Download - Tugas Ptk Oleh Baharudin Smpn 26 Berau
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DITINJAU
DARI UNSUR INTRINSIK DENGAN METODE INKUIRI
SISWA KELAS IX SMP 26 BERAU
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Disusun Oleh :
BAHARUDIN
NIP 19681011 199403 1 008
PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 26 BERAU2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulisan proposal penelitian tindakan kelas ini dapat penulis selesaikan.
Proposal ini disusun sebagai bagian dari kegiatan Diklat Bimtek Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Guru SMP Tingkat Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materiil, sehingga
proposal penelitian tindakan kelas ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang positif sangat penulis harapkan.
Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi pendidik khususnya, dan kepada para
pembaca pada umumnya. Amin.
Samarinda, Oktober 2009
Penulis,
Baharudin
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Pemecahan Masalah ............................................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian................................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS.......................................................................... 6A. Kerangka Teoritis................................................................................ 7
1.Pengertian Puisi............................................................................... 7
2.Unsur Intrinsik Puisi......................................................................... 8
3.Naskah Puisi....................................................................................
..........................................................................................................
10
4.Amanat Puisi “Sore Tugu Pancoran”.................................................
..........................................................................................................
13
5.Hipotesis Tindakan......…………………………………………………………………………………………………13
6.Alternatif Solusi atau Hipotesis..................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................................................................................................................................................15
A. Metode...............................................................................................
..........................................................................................................
15
B. Subjek Penelitian................................................................................
..........................................................................................................
17
C. Tempat dan Waktu..............................................................................
..........................................................................................................
18
D. Jadwal Penelitian ................................................................................
..........................................................................................................
18
E. Definisi Operasional............................................................................
..........................................................................................................
18
F. Prosedur Penelitian.............................................................................
..........................................................................................................
20
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................
..........................................................................................................
21
H. Teknik Pengolahan Data......................................................................
..........................................................................................................
22
Daftar
Pustaka..........
..........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pengajaran sastra (Indonesia) di sekolah tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata
pelajaran yang mandiri, melainkan “hanya” menjadi bagian dari mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia. Dengan demikian, seorang guru bahasa (Indonesia) juga berarti guru
apresiasi sastra. Pengembangan sastra ke dalam pengajaran bahasa Indonesia memang wajar
dan dapat dimengerti. Sebab, bahasa merupakan sarana pengucapan sastra, bahasa merupakan
salah satu unsur bentuk sastra yang sangat penting. Bahkan secara lahiriah, asfek formal yang
tampak, wujud sastra adalah bahasa. Sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa
yang unsur-unsur keindahannya menonjol. Akan tetapi, sebagai sebuah karya seni, sastra
tidak semata-mata hanya berurusan dengan unsur bahasa saja, melainkan juga unsur-unsur
sastra yang lain juga tak kalah pentingnya. Perpaduan yang harmonis antara berbagai unsur
sastra yang secara sederhana dapat dibedakan ke dalam unsur bentuk dan isi akan
menghasilkan karya sastra yang bernilai tinggi (Nurgiyantoro, 1995:314).
Masalah yang dihadapi guru di sekolah adalah bagaimana mengajar, membimbing
dan melatih siswa mengapresiasikan sastra dengan bekal dan sikap seperti di atas. Paling
tidak, bagaimana kita mengajarkan kemampuan berbahasa siswa yang menunjang
penguasaan kode bahasa yang dibutuhkan dalam pemahaman karya sastra. hal ini perlu
ditegaskan disini sebab walau pengajaran (apresiasi) sastra merupakan bagian pengajaran
bahasa Indonesia, pada kenyataannya sering “dibuat” jurang pemisah antara pokok-pokok
bahasan keberhasilan di satu pihak dengan pokok bahasan sastra di pihak lain. Hal yang
sedemikian berarti mengecilkan arti integrasi antara pengajaran bahasa dan sastra.
Idealnya terjadi kaitan yang erat antara pengajaran bahasa dengan pengajaran sastra
yang bersifat saling mengisi dan menunjang. Dengan demikian, terdapat korelasi antara
kemampuan berbahasa yang tinggi yang dimiliki seorang siswa akan menjadi petunjuk bahwa
ia juga tinggi kemampuan berapresiasi sastranya. Demikian pula sebaliknya.
Secara garis besar bahan pengajaran sastra dapat dibedakan ke dalam dua golongan:
(1) bahan apresiasi tak langsung, dan (2) bahan apresiasi langsung. Namun perbedaan
tersebut tidak bersifat eksak, sebab dimungkinkan sekali terjadi ketumpangtindihan di antara
keduanya. Bahan apresiasi sastra yang tak langsung terutama berfungsi untuk menunjang
keberhasilannya pengajaran apresiasi sastra yang bersifat langsung. Bahan apresiasi sastra
yang tak langsung menyarankan pada tahun pengajaran yang bersifat teoretis dan sejarah
sastra, atau pengetahuan tentang sastra. Bahan pengetahuan tentang sastra memang penting,
namun berhubung kedudukannya yang “hanya” membantu keberhasilan pengajaran bahan
yang kedua, ia harus dibatasi dan jangan diutamakan sehingga menggeser kedudukan
pengajaran apresiasi yang bersifat langsung.
Pengajaran apresiasi langsung menyaran pada pengertian bahwa siswa langsung
dihadapkan pada berbagai jenis karya sastra. Siswa secara kritis dibimbing untuk memahami,
mengenali berbagai unsurnya yang khas, menunjukkan kaitan di antara berbagai unsur, dan
lain-lain yang semuanya tercakup dalam wadah apresiasi. Untuk dapat melakukan hal
tersebut memang diperlukan bekal teoretis kemampuan siswa untuk mengapresiasi karya
sastra akan lebih berarti daripada sekedar pengetahuan tentang sastra. Dengan bekal
kemampuan itu, siswa akan mampu menimba berbagai pengalaman kehidupan melalui
berbagai karya sastra, sendiri dan langsung, tak terbatas pada lingkupnya dan waktu di
sekolah. Itu sebabnya, pengajaran apresiasi sastra yang bersifat langsung haruslah
ditekankan.
Bagaimanakah cara mengajarkan sastra, tentulah harus dipertimbangkan dari segi
tujuan, seperti yang telah dikemukakan di atas, dan dari segi bahan yang digunakan. Di
samping itu, perlu dipertimbangkan pula dari segi keadaan terdidik yang belajar, dan teknik
pembelajaran yang akan digunakan untuk menyajikan khusus yang telah ditetapkan dapat
dicapai oleh siswa.
Pengajaran sastra termasuk pengajaran yang tua umurnya dan hingga sekarang masih tetap bertahan dalam kurikulum sekolah. Hal ini disebabkan oleh tingginya peran pengajaran sastra dalam mencapai tujuan pendidikan, seperti aspek susila, sosial, perasaan, sikap penilaian dan keagamaan (Rusyana, 1982:6).
Meski tidak tergolong pengajaran baru, pada kenyataannya dewasa ini kita masih
mendengar beberapa keluhan tentang ketidakberhasilan pengajaran sastra di sekolah. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hutagalung, bahwa “Pengajaran sastra di
sekolah itu belum mampu berperan sebagaimana mestinya, para lulusan sekolah kita pada
umumnya belum memiliki apresiasi yang memadai terhadap karya sastra” (1994:16).
Dalam memilih bahan pengajaran sastra, kita perlu mempertimbangkan faktor-
faktor tertentu, misalnya baik buruknya dari segi sastra, relevan tidaknya dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran, memenuhi atau tidaknya kriteria pemilihan bahan ajar apresiasi
sastra. Hal ini, tentunya didasarkan pada pertimbangan agar pengajaran sastra tidak
menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu
dilakukan suatu penelitian yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk laporan penelitian
yang berjudul, Pembelajaran Apresiasi Puisi “Sore Tugu Pancoran” Karya Iwan Fals
Ditinjau Dari Unsur Intrinsik Puisi (Tema, Rasa, Nada, Amanat) Di SMPN 26 Berau.
Dipilihnya puisi Sore Tugu Pancoran karya Iwan Fals tersebut cukup beralasan,
karena puisi tersebut dihasilkan (dicipta) oleh salah seorang seniman.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, maka perlu melakukan analisis sehingga dapat
merumuskan masalah dengan jelas. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang
diidentifikasi masih kabur. Analisis masalah dapat dilakukan melalui refleksi atau kaji ulang
berbagai dokumen.
Dari hasil analisis masalah yang dilakukan guru (saya sebagai peneliti dalam
kegiatan PTK) ini ternyata masalah yang paling urgen dan mendesak untuk dicarikan solusi
pemecahannya adalah dalam hal perencanaan, proses dan hasil belajar siswa dalam
mengapresiasi puisi.
Rumusan masalah sangat penting dalam penelitian. Hal ini sebagaimana ditegaskan
oleh Engkoswara (1996:77), “ Rumusan masalah sangat penting, karena dapat dijadikan
sebagai penuntun atau pedoman untuk langkah-langkah penelitian. Suatu penelitian tanpa
rumusan yang jelas tidak akan membuahkan hasil yang baik”.
Bertolak dari latar belakang masalah dan juga pendapat di atas, maka untuk
kepentingan penelitian ini akan dirumuskan beberapa masalah. Mengingat demikian
banyaknya hal yang perlu dan dapat diungkap dari sebuah puisi, pada kesempatan penulisan
makalah ini dilakukan pembatasan masalah sebagaimana dirumuskan dalam kalimat
pertanyaan berikut ini:
1) bagaimanakah bentuk perencanaan guru dalam pembelajaran apresiasi puisi “Sore
Tugu Pancoran” karya Iwan Fals ditinjau dari unsur hakekat puisi pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX SMPN 26 Berau Kecamatan Segah?
2) bagaimanakah tema, rasa, nada, dan amanat puisi “Sore Tugu Pancoran” Karya Iwan
Fals yang dijadikan bahan ajar pembelajaran apresiasi puisi di Kelas IX SMPN 26
Berau Kecamatan Segah Kabupaten Berau?
3) bagaimanakah perubahan kemampuan siswa Kelas IX SMPN 26 Berau Kecamatan
segah Kabupaten Berau setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi?
C. Pemecahan Masalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari tiga siklus dan disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah dikemukakan pada rumusan masalah.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan didasarkan atas tahapan yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc. Taggart (Suyanto,1997:16), yang terdiri atas perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (refleksion).
Upaya pemecahan masalah sebagai langkah pencarian jawaban atas permasalahan
yang diungkapkan dalam rumusan masalah penelitian ini dilakukan dengan cara
mengujiterapkan metode inquiry dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa sesuai
dengan langkah-langkah metode inquiry yang ditindaklanjuti dengan tindakan penelitian
sesuai pendapat Kemmis dan Taggart.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Ingin mengetahui bentuk perencanaan pembelajaran apresiasi puisi ditinjau dari unsur
hakekat puisi;
2) Ingin mendeskripsikan proses pembelajaran apresiasi puisi “Sore Tugu Pancoran”
Karya Iwan Fals dilihat dari unsur tema, rasa, nada, dan amanat;
3) Ingin mengetahui perubahan kemampuan siswa Kelas IX SMPN 26 Berau Kecamatan
Segah setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi ditinjau dari unsur hakekat
puisi.
E. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu manfaat secara teoretis
dan secara praktis. Secara teoretis, diharapkan melalui teori-teori yang digunakan dalam
penelitian dapat membekali para pembelajar sastra di sekolah dasar, khususnya bagi siswa.
Secara praktis diharapkan setelah bekal dimiliki para pembelajar sastra, baik guru maupun
siswa mampu melaksanakan apresiasi puisi yang sesungguhnya.
Melalui penelitian ini diperoleh manfaat sebagai berikut.
1) Bagi Peneliti:
(1) dapat dijadikan pengalaman berharga dalam menyusun perencanaan pembelajaran apresiasi puisi;
(2) dapat diketahui tema, rasa, nada, amanat dan kesesuaian puisi dengan kriteria
pemilihan bahan ajar apresiasi sastra.
(3) menjadikan bekal yang berguna untuk penelitian lebih lanjut.
2) Bagi Siswa:
(1) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi
(2) memotivasi siswa untuk meningkatkan belajar mengapresiasi puisi.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.Kerangka Teoretis
Cerita fiksi diartikan sebagai prosa naratif yang bersipat imajinatif, namun biasanya
masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan–hubungan antar
manusia. Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pangalaman dan pengamatannya
terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan
tujuannya yang sekaligus memasukan unsur hiburan dan penerangan kehidupan yang akan
diceritakan tersebut, tentu saja, bersifat subjektif. (Lewis dalam Nurgiyantoro, 2000:2).
1) Pengertian Puisi
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi ’hasil seni
sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan“ ( Ensiklopedia Indonesia N-Z; tanpa tahun : 1147).
Dalam bahasa Inggris padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat hubungannya
dengan kata –poet dan kata –poem. Mengenai kata poet ini Vencil C. Coulter memberi
penjelasan sebagai berikut :
“Kata poet berasal dari kata Yunani yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci; yang sekaligus merupakan seorang pilsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi”. (Coulter; 1930 : 284 – 5).
Kedua keterangan di atas lebih bersifat etimologis terhadap kata puisi. Untuk
mendapat gambaran yang lebih jelas, kita masih membutuhkan keterangan lain. Ralph Waldo
Emerson memberi penjelasan bahwa sebagai berikut:
“puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dan alasan yang menyebabkannya ada..... karena bukannya irama melainkan argumen yang membuat iramalah (yaitu ide atau gagasan) yang menjelmakan suatu puisi. Sang penyair mempunyai suatu pikiran baru : dia mempunyai suatu keseluruhan pengalaman baru untuk disingkapkan; dia ingin mengutarakan kepada betapa caranya pengalaman itu bersatui dengan dia dan semua orang akan mempunyai perbendaharaan yang lebih kaya dengan pengalaman tersebut“ (Blair & Chandler 1935 : 3).
Selanjutnya pengarang terkenal Edgar Allan Poe membatasi sebagai berikut:
“puisi kata sebagai kreasi keindahan yang berirama (the rhythmical creation of beauty). Ukuran satu-satunya untuk itu ialah rasa dengan intelek ataupun dengan kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki hubungan-hubungan skunder saja. Kalau tidaklah bersipat isidental, maka puisi itu tidaklah mempunyai hubungan apa-apapun baik dengan kewajiban maupun dengan kebenaran“. (Blair & Chandler 1935 : 3).
Dari kedua sumber itu dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa keduanya mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap puisi. Nyata bagi kita bahwa bagi Emerson ide atau
gagasan merupakan bagian yang vital dari puisi; sedangkan bagi Poe, yang merupakan unsur
utama dari puisi adalah keselarasan atau keharmonisan. Perbedaan pokok antara kedua
sumber ini sebenarnya berakar pada perbedaan konsepsi mereka mengenal puisi.
2) Unsur Intrinsik Puisi
Hakekat puisi diantaranya tema, rasa nada, dan amanat. Keempat unsur inilah yang
banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan puisi pada
umumnya.
Zulfahnur mengemukakan bahwa,
Unsur yang membangun struktur fiksi ini ialah unsur intrinsik (yaitu permasalahan kehidupan, falsafah, cita-cita, ide-ide dan gagasan serta latar budaya yang menumpang kisahan cerita) dan unsur intrinsik ini terdiri atas tema, amanat, alur perwatakan, sudut pandang, latar dan gaya bahasa. (Depdikbud, 1997 : 25).
Dalam penelitian ini unsur-unsur yang diteliti keterhubungannya, yaitu tema, rasa,
nada dan amanat.
(1) Tema
Tema sebagai ide pokok cerita merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah
cerita. Berdasarkan pendapat di atas akhirnya dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa tema
adalah persoalan inti atau ide sebuah cerita yang mendasari sebuah cerita sehingga berperan
juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karangannya.
Lebih jelasnya uraian tentang tema, salah seorang ahli mengemukakan, “Tema adalah persoalan yang mendapat tempat dan warna tersendiri di hati pengarang” (Rusyana, 1978 : 65). Tema sebagai ide atau gagasan cerita merupakan masalah penting dalam suatu cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Wilson bahwa, “Tema adalah inti yang akan disampaikan pengarang atau dasar cerita yang menjiwai seluruh cerita” (1989 : 14).
(2) Rasa
Yang dimaksud dengan rasa atau feeling adalah the poets attitude to ward his
subject, yaitu sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam
puisinya.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai dua orang atau lebih menghadapi
keadaan yang sama tetapi justru dengan sikap yang berbeda. Dua orang penyair atau lebih,
dapat menyairkan objek yang sama dengan sikap yang berbeda.
(3) Nada
Nada adalah sikap sang penyair terhadap permbacanya. Atau dengan perkataan lain,
sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya.
Nada yang dikemukakan oleh seorang penyair dalam suatu sanjak, akan ada sangkut
pautnya atau hubungannya yang erat dengan tema dan rasa yang terkandung dalam sanjak
tersebut. Tentu sajalah sumbang bila pada suatu sajak yang bertema kegagalan terhadap rasa
keangkuhan serta nada yang menggembirakan misalnya.
(4) Amanat
Orang hidup ada tujuan. Orang bekerja ada maksud. Tujuanlah yang mendorong
orang melakukan sesuatu. Hanya terkadang tujuan tersebut tidak disadari, namun dia tetap
ada: Secara eksplisit atau secara implisit.
Demikian pula halnya dengan para penyair. Sadar atau tidak sadar, dia mempunyai
tujuan dengan sajak-sajak ciptaannya. Apakan tujuan ini pertama sekali untuk memenuhi
kebutuhan pribadi sendfiri atau yang lainnya, bergantung kepada pandangan hidup sang
penyair.
3) Naskah Puisi
Puisi Sore Tugu Pancoran karya Iwan Fals, dalam buku Belajar Berbahasa
Indonesia untuk SMP kelas IX halaman 69, naskah lengkapnya adalah sebagai berikut.
SORE TUGU PANCORAN
Oleh Iwan Fals
Si Budi kecil kuyup menggigil
menahan dingin tanpa jas hujan
di simpang jalan Tugu Pancoran
tunggu pembeli jajakan koran
menjelang magrib hujan tak reda
si Budi murung menghitung laba
surat kabar sore dijual malam
selepas isya melangkah pulang
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal
Cepat langkah waktu pagi menunggu
si budi sibuk siapkan buku
tugas dari sekolah selesai setengah
sanggupkah si Budi diam di dua sisi
(1) Tema Puisi Sore Tugu Pancoran
Unsur-unsur intrinsik yang dianalisis dalam kesempatan ini adalah unsur tema, alur,
dan tokoh. Berdasarkan hasil penelitian, maka data yang diperoleh untuk pendukung unsur-
unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Jelas bahwa dengan puisinya sang penyair ingin mengemukakan sesuatu bagi para
penikmatnya. Sang penyair melihat atau mengalami beberapa kejadian dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Dia ingin mengemukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-
hal itu dengan cara sendiri. Atau dengan perkataan lain, sang penyair ingin mengemukakan
pengalaman-pengalamannya kepada para penikmat.
Tema yang disajikan dalam puisi Sore Tugu Pancoran adalah perjuangan hidup,
pendapat tersebut sesuai dengan data pendukung, adalah sebagai berikut.
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal
Dari kutipan di atas jelas bahwa betapa berat perjuangan hidup seorang anak dalam
Tugu Pancoran, hanya dengan Ia tak pernah membedakan untuk siapa puisi itu, yang ada
dalam hanya satu surat harus sampai kepada si alamat. Tema tersebut pada saat ini tidaklah
jauh berbeda dalam bentuk pengabdiannya, walaupun sarana pada saat ini menggunakan
sepeda motor.
(2) Rasa Puisi Sore Tugu Pancoran
Wan Pals membuat puisi dengan judul Sore Tugu Pancoran, ia berpendapat bahwa
semua orang mengenal Sore Tugu Pancoran.
Sore Tugu Pancoran menghadirkan sebuah alat/ instrumen yang berkaitan dengan
nilai rasa.
Dari uraian di atas pengarang sangat respek dan menaruh simpatik kepada perjuangan
dan kegigihan sang tokoh dalam Sore Tugu Pancoran. Hal tersebut juga dirasa tidak hanya
oleh penyair tetapi sangat dirasakan oleh pembaca. Apalagi penyair pandai untuk menarik
simpati pembaca dengan sajian kata/diksi yang menyentuh para penikmat puisi.
(3) Nada Puisi Sore Tugu Pancoran
Nada yang terdapat dalam puisi Sore Tugu Pancoran tak lepas dari tema dan rasa
yang telah dibahas terdahulu. Nada merupakan sikap sang penyair tehadap pembacanya.
Penyair puisi Sore Tugu Pancoran mengingatkan kembali kepada para penikmat puisi agar
jangan sampai melupakan orang-orang kecil (miskin) seperti pada Sore Tugu Pancoran.
Sentuhan penyair cukup bijaksana untuk masa seusia mereka. Diharapkan rekan
mereka tidak melupakan Sore Tugu Pancoran, karena sudah jarang anak-anak masa sekarang
yang bergelut dengan kemelaratan.
Maka dapat disimpulkan nada pada puisi Sore Tugu Pancoran sejalan dan selaras
dengan tema dan rasa yang telah dibahas sebelumnya, sehingga tidak terdapat kerancuan satu
sama lainnya.
(4) Amanat Puisi Sore Tugu Pancoran
Iwan Fals mengungkapkan secara jelas dan tegas. Dia mengatakan bahwa pertama
sekali untuk memuaskan diri sendiri, sesudah itu baru pada yang lain-lainnya.
Tujuan atau amanat yang terdapat dalam puisi dapat berupa, didaktis, religius,
filosofis, dan sebagainya. Kalau kita analisis puisi Sore Tugu Pancoran tujuan yang
terkandung berupa tujuan didaktis.
Hal itu terdapat dalam kata-kata yang dimulculkan serta amanat yang tekandung di
dalamnya. Sebagaimana bahasan terdahulu, tujuanpun sama halnya dengan yang lalu yaitu
tidak terlepas dari tema, rasa, dan nada.
b. Hipotesis Tindakan
Apabila dalam pembelajaran apresiasi puisi guru mengajak siswa untuk turut serta
memposisikan diri sebagai pengarang disertai pemahaman-pemahaman akan
hakekat puisi yang terdiri dari tema, rasa, nada dan amanat dimungkinkan siswa
akan mudah memahami cara-cara mengapresiasi puisi.
7. Alternatif Solusi / Hipotesis
Pembelajaran akan optimal apabila guru terlebih dahulu membuat perencanaan
dengan menyusun berbagai strategi dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan serta
kebutuhan peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut dan berdasarkan rumusan masalah
yang telah ditetapkan, maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah seperti berikut:
Jika dalam pembelajaran apresiasi puisi di kelas IX SMP Negeri 26 Berau Kecamatan
SegahKabupaten Berau menggunakan metode inquiry maka dapat meningkatkan pemahaman
dan prestasi hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dan disesuaikan dengan tujuan
yang ingin dicapai, seperti apa yang telah dikemukakan pada rumusan masalah. Penelitian
tindakan kelas yang dilakukan didasarkan atas tahapan yang dikemukakan oleh Kemmis dan
Mc. Taggart (Suyanto, dkk, 1997:16), yang terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (refleksion).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode
Peneltian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dan disesuaikan dengan tujuan
yang ingin dicapai, seperti apa yang telah dikemukakan pada rumusan masalah. Penelitian
tindakan kelas yang dilakukan didasarkan atas tahapan yang dikemukakan oleh Kemmis dan
Mc. Taggart (Suyanto,1997:16), yang terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (refleksion).
Secara lebih rinci, rencana tindakan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Siklus I
Pemahaman konsep apresiasi puisi.
1) Tindakan 1
Penanaman konsep perencanaan pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan
metode inquiri.
2) Tindakan 2
Penanaman konsep pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan
metode inquiri.
3) Tindakan 3
Penanaman konsep penilaian keterampilan apresiasi puisi dengan menggunakan
metode inquiri.
b. Siklus II
Pemahaman konsep keterampilan apresiasi puisi dengan menggunakan metode inquiri.
1) Tindakan 1
Ujicoba konsep Rencana Pembelajaran (RP) dan Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) perencanaan pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode
inquiri.
2) Tindakan 2
Ujicoba pelaksanaan konsep Rencana Pembelajaran (RP) dan Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP) pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode
inquiri.
3) Tindakan 3
Perbaikan skenario pembelajaran keterampilan apresiasi puisi dengan menggunakan
metode inquiri.
c. Siklus III
Perubahan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi.
1) Tindakan 1
Kemampuan siswa sebelum mengikuti pembelajaran apresiasi puisi melalui
penggunaan metode inquiri dianalisis hasilnya berdasarkan hasil prates.
2) Tindakan 2
Kemampuan siswa selama mengikuti pembelajaran apresiasi puisi melalui
penggunaan metode inquiri dianalisis hasilnya berdasarkan proses.
3) Tindakan 3
Kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi melalui
penggunaan metode inquiri dianalisis hasilnya berdasarkan hasil pascates.
B. Subjek
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Bertolak dari
pendapat ini, dapat ditentukan populasi yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru dan
siswa SMP Negeri 26 Berau Tahun Pelajaran 2009/2010, dengan perincian sebagaimana
tertuang pada tabel berikut ini.
Guru Bahasa IndonesiaSiswa
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah1 20 24 27 71
1 20 24 27 71
Sumber data dalam penelitian adalah guru dan siswa Kelas IX SMP Negeri 26
Berau. Sehubungan dengan sumber data, Arikunto (2002:117) menjelaskan bahwa,
Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber datanya disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa
benda, gerak atau proses sesuatu.
Untuk mengidentifikasi sumber data penelitian, Arikunto (2002:107)
mengklasifikasikan menjadi 3 bagian huruf depan P, yaitu:
P = person, sumber data berupa orang
P = place, sumber data berupa tempat
P = paper, sumber data berupa paper
Sumber data dalam hubungan seluruh atau sebagian sumber maka yang dijadikan
sebagai subjek penelitian maka dikenal adanya istilah populasi dan sampel. Kedua istilah
tersebut merupakan bagian sumber data penelitian ini yang akan dijelaskan secara terpisah.
C. Tempat dan Waktu
Tempat : SMP Negeri 26 Berau
Waktu : Bulan Desember 2009
D. Jadwal Penelitian
No Jenis KegiatanMinggu ke...... / HariIII (TIGA)S S R K J S
I Persiapan
1. Rapat X
2. Penyusunan Proposal X
3. Penyusunan Instrumen X
4. Review Proposal dan Instrumen X
II Pelaksanaan
1. Penjadwalan X
2. Pelaksanaan Kegiatan PTK X
3. Pengumpulan Data X
4. Melakukan Refleksi X
5. Melaksanakan Tindakan Ulang X
III Menyusun Laporan
1. Analisis data X
2. Penyusunan Buram (Draft) X
3. Rapat Review Laporan X
4. Seminar/Diskusi X
5. Pengetikan X
6. Penggandaan X
7. Pendistribusian Laporan X
E. Definisi Operasional
1) Pengertian dan Hakekat Puisi
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti
yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi ’hasil
seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan
menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan“ ( Ensiklopedia
Indonesia N-Z; tanpa tahun : 1147).
Hakekat puisi diantaranya tema, rasa nada, dan amanat. Keempat unsur inilah
yang banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan puisi
pada umumnya.
Zulfahnur mengemukakan bahwa,
Unsur yang membangun struktur fiksi ini ialah unsur intrinsik (yaitu permasalahan kehidupan, falsafah, cita-cita, ide-ide dan gagasan serta latar budaya yang menumpang kisahan cerita) dan unsur intrinsik ini terdiri atas tema, amanat, alur perwatakan, sudut pandang, latar dan gaya bahasa. (Depdikbud, 1997 : 25).
2) Metode Inquiry
Inquiri ialah suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan
kelas, inquiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya yaitu
merumuskan masalah, merencanakan masalah, melakukan eksperimen, mengumpulkan
dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
c. Pembelajaran
Pembelajaran dengan metode inquiry yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
sebuah upaya guru membelajarkan anak dalam pembelajaran apresiasi puisi di Kelas IX
SMP Negeri 26 Berau. Pelaksanaan pembelajaran berbicara yang disajikan dengan
menggunakan metode inquiry, secara prosedural mengacu pada langkah-langkah metode
inquiry, yaitu sebagai berikut.
1) Mengondisikan siswa agar memiliki kesiapan belajar.
2) Memberikan motivasi.
3) Mengadakan prates.
4) Menjelaskan kompetensi dasar.
5) Menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan .
6) Mengarahkan siswa untuk mampu menemukan cara-cara berbicara yang baik dan benar
serta komunikatif.
7) Memberikan simpulan.
8) Mengadakan pascates.
9) Mengadakan langkah tindak.
10) Menutup kegiatan (Tarigan, 2001:45)
F. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian pembelajaran ini, meliputi tiga kegiatan.
Ketiga kegiatan yang dimaksud sebagaimana tertulis berikut.
1) Kegiatan awal (pra penelitian pembelajaran), meliputi:
(1) menyusun dan memvalidasi instrumen penelitian;
(2) membimbing guru dalam hal menyusun perencanaan dan langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran;
(3) menentukan waktu pelaksanaan observasi atas izin Kepala Sekolah SMP Negeri 26
Berau dan juga kesiapan Guru untuk melaksanakan pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan, meliputi:
(1) melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran;
(2) mengumpulkan data hasil observasi;
(3) mengolah data hasil observasi;
(4) membuat simpulan terhadap hasil pengolahan data untuk menjawab pokok
permasalahan penelitian.
3) Tahap pelaporan, meliputi:
(1) menyusun laporan hasil penelitian;
(2) melaporkan hasil penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan penggunaan suatu metode apa pun termasuk pula metode inquiry, tidak
akan lepas dari bantuan teknik-teknik penelitian yang mendukung proses pemecahan
masalah. Oleh karena itu pantas jika Iqbal (2002:49) memberikan ketegasan sebagai
berikut.
Cukup bijak jika seorang peneliti dapat berpikir bahwa pemilihan dan penggunaan metode harus disertai pula dengan pemilihan dan penggunaan teknik yang padu. Artinya, pemilihan dan penggunaan teknik penelitian sama pentingnya dengan pemilihan dan penggunaan metode. Tidak ada cara bagi seorang peneliti, untuk itu kecuali berpikir bijak.
Berdasarkan pendapat di atas, untuk kepentingan penelitian ini digunakanlah beberapa
teknik. Beberapa teknik yang dimaksud, meliputi: (1) teknik studi pustaka; (2) teknik
observasi; (3) teknik pembelajaran; (4) teknik tes; (5) teknik analisis. Maksud dipilih
serta digunakannya teknik-teknik tersebut adalah untuk kepentingan hal-hal sebagaimana
tertulis berikut.
1) Teknik Studi Pustaka
Melalui teknik studi pustaka akan diperoleh berbagai informasi yang berhubungan erat
dengan masalah yang diteliti. Sehingga, melalui informasi tersebut kejelasan masalah
yang diteliti semakin tampak jelas dan ilmiah. Beberapa instrumen yang dibutuhkan
untuk itu di antaranya buku, jurnal, majalah, dan lainnya.
2) Teknik Observesi
Melalui teknik observasi dapat diketahui data sebagai bukti untuk menjawab pokok
permasalahan. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung di sekolah.
Instrumen yang digunakan untuk pemerolehan data tersebut adalah lembar observasi
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran..
3) Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dipilih serta digunakan untuk menunjang keberhasilan metode
pembelajaran.
4) Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa baik di awal pembelajaran
dalam bentuk prates maupun setelah pembelajaran dalam bentuk pascates. Instrumen
yang digunakan adalah lembar soal tes.
5) Teknik Analisis
Teknik analisis dipilih serta digunakan untuk menganalisis ketiga data hasil dari
penelitian pembelajaran. Data tersebut dianalisis terlebih dahulu, kemudian
dideskripsikan secara holistik, sehingga fenomena-fenomena yang dicermati dapat
memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya. Instrumen dari teknik ini adalah berupa
kualitatif, sehingga tidak tampak angka-angka (kuantitatif).
H. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dianalisis dengan cara-cara
sebagai berikut.
1. Data berupa bentuk perencanaan pembelajaran dianalisis dengan cara mendeskripsikan
sesuai atau tidak sesuainya dengan kriteria perencanaan. Melalui cara ini akan diperoleh
jawaban bagi pokok permasalahan kesatu penelitian ini, yaitu bagaimanakah bentuk
perencanaan pembelajaran apresisi puisi siswa melalui penggunaan metode inquiry di
Kelas IX SMP Negeri 26 Berau.
2. Data berupa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dianalisis dengan cara
mendeskripsikan kesesuaian setiap langkah pembelajaran apresiasi puisi siswa melalui
penggunaan metode inquiry di Kelas IX SMP Negeri 26 Berau, melalui cara ini
3. Data berupa hasil evaluasi pembelajaran baik prates maupun pascates, dideskripsikan
dengan cara mendeskripsikan hasil kedua tes tersebut berdasarkan hasil berbicara siswa
secara apa adanya. Melalui cara ini akan diperoleh jawaban bagi pokok permasalahan
ketiga penelitian ini, yaitu bagaimanakah perubahan kemampuan siswa Kelas IX SMP
Negeri 26 Berau setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi melalui metode inquiry.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Megajar. Bandung: Sinar Baru.
Aminudin, Drs. 1995. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Bambang Trimansyah, Saya Ingin Mahir berbahasa Indonesia, Grafindo, Bandung. 2004.
Dirjen Dikdasmen, 2006. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Sekolah Dasar, Depdiknas
Dendy Sugono, 1995. Lancar Berbahasa Indonesia 4. Jakarta. Depdiknas.
Engkoswara, 1996. Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah Untuk Angka Kredit Guru. Bandung: CV Karang Sewu.
Frans Asisi Datang, 2004. Belajar Berbahasa Indonesia. Erlangga.
Henry Guntur Tarigan, 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung. Angkasa.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
Sunarko Kartadinata, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung. 2006. UPI