Transcript
  • TUGAS MANDIRI

    Etika Profesi Dokter dalam

    Kasus kelalaian/Malpraktek medik di Indonesia

    Mata Kuliah: Etika Profesi

    Nama Mahasiswa : RUDI

    NIM : 100110015

    Kode Kelas : 122-LW005-N2

    Dosen : Nur Afni, S.H., M.Pd.

    UNIVERSITAS PUTERA BATAM

    2013

  • I

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

    berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun

    makalah ini yang berjudul "Etika Profesi Dokter dalam kasus

    kelalaian/malpraktek medik yang sangat marak di indonesia" tepat pada

    waktunya.

    Adapun makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mandiri Mata Kuliah

    Etika Profesi. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak

    lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama ucapan terima kasih kepada kakak

    kelas sebagai pembimbing yang telah menuntun penulis mengenai teknik dalam

    penyusunan sebuah makalah.

    Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para

    pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini adakalanya masih kurang dari

    kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran

    dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah

    selanjutnya.

    Batam, 13 JUNI 2013

    Penulis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang

    memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga

    dan masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan

    menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan

    mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat

    dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body

    of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat

    diimplementasikan kepada masyarakat langsung.

    Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk

    implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik

    kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan

    kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan

    serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan

    berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

    Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung

    berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat

    interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik

    disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering

    menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek

    keperawatan. Oleh karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar

    profesi dan aturan lainnya yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang

    dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat. Dengan adanya

    standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang

    perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek

    keperawatan lainnya.

  • 2

    Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek

    keperawatan, dimana perawat melakukan kegiatan prakteknya yang

    seharusnya mereka lakukan pada tingkatannya, lalai atau tidak mereka

    lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan malpraktek, malpraktek merupakan

    pelanggaran dari perawat yang melakukan kegiatan yang tidak seharusnya

    mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka lakukan.

    Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran etik ataupun bentuk

    pelanggaran hukum, tergantung bagaimana masalah kelalaian itu dapat timbul,

    maka yang penting adalah bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian ini

    dengan memperhatikan dari berbagai sudut pandang, baik etik, hukum,

    manusianya baik yang memberikan layanan maupun penerima layanan.

    Peningkatan kualitas praktek keperawatan, adanya standar praktek

    keperawatan dan juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia

    keperawatan adalah hal penting.

    Dengan berbagai latar belakang diatas maka kelompok membahas

    beberapa hal yang berkaitan dengan kelalaian, baik ditinjau dari hukum dan

    etik keperawatan, disamping itu juga kelompok membahas bagaimana dampak

    dan bagaimana mencegah serta melindungi klien dari kelalaian praktek

    keperawatan.

    B. Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat

    memahami kelalaian dalam bidang keperawatan dilihat dari dimensi etik dan

    dimensi hukum. Dan secara khusus mahasiswa dapat menjelaskan tentang

    pengertian, kriteria dan unsur-unsur terjadinya kelalaian, disamping itu juga

    dapat menjelaskan dampak yang terjadi dengan adanya kelalaian serta

    bagaimana mencegah terjadinya kelalaian dalam praktek keperawatan.

  • 3

    C. Metode Penulisan

    Metode penulisan makalah ini dengan membuat kasus yang sering terjadi di

    ruang rawat keperawatan dan membahasnya, kemudian kelompok

    mendiskusikannya dengan menggunakan studi lieratur kepustakaan.

    D. Sistematika Penulisan

    Penulisan makalah kelompok ini terdiri dari lima bab, yang terdiri dari:

    Bab I, pendahuluan ; yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode

    penulisan dan sistematika penulisan, Bab II, tinjauan teoritis yang terdiri dari ;

    definisi kelalaian dan malpraktek, jenis-jenis kelalaian, kelalaian dilihat dari

    segi etik dan hukum, Liabilitas dala keperawatan, Bab III; Pembahasan, dibab

    ini akan dibahas kasus yang sering terjadi diruang rawat keperawatan, baik

    dari penyebab terjadinya kelalaian, apa bentuk kelalaian, bagaimana

    mencegah dan menangani bila timbul kelalaian. Bab IV merupakan penutup,

    terdiri dari kesimpulan dan saran.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Beberapa Definisi

    1. Hukum dalam keperawatan

    Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum,

    sedangkan etika adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non

    hukum, yaitu kaidah-kaidah tingkah laku (etika) (Supriadi, 2001).

    Hukum adalah A binding custom or practice of acommunity: a rule of

    conduct or action, prescribed or fomally recognized as binding or

    enforced by a controlling authority (Websters, 2003).

    Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang

    penting adalah hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum

    dalam keperawatan adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah

    hukum keperawatan yang rasionalogic dan dapat dipertanggung jawabkan.

    Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:

    a. Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek

    perawatan apa yang legal dalam merawat pasien.

    b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain

    c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan

    keperawatan

    d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan

    membuat perawat akontabilitas dibawah hukum yang berlaku

    2. Malpraktek

    Balcks law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai professional

    misconduct or unreasonable lack of skill atau failure of one rendering

    professional services to exercise that degree of skill and learning

    commonly applied under all the circumstances in the community by the

  • 5

    average prudent reputable member of the profession with the result of

    injury, loss or damage to the recipient of those services or those entitled to

    rely upon them.

    Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena

    tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu,

    tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-

    mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).

    Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter,

    perawat. Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang

    dapat melakukan malpraktek.

    3. Kelalaian (Negligence)

    Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam

    arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur

    kelalaian.

    Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar

    standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno,

    2005).

    Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan

    kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang

    seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau

    sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak

    akan melakukannya dalam situasi tersebut.

    Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu

    yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara

    tidak hati-hati). (Tonia, 1994).

  • 6

    Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang

    harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan

    atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian

    praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan

    tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim

    dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut

    ukuran dilingkungan yang sama.

    B. Jenis-jenis kelalaian

    Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:

    1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau

    tidak tepat/layak, misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi

    yang memadai/tepat

    2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat

    tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat

    Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur

    3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang

    merupakan kewajibannya.

    Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak

    dilakukan.

    Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga

    kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:

    1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau

    untuk tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada

    situasi dan kondisi tertentu.

    2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban

    3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien

    sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh

    pemberi pelayanan.

  • 7

    4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam

    hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan

    kewajiban dengan kerugian yang setidaknya menurunkan Proximate

    cause

    C. Liabilitas dalam praktek keperawatan

    Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap

    tindakan atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti

    halnya tenaga kesehatan lain mempunyai tanggung jawab terhadap setiap

    bahaya yang timbulkan dari kesalahan tindakannya. Tanggungan yang

    dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat

    baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.

    Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan

    melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama,

    seharusnya dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal ini merupakan

    masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam keperawatan. Terjadi akibat

    kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan

    kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.

    Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktik

    keperawatan. Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertaggung jawabkan

    suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan

    tersebut (Kozier, 1991).

    D. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.

    Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima

    praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

    1. Undang undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan

    pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan)

    2. Undang undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

  • 8

    3. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah

    Sakit

    4. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat

    ederan Direktur Jendral Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.

    Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard praktek keperawatan bagi

    perawat kesehatan di Rumah Sakit.

    5. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat

    dan direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang

    registrasi dan praktik perawat.

    Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan

    memiliki akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam

    menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat berbuat

    kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu dalam

    menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus memperhatikan baik

    aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di

    Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua

    komponen utama, yakni tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti

    tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik

    dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995)

    E. Tanggung jawab profesi perawat

    Perawat adalah salah satu pekerjaan yang memiliki ciri atau sifat yang sesuai

    dengan ciri-ciri profesi. Saat ini Indonesia sudah memiliki pendidikan profesi

    keperawatan yang sesuai dengan undang-undang sisdiknas, yaitu pendidikan

    keprofesian yang diberikan pada orang yang telah memiliki jenjang S1 di

    bidang keperawatan, bahkan sudah ada pendidikan spesialis keperawatan.

    Organisasi profesi keperawatan telah memiliki standar profesi walaupun

    secara luas sosialisasi masih berjalan lamban. Karena Tanggung jawab dapat

    dipandang dalam suatu kerangka sistem hirarki, dimulai dati tingkat individu,

    tingkat institusi/profesional dan tingkat sosial (Kozier,1991)

  • 9

    Profesi perawat telah juga memiliki aturan tentang kewenangan profesi,

    yang memiliki dua aspek, yaitu kewenangan material dan kewenangan formil.

    Kewenagan material diperoleh sejak seseorang memperoleh kompetensi dan

    kemudian ter-registrasi, yang disebut sebagai Surat ijin perawat (SIP) dalam

    kepmenkes 1239. sedangkan kewenangan formil adalah ijin yang memberikan

    kewenangan kepada perawat (penerimanya) untuk melakukan praktek profesi

    perawat, yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja didalam suatu institusi dan

    Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau

    kelompok. (Kepmenkes 1239, 2001)

    Kewenangan profesi haruslah berkaitan dengan kompetensi profesi, tidak

    boleh keluar dari kompetensi profesi. Kewenangan perawat melakukan

    tindakan diluar kewenangan sebagaimana disebutkan dalam pasal 20

    Kepmenkes 1239 adalah bagian dari good samaritan law yang memang diakui

    diseluruh dunia. Otonomi kerja perawat dimanifestasikan ke dalam adanya

    organisasi profesi, etika profesi dan standar pelayanan profesi. Oragnisasi

    profesi atau representatif dari masyrakat profesi harus mampu melaksanakan

    self-regulating, self-goverming dan self-disciplining, dalam rangka

    memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa perawat berpraktek adalah

    perawat yang telah kmpeten dan memenuhi standar.

    Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi/masyrakat profesi, untuk

    mengatur sikap dan tingkah laku para anggotanya, terutama berkaitan dengan

    moralitas. Etika profesi perawat mendasarkan ketentuan-ketentuan didalamnya

    kepada etika umum dan sifat-sifat khusus moralitas profesi perawat, seperti

    autonomy, beneficence, nonmalefience, justice, truth telling, privacy,

    confidentiality, loyality, dan lalin-lain. Etika profesi bertujuan

    mempertahankan keluhuran profesi umumnya dituliskan dalam bentuk kode

    etik dan pelaksanaannya diawasi oleh sebuah majelis atau dewan kehormatan

    etik.

    Sedangkan standar pelayanan Kepmenkes 1239 disebut sebagai standar

    profesi, dan diartikan sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai

    petunjuk dalam menjalanankan profesi secara baik dan benar.

  • 10

    Tanggung jawab hukum pidana profesi perawat jelas merupakan tanggung

    jawab perorangan atas perbuatan pelanggaran hukum pidana yang

    dilakukannya. Jenis pidana yang mungkin dituntutkan kepada perawat adalah

    pidana kelalaian yang mengakibatkan luka (pasal 360 KUHP), atau luka berat

    atau mati (pasal 359 KUHP), yang dikualifikasikan dengan pemberatan

    ancaman pidananya bila dilakukan dalam rangka melakukan pekerjaannya

    (pasal 361 KUHP). Sedangkan pidana lain yang bukan kelalaian yang

    mungkin dituntutkan adalah pembuatan keterangan palsu (pasal 267-268

    KUHP).

    Didalam setting Rumah Sakit, pidana kelallaian yang dapat dituntutkan

    kepada profesi perawat dapat berupa kelalaian dalam melakukan asuhan

    keperawatan maupun kelalaian dalam melakukan tindakan medis sebagai

    pelaksana delegasi tindakan medis. Kelalaian dapat berupa kelalaian dalam

    mencegah kecelakaan di Rumah Sakit (jatuh), kelalaian dalam mencegah

    terjadinya decubitus atau pencegahan infeksi, kelalaian dalam melakukan

    pemantauan keadaan pasien, kelalaian dalam merespon suatu kedaruratan, dan

    bentuk kelalaian lainnya yang juga dapat terjadi pada pelayanan profesi

    perorangan.

    F. Beberapa bentuk Kelalaian dalam Keperawatan.

    Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari

    segi pengetahuan maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan

    medis dan tindakan keperawatan yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan

    tersebut kejadian malpraktik dan juga adanya kelalaian juga terus meningkat

    sebagai akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan kesehatan khususnya

    keperawatan yang diberikan dengan standar keperawatan. (Craven & Hirnle,

    2000).

  • 11

    Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam

    keperawatan diantaranya yaitu :

    1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini

    dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode

    pemberian yang bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya

    kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat, obat

    diberikan kepada pasien yang tiak teoat, kesalahan mempersiapkan

    konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut

    akan menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian.

    2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan

    melakukan observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat

    saja keluhan pasien menjadi data yang dapat dipergunakan dalam

    menentukan masalah pasien dengan tepat (Kozier, 1991)

    3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada

    situasi RS yang cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara

    rinci diperhatikan. (Kozier, 1991).

    4. Kelalaian di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat

    kesehatan yang tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga

    kelalaian perawat, dimana peran perawat di kamar operasi harusnya

    mampu mengoservasi jalannya operasi, kerjasama yang baik dan

    terkontrol dapat menghindarkan kelalaian ini.

    5. Timbulnya Kasus Decubitus selama dalam perawatan: Kondisi ini muncul

    karena kelalaian perawat, kondisi ini sering muncul karena asuhan

  • 12

    keperawatan yang dijalankan oleh perawat tidak dijalankan dengan baik

    dan juga pengetahuan perawat terdahap asuhan keperawatan tidak optimal.

    6. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien: Contoh yang sering

    ditemukan adalah kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah

    jika perawat memperhatikan keamanan tempat tidur pasien. Beberapa

    rumah sakit memiliki aturan tertentu mengenai penggunaan alat-alat untuk

    mencegah hal ini.

    G. Dampak Kelalaian

    Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas,

    tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit,

    Individu perawat pelaku kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan

    pidana, juga dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi.

    (Sampurna, 2005).

    Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian

    merupakan bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik

    bersifat pelanggaran autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier,

    1991) dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari

    segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu

    dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan,

    dan bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata

    (pasal 339, 360 dan 361 KUHP).

  • 13

    BAB III

    PEMBAHASAN

    KASUS :

    Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah

    Sakit AA, tn.T dirawat memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang

    tersebut dengan diagnosa medis stroke iskemic, dengan kondisi saat masuk Tn.T

    tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24 x/mt, N: 68 x/mt. Kondisi

    pada hari ketujuh perawatan didapatkan Kesadaran compos mentis, TD: 150/100,

    N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara pelo,

    mulut mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat menjawab

    pertanyaan dengan baik tetapi jawaban Tn.T tidak jelas (pelo). Tetapi saat sore

    hari sekitar pukul 17.00 wib terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah itu

    terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat tidur, diruang 206 dimana tempat

    Tn.T dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara tersebut mendatangi

    dan masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada dilantai

    dibawah tempatt tidurnya dengan barang-barang disekitarnya berantakan.

    Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi,

    dengan adanya peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.T, keluarga

    juga terkejut dengan peristiwa itu, keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan

    mengapa, keluarga tampak kesal dengan kejadian itu. Perawat dan keluarga

    menanyakan kepada tn.T kenapa bapak jatuh, tn.T mengatakan saya akan

    mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan pad temapt

    tidurnya, perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong kami saya

    pikir kan hanya mengambil air minum.

    Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur tn.T dan

    perawat memberikan obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi

    perawat lupa memasng side drill tempat tidur tn.T kembali. Tetapi saat itu juga

    perawat memberitahukan pada pasien dan keluarga, bila butuh sesuatu dapat

    memanggil perawat dengan alat yang tersedia.

  • 14

    ANALISA KASUS :

    Contoh kasus pada bab III merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari

    perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat memberikan

    rasa aman dan nyaman kepada pasien (Tn.T). rasa nyaman dan aman salah

    satunya dengan menjamin bahwa Tn.T tidak akan terjadi injuri/cedera, karena

    kondisi Tn.T mengalami kelumpuhan seluruh anggota gerak kanan, sehingga

    mengalami kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan tubuhnya.

    Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini

    lupa atau tidak memasang pengaman tempat tidur (side drill) setelah memberikan

    obat injeksi captopril, sehingga dengan tidak adanya penghalang tempat tidur

    membuat Tn.T merasa leluasa bergerak dari tempat tidurnya tetapi kondisi inilah

    yang menyebabkan Tn.T terjatuh.

    Bila melihat dari hubungan perawat pasien dan juga tenaga kesehatan

    lain tergambar pada bentuk pelayanan praktek keperawatan, baik dari kode etik

    dan standar praktek atau ilmu keperawatan. Pada praktek keperawatan, perawat

    dituntut untuk dapat bertanggung jawab baik etik, disiplin dan hukum. Dan

    prinsipnya dalam melakukan praktek keperawatan, perawat harus menperhatikan

    beberapa hal, yaitu: Melakukan praktek keperawatan dengan ketelitian dan

    kecermatan, sesuai standar praktek keperawatan, melakukan kegiatan sesuai

    kompetensinya, dan mempunyai upaya peningkatan kesejaterahan serta

    kesembuhan pasien sebagai tujuan praktek.

    Kelalaian implikasinya dapat dilihat dari segi etik dan hukum, bila

    penyelesaiannya dari segi etik maka penyelesaiannya diserahkan dan ditangani

    oleh profesinya sendiri dalam hal ini dewan kode etik profesi yang ada

    diorganisasi profesi, dan bila penyelesaian dari segi hukum maka harus dilihat

    apakah hal ini sebagai bentuk pelanggaran pidana atau perdata atau keduannya

    dan ini membutuhkan pakar dalam bidang hukum atau pihak yang berkompeten

    dibidang hukum.

  • 15

    Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus Tn.T, merupakan kelalaian

    dengan alasan, sebagai berikut:

    1. Kasus kelalaian Tn.T terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan

    keperawatan yang merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal

    ini perawat tidak melakukan tindakan keperawatan sesuai standar profesi

    keperawatan, dan bentuk kelalaian perawat ini termasuk dalam bentuk

    Nonfeasance.

    Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan

    keperawatan dengan benar, diantaranya sebagai berikut:

    a. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya)

    b. Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP

    c. Perawat tidak memahami standar praktek keperawatan

    d. Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap

    e. Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak

    dijalankan dengan baik

    f. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise keperawatan

    g. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga tentang segala

    sesuatu yang berkaitan dengan perawatan pasien. Karena kerjasama pasien

    dan keluarga merupakan hal yang penting.

    h. Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan

    keperawatan

    2. Dampak dampak kelalaian

    Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran

    etik dan pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak bagi pelaku,

    penerima, dan organisasi profesi dan administrasi.

    a. Terhadap Pasien

    1) Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah

    keperawatan baru

    2) Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat

  • 16

    3) Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah

    kesehatan/keperawatan lainnya.

    4) Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan

    sesuai dengan standar yang benar.

    5) Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah

    Sakit atau perawat secara peroangan sesuai dengan ketententuan yang

    berlaku, yaitu KUHP.

    b. Perawat sebagai individu/pribadi

    1) perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi

    sendiri, karena telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik

    keperawatan, antara lain:

    a) Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan

    merugikan pasien

    b) Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang tindakan-

    tindakan yang harus dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk

    dapat mencegah pasien jatuh dari tempat tidur

    c) Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan

    manusia, jatuhnya pasien akan menambah penderitaan pasien dan

    keluarga.

    d) Fidelity, yaitu perawat tidak setia pad komitmennya karena

    perawat tidak mempunyai rasa caring terhadap pasien dan

    keluarga, yang seharusnya sifat caring ini selalu menjadi dasar dari

    pemberian bantuan kepada pasien.

    2) Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga pasien dan

    ganti rugi atas kelalaiannya. Sesuai KUHP.

    3) Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapat

    peringatan baik dari atasannya (Kepala ruang Direktur RS) dan juga

    organisasi profesinya.

    c. Bagi Rumah Sakit

    1) Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas

    pelayanan kesehatan RS

  • 17

    2) Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi

    misi Rumah Sakit

    3) Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata

    karena melakukan kelalaian terhadap pasien

    4) Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan baik secara

    administrasi dan prosedural

    d. Bagi profesi

    1) Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang,

    karena menganggap organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada

    masyarakat bahwa perawat yang melakukan asuhan keperawatan

    adalah perawat yang sudah kompeten dan memenuhi standar

    keperawatan.

    2) Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan

    standarisasi perawat yang telah dihasilkan oleh pendidikan

    keperawatan

    3. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi

    penerima pelayanan asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut:

    # Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :

    a. Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan

    keperawatan/praktek keperawatan dengan kecermatan dan ketelitian tidak

    ceroboh.

    b. Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang di buat oleh organisasi

    profesi dengan jelas dan tegas.

    c. Perlunya suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi perawat

    yang sebelum bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek

    keperawatan.

    d. Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada

    perawat/praktisi keperawatan sebelum memberikan praktek keperawatan

    sehingga dapat dipertanggung jawabkan baik secara administrasi dan

    hukum, missal: SIP dikeluarkan dengan sudah melewati proses-proses

    tertentu.

  • 18

    # Bagi Rumah Sakit dan Ruangan

    a. Hendaknya Rumah Sakit melakukan uji kompetensi sesuai standarisasi

    yang telah ditetapkan oleh profesi keperawatan

    b. Rumah Sakit dalam hal ini ruangan rawat melakukan uji kompetensi pada

    bidangnya secara bertahap dan berkesinambungan.

    c. Rumah Sakit/Ruang rawat dapat melakukan system regulasi keperawatan

    yang jelas dan sesuai dengan standar, berupa registrasi, sertifikasi, lisensi

    bagi perawatnya.

    d. Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua perawat

    berkaitan dengan etik dan hukum dalam keperawatan.

    e. Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan sesuai

    dengan standar praktek keperawatan.

    f. Bidang keperawatan/ruangan dapat memberikan pembinaan kepada

    perawat yang melakukan kelalaian.

    g. Ruangan dan RS bekerjasama dengan organisasi profesi dalam pembinaan

    dan persiapan pembelaan hukum bila ada tuntutan dari keluarga.

    Penyelesaian Kasus Tn.T dan kelalaian perawat diatas, harus

    memperhatikan berbagai hal baik dari segi pasien dan kelurga, perawat secara

    perorangan, Rumah Sakit sebagai institusi dan juga bagaimana padangan dari

    organisasi profesi.

    Pasien dan keluarga perlu untuk dikaji dan dilakukan testomoni atas

    kejadian tersebut, bila dilihat dari kasus bahwa Tn.T dan kelurga telah diberikan

    penjelasan oleh perawat sebelum, bila membutuhkan sesuatu dapat memanggil

    perawat dengan menggunakan alat bantu yang ada. Ini menunjukkan juga bentuk

    kelalaian atau ketidakdisiplinan dari pasien dan keluarga atas jatuhnya Tn.T.

    Segi perawat secara perorangan, harus dilihat dahulu apakah perawat

    tersebut kompeten dan sudah memiliki Surat ijin perawat, atau lainnya sesuai

    ketentuan perudang-undangan yang berlaku, apa perawat tersebut memang

  • 19

    kompete dan telah sesuai melakukan praktek asuhan keperawatan pada pasien

    dengan stroke, seperti Tn.T.

    Tetapi bagaimanapun perawat harus dapat mempertanggung jawabkan

    semua bentuk kelalaian sesuai aturan perundangan yang berlaku.

    Bagi pihak Rumah Sakit, harus juga memberikan penjelasan apakah

    perawat yang dipekerjakan di Rumah Sakit tersebut telah memenuhi syarat-syarat

    yang diperbolehkan oleh profesi untuk mempekerjakan perawat tersebut. Apakah

    RS atau ruangan tempat Tn.T dirawat mempunyai standar (SOP) yang jelas. Dan

    harus diperjelas bagaimana Hubungan perawat sebagai pemberi praktek asuhan

    keperawatan di dan kedudukan RS terhadap perawat tersebut.

    Bagi organisasi profesi juga harus diperhatikan beberapa hal yang

    memungkinkan perawat melakukan kelalaian, organisasi apakah sudah

    mempunyai standar profesi yang jelas dan telah diberlakukan bagi anggotannya,

    dan apakah profesi telah mempunyai aturan hukum yang mengikat anggotannya

    sehingga dapat mempertanggung jawabkan tindakan praktek keperawatannya

    dihadapan hukum, moral dan etik keperawatan.

    Keputusan ada atau tidaknya kelalaian/malpraktek bukanlah penilaian atas

    hasil akhir pelayanan praktek keperawatan pada pasien, melainkan penilaian atas

    sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh tenaga medis

    dibandingkan dengan standar yang berlaku.

  • 20

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam

    arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur

    kelalaian.

    Dapat dikatakan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya

    dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan

    tindakan dibawah standar yang telah ditentukan.

    Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak

    mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang

    lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut

    ukuran dilingkungan yang sama.

    Kelalaian merupakan bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan dalam

    pelanggaran etik dan juga dapat digolongan dalam pelanggaran hukum, yang

    jeas harus dilihat dahulu proses terjadinya kelalaian tersebut bukan pada hasil

    akhir kenapa timbulnya kelalaian. Harus dilakukan penilaian terleih dahulu

    atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh tenaga

    keperawatan dengan standar yang berlaku.

    Sebagai bentuk tanggung jawab dalam praktek keperawatan maka perawat

    sebelum melakukan praktek keperawatan harus mempunyai kompetensi baik

    keilmuan dan ketrampilan yang telah diatur dalam profesi keperawatan, dan

    legalitas perawat Indonesia dalam melakukan praktek keperawatan telah diatur

    oleh perundang-undangan tentang registrasi dan praktek keperawatan

    disamping mengikuti beberapa peraturan perundangan yang berlaku.

  • 21

    Penyelesaian kasus kelalaian harus dilihat sebagai suatu kasus profesional

    bukan sebagai kasus kriminal, berbeda dengan perbuatan/kegiatan yang

    sengaja melakukan kelalaian sehingga menyebabkan orang lain menjadi

    cedera dll. Disini perawat dituntut untu lebih hati-hati, cermat dan tidak

    cerobah dalam melakukan praktek keperawatannya. Sehingga pasien terhindar

    dari kelalaian.

    B. SARAN

    1. Standar profesi keperawatan dan standar kompetensi merupakan hal

    penting untuk menghindarkan terjadinya kelalaian, maka perlunya

    pemberlakuan standar praktek keperawatan secara Nasional dan

    terlegalisasi dengan jelas.

    2. Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya

    memahami dan mentaati aturan perundang-undangan yang telah

    diberlakukan di Indonesia, agar perawat dapat terhindar dari bentuk

    pelanggaran baik etik dan hukum.

    3. Pemahaman dan bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan,

    menghindarkan bekerja dengan cerobah, adalah cara terbaik dalam

    melakukan praktek keperawatan sehingga dapat terhindar dari

    kelalaian/malpraktek.

    4. Rumah Sakit sebagai institusi pengelola layanan praktek keperawatan dan

    asuhan keperawatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya

    dengan pelaku/pemberi pelayanan keperawatan, sehingga dapat diperjelas

    bentuk tanggung jawab dari masing-masing pihak

    5. Penyelesaian terbaik dalam menghadapi masalah kelalaian adalah dengan

    jalan melakukan penilaian atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau

    yang tidak dilakukan oleh tenaga perawat dan dibandingkan dengan

    standar yang berlaku.

  • 22

    Daftar Referensi

    Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi

    ketiga: Jakarta: EGC.

    Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott

    Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in

    Nursing; Theory and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott.

    Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.

    Philadelphia. Addison Wesley.

    Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi

    Praktik Perawat.

    Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and

    Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO.

    Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.

    Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi

    seminar tidak diterbitkan.

    Supriadi, (2001). Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju.

    Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th

    ed.Sydney:

    Harcourt.

    Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi

    seminar tidak diterbitkan.

    Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi

    yurisprodensi Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo

    Persada.

    Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing.

    2ndEd. Philadelphia. FA Davis.

    Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Jakarta:

    Sinar Grafika.


Top Related