Download - Tugas Modul I
I. ILMU DAN METODOLOGI ILMIAH
1.1 Definisi Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi
serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika
suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah yaitu,
Karakterisasi (observasi dan pengukuran), Hipotesis (penjelasan teoritis yang merupakan
dugaan atas hasil observasi dan pengukuran), Prediksi (deduksi logis dari hipotesis), dan
Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas).
Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara dalam rangka ilmu
tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu
pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu, tetapi suatu himpunan pengetahuan saja
tentang berbagai-bagai gejala, tanpa dapat disadari hubungan antara gejala yang lain.
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi.
Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan
yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses
penentuan (definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan
pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.
1.2 Metode Penelitian Sosial
Setiap kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan selalu berlandaskan filosofi
Hakikat filosofi adalah kebenaran yang diperoleh melalui berpikir logis, sistematis,
metodis. Kebenaran adalah kenyataan apa adanya yang sesuai dengan logika sehat.
Kebenaran juga sekaligus menjadi tujuan pengembangan ilmu pengetahuan karena
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Berpikir logis adalah berpikir secara bernalar
menurut logika yang diakui ilmu pengetahuan dengan bebas sedalam-dalamnya sampai
ke dasar permasalahan guna mengungkapkan kebenaran. Sistematis adalah berpikir dan
berbuat yang bersistem, yaitu runtun, berurutan, tidak tumpang tindih. Metodis adalah
berpikir dan berbuat menurut metode tertentu yang kebenarannya diakui menurut
penalaran. Penelitian sosial merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis,
sistematis, dan metodis gejala sosial yang terjadi di sekitar kita untuk direkonstruksi guna
mengungkapkan kebenaran bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu
pengetahuan. Kebenaran dimaksud adalah keteraturan yang menciptakan keamanan,
ketertiban, keseimbangan, dan kesejahteraan masyarakat.
Penelitian sosial merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis,
sistematis, dan metodis gejala sosial yang terjadi di sekitar kita untuk direkonstruksi guna
mengungkapkan kebenaran bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu
pengetahuan. Kebenaran dimaksud adalah keteraturan yang menciptakan keamanan,
ketertiban, keseimbangan, dan kesejahteraan masyarakat.
1.3 Manfaat dan Tujuan Ilmu
Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada
maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang
menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu
saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi ilmu.
Sifat-sifat ilmu berdasarkan pengertian di atas adalah, Berdiri secara satu
kesatuan, Tersusun secara sistematis, Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang
dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset. Communicable, ilmu
dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya.
Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan
kapan saja di seluruh alam semesta ini. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong
pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu
menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya (AsianBrain,
2008).
Ilmu pengetahuan manusia sangat berkembang setelah manusia mulai mempunyai
kemampuan untuk mambaca dan menulis serta membukukan pengetahuan yang
ditemukannya. Menurut Liang Gie (1984), dengan berkembangnya sains, manusia terus
mencari dan mengetahui sains sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya, karena sains
bermanfaat untuk:
Mengungkap suatu kebenaran (truth),
Menambah pengetahuan (knowledge) agar lebih terampil dalam mengarungi
bahtera hidup,
Meningkatkan pemahaman (understanding, comprehension, insight) terhadap
sesuatu gejala alam,
Menjelaskan (explanation) proses sebab akibat dari suatu kejadian,
Memprakirakan (prediction) sesuatu kejadian yang bakal terjadi,
Mengendalikan (control) alam agar sesuai dengan yang diharapkan,
Menerapkan (appplication) suatu kaidah alam,
Menghasilkan (production) sesuatu yang berguna untuk kehidupan umat manusia
masa kini dan masa yang akan datang.
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan
dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut: Segala
sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu
terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya,
sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.
1.4 Logika Induktif dan Deduktif
Deduktif ialah cara berpikir yang bersandarkan pada sesuatu yang bersifat umum,
dan dari yang umum itu ditetapkan sesuatu yang istimewa. Logika deduktif berangkat
dari theoretical framework sesuatu yang bersifat abstrak, difokuskan dengan formal
theory, middle range theory, substantive theory, dan selanjutnya dirumuskan hipotesis
untuk diuji. Sehingga menuju ke empirical social reality atau kejadian-kejadian yang
konkrit.
Logika deduksi meliputi pembatasan pengertian pengharapan. Deduksi
menghasilkan ramalan yang harus memenuhi syarat, yaitu tegas dan persis. Persis berarti
semua orang mengartikan dengan satu cara yang sama (universal). Ramalan seperti itu
merupakan hasil pengandaran yang terdiri dari pengandaran logis, yaitu menurunkan
pernyataan spesifik dari pernyataan yang lebih umum dan pengandaran metodologis,
yaitu operasionalisasi konsep beserta perancangan prosedur pengujian.
Pengertian teori formal, range theory dan teori substantive oleh Nuemen (2003)
sebagai berikut. “Formal theory is developed for board conceptual area in general
theory. Substantive theory is developed for specific area of social concern. Middle range
theories can be formal or substantive, but slightly more abstract the empirical
generalization or specific hypoyheses.
Sedangkan induktif diartikan sebagai aliran pikiran yang mengambil dasar sesuatu
dari yang istimewa untuk menentukan hal yang bersifat lebih umum. Logika induktif
diawali dengan pengamatan yang mendetail konkrit pada empirical social reality,
sehingga terbentuk grounded theory yang selanjutnya berkembang menjadi substantive
theory, middle range theory, formal theory, dan akhirnya menjadi theoretical framework
(bisa juga berupa paradigma atau theoretical system).
Logika induksi merupakan pembatasan lanjut dari pendugaan. Pembatasan
induksi ini mengenai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk pembentukan
hipotesis. Namun, suatu pendugaan baru mencapai hipotesis bila dirumuskan sedemikian
rupa dan dapat ditarik kesimpulan yang bersifat konkret dan dapat diselidiki
kebenarannya.
1.5 Peran dan Kedudukan Metode Penelitian dalam Metode Ilmiah
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu empiris, rasional, dan sistematis. Rasional
berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat
diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-
cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu
menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Metode ilmiah adalah perangkat aturan tetap yang dapat dipakai untuk
menemukan jawaban atas segala masalah. metode ilmiah bersifat memecahkan persoalan
karena merupakan formulasi dari unsur-unsur cara berpikir sehari-hari, bahwa seseorang
yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan selelu menghadapi “problem situation”
pada waktu belajar, mencari dan mengenal dunia dengan segala cabang kehidupannya.
Metode penelitian juga bertujuan memecahkan persoalan dengan
mengumpulkan, mencatat dan menganalisa fakta-fakta untuk dapat mengenal sifat-sifat
dan ciri-ciri objeknya dan menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu
pengetahuan. Usaha-usaha tersebut hanya mungkin dicapai dengan mempergunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah juga dapat digunakan diam-diam atau secara tegas untuk
menilai baik buruknya suatu penelitian.
Penelitian merupakan bentuk penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf
keilmuan. Orang yakin bahwa ada sebab bagi setiap akibat dan segala gejala yang
nampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah.
1.6 Identifikasi Kriteria Metode Ilmiah
Cara ilmiah membedakan metode ilmiah dengan yang bukan ilmiah. Perbedaan
ini menjadi kriteria yang harus dipenuhi dalam suatu metode ilmiah (menurut Boyd dan
Westfall).
1. Obyektivitas peneliti
Pendapat atau pertimbangan-pertimbangan yang diambil didasarkan atas fakta; tidak
seperti cara memperoleh keyakinan yang lain.
2. Ketelitian ukuran
Metode ilmiah berusaha memperoleh ukuran yang seteliti-telitinya. Hal ini bagi ilmu
pengetahuan alam sangat diperlukan dan mungkin terlaksana. Untuk ilmu
pengetahuan sosial ukuran yang dipergunakan relatif kasar; sering dengan kuisioner.
3. Tabiat penyelidikan yang terus-menerus dan menuju kesempurnaan
Penyelidikan ilmiah mempertimbangkan semua fakta secara tepat ke dalam masalah.
Ia merupakan penelitian yang agresif (galak) untuk mencari bukti dan membuat
kesimpulan. Namun peneliti tidak pernah begitu, yakni bahwa ia telah menemukan
pokok kebenaran. Sikap yang selalu menantang inilah membawa kemajuan ilmu
pengetahuan.
Berbagai ciri metode ilmiah:
a. memperoleh keterangan yang cukup dan teliti,
b. menggunakan pemikiran yang logis dan teratur,
c. menyusun pengetahuan secara sistematis,
d. membatasi masalahnya dengan garis-garis yang tegas,
e. menemukan hukum-hukum, prinsip-prinsip umum sebagai suatu teori dasar yang
dapat dipercaya, untuk dipergunakan di masa depan,
f. menguji dan menunjukkan pokok-pokok dari penemuan-penemuan.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Definisi dan Karakteristik Metode Penelitian
2.1.1. Qualitative (Kualitatif)
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu
situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini, lebih mementingkan
pada proses dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu, prosedur kegiatan
dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang
ditemukan. Sedangkan penggunaannya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
praktis.
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai
pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang
ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna
semantis universal dari gejala yang sedang diteliti.
Pada mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian
antropologi , etnologi, serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena
teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu sosial lainnya mengadopsi
sebagai sarana penelitiannya. Tujuan utama penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang
pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory
research”.
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat
berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti
foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian
dilakukan. Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada
pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya
bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan
salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik.
Sampel juga dipandang sebagai sampel teoritis dan tidak representative.
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan
akan menggunakan teknik observasi atau dengan melakukan observasi terlibat
langsung, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan
etnologi sehingga peneliti terlibat langsung dengan yang diteliti. Dalam
praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto
dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview tertentu.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak
mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada
saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang
diteliti secara intensif. Apabila sampel itu manusia, maka yang menjadi responden
diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.
Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan
yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan
pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa
domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan
analisa komparasi konstan (grounded theory research).
2.1.2. Quantitative (Kuantitatif)
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai
obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk
operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan
syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena
kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan
replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya,
penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang
kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik
analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih
memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan
makna secara kebahasaan dan kulturalnya.
Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada
apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme,
behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang
bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata. Sedangkan dalam
pengunaannya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun
fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik,
menaksir dan meramalkan hasilnya.
Desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya
harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya.
Desainnya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan
penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya
salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan
desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group
pretest, posttest design, Solomon four group design dll.nya.
Pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif / angka-angka statistik
ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk
variable-variabel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya
skala nominal, ordinal, interval dan ratio.
Dalam pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan
statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin
merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif
membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel
biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu
diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti.
Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan
variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung,
varaibel moderat, variable antara, dan varaibel kontrol. Hal ini dilakukan agar
peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable pengganggu.
Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan
berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner,
eksperimen dan eksperimen semu. Dalam melakukan interview, biasanya
diberlakukan interview terstruktur untuk mendapatkan seperangkat data yang
dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang
diperlukan.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti
mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara
subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang
tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek. Analisa dalam
penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan
dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan
sarana statistik, seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor,
regresi linear dll.nya.
2.1.3. Eksplaration
Eksplaration (Eksplorasi) adalah penelitian yang bertujuan menemukan
permasalahan-permasalahan yang baru.
2.1.4. Description (Deskripsi)
Deskripsi adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat
diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang
yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan
agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat
dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan
pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut.
Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu
kelihatannya, bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya, dan sebagainya.
Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah
teknik. Saat data yang dikumpulkan, deskripsi, analisis dan kesimpulannya lebih
disajikan dalam angka-angka maka hal ini dinamakan penelitian kuantitatif.
Sebaliknya, apabila data, deskripsi, dan analisis kesimpulannya disajikan dalam
uraian kata-kata maka dinamakan penelitian kualitatif.
2.1.5. Explanatory (Eksplanatori)
Eksplanatori adalah sebuah teori yang mengkaji hubungan sebab akibat
diantara dua fenomena atau lebih. Ini dipakai untuk menentukan suatu ekspalanasi
keterkaitan sebab – akibat valid atau tidak, atau menentukan mana dua teori atau
lebih yang lebih valid. Teori Eksplanatori menerangkan fenomena berdasarkan
atas proses pengkajian Ilmiah. Prinsip-prinsip umum didukung oleh data-data
dimaksudkan sebagai alat untuk menerangkan suatu fenomena/kejadian.
Merupakan teori yang mendasari dan memahami lingkunan alami dan buatan
serta peranannya dalam kehidupan. Muatan teori akan selalu berkembang dengan
disatukannya teori yang logis, lengkap serta konsisten secara keseluruhan. Dalam
desain , Eksplanatori memberikan penjelasan tentang faktor-faktor dasar yang
dapat dikembangkan sebagai dukungan ilmiah terhadap karya desain dan seni.
Teori Eksplanatori memiliki dua faktor penggerak yaitu substansi dan prosedural.
A. Jenis dan macam Teori Eksplanatori
Eksplanatori dapat dibedakan menjadi dua jenis pendekatan yaitu :
1) Eksplanatori Penjelasan (Explanation)
Explanation bertujuan untuk menjelaskan sesuatu yang sudah terjadi, dan
mempertanyakan mengapa hal tersebut bisa terjadi dan apa yang menjadi
penyebabnya. Untuk mengetahui kenapa hal- hal itu terjadi dilakukan
penelitian yang menggunakan metode survey untuk mengungkap faktor –
faktor penyebabnya maka perlu dibuat dugaan ( Hipotesis ) berdasarkan teori
yang sudah mapan dan hasil penelitian sejenis yang sudah dilakukan. Setelah
itu hipotesis diuji di lapangan dengan menggunakan data empiris.
2) Eksplanatori Perkiraan (Prediction)
Prediction bertujuan untuk mencari jawaban, misalnya apa yang terjadi
terhadap masyarakat petani bila areal pertanian mereka berubah fungsi.
Contoh lain adalah penyusunan dokumen AMDAL, apabila akan terjadi
dampak negatif yang penting sehingga merusak lingkungan hingga tidak
mungkin di lestarikan lagi maka pembangunan tersebut tidak dapat diteruskan
dan tidak mendapatkan izin.
B. Karakteristik Teori Eksplanatori
1. Menerangkan, memberikan keterangan ten tang mengapa atau bagaimana
suatu fenomena terjadi
2. Meringkas/sistematisasi, teori meringkas hubungan antara berbagai fakta,
konsep atau fenomena.
3. Memberikan Arah (Orientasi), teori menentukan dan menyeleksi fakta-
fakta yang akan dipelajari, serta menyingkirkan data – data yang tidak
relevan.
4. Mengidentifikasi Gap/kekurangan, teori menunjukkan area-area tertentu
yang relevan namun belum tergarap sehingga memungkinkan diadakan
penelitian lebih lanjut.
5. Mengembangkan strategi penelitian atau studi, teori memberikan dasar
bagi terselenggaranya kegiatan penelitian berdasarkan keterangan dari teori
tersebut.
6. Membuat prediksi, memperkirakan tentang suatu fakta yang belum
diketahui kondisinya pada masa yang akan datang.
C. Perkembangan Teori Eksplanatori
Teori Eksplanatori yang lebih identik dengan sebutan teori penjelasan
karena karakter khas teori ini adalah mencoba mengemukakan dan menjelaskan
berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian. Teori Eksplanatori mengalami
perkembangan yang dikembangkan oleh beberapa pakar yang dipicu oleh
mundurnya paham positivisme logis hal ini dikembangkan dalam 5 Tradisi /
karakter Teori :
1. Penjelasan dan Realisme menyebabkan
2. Membangun Teori Pengalaman
3. Sebagai Bahasa Filosofi
4. Teori Ilmu Pengetahuan
5. Naturalisme dan Realisme Ilmiah
2.1.6. Experiment
Dalam metode ilmiah, percobaan atau disebut juga eksperimen (dari
Bahasa Latin: ex-periri yang berarti menguji coba) adalah suatu set tindakan dan
pengamatan, yang dilakukan untuk mengecek atau menyalahkan hipotesis atau
mengenali hubungan sebab akibat antara gejala. Eksperimen adalah landasan
dalam pendekatan empiris untuk memperoleh pengetahuan, baik dalam ilmu
sosial maupun ilmu alam. Dalam kajian keilmuan, eksperimen didefinisikan
sebagai metode untuk menyelidiki suatu bidang, memecahkan masalah praktis,
dan membuktikan asumsi teoretis.
2.1.7. Survey
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Penelitian survai dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan, (2) deskripsi, (3)
penjelasan, (4) evaluasi, (5) prediksi, (6) penelitian operasional, (7)
pengembangan indicator soisal.
2.1.8. Field Research
Metode field research diperkenalkan di kancah akademik pada paruh
kedua abad 19. Pada umumnya metode ini diterapkan oleh peneliti antropologi.
Menurut Bronislaw Malinoski -salah seorang pelopornya di tahun 1920an-
peneliti sosial harus berinteraksi langsung dan hidup bersama masyarakat
pribumi, mempelajari adat istiadat, kepercayaan serta proses sosialnya.
2.2 Jenis Metode yang Lain
a) Applied Research (Riset Terpakai)
b) Development Research
c) Penelitian Verikatif
d) Penelitian Inferensial
e) Penelitian Historis Dokumenter
f) Fact Finding Research
DAFTAR PUSTAKA
AsianBrain. 2008. Definisi Ilmu.http://www.asianbrain.com/definisiilmu (diakses 26
Februari 2009)
Kadir, Abdul M. 2003. Filosofi dan Metode Penelitian Sosial.
Marzuki. 1983. Metodologi Riset. Penerbitan Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Unaradjan, Dolet. 2000. Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial. PT Grasindo, Jakarta