Download - TUGAS PERIODONSIA 3
TUGAS PERIODONSIA 1
Nama : Rahayu Sukma Dewi
NIM : 021311133072
1. Derajat Ketebalan/Densitas Tulang Rahang (D1-D4)
Mish (2008) membagi densitas tulang rahang menjadi 4 kelompok (D1-D4) yang
berbeda pada tulang kortikal dan trabekular.1
Gambar 1. Gambaran ketebalan tulang (D1, D2, D3, D4). 2
a. D1
Tulang jenis D1 adalah jenis tulang homogen, dan mempunyai beberapa
keuntungan pada implant kedokteran gigi. D1 lebih sering ditemukan pada
region anterior mandibula. Persentasi kontak tulang dengan implant jika dilihat
dengan mikroskop akan tampak sangat baik pada tulang D1, persentase tersebut
lebih dari 80%. Tulang jenis ini mempunyai kekuatan yang paling besar
dibandingkan dengan tipe tulang lain. Tulang yang kuat juga mempunyai
keuntungan yang besar pada kontak tulang dan implant. Tetapi tulang D1 hanya
mempunyai sedikit pembuluh darah dan hanya bergantung pada periosteum
untuk aliran nutrisi. Hampir semua komposisi tulang jenis ini adalah tulang
kortikal sehingga regenerasinya tidak baik karena kurangnya sirkulasi darah.
b. D2
D2 adalah kombinasi dari tulang kortikal pada puncaknya dan tulang
trabekula pada tengahnya. Trabekula tulang D2 40-60% lebih kuat dari trabekula
tulang D3. Tulang jenis ini banyak ditemukan pada region anterior mandibula
dan posterior mandibula. Tulang D2 adalah jenis tulang terbaik yang digunakan
untuk implant karena suplai darah baik yang memberikan keuntungan dalam
bone-implant interface healing.
c. D3
D3 terdiri dari sedikit tulang kortikal pada puncak dan tulang trabekula
pada ridge. Tidak hanya tulang trabekula pada D3 50% lebih lemah dari
trabekula tulang D2, kontak tulang dan implant juga tidak lebih baik dari D2.
Hal ini dapat meningkatkan resiko kegagalan implant. D3 banyak terdapat pada
region anterior maksila.
d. D4
Tulang D4 mempunyai densitas yang paling kecil, hampir tidak ditemukan
adanya tulang kortikal. Tulang D4 merupakan kebalikan dari tulang jenis D1.
Lokasi yang paling banyak terdapat D4 adalah pada region posterior maksila,
dan jarang ditemukan pada mandibula. Komposisi tulang yang demikian
membuat pemasangan implant sangat sulit dilakukan pada tulang D4.
2. Respon Jaringan Periodontal terhadap Trauma Oklusi
Respon dari jaringan terhadap tekanan oklusal yang meningkat, secara histologi
dijelaskan dalam 3 tahapan, yaitu: 3,4,5
1. Stage 1 : injury atau cidera/luka
Saat gigi terkena tekanan oklusal berlebih, jaringan periodontal tidak dapat
menahan dan mendistribusikannya, mempertahankan stabilitas gigi, ini akan
menimbulkan reaksi pada tulang alveolar dan ligamen periodontal. Tekanan
berlebih yang ringan akan menstimulasi resorpsi tulang alveolar disertai
terjadinya pelebaran ruang ligamen periodontal. Tegangan berlebih yang ringan
juga menyebabkan pemanjangan serat-serat ligamen periodontal. Tegangan
berlebih yang ringan juga menyebabkan pemanjangan serat-serat ligamen
periodontal serta aposisi tulang alveolar. Pada area dimana terdapat peningkatan
tekanan, jumlah pembuluh darah berkurang dan ukurannya mengecil.
Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan
periodonsium dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang menimbulkan area
hyalinisasi. Kerusakan fibroblas dan kematian sel-sel jaringan ikat kemudian
terjadi yang mengarah kepada area nekrosis pada ligamen peridontal. Perubahan
pembuluh darah terjadi selama 30 menit, hambatan dan stase (penghentian)
pembuluh darah terjadi. Selama dua sampai tiga jam, pembuluh darah terlihat
bersama eritrosit yang mulai berbagi menjadi kepingan-kepingan dan dalam
waktu antara satu hingga tujuh hari, terjadi disintergrasi dinding pembuluh darah
dan melepaskan isinya ke jaringan kesekitarnya.
Tekanan yang sangat besar hingga dapat menekan akar kearah tulang dapat
menyebabkan nekrosis ligamen periodontal dan tulang. Tulang teresorpsi dari ligamen
periodontal yang masih vital yang bersebelahan dengan daerah nekrotik dan sumsum
tulang trabekula. Proses ini dinamakan undermining resorption.
Gambar 2. Stage 1 (injury). 6
2. Stage 2 : repair atau perbaikan
Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang
normal dan trauma oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan jaringan
yang rusak dihilangakan, sel-sel dan serat-serat jaringan ikat, tulang dan
sementum dibentuk dalam usaha untuk menggantikan jaringan periodonsium
yang rusak.
Ketika tulang teresorpsi, tekanan oklusal yang berlebih, tubuh berusaha
menggantikan tulang trabekula yang tipis dengan tulang baru. Proses ini
dinamakan “formasi tulang penahan atau Buttressing bone formation” untuk
mengkompensasi kehilang tulang. Hal ini adalah gambaran proses reparatif yang
berhubungan dengan trauma oklusi.
Gambar 3. Stage 2 (repair). 6
3. Stage 3 : adaptive remodeling of the periodontium (adaptasi perubahan
bentuk jaringan periodonsium)
Ketika proses perbaikan tidak dapat melindungi kerusakan yang diakibatkan
oklusi, jaringan peridonsium merubah bentuk dalam usaha untuk menyesuaikan
struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai jaringan. Hasil dari proses
ini adalah penebalan ligamen periodontal yang mempunyai bentuk funnel pada
puncak dan angular pada tulang tanpa formasi poket dan terjadi kelonggaran
pada gigi yang bersangkutan.
Fase cedera menunjukkan peningkatan pada daerah resorpsi dan penurunan pada
daerah formasi tulang, sedangkan fase perbaikan menunjukkan peningkatan formasi dan
penurunan resorpsi tulang. Setelah pengadaptasian perubahan bentuk jaringan
periodonsium, maka resorpsi dan formasi tulang akan kembali normal.3,4
Gambar 4. Stage 3 (adaptive remodeling of the periodontium). 6
Grafik respon jaringan tubuh terhadap peningkatan tekanan oklusal
Gambar 5. Grafik respon jaringan tubuh terhadap peningkatan tekanan oklusal. 6
Daftar Pustaka
1. Misch C.,E. 2008. Density of Bone: Effects on surgical approach and healing, In: Contemporary
Implant Dentistry, C.E. Misch (ed), pp. 645-667, Mosby, Elsevier, ISBN 978-0-323-04373-1,
Canada.
2. Misch.C.E. 2015. Dental Implant Prosthetic 2nd Ed. St. Louis: Elsevier.
3. Reddy, Shantipriya. 2008. Clinical Periodontology and Periodontic. New Delhi: Jaypee.
4. Carranza FA, Newman MG, Takei H. 2002. Carranza’s Clinical in Periodontology. ed 10. St
Louis Missouri:WB Saunders Co.
5. Bathla,Shalu. 2012. Periodontics Revicited. New Delhi:Jaypee Brothers Medical Publisher.
6. Carranza FA, Hogan EL. Gingival enlargement. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR.
2012. Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. St. Louis, MO: Saunders Co.