Download - virus dna dan rna
KARAKTERISTIK UMUM VIRUS
1. Istilah dan Definisi dalam Virologi
Definisi dan istilah dalam virologi
Virologi adalah: Ilmu yang mempelajari virus dan penyakit virus. (dorland
hal 1183).
Virion adalah partikel virus lengkap, di temukan di luar sel dan mampu
bertahan hidup dalam bentuk kristal serta menginfeksi sel hidup.
Virion terdiri dari: capsid dan nukleoid (dorland hal 1183)
Capsid adalah: variasi protein yang melindungi asam nukleat virus tersusun
dari struktural dan capsomer . (dorland hal 176)
Nukleoid adalah: salah satu yang merupakan hasil pemecahan asam nukleat
oleh nuklease. (dorland hal 767).
Capsomer adalah: unit morfologis capsid virus. (dorland hal 176)
Coat adalah: tunika, membran atau jaringan yang menutup atau melapisi
suatu bagian atau organ. (dorland hal 235).
Envelope adalah: 1. Membran atau struktur yang menyelubungi, pada
virologi yang di sebut peplos. 2. Lapisan yang membungkus capsid dan
biasanya di sertai paling sedikit sebagian sel hospes.( Dorland hal 389).
2. Asal evolusioner Virus
Virus merupakan mikroorganisme yang terlalu kecil untuk dapat dilihat
dibawah mikroskop blas dan tidak dapat dibiakkan diluar inangnya. Oleh karena
itu sekalipun virus telah lama dikenal sebagai penyebab penyakit , virus belum
dapat dipelajaridengan baik sebelum abad ke duapuluh. Walaupun demikian,
beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus telah digambarkan beberapa abad
yang lalu, misalnya pada tahun 400SM. Aristoteles menemukan penyakit rabies,
yaitu penyakit virus yang menyerang binatang yang pertama kali ditemukan.
Pada tahun 1886. Adolf Meyer menemukan bahwa tobacco mosaic disease
(TDM), dapat menyerang tanaman, namun mikroorganisme penyebab penyakit
pada tanaman tersebut tidak dapat dibiakkan dalam media perbenihan.
Keberadaan virus sebagai penyebab sebagai penyebab penyakit baru
diketahui pada akhir abad ke 19, dimana pada tahun 1892 Dimitri Iwanoski,
seorang ahli bakteriologi Rusia melaporkan penularan infeksi oleh filtrat
saringan bakteri pada tembakau yang menyebabkan penyakit mosaik pada
tanaman tembakau. Pada tahun 1898 Martinus Beijerink menyatakan bahwa
penyebab infeksi pada filtran yang bebas bakteri tersebut adalah hidup dan tidak
berbentuk partikel, yang kemudian diberi nama contagium vivum fluidum . Pada
tahun 1930an, para ilmuan mulai menyebut bahan tersebut dengan istilah virus
yang dalam bahasa latin berarti racun. Namun demikian virus masih tetap
menjadi misteri, sampai pada tahun 1935 ketika Wendel Stanley, seorang ahli
kimia dari Amerika berhasil mengisolasitobaccomosaic virus, yang kemudian
memurnikannya sehingga dapat dipelajari sifat-sifat kimia dan struktur vitus.
Luria dan Anderson pada tahun 1942, serta Williams dan Wyckoff pada
tahun 1944, menggunakan mikroskop elektron untukmempelajari morfologi
virus. Pada tahun 1928 Rivers menyatakan bahwa untuk membiakkan virus
diperlukan sel hidup, sedangkan, Good Pasteur dan Burner, membiakan virus
poliomyelitis dalam biakan sel kera.
Dengan pesatnya perkembangna teknik biologi molekular pada tahun
19801n dan tahun1990an, berbagai penemuan baru dalam bidang virologi terus
terjadi, antra lain dengan ditemukannya beberapa jenis virus baru yang
menyerang manusia antara lain Human Immunodeficiencyal Virus (HIV), Virus
hepatitis c, Virus sars, Hanta Virus Sin Nombre dan lain-lain. Namun demikian,
masih banyak kendala yang dihadapi untuk memecahkan persoalan-persoalan
yang diakibatkan oleh infeksi virus. Kesulitan dalam menegakkan diagnosis
penyakit infeksi yang diebabkan oleh virus, karena berbagai virus sulit
diidentifikasi dengan metode konvensional dan memerlukan pengembangan
metode yang lebih sensitif dan akurat.
Sifat-sifat virus
Virus adalah parasit intra selular, berukuran sangat kecil yang dapat
menginfeksi sel organisme hidup. Virus merupakan mikroorganisme terkecil dengan
diameter antara 20nm-300nm. Virus hanya dapat dilihat dibawah mikroskop elektron.
Ukuran virus jauh lebih kecil di bandingkan bakteri. Beberapa virus yang besar kira-
kira sama degan ukuran bakteri yang terkecil seperti mikoplasma, rickettsia dan
klamida.
Pernyataaan bahwa virus merupakan suatu organisme hidup sering
menimbulkan kontroversi, karena organisme hidup diartikan sebagai suatu proses yang
sangat komplex yang dihasilkan oleh aktifitas berbagai protein yang dikode oleh asam
nukleat. Materi genetik yang terdiri dari asam nukleat pada sel hidup, selalu aktif setiap
saat. Karena virus merupakan materi yang inert diluar sel hospes, maka dalam keadaan
tersebut virus tidak di anggap sebagai organisme hidup. Akan tetapi, begitu virus dapat
masuk ke dalam sel hospes, maka asam nukleat virus akan aktif sehingga virus dapat
berkembang biak. Pada kondisi ini virus merupakan organisme hidup yang
bermultiplikasi dan memperbanyak diri dalam sel hospes yang terinfeksi. Dalam sudut
pandang klinik virus merupakan mikroorganisme hidup yang mampu menginfeksi sel
hospes sebagaimana mikroorganisme lainnya seperti bakteri, jamur dan paarasit.
Karena sifat-sifat virus berbeda dengan mikroorganisme patogen lain nya maka virus
disebut sebagai parasit intra selular obligat yang mutlak membutuhkan sel hidup
sebagai tempat untuk multiplikasinya. Namun kedua sifat tersebut memiliki kemiripan
dengan sifat bakteri tertentu yaitu rickettsia
Sifat-sifat spesifik virus sebagai berikut
1. Virus hanya memiliki satu tipe asam nukleat yaitu RNA atau DNA saja, tidak
memiliki keduanya sekaligus
2. Struktur terdiri dari pembungkus (kapsul) yang melindungi asam nukleat, beberapa
jenis virus juga mempunyai selubung yang terdiri dari lipit, protein dan karbohidrat
3. Virus tidak memiliki informasi genetik sistem Lipman untuk sintesis energi.
4. Virus bermultiplikasi di dalam sel hidup, dengan menggunakan sistem reproduksi
yang dimiliki oleh sel hospes.
5. Asam nukleat virus dengan mudah dapat dipindahkan ke dalam sel hidup lain nya.
3. Struktur Virus
Struktur partikel virus lengkap yang disebut virion terdiri dari inti asam nukleat
yang dikelilingi oleh lapisan protein yang disebut kapsid dengan atau tanpa
selubung diluar kapsid.
Asam Nukleat
Tidak sebagaiana prokariotik dan eukariotik yang mengelilingi asam
nukleat yang terdiri dari DNA dan RNA, virus hanya memiliki satu jenis
asam nukleat saja, yaitu DNA atau RNA dan tidak pernah memiliki
keduaya. Asam nukleat virus dapat dapat dalam bentuk untai tunggal
atau untai ganda. Berdasarka sruktur asam nukleatnya virus dapat
digolongkan menjadi :
1. Virus yang mengandug DNA untai ganda
2. Virus yang mengandung DNA untai tunggal
3. Vrus yang mengandung RNA untai ganda
4. Virus yang mengandung RNA untai Tunggal
Kapsid dan Kapsomer
Asam nukleat virus dikelilingi oleh mantel protein yang disebut kapsid.
Setiap kapsid terdiri dari sub unit protein yang disebut dengan kapsomer. Dalam
beberapa virus protein penyusun kapsomer terdiri dari satu jenis poli peptida,
sedangkan yang lainnya terdiri dari beberapa jenis polipeptida yang tergantung
pada jenis virusnya. Kapsomer dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Kaosid melindungi asam nukleat dari pengaruh ekstra seluler,
mempermudah proses penempelan pada sel hospes dan dapat pula berfungsi
pada proses penembusan kedalam sel. Untuk melindungi asam nukleat, molekul
polipoeptida tersusun sedemikian rupa sehingga berbentuk simetris. Berdasarkan
simetri kapsidnya ini bentuk virus dikenal dengan simetri heliks dan simetri
ikosa hedral.
Pada bentuk simetri heliks, asam nukleat yang memanjang dikelilingi
oleh protein yang tersusun seperti spiral. Jenis virus yang mempunyai struktur
heliks ini antara lain adalah virus rabies dan virus ebola. Sedangkan bentuk
simetri ikosahedral adalah bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama
sisi. Bentuk ini mempunyai aksis rotasi ganda yang jumlah kapsomernya dapat
dihitung dengan rumus tertentu, misalnya picorna virus mempunyai 60
kapsomer,herpes virus mempunyai 162 kapsomer dan adeno virus mempunyai
152 kapsomer.
Beberapa jenis virus terutama virus yang menyerang bakteri mempunyai
struktur yang kompleks. Salah satu virus yang mempunyai bentuk kompleks
adalah bakteriofaga. Beberapa bakteriofaga mempunyai kapsid dan struktur
lainnya yang terikat pada kapsid.
Selubung atau envelope
Pada beberapa jenis virus protein kapsid diselubungi dengan selubung
(selubung enpelope) yang umumnya terdiri dari kombinasi lipida, protein dan
karbohidrat. Pada selubung virus kadang kala terdapat tonjolan atau spikes yang
terdiri dari kompleks karbohidrat dan protein. Beberapa jenis virus misalnya
virus influenza dapat mengaglutinasi sel darah merah melalui ikatan antara
spikes dengan hemoglobin. Virus yang kapsidnya tidak diselubungi oleh
envelope disebut dengan non envelopevirus. Kapsid dari virus yang tidak
berselubung ini melindungi asam nukleat dari enzim nuklease dan membantu
perlekatan virus pada sel yang akan diinfeksi.
4. Klasifikasi virus dan taksonomi virus
KLASIFIKASI VIRUS
Dasar Klasifikasi
Sifat – sifat berikut digunakan sebagai dasar klasifikasi virus. Cara mengkarakterisasi
virus dapat berubah dengan cepat.
1. Morfologi virion (ukuran, bentuk, jenis simetri, ada atau tidaknya peplomer dan
ada/tidaknya membran).
2. Sifat Genom, jenis asam nukleat (DNA atau RNA), untaian (tunggal atau ganda)
\, linear atau sirkuler, sense (positif atau negatif, ambisense ), segmen (jumlah
atau ukuran), sekuens nukleotida, kandungan G + C, sifat khusus.
3. Sifat fisiokimiawi, massa molekuler, buoyant density, stabilitas pH, stabilitas
termal, khususnya eter dan deterjen.
4. Sifat protein virus, jumlah, ukuran, dan aktivitas fungsional protein struktural
dan nonstruktural, asam amino,modifikasi,
5. Organisasi dan replikasi, urutan gen.
6. Sifat antigenic
7. Sifat biologis, kisaran pejamu alami, cara penularan, hubungan dengan vektor,
patologi dll.
SISTEM UNIVERSAL TAKSONOMI VIRUS
Telah dipisahkan virus dibagi dalam kelompok besar, Famili, berdasarkan morfologi
virion, struktur genom, dan cara replikasi. Nama family harus berakhiran viridae. Ada
kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan genus berbeda antar satu famili dengan
famili yang lain. Nama genus memiliki akhiran virus (Poxviridae, Herpesviridae,
Parvoviridae, Paromyxoviridae), telah dibuat pengelompokkan yang lebih besar,
subgfamili.
TINJAUAN MENGENAI VIRUS YANG MENGANDUNG DNA
A. Parvovirus, virus-virus yang berukuran sangat kecil dengan ukuran partikel
sebesar 18-26 nm. Genomnya merupakan DNA untai-tunggal, linear, partikel –
pertikel memiliki simetri kubik tetapi tidak berselubung, perakitan kapsid
terjadi di dalam nucleus sel yang terinfeksi. Porvovirus bereplikasi secara
autonomy, virus satelit terkait-adeno bersifat defektif, memerlukan bantuan
adenovirus atau herpesviru untuk keberadaannya.
B. Polymovirus, virus kecil berukuran (45 nm) tak berselubung, stabil-panas,
genomnya DNA untai-ganda sirkular, memiliki siklus pertumbuhan yang
lambat, memacu sintesis DNA sel, bereplikasi di dalam nucleus.
C. Papillomavirus, anggota family Papovaviridae. Mirip dengan polymavirus
dalam beberapa aspek, tetapi memiliki genom yang lebih besar dan ukuran
partikel yang lebih besar, dikenal sebagai virus ‘kutil’ beberapa penyebab
kanker pada genitalia manusia.
D. Adenovirus, berukuran sedang, tak berselubung yang memiliki simetri kubik.
Henomnya berupa DNA untao ganda, linear. Replikasi di dalm nucleus
E. Hepadnavirus, virus kecil yang mengandung molekul DNA untai-ganda
sirkular. DNA dalam partikel virus memiliki satu untai-tunggal yang besar.
F. Herpes virus, family besar virus. Dikelilingi selbung yang mengandung lipid.
Genomnya DNA untai-ganda linear. Virion mengandung lebih banyak protein.
G. Poxvirus, virus ovoid atau bervebtuk bata dan berukuran besar. Struktur
partikelnya kompleks dengan selubung mengandung lipid. Genomnya
merupakan DNA untai-ganda linear, berikatan secara kovalen.
Tinjauan mengenai Virus yang Mengandung RNA
A. Picornavirus, virus berukuran kecil, resisten terhadap eter dan simetri kubik.
Genom RNA merupakan untai-tunggal dan sense-positif .
B. Astrovirus, memiliki ukuran yang serupa dengan picorna virus, tetapi
partikelnya memperlihatkan bentuk bintang yang khas pada permukaan mereka.
Genomnya RNA untai-tunggal, linear, sense-positif.
C. Calcivirus, virus yang serupa dengan picorna virus, tetapi sedikit lebih besar.
Partikelnya tampak memiliki cekungan berbentuk mangkuk pada permukaannya.
Genommnya berupa RNA untai-tunggal sense-positif, virion tidak memiliki
selubung.
D. Hepevirus, serupa dengan calcivirus, partikel-partikelnya kecil dan resisten
terhadap eter. Genomnya merupakan RNA untai-tunggal, sense-positif.
E. Reovirus , virus tak berselubung, berukuran sedang, resitensi eter yang memiliki
simetri icosahedral. Partikel-partikelnya memiliki dua atau tuga pembungkus
protein dengan saluran-saluran yang membentang dari permukaan hingga ke
inti; duri-duri pendek menonjol dari permukaan virion. Genomnya merupakan
RNA untai-ganda linear, bersegmen. Replikasi terjadi di dalam sitoplasma.
F. Arbovirus, pengelompokan ekologis (bukan famili virus).
G. Togavirus, arbovirus yang merupakan pathogen utama pada manusia yang
disebut alphavirus, virus rubella. Memilki selubung mengandung lipid dan
bersifat sensitive eter; genom mereka adalah RNA untai-tunggal, sense-positif,
virion berseubung. Virion matang dengan menonjol seperti tunas dari membrane
sel pejamu.
H. Flavivirus, virus berselubung yang mengandung RNa untai-tunggal. Sense-
positif. Ukuran genomnya bervariasi. Virion matang berkumpul dalam sisterna
reticulum endoplasma.
I. Arenavirus, merupakan virus pleomorfik berselubung. Genomnya adalah RNA
untai-tunggal, bersegmen, sirkular yang merupakan dan ambisense, ukuran
tunggal 10-14 kb. Replikasi terjadi dalam sitoplasma dengan perakitan melalui
“pertunasan” pada membrane plasma. Virion menggambungkan ribosom-
ribosom sel penjamu selama pematangan yang memberikan partikel-partikel
tersebut gambaran “berpasir” (“sandy”appearance).
J. Coronavirus, menyerupai ortho-myxovirus, tetapi memiliki tonjolan-tonjolan
berbentuk kelopak bunga yang tersusun melingkar, tepi permukaan seperti
mahkota (corona) matahri. Nukleokapsid coronavirus terbentuk dalam
sitoplasma dan mengalami pematangan dengan cara menonjol ke dalam vesikel
sitoplasmik. Virus kelompok ini memiliki sedikit penjamu
K. Retrovirus, virus sferis berselubung, yang genomnya mengandung dua salinan
RNA untai-tunggal, sense-positif, linear yang memiliki polaritas sama dengan
mRNA virus. Virion mengandung suatu enzim reverse transcriptase yang
menghasilkan salinan DNA dari genom RNA. Perakita virion terjadi melalui
pertunasan pada membrane plasma
L. Orthomyxovirus, virus berselubung, berukuran sedang, partikel-pertikelnya
berbentuk bundar atau filamentosa, disertai tonjolan-tonjolan yang memiliki
aktivitas hemaglutini atau neurominidase di permukaanya. Genomnya merupak
DNA tunggal, linear, bersegmen, sense-negatif.
M. Bunyavirus, virus ini memiliki ciri partikel-partikel sferis atau pleomorfik, yang
berselubung. Genomnya tersusun dari RNA bersegmen-tiga, sirkuler, untaian-
tunggal, sense-negatif atau ambisense . virion mengandung tiga nukleokapsid
sirkuler, dengan simetri heliks.
N. Bornavirus, merupakan virus yang berselubung, berbentuk sferis. Genomnya
merupakan RNA linear, untaian-tunggal tak bersegmen, sense-negatif.
O. Rhabdovirus, merupakan virio-virion berselubung yang menyerupai peluru,
pipih pada suatu ujung dan bulat pada ujung lainnya. Delubungnya memiliki
tonjolan-tonjolan. Genomnya merupakan RNA linear, untaian-tunggal, tak
bersegmen, sense negative.
P. Paramyxovirus, virus ini partikelnya berbentuk pleomorfik. RNA-nya bersifat
linear, untaian-tunggal tak bersegmen, sense-negatif.
Q. Filovirus, merupakan virus pleomorfik, yang mungkin tampak seperti benang.
Selubung mengandung polomer-poplomer besar. Genomnya merupakan RNA
linear, sense-negatif, untaian tunggal.
R. Virus lain, golongan ini mencakup beberapa virus yang menyebabkan
gastroeteritis
S. Viroid, terdiri atas molekul asam nukleat yang tidak memilik pembungkus
protein. RNA viroid tidak menyandik produk protein apapun, hingga saat ini
viroid hanya di temukan pada tanaman.
T. Prion, merupakan partikel-partikel infeksius yang hanya tersusun atas protein
tanpa ada asam nukleat yang terdekteksi. Prio sangat resisten terhadap
inaktivasi oleh panas, formaldehida, dan cahaya ultra violet yang mampu
menon-aktifkan virus-virus . protein prion disandi oleh gen seluler tunggal.
TAKSONOMI VIRUS
Pengklasifikasian virus yang meliputi banyak hal yaitu mulai dari karakteristik
(morfologi, genom, fisika-kimia, dan sifat fisiologisnya protein, antigenik, dan sifat
biologisnya) sehingga tingkatan ordo, famili, genus, dan spesies :
1. Ordo Virus
Merupakan pengelompokkan famili virus yang memiliki banyak kesaaman
karakteristik. Ordo ditandai dengan akhiran Virales.
2. Famili Virus
Merupakan pengelompokkan genus virus yang memiliki banyak kesamaan
karakteristik dan dibedakan dari anggota famili lainnya. Famili virus ditandai
dengan akhiran Viridae.
3. Genus Virus
Merupakan pengelompokkan spesies virus yang memiliki banyak kesamaan
karakteristik. Genus virus ditandai dengan akhiran Virus,
4. Spesies Virus
Menggambarkan suatu kelas polythetic pada virus yang merupakan replikasi
keturunan dan menempati bagian relung ekologinya.
Virus dapat diklasifikasikan menurut morfologi, tropisme, dan cara penyebaran, dan
genomik fungsional.
Klasifikasi Virus Berdasarkan Morfologi
Berdasarkan morfologi, virus di bagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein
membran terluarnya (envelope) menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Virus DNA
2. Virus RNA
3. Virus berselubung
4. Virus non-selubung
Klasifikasi Virus Berdasarkan Tropisme dan Cara Penyebaran.
Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus di bagi menjadi 5, yaitu :
1. Virus Enterik
2. Virus Respirasi
3. Arbovirus
4. Virus Onkogenik
5. Hepatitis Virus
Klasifikasi virus berdarakan genomik fungsional
Virus diklasifikasikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya.
Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore, yaitu :
1. Virus Tipe I = DNA Untai Ganda
2. Virus Tipe II = DNA Untai Tunggal
3. Virus Tipe III = RNA Untai Ganda
4. Virus Tipe IV = RNA Untai Tunggal (+)
5. Virus Tipe V = RNA Untai Tunggal (-)
6. Virus Tipe VI = RNA Untai Tunggal (+ dengan DNA perantara)
7. Virus Tipe VII = DNA Untai Ganda dengan RNA perantara
Virus RNA Untai Tunggal dengan Polaritas Negatif Yang Patogen Pada Manusia
SifatdanUkuran Virus Famili Genus Keterangan
RNA Untai Tunggal,
polaritasnegatif, 70-
180 nm
Rhabdoviridae Vesiculovirus
Lysasavirus
Virus seperti
peluru
berselubung,
menyebabkan
rabies dan
penyakit lainnya
RNA Untai Tunggal,
polaritasnegatif, 80-
14.000 nm
Filoviridae Filovirus Virus berbentuk
heliks
menyebabkan
demam
RNA Untai Tunggal,
polaritasnegatif, 150-
300 nm
Paramyxoviridae Paramyxovirus
Marbilivirus
Menyebabkan
influenza,
mumps dan
Newcastle
didease
RNA Untai Tunggal,
polaritasnegatif, 32 nm
Deltaviridae Hepatitis D virus Menyebabkan
Hepatitis ketika
bersamaan
dengan infeksi
virus Hepatitis B
RNA Untai Tunggal,
polaritasnegatif, 80-
200 nm
Orthomyxoviridae Influenzavirus A
& B
Influenza C
virus
Virus
berselubung
dapat
mengaglutinasi
sel darah merah
RNA Untai Tunggal,
polaritasnegatif, 90-
120 nm
Bunyaviridae Bunyavirus
Hantavirus
Dapat
menyebabkan
demam berdarah,
korean,
hemorhagic
fever. Hantavirus
pulomonary
syndrome
RNA
UntaiTunggal,polaritas
110-130 nm
Arenaviridae arenaviridae Menyebebkan
venesuelan,
hemorrhagic
fever dan lassa
fever
RNA
Untaitunggal,polaritas
negatif,100-120 nm
Retroviridae Oncovirus
Lentivirus (HIV)
Menyebabkan
tumor,leukimia,
dan tumor pada
binatang.
Lentivirus HIV
menyebabkan
AIDS
Virus RNA Untai ganda yang pathogen pada manusia
Sifatdanukuran virus Famili Genus Keterangan
RNA UNtaiganda,
nonenvelope, 60-80 nm
Reoviridae Reovirus
Rotavirus
Menyebabkan
penyakit infeksi
pada saluran
pernafasan dan
saluran pencernaan
Virus DNA yang pathogen pada manusia
Sifatdanukuran virus Famili Genus Keterangan
DNA Untaitunggal,
nonenvelope, 18-25
nm
Parvoviridae Human parvovirus B19 Menyebabkan
fifth disease
(erythema
infectiosum)
dananemia
DNA Untaiganda,
nonenvelope, 70-90
nm
Adenoviridae Mestadenovirus Menyebabkan
infeksi pada
saluran
pernafasan
DNA Untaiganda,
nonenvelope, 40-57
nm
Papovaviridae Papillomavirus
Poliomavirus
Virus kecil
meninduksi
tumor
DNA Untaiganda,
mempunyai
selubung200-350 nm
Poxviridae Ortopoxvirus
(vecciniadansmallpoxvirus)
molluscipox
Menyebabkan
penyakit cacar
DNA Untaiganda,
mempunyaiselubung,
150-200 nm
Herpesviridae Simplexvirus
Varicellavirus
Cytomegalovirus
Lymphocryptovirus
Menyebabkan
beberapa
penyakit pada
manusia
antaralain
demam, cacar
air, herpes,
limfoma
burkitts
DNA Untaiganda,
mempunyaiselubung,
42 nm
Hepatnaviridae Hepadnavirus (hepatitis B
virus)
Menyebabkan
hepatitis B
dantumorhati
Taksonomi dan klasifikasi virus dapat dilakukanberdasarkan berbagai faktor.
Salah satu cara klasifikasi virus adalah berdasarkaan gejala dan penyakit yang
ditimbulkannya, misalnya virus yang menyerang system pernapasan.
Pada tahun 1966 dibentuk suatu komite internasional tentang taksonomi
virus(international comite on the taxonomy of viruses, ICTV). Sejak saat itu ICTV
mengelompokan virus kedalam family berdasarkan pada (1) jenis asam nukleat virus;
(2) cara replikasi dan multiplikasi virus; (3) morfologi virus.
Dalam taksonomi virus, nama family virus diakhiri dengan-viridae; nama ordo
diakhiri dengan-ales; sedangkan nama genus diakhiri dengan –virus. Beberapa famili
dan genus virus dan genus virus RNA untai tunggal dengan polaritas negatif yang
pathogen pada manusia ; golongan virus RNA untai tunggal dengan polaritas positif
yang pathogen pada manusia ; virus RNA untai ganda yang pathogen pada manusia.
Table virus RNA untai tunggal dengan polaritas negative yang pathogen pada manusia
Sifatdanukuran
virus
Famili Genus Keterangan
RNA untaitunggal,
polaritas negative,
70-180 nm
Rhabdoviridae Vesikulovirus
Lyssavirus
Virus berbentuk sebagai
peluru, berselubung,
menyebabkan rabies dan
penyakit binatang lainnya.
RNA untaitunggal,
polaritas negative,
80-14000 nm
Filoviridae Filovirus Virus berbentukheliks,
menyebabkandemamconto
h virus ebola
RNA
untaitunggalpolarita
s negative, 150-300
nm
Paramyxoviridae Paramyxoviru
s
Morbilivirus
Menyebabkan influenza,
mumps dnnewecastle
disease
RNA untaitunggal,
polaritas negative,
32 nm
Deltaviridae Hepatitis D
virus
Menyebabkan hepatitis
ketikabersamadenganinfeks
i virus hepatitis B
RNA untaitunggal,
polaritas negative,
80-200 nm
Orthomyxovirida
e
Influenza
virus A dan B
Influenza C
virus
Virus berselubung dapat
mengaglutinasi sel darah
merah
RNA untaitunggal,
polaritas negative,
90-120 nm
Bunyaviridae Bunyavirus
Hantavirus
Dapa tmenyebabkan
demam berdarah, Korean
hemorrhagic fever,
hantavirus pulmonary
syndrome.
RNA untaitunggal,
polaritas negative,
110-130 nm
Arenaviridae Arenavirus Menyebabkan Venezuelan
hemorrhagic fever danlassa
fever
RNA untaitunggal,
Polaritas negative,
100-120 nm
Retroviridae Oncovirus
Lentivirus
Menyebabkan tumor pada
binatang, lentivirus HIV
menyebabkan AIDS
Table virus RNA untai tunggal dengan polaritas positif yang pathogen pada manusia
Sifatdanukuran
virus
Family Genus Keterangan
RNA untaitunggal,
polaritaspositif,
nonenvelope, 28-30
nm
Picornaviridae Enterovirus
Rhinovirus
Hepatitis A virus
Sedikitnya70 jenis
enterovirus yang
menyerang
manusia, termasuk
polio, coxsacki, dan
echovirus. Lebih
dari 100 rhinovirus
yang menyebabkan
flu
RNA untaitunggal,
polaritaspositif,
nonenvelope, 35-40
nm
Caliciviridae Hepatitis E virus
Norovirus
Menyebabkan
gangguan
pencernaan dan
hepatitis
RNA untaitunggal,
polaritaspositif,
Berselubung, 60-70
nm
Togaviridae Alphavirus
Rubhivirus (rubella
virus)
Menyebabkan
ensefalitis
ditularkan melalui
serangga. Rubella
ditularkan melalui
saluran pernapasan
RNA untaitunggal,
polaritaspositif,
berselubung, 40-50
Flaviviridae Flavivirus
Pestivirus
Hepatitis C virus
Ditularkan melalui
serangga,
menyebabkan
nm penyakit demam
berdarah dan
ensefalitis
RNA untaitunggal,
polaritaspositif,
berselubung, 80-160
nm
Coronaviridae Coranavirus Menyebabkan
infeksi saluran
napas bagian atas.
Table virus RNA untai ganda yang pathogen pada manusia
Sifatdanukuran
virus
Family Genus Keterangan
RNA untaiganda,
nonenvelope, 60-80
nm
Reoviridae Reovirus
Rotavirus
Menyebabkan
penyakit infeksi
pada pernapasan
dan saluran
pencernaan.
REPLIKASI VIRUS
Perkembangbiakan virus hanya terjadi pada inang yang hidup. Sel inang harus
menyediakan mesin energy dan sintesis serta berat molekul prekusor yang rendah untuk
sintesa protein virus dan asam nukleat. Asam nukleat virus membawa gen spesifik
uuntuk mengkode bagi semua makro molekul spesifik virus dalam cara yang teratur.
Gambaran unik dari perkembangbiakan virus adalah segera setelah interaksi
dengan sel inang, virion yang mengifeksi dirusak dan infektifitas yang dapat diukur
hilang. Fase siklus pertumbuhan ini disebut periode/eclipse, lamanya bervariasi
tergantung pada virus maupun sel inang tertentu dan ini diikuti oleh interval kecepatan
akumulasi dari keturunan partikel virus yang infeksius. Periode ini merupakan satu dari
aktivitas sintesis intensif karena sel di alihkan untuk memenuhi kebutuhan virus. Pada
beberapa kasus segera setelah asam nukleat virus memasuki sel inang, metabolism
seluler di alihkan secara eksklusif kepada sintesis partikel virus baru dan sel akan
dirusak. Pada kasus lain, proses metabolism sel inang tidak di ubah secara signifikan,
meskipun sintesis protein virus dan asam nukleat serta sel tidak dirusak secara
mencolok. Setelah sintesis asam nukleat virus dan protein virus, komponen-komponen
tersebut bergabung untuk membentuk virion infesius yang baru.
Tidak semua infeksi menghasilkan virus baru, infeksi yang produktif terjadi di
dalam sel yang permisif dan menghasilkan produksi virus yang infeksius. Infeksi yang
abortif akan gagal memproduksi keturunan virus. Hal ini dapat disebabkan oleh sel
inang mungkin non permisif dan tidak mampu mendukung ekspresi semua gen virus
atau karena infeksi virus mungkin defektif, kekurangan beberapa gen virus
fungsional.Dalamhaliniakandiuraikanreplikasi virus yang menyerangbakteri
(bakteriofaga) dan virus yang menyerang manusia atau binatang.
Replikasi bakteriofaga
Replikasi bakteriofaga dapat bermultiplikasi melalui dau litik atau daur lisogenik.
1. Daur litik
a. Fase adsorpsi
Ditandai dengan melekatkannya ekor virus pada dinding sel bakteri. Virus
menempel hanya pada tempat-tempat khusus yakni pada permukaan dinding
sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein virus.
Virus dapat menempel pada sel-sel tertentuyang diinginkan kerena memiliki
reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Kemudian virus mengeluarkan
enzim lisozim sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri.
b. Fase penetrasi
Setelah berbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memasukkan
asam nukleatnya (DNA atau RNA) ke dalam sel. Jadi, kapsid virus tetap
berada diluar sel bakteri.
c. Fase biosintesis
Virus tidak memiliki mesin biosintetik sendiri. Virus menggunakan mesin
biosintetik inang misalnya bakteri untuk kelangsungan hidupnya. Karena itu,
pengendali mesin biosintetik bakteri yakni DNA bakteri harus dihancurkan.
DNA virus memproduksi enzim penghancur yang akan menghancurkan
DNA bakteri, tetapi tidak menghancurkan DNA virus. Tahap selanjutnya
DNA viruslah yang berperan. DNA virus menginduksi mesin metabolic
untuk menghasilkan komponen-komponen virus seperti protein-protein,
salinan genom fage, ekor, serabut-serabut ekor dan kepala polyhedral.
Kemudian DNA virus mereplikasi diri berulang kali dan membentuk DNA
virus dalam jumlah yang banyak
d. Fase perakitan
Kapsid yang di sintesa mula-mula terpisah-pisah antara bagian kepala, ekor,
dan serabut ekor, kemudian bagian-bagian tersebut dirakit untuk membentuk
kapsid virus yang utuh, lalu DNA virus masuk kedalamnya kemudian
terbentuk tubuh virus yang utuh sekitar 100-200 virus.
e. Fase litik
Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduks ienzim lisozim lagi,
enzim yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri
hancur, bakteri mengalami lisis dan mati sedangkan virus-virus baru akan
keluar untuk mencari inang yang lain.
2. Daur lisogenik
Virus lambda menyebabkan bakteri tidak mengalami lisis maka daur hidup
virus tersebut dinamakan daur lisogenik. Dalam kasus ini, bakteri masih dapat
hidup dan bereproduksi, akan tetapi bakteri tersebut masih mengandung asam
nukleat virus, yang suatu saat dapat bermultiplikasi kembali. Daur lisogenik
terdiri dari :
a. Fase adsorpsi
Penempelan bakteriofaga pada dinding sel bakteri, sebagaimana pada daur
litik.
b. Fase penetrasi
Pemasukan asam nukleat virus ke dalam tubuh bakteri.
c. Fase penggabungan
Setelah memasuki fase penetrasi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri.
Selanjutnya, DNA virus menyisip ke dalam DNA bakteri atau melakukan
penggabungan DNA bakteri berbentuk sirkuler.
d. Fase pembelahan
DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA bakteri
melakukan replikasi misalnya jika bakteri membelah diri, DNA bakteri
mengkopi diri dengan proses replikasi. Dengan demikian profaga (DNA
virus yang belum aktif) juga ikut terkopi. Jumlah profaga mengikuti jumlah
sel bakteri yang sedang bermultiplikasi.
e. Fase biosintesis
Dalam keadaan tertentu akibat adanya rangsangan dari lingkungannya,
profaga menjadi aktif. Profaga tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri,
selanjutnya melakukan multiplikasi DNA virus, mensintesis protein yang
digunakan sebagai penyusunkapsid virus.
f. Fase perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungi sebagai
selubung virus. Kapsid virus yang terbentuk mencpai sekitar 100-200 kapsid
baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk
virus-virus baru.
g. Fase litik
Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri. Virus-virus
yang terbentuk akan keluar dari sel bakteri dan menyerang bakteri baru.
Replikasi Virus Manusia
Pada prinsipnya multiplikasi virus manusia terdiri dari beberapa fase yaitu:
1. Fase penempelan (attachment)
Penampelan virion pada membrane sel melalui reseptor protein dan glikoprotein
yang terdapat pada permukaan sel hospes. Situs penempelannya sangat
bervariasi tergantung pada jenis virusnya. Pada adenovirus yang merupakan
virus ikosahedral, situs penempelannya terletak pada serabtu pendek yang
terletak pada sudut ikosahedronnya. Pada virus yang mempunyai selubung
(envelope), misalnya virus influenza, situs penempelannya adalah tonjolan
(spikes) yang terletak pada permukaan selubungnya. Reseptor virus merupakan
protein atau glikoprotein yang spesifik dikenali oleh jenis virus tertentu.
Pengetahuan tentang sifat reseptor spesifik terhadap virus tersebut sangat
penting dalam penemuan obat antiviral yang dapat menghambat penempelan
virus pada reseptor yang terdapat di sel hospes sehingga menghambat infeksi
virus.
2. Fase Penetrasi
Fase ini melalui proses endositosis. Virion yang melekat pada reseptor di
membrane sel akan membuat lekukan pada membrane plasma, sehingga
terbentuk vesikel. Sekali virion masuk kedalam vesikel maka kapsit virus
dipecah, sehingga asam nukleat virus menyusup kedalam sitoplasma. Pada virus
yang memiliki selubung luar penetrasi melalui fusi dari selubung virus dengan
membrane plasma sel hospes dan melepaskan nukleokapsid kedalam sitoplasma,
contoh: HIV.
3. Fase pelepasan selubung luar (uncoanting).
Uncoating merupakan pelepasan asam nukleat virus dengan pembugkusnya.
Beberapa jenis virus pelepasan asam nukleatnya disebabkan digradasi protein
kapsidnya oleh enzim yang terdapat pada sitolasma sel hospes, sedangkan
poxvirus proses pelepasan pembungkusnya disesbabkna oleh enzim spesifik
yang diproduksi sendiri segera setelah terjadi infeksi. Pada poliovirus pelepasan
asam nukleat terjadi pada saat virus menempel di membran plasma sel.
4. Fase Biosintesis
Fase sintesis siklus replikasi virus berlangsung setelah pelepasan selubung
genom virus. Langkah utama dalam replikasi virus ialah mRNA spesifik harus
ditranskripsi dari asam nukleat virus agar ekspresi dan duplikasi informasi
genetik dapat berhasil, kemudian virus menggunakan komponen-komponen sel
untuk mentranslasikan mRNA.
Berbagai kelas virus menggunakan jalur yang berbeda untuk menyintesis
mRNA, tergantung struktur asam nukleat virus. Beberapa virus (rhabdovirus)
memiliki polimerase RNA untuk menyintesis mRNA, virus RNA jenis ini
dinamakan virus untai negatif karena genom RNA untai tunggalnya merupakan
komplemen mRNA yang secara konvensional dinamakan untai positif, virus ini
harus menyuplai sendiri polimerase RNA karena sel eukariotik tidak memiliki
enzim yang mampu menyintesis mRNA dari cetakan RNA.
Dalam perjalanan replikasi virus, semua makromolekul spesifik virus disintesis
dalam urutan yang sangat terorganisasi. Pada beberapa infeksi virus khsususnya
yang melibatkan virus yang mengandung DNA untai ganda, protein virus dini
disintesis segera setelah terjadi infeksi dan protein lanjut baru dibuat pada
infeksi lanjut setelah berlangsung sintesis DNA virus.
Gen-gen awal mungkin dinonaktifkan ataupun tidak saat produk lanjut dibuat,
sebaliknya sebagian besar atau mungkin semua informasi genetik virus yang
mengandung RNA diekspresikan sekaligus. Selain kendali temporal ada pula
kendali kuantitatif karena tidak semua protein virus diproduksi dalam jumlah
sama. Protein spesifik virus mungkin mengatur sejumlah transkripsi genom atau
translasi mRNA virus.
Terdapat gen-gen yang bertumpang tindih yaitu pada sebagian sekuens
DNA yang digunakan untuk sinstesis dua polipeptida yang berbeda. Sebuah
sistem virus dari adenovirus pertama kali menunjukkan fenomena pengolahan
mRNA yang disebut splicing, yaitu sekuens mRNA yang menyandi protein
tertentu dari sekuens-sekuens yang terpisah dari cetakan, dengan sekuens sisipan
noncoding “dipotong keluar’ dari transkrip.
Beberapa virus DNA ditemukan menyandi microRNA ( ̴ 22 nukleotida),
yang berfungsi pada tingkat yang baru dalam regulasi gen pasca transkripsi
dengan mengantarai degradasi mRNA target atau dengan menginduksi inhibisi
translasi mRNA tadi.
Variasi terluas dalam strategi ekspresi gen ditemukan pada virus-virus RNA.
Beberapa virion memiliki polimerase (orthomyxovirus, reovirus); beberapa
sistem lain menggunakan pesan subgenomik, yang kadang dibentuk melalui
splicing (orthomyxovirus, retrovirus); dan beberapa virus menyintesis prekursor
poliprotein besar yang akan diolah dan dipecah untuk menghasilkan produk gen
akhir (picornavirus, retrovirus). Protease viral milik HIV merupakan enzim yang
dihambat oleh kelas obat antivirus, disebut inhibitor protease.
Virus DNA yang bereplikasi dalam nukleus menggunakan polimerase
RNA dan enzim pemproses milik sel pejamu. Virus yang lebih besar
(herpesvirus, poxvirus) lebih indipenden dalam hal fungsi selulernya
dibandingkan virus yang lebih kecil, sehingga virus yang lebih besar lebih
sensitif terhadap kemoterapi antivirus karena lebih banyak proses spesifik virus
yang tersedia sebagai target kerja obat.
Protein virus disintesis dalam sitoplasma pada poliribosom yang tersusun
atas mRNA spesifik virus dan ribosom sel pejamu. Banyak protein virus
menjalani modifikasi (glikosilasi, asilasi, pemecahan). DNA virus biasanya
mengalami replikasi dalam nukleus, RNA genomik virus umumnya mengalami
duplikasi dalam sitoplasma sel.
5. Morfogenesis & pembebasan
Polipeptida kapsid dan genom virus yang baru disintesis dirakit menjadi satu
untuk membentuk virus progeni. Kapsid ikosahedral dapat memadat jika tidak
ada asam nukleat sedangkan nukleokapsid virus yang memiliki simetri heliks
tidak dapat terbentuk tanpa RNA virus.
Virus tak berselubung berakumulasi dalam sel-sel terinfeksi, kemudian
melisis dan membebaskan partikel-partikel virus. Virus berselubung mengalami
pematangan melalui proses “pertunasan”. Glikoprotein selubung spesifik virus
disisipkan ke dalam membran sel, nukleokapsid virus menonjol menembus
membran pada tempat yang telah dimodifikasi dan saat melewatinya mereka
memperoleh selubung. Pertunasan sering terjadi pada membran plasma tapi
dapat melibatkan membran lain di dalam sel. Virus berselubung tidak infeksius
sampai memperoleh selubung, karenanya virion progeni infeksius biasanya tidak
berkumpul dalam sel yang terinfeksi.
Pematangan virus kadang merupakan proses yang tidak efisien.
Terkumpulnya komponen virus dalam jumlah berlebihan menimbulkan
pembentukan badan inklusi di dalam sel. Sebagai akibat efek replikasi virus
yang merugikan sel pejamu, efek sitopatik seluler akan timbul dan sel tersebut
mati, kecuali jika sel tidak rusak oleh virus sehingga terjadi infeksi persisten
jangka panjang. Mekanisme yang diinduksi virus mungkin mengatur apoptosis
yaitu peristiwa yang diprogram secra genetik yang mengakibatkan sel
mematikan dirinya sendiri. Beberapa infeksi virus menunda apoptosis dini
sehingga dapat menghasilkan virus progeni dalam jumlah besar, sementara
beberapa virus secara aktif menginduksi apoptosis pada tahap lanjut untuk
memfasilitasi penyebaran virus progeni ke sel-sel baru.
BIOSINTESIS VIRUS
1. Biosintesis DNA
Pada dasarnya semua virus DNA melakukan replikasi DNA didalam inti sel
hospes menggunakan enzim sel hospes. Kecuali pada biosintesis poxvirus
sintesinnya menggunakan komponen virus dan dilakukan di alam sitoplasma sel
hospes. Sintesis kapsid dan protein lainnya dilakukan di dalan sitoplasma
menggunakn enzim sel hospes. Protein-protein yang terbentuk akan masuk ke
dalam inti sel dan bergabung dengan DNA virus membentuk virion, virion
bergerak menuju membran sel menuju retikulum endoplasmik untuk keluar dari
dalam sel hospes. Multifikasi virus DNA dan tahapan sintesis protein.
a. Fase penempelan virus pada reseptor virus pada permukaan sel hospes;
b. Proses dilanjukan dengan proses penetrasi virus dan plepasan selubungnya di
dalam sitoplasma sel hospes, dan DNA virus masuk ke dalam inti sel;
c. Didalam inti sel terjadi transkripsi fragmen gen virus yang mengkode
produksi enzim virus yang dibutuhkan untuk multiplikasi DNA virus.
Beberapa virus DNA transkripsi dini menggunakan enzim transkriptase
(RNA polimerase) sel hospes, tapi pda poxvirus dilakukan sendiri oleh virus
karena poxvirus memiliki enzim transkiptase sendiri.
d. Setelah multiplikasi dna virus, akan berlngsung proses transkripsi dan
translasi protein struktural dan nonstruktural dikode oleh genom virus.
e. Sintesis protein kapsid berlangsung didalam sitoplasma sel hospes.
f. Setelah itu protein kapsid bermigrasi kedalam inti sel hospes, terjadi
pematangan dan morfogenesis dimana asam nukleat virus diselubungi oleh
nukleokapsid sehingga terbentuk virus yang lengkap.
g. Virus yang terbentuk akan melepaskan diri dari sel hospes dengan car
merusak membran sel hospes dan sangt infektis bagi sel lain.
2. Biosintesis virus RNA.
a. Multivikasi virus RNA pada prinsipny sam dengn virus DNA kecuali
dperbedaan dalam pembentukn mRNA yang terjadi pada beberapa virus
RNA.
Fase penempelan virus pada reseptor virus yang terdapat pada
permukaan sel hospes.
Setelah penempelan, terjadi proses penetrasi virus dan pelepasan
selubung virus didalam sitoplasm, RNA virus didalam sitoplsma sel
Fase replikasi RNA virus
Fase translasi dan sintesis protein virus.
Fase replikasi dan translasi protein virus.
- Fase repliksi RNA dan translasi protein virus tergantung pada
jenis virus RNA. Untuk virus yang terdiri dari
RNA untai tunggal dengan polaritas positif, sintesis protein
langsung dikode oleh untai RNA positif. Untai RNA yang berada
didalam virion disebut untai sense positif, berfungsi sebagai
mRNA, ditranslasi menjadi dua enzim protein utama yaitu enzim
yang menghambat sintesis RNA/protein hospes dan enzim yaitu
RNA-dependen RNA polimerase. Enzim ini mengkatalisis
sintesis untai RNA lain yang komplementer terhadap untai RNA
sense, yng disebut untai RNA anti sense, dapat digunakan sebagi
cetakan atu template untuk mencetk RNA positif lainny. Untai
RNA positif terbentuk dapat bertindak sebagai mRNA untuk
memproduksi protein kapsid dari virus. Sekali RNA virus dan
protein kpsid terbentuk akan terjadi perakitan dan morfogenesis
virion baru.
- RNA untai tunggal dengan polaritas negatif. Virus rabies
tergolong dalam Rehabdoviridae empunyai enzim RNA-
dependen RNA polimerase, yang mentranskripsi ssRNA negatif
menjadi positif yang bertindak sebagi mRNA untuk mensintesis
protein. mRNA jug ditranskripsi menjdi RNA negatif yang akan
terinkorporasi kedalam kapsid sebagai genom virus.
- RNA untai ganda (dsRNA). Reoviridae yang mengndung asam
nukleat yang terdri dari dsRNA, membentuk mRNA virus
didalam sitoplasm, digunakn untuk mensintesis protein virus,
berfungsi sebgai enzim RNA-dependen RNA polimerase,
memproduksi lebih banyak untai RNA negatif. mRNA positif
dan RNA negatif membentuk pilinan menjadi untai ganda
(dsRNA), yng diselubungi oleh protein kapsid.
-
3. Fase peraktan dan pelepasan virus.
a. Proses perakitan protein kapsid untuk melindungi asam nuklead virus.
b. Setelah genom virus bergabung dengan kapsid, beberapa jenis virus
diselubungi dengan simpai yng terdiri dari protein, lipid, karbohidrat,
misalnya orthomyxovirus dan paramyxovirus.
c. Pembentukan protein simpai dikode oleh gen virus, lipid dan karbohidrat
simpi virus dipeoleh dari membran plasma sel hospes.
d. Simpai virus dirakit oleh virus melalui proses yang disebut budding.
e. Virus akan keluar dari dalam sel hospes.
f. Proses pelepasan virus melalui budding, tidak selalu menyebabkan kematian
sel hospes. Beberapa kasus sel hospes masih bertahan hidup.
g. Proses pelepasan virus yang tidak mempunyai simpai, melalui peruskan
membran plasma sel hospes dapat menyebabkan kemtian sel hospes.
Ekologi dan cara penularan virus
Ekologi adalah studi interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya. Cara
penularan yang digunakan oleh virus tertentu tergantung pada sifat interaksi
antara virus dengan inang. Virus dapat ditularkan melalui cara-cara berikut ini :
1) Penularan langsung : penularan virus dari manusia ke manusia melalui
kontak. Asar utama penularan melalui infeksi droplet atau aerosol
(isalnya, influenza, campak, smallpox); melalui kontak seksual
(misalnya, hepatitis B, herpes simpleks tipe 2, human immunodeficiency
virus).
2) Penularan tak langsung : penulara melalui jalur fecal-oral (misalnya,
enterovirus, rotavirus, virus hepatitis A infeksiosa) atau melalui
muntahan (virus Norwalk, rhinovirus).
3) Penularan dari binatang ke binatang, dengan manusia sebagai inang
kebetulan atau pejamu aksidental. Penularan terjadi melalui gigitan
(rabies) atau melalui infeksi droplet atau aerosol dari daerah yang
terkontaminasi hewan pengerat (misalnya, arenavirus, hantavirus).
4) Penularan dengan dasar vektor arthropoda (misalnya, arbovirus,
sekarang terutama di klasifikasikan sebagai togavirus, flavivirus, dan
bunyavirus).
Ada 3 pola penularan telah dikenali diantara arthropoda-borne virus
1) Siklus manusia-arthropoda. Contohnya : muntah kuning
2) Siklus arthropoda-vertebrata yang lebih rendah dengan infeksi
tengensial manusia. Contohnya : demam kuning hutan, esenfalitas St
louis. Manusia yang terinfeksi merupakan inang terakhir. Ini merupakan
mekanisme penularan ynag lebih sering
3) Siklus arthropoda-arthropoda dengan kadang kala menginfeksi
manusia dan vertebrata yang lebih rendah. Contohnya, demam
sengkenit colorado, ensefalitis La crosse.
Adapula faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor tersebut
melputi :
1) Perubahan lingkungan (pemusnahan hutan, pembuatan benungan atau
perubahan lai pada ekosistem air, banjir atau kekeringan, kelaparan).
2) Perilaku manusia (perilaku seks, penggunaan obat, rekreasi alam
terbuka).
3) Fenomena, sosioekonomi, dan emografi (perang, kemiskinan,
pertumbuhn populasi dan migras, kemunduran urban).
4) Perjalanan dan perdagangan (jalan bebas hambatan, perjalanan udara
internasional).
5) Produksi makanan (perubahan cara pemrosesan dan pengemasan
makanan).
6) Perawatan kesehatan (peralatan medis baru, transfusi darah, tranplatasi
organ dan jaringan, obat-obat yang menyebabkan imunosupresi).
7) Adaptasi mikroba (perubahan dalam virulensi, perkembangan resistensi
obat, co-faktor dalam penyakit kronis).
8) Ukuran kesehatan masyarakat (sanitasi yang kurang, ukuran
pengendalian vektor, pengurangan program pencegahan, kurangnya
petugas yang terlatih).
Yang juga perlu diwaspadai adalah pemakaian organ hewan sebagai xenograft
pada manusia. Karena jumlah organ donor manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhan semua pasien yang menunggu, xenotransplatasi organ primata bukan
manusia dan babi di jadikan alternatif. Terdapat kekhawatiran tentang masuknya
virus patogen potensial baru secara kebetulan dari spesies donor kepada
manusia.s