-
1
Waspadai Bahaya Keracunan
akibat Penyalahgunaan Dekstrometorfan
Dekstrometorfan/DMP banyak dijumpai sebagai obat batuk maupun flu yang sering
dikombinasikan dengan parasetamol, CTM, fenil propanol amin, guafenisin. DMP
merupakan obat penekan batuk atau antitusif dengan indikasi pengobatan batuk kering
tidak produktif dan umumnya diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet, sirup atau kaplet.
Seiring dengan berjalannya waktu, DMP ini semakin marak diberitakan di media massa,
baik cetak maupun elektronik karena telah banyak menelan korban akibat semakin
meningkatnya penyalahgunaan oleh kalangan remaja. Hasil survei yang dilakukan oleh
Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan Universitas Indonesia pada tahun
2010 di 15 provinsi di Indonesia menyebutkan bahwa penyalahgunaan DMP, yang oleh
penggunanya lebih dikenal dengan sebutan pil dekstro, dilakukan oleh anak dengan usia
10 -14 tahun sebanyak 184 orang; usia 7-9 tahun sebanyak 7 orang, dan usia 15-18 tahun
sebanyak 695 orang. Pada umumnya usia tersebut merupakan usia anak setingkat sekolah
dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Bila dilihat berdasarkan tingkat
pendidikan, penggunaan DMP yang tergolong anak setingkat SD sebanyak 603 orang dan
setingkat SMP/SMA sebanyak 283 orang. Temuan berikutnya, adalah hasil pers tour
(kegiatan sejenis wisata jurnalistik) ke Rumah Palma (instalasi pusat terapi dan rehabilitasi
bagi penyalahguna zat adiktif yang berada di bawah naungan Rumah Sakit Jiwa Pusat
Cimahi milik Pemerintah Daerah Jawa Barat), diperoleh laporan bahwa sebanyak 86%
pasien yang direhabilitasi di Rumah Palma adalah pengguna pil dekstro.
Dari hasil survei tersebut diatas dapat diartikan bahwa penyalahgunaan DMP dilakukan
oleh kelompok usia 7 18 tahun (kelompok usia SD SMA) dan populasi terbanyak
penyalahgunaan DMP adalah kelompok usia remaja (15 18 tahun ) yang pada umumnya
hanya memiliki pendidikan setingkat SD. Bahaya yang perlu diwaspadai akibat
penyalahgunaan DMP adalah jika pasien tidak tertangani dengan baik kemungkinan besar
dapat terjerumus menjadi pecandu narkoba.
-
2
Mengapa Dekstrometorfan dapat disalahgunakan
Dekstrometorfan merupakan derivat morfin semisintetik dengan nama kimia d-3-methoxy-
N-methyl-morphinan dan merupakan dekstro-isomer dari levomorfan. Walaupun strukturnya
mirip narkotika, DMP tidak bekerja pada reseptor opiat sub tipe mu (seperti halnya morfin
atau heroin), tetapi ia bekerja pada reseptor opiat sub tipe sigma, sehingga efek
ketergantungannya relatif kecil. Dilihat dari segi keamanannya, penggunaan DMP
sebagai antitusif mempunyai tingkat keamanan yang baik dan tidak menimbulkan efek
samping yang berarti jika digunakan sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis untuk orang
dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas adalah10 20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6 -8
jam maksimal 120 mg/hari; dosis untuk anak dengan usia 6 sampai 12 tahun maksimal 60
mg/hari; dosis untuk anak dengan usia 2 tahun sampai dengan di bawah 6 tahun,
maksimal 30 mg/hari.
DMP bekerja dengan menekan refleks batuk secara langsung pada pusat batuk di medula
otak, dan menunjukkan daya ikat yang tinggi di beberapa daerah otak. DMP tidak memiliki
sifat dapat menghilangkan rasa sakit dan adiktif seperti halnya kodein, dapat diabsorpsi
dengan baik melalui saluran cerna dan memberikan efek dalam waktu 15-30 menit setelah
pemberian secara oral dengan lama kerja obat 3-6 jam. DMP digolongkan sebagai obat
bebas terbatas artinya obat tersebut dapat dibeli bebas tanpa resep dokter, namun dalam
jumlah terbatas. Di apotik, golongan obat bebas terbatas juga disebut sebagai obat
golongan Over the Counter (OTC).
Faktor penyebab dekstrometorfan atau pil dekstro, yang bukan tergolong narkoba, semakin
banyak disalahgunakan adalah karena DMP pada dosis tinggi dapat memberikan efek
euforia dan halusinasi sehingga akan menimbulkan rasa bahagia dan lupa terhadap
masalah yang sedang dihadapi. Efek tersebut terkait dengan mekanisme kerja DMP
langsung pada susunan saraf pusat (medulla otak) dan berbeda dengan obat batuk lainnya
yang bekerja pada saluran pernafasan. Faktor lainnya adalah DMP harganya murah dan
mudah didapat karena merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.
Efek Penyalahgunaan DMP terhadap Kesehatan
Efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan DMP ditimbulkan dari besarnya dosis yang
digunakan. Mengkonsumsi DMP dengan dosis100 200 mg dapat menimbulkan efek
-
3
stimulasi ringan; dosis 200 400 mg dapat menimbulkan efek euphoria dan halusinasi;
dosis 300 600 mg memberikan efek gangguan penglihatan dan hilangnya koordinasi
gerak tubuh, dan pada dosis 500-1500 mg memberikan efek sedasi disosiatif (perasaan
bahwa jiwa dan raga terpisah), hipertermia dengan resiko kejang dan aspirasi.
Gejala lain yang terjadi akibat overdosis DMP adalah bicara kacau, mudah tersinggung,
berkeringat, pandangan kabur, mabuk, jantung berdebar-debar, sesak nafas dan muntah,
Jika digunakan bersama minuman yang mengandung zat bersifat stimulan, seperti
minuman berkafein dan minuman beralkohol, efek yang timbul dapat sangat berbahaya
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pertolongan Pertama pada Kasus Keracunan DMP :
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan terhadap korban keracunan pil dekstro adalah
sebagai berikut:
1. Jika korban tidak muntah, jangan dirangsang untuk muntah. Segera berikan norit
(arang aktif) dengan dosis 20 tablet disertai dengan banyak minum air putih. Dosis
untuk anak dibawah 3 tahun hanya atas petunjuk dokter
2. Jika korban mengalami muntah, setelah 30 menit berikan norit dengan dosis 20 tablet
disertai dengan banyak minum air putih
3. Jika korban dalam keadaan tidak sadar atau koma, jangan berikan apapun melalui
mulut; usahakan jalan napas tetap terjaga dan sesegera mungkin bawa ke rumah
sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga medis.
4. Kumbah lambung hanya dapat dilakukan di rumah sakit oleh tenaga medis.
Pencegahan Keracunan DMP
Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan pil dekstro, banyak bermunculan
oknum penjual pil dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan kedalam
kapsul atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
metamfetamin, dll.
Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat penyalahgunaan
DMP/pil dekstro diperlukan peran tenaga kesehatan (termasuk apoteker), orang tua, guru,
masyarakat dan instansi keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.
-
4
Tips untuk mengantisipasi penyalahgunaan DMP atau pil dekstro :
1. Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat batuk yang
mengandung DMP dalam jumlah yang tidak wajar.
2. Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas garda terdepan dalam memberi
pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan konsumen /
masyarakat, sehingga dapat segera mengantisipasi dan mengambil sikap terhadap
hal-hal yang tidak wajar terkait dengan pembelian obat batuk DMP di apotik.
3. Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian / buku, laci putra-
putrinya untuk mengetahui barang-barang yang tersimpan di dalamnya. Jika
ditemukan obat batuk yang mengandung DMP, perlu segera dipastikan apakah putra-
putri anda memerlukan obat tersebut atau tidak.
4. Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro, diharapkan segera
melaporkan pada pihak keamanan, karena pil dekstro walaupun dapat dibeli secara
bebas tapi hanya boleh dijual di apotik atau toko obat berizin.
Daftar Pustaka
1. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008
2. The Complete Drug Reference, Martindale Thirty-Second Edition
3. Poisoning & Drug Overdose, Lange
4. Ellenhon' S Medical Toxicology, Diagnosis and Treatment of Human Poisoning,
Matthew J. Ellenhorn second edition.
5. http://www.jabarprov.go.id
6. http://www.fda.gov/downloads/AdvisoryCommittees/CommitteesMeetingMaterials/Drug
s/DrugSafetyandRiskManagementAdvisoryCommittee/UCM226621.
7. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi
Komunikasi dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI 2006