BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2006,p.5), Sistem Informasi dapat merupakan
kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan , mengubah dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Kenneth C.Laudon et al (2008,p.24), Sistem Informasi itu
adalah sebuah himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan yang
mengumpulkan, mengeluarkan, memproses, menyimpan, mendistribusikan
informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengawasan dalam
organisasi.
Menurut Hall (2008,p.6), Sistem Informasi adalah sebuah rangkaian
prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan
didistribusikan kepada para pemakai.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan SIstem
Informasi adalah mengorganisasikan sumber daya manusia, perangkat keras dan
piranti lunak komputer yang saling berinteraksi untuk mengolah data menjadi
informasi yang berguna bagi pemakainya.
9
10
2.1.2 Pengertian Akuntansi
Menurut Muhammad Gade (2005,p.5), Akuntansi adalah ilmu
pengetahuan terapan dan seni pencatatan yang dilakukan secara terus menerus
menurut sistem tertentu, mengolah, dan menganalisis catatan tersebut sehingga
dapat disusun suatu laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pimpinan
perusahaan atau lembaga terhadap kinerjanya.
Menurut Charles T.Horngren dan Walter T.Harrison (Horngren Harrison,
2007,p.4), Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis,
memroses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para
pengambil keputusan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan Akuntansi
adalah ilmu terapan yang mengolah data-data yang ada menjadi sebuah informasi
yang dapat mengukur aktivitas bisnis dalam bentuk sebuah laporan.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2007,p.2), Sistem Informasi Akuntansi
terdiri dari 5 komponen :
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai
fungsi.
2. Prosedur, baik manual maupun terkomputerisasi yang melibatkan
pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data tentang aktivitas
perusahaan.
3. Data mengenai proses bisnis perusahaan.
4. Software yang digunakan untuk memproses data perusahaan.
11
5. Infrastruktur teknologi informasi termasuk komputer dan alat jaringan
komunikasi
Menurut Romney dan Steinbart (2007,p.2-3), kelima komponen tersebut
memungkinkan sistem informasi akuntansi memenuhi 3 fungsi penting dalam
perusahaan yakni :
1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas yang
dilaksanakan oleh perusahaan, sumber daya yang diperngaruhi oleh
aktivitas tersebut dan pihak yang berpartisipasi dalam berbagai aktivitas
sehungga manajemen, karyawan dan pihak luar yang berkepentingan
dapat memeriksa apa yang terjadi.
2. Mentransformasikan data menjadi informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan yang membantu manajemen dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan aktivitas.
3. Menyediakan control yang cukup untuk menjaga aset perusahaan,
termasuk data untuk menjamin bahwa data tersedia ketika diperlukan
serta akurat dan dapat diandalkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu
kesatuan struktur interaksi komponen-komponen yang terdiri dari manusia,
prosedur, data, software dan teknologi informasi yang bertugas mengubah
data menjadi informasi akuntansi dimana informasi akuntansi ini dapat
berguna dalam pengambilan keputusan bagi pihak internal maupun eksternal
perusahaan.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2006,p.322), yang di terjemahkan oleh
Amir Abadi Yusuf menyatakan bahwa, “Sistem Informasi Akuntansi merupakan
12
kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk
mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam informasi, informasi
tersebut dikomunikasikan kepada para pembuat keputusan.”
Menurut Stettler yang telah diterjemahkan oleh Zaki Baridwan (2007p.4),
Sistem Akuntansi adalah formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur
dan alat-alat untuk mengelolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis
dan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang
diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak
lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur dan lembaga-
lembaga pemerintahan untuk menilai hasil operasi.
Menurut Mulyadi (2008,p.3), Sistem Akuntansi adalah organisasi
formulir, catatan dan laporan yang di koordinasikan sedemikian rupa untuk
menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna
memudahkan pengelolaan perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan sistem informasi
akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan (formulir-formulir,
catatan-catatan, prosedur-prosedur dan alat-alat) yang digunakan untuk
mengelola data dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah
perusahaan.
2.1.4 Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut pendapat Sanyoto dan Hendarti (2006,p.109), tujuan dan
kegunaan Sistem Informasi Akuntansi adalah:
13
1. Untuk melakukan pencatatan (recording) transaksi dengan biaya-biaya
klerikal seminimal mungkin dan menyediakan informasi (information
value added mechanism) bagi pihak intern untuk pengelolaan kegiataan
usaha (managers) serta para pihak terkait ( stockholders/stackholders).
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem dimana
sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian dan struktur
informasinya.
3. Untuk menerapkan (implementasi) sistem pengendalian intern
memperbaiki kinerja dan tingkat keandalan (reliability) informasi
akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai
pertanggung jawaban (akuntabilitas)
4. Menjaga atau meningkatkan perlindungan kekayaan perusahaan.
Menurut Romney dan Steinbart (2007,p.9-8), sebuah Sistem Informasi
Akuntansi yang dirancang dengan baik dapat melakukan hal-hal berikut ini:
1. Meningkatkan kinerja dan menurunkan biaya dari barang dan jasa.
2. Meningkatkan efisiensi.
3. Meningkatkan pengambilan keputusan.
4. Membagi pengetahuan.
Sedangkan menurut Azhar Susanto (2008,p.8-9), Sistem Informasi
Akuntansi memiliki 3 (tiga) peran atau fungsi yaitu sebagai berikut:
14
1. Mendukung aktivitas organisasi atau perusahaan sehari-hari
Suatu organisasi atau perusahaan agar dapat tetap eksis perusahaan
tersebut harus terus beroperasi dengan melakukan sejumlah aktivitas
bisnis yang peristiwanya disebut sebagai transaksi seperti: melakukan
pembelian, penyimpanan, proses produksi dan penjualan.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan
Tujuan yang sama pentingnya dari tujauan sistem informasi akuntansi
adalah untuk memberikan informasi yang diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan. Keputusan harus dibuat dalam kaitannya
dengan perncanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan.
3. Membantu pengelola perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya
kepada pihak eksternal
Setiap perusahaan harus memenuhi tanggug jawab hukum. Salah satu
tanggung jawab penting adalah keharusannya memberi informasi
kepada pemakai yang ada di luar perusahaan atau stakeholders yang
meliputi: pemasok, pelanggan, pemegang saham, kreditor, investor,
serikat kerja, analis keuangan, fiskus, atau bahkan publik secara umum.
2.1.5 Siklus Pemrosesan Transaksi Pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut pendapat Romney dan Steinbart (2007,p.30), siklus pemrosesan
transaksi pada sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam melakukan bisnis, mulai dari proses pembelian, produksi,
hingga penjualan barang atau jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi
menjadi:
15
1. Revenue Cycle (Siklus Pendapatan).
2. Expenditure Cycle (Siklus Pengeluaran).
3. Human resource/Payroll Cycle ( Siklus sumber daya manusia).
4. Production Cycle (Siklus Produksi).
5. Financing Cycle (Siklus Keuangan Perusahaan).
2.1.6 Fungsi dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Fungsi Sistem Informasi Akuntansi menurut Kusrini dan Andri Koniyo
(2007,p.10-11) adalah:
1. Mengumpulkan dan menyimpan aktivitas yang dilaksanakan di suatu
organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas
tersebut dan para pelaku aktivitas tersebut.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi manajemen.
3. Menyediakan pengendalian yang memadai.
2.2 Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
2.2.1 Pengertian Pembelian
Menurut Assauri (2008,p.223), berhasilnya pembelian yang dilakukan
perusahaan adalah berdasarkan kemampuan perusahaan tersebut untuk membeli
bahan-bahan dan jasa-jasa dengan biaya rendah, dan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai seperti kualitas, penyerahan dan pelayanan yang diinginkan.
Menurut Soemarso (2007,p.208),Pembelian adalah akun yang digunakan
untuk mencatat semua pembelian barang dagang dalam suatu periode.
16
Menurut Mulyadi (2008,p.316), Pembelian adalah serangkaian tindakan
untuk mendapatkan barang dan jasa melalui pertukaran, dengan maksud untuk
digunakan sendiri atau dijual kembali.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelian
merupakan proses untuk pengadaan barang yang diperlukan perusahaan dan
pembelian dikatakan berhasil bila biayanya rendah, kualitas yang baik,
pengiriman dan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan.
2.2.2 Prosedur Pembelian
Prosedur yang terkait dalam sistem akuntansi pembelian adalah:
a. Prosedur permintaan pembelian
Fungsi yang membutuhkan barang melakukan permintaan pembelian
dalam formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi pembelian.
b. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok
Fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga
kepada para pemasok untuk memperoleh informasi mengenai harga barang
dan berbagai syarat pembelian yang lain, untuk memilih pemasok yang akan
ditunjuk sebagai pemasok barang yang diperlukan oleh perusahaan.
c. Prosedur order pembelian
Fungsi pembelian mengirim surat order pembelian kepada pemasok
yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit organisasi lain dalam
perusahaan mengenai order pembelian yang sudah dikeluarkan oleh
perusahaan.
17
d. Prosedur penerimaan barang
Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kualitas
dan mutu barang yang diterima dari pemasok, kemudian membuat laporan
penerimaan barang.
e. Prosedur pencatatan utang
Fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan pembelian (surat order pembelian, laporan penerimaan barang dan
faktur dari pemasok) dan menyelenggarakan pencatatan utang.
2.2.3 Jurnal Pembelian
Berdasarkan Weygandt, J.J., Kieso,D.E., & Kimmel, P.D. (2005, P 201)
pencatatan pembelian secara periodic dan perpetual adalah sebagai berikut :
Jurnal Pencatatan Periodik:
Pembelian xxx
Utang Dagang xxx
Jurnal Pencatatan Perpetual
Persediaan xxx
Utang Dagang xxx
18
2.3 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan
Menurut Himayati (2008,p.17), Persediaan adalah harta perusahaan yang
digunakan untuk melakukan transaksi penjualan.
Menurut Earl Stice, James Stice, Skousen yang diterjemahkan oleh Ali
Akbar (2009,p.97), persediaan ditujukan untuk barang-barang yang tersedia
untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan
manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk barang dalam proses produksi atau
yang ditempatkan dalam kegiatan produksi.
Menurut Rudianto (2009,p.236), persediaan adalah sejumlah barang jadi,
bahan baku, barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dijual atau diproses lebih lanjut.
Menurut Leni Sulistiyowati (2010,p.122), Persediaan adalah aktiva yang
tersedia untuk dalam kegiatan biasa, dalam proses produksi untuk penjualan atau
dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa persediaan
terdiri dari bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
2.3.2 Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya.
Jenis-jenis persediaan menurut Eko Indrajit dan Djokopranoto (2007,p.8) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Persediaan barang dagang
19
Barang yang ada di gudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan
dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual
kembali diperoleh secara fisik tidak diubah kembali.
2. Persediaan manufaktur
Persediaan manufaktur terdiri dari:
a. Persediaan bahan baku
Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain
(misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan
langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali.
b. Persediaan barang dalam proses
Merupakan bagian dari produk akhir tetapi masih dalam proses
pengerjaan karena masih menunggu item yang lain untuk
diproses; barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum
penyelesaian.
c. Barang jadi
Persediaan produk akhir yang siap untuk dijual, didistribusikan
atau disimpan yang menjadi inti proses dari perusahaan; barang
yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.
3. Persediaan rupa-rupa
Barang seperti perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman,
persediaan ini biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum.
20
Dari penjabaran jenis-jenis persediaan diatas, dapat disimpulkan bahwa
persediaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu persediaan barang
dagang, persediaan manufaktur, dan persediaan rupa-rupa.
2.3.3 Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Erly Suandi(2008,p.17) pencatatan persediaan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1. Metode persediaan periodik, tidak mencatat perubahan pada
persediaan setiap kali terjadi transaksi penambahan atau pengurangan
sehingga untuk mengetahui saldo persediaan perlu dilakukan
perhitungan fisik, biasanya diakhir periode.
2. Metode persediaan perpetual, mencatat semua transaksi persediaan
setiap terjadi penambahan dan pengurangan persediaan, sehinga saldo
fisik persediaan dapat diketahui sewaktu-waktu.
Menurut Himayati (2008,p.17-18), metode persediaan yang digunakan
untuk perhitungan harga pokok penjualan adalah sebagai berikut :
1. Metode FIFO (first in first out)
Dalam metode ini cost per unit yang digunakan untuk menentukan
cost persediaan, yaitu menggunakan cost per unit dari barang yang
terakhir kali masuk, dan untuk menentukan cost barang yang terjual
didasarkan pada cost per unit dari barang dagangan yang pertama kali
masuk.
21
2. Metode LIFO (last in first out)
Penentuan cost persediaan akhir dan cost barang yang terjual
didasarkan atas cost barang yang terakhir kali masuk (dibeli) dan
untuk menentukan cost persediaan akhir berdasarkan cost barang
dagangan yang pertama kali masuk (dibeli).
3. Metode Rata-rata (average method)
Metode ini sering disebut dengan istilah metode rata-rata tertimbang
(weighted average method), didasarkan atas anggapan bahwa cost
yang harus diperhitungkan untuk menentukan cost persediaan akhir
dan cost barang yang terjual dengan menggunakan cost rata-rata per
unit.
2.3.4 Pencatatan Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang
Menggunakan Pendekatan Harga Pokok Penjualan (HPP)
Bila menggunakan pendekatan harga pokok penjualan, maka yang perlu
diperhatikan adalah akun-akun yang harus dipindahkan ke harga pokok
penjualan. Akun yang termasuk unsur-unsur harga pokok penjualan adalah:
1. Persediaan barang dagang (awal)
2. Pembelian barang dagang
3. Biaya angkut pembelian
4. Retur pembelian
5. Potongan pembelian
6. Persediaan barang dagang (akhir), setelah dilakukan perhitungan secara fisik
pada akhir periode.
22
Pencatatan jurnal penyesuaian dengan pendekatan Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang Dagang(awal) xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Pembelian xxx
Biaya Angkut Pembelian xxx
Retur Pembelian xxx
Potongan Pembelian xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang Dagang xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Bila menggunakan konsep ROP (Return On Purchase) terhadap
persediaan barang dagang dengan pendekatan harga pokok penyesuaian
Hutang Dagang xxx
Retur Pembelian xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang Dagang xxx
23
2.4 Pengendalian Internal
2.4.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Tunggal A.W(2008,p.11), “Pengendalian Intern merupakan
suatu proses, yang dipengaruhi oleh Board of Director, manajemen, dan personil
yang lain, yang didesain untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang
pencapaian dalam hal-hal berikut:
a. Kesudahan laporan keuangan
b. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku
c. Efektivitas dan efisiensi operasi
Menurut Sanyoto (2006,p.154 ), pengendalian intern adalah:
a. Sistem pengendalian intern merupakan management responsibility. Bahwa
sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian
intern suatu entitas organisasi / perusahaan adalah manajemen (lebih tegasnya
lagi ialah top management/ direksi), karena dengan sistem pengendalian intern
yang baik itulah top management dapat mengharapkan kebijakan dipatuhi,
aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan pencatatan
berjalan baik.
b. Top management bertanggungjawab menyususun sistem pengendalian intern,
tentu saja dilaksanakan oleh para staff-nya. Dalam penyususnan team yang
akan ditugaskan untuk merancang sistem pengendalian intern, harus dipilih
anggotanya dari para ahli / kompeten, termasuk yang berkaitan dengan
teknologi informasi (mengingat pada saat ini sistem lazimnya didesain dengan
berbasis teknologi informasi)
24
c. Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generic, mendasar, dan dapat
diterapkan pada tiap perusahaan pada umumnya (tidak boleh jika hanya
berlaku untuk suatu perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal
yang bersifat dasar yang berlaku umum).
d. Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance, artinya tingkat
rancangan yang kita desain adalah yang paling optimal. Sistem pengendalian
yang paling baik ialah bukan yang paling maksimal, apalagi harus
dipertimbangkan keseimbangan cost benefit-nya.
e. Sistem pengendalian intern mempunyai keterbatasan-keterbatasan atau
constraints, misalnya adalah sebaik-baiknya control tetapi kalau para pegawai
yang melaksanakannya tidak cakap, atau kolusi, maka tujuan pengendalian itu
mungkin tidak tercapai.
f. Sistem pengendalian intern harus selaku dan terus menerus dievaluasi,
diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan teknologi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2008,p.319) mendefinisikan
“Pengendalian Intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
a. Keandalaan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengendalian internal merupakan metode yang dipergunakan oleh dewan direksi,
manajemen dan personel lainnya untuk menjaga aset, memberikan informasi
25
yang handal, mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah diterapkan agar
tujuan perusahaan tercapai.
2.4.2 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut Pressman (2010,p.14), perancangan sistem adalah langkah
pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem.
2.4.3 Komponen Sistem Pengendalian Internal
Menurut Dasaratha V. Rama dan Frederick L. Jones yang diterjemahkan
oleh M. Slamet Wibowo(2008,p.134), Laporan COSO mengidentifikasi lima
komponen pengendalian internal yang berpengaruh terhadap kemampuan
organisasi dalam mencapai sasaran pengendalian internal, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian
Mengacu pada faktor-faktor umum yang menetapkan sifat organisasi dan
mempengaruhi kesadaran karyawannya terhadap pengendalian. Faktor-faktor
ini meliputi integritas, nilai-nilai etika, serta filosofi dan gaya operasi
manajemen. Juga meliputi cara manajemen memberikan wewenang dan
tanggung jawab, mengatur, dan mengembangkan karyawannya, serta
perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
2. Penentuan Risiko
Indentifikasi dan analisis risiko yang mengganggu pencapaian sasaran
pengendalian internal.
26
3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk
menghadapi risiko. Aktivitas pengendalian meliputi hal-hal berikut :
a. Penelaahan kinerja merupakan aktivitas-aktivitas yang mencakup analisis
kinerja.
b. Pemisahaan tugas mencakup pembebanan tanggung jawab untuk otorisasi
transaksi, pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi, dan pemeliharaan
aset kepada karyawan yang berbeda-beda.
c. Pengendalian aplikasi diterapkan pada masing-masing aplikasi sistem
informasi akuntansi
d. Pengendalian umum adalah pengendalian umum yang berkaitan dengan
banyak aplikasi.
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan prosedur (otomatis dan
manual) dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat, memproses, dan
melaporkan kejadian pada proses entitas. Komunikasi meliputi penyediaan
pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab individu.
5. Pengawasan
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan
bahwa pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan.
2.5 Object Oriented Analysis and Design
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000,p.14), Object
Oriented Analysis and Design(OOAD) terbagi kedalam empat aktivitas, antara
27
lain: analisis problem-domain, analisis application domain, architecture design,
dan component design.
Menurut Mathiassen et al. ( 2000,p.5), keuntungan dari OOAD adalah :
- Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem
- Suatu metode yang mempunyai hubungan diantara :
a. Analisis berorientasi objek,
b. Desain berorientasi objek,
c. Tampilan berorientasi objek, dan
d. Pemrograman berorientasi objek.
- Merupakan konsep yang umum yang dapat di gunakan untuk memodel
hampir smua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa
umum(natural language)
- Mengurangi biaya maintenance
- Memudahkan untuk mencari hal yang akan diubah
- Membuat perubahan menjadi lokal, tidak bepengaruh pada modul
yang lainnya
Notasi standar yang digunakan dalam OOAD adalah UML (Unified
Modeling Languange). UML digunakan hanya sebagai notasi dan bukan sebagai
metode dalam melakukan modeling.
2.5.1 Object
28
Menurut Mathiassen ( 2000,p.51), Objek adalah sebuah entity yang
memiliki identitas, state, dan behaviour atau sesuatu yang dapat disentuh atau
dirasakan dan tentang user yg mana menyerupai data dan kombinasi behavior di
antara mereka serta suatu entity yang mempunyai indentitas, state, dan behavior.
2.5.2 Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.25), rich picture merupakan sebuah
gambaran informal yang digunakan oleh pengembangan sistem untuk
menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang
berlangsung. Rich picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna untuk
memfasilitasi komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem.
Berikut adalah salah satu contoh rich picture pada sebuah proses
manufacturing dalam sebuah perusahaan
Gambar 2.1 Contoh Rich Picture
2.5.3 System Definition
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.24), system definition adalah sebuah
deskripsi singkat dari sistem yang terkomputerisasi yang dijelaskan dalam bahasa
natural. Tujuan dari system definition adalah untuk memilih sistem aktual yang
akan dikembangkan.
2.5.4 Factor Criteria
29
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.39), FACTOR Criteria terdiri dari 6
elemen, yaitu :
- Functionality
Berkaitan dengan fungsi sistem yang mendukung tugas
application-domain
- Application Domain
Berkaitan dengan bagian dari suatu organisasi yang
mengadministrasi, memonitor, ataupun mengendalikan problem
domain
- Conditions
Berkaitan dengan kondisi yang bagaimana sistem akan
dikembangkan dan digunakan
- Technology
Berkaitan dengan semua teknologi yang digunakan untuk
mengembangkan dan menjalankan sistem dan teknologi
- Objects
Berkaitan dengan objek – objek utama di dalam problem domain
- Responsibility
Berkaitan dengan tanggung jawab sistem (kegunaan) secara
keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks sistem
2.5.5 Problem Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.6) problem domain merupakan bagian
dari context yang diatur, dimonitor, atau dikendalikan oleh sebuah sistem.
30
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan kebutuhan – kebutuhan untuk
model dari sistem atau apa yang kita buat untuk sebuah sistem. Fokus pada
informasi apa yang harus ditangani oleh sistem dan menghasilkan sebuah model
yang merupakan gambaran dari class, objek, struktur dan behaviour yang ada
dalam problem domain.
Problem domain analysis dibagi menjadi tiga aktivitas. Pada problem
domain analysis terdapat tiga aktivitas utama yaitu:
1. Classes, aktivitas ini meliputi pendefinisian dan pembuatan
karakteristik problem domain dengan memilih class dan event yang
menghasilkan event table.
2. Structure, aktivitas ini menekankan pada penggambaran hubungan
antara class dan object yang ada pada problem domain sehingga
menghasilkan class diagram.
3. Behavior, aktivitas ini menggambarkan properti yang dinamis dan
atribut-atribut dari setiap class yang dipilih. Tujuan dari behavior
adalah untuk membuat pemodelan dinamis dari suatu problem
domain.
2.5.5.1 Classes
Menurut Mathiassen et al. ( 2000,p.53), Class adalah kumpulan dari
objek yg mempunyai structure, behavior pattern dan atribut yang bersamaan
untuk memanipulasi atau mengelolah atribut. Kegiatan class merupakan kegiatan
pertama dalam analisis problem domain. Langkah – langkah dalam menentukan
class, terdiri dari : abstraksi fenomena dari problem domain dalam objek dan
31
event, klasifikasikan objek dan event, memilih class dan event yang akan
dipelihara informasinya oleh sistem.
Berikut adalah salah satu contoh bentuk bila kita ambil motor sebagai
sebuah class
Gambar 2.2 Class ” Motor”
2.5.5.2 Structure
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.69), Structure merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan struktural antara kelas-
kelas dan objek-objek pada problem domain.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p72-77) objected-oriented structure
bisa dibagi menjadi :
1. Structure antara class, terdiri dari :
a. Generalization adalah hubungan antara dua atau lebih class yang lebih
spesialisasi (sub class) dengan sebuah class lebih umum (super class).
Hubungan spesialisasi tersebut dapat dinyatakan dengan rumus “ is-a”
Gambar 2.3 Generalization Structure
b. Cluster adalah kumpulan class yang saling berkaitan. Cluster
digambarkan dengan notasi file folder yang mencakup class-class
didalamnya. Class dalam cluster sama dihubungkan dengan
32
generalization atau pun aggregation, sedangkan class yang berada pada
cluster berbeda dihubungkan dengan association.
Gambar 2.4 Cluster Structure
2. Structure antara objek, terdiri dari:
a. Aggregation adalah objek superior (keseluruhan) yang terdiri dari
sejumlah objek inferior (bagian). Hubungan ini dapat dinyatakan dengan
rumus “has-a” atau “is-part-of”.
Whole-Part merupakan penjumlahan dari objek inferior, jika objek
inferior tersebut ditambah atau dihilangkan, akan mengubah total
objek superior.
Container-Content adalah container untuk objek inferior. Objek
superior tidak akan berubah jika terjadi penambahan atau
penghapusan objek inferior.
<<cluster>>Cars
<<cluster>>People
33
Union-Member merupakan kesatuan dari anggota-anggota (objek
inferior). Objek superior tidak akan berubah jika terjadi penambahan
atau penghapusan objek inferior, namun tetap memiliki batasan.
b. Association adalah hubungan antara sejumlah objek dimana memiliki arti
dan yang saling berhubungan tersebut bukan merupakan bagian dari
objek lainnya.
Hasil dari kegiatan struktur ini adalah class diagram, yakni ringkasan
model problem-domain yang jelas dengan menggambarkan semua
struktur hubungan static antar class dan objek dalam model dari sistem
berubah-ubah.
2.5.5.3 Behaviour
Menurut Mathiassen et al. ( 2000,p.89), Behavior merupakan kegiatan
yang terakhir dalam analisa problem domain yang bertujuan untuk memodelkan
apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problem domain sistem sepanjang
waktu. Behavior berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilakukan objek dan
ini berhubungan dengan fungsi yang dilakukan pada data objek (atribut). Tugas
utama dalam kegiatan ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioural
pattern) dan atribut dari setiap class. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart
diagram.
Jika digambarkan motor sebagai sebuah class maka behaviour dari class
motor tersebut adalah semua hal yang bisa dilakukan oleh sebuah motor sebagai
34
contoh menaikan kecepatan, menurunkan kecepatan, menghidupkan dan
mematikan mesin.3
2.5.6 Apllication Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.115), Application Domain adalah
organisasi yang mengatur, memonitor, atau mengendalikan problem
domain.Hasil dari application domain adalah list lengkap dari kebutuhan
pengguna sistem secara keseluruhan.
2.5.6.1 Usage
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.119 - 121), tujuan dari Usage adalah
untuk menentukan bagaimana actor-actor berinteraksi didalam sistem. Actor
merupakan sebuah abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi
dengan sistem target. Usecase adalah sebuah pola untuk interaksi antara sistem
dan actor-actor dalam application domain. Hubungan antara actors dengan
usecase dapat diilustraksikan dengan actor table atau usecase diagram
2.5.6.2 Function
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.138), Function adalah suatu fasilitas
untuk membuat suatu model yang berguna untuk actors. Function memfokuskan
pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam melaksanakan
pekerjaan mereka.Function memiliki empat tipe berbeda yaitu:
35
a. Update, fungsi ini disebabkan oleh event problem domain dan
menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model
tersebut.
b. Signal, fungsi ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari
model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.
c. Read, fungsi ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam
pekerjaan aktor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian
yang berhubungan dengan informasi dalam model.
d. Compute, fungsi ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam
pekerjaan aktor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi
yang disebabkan oleh aktor atau model, hasil dari fungsi ini adalah
tampilan dari hasil komputerisasi.
Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan
sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar
lengkap dari fungsi-fungsi dengan spesifikasi dari fungsi yang kompleks.
2.5.6.3 Interface
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.151), Interface merupakan suatu
fasilitas yang membuat suatu model dan fungsi – fungsi dari sistem yang tersedia
bagi actor.
Menurut Mathiassen et al (2000,p.154-164), Interface terdiri dari 2
macam, yaitu:
36
a. User Interface, yang menghubungkan actor (manusia) dengan sistem.
Terdapat 4 jenis pola dialog yang penting dalam menentukan
interface pengguna, yaitu :
- Pola menu-selection, yang terdiri dari daftar pilihan yang mungkin
dalam interface pengguna.
- Pola fill-in, merupakan pola klasik untuk entry data
- Pola command-language, yang mana user memasukkan dan
memulai format perintah sendiri
- Pola direct-manipulation, dimana user dapat memilih objek dan
melaksanakan function atas objek dan melihat hasil dari interaksi
mereka tersebut dengan segera.
b. Sistem Interface, yang menghubungkan sistem (system actor) dengan
sistem lain yang sedang dikembangkan. System actor tersebut dapat
berupa external device (misalnya sensor, switch, dan lain-lain) dan
sistem komputer yang kompleks sehingga dibutuhkan suatu protocol
komunikasi. Sistem interface dispesifikasikan sebagai class diagram
dari external device dan sebagai protokol dalam berinteraksi dengan
sistem lain.
2.5.6.4 Sequence Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.340) Sequence Diagram menjelaskan
tentang interaksi diantara beberapa objek dalam jangka waktu tertentu.Sequence
diagram melengkapi class diagram, yang menjelaskan situasi yang umum dan
statis. Sebuah sequence diagram dapat mengumpulkan rincian situasi yang
37
kompleks dan dinamis melibatkan beberapa dari kebanyakan object yang
digeneralisasikan dari class pada class diagram.
2.5.7 Architecture Design
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.173), keberhasilan suatu sistem
ditentukan oleh kekuatan desain arsitekturalnya. Arsitektur membentuk sistem
sesuai dengan fungsi sistem tersebut dan memenuhi kriteria desain tertentu.
Arsitektur juga berfungsi sebagai kerangka untuk kegiatan pengembangan yang
selanjutnya. Sebuah arsitektur dimana tidak jelas akan menghasilkan banyak
pekerjaan yang sia-sia. Rancangan arsitektural memiliki tiga aktivitas yaitu:
Tabel 2.1 Kerangka Architecture Design
Kegiatan Isi Konsep
KriteriaKondisi dan kriteria apa untuk perancangan? Criterion
Komponen Bagaimana struktur sistem menjadi komponen-komponen? Arsitektur komponen
Proses Bagaimana proses sistem didistribusikan dan dikoordinasikan? Arsitektur proses
2.5.7.1 Criteria
Karena tidak ada cara-cara tertentu atau mudah untuk menghasilkan suatu
desain yang baik, banyak perusahaan menciptakan suatu standard dan prosedur
untuk memberikan jaminan terhadap kualitas sistem. Di sinilah kegiatan kriteria
dapat membantu dengan menetapkan prioritas desain untuk setiap proyek
tertentu. Menurut Mathiassen (2000, p.177-179) sebuah desain yang baik
memiliki tiga cirri-ciri yaitu:
38
1. Tidak memiliki kelemahan
Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas
berdasarkan review dan eksperimenn dan membantu dalam menentukan
prioritas dari kriteria yang akan mengatur dalam kegiatan pereancangan.
Beberapa kriteria umum yang digunakan dalam kegiatan desain berorientasi
objek tampak seperti dibawah ini:
Tabel 2.2 Kriteria Umum
Criterion Ukuran dari
Usable Adaptasi sistem dengan organisasi, bekerja saling berhubungan, dan konteks teknikal.
SecureUkuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas.
EfficientEksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis.
Correct Pemenuhan dari kebutuhan.
ReliablePemenuhan ketetapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi.
MaintainableBiaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan.
TestableBiaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat melaksanakan fungsi diinginkan.
Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk.
ComprehensibleUsaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap sistem.
ReusableKemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada sistem lain yang berhubungan.
PortableBiaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda.
InteroperableBiaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain.
2. Menyeimbangkan beberapa kriteria\
39
2.5.7.2 Component Architecture
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.189-200), Component Architecture
adalah sebuah sistem terstruktur yang terdiri dari komponen-komponen yang
saling berhubungan.
2.5.7.3 Process Architecture
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.209-219), Process Architecture adalah
struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling tergantung.
Beberapa pola distribusi dalam kegiatan desain process architecture :
Centralized pattern
Pada pola ini semua data ditempatkan pada server dan client hanya
menghandleuser interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi
bergantung pada server, dan client hanya berperan seperti terminal.
Distributed pattern
Pola ini merupakan kebalikan dari centralized pattern. Semua didistribusikan
kepada client dan server hanya diperlukan untuk melakukan updatemodel
diantara clients.
Decentralized pattern
Pola ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari kedua pola sebelumnya.
Pada pola ini, client mengimplementasikan model yang local, sedangkan
server-nya memakai modelcommon (umum).”
40
2.5.8 Component Design
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.231), Component Design bertujuan
untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam sebuah kerangka arsitektural.
Kegiatan component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan kebutuhan
sistem, sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen yang
saling berhubungan.
2.5.8.1 Model Component
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.235), Model Component adalah suatu
bagian dari sistem yang mengimplementasikan problem domain. Tujuan dari
komponen model adalah untuk mengirimkan data saat ini dan historis untuk
function, interface dan pengguna dan sistem yang lain.
2.5.8.2 Function Architecture
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.251), Function Component adalah
bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Tujuan
dari komponen function adalah untuk memberikan akses bagi user interface dan
komponen sistem lainnya ke model, oleh karena itu function component adalah
penghubung antara model dan usage.