Download - tugas mitben anggia
TUGAS
MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT
Mitigasi Bencana Dipesisir Cilacap dengan Kearifan Lokal “Wangon”
Disusun Oleh :
ANGGIA NOVETASELLY
26020213120011
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
I. PENDAHULUAN
I.1 Dasar Teori
I.1.1 Bencana
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003), bencana adalah suatu
gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas
dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam)
dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna
mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
Sedangkan menurut UU No. 24 tahun 2007 Bencana merupakan peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, bencana terbagi tiga, yaitu :
Bencana alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor
Bencana non alam
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial dan perang.
I.1.2 Mitigasi
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No.24 tahun 2007).
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik
yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai
akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster). Mitigasi pada umumnya
dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya
bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta benda yang akan
berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefenisikan
rencana atau strategi mitigasi yang tepat dan akurat perlu dilakukan kajian resiko
(risk assessment) (BAKORNAS PBP, 2002).
Sedangkan Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan
sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan
utamanya, yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang
mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya
bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/peredaman atau dikenal dengan
istilah mitigasi (BAKORNAS PBP, 2002).
I.1.3 Kearifan Lokal
Menurut Keraf (2002) kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan,
keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua
bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari
generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama
manusia, alam maupun gaib.
Sedangkan menurut Francis Wahono (2005) kearifan lokal adalah kepandaian
dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan
ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta
keteledoran manusia. Kearifan local tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai
pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi
seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik
dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia
yang lebih jauh.
I.2 Bencana Tsunami
I.2.1 Pengertian Tsunami
Tsunami adalah kata berbahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan(tsu artinya lautan, nami berarti gelombang ombak). Tsunami adalah
serangkaian gelombang ombak raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di
dasar laut akibat gempa bumi. Gelombang ombak yang ditimbulkan memiliki
kecepatan 600 mil per jam (hampir 1.000 km per jam) atau sama dengan kecepatan
rata-rata pesawat udara. Tinggi gelombang bisa mencapai 6 sampai 14 meter untuk
ukuran rata-rata, tapi bisa juga mencapai 30 meter. Gelombang tsunami bisa
menghantam daratan selama 5 sampai 30 menit.
I.2.2 Penyebab Tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor
penyebabterjadinya tsunami ini adalah:
1. Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut
berpotensimenimbulkan tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi
pernyebabterjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai
berikut:
• Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
• Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
• Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR
• Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atauturun).
2. Letusan Gunung Berapi
Letusangunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik
(gempa akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun
1883 adalah akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada diSelat Sunda.
Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat padatanggal 10-11 April
1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melandaJawa Timur danMaluku.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di wilayah ring of fire (sabuk
berapi) dunia tentu harus mewaspadaiancaman ini.
3. Longsor bawah laut.
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng
samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut
dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan
nama tsunamic submarine landslide.
4. Hantaman Meteor di Laut
Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab
terjadinya tsunami.
I.2.3 Tanda – Tanda Datangnya Tsunami
Tsunami tidak seperti gelombang lainnya yang disebabkan oleh angin yang
mungkin telah banyak kita amati di danau setempat atau pesisir pantai. Tinggi
gelombang tsunami pada sumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada saat
menghempas ke pantai tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter. Gejala yang
terjadi sebelum tsunami adalah biasanya diawali dengan terjadinya gempa bumi
dan perubahan pasang surut permukaan laut secara cepat dan tiba-tiba.
Tanda-tanda alam yang dapat dilihat di sekitar pantai saat akan datangnya
tsunami adalah sebagai berikut:
1. Air laut yang surut secara tiba-tiba.
2. Bau asin yang sangat menyengat.
3. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.
4. Burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi ke arah daratan.
Jika kalian melihat tanda-tanda seperti itu, segeralah selamat diri ke daerah
yang lebih tinggi. Tapi kalau tidak sempat lari sementara tsunami sudah di depan
mata, jangan berlindung di balik bangunan yang terbuat dari tembok atau beton,
karena bisa hancur dan akan mebahayakan orang yang berlindung. Sebisa mungkin
berlindung di balik daerah rimbunan (pohon, tanaman, semak-semak, rawa) karena
kekuatan gelombang jadi terpecah dan tidak memusat jika membentur semak.
II. MITIGASI BENCANA
II.1 Diagram Alir
II.2 Penanganan Bencana Secara Tradisional
Wangon adalah sebuah kecamatan dikabupaten Banyumas yang bagian
selatannya berbatasan langsung dengan kawasan pesisir cilacap. Kecamatan wangon
termasuk daerah dataran tinggi jika dibandingkan dengan kawasan pesisir cilacap.
Sejak dahulu kala kecamatan Wangon digunakan sebagai tempat pengungsian
masyarakat kawasan cilacap jika terjadi bencana alam tsunami.
Gempa BumiMuka Air menyusut Ikan – Ikan Terdampar kepesisir
Seruan “Wangon” kepusat informasi
Musholla Balai Desa
Menuju ke perkampungan wangon
Diberi penanganan pertama pasca panik
Istirahat hingga kondisi kembali aman
Kembali ke kediaman masing - masing
Pada zaman dahulu Jika masyarakat kawasan pantai selatan menyadari adanya
tanda – tanda akan datangnya tsunami atau adanya peringatan mengenai tsunami,
masyarakat pesisir cilacap akan beramai – ramai untuk berseru dan berteriak
“wangooon, wangooon..” dan segera berlarian atau mengungsi ke kecamatan Wangon.
Kecamatan wangon dipercaya sebagai kawasan yang akan terlindung dari bahaya
tsunami. Karena itulah secara turun temurun jika terjadi suatu hal seperti pertanda
akan datangnya tsunami muncullah seruan berupa “Wangon”. Wangon disini buka
merupakan syair atau pribahasa tetapi merupakan kode bagi masyarakat untuk menuju
ke daerah perkampungan yang bernama wangon yang dianggap dapat menyelamatkan
masyarakat dari bahaya tsunami. Sehingga kata wangon dijadikan salah satu kearifan
lokal yang secara turun temurun dipercaya oleh masyarakat pantai selatan khususnya
cilacap sebagai kode peringatan jika terjadi bahaya tsunami.
Konsep mitigasi bencana dengan kearifan lokal wangon ini adalah jika
masyarakat merasakan terjadinya gempa dan muka air tiba tiba surut dan banyak ikan
yang terdampar maka para nelayan atau masyarakat yang menyadari hal tersebut akan
berseru “wangon” dipusat informasi seperti masjid, musholla dan balai desa agar
masyarakat yang sedang berada dirumah atau dikawasan yang berada jauh dari pantai
mendengarnya dan segera berlarian menuju perkampungan wangon dan terhindar dari
bahaya tsunami. Sesampainya diperkampungan wangon masyarakat merasa lebih
aman dan akan lebih mudah untuk dikoordinasikan dan diberi pengertian agar tidak
panik.
Hal ini terbukti pada Saat tanggal 17 Juli 2006 terjadi tsunami di sisi selatan
pulau Jawa tepatnya disekitar pantai Cilacap, masyarakat yang mendengar kata
Wangon, segera berlarian kearah perkampungan Wangon sehingga dapat menghindari
timbulnya korban jiwa dan kerugian.
III. KESIMPULAN
Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi
atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul akibat suatu bencana
baik itu bencana alam maupun non alam.
Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau
wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam
kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Wangon merupakan salah satu kearifan lokal daerah Cilacap yang sampai saat ini
masih dilestarikan dan dijaga yang fungsikan sebagai kode untuk memperingatkan
adanya bahaya tsunami dikawasan pantai Cilacap.
Wangon merupakan nama suatu daerah perkampungan yang dianggap sebagai
kawasan aman utuk mengungsi jika terjadi bahaya tsunami
Kata Wangon akan diserukan dipusat kegiatan seperti musholla dan balai desa jika
masyarakat menyadari adanya tanda – tanda datangnya tsunami dikawasan pantai
Cilacap.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Tsunami dan persiapan menghadapi tsunami.
http://www.etipsbali.wordpress.com/persiapan_menghadapi_tsunami. diakses pada 27
februari 2016.
Asian Disaster Reduction Center. 2003. Pengertian Bencana. www.adrc. asia / diakses
pada 27 februari 2016.
Bakornas p2b. 2002. Pengertian mitigasi bencana. www.bnpb.go.id. diakses pada 27
februari 2016.
Francis Wahono. 2005. Pangan, kearifan lokal dan keanekaragaman hayati :
Pertaruhan Bangsa yang terlupakan. Cindelaras : Yogyakarta. Vol 2.
Sonny, Keraf. 2002. Etika Lingkungan. Kompas gramedia : Jakarta.
Undang – Undang No. 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan Bencana.