VARIASI BAHASA DALAM SOSIOLINGUISTIK
A. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang
ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat. Sosiologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kegiatan sosial ataupun gejala sosial dalam suatu masyarakat.
Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu
yang mengambil objek bahasa sebagai objek kajiannya. Sosiolinguistik menurut
Kridalaksana merupakan ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta
hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu didalam suatu
masyarakat bahasa. Sedangkan menurut Nababan, Sosiolinguistik merupakan pengkajian
bahasa dengan dimensi kemasyarakatan.
B. Variasi Bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya
yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi
itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman
fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman
sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka
ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi
bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi
kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa
berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan
variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.
1. Variasi dari Segi Penutur
Pertama, idiolek, merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang
mempunyai idiolek masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan
kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb. Yang paling dominan adalah warna suara, kita
dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut
Idiolek melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi di sini membedakannya agak sulit.
Kedua, dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang
berada di suatu tempat atau area tertentu. Bidang studi yang mempelajari tentang variasi
bahasa ini adalah dialektologi.
Ketiga, kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh
kelompok sosial pada masa tertentu. Sebagai contoh, variasi bahasa Indonesia pada masa
tahun tiga puluhan, lima puluhan, ataupun saat ini.
Keempat, sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang
menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial
ekonomi, pekerjaan, seks, dsb. Sehubungan dengan variasi bahasa yang berkenaan
dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya disebut dengan
prokem.
2. Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunanya, pemakainya atau fungsinya disebut
fungsiolek, ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang
penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa
berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer,
pelayaran, pendidikan, dsb.
3. Variasi dari Segi Keformalan
Menurut Martin Joos, variasi bahasa dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu
ragam beku (frozen); ragam resmi (formal); ragam usaha (konsultatif); ragam santai
(casual); ragam akrab (intimate).
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi
khidmat dan upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-undang, akte notaris,
sumpah, dsb.
Ragam resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat
dinas, ceramah, buku pelajaran, dsb.
Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan biasa di sekolah,
rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud
ragam ini berada di antara ragam formal dan ragam informal atau santai.
Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk
berbincang-bincang dangan keluarga atau teman pada waktu beristirahat, berolahraga,
berekreasi, dsb. Ragam ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk ujaran yang
dipendekkan.
Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang
hubngannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau teman karib. Ragam ini
menggunakan bahasa yang tidak lengkap dengan artikulasi yang tidak jelas.
4. Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal
ini dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan
menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya bertelepon atau bertelegraf.
Variasi Bahasa
Variasi bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda
dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa
berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk
variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering
dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya
kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau variasi tersendiri.
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan
oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan.
Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu
dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari
adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah
ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam.
Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi
bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi
kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa
berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Chaer (2004:62) mengatakan
bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan
penggunanya. Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
a. Variasi bahasa idioiek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut
konsep idioiek. Setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.
b. Variasi bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa
tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa
kini.
d. Variasi bahasa sosiolek
Adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para
penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya,
seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial
ekonomi, dan lain sebagainya.
e. Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu variasi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat
usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang
dewasa.
f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa.
Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi
bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada
tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan
mahasiswa atau para sarjana.
g. Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin
dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan oleh ibu-ibu
akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis
profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang
digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai
perbedaan variasi bahasa.
i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang terkait dengan
tingkat dan kedudukan penutur (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya.
Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja)
dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk
masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang
mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya
saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat
kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan
mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi
lemah.
Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas
sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang,
kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi
darivariasi sosial lainya;
2. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
3. Vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa
yang kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
4. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
5. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari
yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll..;
6. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok
sosial tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
7. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata artinya
polisi;
8. Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek
penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek
atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan,
pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak
cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata
khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra
biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah
kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni
bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan
mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas
karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media
elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang
menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
Variasi Bahasa dari Segi Keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi
variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a. Gaya atau ragam beku (frozen)
b. Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan,
khotbah, dan sebagainya.
c. Gaya atau ragam resmi (formal) Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa
yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat,
dan lain sebagainya.
d. . Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang
lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang
berorientasi pada hasil atau produksi.
E. Gaya atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib
pada waktu istirahat dan sebagainya.
e. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para
penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek
pendek dan tidak jelas.
Variasi Bahasa dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan.
Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari
variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi
bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur
yang tidak sama.
Sosiolinguistik : Variasi Bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan
oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan.
Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu
dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari
adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah
ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas,
variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi
kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa
berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register).Chaer (2004:62) mengatakan
bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan
penggunanya, Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variasi bahasa dari segi penutur
a. Variasi bahasa idioiekVariasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat
perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau
idioleknya masing-masing.
b. Variasi bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan,
dan variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi bahasa sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya,
seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial
ekonomi, dan lain scbagainya.
e. Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan
tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau
orang dewasa.
f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan
tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam
pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus
sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas
akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
g. Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis
kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan
oleh bapak-bapak
h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur Variasi
bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi,
pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh
para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan
variasi bahasa.
i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail
dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam
masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja
(keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati
digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang
mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya
saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat
kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan
mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi
lemah. Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas
sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang,
kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut
adalah sebagai berikut:
1. akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi
darivariasi sosial lainya;
2. basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
3. vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
4. slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
5. kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari
yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll
6. jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok
social tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
7. argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata
artinya polisi;
8. ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek
penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
2. Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek
atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan,
pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak
cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata
khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra
biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah
kosakata yang tepat.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana,
komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif
karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena
keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media
elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang
menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
3. Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi
variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a. Gaya atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan
pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai
nya.
b. Gaya atau ragam resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato
kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim
dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi
pada hasil atau produksi.
d. Gaya atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu
istirahat dan sebagainya.
e. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para
penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan
tidak jelas.
f. Variasi bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya,
telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang
digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang
pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama.
VARIASI DAN RAGAM BAHASA
1.VARIASI BAHASA
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik.
Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya yang tidak homogen
tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Berdasarkan penggunanya berarti, bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa
jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya. Adapun penjelasan variasi
bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
Variasi bahasa dari segi penutur
a. Variasi bahasa idioiek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep
idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.
b. Variasi bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa
Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan,
dan variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi bahasa sosiolek
Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para
penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya,
seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial
ekonomi, dan lain scbagainya.
e. Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat
usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang
dewasa.
f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya,
orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya
dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat
sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa
atau para sarjana.
g. Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin
dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan
oleh bapak-bapak.
h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis
profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang
digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai
perbedaan variasi bahasa.
i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan
lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya.
j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang
mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya
saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat
kebangsawanan.
2. RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Ragam bahasa dapat timbul karena adanya kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh
para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua
pandangan yaitu :
1. Variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan
keragaman fungsi bahasa itu
2. Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam
kegiatan masyarakat yang beraneka raga.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak
baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di
pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Bahasa Indonesia memiliki banyak sekali ragamnya, hal ini dikarenakan bahasa
Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, antara
lain :
1. Ragam bahasa berdasarkan waktu penggunaan
a. Ragam bahasa Indonesia lama
Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai
dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri ragam bahasa Indonesia lama masih
dipengaruhi oleh bahasa Melayu . Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa
Indonesia. Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia :
1) Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,
2) Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa,
3) Keikhlasan suku daerah lain ,dan
4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan
b. Ragam bahasa Indonesia baru
Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak dicetuskannya Sumpah
Pemuda pada 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini melalui pertumbuhan dan
perkembangan bahasa yang beriringan dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia.
2. Ragam bahasa berdasarkan pokok pembicaraannya / bidang
a. Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa yang digunakan pada undang-undang yang berlaku untuk hukum
Indonesia.
b. Ragam bahasa jurnalistik
Ragam bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita, disebut juga bahasa
komunikasi massa yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa.
Ciri utama dari ragam bahasa jurnalistik adalah komunikatif dan spesifik.
c. Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa yang harus memenuhi syarat diantaranya benar (menurut kaidah
bahasa Indonesia baku), logis, cermat , dan sistematis.
Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah :
1) Bahasa Indonesia ragam baku
2) Pengunaan kalimat efektif
3) Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda
4) Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan
istilah yang bermakna kias
5) Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan
6) Adanya keselarasan dan keruntutan antar proposisi dan antar alinea
d. Ragam bahasa sastra
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan
kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata
bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar
tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
e. Ragam bahasa bidang-bidang tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi,
komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi. Contoh : diagnosis, USG dipakai dalam
bidang kedokteran
3. Ragam bahasa berdasarkan media pembicaraan
a. Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan oleh pemakai bahasa. Dalam
ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa
lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka,
gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
1) Memerlukan kehadiran orang lain
2) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
3) Terikat ruang dan waktu
4) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
Ragam bahasa lisan meliputi :
1) Ragam bahasa cakapan
Ragam bahasa yang digunakan saat berbicara dengan teman, berbicara dengan orang
lain yang lebih muda atau berbicara tidak resmi.
2) Ragam bahasa pidato
Ragam bahasa yang digunakan untuk berpidato.
3) Ragam bahasa kuliah
Ragam bahasa yang digunakan saat perkuliahan, misalnya saat mahasiswa berbicara
dengan dosen.
4) Ragam bahasa panggung
Ragam bahasa yang digunakaan saat pentas untuk menghibur orang lain.
Kelebihan :
1) Lebih jelas karena pembicara menggunakan tekanan dan gerak anggota badan, sehingga
pendengar lebih mudah mengerti
2) Pembicara dapat langsung melihat ekspresi pendengar
3) Lebih bebas dalam mengungkapkan sesuatu
Kelemahan :
1) Pembicara sering mengulangi kalimat yang telah diucapkan
2) Pendengar belum tentu mendengar jelas apa yang dikatakan pembicara
3) Tidak semua orang bisa menyampaikan sesuatu dengan baik secara lisan
Contoh : pidato, presentasi
b. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara
penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam
ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk
kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
3) Tidak terikat ruang dan waktu;
4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Ragam bahasa tulis meliputi :
1) Ragam bahasa teknis
Ragam bahasa yang memperhatikan teknis atau cara penulisan.
2) Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa menggunakan bahasa yang resmi.
3) Ragam bahasa catatan
Ragam bahasa yang singkat untuk mengingatkan sesuatu.
4) Ragam bahasa surat
Ragam bahasa untuk menyampaikan suatu informasi.
Kelebihan :
1) Informasi yang disajikan dapat dikemas di dalam media cetak
2) Dapat menambah kosa kata
Kelemahan :
1) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
2) Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya
bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
Contoh : buku-buku pelajaran, majalah, koran, dll.
4. Ragam bahasa berdasarkan situasi
a. Ragam bahasa resmi
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
2) Menggunakan imbuhan secara lengkap ;
3) Menggunakan kata ganti resmi ;
4) Menggunakan kata baku ;
5) Menggunakan EYD ;
6) Menghindari unsur kedaerahan .
b. Ragam bahasa tidak resmi
Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam
bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal .
c. Ragam bahasa akrab
Penggunaan kalimat-kalimat pendek merupakan ciri ragam bahasa akrab. Kalimat-
kalimat pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa nonverbal seperti
anggukan kepala , gerakan kaki dan tangan tangan,atau ekspresi wajah.
d. Ragam bahasa konsultasi
Ketika kita mengunjunggi seorang dokter, ragam bahasa yang kita gunakan adalah
ragam bahasa resmi. Namun, dengan berjalannya waktu terjadi alih kode. Bukan bahasa
resmi yang digunakan, melainkan bahasa santai. Itulah ragam bahasa konsultasi.
5. Ragam bahasa berdasarkan penutur
a. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
BahasaIndonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan
bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-
masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda.
b. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal
dari bahasa asing, misalnyafitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang
tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm,
pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa,
misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata
dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika
lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi,
akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis
juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara
penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi
atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan
makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
PENGGUNAAN BAHASA
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan
ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia
(seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, istilah, dan tata bahasa).
RAGAM BAHASA
Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda
dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa
berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk
variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi di tingkat leksikon, seperti slangdan argot, sering
dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya
kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri.
1. RAGAM BAHASA LISAN
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan
fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa,
kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi
rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
1. Memerlukan kehadiran orang lain
2. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
3. Terikat ruang dan waktu
4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Adapun kelebihan ragam bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
1. Dapat disesuaikan dengan situasi.
2. Faktor efisiensi.
3. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain
berupa tekan dan gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang
dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
4. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar
terhadap apa yang dibicarakannya.
5. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas
pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
6. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan
penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.
Sedangkan kelemahan ragam bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
1. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan
terdapat frase-frase sederhana.
2. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan secara baik.
4. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan
ragam tidak formal.
Contoh Ragam bahasa lisan
1. Putri bilang kita harus pulang
2. Ayah lagi baca koran
3. Saya tinggal di Bogor
2. RAGAM BAHASA TULIS
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara
penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam
ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk
kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Cirri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut:
1. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
3. Tidak terikat ruang dan waktu
4. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Sama halnya dengan ragam bahasa lisan, ragam bahasa tulis juga memiliki kelemmahan
dan kelebihan. Adapun kelebihan dari ragam bahasa tulis diantaranya:
1. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang
menarik dan menyenangkan.
2. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Sedangkan kelemahan dari ragam bahasa tulis siantaranya sebagai berikut:
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu
dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh Ragam bahasa tulis
1. Putri mengatakan bahwa kita harus pulang
2. Ayah sedang membaca koran
3. Saya bertempat tinggal di Bogor
Ragam Bahasa Fungsional
Ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan
tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan
penggunaannya.
1. Ragam Bahasa Bisnis
Ragam bahasa bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis, yang biasa
digunakan oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya.
Ciri-ciri ragam bahasa bisnis :
a. Menggunakan bahasa yang komunikatif
b. Bahasanya cenderung resmi
c. Terikat ruang dan waktu
d. Membutuhkan adanyaorang lain
2. Ragam Bahasa Hukum
Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas
dalam dunia hokum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh
karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah
bahasa Indonesia.
Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
a. Mempunyai gaya bahasa yang khusus
b. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
c. Objektif dan menekan prasangka pribadi
d. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki
untuk menghindari kesimpangsiuran
e. Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensadsi
3. Ragam Bahasa Sastra
Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak
efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi
sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
Ciri-ciri ragam bahasa sastra :
a. Menggunakan kalimat yang tidak efektif
b. Menggunakan kata-kata yang tidak baku
c. Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi
CIRI-CIRI RAGAM BAHASA BERDASARKAN SITUASI
(VARIASI REGIONAL, VARIASI SOSIAL, DAN STUDI VARIASI)
Variasi bahasa dipandang sebagai suatu fenomena kebahasaan yang memiliki dua
sisi. Dari sisi internal, variasi dianggap sebagai suatu varian yang tidak memberi
pengaruh. Sementara dari sisi lainnya yaitu sudut sosiolinguistik, variasi ”dicurigai”
karena mengandung makna tertentu.
Pada tulisan ini akan dijelaskan tentang variasi bahasa yang mencakup regional dan
variasi sosial. Selain itu dijelaskan beberapa studi tentang variasi bahasa.
B. Variasi Bahasa
Variasi bahasa merupakan pokok bahasan dalam studi sosiolinguistik, sehingga
Kridalaksana (1974, dalam Chaer dan Agustina 2004:61) mendefinisikan sosiolinguistik
sebagai cabang linguistik yang menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan
korelasi ciri-ciri bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.
1. Jenis Variasi Bahasa
Wardhough (1990:127) membedakan variasi bahasa menjadi variasi regional dan variasi
sosial. Kedua variasi bahasa tersebut akan dijelaskan berikut ini.
1. Variasi Regional
Di masa lampau ketika teknologi komunikasi dan perkembangan media masa belum
semaju sekarang, orang dapat menyaksikan betapa gunung dan sungai memisahkan
kelompok-kelompok manusia yang menyebabkan munculnya perubahan-perubahan
bahasa. Misalnya di Inggris pada pengucapan kata-kata bahasa Inggris oleh orang-orang
London, Manchester, dan Hyde. Kata ’brush’ orang London mengucap [brLs], orang
Manchester mengucapkan [bras], dan orang Hyde mengucapkan [brais]. Di Indonesia
misalnya kata cengkeh, orang Batak Karo menyebut singke, orang Minangkabau
menyebut cangkeh, orang Lampung menyebut cangkih, orang Madura menyebut cengke,
dan orang Flores menyebut singke (Wijayakusuma, 1996:35)
Contoh-contoh di atas membuktikan bahwa karena rintangan geografis seperti gunung
dan sungai, bahasa yang tadinya merupakan satu alat komunikasi bersama yang seragam
antar kelompok mengalami perubahan sebagai akibat dari perpindahan kelompok-
kelompok manusia itu dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain. variasi bahasa yang
disebabkan oleh faktor-faktor geografis ini menciptakan bahasa baru yang mungkin
masih dipahami oleh semua kelompok penuturnya, namun telah mengalami berbagai
perubahan. Bahasa baru ini disebut dialek.
b. Variasi Sosial
Kehidupan sosial dalam masyarakat sangat mempengaruhi tingkah laku berbahasa.
Kedudukan sosial atau kelas sosial mengacu kepada golongan masyarakat yang
mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan,
pendidikan, kedudukan, kasta dan sebagainya.
Seorang individu mungkin mempunyai status sosial yang lebih dari satu. Misalnya si A
adalah seorang guru yang suaminya seorang pejabat. Jika dia seorang guru PNS, dia
masuk ke dalam kelas pegawai negeri dan juga masuk ke dalam kelas istri pejabat. Ketika
dia berkomunikasi dengan sesama PNS, bahasa yang digunakannya akan berbeda ketika
dia berkomunikasi dengan teman-temannya sesama istri pejabat. Variasi ini
menyebabkan munculnya ragam-ragam khusus yang lazim dituturkan oleh masing-
masing kelompok tersebut yang dinamakan sosiolek.
Dalam pengkajian sosiolek ditemukan beberapa istilah yang menunjukkan adanya variasi
tertentu yang menghasilkan ragam-ragam bahasa tertentu pula. Istilah yang terkait
dengan sosiolek adalah (1) akrolek, (2) basilek, (3) vulgar, (4) slang, (5) kolokial, (6)
jargon, (7) argot, dan (8) ken (Nursaid dan Maksan, 2002:177).
Akrolek adalah ragam bahasa sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi
daripada ragam sosial lainnya. Basilek adalah ragam bahasa sosial yang dianggap sebagai
ragam yang kurang bergengsi atau dipandang rendah. Vulgar adalah variasi sosial yang
digunakan oleh kelompok yang kurang terpelajar atau kurang
berpendidikan. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Slang
bersifat temporal karena slang pada suatu saat yang akan dilupakan dan muncul slang lain
yang lebih baru. Pemakai slang kebanyakan adalah golongan remaja. Kolokial adalah
variasi bahasa yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Ragam kolokial tidak
digunakan dalam bahasa tulis. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara
terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Ungkapan dalam bahasa jargon kurang dipahami
oleh kelompok luar namun tidak bersifat rahasia. Umpamanya bidang kedokteran, politik
dan ekonomi. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi
tertentu dan bersifat rahasia. Contoh argot dalam masyarakat Indonesia adalah bahasa
kaum atau kelompok waria. Ken adalah variasi sosial tertentu yang bernama memelas,
dibuat-buat, merengek-rengek, dan penuh kepura-puraan, biasanya digunakan oleh para
pengemis.
1. Studi Variasi Bahasa
Contoh penelitian variasi bahasa adalah penelitian yang dilakukan oleh Lili Suryani
(2001) yang berjudul Register Bahasa Waria di Kota Padang (Suatu Tinjauan
Deskriptif). Berdasarkan penelitiannya, Lili Suryani menyimpulkan bahwa bentuk
register yang dipakai di kalangan waria adalah (1) mempunyai bentuk kosakata yang khas
(berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa asing), (2) dalam bentuk kata, terjadi pada
suku kata terakhir dengan cara memutarbalikkan susunan suku kata, dan ada yang
ditambah dengan fonem tertentu, dihilangkan fonemnya, atau kombinasi keduanya, dan
(3) makna kosakata mengalami dua perubahan, yaitu perubahan makna kata tersebut
tidak berubah dari makna dasarnya, dan jenis perubahan makna terjadi karena terdapat
nilai rasa penghalusan.
Penutup
Perbedaan geografis dan status sosial menyebabkan munculnya variasi bahasa. Kondisi
greografis yang memisahkan kelompok masyarakat menyebabkan perubahan bahasa yang
digunakan yang disebut dialek. Status atau kelas sosial yang berbeda juga menghasilkan
perbedaan bahasa yang disebut sosialek.
Penelitian tentang sosiolinguistik khususnya variasi bahasa adalah salah satu penelitian
yang sangat menarik untuk diteliti. Walaupun telah banyak dilakukan penelitian baik di
dalam maupun di luar negeri tidak tertutup kemungkinan untuk dilakukan penelitian
selanjutnya