Page 1 of 26
UNDANG - UNDANG
KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
NOMOR: 3 TAHUN 2013
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN MAHASISWA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
KELUARGA BESAR MAHASISWA
UNIVERSITAS LAMPUNG,
Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan Universitas Lampung sebagai universitas yang
menganut asas legalitas, setiap Lembaga Kemahasiswaan berkewajiban
melaksanakan penyelenggaraan kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan
secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum universitas
yang menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap mahasiswa
universitas lampung berdasarkan Konstitusi keluarga besar mahasiswa
Univesitas Lampung;
b. bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu
syarat dalam rangka menjamin kepastian hukum yang dapat terwujud apabila
didukung oleh cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat
semua lembaga kemahasiswaaan yang berwenang membuat Peraturan
Perundang-Undangan;
c. bahwa untuk lebih meningkatkan koordinasi dan kelancaran proses
pembentukan Peraturan Perundang-undangan, maka Lembaga kemahasiswaan
universitas lampung perlu memiliki peraturan mengenai pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan yang terpadu tanpa asas atributif;
d. bahwa dalam Konstitusi KBM Unila masih terdapat kekurangan dan belum
dapat menampung perkembangan kebutuhan mahasiswa mengenai aturan
pembentukan peraturan perundang-undangan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d maka perlu membentuk ketetapan tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Mengingat : a. Pasal 11 ayat (5), dan Pasal 20 ayat (3) Konstitusi Keluarga Besar Mahasiswa
Universitas Lampung
b. Pasal 2 TAP MPM Nomor : VIII/KTTP/MPM/UL/VI/2011
Page 2 of 26
Dengan persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
Dan
PRESIDEN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : UNDANG – UNDANG KBM UNILA TENTANG PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam ketetapan ini yang dimaksud dengan :
1. Universitas Lampung adalah universitas negeri yang bertempat di Provinsi Lampung.
2. Keluarga Besar Mahasiswa Unversitas Lampung yang selanjutnya disebut KBM Unila adalah
wadah formal dan legal bagi seluruh aktivitas kemahasiswaan di Universitas Lampung.
3. Konstitusi KBM Unila yang selanjutnya disebut Konstitusi KBM Unila adalah peraturan
tertinggi sebagai konstitusi didalam Lembaga Kemahasiswaan Universitas Lampung dan dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Lampung.
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Lampung untuk menjalankan perintah Peraturan
Perundang - undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan
KBM Unila.
5. Undang-Undang adalah Peraturan Perundang - undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Mahasiswa dengan persetujuan bersama Presiden.
6. Peraturan Presiden Mahasiswa adalah peraturan yang dikeluarkan Presiden Mahasiswa dalam hal
menjalankan hak dan kewenangan, menjalankan perintah undang – undang dan dalam keadaan
tertentu dan keadaan luar biasa dapat mengatasnamakan mahasiswa Universitas Lampung.
7. Peraturan Mahasiswa Fakultas yang disebut PMF adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas dengan persetujuan bersama Gubernur
Fakultas berdasarkan usulan Geburnur Fakultas, aspirasi mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan
fakultas dan diketahui oleh seluruh Mahasiswa Fakultas.
8. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga kemahasiswaan atau pejabat
pemerintahan KBM Unila yang berwenang melalui suatu prosedur yang ditetapkan dalam
Program legislasi Mahasiswa.
9. Program Legislasi Mahasiswa adalah instrumen pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang
mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan didalam KBM Unila yang disusun secara sistematis, berencana, terpadu baik, dan
nonatributif.
10. Universitas disebut Prolegma dan tingkat Fakultas disebut prolegma Fakultas.
11. Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan adalah materi yang dimuat dalam Peraturan
Perundang-Undangan sesuai jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-Undangan.
12. Lembaga Kemahasiswaan yang selanjutnya disebut LK adalah lembaga kegiatan mahasiswa yang
sah terdaftar dalam KBM Unila.
13. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa adalah lembaga permusyawaratan tertinggi mahasiswa,
berkedudukan ditingkat universitas yang selanjutnya disebut MPM.
14. Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Lampung yang selanjutnya disebut DPM U adalah
lembaga tinggi dalam KBM Unila yang memiliki kewenangan legislatif.
15. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung yang selanjutnya disebut BEM U adalah
lembaga tinggi dalam KBM Unila yang memiliki kewenangan eksekutif yang dipimpin seorang
Presiden Mahasiswa.
16. Dewan Mahasiswa Perwakilan Fakultas yang selanjutnya disebut DMP F adalah perwakilan
mahasiswa yang berasal dari fakultas untuk tergabung kedalam Majelis Perwakilan Mahasiswa
Universitas.
17. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas yang selanjutnya disebut DPM F adalah lembaga tinggi
dilingkungan fakultas yang menjalankan Kewenangan legislatif fakultas.
Page 3 of 26
18. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas yang selanjutnya disebut BEM F adalah lembaga tinggi
dilingkungan fakultas yang menjalankan Kewenangan eksekutif fakultas yang dipimpin oleh
seorang Gubernur Fakultas.
19. Naskah Akademik adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai
konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan
lingkup, jangkauan, objek, atau arah pengaturan rancangan peraturan perundang-undangan KBM
Unila.
20. Pengujian materil adalah pengujian isi dari sebuah peraturan perundang-undangan KBM Unila.
21. Lembaran Universitas adalah pengundangan dan penempatan peraturan perundang-undangan
dalam tingkat universitas.
22. Lembaran Fakultas adalah pengundangan dan penempatan peraturan perundang-undangan dalam
tingkat fakultas.
Pasal 2
Konstitusi KBM Unila merupakan hukum dasar dalam pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
KBM Unila.
BAB II
ASAS, MATERI MUATAN, JENIS DAN HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
Pasal 3
Dalam membentuk Peraturan Perundang-Undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik yang meliputi:
a. Kejelasan Tujuan;
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. Dapat dilaksanakan;
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Kejelasan rumusan;
g. Keterbukaan ; dan
h. Tidak bertentangan dengan konstitusi KBM Unila 2006 serta Undang – Undang KBM Unila .
Pasal 4
Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kekeluargaan;
d. keadilan;
e. Kesamaan kedudukan didalam hukum dan pemerintahan;
f. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
g. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Pasal 5
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai berikut:
a. Konstitusi KBM Unila;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa;
c. Undang-Undang KBM Unila;
d. Peraturan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa;
e. Peraturan Mahasiswa Fakultas;
BAB III
PROGRAM LEGISLASI MAHASISWA
Bagian Pertama
Ketetapan MPM
Pasal 6
1. Ketetapan MPM dikeluarkan setelah melalui suatu Sidang Istimewa dalam rangka menjalankan
perintah konstutisi KBM Unila tahun 2006 dan perintah undang – undang KBM Unila.
Page 4 of 26
2. Ketetapan MPM bersifat final dan mengikat.
3. Penyebarluasan ketetapan MPM yang telah disahkan dilakukan oleh MPM dan dicantumkan
kedalam Lembaran Universitas.
Bagian Kedua
Undang – Undang KBM Unila
Pasal 7
(1) Perencanaan penyusunan Peraturan perundang-undangan dilakukan dalam Prolegma.
(2) Perencanaan penyusunan Rancangan Undang-Undang disusun secara sistematis, berencana, dan
terpadu dilakukan oleh Komisi Perundang - undangan DPM U kemudian atas persetujuan DPM U
ditetapkan dalam prolegma.
(3) Prolegma sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan melalui mekanisme Sidang Paripurna
DPM U.
(4) Dalam penyusunan Prolegma sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), didasarkan atas:
a. perintah Konstitusi Keluarga Besar Mahasiswa tahun 2006;
b. perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa;
c. perintah Undang-Undang KBM Unila lainnya;
d. aspirasi dan kebutuhan hukum mahasiswa.
(5) Penyusunan Prolegma sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) memuat program pembentukan
Undang-Undang dengan judul Rancangan Undang-Undang, materi yang diatur, dan
keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya.
(6) Materi yang diatur dan keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan mengenai konsepsi Rancangan
Undang-Undang yang meliputi:
a. latar belakang dan tujuan penyusunan;
b. sasaran yang ingin diwujudkan; dan
c. jangkauan dan arah pengaturan.
(7) Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yang telah melalui pengkajian dan
penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik.
Persiapan Pembentukan Rancangan Undang-Undang
Pasal 8
(1) Rancangan Undang-Undang KBM Unila dapat berasal dari DPM U, dan Presiden Mahasiswa.
(2) Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPM U sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berasal dari DMP F.
(3) Penyebarluasan Rancangan Undang-Undang dilaksanakan oleh DPM U kepada LK dan
mahasiswa Universitas Lampung.
(4) Setelah disebarluaskan maka dirapatkan oleh DPM U untuk disahkan menjadi Rancangan
Undang-undangan.
Pembahasan Dan Pengesahan Rancangan Undang-Undang
Pasal 9
(1) Pembahasan Rancangan Undang-Undang dilakukan oleh DPM U bersama Presiden Mahasiswa
atau kementerian bidang hukum BEM KBM Unila.
(2) Proses pembahasan didahului dengan sosialisasi draft Rancangan Undang-Undang yang
dikeluarkan DPM U kepada LK dan mahasiswa untuk menjaring aspirasi dari mahasiswa.
(3) Sosisalisasi draft terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu:
a. Tahap 1 dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah Rancangan Undang-
Undang dihasilkan;
b. Tahap 2 dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima tanggapan
pertama dilakukan;
(4) Selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah rapat sosialisasi draft dilakukan, DPM U
melakukan pembahasan untuk mempertimbangkan aspirasi dan pendapat yang disampaikan;
(5) Pembahasan berdasarkan hasil tahap 1 dan 2 terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu:
a. Tahap 1 dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah Rancangan Undang-Undang
diberikan kepada LK;
b. Tahap 2 dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah Rancangan Undang-Undang
diumumkan kepada Mahasiswa Universitas Lampung;
Page 5 of 26
c. Pembahasan Tahap 1 akan menghasilkan revisi Rancangan Undang-Undang untuk
disampaikan disosialisasi draft Tahap 2;
(6) Pembahasan Tahap 2 akan menghasilkan Rancangan Undang-Undang yang siap untuk disahkan.
(7) Rancangan Undang-Undang yang telah dibahas dan disetujui bersama oleh DPM U dan Presiden
Mahasiswa disampaikan oleh Pimpinan DPM U kepada Presiden Mahasiswa untuk disahkan
menjadi Undang-Undang.
(8) Pengesahan dilakukan dengan mekanisme rapat paripurna DPM U bersama Presiden Mahasiswa.
(9) Pengesahan dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah pembahasan Tahap 2
dilaksanakan.
(10) Jika dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari Presiden Mahasiswa tidak menandatangani
Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama antara DPM U dan Presiden
Mahasiswa, maka Rancangan Undang-Undang akan sah dan diundangkan oleh DPM U.
Penyebarluasan Undang–undangan
Pasal 10
Penyebarluasan Undang-Undang yang telah disahkan dalam Prolegma dilakukan oleh Kementerian
bidang Hukum BEM U KBM Unila setelah diundangkan kedalam Lembaran Universitas.
Bagian Ketiga
Peraturan Presiden Mahasiswa
Pasal 11
Perencanaan penyusunan Peraturan Presiden dilakukan dalam suatu program penyusunan Peraturan
Presiden.
Pasal 12
(1) Perencanaan penyusunan Peraturan Presiden Mahasiswa dilakukan deangan mekanisme sidang
internal BEM U KBM Unila yang memuat daftar judul dan pokok materi muatan Rancangan
Peraturan Presiden Mahasiswa untuk menjalankan perintah Undang - Undang sebagaimana
mestinya.
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk maksimal jangka waktu 1
(satu) tahun.
Pasal 13
(1) Perencanaan penyusunan Peraturan Presiden Mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
(2) Perencanaan penyusunan Peraturan Presiden Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Presiden Mahasiswa.
Pasal 14
(1) Peraturan Presiden Mahasiswa dikeluarkan dalam rangka menjalankan kewenangan, perintah
undang – undang dan dalam keadaan tertentu serta keadaan luar biasa yang dapat
mengatasnamakan mahasiswa Universitas Lampung.
(2) Keadaan tertentu dan keadaan luar biasa lainnya yang memastikan adanya urgensi KBM Unila
atas suatu Peraturan Presiden dapat dibahas bersama oleh alat kelengkapan DPM U yang khusus
menangani bidang kelembagaan dan bidang perundang-undangan serta Kementerian BEM U
KBM Unila yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
Penyebarluasan Peraturan Presiden Mahasiswa
Pasal 15
Penyebarluasan Peraturan Presiden yang telah disahkan dilakukan oleh Kementerian BEM U KBM
Unila yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum setelah dicantumkan kedalam
Lembaran Universitas.
Bagian Keempat
Peraturan Mahasiswa Fakultas
Pasal 16
(1) Perencanaan penyusunan PMF dilakukan dalam Prolegma Fakultas.
(2) Perencanaan penyusunan Rancangan PMF dilakukan oleh Komisi bidang legislasi DPM F atas
persetujuan DPM F yang disusun secara sistematis, berencana, dan terpadu dilakukan oleh Komisi
Page 6 of 26
Perundang - undangan DPM F kemudian atas persetujuan DPM F ditetapkan dalam prolegma
fakultas.
(3) Penyusunan Prolegma Fakultas dilaksanakan oleh DPM F dan Gubernur Fakultas.
(4) Hasil penyusunan Prolegma Fakultas antara DPM F dan Gubernur Fakultas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) disepakati menjadi Prolegma Fakultas dan ditetapkan dalam
Rapat Paripurna DPM F.
(5) Prolegma Fakultas sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (3) ditetapkan dengan Ketetapan DPM F.
Pasal 17
(1) Prolegma Fakultas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) memuat program pembentukan
Rancangan PMF dengan judul Rancangan PMF, materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan
Peraturan Perundang-undangan lainnya.
(2) Prolegma Fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan melalui mekanisme Rapat
Paripurna DPM F.
(3) Dalam penyusunan Prolegma Fakultas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1),
penyusunan daftar Rancangan PMF didasarkan atas:
a. perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi;
b. penyelenggaraan otonomi pemerintahan kampus universitas lampung dan tugas
pembantuan; dan
c. aspirasi mahasiswa fakultas.
(4) Prolegma Fakultas ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas
pembentukan Rancangan PMF.
(5) Materi muatan yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan mengenai konsepsi Rancangan PMF
yang meliputi:
a. latar belakang dan tujuan penyusunan;
b. sasaran yang ingin diwujudkan;
c. pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan
d. jangkauan dan arah pengaturan.
(6) Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah melalui pengkajian dan
penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik
Pembahasan Dan Pengesahan Rancangan Peraturan Mahasiswa Fakultas
Pasal 18
(1) Proses pembahasan bersama Gubernur fakultas didahului dengan sosialisasi draft Rancangan
PMF yang dikeluarkan DPM F untuk menjaring aspirasi dari mahasiswa fakultas.
(2) Draft rancangan PMF disosialisasikan kepada BEM F, lembaga kemahasiswaan fakultas,
mahasiswa fakultas, DPM U, BEM U.
(3) Sosisalisasi draft terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu:
a. Tahap 1 dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah Rancangan PMF
dihasilkan;
b. Tahap 2 dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima tanggapan
pertama dilakukan;
(4) Selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah rapat sosialisasi draft dilakukan, DPM F
melakukan pembahasan untuk mempertimbangkan aspirasi dan pendapat yang disampaikan;
(5) Pembahasan bersama Gubernur fakultas terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu:
a. Tahap 1 dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah Rancangan PMF
diumumkan kepada BEM F, UKM F, dan lembaga kemahasiswaan fakultas;
b. Tahap 2 dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah Rancangan PMF
diumumkan kepada Mahasiswa Fakultas;
(6) Pembahasan Tahap 1 akan menghasilkan revisi Rancangan PMF Fakultas untuk disampaikan
ketika sosialisasi draft Tahap 2.
(7) Pembahasan Tahap 2 akan menghasilkan PMF yang siap untuk disahkan.
(8) Rancangan PMF yang telah disetujui bersama oleh DPM F dan Gubernur Fakultas disampaikan
oleh DPM F kepada Gubernur Fakultas untuk disahkan menjadi PMF.
(9) Pengesahan dilakukan dengan mekanisme rapat paripurna DPM F.
(10) Pengesahan dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah pembahasan Tahap 2
dilaksanakan.
Page 7 of 26
(11) Jika dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari Gubernur Fakultas tidak menandatangani
Rancangan PMF yang telah disetujui bersama antara DPM F dan Gubernur Fakultas, maka
Rancangan Undang-Undang akan sah dan diundangkan oleh DPM F.
Penyebarluasan Peraturan Mahasiswa Fakultas
Pasal 19
Penyebarluasan PMF yang telah disahkan dalam Prolegma Fakultas dilakukan Dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum di BEM F setelah diundangkan kedalam
Lembaran Fakultas.
Bagian kelima
Proses dan Pengujian peraturan perundang-undangan
Pasal 20
(1) Pemohon pengujian materil adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang dalam hal ini pemohon, yaitu :
a. perorangan mahasiswa universitas lampung;
b. lembaga kemahasiswaan.
(2) Permohonan wajib dibuat dengan uraian tertulis yang jelas mengenai pengujian suatu peraturan
perundang-undangan.
(3) Permohonan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dan ditandatangani oleh Pemohon
dalam 6 rangkap yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Identitas Pemohon, meliputi:
1. Nama
2. Tempat tanggal lahir- Umur
3. Agama
4. Pekerjaan
5. Kewarganegaraan
6. Alamat Lengkap
7. Nomor telepon/faksimile/telepon selular/e-mail
b. Uraian mengenai hal yang menjadi dasar permohonan yang meliputi:
1. kedudukan hukum (legal standing) Pemohon yang berisi uraian yang jelas mengenai
anggapan Pemohon tentang hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang
dirugikan dengan berlakunya suatu peraturan perundang-undangan KBM Unila yang
dimohonkan untuk diuji;
2. pemohon wajib menguraikan dengan jelas bahwa materi muatan dalam ayat, pasal,
dan/atau bagian dari peraturan perundang-undangan dianggap bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan KBM Unila;
3. alasan permohonan pengujian diuraikan secara jelas dan rinci dalam bentuk Essay.
c. Hal-hal yang dimohonkan untuk diputuskan dalam permohonan pengujian materil, yaitu:
1. mengabulkan permohonan Pemohon;
2. menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari peraturan
perundang-undangan yang dimaksud bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan diatasnya;
3. menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari UU dimaksud
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
d. Pengajuan permohonan harus disertai dengan alat bukti yang mendukung permohonan
tersebut yaitu alat bukti berupa:
1. surat atau tulisan;
2. keterangan saksi;
3. keterangan para pihak; dan
4. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.
e. permohonan juga diajukan dalam format digital yang disimpan secara elektronik dalam
bentuk soft file PDF.
Page 8 of 26
Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengujuian
Pasal 21
(1) Permohonan pengujian diajukan kepada MPM.
(2) Proses pemeriksaan kelengkapan administrasi permohonan bersifat terbuka melalui forum
konsultasi oleh calon Pemohon dengan MPM.
(3) MPM wajib memeriksa kelengkapan alat bukti yang mendukung permohonan sekurang-kurangnya
berupa:
a. Bukti diri Pemohon sesuai dengan kualifikasi sebagaimana dimaksud Pasal 20 ayat (3)
huruf a;
b. Bukti surat atau tulisan yang berkaitan dengan alasan permohonan pengujian;
c. Daftar calon saksi disertai pernyataan singkat tentang hal-hal yang akan diterangkan
terkait dengan alasan permohonan, serta pernyataan bersedia menghadiri persidangan;
d. Daftar bukti-bukti lain yang dapat berupa informasi yang disimpan dalam atau dikirim
melalui media elektronik, bila diperlukan.
(4) Apabila berkas permohonan telah lengkap, berkas permohonan dinyatakan diterima oleh MPM
dengan memberikan Akta Penerimaan Berkas Perkara pengajuan pengujian kepada Pemohon.
(5) Apabila permohonan belum lengkap, MPM memberitahukan kepada Pemohon tentang
kelengkapan permohonan yang harus dilengkapi, dan Pemohon harus sudah melengkapinya dalam
waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Surat Pemberitahuan
Kekuranglengkapan Berkas.
(6) Apabila kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud ayat (5) tidak dipenuhi, maka MPM
menerbitkan surat yang menyatakan bahwa permohonan tersebut tidak terdaftar dalam pengajuan
pengujian dan diberitahukan kepada Pemohon disertai dengan pengembalian berkas permohonan.
Pengujian
Pasal 22
1. Pengujian setiap peraturan perundang-undangan di KBM Unila hanya dapat dilakukan oleh
MPM.
2. Pengujian dilakukan dengan mekanisme sidang pengujian MPM bersama Pemohon dan terbuka
untuk umum.
3. MPM melakukan pengujian materil untuk setiap;
a. PMF terhadap PMF;
b. PMF terhadap Peraturan Presiden;
c. PMF terhadap Undang-undang KBM Unila;
d. Peraturan presiden terhadap peraturan presiden;
e. Peraturan presiden terhadap undang-undang KBM Unila;
f. Undang-undang KBM Unila terhadap Undang-undang KBM Unila;
BAB VI
PARTISIPASI MAHASISWA
Pasal 23
(1) Mahasiswa Universitas Lampung berhak memberikan masukan kepada DPM U secara lisan
maupun tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Undang-Undang.
(2) Mahasiswa Fakultas berhak memberikan masukan kepada DPM F secara lisan maupun tertulis
dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan PMF.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 24
Pada setiap pembuatan Peraturan Perundang-Undang di KBM UNILA harus berpedoman pada teknik
penyusunan yang terdapat dalam Peraturan Perundang-Undangan KBM UNILA yang berlaku.
Pasal 25
Pemerintahan mahasiswa fakultas dalam pembentukan PMF tidak berasas atributif untuk hal - hal
sebagai berikut :
Page 9 of 26
a. Peraturan perundang–undangan tentang Pemilihan Raya;
b. Peraturan perundang-undangan tentang Pembentukan Perundang – undangan;
c. Peraturan perundang-undangan tentang Pembentukan dan pembubaran Lembaga Kemahasiswaan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
(1) Dengan diberlakukannya ketentuan ini, maka ketentuan yang mengatur tentang peraturan yang
serupa dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Perihal Lampiran undang-undang ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan bersama undang-
undang ini.
(3) Segala sesuatu yang belum diatur dalam undang - undang ini, berlaku jika peraturan dan/
keputusan tidak bertentangan dengan konstitusi KBM Unila.
(4) Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Disahkan di Bandar Lampung
Pada Tanggal, 20 Februari 2013
Presiden BEM U KBM Unila
Arjun Fatahilah
0815041026
Diundangkan di Bandar Lampung
Pada Tanggal, 20 Februari 2013
Menteri Sekretaris Kabinet
Aprilia Fitriningsih
0813021020
Page 10 of 26
PENJELASAN ATAS
UNDANG-UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
NOMOR 3 TAHUN 2013
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
I. UMUM
Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan pelaksanaan dari
perintah Pasal 11 ayat (5) Konstitusi KBM Unila Tahun 2006 yang menyatakan bahwa “Membuat
Undang-Undang KBM Unila.” Namun, ruang lingkup materi muatan Undang-Undang ini diperluas tidak
saja Undang-Undang tetapi mencakup pula Peraturan Perundang undangan lainnya, selain Konstitusi
KBM Unila Tahun 2006. Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
didasarkan pada pemikiran bahwa Universitas Lampung adalah universitas yang menganut hukum
pemerintahan walfarestate. Sistem hukum universitas lampung merupakan hukum yang berlaku di
universitas lampung dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam
rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat yang
berdasarkan Pancasila dan Konstitusi KBM Unila Tahun 2006. Undang-Undang ini merupakan
penyempurnaan terhadap kelemahan-kelemahan dalam Konstitusi KBM Unila Tahun 2006, yaitu antara
lain:
a. materi dari Konstitusi KBM Unila Tahun 2006 banyak yang menimbulkan kerancuan atau
multitafsir sehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum;
b. teknik penulisan rumusan banyak yang tidak konsisten;
c. terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan perkembangan atau kebutuhan hukum dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; dan
d. penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiap bab sesuai dengan sistematika yang baku.
Tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan, serta pengundangan
merupakan langkah-langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Namun, tahapan tersebut tentu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan atau kondisi
serta jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan tertentu yang pembentukannya tidak diatur
dengan Undang-Undang ini, seperti pembahasan Rancangan PMF, Rancangan Peraturan Presiden
Mahasiswa, atau pembahasan Rancangan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1). Selain materi baru tersebut, juga diadakan penyempurnaan teknik penyusunan Peraturan
Perundang-undangan beserta contohnya yang ditempatkan dalam Lampiran II. Penyempurnaan terhadap
teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan dimaksudkan untuk semakin memperjelas dan
memberikan pedoman yang lebih jelas dan pasti yang disertai dengan contoh bagi penyusunan Peraturan
Perundangundangan, termasuk PMF di Fakultas.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Penempatan Konstitusi KBM Unila merupakan hukum dasar dalam pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan KBM Unila adalah sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) Konstitusi KBM Unila Tahun 2006.
Pasal 3
Yang dimaksud dengan “asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik” adalah
norma dasar bagi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang merupakan sumber hukum
bagi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di bawah Konstitusi KBM Unila Tahun 2006.
Pasal 4
Page 11 of 26
Cukup jelas.
Pasal 5
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan
yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan dalam ketentuan ini
yang dimaksud dengan “hierarki” adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-
undangan yang didasarkan pada asas bahwa Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud perencanaan penyusunan adalah pembahasan yang dilakukan oleh komisi bidang
perundang-undangan DPM U yang telah menjadi program kerja komisi bidang perundang-
undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud Perintah Konstitusi KBM Unila Tahun 2006 adalah perintah yang
mengharuskan adanya suatu peraturan perundang-undangan yang lebih khusus untuk
mengatur suatu hal.
Huruf b
Yang dimaksud perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa adalah perintah
yang berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa mengharuskan adanya
suatu peraturan perundang-undangan yang lebih khusus untuk menindaklanjuti ketetapan
tersebut.
Huruf c
Yang dimaksud perintah Undang-Undang KBM Unila lainnya adalah perintah peraturan
perundang-undangan agar secara khusus dapat mengatur apa yang belum dapat diatur oleh
undang-undang KBM Unila.
Huruf d
Yang dimaksud aspirasi dan kebutuhan hukum mahasiswa adalah masukan yang diberikan
mahasiswa kepada DPM U dan kebutuhan akan suatu peraturan perundang-undangan yang
harus dibentuk oleh DPM U guna memenuhi kebutuhan mahasiswa Universitas Lampung.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Page 12 of 26
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah keadaan yang mendadak dimana mahasiswa
membutuhkan sesegera mungkin agar DPM U membentuk undang-undang terhadap suatu
permasalahan sedangkan, keadaan luar biasa adalah keadaan dimana universitas lampung
mengalami suatu permasalahan yang dahsyat yang sangat sulit diselesaikan maka demi
kepentingan besama DPM U dapat membentuk suatu undang-undang untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud 10 (sepuluh) hari kerja adalah jumlah hari berdasarkan total hari aktif
yang telah dilalui dan tidak termasuk hari tidak aktif kerja seperti sabtu dan minggu serta
hari-hari libur lainnya didalamnya.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Yang dimaksud 10 (sepuluh) hari kerja adalah jumlah hari berdasarkan total hari aktif
yang telah dilalui dan tidak termasuk hari tidak aktif kerja seperti sabtu dan minggu serta
hari-hari libur lainnya didalamnya.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Yang dimaksud paling lama 30 (tiga puluh) hari adalah jumlah hari berdasarkan total hari
aktif yang telah dilalui dan sudah termasuk hari tidak aktif kerja seperti sabtu dan minggu
serta hari-hari libur lainnya didalamnya.
Pasal 10
Dengan diundangkannya Peraturan Perundang-undangan dalam lembaran universitas
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, setiap orang dianggap telah mengetahuinya.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Page 13 of 26
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi adalah
pembentukan PMF berdasarkan perintah undang-undang KBM Unila.
Huruf b
Yang dimaksud penyelenggaraan otonomi pemerintahan kampus universitas
lampung adalah penyelengagaraan pemerintahan mahasiswa di fakultas
berdasarkan hak, wewenang, dan kewajiban fakultas untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan fakultas seluas-luasnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan tugas pembantuan adalah tugas pemerintahan
mahasiswa fakultas untuk menjalankan urusan yang diberikan pemerintahan
mahasiswa universitas dan/ melaksanakan perintah undang-undang.
Huruf c
Yang dimaksud rancangan PMF didasarkan asas aspirasi mahasiswa fakultas
adalah membentuk suatu PMF berdasarkan saran, masukan berdasarkan kebutuhan
hukum mahasiswa fakultas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat 5
Huruf a
Page 14 of 26
Yang dimamksud latar belakang penyusunan PMF adalah alasan serta penyebab yang
menyebabkan disusunnya suatu PMF dan tujuan penyusunan PMF adalah target atau hasil
yang ingin didapatkan dengan menyusun PMF tersebut.
Huruf b
Yang dimaksud sasaran yang ingin diwujudkan oleh penyusunan PMF adalah sasaran atau
objek suatu PMF tersebut akan dibagaimanakan apakah diatur, dihilangkan, dicabut, atau
diganti.
Huruf c
Yang dimaksud pokok pikiran adalah unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi
pertimbangan dan alasan pembentukan PMF, lingkup adalah objek yang akan diatur itu
apa saja.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud 10 (sepuluh) hari kerja adalah jumlah hari berdasarkan total hari aktif
yang telah dilalui dan tidak termasuk hari tidak aktif kerja seperti sabtu dan minggu serta
hari-hari libur lainnya didalamnya.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (11)
Yang dimaksud paling lama 30 (tiga puluh) hari adalah jumlah hari berdasarkan total hari
aktif yang telah dilalui dan sudah termasuk hari tidak aktif kerja seperti sabtu dan minggu
serta hari-hari libur lainnya didalamnya.
Pasal 19
Dengan diundangkannya Peraturan Perundang-undangan dalam lembaran fakultas sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan ini, setiap orang dianggap telah mengetahuinya.
Page 15 of 26
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Point I
Yang dimaksud surat atau tulisan adalah uraian yang secara benar dikeluarkan oleh
suatu pihak yang jelas didalam KBM Unila yang membahas pelanggaran oleh
peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Poin ii
Yang dimaksud kewenangan konstitusional pemohon adalah
kewenangan sebagai mahasiswa universitas lampung.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Untuk alat bukti saksi adalah mahasiswa yang masih terdafatar secara
sah sebagai pelajar di universitas lampung.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Atyat (4)
Yang dimaksud akta penerimaan berkas adalah surat tanda terima penyerahan
berkas yang dikeluarkan oleh MPM.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Page 16 of 26
Ayat (6)
Cukup jleas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Yang dimaksud Kewenangan pemerintahan mahasiswa fakultas dalam pembentukan PMF tidak
menganut asas atributif adalah bahwa untuk ketiga hal didalam huruf a, b, dan c pasal 22 tersebut
bersifat umum kongkret dan kewenangan pembentukannya terdapat pada pemerintahan
mahasiswa universitas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Page 17 of 26
LAMPIRAN I
UNDANG–UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA
UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR ... TAHUN 2013
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN UNDANG – UNDANG KBM UNILA DAN
RANCANGAN PERATURAN MAHASISWA FAKULTAS
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan
masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan PMF, Sistematika Naskah
Akademik adalah sebagai berikut:
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGUNDANGANTERKAIT
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN UNDANG-UNDANG KBM UNILA, PERATURAN MAHASISWA
FAKULTAS
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Uraian singkat setiap bagian:
1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat latar belakang, sasaran yang akan diwujudkan, identifikasi masalah, tujuan dan
kegunaan, serta metode penelitian.
A. Latar Belakang
Latar belakang memuat pemikiran dan alasan-alasan perlunya penyusunan Naskah Akademik
sebagai acuan pembentukan Rancangan Undang - Undang KBM Unila atau Rancangan PMF
tertentu. Latar belakang menjelaskan mengapa pembentukan Rancangan Undang-undangan
KBM Unila atau Rancangan PMF suatu Peraturan Perundang - Undang KBM Unila memerlukan
suatu kajian yang mendalam dan komprehensif mengenai teori atau pemikiran ilmiah yang
berkaitan dengan materi muatan Rancangan Undang - Undang KBM Unila atau Rancangan PMF
yang akan dibentuk. Pemikiran ilmiah tersebut mengarah kepada penyusunan argumentasi
filosofis, sosiologis serta yuridis guna mendukung perlu atau tidak perlunya penyusunan
Rancangan Undang - Undang KBM Unila atau Rancangan PMF.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa yang akan ditemukan dan diuraikan
dalam Naskah Akademik tersebut. Pada dasarnya identifikasi masalah dalam suatu Naskah
Akademik mencakup 4 (empat) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:
a. Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat serta bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.
b. Mengapa perlu Rancangan Undang - Undang KBM Unila atau Rancangan PMF dasar
pemecahan masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan universitas dalam
penyelesaian masalah tersebut.
Page 18 of 26
c. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan
Rancangan Undang - Undang KBM Unila atau Rancangan PMF.
d. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah
pengaturan.
C. Tujuan dan Kegunaan
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang
dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:
a. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut.
b. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan
Undang - Undang KBM Unila atau Rancangan PMF sebagai dasar hukum penyelesaian
atau solusi permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
c. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan
Rancangan Undang - Undang KBM Unila atau Rancangan PMF.
d. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan
arah pengaturan dalam Rancangan Undang - Undang KBM Unila atau Rancangan PMF.
e. Sementara itu, kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai acuan atau
referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang - Undang KBM Unila atau
Rancangan PMF.
D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga
digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum
atau penelitian lain. Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan
metode yuridis empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode
yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang
berupa Peraturan Perundang-undangan, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil
pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara,
diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat. Metode yuridis empiris atau
sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap
Peraturan Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam
serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang
berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti.
2. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoretis, asas, praktik, perkembangan pemikiran,
serta implikasi sosial, politik dari pengaturan dalam suatu Undang-Undang KBM Unila, PMF, Bab ini
dapat diuraikan dalam beberapa sub bab berikut:
A. Kajian teoretis.
B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma. Analisis terhadap penentuan
asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan
Perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil penelitian.
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang dihadapi
masyarakat.
D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang
terhadap aspek kehidupan mahasiswa.
3. BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN TERKAIT
Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundangundangan terkait yang memuat kondisi hukum
yang ada, keterkaitan Undang - Undang KBM Unila dan PMF baru dengan Peraturan Perundang
undangan lain, harmonisasi secara vertikal dan horizontal, serta status dari Peraturan Perundang-
undangan yang ada, termasuk Peraturan Perundang-undangan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
serta Peraturan Perundang-undangan yang masih tetap berlaku karena tidak bertentangan dengan
Undang- Undang atau PMF yang baru. Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan ini dimaksudkan
Page 19 of 26
untuk mengetahui kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai substansi
atau materi yang akan diatur. Dalam kajian ini akan diketahui posisi dari Undang - Undang KBM Unila
atau PMF yang baru. Analisis ini dapat menggambarkan tingkat sinkronisasi, harmonisasi Peraturan
Perundang-undangan yang ada serta posisi dari Undang - Undang KBM Unila dan PMF untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan. Hasil dari penjelasan atau uraian ini menjadi bahan
bagi penyusunan landasan filosofis dan yuridis dari pembentukan Undang-Undang, PMF yang akan
dibentuk.
4. BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi
suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Konstitusi
KBM Unila tahun 2006..
B. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan
sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan mahasiswa dan universitas.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna
menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan mahasiswa. Landasan yuridis menyangkut
persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu
dibentuk Peraturan
Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah
ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih
rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi
tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.
5. BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
UNDANG-UNDANG KBM UNILA, PERATURAN MAHASIWA FAKULTAS
Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi muatan Rancangan
Undang-Undang, Rancangan PMF yang akan dibentuk. Dalam Bab ini, sebelum menguraikan ruang
lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan.
Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya. Selanjutnya
mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup:
A. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa;
B. materi yang akan diatur;
C. ketentuan sanksi; dan
D. ketentuan peralihan.
6. BAB VI PENUTUP
Bab penutup terdiri atas subbab simpulan dan saran.
A. Simpulan
Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang berkaitan dengan praktik penyelenggaraan,
pokok elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya.
B. Saran
Saran memuat antara lain:
a. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu Peraturan Perundang-undangan
atau Peraturan Perundang-undangan di bawahnya.
b. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan Rancangan Undang-Undang/Rancangan PMF
dalam Prolegma dan Prolegma Fakultas.
Page 20 of 26
c. Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan penyusunan Naskah
Akademik lebih lanjut.
7. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat buku, Peraturan Perundangundangan, dan jurnal yang menjadi sumber bahan
penyusunan Naskah Akademik.
Page 21 of 26
LAMPIRAN II
UNDANG–UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
NOMOR 3 TAHUN 2013
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERATURAN
PERUNDANG–UNDANGAN
A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
3. Konsiderans
4. Dasar Hukum
5. Diktum
C. BATANG TUBUH
1. Ketentuan Umum
2. Materi Pokok yang Diatur
3. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
4. Ketentuan Penutup
D. PENUTUP
E. PENJELASAN
F. LAMPIRAN
Contoh:
A. JUDUL
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA
KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
NOMOR 87 TAHUN 2010
TENTANG
MEMUTUSKAN PERSELISIHAN TENTANG HASIL PEMILIHAN RAYA,
UNDANG-UNDANG
KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
NOMOR 2 TAHUN 2012
TENTANG
PEMILIHAN RAYA,
PERATURAN PRESIDEN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
NOMOR 82 TAHUN 2009
TENTANG
MENETAPKAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS,
PERATURAN MAHASISWA FAKULTAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOMOR 8 TAHUN 2007
TENTANG
KETERTIBAN UMUM FAKULTAS,
Page 22 of 26
B. PEMBUKAAN
Pembukaan Peraturan Perundang–undangan terdiri atas:
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa;
b. Jabatan pembentuk Peraturan Perundang-undangan KBM Unila;
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum; dan
e. Diktum.
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Pada pembukaan tiap jenis Peraturan Perundang–undangan KBM Unila sebelum nama jabatan
pembentuk Peraturan Perundang–undangan KBM Unila dicantumkan Frasa Dengan Rahmat
Tuhan yang Maha Esa yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah
marjin
b. Jabatan pembentuk Peraturan Perundang-undangan KBM Unila
Jabatan pembentuk Peraturan Perundang–undangan KBM Unila ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital yang diletakkan di tengah marjin dan diakhiri dengan tanda baca koma (,).
Contoh :
Contoh jabatan pembentuk Ketetapan MPM KBM UNILA:
KETUA MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG,
Contoh jabatan pembentuk Undang-Undang KBM UNILA:
PRESIDEN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG,
Contoh jabatan pembentuk Peraturan Mahasiswa Fakultas:
GUBERNUR FAKULTAS TEKNIK,
c. Konsiderans
Konsiderans diawali dengan kata Menimbang. Konsiderans memuat uraian singkat mengenai
pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan Perundang–
undangan KBM Unila. Pokok pikiran pada konsiderans Undang–Undang dan Peraturan
Mahasiswa Fakultas memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan
dan alasan pembentukannya yang penulisannya ditempatkan secara berurutan dari filosofis,
sosiologis, dan yuridis.
1. Unsur filosofis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta
falsafah universitas lampung yang bersumber dari Pancasila dan Konstitusi KBM Unila
Tahun 2006;
2. Unsur sosiologis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan mahasiswa dalam berbagai aspek;
3. Unsur yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan
yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian
hukum dan rasa keadilan mahasiswa.
Konsiderans Ketetapan MPM KBM UNILA cukup memuat satu pertimbangan yang berisi uraian
ringkas mengenai perlunya melaksanakanketentuan pasal atau beberapa pasal dari Undang–
Undang yang memerintahkan pengeluaran ketetapan tersebut dengan menunjuk pasal atau
beberapa pasal dari Undang–Undang KBM Unila yang memerintahkan pembentukannya untuk
menyelenggarakan perintah konstitusi KBM Unila tahun 2006, memuat unsur filosofis,
sosiologis, dan yuridis yangmenjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Ketetapan MPM
KBM UNILA.
Konsiderans Peraturan Presiden cukup memuat satu pertimbangan yang berisi uraian ringkas
mengenai perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari Undang–Undang yang
memerintahkan pembentukan Peraturan Presiden tersebut dengan menunjuk pasal atau beberapa
pasal dari Undang–Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan pembentukannya.
Page 23 of 26
Konsiderans Peraturan Presiden untuk menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan Universitas
memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan
pembentukan PMF.
Konsiderans PMF cukup memuat satu pertim bangan yang berisi uraian ringkas mengenai
perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari Undang–Undang yang
memerintahkan pembentukan PMF tersebut dengan menunjuk pasal atau beberapa pasal dari
Undang–Undang KBM Unila atau Peraturan Presiden Mahasiswa yang memerintahkan
pembentukannya.
d. Dasar Hukum
Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat. Dasar hukum memuat: Dasar kewenangan
pembentukan Peraturan Perundang - undangan; dan Peraturan Perundang-undangan yang
memerintahkan pembentukan Peraturan Perundang-undangan KBM Unila.
1. Dasar hukum pembentukan Ketetapan MPM KBM UNILA yang berasal adalah Pasal 7 dan Pasal
8 Konstitusi KBM UNILA tahun 2006.
2. Dasar hukum pembentukan Undang-Undang KBM UNILA oleh DPM U adalah Pasal 10 dan
Pasal 11 Konstitusi KBM UNILA tahun 2006.
3. Dasar hukum pembentukan Peraturan Presiden Mahasiswa Universitas Lampung yang adalah
Pasal 19 dan Pasal 20 Konstitusi KBM UNILA tahun 2006.
4. Dasar hukum pembentukan Peraturan Mahasiswa Fakultas adalah Pasal 29 Konstitusi KBM
UNILA tahun 2006.
Peraturan Perundang-undangan KBM Unila yang digunakan sebagai dasar hukum hanya Peraturan
Perundang undangan KBM Unila yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.
Peraturan Perundang-undangan KBM Unila yang akan dicabut dengan Peraturan Perundang-
undangan KBM Unila yang akan dibentuk, Peraturan Perundang–undangan KBM Unila yang sudah
diundangkan tetapi belum resmi berlaku,tidak dicantumkan dalam dasar hukum.
Jika jumlah Peraturan Perundang-undangan KBM Unila yang dijadikan dasarhukum lebih dari satu,
urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan Peraturan Perundang-undangan KBM Unila
dan jika tingkatannyasama disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan atau
penetapannya.
Penulisan jenis Peraturan Perundang-undangan KBM Unila dan rancangan Peraturan Perundang–
undangan KBM Unila, diawali dengan huruf kapital.Contoh : Undang-Undang, Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa, Peraturan Presiden Mahasiswa Universitas Lampung, Peraturan
Mahasiswa Fakultas.
e. Diktum
Diktum terdiri atas:
a. kata Memutuskan;
b. kata Menetapkan; dan
c. jenis dan nama Peraturan Perundang-undangan KBM Unila.
Kata Memutuskan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpaspasi di antara suku kata dan diakhiri
dengan tanda baca titik duaserta diletakkan di tengah marjin.
Pada Undang-Undang, sebelum kata Memutuskan dicantumkan Frasa Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG dan PRESIDEN
MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG yang diletakkan di tengah marjin.
Page 24 of 26
Contoh Undang-Undang:
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
dan
PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG
MEMUTUSKAN:
Pada Peraturan Mahasiswa Fakultas, sebelum kata Memutuskan dicantumkan frasa, Dengan
Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS....(nama fakultas) dan
GUBERNUR, yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diletakkan di tengah marjin.
Contoh:Peraturan Mahasiswa Fakultas
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS
dan
GUBERNUR FAKULTAS HUKUM
MEMUTUSKAN:
Kata Menetapkan dicantumkan sesudah kata Memutuskan yang disejajarkan ke bawah dengan kata
Menimbang dan Mengingat. Huruf awal kata Menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda baca titik dua.Jenis dan nama yang tercantum dalam judul Peraturan Perundang-
undangan dicantumkan lagi setelah kata Menetapkan tanpa frasa Universitas Lampung, serta ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.
Contoh:
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG–UNDANG TENTANG PEMILIHAN RAYA
C. BATANG TUBUH
Batang tubuh Peraturan Perundang-undangan KBM Unila memuat semua materimuatan Peraturan
Perundang-undangan yang dirumuskan dalampasal atau beberapa pasal. Pada umumnya materi muatan
dalam batang tubuh dikelompokkanke dalam:
a. ketentuan umum;
b. materi pokok yang diatur;
c. ketentuan peralihan (jika diperlukan); dan
e. ketentuan penutup.
Pengelompokan materi muatan dirumuskan secara lengkap sesuai dengan kesamaan materi yang
bersangkutan dan jika terdapat materi muatan yang diperlukan tetapi tidak dapat dikelompokkan
dalam ruang lingkup pengaturan yang sudah ada, materi tersebut dimuat dalam bab ketentuan lain-
lain.
D. PENUTUP
Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-undangan yang memuat:
a. penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan Perundang-undangan;
b. pengundangan atau Penetapan Peraturan Perundang-undangan;dan
c. akhir bagian penutup.
a. Rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan Perundang-undangan dalam
Lembaran Univeristas Lampung yang berbunyi sebagai berikut
Contoh Undang-Undang:
Page 25 of 26
“Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Univeristas Lampung”
Rumusan perintah pengundangan dan penempatan PeraturanPerundang-undangan dalam
Lembaran Fakultas (nama fakultas) atau Berita Fakultas yang berbunyi sebagai berikut:
Contoh Peraturan Mahasiswa Fakultas:
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Mahasiswa Fakultas
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Fakultas Teknik.
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan memuat:
1. tempat dan tanggal Pengundangan;
2. nama jabatan yang berwenang mengundangkan;
3. tanda tangan; dan
4. nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar;
5. Nomor Pokok Mahasiswa;
Tempat tanggal pengundangan Peraturan Perundang-undangan diletakkan di sebelah kiri (di
bawah penandatanganan pengesahanatau penetapan). Nama jabatan dan nama pejabat ditulis
dengan huruf kapital. Pada akhir nama jabatan diberi tanda baca koma.
Contoh:
Diundangkan di Bandar Lampung
Pada tanggal 28 Mei 2011
Menteri Sekretaris Kabinet BEM U KBM UNILA
ttd
(Nama Menteri)
(Nomor Pokok Mahasiswa)
b. Penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan Perundang-undangan memuat:
a. tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;
b. nama jabatan;
c. tanda tangan pejabat; dan
d. nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar;
e. Nomor Pokok Mahasiswa
Rumusan tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan diletakkan di sebelah kanan.Nama
jabatan dan nama pejabat ditulis dengan huruf kapital. Padaakhir nama jabatan diberi tanda baca
koma.
a. Pengesahan:
Contoh:
Disahkan di Bandar Lampung
Pada tanggal 22 Juli 2011
PRESIDEN MAHASISWA UNILA,
ttd
(Nama Presiden)
b. untuk penetapan:
Contoh:
Ditetapkan di Bandar Lampung
Pada tanggal 22 Juli 2011
PRESIDEN MAHASISWA UNILA,
ttd
(Nama Presiden)
Page 26 of 26
E. PENJELASAN
Setiap Undang-Undang, PMF diberi penjelasan.Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk
Peraturan Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu, penjelasan
hanya memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau padanan kata/istilah asing dalam norma yang
dapat disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang
tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud.
Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut dan
tidak boleh mencantumkan rumusan yang berisi norma. Penjelasan tidak menggunakan rumusan yang
isinya memuat perubahan terselubung terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Naskah
penjelasan disusun bersama-sama dengan penyusunan rancangan Peraturan Perundang-undangan.
Rincian penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal diawali dengan angka Romawi dan ditulis
dengan huruf kapital.
Contoh:
I. UMUM
II. PASAL DEMI PASAL
F. LAMPIRAN
Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lampiran, hal tersebut dinyatakan dalam
batang tubuh bahwa lampiran dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Perundang-undangan. Lampiran dapat memuat antara lain uraian, daftar, tabel, gambar,peta, dan
sketsa.Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lebih darisatu lampiran, tiap lampiran
harus diberi nomor urut dengan menggunakan angka romawi.
Contoh1:
LAMPIRAN I
UNDANG–UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA
UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR ... TAHUN 2013
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Contoh 2:
LAMPIRAN II
UNDANG–UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA
UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR ... TAHUN …
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG–UNDANGAN
Ditetapkan di Bandar Lampung
Pada tanggal 22 Juli 2011
PRESIDEN MAHASISWA UNILA,
(Nama Menteri)
(Nomor Pokok Mahasiswa)