Download - Tugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas Pengantar Bioteknologi
KULTUR JARINGAN TEBU
Oleh :
Siti Mudrika (G111 12 017)
Uswah Trywulan Syah (G111 12 020)
Ikhwana Aflaha (G111 12 031)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau oleh
karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara. Dengan populasi sebesar 237 juta jiwa pada
tahun 2010, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia
setelah Brazil. Fakta tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber daya alam
hayati yang dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya, akan menjadi
tulang punggung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan (green economy).
Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan adanya 10% dari
tanaman berbunga yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia,
16% dari hewan reptil, 17% dari burung, 18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari
hewan laut. Di bidang agrikultur, Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman
perkebunannya, seperti biji coklat, tebu, karet, kelapa sawit, cengkeh, dan bahkan kayu yang
banyak diantaranya menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia.
Di samping itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur dan baik digunakan untuk
berbagai jenis tanaman. Wilayah perairan yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan
potensi alam yang sangat besar.
Tebu merupakan salah satu komoditi utama nasional dengan sebaran sentra
penanaman cukup banyak. Daerah produksi tebu tersebut mencapai 13 propinsi. Daerah
yang sesuai untuk tanaman tebu berdasarkan kesesuaian lahan mencapai 33,80 juta ha, yang
terdiri dari lahan sangat sesuai 12,70 juta ha, moderat cocok dengan 6,30 juta ha, dan
marginal sesuai sekitar 14,80 juta ha.
Penyebaran areal yang cocok untuk tebu adalah terluas di Kalimantan, Papua,
Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Utara, dan Lampung. Sentra produksi nasional komoditi
tebu yang diperhitungkan disini adalah wilayah Kabupaten atau Kota yang memiliki luas
lahan produksi lebih dari 1000 Ha atau jumlah produksi lebih dari 1000 ton pertahun.
Untuk Jawa Barat pada tahun 2010 dikembangkan demplot tebu KBD yang berasal dari
benih eks kultur jaringan (G2) seluas 4 Ha berlokasi di Desa Amis Cikedung Kab.
Indramayu. Secara teknis dalam Pengelolaan Benih Tebu eks kultur jaringan (G2) telah
dilakukan pelatihan teknis yang diselenggarakan di Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) Pasuruan. Pelatihan teknis meliputi penanganan benih tebu eks kultur
jaringan dalam bedengan pembenihan dan atau dalam polybag pembenihan, kemudian
penanganan benih sebelum penanaman sampai penanaman diareal tanam (KBD).
Produksi gula Indonesia hanya 1,68 % sedangkan gula yang dikonsumsi sebesar
2,79 % dari total konsumsi gula dunia. Swasembada gula dapat dicapai antara lain dengan
ekstensifikasi lahan tebu. Oleh karena itu, kajian mengenai potensi sumber daya lahan di
Indonesia untuk perkebunan gula perlu dilakukan. Total areal tebu di Indonesia saat ini
sekitar 430.000 ha, masih kekurangan 420.000 ha untuk swasembada gula. Kekurangan ini
secara teknis dapat diatasi karena potensi lahan dengan karakteristik tanah yang cocok untuk
tebu tersedia.
Roadmap swasembada gula harus tercapai pada tahun 2014 sebanyak 5.7 juta ton.
maka ketersediaan benih unggul sangat diperlukan dalam jumlah yang banyak, seragam dan
dalam waktu yang cepat. Hal ini dapat dilakukan dengan perbanyak benih tebu melalui kultur
jaringan. Dinamakan benih kultur jaringan tebu G2, benih Tebu Eks Kultur jaringan atau G2
merupakan benih tebu yang sudah adaptasi dengan lingkungan luar laboratorium.
Maka dari itu, dengan adanya kultur jaringan, produksi komoditi tebu ini bisa
meningkat.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yahg diajukan, yaitu :
1. Komoditas Tebu
2. Apa alat dan bahan yang digunakan dalam kultur jaringan ?
3. Bagaimana prosedur kerja atau tahapan-tahapan pada kultur jaringan ini?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui tentang tanaman tebu
2. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pembuat kultur jaringan tebu
3. Mengetahui prosedur kerja atau tahapan-tahapan kultur jaringan tebu
II. PEMBAHASAN
1. Komoditas Tebu
Tebu (Saccharum Officanarum L) adalah tanaman
yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin yang
memiliki manfaat strategis bagi kehidupan ekonomi
masyarakat. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di
daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam
sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di
Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.
Tebu merupakan tanaman yang memiliki manfaat penting bagi masyarakat. Dengan
jumlah penduduk yang semakin meningkat, maka kebutuhan akan gula pun juga semakin
meningkat. Hal ini membawa konsekuensi terhadap produksi tebu yang dihasilkan juga harus
meningkat. Berbagai upaya dilakukan para lembaga penelitian untuk meningkatkan produksi
tebu, apalagi tahun 2014 pemerintah telah mencanangkan program swasembada gula 5,7 ton,
salah satunya penyediaan bibit tebu dengan sistem kultur jarin gan.
Perbanyakan bibit tebu dengan sistem kultur
jaringan sangatlah potensial, mengingat kebutuhan akan
bibit para petani cukuplah besar. Tetapi perlu dana yang
besar juga untuk mengembangkan bibit dengan kultur
jaringan. Peran yang optimal perlu dilakukan oleh semua
pihak yang berkepentingan dalam pengembangan
pergulaan nasional. Diharapkan Indonesia mampu mengembalikan kejayaan gula yang
pernah dicapai pada masa-masa silam.
2. Alat dan Bahan yang digunakan
Alat
1. Autoklaf
Autoklaf digunakan untuk mensterilisasi alat dan
bahan sebelum digunakan dalam proses kultur
jaringan. Bahan yang biasanya perlu disterilisasi
dahulu yaitu medium.
2. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)
Alat ini digunakan sebagai tempat menanamkan
eksplan. Pada alat ini terdapat bagian-bagian
berupa lampu UV (ultraviolet), lampu neon,
filter High Eficiency Particle Absorbent
(HEPA), dan jarum penunjuk atau pengatur
kekuatan hembusan angin. Alat ini juga disebut
sebagai Laminar Air Flow Cabinet karena ke dalamnya dialirkan angin dengan arah
lurus ke arah luar agar menghembus spora-spora jamur yang mungkin beterbangan
sehingga tidak memasuki botol kultur pada saat penanaman.
3. Neraca Analitik
Berfungsi untuk mengukur massa dari bahan-bahan
yang akan digunakan dalam proses kultur jaringan.
4. Hot Plate dengan Pengaduk Bermagnet
Alat tersebut fungsinya sama seperti kompor
yaitu untuk memasak atau memanaskan
medium dalam pembuatan media padat. Alat
ini juga berfungsi sekaligus dapat mengaduk medium yang dimasak karena
dilengkapi pengaduk bermagnet.
5. Shaker
Adalah suatu alat yang sering digunakan pada
kultur dengan medium cair. Fungsinya adalah
sebagai meja penggojok untuk memberikan
aerasi yang baik pada kultur.
6. Botol Kultur
Digunakan sebagai botol tempat ditanamnya eksplan.
7. Pinset
Digunakan untuk menjapit eksplan
8. Scalpel
Digunakan untuk memotong eksplan
Bahan
1. Tebu
2. Media Kultur Jaringan
3. Lampu Bunsen
4. Aquades
3. Tahapan pembuatan Kultur Jaringan Tebu
Adapun tahapan pembuatan kultur jaringan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan media, meliputi :
Penyiapan tabung-tabung kultur
Penuangan larutan media
Kegiatan pemasakan media
Penutupan tabung-tabung kultur
Kegiatan sterilisasi
Penyimpanan media pada ruang inkubasi media
Media yang digunakan untuk perkembangbiakan kultur jaringan tebu adalah
media MS dengan penggunaan ZPT untuk MS I adalah kinetin dan 2,4 D digunakan
untuk media pembentukan kallus ± 15 cc. Sedangkan pada MS II ZPT yang
digunakan adalah kinetin dan IAA untuk media differensiasi planlet; ± 25 cc.
ZPT merupakan Zat Pengatur Tumbuh. Penerapan teknik kultur jaringan
sangat sulit dilakukan tanpa melibatkan zat pengatur tumbuh. Adapun zat pengatur
tumbuh antara lain : auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat, etilen.
Dalam kegiatan pembuatan media harus menghasilkan media yang bebas dari
mikroba. Oleh karena itu media yang dibuat harus disterilkan dengan menggunakan
autoclave dengan suhu 121ºC, tekanan 1,5 psi selama 30 menit. Kemudian media
yang dibuat tersebut dituang dalam botol yang sudah steril tadi lalu ditutup dengan
alumunium foil.
Media yang terkontaminasi kemungkinan disebabkan karena kondisi
laboratorium dan ruang pertumbuhan yang kurang steril serta tabung kultur yang
tidak steril. Kondisi laboratorium yang tidak pernah dilakukan sterilisasi
menggunakan formalin kemungkinan juga mempengaruhi proses pembiakan secara
kultur jaringan.
2. Inisiasi
Pengambilan eksplan
Dari pucukan, ruas paling bawah yang diambil. Mengambil pucuk tebu ± 4
ruas. Lalu dilakukan pengelupasan pucukan yang bertujuan untuk mempermudah
pengambilan dan pemotongan ekplan. Ukurannya ± 20 cm dari ruas terakhir.
Kemudian pucuk tebu yang berumur 5 bulan dipotong-potong diatas titik tumbuhnya
dengan ukuran 0,5 cm lalu dicuci dengan air mengalir. Setelah itu dibawa ke laminar.
Perhatikan gambar di bawah ini.
Pengambilan Pucukan Pengelupasan Pucukan Pemotongan
Eksplan
Sterilisasi eksplan ( di dalam laminar ) :
1. Menyemprot eksplan menggunakan alcohol 96 %
2. Membakar eksplan yang telah disemprot dengan alcohol pada lampu Bunsen
3. Eksplan siap ditanam
Kegiatan penanaman/inokulasi.
o Penanaman pucukan (ekplan)
Penanaman pucuk tebu yang telah dipotong-potong ke dalam media MS I.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kallus. Kallus adalah sel yang tumbuh
dari irisan pucuk (ekplan). Kallus yang didapat merupakan bahan tanam pada
tahap defferensiasi. Waktu untuk menumbuhkan kallus berkisar 1,5 – 2 bulan.
Kallus
Penyimpanan hasil inisiasi pada rak kultur
Dalam melakukan kegiatan inisiasi pengenalan eksplan sangat dibutuhkan, karena
apabila kita mengetahui sifat fisiologi dari eksplan tersebut maka akan lebih mudah
dalam melakukan perkembangbiakan secara kultur jaringan ini. Keadaan eksplan juga
sangat menentukan sekali dalam kultur jaringan. Apabila keadaan eksplan tersebut tidak
sehat atau tidak sesuai dengan kriteria sebagai eksplan yang baik maka kemungkinan
besar hasil yang akan di dapat tidak akan optimal.
Untuk menghilangkan sumber infeksi, bahan tanaman harus disterilkan sebelum
ditanamkan pada medium tumbuh. Jaringan atau organ yang terinfeksi jamur atau bakteri
sistemik hendaknya dibuang.
3. Sterilisasi
Sterilisasi Lingkungan kerja:
Entkas: Disterilisasi dengan lampu UV/disemprot alcohol 70% atau formalin.
Laminar Air Flow: Disterilisasi dengan aliran udara dengan blower, melalui filter
HEPA (High Efficiency Particulate Air), alcohol 70%, UV 1 – 2 jam sebelum
kerja.
Sterilisasi Alat dan Media:
- Alat-alat logam, gelas serta media dengan autoclave 121°C, 17,5 psi (1,5 atm)
selama 1 jam.
- Alat-alat tanam: pinset, scalpel, gunting, blade dengan pencelupan alcohol dan /
atau pemanasan.
Sterilisasi Bahan Tanam:
- Inisiasi kultur: harus bebas kontaminan yang berupa cendawan, bakteri,
serangga, spora-spora. Hal ini karena di dalam media yang kaya gula, vitamin,
mineral, akan tumbuh subur dan menutupi eksplan, sehingga eksplan mati. Juga
cendawan yang subur akan mengeluarkan senyawa toksik.
4. Multiplikasi
Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu
sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya (Yusnita, 2004).
a. Penanaman kallus (differensiasi)
Tujuannya adalah untuk mendapatkan individu tanaman dari hasil penanaman
kallus. Kallus yang didapat dikeluarkan dari tabung MS I dan dipilih yang baik dan
segar kemudian dipotong kecil-kecil selanjutnya ditanam pada media MS II. Pada
media ini akan diperoleh individu – 2 tanaman lengkap dengan akarnya. Waktu yang
diperlukan pada MS II berkisar 3 – 4 bulan. Perhatikan gambar berikut.
(a) (b)
Differensiasi; (a) split planlet umur 1 bulan dan (b) plantlet umur 3 bulan
4. Pengakaran
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang
cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro
ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya
terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976).
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan
akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan
jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain
untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat
rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau
berkelompok.
5. Aklimatisasi
Tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi
kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro
dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen
house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah
proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex-
vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis
sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet
dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.
Aklimatisasi I
Yang dimaksud aklimatisasi ialah penanaman individu tanaman yang
diperoleh dari MS II ke media tanah (pasir : tanah : BO = 1 : 1 : 1) yang sudah
disterilkan dan ditempatkan di green house. Waktu untuk mengadaptasikan tanaman
berkisar 1 – 2 bulan. Sebelum diaklimatisasi tanaman dari MS II dipotong daun dan
akar, direndam dalam larutan yetin (antiseptik). Setelah ditanam, kemudian disiram
dan ditutup, setelah 5 hari tutup dibuka. Perawatan di bedengan antara lain :
- Penyiraman → sesuai dengan kondisi tanah setiap harinya.
- Pemupukan I → Za dengan dosis 1 sdm untuk 1 gembor
(2 bedengan) pada umur 7 hst.
- Pendangiran → umur 14 hst.
- Pemupukan II → Za dengan dosis 2 sdm untuk 1 gembor
(2 bedengan) pada umur 14 hst.
- Pupuk daun → 15 cc / 1 l air. Pada umur 21 hst.
Aklimatisasi
Aklimatisasi II (Penanaman di polibag)
Dimaksudkan untuk memisahkan masing-masing individu tanaman ke polibag
yang telah diisi dengan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk organik, waktu
untuk menumbuhkan tanaman sampai dengan siap ditanam di kebun berkisar 2 – 3
bulan.
1 leng (8m) diperlukan 27 polibag dengan jarak tanam 30 cm.
1 Ha = 950 leng
Maka 1 Ha diperlukan 27 x 950 = 25.650 polibag. Seperti pada gambar.
Penanaman polibag di kebun
Dengan berhasilnya teknik kultur jaringan tebu dan diterapkan dalam praktek maka
beberapa keuntungan yang diperoleh antara lain :
Tumbuhan yang dihasilkan secara genetik adalah sama dengan induknya.
Dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang lebih banyak
1 pucuk → 10 potong ekplant
1 potong → 15 tabung; jika disubkultur dapat menjadi 40 tabung
1 tabung plantlet → displit bisa menjadi 7 tabung plantlet baru
Maka 1 pucukan dapat menjadi
40 x 7 x 10 = 2800 tabung;
Kontaminasi 10% = maka 2800 – 280 = 2580 tabung; 1 tabung berisi 2 – 3 tanaman.
o Memuliakan kemampuan produksi bibit yang mengalami tekanan penyakit
sistemik.
o Cepat dari sumber yang terbatas.
o Bibit yang dihasilkan sehat dan bebas dari penyakit.
o Dapat dilakukan setiap saat, tidak tergantung musim.
o Dapat menyediakan bibit dalam lahan yang terbatas
III.PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tebu merupakan salah satu komoditi utama nasional dengan sebaran sentra penanaman
cukup banyak. Daerah produksi tebu tersebut mencapai 13 propinsi.
2. Alat yang digunakan dalam kultur jaringan adalah Autoklaf, Laminar Air Flow Cabinet
(LAFC), Neraca Analitik, Hot Plate dengan Pengaduk Bermagnet, Shaker, Botol Kultur,
pinset, dan scalpel. Sedangkan bahannya adalah Tebu, Media kultur yang digunanakn,
lampu Bunsen, dan aquades.
3. Prosedur kerja atau tahapan-tahan yang dilakukan dalam pembuatan kultur jaringan,
yaitu :
Pembuatan Media
Inisiasi
Sterilisasi
Multiplikasi
Pengakaran, dan
Aklimatisasi
B. Saran
Sebaiknya untuk pembuatan kultur jaringan ini dilakukan secara serius, teliti, dan
sungguh-sungguh agar dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi agar
hasil yang diperoleh sesuai harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilieta Fitriana. http://aprilieta-fitriana.blogspot.com/2011/07/kultur-jaringan-tebu.html. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013 Pukul 00.30
Anonim1. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodity.php?ic=5&fb=2&if=99. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013 Pukul 00.30
Anonim2. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodity.php?ic=5. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013 Pukul 00.30
Anonim3. http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013 Pukul 00.30
Anonim4. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013 Pukul 00.30
Anonim5. http://mico0355.webs.com/apps/blog/show/14466074-kultur-jaringan-tanaman-tebu. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013 Pukul 00.30
Anonim6. http://id.wikipedia.org/wiki/Tebu. Diakses pada tanggal 22 Februari 2013 pukul 20.45 WITA
Anonim7.http://hawaauriz.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 22 Februari 2013 pukul 22.00 WITA
Anton Nurholis. http://antonnurholis.blogspot.com/2011/01/tebu-unggul-g2-eks-kultur-jaringan.html. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013 Pukul 00.30
Deny. http://tentanggula.wordpress.com/2012/10/06/kultur-jaringan-tebu-upaya-peningkatan-gula-on-farm/. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013 Pukul 00.30
Rahayu dan Mariska. 2011. Pengadaan Bibit Tebu Melalui Kultur Jaringan. Jurnal Litbang Pertanian Edisi 6-12 Juli 2011 No.3413 Tahun XLI.
Sepdian Luri A.http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/tahapan-tahapan-kultur-jaringan.html. Diakses pada tanggal 22 Februari 2013 pukul 22.30 WITA