Download - Tugas Audit-siap Kirim
Audit terhadap Siklus Pengeluaran:
Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha
Banyak klien yang cenderung untuk menyajikan utang lancar lebih rendah dari jumlah
yang sebenarnya. Hal tersebut didorong oleh keinginan klien untuk menyajikan gambaran
modal kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengujian substantif atas utang
lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari
jumlah yang seharusnya. Utang usaha merupakan komponen terbesar dari utang lancar. Oleh
karena itu, pengujian substantif auditor dalam hal ini lebih difokuskan ke pengujian
substantif atas utang usaha.
I. DESKRIPSI UTANG USAHA
Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek yaitu maksimal satu periode
akuntansi, dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau
dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar terdiri dari:
1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku, bahan penolong,
pembelian suku cadang, dan bahan-bahan yang hhabis dipakai untuk proses
produksi. Untuk utang usaha digolongkan lebih lanjut menjadi 2 golongan:
a. Utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban.
b. Utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban.
2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu.
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga, karena perusahaan ditunjuk sebagai
pemungut pajak (fiskus, bank persepsi, bank penerima pembayaran dll).
5. Acrual yang timbul dari kegiatan usaha:
a. Utang bonus
b. Biaya pemeliharaan yang harus dibayar perusahaan
6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti
Utang bank, kredit modal usaha, Deviden, Utang pajak, Utang jangka panjang
yang jatuh tempo dalam 1 tahun.
II. PERBEDAAN KARAKTERISTIK UTANG LANCAR DAN AKTIVA
LANCAR
A. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyatakan
aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang real. Kecenderungan ini sering kali
didorong oleh motif untuk memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik
sehingga kelihatannya perusahaan memiliki likuiditas yang baik.
B. Gambaran modal kerja yang baik dapat ditempuh dengan menurunkan nilai utang
lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat utang lancar sehingga terdapat
utang yang tidak tercatat di dalam laporan keuangan (neraca).
C. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur-nsur
aktiva lancar per tanggal neraca.
D. Dalam penyajian utang lancar klien tidak menghadapi masalah penilaian unsur-
nsur utang lancar per tanggal neraca
III. PERBEDAAN PENGUJIAN SUBSTANTIF UTANG LANCAR DENGAN
AKTIVA LANCAR SEBAGAI BERIKUT:
A. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan
adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya,
sedangkan untuk aktiva lancar untuk menemukan penyajian aktiva lancar yang
lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya.
Dalam pengujian substantif terhadap kas auditor melakukan pengujian fisik
kas
Dalam pengujian substantif terhadap piutang auditor mengirimkan
konfirmasi terhadap debitur
Dalam pengujian substantif terhadap persediaan auditor melakukan
pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan
Berbagai perosedur audit tersebut dilakukan untuk menemukan adanya over
statement dalam aktiva lancar
Di lain pihak pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk
menentukan adanya utang yang belum dicatat (unrecord liabilities) pada
tanggal neraca.
B. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi
masalah penentuan kewajiban nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat
direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca. Dilain pihak dalam
pengujian substantif terhadap utang lancar auditor menghadapi data historis
mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu, yang dalam jangka
pendek harus dilunasi.
IV. PRINSIP AKUNTANSI DITERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN UTANG
LANCAR DI NERACA
A. Setiap jenis utang lancar harus disajikan terpisah (cut off) dari jumlah yang
material.
B. Utang terhadap perusahaan afiliasi, pemegang saham, karyawan perusahaan
harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
C. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancarharus diungkapkan
dalam laporan keuangan.
D. Aktiva dan utang lancar tidak boleh digabung penyajiannya ke dalam jumlah
netto.
E. Utang bersyarat harus dijelaskan di dalam neraca.
V. TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA
A. Memperoleh keyakinan terhadap keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai
saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh
keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang
mendukung informasi utang usaha yang disajikan dalam neraca.
B. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Dalam
pengujian substantif terhadap utang pada umumnya, pengujian ditujukan untuk
menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities.
C. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelangsungan saldo usaha yang disajikan di neraca. Seperti
yang disebutkan dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus
disajikan di neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain
sebesar jumlah yang menjadi kewajiban.
D. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca. Utang usaha
yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien pada kreditur pada
tanggal tersebut.
E. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca. Penyajian pengungkapan unsur – unsur laporan keuangan harus
berdasar pada prinsip akuntansi berterima umum.
VI. PROSEDUR PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA
A. Prosedur awal
1. Lakukan prosedur audit awal akun utang usaha yang akan diuji:
a. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun utang
usaha yang bersangkutan.
b. Hitung kembali saldo akun utang usaha dalam buku besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun utang .
d. Usut saldo awal utang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang ke dalam jurnal
yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akan kontrol utang di dalam buku besar pembantu
utang yang bersangkutan.
B. Prosedur analitik
2. Lakukan prosedur analitik:
a. Hitung rasio
- Tingkat perputaran utang usaha
- Rasio utang usaha dengan utang lancar
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan
atau data lain.
c. Bandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun lalu atau
biaya yang dianggarkan untuk mendapatkan indikasi kemungkinan
adanya understatement utang lancar.
C. Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci
3. Periksa sampel transaksi utang usaha yang tercatat ke dokumen pendukung
timbulnya utang usaha
a. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti
kas keluar, laporan penerimaan barang, surat order pembelian atau
dokumen pendukung lain.
b. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas
masuk, memo debit untuk retur pembelian.
4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) terhadap transaksi pembelian
a. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian minggu terakhir
tahun audit dengan minggu pertama setelah tanggal neraca.
5. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
a. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha
dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca.
6. Lakukan pencarian utang yang belum dicatat.
a. periksa bukti – bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang
dicatat setelah tanggal neraca.
b. periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.
c. periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.
d. pelajari peraturan parpajakan yang menyangkut bisnis klien
e. lakukan review terhadap anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak
pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum
dicatat.
D. Pengujian terhadap saldo akun rinci
7. Lakukan konfirmasi utang
a. lakukan identifikasi penjual besar dengan me – review register bukti kas
keluar atau buku pembantu utang, arsip induk utang, dan kirimkan
konfirmasi kepada kreditur yang akun utang klien kepadanya memiliki
karakteristik berikut ini: bersaldo besar, terdapat kegiatan pembelian
yang luar biasa, bersaldo kecil atau nol, dan bersaldo debit.
b. lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadi perbedaan
c. periksa dokumen yang mendukung pembayaran utang usaha setelah
tanggal neraca.
8. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan
piutang bulanan yang diterima oleh klien dan kreditur.
E. Verifikasi penyajian dan pengungkapan
9. bandingkan penyajian utang usaha dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
a. periksa klasifikasi utang usaha di neraca
b. periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha
c. periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang nonusaha
d. mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum
diungkapkan dan utang bersyarat dan dan periksa penjelasan yang
bersangkutan dengan utang tersebut.
VII. Penjelasan
A. Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah utang usaha yang diacantumkan oleh klien di
neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca,
auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi sediaan yang dicantumkan
dineraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu
dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang
dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya.
Oleh karena itu, auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan
rekonsiliasi informasi utang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan:
1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun
utang usaha yang bersangkutan. Akun ini digunakan untuk
menampung transaksi timbulnya utang dari transaksi pembelian
berbagai golongan sediaan dan pelunasannya.
2. Hitung kembali saldo akun utang usaha dalam buku besar. Untuk
memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan saldo utang
usaha auditor menghitung kembali saldo akun utang usaha dan utang
wesel dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan
dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap – tiap akun
tersebut.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun utang . Ketidakberesan dalam transaksi
pembelian dapat dilakukan dengan review mutasi luar biasa.
4. Usut saldo awal utang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang
menyangkut utang usaha, ia perlu memperoleh keyakinan atas
kebenaran saldo awal akun tersebut sehingga dibutuhkan kertas kerja
tahun lalu untuk mengusutnya.
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang ke dalam
jurnal yang bersangkutan. Untuk memperoleh keyakinan bahwa
mutasi penambahan dan pengurangan utang usaha berasal dari jurnal –
jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di dalam akun utang usaha
diusut ke jurnal pembelian atau register bukti kas keluar dan
pendebitan ke akun tersebut diusut ke jurnal pengeluaran kas dan jurnal
umum (untuk transaksi retur pembelian).
6. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol utang dengan buku besar
pembantu utang yang bersangkutan.
B. Prosedur Analitik
Pengujian analitik dimaksudkan membantu auditor dalam memahami bisnis
klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Oleh
karena inilah auditor melakukan perhitungan rasio tingkat perputaran utang usaha
dan rasio utang usaha dengan utang lancar. Ini membantu auditor mengungkapkan:
peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha,
fluktuasi acak atau salah saji.
C. Pengujian terhadap Transaksi Rinci
Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi
berikut ini yang di kreditkan dan didebitkan kedalam akun utang usaha :
1. Transaksi pembelian kredit
2. Transaksi retur pembelian
3. Transaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.
Disamping itu, keandalan saldo akun utang usaha ditentukan pula oleh
ketepatan pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai tarnsaksi tersebut
di atas. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian substantif terhadap
transasksi rinci yang mengkredit dan mendebit akun utang usaha dan pengujian
pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun
tersebut. Prosedur:
1. Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang usaha ke
Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut.
a. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen
pendukung: bukti kas keluar, laporan penerimaan barang,
surat order pembelian atau dokumen pendukung lain.
Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah
kredit akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian
melakukan prosedur audit berikut ini:
- mengambil dari arsip klien bukti kas keluar
- Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas
keluar
- Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas
keluar dan dokumen pendukungnya
- Memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun
kreditur berdasarkan bukti kas keluar
- Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah
dicatat di akun yang seharusnya.
b. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen
pendukung: bukti kas masuk, memo debit untuk retur
pembelian.
- mengambil dari arsip klien bukti kas keluar dan memo debit
beserta dokumen pendukungnya: surat tagihan, kuitansi dari
kreditur, dan laporan pengiriman barang (untuk retur pembelian)
- Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas
keluar dan memo debit
- Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas
keluar dan memo debit dan dokumen pendukungnya
- Memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun
kreditur berdasarkan bukti kas keluar dan memo debit.
- Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit
yang disampel telah dicatat di akun kreditur.
2. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) terhadap transaksi pembelian
dan retur pembelian
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah
klien menggunakan pisah batas yang konsisten dalam
memperhitungkan transaksi pembelian dan retur pembelian yang
termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun
sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan tanggal pisah batas yang
konsisten, akibatnya adalah transaksi pembelian yang seharusnya
diakui sebagai unsur penentuan kos barang yang dijual tahun dalam
tahun berikutnya, dicatat oleh klien sebagai kos barang yang dijual
tahun yang diaudit.
Di lain pihak, transaksi pembelian dalam tahun yang diaudit dapat
diakui oleh klien sebagai unsur kos barang yang dijual tahun
berikutnya. Dengan demikian, jika klien tidak konsisten dalam
menggunakan tanggal pisah batas, perhitungan rugi laba tahun yang
diaudit akan terpengaruh langsung. Oleh karena itu, auditor melakukan
pemeriksaan terhadap transaksi pembelian dan retur pembelian, serta
transaksi pengeluaran kas untuk pembayaran utang usaha yang terjadi
dalam beberapa minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk
menentukan perlakuan yang tepat terhadap pengakuan kos barang yang
dijual dan pencatatan transaksi pengurangan utang usaha.
a. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha
dalam minggu terakhir tahun audit dengan minggu pertama
setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan bahwa klien
menggunakan pisah batas yang konsisten terhadap transaksi
pembelian, auditor memeriksa bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalam periode
sebelum dan sesudah tanggal neraca
3. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
Untuk membuktikan ketepatan pisah batas transaksi pengeluaran kas,
auditor melakukan observasi terhadap semua cek yang dibayarkan pada
hari terakhir tahun yang diaudit untuk membuktikan ketepatan
pencatatan pengeluaran kas dalam periode akuntansi yang seharusnya.
a. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang
usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan ketepatan
pisah batas dalam transaksi berkurangnya utang usaha karena
pembayaran kas kepada kreditur yang dipakai sebagai basis
pencatatan ke dalam buku utang.
4. Lakukan pencarian utang yang tidak dicatat. Hal ini disebabkan klien
cenderung untuk melakukan understatement utang usaha dengan cara
tidak mencatat kewajiban klien pada tanggal neraca. Sehingga ini
menjadi fokus auditor dalam pengujian substantif terhadap utang usaha,
yaitu menemukan unrecorded transactions. Adapun utang yang belum
dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat berikut ini:
a. Adanya dokumen – dokumen yang belum diproses untuk
pembayaran pada tanggal neraca, dan baru dibuatkan bukti kas
keluar setelah tanggal neraca.
b. adanya barang – barang yang diterima sebelum tanggal neraca,
namun faktur dari pemasok baru diterima setelah tanggal
neraca.
c. klien menggunakan basis tunai dalam melaksanakan sistem
bukti kas keluarnya.
d. adanya jasa yang telah dinikmati klien sebelum tanggal neraca,
namun penjual jasa baru menagih harga jasa tersebut setelah
tanggal neraca.
Adapun prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum
dicatat pada tanggal neraca adalah sebagai berikut:
a. Periksa bukti – bukti yang mendukung transaksi pengeluaran
kas yang dicatat setelah tanggal neraca.
b. periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.
c. periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.
d. pelajari peraturan parpajakan yang menyangkut bisnis klien
e. lakukan review terhadap anggaran modal, perintah kerja, dan
kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang
yang belum dicatat.
D. Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
Tujuan pengujian saldo utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi
- Keberadaan atau keterjadian
- kelengkapan
- kewajiban
- penyajian dan pengungkapan
Keberadaan, kelengkapan, kewajiban, serta penyajian dan
pengungkapan utang usaha di neraca dibuktikan oleh auditor dengan
mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi utang usaha
yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh
klien kreditur. Adapun prosedurnya:
1. Lakukan konfirmasi utang
a. lakukan identifikasi penjual besar dengan me – review register
bukti kas keluar atau buku pembantu utang, arsip induk utang, dan
kirimkan konfirmasi kepada kreditur yang akun utang klien
kepadanya memiliki karakteristik berikut ini: bersaldo besar,
terdapat kegiatan pembelian yang luar biasa, bersaldo kecil atau
nol, dan bersaldo debit.
b. lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadi perbedaan
c. periksa dokumen yang mendukung pembayaran utang usaha setelah
tanggal neraca.
2. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke
pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dan kreditur.
Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfirmasi dapat diverifikasi
keberadaannya melalui rekonsiliasi akun utang kepada Kreditur dengn
surat pernyataan piutang yang diterima secara bulanan dari kreditur.
darisinilah auditor memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang
tercantum di neraca benar – benar ada dan adanya utang usaha yang
tidakdicatat pada tanggal neraca.
E. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
Verifikasi penyajian dan pengungkapan dilakukan guna membandingkan
penyajian utang usaha dengan prinsip akuntansi berterima umum. Adapun
prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. periksa klasifikasi utang usaha di neraca (Penjelasan)
b. periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha
(Penjelasan)
c. periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang
nonusaha (Penjelasan)
d. mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen
yang belum diungkapkan dan utang bersyarat dan dan periksa
penjelasan yang bersangkutan dengan utang tersebut.
(Penjelasan)
KASUS
A.
1. Klien mempunyai struktur pengendalian intern yang efektif atas dokumentasi pada
laporan penerimaan barang yang telah bernomor , setiap voucher yang bernomor urut
disiapkan dengan cepat dan efisien dan dicatat di dalam daftar voucher dan buku
tambahan utang dagang . Setiap pembayaran juga dilakukan dengan cepat kalau sudah
jatuh tempo , dan pembayaran langsung di catat ke dalam buku harian pembayaran
kas dan buku tambahan utang dagang .
:: Dalam keadaan seperti ini verifikasi terhadap utang dagang hanya membutuhkan
sedikit upaya audit setelah auditor menyimpulkan bahwa struktur pengendalian intern
tersebut berlaku efektif .
2. Asumsikan laporan penerimaan barang tidak digunakan , klien selalu menunda
tagihan. Tagihan sering dibayarkan beberapa bulan setelah tanggal jatuh tempo. Kalau
auditor menghadapi situasi ini besar kemungkinan utang dagang dinyatakan terlalu
rendah , sehingga dalam situasi ini diperlukan pengujian rincian saldo utang.
::Pada kasus 2 penting membuat rekonsilisasi bulanan antara laporan penjual dengan
utang yang telah di catat dan antara buku tambahan dengan buku besarnya dilakukan
oleh seorang yang independen.
B.
Contoh kasus transaksi utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.
Kasus 1:
Auditor menemukan sebuah faktur sebesar Rp 7.000.000 bertanggal 30 Desember 2005,
dengan syarat pembelian FOB shipping point. Barang telah dikirim oleh pemasok pada
tanggal 30 Desember 2005, tetapi baru diterima oleh klien pada tanggal 4 Januari 2006 dan
dicatat oleh klien sebagai pembelian pada tangggal 4 Januari 2006 Maka AJP per tanggal 31
Desember 2005 adalah sebagai berikut
Pembelian Rp 7.000.000
Utang usaha Rp 7.000.000
Jurnal ini tidak akan mempengaruhi modal kerja bersih dan tidak mempengaruhi laba bersih
tahun 2005
Kasus 2:
Auditor menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp. 20.000.000, bertanggal 30
Desember 2005, dengan syarat FOB shipping point. Barang telah diterima pada tanggal 31
Desember 2005 dan telah diikutsertakan dalam perhitungan fisik sediaan pada tanggal neraca
tersebut. Faktur baru diterima oleh klien tanggal 8 Januari 2006 dan dicatat sebagai transaksi
pembelian tahun 2006.
Jika auditor menemukan uatng yang belum dicatat pada tanggal neraca seperti kasus tersebut,
ia akan mengusulkan adanya jurnal penyesuaian untuk mencatat utang tersebut karena :
1. Pembelian dicatat terlalu rendah, sehingga mengakibatkan kos barang yang dijual
disajikan oleh klien terlalu rendah dan laba bersih tahun 2005 dihitung terlalu tinggi.
2. sediaan telah dicatat dari hasil penghitungan fisik sediaan, tetapi utang usaha belum
dicatat, sehingga hal ini mengakibatkan modal kerja bersih pada tanggal neraca terlalu
tinggi.
Kasus 3
Faktur pembelian aktiva tetap sebesar Rp. 70.000.000 bertanggal 31 Desember 2005 diterima
oleh klien pada tanggal 15 Januari 2006. Aktiva tetap telah diterima oleh klien tanggal 31
Desember 2005
Jika utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal neraca akibatnya adalah
modal kerja bersih akan terpengaruh tetapi tidak mempengaruhi ................ laba klien.
Umumnya dalam menghadapi utang ini auditor tidak menyarankan jurnal penyesuaian.
Kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar Rp.15.000.000 bertanggal 31 Desember 2005 untuk biaya
iklan bulan oktober, November, dan Desember 2005. Oleh klien, faktur ini baru dicatat pada
tanggal 15 Januari 2006.
Utang biaya iklan ini seharusnya dicatat pada tanggal neraca sehingga biaya iklan tidak
disajikan terlalu rendah di dalam laporan rugi laba tahun 2005. Jika utang ini tidak dicatat,
akibatnya adalah penentuan laba terlalu tinggi, dan modal kerja bersih terlalu besar. Auditor
akan mengusulkan jurnal penyesuaian untuk mencatat adanya utang biaya iklan pada tanggal
neraca.