UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK
DAGING DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera)
MENGGUNAKAN METODE DPPH
(1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHYDRAZYL)
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Rahman Mukti Aji
NIM : 1111103000084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada
waktunya. Saya menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai
pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, dr. M. Djauhari
Widjajakusumah, A.I.F., Dr. Arif Sumantri, M.Kes, Dr. Delina Hasan,
M.Kes, Apt selaku dekan dan wakil dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan kesempatan kepada
saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi dan untuk
seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan mengajarkan saya
selama menjalani masa didik di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Zeti Harriyati, M.Biomed dan dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku dosen
pembimbing, dimana selain mengarahkan juga memberikan motivasi
kepada saya sehingga penelitian ini bias selesai pada waktunya.
4. Kedua orangtua tercinta, Bpk. Daryoto dan Ibu Muslia serta adik saya
Imam Khatibi dan Naufal Hasan Sadeli yang selalu mendukung saya
untuk menyelesaikan penelitian ini.
5. Suryani, S.Si yang banyak mengarahkan dan mengajari saya dalam
melakukan penelitian ini sehingga penelitian ini bias selesai pada
waktunya.
6. Achmad Ali Machfud dan Nilam Fajarwati selaku kakak tingkat di PSPD
yang juga selalu memberi nasihat dan pengarahan dalam melaksanakan
penelitian ini.
7. Hanindyo Rizky Beksono, Muflikha Mayazi, Nurohimah Fuad, Nurhabiba
Edriana, dan Faizal Rachman yang selalu mengingatkan, membantu dan
menyemangati saya dalam melakukan penelitian ini.
vi
8. Seluruh mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 dan juga
teman-teman yang tidak bias saya sebutkan namanya satu persatu.
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu, penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun untuk penelitian
ini.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi masyarakat
dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, 26 September 2014
Penulis
vii
ABSTRAK
Rahman Mukti Aji. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Aktivitas
Antioksidan pada Ekstrak Daging Daun Lidah Buaya (Aloe vera)
menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).2014
Latar Belakang: Banyak penyakit dapat disebabkan oleh radikal bebas,
sehingga radikal bebas dan antioksidan banyak diteliti guna mencegah penyakit.
Penelitian menunjukkan bahwa daging daun lidah buaya (Aloe vera) bersifat
antioksidan karena mengandung senyawa flavonoid. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daging daun lidah buaya dengan
menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). Metodologi:
Penelitian ini dilakukan secara observasional. Ekstrak daging daun lidah buaya
didapatkan dengan cara maserasi dengan pelarut metanol. Uji aktivitas
antioksidan ekstrak daging daun lidah buaya dilakukan pada konsentrasi 50 ppm,
100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Ekstrak daging daun lidah buaya ditambahkan
dengan DPPH. Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif. Absorbansi diukur
untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daging daun lidah buaya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimun
515,8 nm. Hasil: Dari penelitian ini didapatkan nilai IC50 ekstrak daging daun
lidah buaya sebesar 250,42 ppm. Kesimpulan: Secara kualitatif ekstrak daging
daung lidah buaya memiliki aktivitas antioksidan, namun berdasarkan penelitian
secara kuantitatif didapatkan nilai IC50 senilai 250,42 ppm yang tidak termasuk
dalam kategori antioksidan berdasarkan klasifikasi Blois.
Kata Kunci : Antioksidan, ekstrak daging daun lidah buaya (Aloe vera), DPPH
viii
ABSTRACT
Rahman Mukti Aji. Medical Education Study Program. Antioxidant Activity
Assay of Aloe vera Extracts by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydraziyl)
Method.2014
Background: Many health problems caused by free radicals. The free radical
and antioxidant widely investigated in order to prevent various diseases.
Research shows that Aloe vera leaf had functional properties as an antioxidant
due to its flavonoid compound. The aim of this study is to know antioxidant
activity of Aloe vera leaf extract by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
method. Method: Aloe vera leaf extracted was added by maceration with
menthanol as its solvent. Antioxidant activity tested in different concentration 50
ppm, 100 ppm, 150 ppm, and 200 ppm. Aloe vera leaf extract was added by
DPPH. This study used vitamin C as positive control. Absorbance measurement
used spectrophotometer UV-Vis in maximum wave length 515,8 nm to show the
antioxidant activity. Result: From this study, the IC50 value of Aloe vera leaf
extract is 250,42 ppm. Conclusion: This study shows that qualitatively processed
Aloe vera extract has antioxidant activity, however quantitative research yielded
IC50 value of 250,42 ppm which based on Blois classification, is not considered
as antioxidant
Keywords : Antioxidant, Aloe vera leaves extract, DPPH
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL …………………………………................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………… ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………….. iv
KATA PENGANTAR ………………………………………….. v
ABSTRAK ………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………… xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………… 3
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………. 3
1.3.1 Tujuan Umum …………………………………. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………… 3
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………….... 3
1.4.1 Bagi Institusi ……………………………………. 4
1.4.2 Bagi Peneliti …………………………………….. 4
1.4.3 Bagi Masyarakat ………………………………… 4
1.5 Hipotesis ……………………………………………... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………… 5
2.1 Landasan Teori ………………………………………… 5
2.1.1 Tanaman Lidah Buaya …………………………… 5
2.1.2 Simplisia ………………………………………….. 7
2.1.3 Ekstrak dan Ekstraksi …………………………….. 7
2.1.3.1 Ekstrak …………………………………… 7
2.1.3.2 Ekstraksi …………………………………. 8
2.1.4 Radikal Bebas …………………………………….. 9
x
2.1.4.1 Dampak Radikal Bebas bagi Kesehatan …. 10
2.1.5 Antioksidan ………………………………………… 10
2.1.4.1 Vitamin C …………………………………. 11
2.1.6 Uji Aktivitas Antioksidan ………………………….. 12
2.1.6.1 Metode DPPH ……………………………… 12
2.1.6.2 Metode ABTS ……………………………… 13
2.1.6.3 Metode Deoksiribosa ………………………. 13
2.1.6.4 Metode FRAP ……………………………… 13
2.1.6.5 Metode TRAP ……………………………… 13
2.1.7 Spektrofotometer UV-Vis dan Absorbansi ………… 14
2.2 Kerangka Teori …………………………………………… 15
2.3 Kerangka Konsep ………………………………………… 15
2.4 Definisi Operasional ……………………………………… 16
BAB 3. METODE PENELITIAN …………………………………. 17
3.1 Desain Penelitian …………………………………………... 17
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………. 17
3.3 Sampel ……………………………………………………. 17
3.4 Alat dan Bahan Penelitian ……………………………….. 18
3.4.1 Alat Penelitian ……………………………………… 18
3.4.2 Bahan Penelitian ……………………………………. 18
3.5 Cara Kerja Penelitian ……………………………………… 18
3.5.1 Penyiapan Sampel atau Pembuatan Simplisia
Nabati ……………………………………………….. 18
3.5.2 Pembuatan Ekstrak Daging Daun Lidah Buaya ……. 18
3.5.3 Pembuatan Larutan ………………………………….. 18
3.6 Pengukuran Absorbansi …………………………………… 20
3.7 Manajemen Analisis Data Antioksidan …………………… 21
3.8 Hasil Ekstraksi Daging Daun Lidah buaya ………………... 21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………….. 22
4.1 Absorbansi dan % Penghambatan ………………………… 22
4.2 Penetapan Nilai IC50 ……………………………………….. 26
xi
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 29
5.1 Simpulan …………………………………………………... 29
5.2 Saran ……………………………………………………….. 29
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 30
LAMPIRAN ………………………………………………………….. 34
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Klasifikasi aktivitas antioksidan ………………….. 21
Tabel 4.1 Nilai absorbansi dan % penghambatan ekstrak
daging daun lidah buaya …………………………. 24
Tabel 4.2 Nilai absorbansi dan % penghambatan
vitamin C ………………………………………… 24
Tabel 4.3 Nilai IC50 ………………………………………… 26
Tabel 6.1 Perhitungan absorbansi, % penghambatan, dan
IC50 ekstrak daging daun lidah buaya …………… 34
Tabel 6.2 Perhitungan absorbansi, % penghambatan dan
IC50 vitamin C ……………………….…………… 35
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman lidah buaya ………………………… 6
Gambar 2.2 Daging daun lidah buaya …………………….. 6
Gambar 2.3 Rumus bangun DPPH ………………………... 12
Gambar 2.4 Reaksi DPPH dengan antioksidan …………… 13
Gambar 4.1 Larutan seri ekstrak konsentrasi 50 ppm,
100 ppm, 150 ppm, 200 ppm …………………. 23
Gambar 4.2 Larutan vitamin C 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm,
8 ppm ………………………………………….. 24
Gambar 4.3 Persamaan regresi linier ekstrak lidah
buaya …………………..................................... 26
Gambar 4.4 Persamaan regresi linier vitamin C …………… 26
Gambar 6.1 Hasil Determinasi ……………………………… 34
Gambar 6.2 Larutan hasil maserasi ………………………… 37
Gambar 6.3 Proses penyaringan larutan hasil maserasi ……. 37
Gambar 6.4 Proses evaporasi ……………………………….. 37
Gambar 6.5 Ekstrak kental daging daun lidah buaya ………. 37
Gambar 6.6 Penimbangan ekstrak kental daging daun
lidah buaya …………………………………….. 37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Determinasi ……………………………… 34
Lampiran 2 Nilai Absorbansi, % Penghambatan, dan
IC50 Ekstrak Daging Daun Lidah Buaya ………. 35
Lampiran 3 Nilai Absorbansi, % Penghambatan dan
IC50 Vitamin C …………………………………. 36
Lampiran 4 Gambar Alat dan Bahan Penelitian …………… 37
Lampiran 5 Riwayat Penulis ……………………………….. 38
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih elektron kepada radikal bebas reaktif, sehingga membentuk radikal bebas
yang tidak reaktif dan relatif lebih stabil. 1 Berdasarkan sumbernya antioksidan
terbagi menjadi 2 macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan.
Antioksidan alami adalah antioksidan yang sudah tersedia dari alam, baik dari
bahan pangan yang diperoleh melalui berbagai pengolahan maupun dari bahan
alami yang tidak bisa dijadikan bahan pangan. Antioksidan buatan adalah
antioksidan yang dihasilkan dari hasil sintesis reaksi. Di dalam tubuh manusia
mengandung antioksidan namun jumlahnya terbatas, oleh karena itu jika terkena
paparan radikal bebas berlebih tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. 2
Paparan radikal bebas dapat berasal dari luar seperti polusi udara, asap
rokok, radiasi sinar ultraviolet, dan obat-obatan, maupun dapat berasal dari dalam
tubuh yang merupakan hasil dari metabolisme normal, peradangan, kekurangan
gizi, dan respon dari luar.3 Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu
buah pasangan elektronnya sehingga cenderung tidak stabil. Untuk mengatasi
ketidakstabilannya, radikal bebas mempunyai kecenderungan berikatan dengan
elektron lain dari sel tubuh agar menjadi stabil. Elektron yang diambil dari sel
tubuh oleh radikal bebas dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga
muncullah sel-sel mutan yang dapat menyebabkan kerusakan membran sel, dan
organel-organel sel lainnya. 1
Pada beberapa laporan mengenai tanaman obat didapatkan bahwa banyak
tanaman obat yang mengandung antioksidan dalam jumlah yang besar. 4 Efek
antioksidan terutama disebabkan oleh senyawa fenol seperti flavonoid dan asam
fenolat. Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol terbesar yang ada di
alam dan terdapat di semua bagian tumbuhan. 5
Di dalam tubuh manusia,
2
flavonoid berfungsi sebagai antioksidan, melindungi strukur sel, anti inflamasi,
antibiotik dan penghambat resorpsi tulang berlebih. 6 Flavonoid juga telah
banyak dipublikasikan sebagai antivirus untuk virus HIV/AIDS dan Herpes. 7
Penelitian yang dilakukan oleh Jeanelle Boyer menjelaskan bahwa
konsentrasi flavonoid tertinggi terdapat pada bawang, brokoli, ceri, beri, apel,
teh, dan anggur merah. 8
Pengolahan makanan dapat mempengaruhi kadar
flavonoid yang terdapat dalam makanan. Makanan yang dimasak terlebih dahulu
memiliki kandungan flavonoid yang lebih rendah karena mengalami proses
degradasi oleh panas serta pada beberapa makanan yang dimasak dengan cara
direbus kandungan flavonoid dapat larut dalam air mendidih. 9
Salah satu tanaman yang mengandung antioksidan adalah lidah buaya
(Aloe vera). 10
Pada beberapa jurnal dari Universitas Madras di India, terdapat
lebih dari 360 spesies lidah buaya di daerah Amerika Utara, Eropa, dan Asia
yang termasuk family Liliaceae. Kandungan antioksidan yang terdapat dalam
lidah buaya. Kandungan antioksidan yang terdapat dalam lidah buaya digunakan
sebagai agen anti inflamasi. antivirus, anti neoplasma, antimikrobial, dan dapat
mempercepat penyembuhan luka, mengaktifkan makrofag, serta mengatasi reaksi
alergi dan masih banyak manfaat lainnya.10
Penelitian yang dilakukan oleh Yun Hu menyatakan bahwa bagian dari
tanaman lidah buaya yang diteliti adalah bagian daging daun. 11
Sementara itu
penelitian mengenai daging daun lidah buaya di Indonesia masih terbatas dan
belum ada penentuan tingkat antioksidan dalam lidah buaya. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti ingin mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak daging daun
lidah buaya dengan menggunakan metode DPPH. Daging daun lidah buaya yang
digunakan dibuat dengan berbagai larutan uji yang berbeda. Penggunaan metode
DPPH karena lebih cepat, akurat, sederhana, dan dapat dilakukan dengan sampel
yang sedikit.
3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak daging daun lidah buaya (Aloe vera) ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui kadar antioksidan pada ekstrak daging daun lidah buaya
(Aloe vera) dengan metode DPPH dengan berbagai konsentrasi larutan
uji.
1.3.2 Tujuan khusus
1.Mengetahui nilai IC50 dari daging daun lidah buaya.
2.Mengetahui apakah ekstrak daging daun lidah buaya memiliki golongan
aktivitas antioksidan sangat kuat, kuat, sedang, lemah atau tidak bisa
digolongkan.
1.4 Manfaat Penelitian
14.1 Bagi Institusi
Memberi informasi tentang aktivitas antioksidan pada ekstrak daging
daun lidah buaya sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
supaya manfaat daging daun lidah buaya bisa dikembangkan lebih jauh
lagi.
4
1.4.2 Bagi Peneliti
1. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Sebagai pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian dibidang
kesehatan
3. Menambah wawasan tentang tanaman yang mengandung antioksidan
1.4.3 Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas antioksidan
pada ekstrak daging daging daun lidah buaya.
1.5 Hipotesis
Daging daun lidah buaya (Aloe vera) memiliki aktivitas antioksidan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya atau dalam bahasa latin disebut Aloe vera merupakan
tanaman asli dari daratan kering di Afrika yang masuk ke Indonesia sekitar abad
ke-17 melalui petani Cina yang datang ke Indonesia. 12
Tanaman ini dapat
tumbuh dengan baik di daerah khatulistiwa terutama dengan ketinggian tempat 0-
1.500 m di atas permukaan laut pada jenis tanah latosol, podsolik, andosol, atau
regosol dengan drainase yang cukup baik. 13
Di Indonesia, pemanfaatan tanaman
ini masih sedikit dan kebanyakan terbatas sebagai tanaman hias dan kosmetika
penyubur rambut. 12
Lidah buaya merupakan tanaman perdu yang basah. Bagian
dalam daging daun lidah buaya ini dipenuhi getah dan daging berlendir tanpa
warna. Teksturnya kenyal dan mudah hancur. Bagian bunganya berkelamin dua
(biseksual) memiliki bentuk seperti terompet atau bertabung dengan ukuran 2
sampai 3 cm. Bagian batang lidah buaya berserat atau berkayu, pada umumnya
sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup daun yang bergerigi yang
panjangnya mencapai 15 cm dan sebagian batangnya terbenam dalam tanah.
Bagian akar lidah buaya berserabut yang panjangnya berkisar 30 cm. Lidah
buaya akan tumbuh dengan baik pada suhu 28-32o C dan pH 5,5-6 dengan
paparan sinar matahari minimal 4 jam sehari serta curah hujan 1.000-3.000 m3
per tahun. 14
Menurut klasifikasi botani, tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut15
:
-Divisi : Spermatophyta
-Sub divisi : Angiospermae
-Kelas : Monocotyledoneae
6
-Ordo : Liliaflorae
-Familia : Liliaceae
-Genus : Aloe
-Spesies : Aloe vera
Berikut ini gambar tanaman lidah buaya:
Gambar 2.1 Tanaman Lidah Buaya
Sumber: www.gardenlife.com
Gambar 2.2 Daging Daun Lidah Buaya
Sumber: www.thealoeverasite.com
Ekstrak daging daun lidah buaya mengandung sekitar 75 senyawa
bioaktif yang diantaranya terdiri dari polisakarida, glikoprotein, polisakarida,
flavonoid, aloesin, saponin, vitamin A, vitamin B, vitamin B12, vitamin C dan
7
vitamin E serta asam amino. Getah daging daun lidah buaya juga mengandung 22
asam amino yang 8 diantaranya adalah asam amino esensial yang tidak bisa
diproduksi oleh tubuh. Selain itu daging daun lidah buaya juga bersifat
antikanker. Karboksipeptidase yang terdapat pada daging daun lidah buaya
bersifat antiinflamasi, hemiselulose dan mannan berfungsi untuk pertumbuhan
dan perbaikan kulit. Polisakarida dan flavonoid juga bisa bersifat sebagai
antioksidan. 16
2.1.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan
yang dikeringkan. Simplisia dapat digolongkan dalam 3 kategori, yaitu:
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian dari
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat murni.
3. Simplisia pelican (mineral)
Simplisia pelican adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia. 17
2.1.3 Ekstrak dan Ekstraksi
2.1.3.1 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang terdapat zak aktif di dalamnya yang
telah disaring dari simplisia menggunakan bantuan pelarut yang sesuai seperti
8
metanol & etanol. Lalu, semua atau hampir semua pelarut diuapkan hingga
tersisa massa atau serbuk yang diperlukan sedemikian rupa agar memenuhi
standar baku yang sudah ditetapkan. 18
2.1.3.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan zat-zat dari bahan padat maupun cair
menggunakan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan hanya mengekstrak
substansi tanpa meyebabkan material lainnya ikut larut. Beberapa pelarut sering
digunakan adalah etanol, metanol, n-heksana, etil asetat, kloroform, aseton, dan
benzen. 18
Metode ekstraksi menggunakan pelarut padat dilakukan dengan cara
dingin dan cara panas, yaitu:
- Cara dingin
a) Maserasi
Maserasi adalah suatu proses perendaman menggunakan pelarut
untuk menyaring simplisia dengan beberapa kali pengadukan. Ada 2
macam maserasi yaitu maserasi kinetik dan remaserasi. Maserasi kinetik
apabila pada saat maserasi dilakukan pengadukan terus-menerus
sedangkan remaserasi adalah dengan menambahkan pelarut setelah
maserat pertama disaring seterusnya.
b) Perkolasi
Perkolasi merupakan suatu proses penyaringan simplisia dengan
memakai pelarut yang selalu baru. Tahapan perkolasi yaitu: pelembaman
bahan, tahap perendaman antara, perkolasi sebenarnya (penetesan atau
penampungan ekstrak) yang berakhir bila perkolat sudah mencapai 1-5
kali bahan. Perkolasi biasanya dilakukan pada suhu kamar. 18
9
- Cara panas yaitu terdiri dari digesti, sokletasi,refluks, dekoktasi, dan
infludasi. 18
2.1.4 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih
elektron yang tidak mempunyai pasangan, elektron yang tidak mempunyai
pasangan ini mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan pasangannya
dengan cara menyerang dan berikatan dengan elektron yang berada disekitarnya.
Jika radikal bebas telah berikatan dengan pasangannya, maka akan terjadi
kerusakan pada senyawa yang diserangnya. Kerusakan yang terjadi yaitu seperti
gangguan fungsi & struktur sel. Selain itu, dampak lain yang terjadi akibat
radikal bebas ketika mencari pasangannya adalah terbentuknya radikal bebas
baru yang berasal dari molekul yang elektronnya diambil. Radikal bebas menjadi
stabil apabila berikatan dengan radikal bebas lain. 2
Secara umum terdapat 3 tahapan pembentukan radikal bebas, yaitu :
1) Inisiasi (awal pembentukan)
Fe++
+ H2O2 -> Fe+++
+ OH- + .OH
R1-H + .OH -> R1. + H2O
2) Propagasi (pemanjangan rantai radikal)
R2-H + R1. -> R2. + R1-H
R3-H + R2. -> R3. + R2-H
3) Terminasi (radikal bebas bereaksi dengan radikal bebas lainnya atau
dengan penangkapan radikal yang menyebabkan pemanjangan
rantainya rendah)
R1 + R1. -> R1-R1
R2 + R1. -> R2-R1
R2. + R2 -> R2-R2 dst
10
2.1.4.1 Dampak Radikal Bebas bagi Kesehatan
Pada kondisi normal, jumlah radikal bebas yang rendah dibutuhkan untuk
ekspresi gen, pertumbuhan sel dan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Radikal bebas akan menimbulkan dampak bagi tubuh apabila kemampuan
pertahanan tubuh menurun. 19
Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel endotel dengan cara
bereaksi dengan nitrat oksida menjadi peroksinitrit. Pembuluh darah diseluruh
tubuh dapat terkena efeknya sehingga bisa timbul:
- Kerusakan glomerulus yang dapat menyebabkan gangguan ginjal
- Kerusakan pembuluh darah retina
- Kerusakan pembuluh darah koroner
- Sistem imun menurun 20
2.1.5 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang memberikan elektron yang mempunyai
berat molekul kecil namun dapat meninaktivasi dan menghambat proses oksidasi
dengan mengikat radikal bebas. Tubuh manusia secara alami dapat menghasilkan
antioksidan, namun jika jumlah radikal bebas bertambah, antioksidan yang
dihasilkan tubuh tidak mampu untuk mengikat radikal bebas tersebut dan
akhirnya dapat terjadi stress oksidatif. 2
Radikal bebas dihambat melalui 3 cara, yaitu:
- Mencegah atau menghambat pembentukan radikal bebas yang baru.
- Menginaktivasi atau menangkap radikal dan memotong propagasi
(pemutusan rantai).
- Memperbaiki kerusakan oleh radikal bebas. 2
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi
antioksidan primer dan antioksidan sekunder. 21
(1) Antioksidan primer bekerja dengan memberikan ion hidrogen atau
elektron pada radikal bebas dan memutus rantai reaksi dengan
11
mengubahnya menjadi stabil. Selain memberikan ion hidrogen,
antioksidan primer juga bereaksi dengan lipid radikal bebas dengan
membentuk kompleks lipid-antioksidan.
AH + R -> A + RH (Antioksidan memberikan ion hidorgen pada
lipid radikal bebas)
Senyawa yang termasuk antioksidan primer adalah kelompok senyawa
polifenol, asam askorbat (vitamin C), BHT, BHA, TBHQ, tokoferol, dan
PG.
(2) Antioksidan sekunder bekerja dengan mencegah terbentuknya radikal
bebas dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet, menginaktivasi singlet
oksigen, dan bekerja sinergis dengan antioksidan primer. Senyawa yang
termasuk golongan antioksidan sekunder adalah asam triodipropionat,
dilauril, dan distearil ester. 21
2.1.5.1 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) mempunyai titik lebur 190-
192oC dan mempunyai berat molekul 176,13. Vitamin C dapat dengan mudah
teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat jika terkena pengaruh oleh zat-zat
pengoksidasi lemah, enzim asam askorbat oksidase dan zat-zat pengoksidasi
lemah. Karena mudah teroksidasi, vitamin C dapat digunakan sebagai
antioksidan. 22
Vitamin C mengandung antioksidan yang berperan untuk
mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel. Antioksidan yang terdapat di
dalam vitamin C termasuk antioksidan primer. 23
12
2.1.6 Uji Aktivitas Antioksidan
2.1.6.1 Metode DPPH
DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl) adalah senyawa radikal bebas
stabil berwarna ungu yang ditemukan pada tahun 1992 yang berguna untuk
menentukan sifat antioksidan amina, fenol atau senyawa alami seperti vitamin,
obat-obatan, dan ekstrak tumbuh-tumbuhan. 24
.
Gambar 2.3 Rumus bangun DPPH
Sumber : www.merckmillipore.com
Metode DPPH adalah metode sederhana yang dapat digunakan untuk
menguji kandungan antioksidan karena pengerjaannya mudah, murah, dan cepat.
Prinsip kerja metode DPPH adalah berdasarkan kemampuan DPPH untuk
menerima atom hidrogen yang didonorkan oleh antioksidan. Setelah
mendapatkan atom hidrogen kemampuan absorpsi DPPH menjadi berkurang dan
membuat warna DPPH berubah menjadi kuning pucat yang kemudian akan
dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis. 25
Gambar 2.4 Reaksi DPPH dengan antioksidan
Sumber : www.phytojournal.com
13
2.1.6.2 Metode ABTS
Metode ABTS (2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline)6-sulfonic acid)
adalah metode yang digunakan yang digunakan untuk melihat aktivitas
antioksidan. ABTS adalah substrat peroksidase yang stabil dan larut air, apabila
dioksidasi oleh H2O2 akan membentuk membentuk senyawa radikal kation yang
tidak stabil. Prinsip metode ini adalah dengan menggunakan antioksidan dalam
jumlah tertentu untuk menghambat ABTS. Kemampuan antioksidan dalam
menghambat ABTS ini yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 734 nm. Dari hasil spektrofotometer dapat diketahui aktivitas yang
terdapat pada antioksidan. 26
2.1.6.3 Metode Deoksiribosa
Deoksiribosa (2-deoksi-D-ribosa) merupakan gula ribosa turunan gula
pentose dan yang mempunyai 5 atom karbon. Deoksiribosa apabila dipanaskan
dengan suhu dan pH tertentu akan terdekomposisi menjadi malondialdehid
(MDA) yang dapat dideteksi dengan asam tiobartiturat (TBA) menghasilkan
kromogen MDA-TBA. Perubahan Deoksiribosa menjadi malondialdehid adalah
dasar uji penangkapan radikal hidroksil. 27
2.1.6.4 Metode FRAP
Prinsip metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) adalah
berdasarkan kerja dari reduksi analog ferroin, kompleks Fe3+
dari tripiridiltriazin
Fe(TPTZ)3+
menjadi kompleks Fe2+
. Fe
2+ jika ditambahkan antioksidan pada
suasana asam akan berwarna biru. Hasil pengujian diinterpretasikan dengan
peningkatan absorbansi pada panjang gelombang 593 nm. 28
2.1.6.5 Metode TRAP
Prinsip metode TRAP (Total Radical-trapping Antioxidant Parameter)
adalah berdasarkan pengukuran penggunaan oksigen selama reaksi oksidasi lipid
terkontrol yang diinduksi oleh hasil dekomposisi dari AAPH (2-2’-Azobis(2-
aminidopropana)hidroklorida) untuk mengukur aktivitas antioksidan. 29
14
2.1.7 Spektrofotometer UV-Vis dan Absorbansi
Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat analisis sampel dengan
menggunakan prinsip-prinsip absorpsi radiasi gelombang elektromagnetik oleh
bahan untuk panjang gelombang sinar ultraviolet sampai sinar yang tampak.
Fungsi spektrofotometer UV-Vis adalah untuk menentukan kandungan zat
organik dan anorganik secara kualitatif dan kuantitatif dalam suatu larutan.
Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radasi oleh suatu
larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan. 30
Absorbansi adalah banyaknya
jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap oleh partikel yang terdapat padam
larutan. Besarnya absorbansi dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer. Hukum
tersebut menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya tampak, sinar ultraviolet, dan
cahaya-cahaya lain diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan. 31
15
2.2 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
Radikal Bebas
Uji aktivitas
antioksidan
Metode ABTS
Metode TRAP
Metode
deoksiribosa
Metode FRAP
Merusak sel tubuh
dinetralisir
Antioksidan
Berdasarkan
mekanisme kerja
Berdasarkan sumber Metode DPPH
Sekunder Primer Eksogen Endogen
Ekstrak daging daun
lidah buaya (Aloe vera)
Lidah buaya
mengandung flavonoid
DPPH Memiliki elektron
yang tidak berpasangan
analisis
Ekstrak daging
daun lidah
buaya
Bersifat
antiokasidan Metode DPPH
Perubahan warna
larutan dari ungu pekat
menjadi kuning pucat
Semakin banyak aktivitas
antioksidan terhadap DPPH
DPPH menjadi
DPPH-H yang stabil
Absorbansi diukur dengan
Spektrofotometer UV-Vis
16
2.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur
1. Konsentrasi
ekstrak
daging daun
lidah buaya
Konsentrasi larutan
uji dalam ppm (1
ppm = 1 µg/mL)
V1M1=V2M2
(perbandingan
ekstrak dengan mL
metanol)
- Numerik 25 ppm 50 ppm
75 ppm 100
ppm
2. Absorbansi
sampel
Nilai absorbansi
pada masing-
masing sampel
Diukur panjang
gelombang dengan
alat spektofotometer
Spektofoto
meter
Numerik Nm
3. IC50 Nilai konsentrasi
ekstrak yang
mampu
menghambat
aktivitas proses
oksidasi sebesar
50%
Persamaan regresi
linier
- Kategorik
Ordinal
Klasifikasi
Blois:
IC50 < 50 µg/ml
= sangat kuat
IC50 50-100
µg/ml = kuat
IC50 101-150
µg/ml = sedang
IC50 151-200
µg/ml = lemah
IC50 > 200
µg/ml = tidak
aktif
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional untuk mengetahui
aktivitas antioksidan dalam daging daun lidah buaya dengan menggunakan
metode DPPH.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
pada bulan Februari sampai bulan September 2014.
3.3 Sampel
Sampel sebanyak 300 gram daging daun lidah buaya yang digunakan
dalam penelitian ini didapatkan dari penjual bunga dan pasar swalayan di sekitar
Ciputat. Daging daun lidah buaya yang dipilih yang tidak kering, tidak berjamur,
tidak terlalu muda, tidak terlalu tua, dan sudah dibersihkan. Kemudian daging
daun lidah buaya (Aloe vera) dideterminasi oleh Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Determinasi dilakukan
untuk mengurangi kemungkinan kesalahan identitas sampel. Hasil determinasi
menunjukan bahwa sampel yang diuji benar spesies Aloe vera. Kemudian dibuat
larutan ekstraknya dalam berbagai konsentrasi, yaitu : 50 ppm, 100 ppm, 150
ppm, 200 ppm yang masing-masing dibuat secara triplo.
18
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1 Alat Penelitian
Timbangan analitik; kaca arloji; batang pengaduk; botol gelap; gelas
beaker; mikropipet 10, 100, dan 1000 µl; tip 10,100, 1000 µl; alumunium foil;
shaker waterbath; kuvet dan spektrofotometer UV-Vis Hitachi 2,2 solution.
3.4.2 Bahan Penelitian
Simplisia, metanol, DPPH, air aquades dan vitamin C.
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Penyiapan Sampel atau Pembuatan Simplisia Nabati
Daging daun lidah buaya diambil dari kebun lidah buaya (sudah
dideterminasi) kemudian dibersihkan, dikupas kulit daunnya, lalu daging
daunnya dipotong kecil-kecil dan diblender hingga halus seperti jus. Lidah buaya
yang sudah diblender lalu dihitung volumenya dalam gelas ukur. 10
3.5.2 Pembuatan Ekstrak Daging Daun Lidah Buaya
Pembuatan ekstrak daging daun lidah buaya (Aloe vera) dilakukan oleh
peneliti di laboratorium Pharmacy Drug Research dengan menggunakan metode
maserasi menggunakan pelarut metanol dan dimaserasi pada suhu 9o C selama 17
jam. Kemudian hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring. Setelahh
disaring, didapatkan filtrat dan residu. Filtrat kemudian dilakukan evaporasi
(penguapan) menggunakan rotator evaporator pada suhu 37o
C untuk
memisahkan pelarut metanol sehingga didapatkan ektrak kental daging daun
lidah buaya. 10
3.5.3 Pembuatan Larutan
a) Pembuatan Larutan DPPH 634 µM
- Timbang DPPH sebanyak 0,0014 gram
- Larutkan dalam 14 mL metanol
19
- Larutan dikocok sehingga homogen kemudian dimasukkan ke dalam
botol gelap
- Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV-Vis untuk
memperoleh panjang gelombang maksimum
b) Pembuatan Larutan kontrol
- Dalam 1500 µL metanol ditambahkan 500 µL larutan DPPH
- Larutan dikocok hingga homogen
c) Pembuatan Larutan uji
1. Larutan Induk (1000 ppm)
10 mg ekstrak daging daun lidah buaya dilarutkan kedalam 10 mL
metanol=10 mg/10 mL = 1 mg/mL = 1000 µg/mL = 1000 ppm
2. Larutan Seri
a) 50 ppm
100 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 µL. Kemudian tambahkan 500 µL larutan
DPPH.
b) 200 ppm
300 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 µL. Kemudian tambahkan 500 µL larutan
DPPH.
c) 300 ppm
200 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 µL. Kemudian tambahkan 500 µL larutan
DPPH.
d) 200 ppm
400 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 µL. Kemudian tambahkan 500 µL larutan
DPPH.
20
d) Pembuatan Larutan Kontrol Positif (Vitamin C) 32
Vitamin C berupa serbuk putih didapatkan dari Laboratorium Kimia
Obat Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Vitamin C yang
digunakan merupakan produk perusahaan VWR.
1. Larutan Induk (100 ppm)
1 mg Vitamin C murni dilarutkan dalam 10 mL metanol = 0,1
mg/mL = 100 µg/ml (ppm).
2. Larutan seri (2,4,6,8 ppm)
a) 2 ppm
40 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan
DPPH.
b) 4 ppm
80 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan
DPPH.
c) 6 ppm
120 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 µL.
Kemudian ditambahkan 500 µL larutan DPPH.
d) 8 ppm
160 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai
volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan
DPPH.
3.6 Pengukuran Absorbansi
Semua larutan kontrol, larutan ekstrak daging daun lidah buaya dan
larutan standar positif (vitamin C) dikocok menggunakan shaker waterbath dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit dalam keadaan gelap (ditutup
alumunium foil). Hal ini dilakukan karena radikal DPPH mudah didegradasi oleh
cahaya. Kemudian absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 515,8 nm. Setelah nilai absorbansinya didapat, dihitung
persen hambatan masing-masing larutan dengan menggunakan rumus: 29,33,34
% Hambatan = (Abs0-Abssampel)x100%
Abs0
21
Setelah didapatkan % aktivitas hambatan dicari nilai IC50 melalui persamaan
regresi linier y = a + bx
3.7 Manajemen Analisis Data Antioksidan
Data antioksidan pada radikal DPPH (% penghambatan) ekstrak daging
daun lidah buaya dianalisis dan dihitung nilai IC50. Semakin kecil nilai IC50
berarti aktivitas antioksidan semakin kuat. Pada penelitian ini nilai IC50 dianalisis
dan dihitung menggunakan persamaan regresi linear. 29 34 35
Data % hambatan dan konsentrasi larutan digunakan untuk mencari nilai
IC50 dengan persamaan regresi linear y = a + bx, dimana y adalah % hambat 50
(senilai 50) dan x adalah nilai IC50. 33,36
Berikut ini tabel mengenai klasifikasi
aktivitas antioksidan menurut Blois:
Tabel 3.1 Klasifikasi aktivitas antioksidan
No. Nilai IC50 Antioksidan
1. < 50 ppm Sangat kuat
2. 50-100 ppm Kuat
3. 101-150 ppm Sedang
4. 151-200 ppm Lemah
3.8 Hasil Ekstraksi Daging Daun Lidah Buaya
Dari hasil ekstraksi didapatkan 64 gram simplisia dari 300 gram daging
daun lidah buaya yang sudah diblender. Setelah maserasi didapatkan larutan 383
mL. Metode maserasi dipilih karena prosedurnya sederhana, cepat, mudah, dan
dapat menghindari kerusakan senyawa bioaktif akibat panas. 37
Setelah itu
dilakukan evaporasi selama 3,5 jam pada suhu 36o
didapatkan ekstrak kental
daging daun lidah buaya sebanyak 2,6 gram. Penelitian ini menggunakan
metanol karena metanol merupakan pelarut yang dapat menarik senyawa bioaktif
polar seperti flavonoid yang merupakan antioksidan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Absorbansi dan % Penghambatan
Hasil ekstraksi daging daun lidah buaya selanjutnya diuji aktivitas
antioksidan menggunakan metode DPPH. Kemudian dibuat larutan kontrol,
larutan seri ekstrak daging daun lidah buaya, dan larutan seri vitamin C. Setelah
diinkubasi akan terlihat secara kualitatif ada tidaknya perubahan warna pada
larutan. Berikut ini gambar larutan seri ekstrak daging daun lidah buaya:
Gambar 4.1 Larutan seri ekstrak konsentrasi 50 ppm, 100 ppm,
150 ppm, 200 ppm
Pada gambar 4.1 terlihat perbedaan warna dari berbagai macam
konsentrasi larutan uji. Pada konsentrasi 50 ppm terlihat warna ungu yang lebih
pekat dibandingkan dengan konsentrasi 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Hal ini
disebabkan baru sedikit elektron bebas pada DPPH yang diikat oleh antioksidan.
Pada konsentrasi 100 ppm terlihat warna menjadi lebih pucat daripada
konsentrasi 50 ppm, hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak elektron bebas
pada DPPH yang diikat oleh antioksidan. Pada konsentrasi 150 ppm terlihat
warna ungu menjadi lebih pucat dan pada konsentrasi 200 ppm warna ungu
menjadi sangat pucat karena banyak elektron bebas pada DPPH yang telah
23
berikatan dengan antioksidan yang ada pada sampel sehingga sifat radikal bebas
DPPH menjadi menurun. 29
Vitamin C sebagai antioksidan digunakan sebagai kontrol positif karena
vitamin C terbukti mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat. Berikut ini adalah
gambar larutan seri vitamin C:
Gambar 4.2 Larutan seri vitamin C 2 ppm, 4, ppm, 6 ppm, 8 ppm
Pada gambar 4.2 terlihat adanya perubahan warna pada larutan seri
vitamin C. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang kuat pada
larutan vitamin C mulai dari konsentrasi kecil karena pada konsentrasi kecil
terlihat warna ungu sudah tidak pekat.
Setelah diamati secara kualitatif, larutan kontrol, larutan seri ekstrak
daging daun lidah buaya dan larutan seri vitamin C diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang maksimun DPPH yaitu
515,8 nm. Hal ini untuk mendapatkan nilai absorbansi maksimum juga dan
kemudian dicari penghambatan masing-masing konsentrasi. Berikut adalah nilai
absorbansi dan % penghambatan dari tiap konsentrasi ekstrak daging daun lidah
buaya dan vitamin C:
Tabel 4.1 Nilai absorbansi dan % penghambatan ekstrak daging daun lidah buaya
No. Konsentrasi (ppm) Rata-rata nilai absorbansi % Penghambatan
1
2
3
4
50 ppm
100 ppm
150 ppm
200 ppm
0,588
0,501
0,470
0,407
11,71 %
24,77 %
29,43 %
38,88 %
24
Tabel 4.2 Nilai absorbansi dan % penghambatan vitamin C
No Konsentrasi (ppm) Rata-rata nilai absorbansi % Penghambatan
1
2
3
4
2 ppm
4 ppm
6 ppm
8 ppm
0,635
0,463
0,075
0,045
4,5 %
30,48 %
88,73 %
93,24 %
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 terlihat semakin besar konsentrasi semakin
kecil absorbansinya karena semakin besar konsentrasi larutan, aktivitas
antioksidan semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan semakin pudarnya warna
DPPH dan semakin besarnya nilai % penghambatan.
Setelah mendapatkan data % penghambatan maka dibuat grafik antara
konsentrasi larutan (x) dan % penghambatan (y) dan didapatkan persamaan
regresi liniernya. Berikut persamaan regresi linier ektrak daging daun lidah buaya
dan vitamin C:
25
Gambar 4.3 persamaan regresi linier ekstrak daging daun lidah buaya
Gambar 4.4 Persamaan regresi linier vitamin C
26
4.2 Penetapan Nilai IC50
Nilai IC50 dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan regresi
linier. Microsoft Excel digunakan untuk mencari persamaan linier karena
memudahkan untuk input data. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar
aktivitas antioksidan. 29
Setelah melakukan perhitungan dan beberapa kali
pengulangan pembuatan larutan, didapatkan nilai IC50 daging daun lidah buaya
dan vitamin C sebagai berikut:
Tabel 4.3 NIlai IC50
No. Bahan Nilai IC50
1. Ekstak Daging Daun Lidah Buaya 250,42 ppm
2. Vitamin C 4,58 ppm
Tabel diatas menunjukkan bahwa ekstrak daging daun lidah buaya
memiliki nilai IC50 sebesar 250,42 ppm. Berdasarkan klasifikasi Blois tidak dapat
diklasifikasikan kedalam kategori antioksidan. Penelitian yang dilakukan Tin
A.Khaing menjelaskan bahwa aktivitas antioksidan pada daging daun lidah
buaya dengan pelarut etanol didapatkan nilai IC50 sebesar 58,36 ppm dan
tergolong ke dalam antioksidan kuat. 38
Perbedaan pelarut yang digunakan juga
mempengaruhi kandungan antioksidan yang terdapat dalam daging daun lidah
buaya. Penelitian yang dilakukan Saritha V dkk, menjelaskan bahwa dengan
menggunakan pelarut metanol didapatkan ekstrak lidah buaya yang mempunyai
aktivitas lebih baik dibandingkan dengan pelarut etanol, heksana, aseton, dan
kloroform. 10
Penggunaan lidah buaya juga dipengaruhi oleh lama hidup tanaman
sehingga menentukan kadar antioksidan yang ada di dalamnya. Penelitian yang
dilakukan Yun Hu dkk, dengan menggunakan metode DPPH menjelaskan bahwa
aktivitas antioksidan tertinggi didapatkan pada lidah buaya dengan usia 3 tahun.
Sementara itu pada penelitian ini tidak memperhitungkan usia lidah buaya yang
digunakan. Pada tabel 4.3 untuk nilai IC50 dari vitamin C didapatkan sebesar 4,58
27
yang menunjukkan bahwa vitamin C termasuk sebagai kategori antioksidan yang
sangat kuat menurut kriteria Blois. Pada penelitian untuk mengetahui kandungan
ekstrak daging daun lidah buaya dengan berbagai metode seperti metode DPPH,
ABTS, dan xantin oksidase yang dilakukan oleh Nurten Ozsoy dkk, didapatkan
bahwa aktivitas antioksidan pada lidah buaya yang menggunakan metode DPPH
menunjukan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
aktivitas antioksidan lidah buaya dengan menggunakan metode ABTS dan xantin
oksidase. 39
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari ayat dibawah ini,
dimana segala macam tanaman yang tumbuh ditujukan untuk dipelajari umat
manusia untuk diambil manfaatnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman
yang Allah SWT tumbuhkan memiliki manfaat untuk kesehatan.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang
kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah
dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba
yang kembali (mengingat Allah). Dan kami turunkan dari langit air yang banyak
manfaatnya lalu kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji
tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai
mayang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (kami), dan
kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya
kebangkitan.” (Q.S. Qaaf: 7-11)
28
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil uji secara kualitatif, ekstrak daging daun lidah buaya
memiliki kandungan antioksidan
2. Berdasarkan hasil uji secara kuantitatif didapatkan nilai IC50 250,42 namun
tidak dapat digolongkan berdasarkan kriteria Blois.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan
senyawa bioaktif ekstrak daging daung lidah buaya yang bersifat
antioksidan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek daging daun lidah
buaya lainnya seperti toksisitas.
3. Penelitian mengenai antioksidan daging daun lidah buaya sebaiknya
dilakukan pada lidah buaya dengan usia 3 tahun
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Brewer M.S. Natural Antioxidants: Sources, Compounds, Mechanisms of
Action, and Potential Applications. Comprehensive Reviews in Food Science
and Food Safety. 2011. 4(10): 221-247
2. Winarsi H. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: potensi dan aplikasi dalam
kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. 2007. 22-23
3. Arief, Sjamsul. Radikal Bebas. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
UNAIR/RSU Dr.Soetomo. Surabaya. 2008. 47-48
4. Sembiring, Bagem Sofianna., dkk. Pengembangan Pangan Fungsional
Antioksidan. Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2010. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. 2011. 474-475
5. Neldawati, Ratnawulan, & Gusnedi. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Phillar of Physics. Oktober 2013;(2): 76-83.
6. Nijveldt, Robert J., et al. Flavonoids: A Review of Probable Mechanisms of
Action and Potential Applications. American Society for Clinical Nutrition.
2001; 74: 418-425
7. Xu, Hong-Xi., et al. Inhibitory Activity of Flavonoids and Tannins against
HIV-1 Protease. Pharmaceutical Society of Japan. 2000; 23(9): 1072-1076
8. Boyer, Jeanelle, & Lie, Rui Hai. Apple Phytochemicals and Their health
Benefits. Nutrition Journal. 2004; 4(5), http://nutritionj.com/3/1/5
9. Situmorang, Rimbun. Perbedaan Perubahan Kadar Trigliserida Setelah
Pemberian Ekstrak dan Rebusan Daun Salam (Eugeniapolyantha) pada Tikus
Sprague dawley yang diberi Pakan Tinggi Lemak. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas KedokteranUniversitas Diponegoro. Semarang.2013. 6-10
10. Saritha V, Anilakumar K R, & Khanum, Farhath. Antioxidant and
Antibacterial Activity of Aloe vera Gel Extracts. International Journal of
Pharmaceutical & Biological Archives. 2010; 1(4): 376-384
11. Hu, Yun., Xu, Juan., Qiuhui. Evaluation of Antioxidant Potential of Aloe
Vera Journal of Agricultural and Food Chemistry. 2003;51(26): 7788-7791
30
12. Furnawanthi I. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Edisi 8.
Jakarta Selatan: PT Agromedia Pustaka. 2007: 1-29
13. Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Buku Saku
Ekologi Pertanian: Budidaya Praktis Beberapa Tanaman Di Indonesia. Edisi
Revisi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2011: 170
14. Wahjono E, Koesnandar. Mengebunkan Lidah Buaya Secara Instensif.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka, 2012: 1-13
15. Tjitrosoepomo, G. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan ke
depalan. UGM Press, 2004:244
16. Joseph, Baby., Raj, S.Justin. Pharmacognostic and Phytochemical Properties
of Aloe Vera Linn – An Overview. International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research. 2010. 4(2): 106-110
17. Dalimartha, Setawan. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta:
Penebar Swadaya. 2004:34-36
18. Departemen Kesehatan RI. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta: Depkes RI.
2000. Hal. 1-12
19. Gitawati R. Radikal Bebas: Sifat dan Peranannya dalam Menimbulkan
Kerusakan/Kematian Sel. Cermin Dunia Kedokteran. 1995; No.102: 33-36
20. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7.
Volume 1. Jakarta: EGC. 2007:10
21. Arcan, Iskender. Characterization and Modification of Antioxidant Proteins
from Plan Materials. (Master of Science Thesis). Izmir Institute of
Technology. 2005: 8-10
22. Counsell, J.N. and Hornig, D.H., Vitamin C (Ascorbic Acid). Apllied Science
Publisher. London and New Jersey. 1981:457-460
23. Karinda, Monalisa., Fatimawali, & Citraningtyas, Gayatri. Perbandingan
Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan
MEtode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri. Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi. 2013. 2(1): 86-89
31
24. Ionita, P., Is DPPH Stable Free Radical a Good Scavenger for Oxygen Active
Species ?. Chem. Pap. 2003. 59(1): 11-16
25. Marxen, Kai., et al. Determination of DPPH Radical Oxidation Caused by
Methanolic Extracts of Some Microalgal Species by Linear Regression
Analysis of Spectrophotometric Measurements. Sensors. 2007: 7, 2080-2095
26. Ozgen M., Reese, Neil R., Artemio Z., et al. Modified 2,2-Azino-bis-3
ethylbenzothiazoline-6-sulfonic Acid (ABTS) Method to Measure
Antioxidant Capacity of Selected Small Fuits and Comparison to Ferric
Reducing Antioxidant Power (FRAP) and 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazil
(DPPH) Methods. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 2006: 1151-
1157
27. Haliwell B, Gutteridge JMC. Free Radical in Biology and Medicine. New
York: Oxford University Press. 2000:231-234
28. Antolovich, Michael., et al. Methods for testing Antioxidant Activity.
Analyst. 2002. 127: 183-198
29. Molyneux, Philip. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazil
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci. Technol.
2001. 26(2): 211-219
30. Triyati, Teti. Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak serta
Aplikasinya dalam Oseanologi. Oseana. 1985. 10(1): 39-47
31. Gandhimathi R, et al. Analytical Process of Drugs by Ultraviolet (UV)
Spectroscopy – A Review. International Journal of Pharmaceutical Research
& Analysis. 2012. 2(2): 72-78
32. Nabavi SF, Nabavi SN, Ebrahizadeh MA, Asgarirad H. The Antioxidant
Activity of Wild Medlar (Mespilus germanical) Fruits, Stem Bark and Leaf.
African Journal of Biotechnology 10 January 2011;10(2): 283-289
33. Reddy LJ, Jalli RD, Jose B, Gopu S. Evaluation of Antibacterial &
Antioxidant Activities of The Leaf Essential Oil & Leaf Extract of Citrus
aurantifolia. Asian Journal of Biochemical and Pharmacheutical Research.
May 2012; 2: 346-353
32
34. Widyarti G, Sundowo A, Hanafi M. The Free Radical Scavenging and
Antihyperglicemic Activities of Various Gambiers Available in Indonesian
Market. Makara Sains. November 2011; 15(2): 129-134
35. Kekuda TRP, Vinayaka KS, Kumar SUP, Sudharshan SJ. Antioxidant and
Antibacterial Activity of Lichen Extracts, Honey and Their Combination.
Journal of Pharmacy Research 2009; 2(12): 1875-1878
36. Karamian R, Ghasemlou F. Screening of Total Phenol and Flavonoid
Content, Antioxidant and Antibacterial Activities of the Methanolic Extracts
of Three Silence Species from Iran. Journal of Agriculture and Crop
Sciences. 2013; 5: 305-312
37. Harbone JB. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata Edisi II. Bandung: ITB Press.
2006:87-88
38. Khaing, Tin.A., Evaluation of the Antifungal and Antioxidant Activities of
the Leaf Extract of Aloe vera (Aloe barbadensis Miller). World Academy of
Science, Engineering and Technology. 2011: 75: 610-612
39. Oszoy, Nurten., et al. Implications for Degenerative Disorders. Antioxidative
Activity, Total Phenols, Flavonoids, Ascorbic Acid, beta-carotene and beta-
tocopherol in Aloe vera. Oxid Med Cell Longev. 2009: 2(2): 99-106
33
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Determinasi
Ganbar 6.1 Hasil Determinasi
34
Lampiran 2
Nilai absorbansi, % Penghambatan dan IC50 Ekstrak daging Daun Lidah Buaya
Tabel 6.1 Perhitungan absorbansi, % penghambatan dan IC50 ekstrak daging
daun lidah buaya
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
(nm)
Rata-rata
Absorbansi
(nm)
% penghambatan (Abs0 – Abs
sampel/Abs0) x 100% (%)
50
100
150
200
● 0,523
● 0,619
● 0,621
● 0,518
● 0,510
● 0,475
● 0,494
● 0,459
● 0,457
● 0,393
● 0,454
● 0,375
0,588
0,501
0,470
0,407
0,699 – 0,588x100% = 15,87%
0,699
0,699 – 0,501x100% = 28,32%
0,699
0,699 – 0,470x100% = 32,76%
0,699
0,699 – 0,407x100% = 41,7 %
0,699
Y = a + bx
50 = 9,18 + 0,163x
40,82 =0,163x
X = IC50 = 250,42
35
Lampiran 3
NIlklai Absorbansi, % Penghambatan dan IC50 Vitamin C
Tabel 6.2 Perhitungan absorbansi, % penghambatan dan IC50 Vitamin C
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
(nm)
Rata-rata
Absorbansi
(nm)
% penghambatan (Abs0 – Abs
sampel/Abs0) x 100% (%)
2
4
6
8
● 0,666
● 0,602
● 0,639
● 0,542
● 0,433
● 0,415
● 0,113
● 0,065
● 0,047
● 0,049
● 0,034
● 0,053
0,635
0,463
0,075
0,045
0,699 – 0,635x100% = 9,15%
0,699
0,699 – 0,463x100% = 33,76%
0,699
0,699 – 0,075x100% = 89,27%
0,699
0,699 – 0,045x100% = 93,56%
0,699
Y = a + bx
50 = -20,75 + 15,43x
70,75 =15,43x
x = IC50 = 4,58
36
Lampiran 4
Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 6.2 Larutan hasil maserasi Gambar 6.3 Proses penyaringan
hasil maserasi
Gambar 6.4 Proses evaporasi Gambar 6.5 Ekstrak kental
daging daun lidah buaya
Gambar 6.6 Penimbangan ekstrak kental daging daun lidah buaya
37
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Identitas :
Nama : Rahman Mukti Aji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal, Lahir : Tanjung Sejaro, 23 Desember 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lintas Timur km.36 RT.08 Lk.04 No.054,
Kel. Indralaya Mulya, Kec. Indralaya, Kab.Ogan
Ilir, Sumatera Selatan
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
● 1999 – 2005 : Sekolah Dasar Negeri 01 Indralaya
● 2006 – 2009 : Madrasah Tsanawiyah Negeri Sakatiga
● 2009 – 2011 : Madrasah Aliyah Negeri 03 Palembang
● 2011 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta