i
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA
PENGEMBANGAN STRATEGI BERORIENTASI PASAR DAN
PENINGKATAN DAYA SAING UKM DALAM MENGHADAPI AEC
DI KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN KE-1 DARI RENCANA 1 TAHUN
KETUA/ANGGOTA TIM
Rahadyan Tajuddien, SE., M.M. 0429128803 (Ketua)
Arief Budi Santoso, S.S., M.M. 0429129201 (Anggota)
Dibiayai oleh:
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan kontrak penelitian
Nomor: 117/A5/SPKP/LPPM/UNPAM/III/2018
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
SEPTEMBER 2018
iii
RINGKASAN
PENGEMBANGAN STRATEGI BERORIENTASI PASAR
DAN PENINGKATAN DAYA SAING UKM DALAM MENGHADAPI AEC
DI KOTA TANGERANG SELATAN
Rahadyan Tajuddien
Manajemen, Fakultas Ekonomi,Universitas Pamulang
Arief Budi Santoso
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang
Abstrak
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang cukup besar
dalam pembangunan ekonomi nasional, hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat kontribusi
sektor UKM meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen. Tak hanya itu,
sektor UKM juga telah membantu penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.
Serapan tenaga kerja pada sektor UKM tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22
persen dalam periode lima tahun terakhir. (CNN Indonesia, 2016) Namun ditengah
berjalannya ASEAN Economic Community (AEC) mayoritas UKM di kota
Tangerang Selatan berada pada kondisi yang tidak ideal, dimana UKM sebagian
besar tidak mengalami perkembangan yang signifikan atau tidak jauh berbeda
kondisinya ketika awal didirikan bahkan tidak sedikit yang gulung tikar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dengan
mengambil kasus pada UKM-UKM di Kota Tangerang Selatan. Metode survey
adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan
yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu,
atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi
yang dibutuhkan (Moehar Daniel, 2002). Sampel dipilih secara acak (simple
random sampling) terhadap beberapa UKM di di Kota Tangerang Selatan. Data
diolah dan dianalisis dalam bentuk matriks strategi kekuatan dan kelemahan
(SWOT) berdasarkan data secara riil yang dimiliki oleh para pemilik UKM di Kota
Tangerang Selatan.
Strategi pengembangan terhadap pasar perlu menyesuaikan dengan kondisi
pasar saat ini di era digital, untuk itu melalui program pemerintah diharapkan
digitalisasi untuk UKM dapat terlaksana sesuai rencana strategis Dinas Koperasi
dan UKM Tangerang Selatan. Disamping hal tersebut, diversifikasi produk masih
menjadi indikator berkembangnya produk-produk kreatif dari berbagai kategori
UKM di Tangerang.
Kata Kunci : Usaha Kecil Dan Menengah (UKM), Strategi Berorientasi Pasar,
Peningkatan Daya Saing, ASEAN Economic Community (AEC)
iv
MARKET ORIENTED STRATEGY DEVELOPMENT
AND IMPROVING SME COMPETITIVENESS IN FACING AEC
IN TANGERANG SELATAN CITY
Rahadyan Tajuddien
Manajemen, Fakultas Ekonomi,Universitas Pamulang
Arief Budi Santoso
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang
Abstract
Small and Medium Enterprises (SME) have a significant role in
national economic development, this is evident from its contribution to
Indonesia's Gross Domestic Product (GDP) which continues to increase every
year. The Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises
(SME) noted the contribution of the SME sector increased from 57.84 percent
to 60.34 percent. Not only that, the SME sector has also helped absorb
employment in the country. Workforce absorption in the SME sector grew
from 96.99 percent to 97.22 percent in the last five years. (CNN Indonesia,
2016) However, in the midst of the ASEAN Economic Community (AEC)
the majority of SME in the city of South Tangerang are in an ideal condition,
where most SMEs do not experience significant development or are not much
different when the initial establishment was not even a insolven.
The method used in this study is a survey method, taking cases in SME
in the City of South Tangerang. The survey method is a critical observation
or inquiry to obtain information that is good for a particular problem in a
particular area or location, or an extensive study that is patterned to obtain the
information needed (Moehar Daniel, 2002). Samples were chosen randomly
(simple random sampling) of several SMEs in South Tangerang City. Data is
processed and analyzed in the form of strength and weakness strategy
(SWOT) matrix based on real data owned by SME owners in South
Tangerang City.
The development strategy for the market needs to adjust to the current
market conditions in the digital era, for that through the government program
it is expected that digitalization for SMEs can be carried out according to the
strategic plan of the South Tangerang Cooperatives and SMEs Office.
Besides this, product diversification is still an indicator of the development
of creative products from various categories of SMEs in Tangerang.
Keywords: Small and Medium Enterprises (SMEs), Market Oriented
Strategies, Increased Competitiveness, ASEAN Economic Community
(AEC)
v
PRAKATA
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha
Penyayang. Tanpa karunia-Nya, mustahillah laporan penelitian ini terselesaikan
tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir. Penulis
benar-benar merasa tertantang untuk mewujudkan laporan penelitian ini sebagai
bagian kecil peran penulis dalam mengembangkan khasanah keilmuan dan
pengembangan perekonomian masyarakat. Penelitian ini disusun atas dasar
kegundahan penulis terhadap ketidakmaksimalannya peran koperasi dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat. Sangatlah miris, dimana banyak koperasi
yang hanya difungsikan tempat pengepul uang. Sehingga diharapkan hasil
penelitian ini mampu untuk dijadikan referensi pilihan di dalam mengembangkan
ekonomi masyarakat. Terselesaikannya penyusunan laporan penelitian ini juga
tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi karena
telah memberikan dana penelitian ini. Dengan kepercayaan tersebut, penulis
berkeyakinan bahwa itu dapat mendukung penulis dalam upaya meningkatkan
kualitas penelitian dan mampu mengembangkan ke arah penelitian yang lebih baik
lagi. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Universitas
Pamulang dan juga Lembaga Penelitian dan Pengmbangan Masyarakat (LPPM)
Universitas Pamulang yang telah secara berkala membimbing penulis di dalam
merencanakan, mempersiapkan, hingga melaporkan hasil penelitian ini. Semua
bentuk kemudahan yang telah diberikan benar-benar bermanfaat bagi penulis untuk
belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, penulis juga perlu untuk
menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada beberapa sampel UKM di
Kota Tangerang Selatan yang telah menyediakan sekelumit waktunya untuk
bersedia menjadi obyek penelitian. Tak lupa juga, penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan semua bantuan,
motivasi, dan saran-sarannya. Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan
kesalahan, penulis menyadari juga bahwa laporan ini masih mempunyai kelemahan
dan kekurangannya. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis
menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya atas kritik yang akan
diberikan. Akhir kata, penulis berharap agar laporan penelitian ini dapat membawa
manfaat kepada pembaca. Secara khusus, penulis berharap semoga penelitian ini
dapat menginspirasi koperasi-koperasi yang ada untuk dapat berkembang menjadi
lebih baik lagi.
Tangerang Selatan, 8 September 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ……………………………………......………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………......…………………… ii
RINGKASAN ………………………………............................................….................. iii
PRAKATA............. …………………………………………………….....………….......v
DAFTAR ISI …......…………………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL …......………………………………………………………………..ix
DAFTAR GAMBAR …......………………………………………………………….....x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …........……………………….………………... 1
1.2 Batasan Masalah ………………........………………….………………... 2
1.3 Perumusan Masalah …………………........…………….……………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Strategi ……………………………..........……………....... 4
2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi …………………….………...... 4
2.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategi.…………….......….…..……. 4
2.2 Orientasi Pasar…….……..…………………………………………....... 5
2.2.1 Manfaat Orientasi Pasar …………………………….………...... 6
2.2.2 Tuntutan Orientasi Pasar…………………………….………...... 7
2.3 Daya Saing …….……..…………………….………………………....... 7
2.3.1 Pengertian Daya Saing …..………………………….………...... 7
2.3.2 Dimensi Daya Saing…………...…………………….………...... 8
2.3.3 Identifikasi Pesaing.…………...…………………….………...... 9
vii
2.3.4 Strategi Peningkatan Daya Saing….……………….………........ 9
2.3.5 Strategi Pemasaran Bersaing…….……………….………......... 10
2.4 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)……………………..... 11
2.5 Analisis SWOT Matrik …….……..…………………….……………… 7
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian …………………………….…….......................……….... 14
3.2 Manfaat Penelitian .......………………………………….……………...14
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian …..………………………………………………............16
4.2 Subjek Penelitian …..……………………………………………….........16
4.3 Teknik Pengumpulan Data… ..…………………………………….….... 18
4.4 Teknik Analisis Data………....…………………………………….….... 19
4.5 Prosedur Penelitian………....…………………………………….…….. 19
BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 UKM Tangerang Selatan……....……………………………………….. 21
5.1.1 Gambaran UKM di wilayah Tangerang Selatan……………..…. 21
5.1.2 Pertumbuhan UMKM Tangerang Selatan………………………. 22
5.1.3 Sebaran Industri UMKM Tangerang Selatan ………………….. 25
5.2 Analisis SWOT untuk pengembangan strategi UKM ………....………. 26
5.2.1 Aspek Internal ………………………………...…………………26
5.2.2 Aspek Eksternal…………………………...………………..……29
5.2.3 Matrik Internal-Eksternal……...…………………………………31
5.2.4 Matriks SWOT…………………...………………..……………..33
5.3 Analisis Strategi dan Saya Saing ………....................................………..34
5.3.1 Strategi SO…. ………………………………...…………………34
viii
5.3.2 Strategi WO….……………………………...………...…………36
5.3.3 Strategi ST…. ………………………………...…………………36
5.3.3 Strategi WT…. ………………………………...……………..…37
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Rencana Penelitian Tahun Kedua ...........................................................38
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………39
DAFTAR PUSTAKA ……………..................................................................40
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
5.1 Hasil Tabulasi Pendataan Sensus 24
5.2 Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar 25
5.3 Faktor-Faktor Strategi Internal 27
5.4 Faktor-Faktor Strategi Eksternal 29
5.5 Matriks SWOT 32
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bentuk usaha yang saat ini
mengalami globalisasi dalam perekonomian Indonesia, UKM menjadi salah satu
faktor pendorong memajukan sektor perekonomian di Indonesia, hal ini dapat
terlihat pada peran UKM yang banyak membantu mengurangi pengangguran,
menekan angka kemiskinan, membantu menyuplai dana untuk Negara,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain sebagainya. Kontribusi sektor
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terhadap produk domestik bruto (PDB)
semakin menggeliat dalam lima tahun terakhir. Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (UKM) mencatat kontribusi sektor UKM meningkat dari 57,84
persen menjadi 60,34 persen. Tak hanya itu, sektor UKM juga telah membantu
penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Serapan tenaga kerja pada sektor UKM
tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen dalam periode lima tahun terakhir.
Dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap, sektor UKM mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat. Dengan demikian, UKM dianggap memiliki peran dalam
memerangi kemiskinan, dan pengangguran (CNN Indonesia, 2016).
Kesepakatan ASEAN Economic Community (AEC) sudah berlaku pada
tahun 2015 oleh karena itu daya saing UKM di Indonesia menjadi poin penting
yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community
(AEC). Keadaan tersebut karena UKM selama ini menjadi tulang punggung yang
banyak membantu penyerapan tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan
kemiskinan serta meningkatkan pendapatan Negara. Pengembangan UKM melalui
pengembangan strategi orientasi pasar dan peningkatan daya saing UKM
mengingat usaha kecil dan menengah pada umumnya tumbuh dari masyarakat
secara langsung. Upaya pengembangan UKM untuk peningkatkan daya saing perlu
terus ditumbuh kembangkan agar UKM betul - betul mampu berkiprah lebih besar
lagi dalam perekonomian nasional.
2
Namun menurut hasil survey sementara peneliti saat berjalannya ASEAN
Economic Community (AEC) mayoritas UKM di Tangerang Selatan berada pada
kondisi yang tidak ideal, dimana UKM sebagian besar tidak mengalami
perkembangan yang signifikan atau tidak jauh berbeda kondisinya ketika awal
didirikan bahkan tidak sedikit yang gulung tikar. Hanya sedikit saja UKM yang
mampu berkembang, bertahan dan menjadi usaha besar. Hal itu disebabkan strategi
orientasi pasar UKM belum dikembangkan maksimal dan kurangnya daya saing
UKM di Kota Tangerang Selatan sehingga masih memiliki kelemahan dan kendala.
Pentingnya permasalahan tersebut maka tujuan dari penelitian ini agar UKM
mampu berkembang, bertahan dan menjadi usaha besar dengan cara pengembangan
strategi orientasi pasar dan peningkatkan daya saing UKM.
1.2 Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak melebar terlalu jauh, maka peneliti melakukan
pembatasan masalah, agar penelitian fokus dan hasil penelitiannya sesuai dengan
apa yang diharapkan peneliti. Berikut beberapa fokus permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini:
1. Strategi berorientasi pasar yang digunakan UKM di Kota Tangerang Selatan
dalam menghadapi AEC.
2. Daya saing UKM di Kota Tangerang Selatan dalam menghadapi AEC.
3. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Hambatan UKM di Kota Tangerang Selatan
dalam menghadapi AEC
1.3 Perumusan Masalah
Masalah yang dihadapi oleh UKM di Kota Tangerang Selatan adalah saat
berjalannya AEC sebagian besar UKM tidak mengalami perkembangan yang
signifikan atau tidak jauh berbeda kondisinya ketika awal didirikan bahkan tidak
sedikit yang gulung tikar. Oleh itu dibutuhkan strategi yang tepat untuk menghadapi
AEC.
3
Berdasarkan perumusan masalah penelitian di atas maka dapat ditarik
beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana penerapan strategi berorientasi pasar dan peningkatan daya saing
yang telah dilakukan UKM di Kota Tangerang Selatan dalam menghadapi
AEC?
2. Bagaimana Pengembangan strategi berorientasi pasar dan peningkatan daya
saing yang memungkinkan untuk diterapkan dan meningkatkan omset
penjualan UKM di Kota Tangerang Selatan dalam meghadapi AEC ?
3. Bagaimana Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Hambatan yang secara riil
dimiliki oleh para pemilik UKM di Kota Tangerang Selatan dalam meghadapi
AEC?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Strategi
2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi
Manajemen Strategi adalah “Suatu proses yang senantiasa
berkesinambungan dan terus berulang-ulang yang diarahkan kepada pemeliharaan
suatu organisasi sebagai salah satu kesatuan yang serasi dan seirama dengan
lingkungannya demi tercapainya suatu keunggulan bersaing yang berkelanjutan.”
2.1.2 Tahap-tahap Manajemen Strategi
1) Analisis Lingkungan
Keberhasilan strategi pemasaran banyak ditentukan oleh kepekaan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan usaha, baik lingkungan internal maupun
eksternal perusahaan. Untuk itu analisis internal dan eksternal ini menjadi
penting karena akan diketahui faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan. Dengan
mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal, maka manajemen dapat
memberikan aksi dan reaksi yang sesuai dan proporsional untuk menciptakan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan.
2) Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi
Setelah menganalisa lingkungan eksternal dan internal, diharapkan kita sudah
memiliki gambaran tentang posisi perusahan dalam persaingan. Kita mampu
mendefinisikan keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi.
Berdasarkan informasi ini selanjutnya ditentukan dan ditetapkan kearah mana
perusahan akan diarahkan. Biasanya ada dua indikator utama yang digunakan
untuk menentukan arah organisasi. Pertama adalah misinya berfungsi sebagai
Raison d’Etre, menjelaskan mengapa organisasi tersebut ada, selanjutnya adalah
tujuan yang merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi. Selain itu di
dalam tahap ini juga akan dicoba diawali dengan strategi arsitektur dan didorong
oleh strategi interen.
5
3) Formulasi Strategi
Formulasi Strategi merupakan suatu proses manajemen strategi untuk mencapai
tujuan perusahaan. Proses tersebut diawali dari penyusunan pernyataan misi
perusahaan selanjutnya adalah menentukan tujuan jangka panjang, dan tahapan
terakhir adalah menentukan strategi yang dipilih di antara alternatif strategi yang
tersedia (David, 1997). Adapun strategi yang dipilih oleh perusahaan, maka ada
hal-hal yang harus dilakukan oleh perusahaan demi keberhasilan strategi
tersebut.
4) Implementasi Strategi
Tahap ini melibatkan strategi yang muncul dalam tahap sebelumnya. Kemudian
strategi tersebut dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan. Agar
penerapkan strategi organisasi sukses, manajer harus memiliki gagasan yang
jelas tentang isu-isu yang berbeda dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam
tahap ini masalah struktur organisasi, budaya perusahaan dan pola
kepemimpinan akan dibahas secara lebih mendalam.
5) Pengendalian Strategi
Pengendalian strategi adalah suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi
yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian manajemn strategi dengan
maksud untuk memperbaiki dan memastikan bahwa system tersebut berfungsi
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu maka strategi pemasaran sifatnya
berkesinambungan.
2.2 Orientasi Pasar
Menurut Naver dan Slater (1990) orientasi pasar merupakan budaya bisnis
yang mampu menciptakan perilaku karyawan sehingga menunjang upaya
penciptaan nilai superior bagi para pelanggan. Menurut Lukas & Ferrell dalam
Bagas Prakosa (2005:40), bahwa orientasi pasarmerupakan suatu proses dari
Menghasilkan dan memberikan informasi untuk tujuan menciptakan superior value
bagi konsumen. Berdasarkan skala MKTOR yang diungkapkan oleh Narver dan
Slater (1990) terdapat tiga dimensi utama orientasi pasar yakni:
6
1. Orientasi pelanggan
Perusahaan yang yang berorientasi pada kepuasan pelanggan umumnya
menggambarkan sebuah perilaku yang lebih responsive terhadap
pelanggannya dengan member pelayanan purna jual, respon yang cepat
terhadap keluhan pelanggan dan komitmen terhadap janji perusahaan
kepada pelanggannya (Narver dan Slater, 1994) Hasil penelitian Lukas dan
farrel (2000) mengindikasikan bahwa penekanan yang lebih besar pada
orientasi pelanggan sesungguhnya meningkatkan pengenalan produk baru
kepada pasar.
2. Orientasi pesaing
Orientasi pesaing berarti pemahaman yang dimiliki penjual dalam
memahami kekuatan jangka pendek, kelemahan - kelemahan, kapabilitas
dan strategi jangka panjang baik dari pesaing utamanya saat ini maupun
pesaing potensial utama. Perusahaan yang berorientasi pada pesaing
senantiasa akan menggunakan sebagian besar waktunya untuk melacak
penggunaan strategi dan pangsa pasar pesaing serta berusaha menemukan
berbagai strategi untuk melawannya (zhou,et al, 2005)
3. Koordinator antar fungsi (inter functional coordination).
Inovasi dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan untuk dapat bertahan
ditengah globalisasi zaman.inovasi sebagai penciptaan dan adopsi ide baru,
proses, produk, atau jasa yang ditujukan untuk meningkatkan nilai kepada
pelanggan dan berkontribusi terhadap kinerj a atau efektivitas perusahaan
(Johnson et al, 2009:87).
2.2.1 Manfaat Orientasi Pasar
Menurut Ali Hasan (2009; 19), suatu usaha atau bisnis yang berorientasi
pasar memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai berikut:
1). Dapat membantu perusahaan dalam memproduksi produk atau jasa yang sesuai
dengan yang dipersepsikan oleh pelanggan.
2). Membantu memproduksi secara lebih efisien dibandingkan para pesaing.
3). Dapat menjelaskan perbedaan - perbadaan kinerja yang dicapai oleh perusahaan.
7
4). Dapat mengarahkan perusahaan pada competitive advantage yang dapat
ditahan melalui aktivitas-aktivitas internal, seperti : Investasi ulang,
Ambiguitas kasual (lebih mampu mengenal kemampuan diri dengan lebih
baik)
5) Melakukan adaptasi orientasi pasar (adaptation of more market oriented)
aktivitas-aktivitas eksternal, seperti : Adaptasi dengan perubahan, Amniguitas
eskternal, Intangibility, Kecepatan mobilitas, Kompleksitas social, Efisiensi
missal, dan peningkatan efektinitas sejalan dengan waktu serta pengetahuan
prosedural.
2.2.2 Tuntutan Orientasi Pasar
Ali Hasan (2009 : 1 2) menjelaskan bahwa orientasi pasar adalah focus
perencanaan strategis sebuzih unit bisnis yang hams memenuhi beberapa tuntutan
yaitu sebagai berikut:
1). Semua fungsi yang ada dalam perusahaan mempu menyerap semua informasi
penting yang mempengaruhi pembelian.
2). Keputusan pembuatan strategi dilakukan secara interfungsional dan
interdivisional.
3). Divisi dan fungsi melakukan koordinasi yang baik dan memiliki sense of
Commitment dalam melaksanakan kegiatan pemasaran.
2.3. Daya Saing
2.3.1 Pengertian Daya Saing
Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena
tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan, dan tidak unggul
berarti tidak ada alasan bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar
persaingan untuk jangka panjang. Daya saing berhubungan dengan bagaimana
efektivitas suatu organisasi di pasar persaingan, dibandingkan dengan organisasi
lainnya yang menawarkan produk atau jasa-jasa yang sama atau sejenis.
Perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan produk atau jasa yang
berkualitas baik adalah perusahaan yang efektif dalam arti akan mampu bersaing.
Porter (1995:5) mengatakan : “ competition is at the core of the success or failure
of firms. Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan perusahaan.
8
Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan, yaitu sisi kesuksesan karena
mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih dinamis dan bersaing dalam
menghasilkan produk serta memberikan layanan terbaik bagi pasarnya, sehingga
persaingan dianggapnya sebagai peluang yang memotivasi. Sedangkan sisi lainnya
adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan-perusahaan yang bersifat
statis, takut akan persaingan dan tidak mampu menghasilkan produk-produk yang
berkualitas, sehingga persaingan merupakan ancaman bagi perusahaannya.
Menurut Muhardi (2007:39) Daya saing operasi merupakan fungsi operasi yang
tidak saja berorientasi ke dalam (internal) tetapi juga keluar (eksternal), yakni
merespon pasar sasaran usahanya dengan proaktif
2.3.2 Dimensi Daya Saing
Dimensi daya saing suatu perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh
Muhardi (2007:40) dengan mengutip Ward et all (1998:1036-1037) adalah terdiri
dari biaya (cost), kualitas (quality), waktu penyampaian (delivery), dan fleksibilitas
(flexibility). Keempat dimensi tersebut lebih lanjut diterangkan oleh Muhardi
(2007:41) lengkap dengan indikatornya sebagai berikut :
a. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator yaitu
biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan
persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya merupakan modal yang
mutlak dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan produksinya,
produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi perusahaan dan
adanya cadangan produksi (persediaan) yang sewaktu-waktu dapat
dipergunakan oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan
tersebut.
b. Kualitas seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi adalah merupakan dimensi
daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator
diantaranya tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan
produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen, dan kesesuaian produk
terhadap spesifikasi desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain produk
atau layanannya, tampilan produk yang baik adalah yang memiliki desain
sederhana namun mempunyai nilai yang tinggi. Jangka waktu penerimaan
9
produk dimaksudkan dengan lamanya umur produk dapat diterima oleh pasar,
semakin lama umur produk di pasar menunjukkan kualitas produk tersebut
semakin baik. Adapun daya tahan produk dapat diukur dari umur ekonomis
penggunaan produk .
c. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai
indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu
produksi, dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga indikator tersebut
berkaitan, ketepatan waktu penyampaian produk dapat dipengaruhi oleh
ketepatan waktu produksi dan lamanya waktu tunggu produksi.
d. Adapun fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi
berbagai indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan
menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.
2.3.3 Identifikasi Pesaing
Ada 4 (empat) tingkat persaingan, berdasarkan tingkat subtitusi produk
menurut Kotler (2001:290) , yaitu:
a. Persaingan Merek, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya
adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan atau jasa serupa pada
pelanggan yang sama dengan harga yang sama.
b. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas produk
yang sama.
c. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang
memberikan jasa yang sama.
d. Persaingan Generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan rupiah
konsumen yang sama.
2.3.4 Strategi peningkatan daya saing
Dalam usaha untuk memperoleh keunggulan bersaing menurut Kotler
(2001:295) yaitu dengan membangun hubungan pelanggan yang didasarkan pada :
10
a. Nilai pelanggan Nilai bagi pelanggan merupakan perbedaan antara nilai total bagi
pelanggan dan biaya total pelanggan terhadap penawaran pemasaran (‘laba’ bagi
pelanggan).
b. Kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja yang
diberikan oleh sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja
produk kurang dari yang diharapkan, maka pembelinya tidak puas. Kepuasan
pelanggan terhadap pembelian tergantung pada kinerja nyata sebuah produk,
relatif terhadap harapan pembeli.
2.3.5 Strategi Pemasaran Bersaing
Menurut Kotler (2001:319) ada lima strategi pemasaran bersaing yang luas
yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu :
1. Strategi bersaing dasar Michael porter (1980: 61-78) menyebutkan empat
strategi kedudukan bersaing dasar, mencakup:
a. Kepemimpinan biaya keseluruhan : perusahaan bekerja keras untuk
mencapai biaya produksi dan distribusi terendah sehingga perusahaan itu
dapat membuat harga lebih rendah daripada pesaing dan memenangkan
pangsa pasar.
b. Pembedaan (differensiasi) : perusahaan berusaha berkonsentrasi untuk
menciptakan lini produk dan program pemasaran yang sangat berbeda,
sehingga perusahaan ini dapat menjadi pemimpin kelas dalam industry
yang bersangkutan.
c. Fokus : perusahaan berusaha berfokus pada upayanya dalam melayani
beberapa segmen pasar secara lebih baik dan bukan memburu seluruh
pasar.
2. Strategi pemimpin pasar Strategi pemimpin pasar adalah strategi dimana
perusahaan dalam suatu industri dengan pangsa pasar terbesar, perusahaan
ini biasanya memimpin perusahaan lain dalam perubahan harga, pengenalan
produk baru, cakupan penyaluran, dan pengeluaran promosi.
3. Strategi penantang pasar Strategi penantang pasar adalah strategi dimana
perusahaan peringkat kedua dalam suatu industri yang sedang berjuang
keras untuk meningkatkan pangsa pasarnya.
11
4. Strategi pengikut pasar Strategi pengikut pasar adalah strategi dimana
perusahaan peringkat kedua dalam suatu industri yang ingin
mempertahankan pangsa pasarnya tanpa menggangu keseimbangan.
5. Strategi perelung pasar Strategi perelung pasar adalah strategi perusahaan
dalam suatu industri yang melayani segmen kecil yang dilupakan atau
diabaikan perusahaan lain.
2.4 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sebagaimana yang tecantum dalam
Undang-undang (UU) No. 9 tahun 1995, adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau yang memliki hasil penjualan tahunan paling banyak
1 milyar dan milik warga negara Indonesia. Masih dalam Undang-undang tersebut,
Usaha kecil menengah (UKM) terbagi ke dalam dua kriteria: Sektor industri,
memiliki total aset paling banyak Rp. 5 milyar, dan 2. Sektor non industry memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 milyar
Inpres No. 10 tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah usaha yang
memiliki kriteria–criteria berikut: memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200
juta sampai dengan paling banyak 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, milik warga Negara Indonesia. Berdiri sendiri dan bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. Berbentuk usaha orang
perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum dan badan usaha yang
berbadan hukum. Pengertian atau definisi UKM di atas merupakan definisi yang
dipergunakan dan Dikembangkan di Indonesia. Namun jika kita mencermati negara
lain, akan kita peroleh pemahaman bahwa UKM memiliki definisi yang berbeda.
Akan tetapi. Dalam definisi tersebut tetap mencakup dan membahas aspek
penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah
tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut (range of the
member of employes), misalnya usaha kecil di United Kingdom adalah suatu usaha
bila jumlah karyawannya antara 1-200 orang; di Jepang antara 1-300 orang; di USA
12
antara 1-500 orang. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
1997 kriteria industri kecil adalah industri dengan nilai investasi parusahaan
seluruhnya sampai 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, dan pemiliknya adalah warga Negara Indonesia. Berdasarkan keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1999, nilai investasi perusahaan industri
yang seluruhnya sampai dengan satu miliar rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, kewenangan pembinaannya berada pada direktorat
Jenderal Industeri kecil dan Dagang Kecil (Depperindag, 2000) Badan Pusat
Statistik (BPS) mengklasifikasikan Industri kecil Indonesia dalam tiga kategori
yaitu:
1. Industri yang berskala besar dengan jumlah pekerja paling sedikit 50
orang.
2. Industri yang berskala sedang dengan jumlah pekerja 20 sampai 49
orang.
3. Industri yang berskala kecil dengan jumlah pekerja 5 sampai 19 orang.
2.5 Analisis SWOT Matrik
Menurut Rangkuti (2006:19) Analisis SWOT adalah suatu analisis yang
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Bertujuan untuk menentukan usaha yang
realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh sebab itu lebih mudah tercapai
setiap perusahaan dapat mempergunakan teknik analisis SWOT. Menurut Griffin
(2004:229) Analisis SWOT adalah salah satu langkah yang paling penting dalam
memformulasikan strategi, dengan menggunakan misi organisasi sebagai konteks,
manajer mengukur kekuatan dan kelemahan internal demikian juga kesempatan
dan ancaman eksternal.
Berikut penjelasan dari SWOT menurut David (2005:47) yaitu :
1. Strength (kekuatan) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau
keunggulan-keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing
perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang
13
diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang
memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.
2. Weakness (kelemahan) Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan
dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif
menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa
fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan
keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan
perusahaan.
3. Opportunities (Peluang) Peluang adalah situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-
kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti
perubahan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan
dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi
perusahaan.
Threats (ancaman) Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah
yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan
perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan
oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan
Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan
Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara factor
eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Secara umum terdapat dua
metode pendekatan dalam analisis SWOT yaitu (1) pendekatan perencanaan
strategis dengan pemberian skor, dan (2) pendekatan analisis tanpa pemberian skor
(Djumara 2007:6).
14
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mengukur penerapan strategi berorientasi pasar dan peningkatan daya
saing yang telah dilakukan UKM di Kota Tangerang Selatan dalam
menghadapi AEC?
2. Memperkirakan Pengembangan strategi berorientasi pasar dan
peningkatan daya saing yang memungkinkan untuk diterapkan dan
meningkatkan omset penjualan UKM di Kota Tangerang Selatan dalam
meghadapi AEC ?
3. Mengukur Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Hambatan yang secara riil
dimiliki oleh para pemilik UKM di Kota Tangerang Selatan dalam
meghadapi AEC?
3.2 Manfaat Penelitian
Tujuan lain dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat
terhadap:
a. Bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan masukan
kepada pihak Pemerintah Kota Tangerang Selatan utntuk mengambil
kebijakan terkait dengan UKM dan kewirausahaan sehingga tercipta
efektivitas dalam membuat kebijakan untuk menghadapi meghadapi AEC.
b. Bagi Akademisi
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan, refrensi, masukan
dan perkembangan ilmu strategi berorientasi pasar dan peningkatan daya
saing UKM dalam menghadapi AEC.
15
c. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini di harapkan menambah wawasan dan memperluas
pengetahuan peneliti dalam pengembangan strategi berorientasi pasar dan
peningkatan daya saing UKM di suatu wilayah dalam meghadapi AEC .
d. Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
digunakan sebagai acuan dan dasar dalam penelitian selanjutnya yang
terkait dengan strategi peningkatan daya saing UKM dalam meghadapi
AEC.
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan metode penelitian survey yaitu suatu penelitian
yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan mengandalkan kuisioner
sebagai instrumen pengumpulan data. Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
Sedang sampel adalah bagian dari jumlah dan karkateristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono,2006:90).
Survey adalah metode riset dengan menggunakan observasi, kuesioner dan
wawancara sebagai instrument pengumpulan datanya. Tujuannya untuk
memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili
populasi tertentu. Secara umum metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif
dan eksplanatif (analitik). Dan penelitian ini termasuk dalam penelitian survey
eksplanatif (analitik) jenis survey ini digunakan bila periset ingin mengetahui
mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang memengaruhi terjadinya
sesuatu. Periset tidak sekedar mengambarkan fenomena itu terjadi tapi telah
mencoba menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya.
4.2 Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah UKM di kota Tangerang
Selatan, Prosedur pemilihan subjek penelitian dapat dijabarkan secara ringkas yaitu
dengan mendatangi UKM - UKM yang penjualannya menurun. Setelah itu, peneliti
melakukan tes untuk mengukur kemampuan daya saing UKM sebagai subjek
penelitian. Setelah dilakukan penilaian terhadap hasil tes kemampuan daya saing.
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan,
2005:54). Populasi merupakan keseluruhan anggota subjek penelitian yang
17
memiliki kesamaan karakteristik. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh UKM di kota Tangerang Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi. Menurut Sutrisno Hadi (2000
: 121) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah
penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Menurut Suharsimi Arikunto,
(2002 : 117) menyebutkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti. Dengan mempertimbangkan dana, waktu, tenaga, dan ketelitian dalam
menganalisis datanya, maka penelitian ini menggunakan sampel. Sebagaimana
disebutkan Suharsimi Arikunto (2002 : 120). Adapun teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling, dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Karena ukuran populasinya tidak diketahui maka dalam menentukan ukuran
sampel peneliti menentukan beberapa asumsi menurut Sugiarto (2003, p70) sebagai
berikut :
Rumus : n = Za2 .p.q
e2
n : Sampel
e : Besarnya toleransi / rentang interval (0,1)
p.q : Ukuran penyebaran populasi, jika p dan q tidak diketahui, maka
dapat
diganti dengan 0,25 sebagai perkalian antara 0,5 x 0,5
pendapat Umar (2001, p82).
Za2(0,05) : 1,96
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang
akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut :
1. Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir -
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis
Rumus : n = Za2 .p.q
e2
18
pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66)
Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya
dibuat secara berstruktur denan bentuk pertanyaan pilihan berganda
(multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question).
2. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian
bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian
yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil
(Riduwan, 2005:76). Selain melaksanakan observasi lapangan peneliti juga
akan menggunakan kuesioner sebagai panduan untuk memperoleh data
lapangan dan kesan maupun pesan dari responden. Sedangkan yang
dimakud dengan kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan
permintaan pengguna (Riduwan, 2005 : 71).
2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng, 2007: 186). Wawancara
dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian
sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Teknik wawancara
mendalam ini diperoleh langsung dari subyek penelitian melalui
serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan
pokok permasalahan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas
terpimpin yaitu cara mengajukan pertanyaan yang dikemukakan bebas,
artinya pertanyaan tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang
masalah-masalah pokok dalam penelitian kemudian dapat dikembangkan
sesuai dengan kondisi di lapangan (Sutrisno Hadi, 1994: 207).
19
4.4 Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data primer yang dilakukan
dengan cara memberikan angket kepada responden, dan yang menjadi responden
dalam kuesioner ini adalah pengusaha UKM di kota Tangerang Selatan dalam
menghadapi AEC.
2. Analisis SWOT
Adapun metode analisis yang akan dipakai oleh peneliti yaitu dengan
menggunakan metode SWOT Metode analisis SWOT yang terdiri dari Strengths,
Weakness, Opportunities, dan threaths. Adapun sistematika metode yang dipakai
dalam penelitian ini anatara lain :
Faktor – faktor yang mempengaruhi
1. Faktor Internal : Kekuatan (strenghts) Kelemahan (weakness)
2. Faktor Eksternal Peluang : (opportunities) Ancaman (theaths)
a. SO strategies : Ini merupakan situasi yang menguntungkan Perusahaan
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkandalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented stategy).
b. ST strategies: dalam situasi ini perusahaan menghadapi berbagai ancaman,
tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang denga cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
c. WO strategies: dalam situasi ini perusahaan menghadapi peluang pasar
yang besar, tetapi juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi pada situasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
d. WT strategies: ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, sehingga
perusahaan harus menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
20
4.5 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis maka
disusun tahapan-tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007: 127-148), ada empat
tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
Peneliti mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek
sebagai narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan
penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan
informasi tentang UKM di Tangerang Selatan. Peneliti juga menempuh
upaya konfirmasi ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi
pendukung penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan
rancangan penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang
digunakan dalam melakukan penelitian. Tahap pra lapangan dilakukan
peneliti selama bulan Juli-Agustus 2017.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam
rangka pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama bulan September-
Januari 2018.
3. Tahap analisis data
Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti
dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif
sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain
itu peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan
dengan teori kepustakaan. Tahap analisis data dilakukan selama bulan
Februari 2018.
4. Tahap evaluasi dan pelaporan
Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan
dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. Maret-April 2018.
21
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 UKM Tangerang Selatan
5.1.1 Gambaran UKM di wilayah Tangerang Selatan
Di wilayah Tangerang Selatan beberapa UKM merupakan salah satu
penggerak pekonomian lokal. Kategori jenis industri kerajinan UKM beberapa
terdapat di Kota Tangerang Selatan, sekitar 5 kategori UKM yaitu kerajinan kayu
berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan makanan
164 unit. Selain itu industri kerajian tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik yang di
dalamnya terdapat 1 kawasan industri. Jadi keseluruhan industri kecil dan besar
yang ada di wilayah Tangerang Selatan mencapai 658 unit yang didominasi oleh
industri kecil/rumahan (home industry) yang perlu dkembangkan.
Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan dunia yang semakin
cepat yang mempengaruhi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan menengah.
Akhirnya pemerintah membentuk badan hukum untuk mewadahi para pelaku
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) agar tidak terbawa oleh pertumbuhan
ekonomi global. Sesuai degan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah dan sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang politik
ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempuyai
kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian
22
nasional yang semakin seimbang, berkembang dan berkeadilan. Setelah
disahkannya Undang-Undang tersebut, dibuatlah lembaga UMKM di bawah
perlindungan Kementrian Koperasi dan UMKM, agar setiap UMKM dimasing-
masing daerah bisa berkembang.
Di wilayah Tangerang Salatan telah dibentuk lembaga yang menaungi
pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yaitu Dinas Koperasi
dan UMKM. Dinas koperasi dan UMKM (DEKOPINDA) ini terbentuk dari hasil
Musyawarah daerah II pada tahun 2010, dengan tujuan untuk bertanggung jawab
menjadi wadah dalam mengembangkan roda perekonomian diwilayah Tangerang
Selatan. Selain itu DEKOPINDA Tangerang Selatan memiliki visi, misi dan motto.
Sebagai berikut:
a. Visi
Mewujudkan lembaga DEKOPINDA sebagai mitra kerja pembangunan
koperasi di Tangerang Selatan.
b. Misi
1) Professional dan terpercaya.
2) Penyambung aspirasi dan memperjuangkan kepentingan gerakan
Koperasi.
3) Penyambung dan pelaksana kebijakan pemerintah.
5.1.2 Pertumbuhan UMKM Tangerang Selatan
Secara berkesinambungan, Kementerian Koperasi dan UKM dapat terus
melaksanakan kebijakan dan program pemberdayaan Koperasi dan UMKM dalam
upaya mendorong pertumbuhan ekonomi (pro growth), menekan angka kemiskinan
23
(pro poor), menambah lapangan kerja baru (pro jobs), dan berpihak pada pelestarian
lingkungan (pro environment). Selama tahun 2015, berbagai kebijakan dan
program telah dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka
mendorong pengembangan Koperasi dan UMKM di Indonesia.
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan
kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. UMKM
mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi.
Hal tersebut dikarenakan tingkat penyerapan tenaga kerjanya yang relatif
tinggi dan kebutuhan modal investasinya yang kecil, UMKM bisa dengan fleksibel
menyesuaikan dan menjawab kondisi pasar yang terus berubah. Perkembangan
jumlah UMKM yang meningkat belum diimbangi dengan perkembangan kualitas
UMKM yang masih menghadapi permasalahan klasik yaitu rendahnya
produktivitas. Kajian ini diperlukan untuk menjawab permasalah-permasalahan,
diantaranya;
1. Jenis produk dan komoditas UMKM yang potensial dan perlu untuk
dikembangkan di Kota Tangerang
2. Tingkat penyerapan tenaga kerja UMKM di Kota Tangerang
3. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan jenis UMKM
dan produk unggulan.
24
Hasil sensus Dinas Koperasi dan UMKM terhadap pertumbuhan UMKM
dari 7 (tujuh) kecamatan di wilayah Tangerang Selatan selama tahun 2015. Seperti
pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.1
Hasil Tabulasi Pendataan Sensus
Dinas Koperasi KUKM Kota Tagerang Selatan tahun 2015
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Tangerang Selatan (Purnamasari:2018)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, data sensus tahun 2015 tentang perkembangan
UMKM sangat signifikan terdapat pada kecamatan Serpong dengan total
5222 UMKM, diikuti kecamatan Pondok Aren 3563, kecamatan Serpong Utara
3275 UMKM, kecamatan Ciputat Timur 2836 UMKM, kecamatan Ciputat 2284
UMKM, kecamatan Pamulang 2284 UMKM, dan kecamatan Setu 1253 UMKM.
25
5.1.3 Sebaran Industri UMKM Tangerang Selatan
Tabel 5.2
Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar
Di Kota Tangerang Selatan
Sumber : Lab Pemerintahan dan Museum – IPDN
Bila ditinjau dari kategori UKM yang beroperasi di wilayah Tangerang
Selatan, setidaknya dapat dikelompokan menjadi empat kategori berdasarkan
N
o
Kecamata
n
Sebaran
Kerajina
n Kayu
Kerajina
n
Anyama
n
Kerajia
n
Geraba
h
Kerajina
n Kain
Indurti
Makana
n
Pabrik
1 Serpong 8 5 0 0 12 0
2 Serpong
Utara
7 0 0 0 13 5
3 Ciputat 35 1 0 6 18 0
4 Ciputat
Timur
64 0 0 4 10 0
5 Pamulang 33 4 0 2 39 1
6 Pondok
Aren
5 3 1 281 3 0
7 Setu 13 15 0 0 69 1
(Kawasa
n Industri)
Kota
Tangerang
Selatan
165 28 1 293 164 7
26
produk menurut daftar UKM dalam laman toko online goumkmtangsel.com.
Keempat kategori tersebut terdapat kategori produk yang meliputi:
1. UKM dengan produk Fashion, dengan jumlah 29 jenis produk UKM.
2. UKM dengan produk Kriya. Kerajinan kriya yang menitik-beratkan kepada
keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering
ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai
pakai, tetapi juga bernilai estetis. Dengan total jumlah 49 jenis produk
UKM.
3. UKM dengan produk Kuliner, dengan jumlah 90 jenis produk UKM yang
dijual pada laman tersebut.
5.2 Analisis SWOT untuk pengembangan strategi UKM
Analisis SWOT digunakan sebagai dasar untuk memberikan gambaran
terhadap situasi perusahaan meliputi sumber daya internal (kekuatan dan
kelemahan) dengan situasi eksternal (peluang dan ancaman). Berikut ini akan
dijelaskan analisis pada UKM di Tangerang Selatan:
5.2.1 Aspek Internal
Dalam aspek internal mencakup keseluruhan faktor dari kelemahan dan
kekuatan UKM di Tangerang Selatan, dapat bersumber dari Sumber Daya Alam,
Aspek Teknologi maupun Sumber Dana Permodalan. Data didapatkan dari statistik
BPS dan observasi dilapangan untuk tiga ketegori UKM yaitu Fashion, Kriya dan
Kuliner,
27
Untuk menentukan faktor strategi internal, penelitian menggunakan
penilaian bobot dan rating untuk setiap faktor internal, sebagai berikut:
Tabel 5.3 Faktor-Faktor Strategi Internal
Faktor Bobot Rating Skor
Kekuatan:
1. UKM memiliki induk Koperasi disetiap wilayah
2. Jenis produk yang beragam untuk diversifikasi
3. Kualitas produk sudah memenuhi standar
0,15
0,20
0,15
4
3
3
0,60
0,60
0,45
Kelemahan:
1. Belum sepenuhnya menggunakan media online
untuk pemasaran
2. Akses permodalan masih belum efektif
3. Penggunaan alat produksi yang masih sederhana
0,15
0,15
0,20
2
2
2
0,30
0,30
0,40
1 2,65
Keterangan justifikasi:
1. Melalui Program 1 koperasi 1000 UKM (usaha kecil menengah) yang
menjadi fokus Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melalui Dinas
Koperasi dan UKM, program ini dinilai akan berpotensi meningkatkan
pertumbuhan UKM di Kota Tangerang Selatan. Dalam program ini beberpa
UKM akan dibawahi oleh Koperasi, yang mana artinya sentra UKM akan
tercipta dan dapat saling berkerjasama dilingkup Koperasi. Dengan peluang
ini maka diberi bobot 0,15.
2. Diversifikasi produk dipahami sebagai cara untuk meningkatkan volume
penjualan yang dapat dilakukan oleh UKM, hal ini karena banyaknya
pesaing maka untuk menghindari kejenuhan akan produk, UKM lebih cepat
berfokus pada produk-produk baru atau modifikasi, terlebih jika UKM
berada pada tahap segmentasi pasar yang luas, untuk itu diberi bobot 0,20.
28
3. Mutu dan kualitas produk UKM saat ini sudah pada standarnya, sehingga
tidak kalah dengan produk-produk yang setara di pasar sejenis. Standar
kualitas ini diberi bobot 0,15.
4. Beberapa kendala yang masih menjadi penghambat UKM masuk psar
global adalah pemanfaatan media online untuk memasarkan produk,
sehingga jaringan pemasaran beberapa masih offline dan diberi bobot 0,15.
5. Kebanyakan pelaku usaha kecil di Tangerang Selatan memulai dan
membiayai bisnisnya secara mandiri, dengan merogoh uang dari kantong
mereka sendiri sehingga untuk proses pengembangan bisnis, seringkali
mereka harus menghadapi masalah dengan pembiayaan. Faktor ini diberi
bobot 0,15.
6. Alat produksi yang digunakan masih sederhana, sehingga tingkat kecepatan
produksi masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar segera, untuk itu
deiberi bobot 0,20.
5.2.2 Aspek Eksternal
Dalam aspek eksternal, identifikasi dilakukan dengan acuan lingkungan
eksternal yang akan mempengaruhi penentuan strategis aspek eksternal. Faktor
aspek eksternal diklasifikasikan kedalam peluang dan ancaman. Data didapatkan
dari statistik BPS dan observasi dilapangan untuk tiga ketegori UKM yaitu Fashion,
Kriya dan Kuliner.
29
Tabel 5.4 Faktor-Faktor Strategi Eksternal
Faktor Bobot Rating Skor
Peluang:
1. Tersedianya program pemerintah dan swasta untuk
berkembang
2. Banyaknya pangsa pasar untuk wilayah Tangerang
Selatan
3. Berdirinya beberapa perguruan tinggi besar sebagai
penopang pasar utama
0,15
0,20
0,15
4
2
3
0,60
0,40
0,45
Ancaman:
1. Pesaing industri dengan skala produksi yang besar
2. Harga bahan baku yang semakin tinggi
3. Besarnya biaya tenaga kerja produksi
0,20
0,10
0,20
2
3
2
0,40
0,30
0,40
1 2,55
Keterangan justifikasi:
1. Pencanangan gerakan 100.000 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) Go Online secara serentak di 30 kota/kabupaten di Indonesia
menjadi peluang untuk UKM di wilayah Tangerang Selatan untuk
mengembangkan bisnisnya, hal ini di beri bobot 0,15.
2. Dengan lokasi yang strategis, daerah Tangerang Selatan menjadi pangsa
pasar yang banyak untuk produk-produk lokal, untuk itu diberi bobot 0,20.
3. Beberapa perguruan tinggi bersar yang berdiri di sekitar Tangerang Selatan
merupakan penopang pasar utama untuk produk-produk yang berorientasi
pada kalangan mahasiswa, faktor ini diberi bobot 0,15.
4. Pesaing industri dengan skala produksi yang besar dapat mendominasi
untuk pasar dengan barang-barang sejenis di daerah Tangerang Selatan, hal
ini diberi bobot 0,20.
30
1. Raw material atau bahan baku semakin lama semakin tinggi, ini terkait
banyaknya permintaan untuk bahan baku tersebut, untuk itu diberi bobot
0,10.
2. Karena tingkat produksi perlu dimaksimalkan untuk pemenuhan kebutuhan
pasar, tetapi ternyata biaya SDM pun menjadi lebih mahal karena belum
adanya alat untuk meminimalisasi proses produksi. Faktor ini diberi bobot
0,20.
5.2.3 Matrik Internal-Eksternal
Dari total skor untuk aspek internal sebesar 2.65 dan aspek eksternal
sebesar 2.55, selanjunya akan ditentukan titik koordinat dalam matrik kondisi
internal dan eksternal. Faktor strategis Internal dan Eksternal terletak pada daerah
pertumbuhan (II) yang ditunjukan dalam gambar 5.1 Internal-Eksternal Matriks
(Rangkuti, 2006:25). Untuk itu, diketahui dari hasil tersebut maka strategi yang
dilakukan menggunakan integrasi horizontal.
Gambar 5.1 Internal-Eksternal Matriks
Total faktor strategi internal
Tota
l fa
kto
r st
rate
gi
ekst
ernal
Kuat
4.00
Rata-rata
3.00
Lemah
2.00
Tinggi
3.00
I
Pertumbuhan
II
Pertumbuhan
III
Penciutan
Menengah
2.00
IV
Stabilitas
V
Pertumbuhan
Stablitas
VI
Penciutan
Rendah
1.00
VII
Pertumbuhan
VII
Pertumbuhan
VIII
Likuidasi
31
Keterangan:
I : Strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal
II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal
III : Strategi turnaround
IV : Strategi stabilitas
V : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau
stabilitas
VI : Strategi divestasi
VII : Strategi diversifikasi
VIII : Strategi diversifikasi konsentrik
IX : Strategi likuiditas (tidak berkembang)
Pada matriks tersebut data menggambarkan perolehan skor untuk
faktor strategis internal 2.60 dan faktor strategis eksternal 2.55 dan data
tersebut menunjukan koordinat terletak pada daerah pertumbuhan II dimana
strategi yang dapat dilakukan adalah strategi konsentrasi melalui integrasi
horizontal. Integrasi horizontal adalah keadaan dimana
sebuah perusahaan mengintegrasikan produksi dari barang atau jasa yang
masih ada di dalam satu tahap produksi di dalam rantai suplai, baik
melalui ekspansi internal, akuisisi, ataupun merger. Karenanya, UKM di
Tangerang Selatan perlu menerapkan strategi integrasi dengan cara
menggabungkan beberapa UKM dalam satu wadah bersama yaitu dengan
Koperasi.
5.2.3 Matriks SWOT
Dari hasil sebelumnya, selanjutnya akan digunakan dalam penyusunan
matriks SWOT dimana dalam matriks ini akan menggambarkan bagaimana antara
peluang serta ancaman yang dihadapi oleh UKM di Tangerang Selatan.
32
Tabel 5.5 Matriks SWOT
IFAS STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
1. UKM memiliki induk
Koperasi disetiap
wilayah
2. Jenis produk yang
beragam untuk
diversifikasi
3. Kualitas produk sudah
memenuhi standar
1. Belum sepenuhnya
menggunakan media
online untuk pemasaran
2. Akses permodalan
masih belum efektif
3. Penggunaan alat
produksi yang masih
sederhana
EFAS
OPPORTUNITY (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
1. Tersedianya program
pemerintah dan swasta
untuk berkembang
2. Banyaknya pangsa
pasar untuk wilayah
Tangerang Selatan
3. Berdirinya beberapa
perguruan tinggi besar
sebagai penopang pasar
utama
1. Pemanfaatan jaringan
dengan pemerintah
2. Optimalisasi dalam
pelakukan penetrasi
pasar
3. Melakukan kerjasama
dengan lembaga
perguruan tinggi
1. Pelatihan TIK oleh
dinas koperasi dan
UKM
2. Pengajuan permodalan
usaha kepada bank
lewat program
pemerintah
THREAT (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
1. Pesaing industri dengan
skala produksi yang
besar
2. Harga bahan baku yang
semakin tinggi
3. Besarnya biaya tenaga
kerja produksi
1. Pemanfaatan jaringan
Koperasi untuk
memperluas pasar
2. Meningkatkan
kegiatan promosi
menggunakan media
online untuk menekan
biaya
3. Manfaatkan teknologi
produksi sederhana
1. Mengadakan kerjasama
dengan pihak
distributor untuk
produksi skala besar
2. Mempertahankan
kualitas produk dengan
standarisasi mutu
5.3 Analisis Strategi dan Daya Saing
Pada gambar 5.1 diketahui bahwa strategi yang dapat digunakan dalam
upaya peningkatan UKM adalah integrasi horizontal, yang artinya memanfaatkan
33
penggabungan UKM dalam satu atap untuk lebih unggul bersaing di pasar AEC.
Dari serangkaian analisis SWOT diatas, maka didapatkan 4 strategi yang dapat
dilakukan dalam upaya pengembangan strategi berorientasi pasar dan daya saing
UKM dalam menghadapi AEC. Berikut analisis strategi SWOT untuk UKM di
Tangerang Selatan:
5.3.1 Strategi SO
Strategi SO dilakukan dengan cara menggabungkan antara Strength dan
Opportunity, berikut strategi SO yang dapat dilakukan:
a. Pemanfaatan jaringan dengan pemerintah. Beberapa UKM masih belum
secara efektif menggunakan jaringan dengan pemerintah dalam upaya
pengembangan bisnis, selain dikarenakan belum adanya surat izin, beberapa
UKM masih dianggap kecil untuk masuk dalam program pemerinah.
Namun, adanya regulasi baik berupa undang-undang dan peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan UKM dari sisi produksi dan sisi
perbankan, akan memacu peranan UKM dalam perekonomian. Seperti yang
diungkapkan oleh George. J. Stigler dalamMandala Harefa (2008: 206),
bahwa “Regulasi adalah seperangkat aturan yang dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan dan manfaat untuk masyarakat pada umumnya
atau pada sekelompok masyarakat”, sehingga harapannya dengan
pemanfaatan jaringan kepada pemerintah, para UKM akan terdorong untuk
lebih berkembang dengan beberapa fasilitas yang diberikan pemerintah.
34
b. Optimalisasi dalam pelakukan penetrasi pasar. Beberapa keterbatasan-
keterbatasan dalam skala UKM adalah lemahnya dalam membaca selera
pasar, mengenal pesaing dan produknya, memposisikan produknya di pasar,
mengenal kelemahan produknya diantara produk pesaing. Sehingga,
diperlukan kemampuan serta keterampilan para wirausaha di sektor UKM
untuk melakukan STP (Segmenting, targeting dan Positioning), dengan
harapan penetrasi pasar akan lebih optimal didorong juga dengan
kesesuaian kebutuhan produk di pasar.
c. Melakukan kerjasama dengan lembaga perguruan tinggi. Pola
perkembangan UKM dapat didorong dengan keterlibatan perguruan tinggi
sebagai lembaga yang dapat melakukan support juga pembinaan kepada
UKM, melalui berbagai program seperti inkubator bisnis.
5.3.2 Strategi WO
a. Pelatihan TIK oleh dinas koperasi dan UKM. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi saat ini berperan besar dalam memberi
kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha, khususnya sebagai
pendorong ekonomi daerah. Literasi TIK perlu dilakukan, mengingat para
pelaku bisnis UKM masih belum memanfaatkan teknik TIK dalam
bisnisnya, hal ini diharapkan dapat mengimbangi arus AEC yang akan
masuk ke Indonesia.
b. Pengajuan permodalan usaha kepada bank lewat program pemerintah.
Kementerian Koperasi dan UKM melalui program kewirausahaan yang
bertajuk wirausaha pemula pada tahun inimemberikan skema bantuan
35
sesuai dengan amanat peraturan Menteri Keuangan Nomor :
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga. Dengan program tersebut, UKM
dapat mengajukan permodalan tanpa khawatir dengan besarnya bunga
pinjaman dari perbankan.
5.3.3 Strategi ST
a. Pemanfaatan jaringan Koperasi untuk memperluas pasar. Melalui program
1 koperasi 1000 UKM (usaha kecil menengah) yang akan direalisasikan
oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melalui Dinas Koperasi
dan UKM, diharapkan program ini berpotensi meningkatkan
perekonomian Tangsel pada umunya dan khususnya UKM sebagai
pendorong perekonomian daerah.
b. Meningkatkan kegiatan promosi menggunakan media online untuk
menekan biaya. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM
bersama Kementerian Kominfo, berkomitmen untuk mengonlinekan 8 Juta
UMKM sampai tahun 2020. Komitmen ini menunjukan keberpihakan
pemerintah dalam memajukan UMKM sebagai salah satu tulang punggung
perekonomian Indonesia.
c. Manfaatkan teknologi produksi sederhana. Dengan peleolaan produksi
yang baik, maka teknologi produksi sederhana masih akan tetap
mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan, selama dalam proses
produksi terdapat standar mutu yang diterapkan.
36
5.3.4 Strategi WT
a. Mengadakan kerjasama dengan pihak distributor untuk produksi skala
besar. Untuk menekan harga bahan baku yang semakin tinggi, diharapkan
dengan bergabungnya beberapa UKM dalam satu atap dapat melakukan
itegrasi produksi, supaya harga bahan baku dapat ditekan jika kebutuhan
diminta dalam skala besar.
b. Mempertahankan kualitas produk dengan standarisasi mutu. Untuk bersaing
dengan AEC dan produk-produk standar mereka, maka kualitas dan standar
mutu produk UKM Indonesia perlu menjadi perhatian, pasanya antara
produk luar dan lokal sama, yang berbeda adalah cara pemasarannya.
37
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Rencana Penelitian Tahun Kedua
Penelitian tahun kedua sebagai lanjutan penelitian tahun pertama, akan
direncanakan sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga diharapkan sudah
mampu menggambarkan kondisi riil subyek secara mendalam. Untuk
berikutnya, dapat dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif yang
dapat memperluas gambaran kondisi koperasi-koperasi yang ada di
Indonesia sehingga akan mendapatkan hasil penelitian yang lebih luas.
2. Penelitian berikutnya akan dilakukan dengan memperbanyak variabel lain
untuk mendapatkan gambaran secara luas dan mendalam dari permasalahan
di UKM di Tangerang Selatan. Semakin banyaknya variabel tersebut,
kompleksitas permasalahan akan tergambarkan dan berikutnya akan dapat
diberikan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut.
3. Dirasa perlu dilakukan kolaborasi penelitian antar jurusan untuk
memperkaya analisis penelitian di luar sektor ekonomi.
38
BAB VII
KESIMPULAN
Dengan analisis SWOT yang terlah dilakukan pada UKM di daerah
Tangerang Selatan, maka beberapa strategi dapat dilakukan untuk memperluas
optimalisasi kepada pasar serta mempersiapkan daya saing utnuk menghadapi
AEC. Terkait dengan kendala yang dihadapi UKM masih seputar permodalan dan
aksesnya, selain itu adalah transisi pemasaran dari yang sifatnya konvensional
menuju online.
Strategi pengembangan terhadap pasar perlu menyesuaikan dengan kondisi
pasar saat ini di era digital, untuk itu melalui program pemerintah diharapkan
digitalisasi untuk UKM dapat terlaksana sesuai rencana strategis Dinas Koperasi
dan UKM Tangerang Selatan. Disamping hal tersebut, diversifikasi produk masih
menjadi indikator berkembangnya produk-produk kreatif dari berbagai kategori
UKM di Tangerang.
39
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Aaker, David. (1997). Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum.
Ali Hasan. 2009. Marketing. Jakarta : Media Presindo.
Bagas Prakosa. 2005. Pengaruh Orientasi Pasar, Inovasi dan Orientasi
Pembelajaran Terhadap Kinerja Perusahaan Untuk mencapai keunggulan
bersaing. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, Vo1.2, No. 1
CNN Indonesia, 2016, “Kontribusi UMKM Terhadap PDB Tembus Lebih Dari 60
Persen”, Berita Bisnis. Diakses dari http://www.cnnindonesia.com pada
tanggal 12 mei 2017.
David,Fred R.,2005. Manajemen Strategis Konsep, Jakarta : Penerbit Salemba
Empat
Deperindag. 2000. Usaha Kecil Menengah (SNI 01-3751-2000). Jakarta :
Departemen Perindustrian RI.
Djumara, Noorsyamasa. 2007. Modul Prinsip-prinsip Manajemen Aset/Barang
Milik Daerah. Departemen Dalam Negeri dan Lembaga Administrasi Negara.
Jakarta.
Gerson, Richard 2002. Mengukur Kepuasan Pelanggan, Jakarta : PPM
J. Keegan, et al. 1995, Manajemen Pemasaran Global. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid
I.
J. Suprapto, 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Jakarta:PT Rineka Cipta
Johnson, David W., & Frank P. Johnson. 2009. Marketing Oriented: Group theory.
10th ed. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.
Kotler,Philip.2001. Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan Implementasi dan
pengendalian, Edisi keenam, Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Laswati. 2009. Analisis Tingkat Keuntungan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada
Industri Kecil
Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung
Muhardi,. 2007. Strategi Operasi Untuk Keunggulan Bersaing. Yogyakarta:Garaha
Pustaka.
Narver,J.C & Slater,S.F (1994), Creating market orientation, journal of market
orientation- focused management,vol2,No 3
Pearce, et.al.1997. manajemen Strategi Formulasi, Implementasi dan pengendalian
Jilid I. Binarupa Akasaran Jakarta
Pumomo Hari P. 1999. Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Porter, Michael E. Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and
Competitors. New York: The Free Press, 1995
40
PT.Prenhallindo, Jakarta. 2002, Manajemen Pemasaran PT. Prenhallindo, Jakarta.
PT. Prenhallindo. Jakarta 1997, Dasar-Dasar Pemasaran Principles of marketing
7ed, Edisi Bahasa Indonesia. Jilid I.
Rangkuti Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Saladin, Djaslim.1999. Intisari Pemasaran dan Unsur-Unsur Pemasaran. Linda
karya, Bandung
Sumarwan, Ujang, dkk. 2011. Riset Pemasaran dan Konsumen. Bogor. PT. Penerbit
IPB Press.
Sutrisno, Hadi. 2000. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Sugiyono.2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D.Bandung:Alfabeta.
Sugiarto (2003), Teknik Sampling, Gramedia, Jakarta
Umar Husein. (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia.
Zhou et a1 2005. Exploring various knowledge in relation extraction. In
ACLHansen et a1,2006 dalam Johnson et al 2009:87.