktur penduduk Kabupaten Bantul yang digambarkan dalam
piramida penduduk, diketahui lebih didominasi oleh penduduk usia
produktif. Berdasarkan piramida penduduk Kabupaten Bantul yang
termasuk dalam penduduk stationer yaitu jumlah penduduk muda
rendah dan jumlah penduduk produktinya tinggi. Sebagaimana
ditunjukkan oleh bentuk piramida penduduk pada Gambar 2.4 dibawah
ini, penduduk Kabupaten Bantul tahun 2018 tergolong penduduk usia
tua dimana terlihat kecil pada kelompok umur 0-9 tahun dan semakin
besar (menggembung) pada kelompok umur diatasnya. Bahkan pada
kelompok umur 65 tahun ke atas proporsinya cukup besar.
Permasalahan pada masa mendatang di Kabupaten Bantul adalah
semakin banyaknya jumlah penduduk lanjut usia. Hal ini harus
diantisipasi pemerintah melalui berbagai kebijakan terkait dengan
penduduk lanjut usia. Meskipun penduduk Kabupaten Bantul saat ini
didominasi oleh penduduk usia produktif, yakni penduduk pada usia
15-64 tahun. Proporsi penduduk usia produktif di Kabupaten Bantul
tahun 2017 mencapai 69,10 persen atau 649.344 jiwa. Sedangkan
penduduk termasuk dalam kategori lanjut usia (65 tahun keatas)
mencapai 91.837 jiwa atau 9,77 persen dari total penduduk. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk usia produktif jumlahnya cukup besar
sehingga Kabupaten Bantul memiliki potensi yang besar dalam
pemanfaatannya
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 19
Gambar 2.4 Piramida Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2018Sumber: Disdukcapil Kabupaten Bantul, 2019
Distribusi atau persebaran penduduk di Kabupaten Bantul
terkonsentrasi di tiga lokasi yaitu Kecamatan Banguntapan, Sewon, dan
Kasihan berdasarkan jumlah penduduknya. Secara posisi, ketiga lokasi
tersebut merupakan wilayah penyangga Kota Yogyakarta sehingga
mendorong penduduk untuk melakukan migrasi karena keterbatasan
lahan di Kota Yogyakarta. Kondisi tersebut menyebabkan Kecamatan
Banguntapan, Sewon, dan Kasihan menjadi wilayah yang padat
penduduknya dan membentuk kota pertumbuhan baru. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun mengalami
dinamika yang cukup dinamis. Pada periode 2014-2015 kepadatan
penduduk meningkat dari 1.802 jiwa/km² menjadi 1.814 jiwa/km² atau
naik sebesar 0,67 persen. Kepadatan penduduk tahun 2016 kembali
mencatat peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
yaitu menjadi 1.832 jiwa/km² atau naik 0,99 persen dibanding tahun
2015. Kepadatan penduduk tersebut mengalami penurunan pada tahun
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 20
2017 menjadi 1.829 jiwa/km² atau tumbuh -0,16 persen dibandingkan
kondisi tahun 2016. Kepadatan penduduk kemudian kembali
meningkat pada tahun 2018 sejalan dengan jumlah penduduk yang juga
meningkat. Kepadatan penduduk tahun 2018 sebesar 1.854 jiwa/km²
atau naik sebesar 1,37 persen dibanding tahun 2017.
Gambar 2.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2014-2018Sumber: Disdukcapil Kabupaten Bantul, 2018 (diolah)
2.3 Kondisi Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah. PDRB merupakan nilai
tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di
wilayah domestik suatu negera yang timbul akibat berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu periode tertentu. PDRB dihitung dengan metode
yang sama sehingga dapat dibandingkan antar wilayah dan antar
waktu. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui tiga pendekatan
yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang
disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 21
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul pada tahun 2017 sebesar
5,10 persen (angka sangat sementara) atau mengalami peningkatan
pertumbuhan dibandingkan tahun 2016 yang mampu tumbuh sebesar
5,06 persen. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan
beberapa kegiatan sektor ekonomi, utamanya kegiatan sektor
pertanian, industri pengolahan, pengadaan air, konstruksi dan jasa
pendidikan. Sementara nilai PDRB Kabupaten Bantul tahun 2018 atas
dasar harga konstan mencapai 18,150 triliun rupiah, mengalami
kenaikan sebesar 5,46 persen dibanding tahun 2017 yang mencapai
17,211 triliun rupiah. Kenaikan PDRB ini murni disebabkan oleh
meningkatnya produksi seluruh sektor ekonomi dan sudah terbebas
dari pengaruh inflasi.
Apabila dilihat dari sisi kontribusi sektoral, perekonomian Kabupaten
Bantul pada tahun 2018 belum mengalami perubahan dan masih
didominasi oleh sektor-sektor utama yaitu sektor pertanian, industri
pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta informasi
dan komunikasi. Empat besar sektor penyusun perekonomian
Kabupaten Bantul tahun 2018 yaitu sektor industri pengolahan sebesar
14,89 persen; sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar
11,42 persen; sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar
10,87 persen; dan sektor informasi dan komunikasi sebesar 10,32
persen. Sementara ketiga belas sektor lainnya masing-masing hanya
mampu menyumbang pembentukan PDRB Kabupaten Bantul kurang
dari sepuluh persen. Secara keseluruhan, keempat sektor tersebut
menyumbang PDRB sekitar 47,5 persen.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 22
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2016. Indeks Pembangunan Manusia 2015. Jakarta
_____________. https://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=95 diakses
pada tanggal 20 September 2018
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 23
Bappeda Kabupaten Bantul. 2018. Perubahan RPJM Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021
Guttentag, M., & Secord, P. 1983. Too Many Women? The Sex Ratio Question. Beverly Hills, CA: Sage Publications
Heer, D.M and Grossbard-Shechtman, A. 1981. 'The Impact of the Female Marriage Squeeze and the Contraceptive Revolution on Sex Roles and the Women's Liberation Movement in the United States, 1960 to 1975. Journal of Marriage and the Family, vol. 43, pp. 49-65.
Mankiw, N. Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Ghalia Indonesia. Jakarta
Mantra. Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Nanga, Muana., 2001. Ekonomi Makro Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta:
Erlangga
Oppenheimer, V.K., 1988. Theory of marriage timing. American Journal of Sociology. The University of Chicago Press.
Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
_____________. Undang-undang Republik Indonesia No 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
_____________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
_____________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
_____________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
_____________. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2006
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
_____________. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 153 Tahun 2014
tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 24
_____________. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
_____________. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
_____________. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Nomor 65 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan
Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bantul
Tahun 2010-2030.
Sarwono, Sarlito. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia
Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Drafindo Persada
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 25
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kependudukan Kabupaten Bantul | 2019 26