Download - TRAUMATOLOGI FORENSIK.docx
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUTORIAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ABULYATAMA
1. Judul Skenario : Kasus David yang Kontroversial
2. Modul : Medikolegal
3. Tutor : dr. Feriyani, Sp.M
4. Ketua : M. Baqir
5. Sekretaris : Dara Mayasari
6. Notulen : Maria Ulfa
7. Anggota : 1. Razzaq Alhusaini
2. Nur Mayasari Sihombing
3. Meutia Illona
4. Intan Sri Wulan
5. Sri Misnawati
6. Yuni Kartika
7. Srimuna Handayana
8. Ika Mauliana
Telah diperiksa oleh
Tutor kelompok A5
(dr. Feriyani, Sp.M )
Lampoh Keude, 16 Juni 2011
Ketua Kelompok B5
(Muhammad Baqir)
1
DAFTAR ISI
1. Halaman Pengesahan ............................................................................................ 2
2.Halaman isi .......................................................................................................... 3
3. Pendahuluan ........................................................................................................ 4
4. Skenario ………………………………………………………………………… 5
5. Tahap I. Identifikasi …………………………………………………………… 6
6. Tahap II. Identifikasi Masalah ………………………………………………….. 7
7. Tahap III. Analisis Masalah …………………………………………………… 8
8. Tahap IV.Strukturisasi .......................................................................................... 9
9. Tahap V. Learning Objective ………………………………………………….. 10
10. Bagian VI. Hasil Belajar Mandiri ………………………………………………. 11
11. Kesimpulan ……………………………………………………………………..
12. Daftar Pustaka ………………………………………………………………….
2
PENDAHULUAN
Trauma (injury) dari aspek medikolegal sedikit berbeda dengan pengertian medis. Pengertian
medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya kontinuitas dari jaringan. Sedangkan
dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu
kesehatannya akibat efek alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. Aplikasinya
dalam pelayanan kedokteran forensic adalah untuk membuat terang suatu tindak kekerasan yang
terjadi pada seseorang.
Dan pemeriksaan yang paling banyak dilayani oleh dokter untuk pelayanan VeR adalah untuk
korban yang mengalami trauma (cedera), baik masih hidup atau telah meninggal. Berbeda
dengan pelayanan luka untuk penyembuhan, untuk VeR dokter melayaninya untuk kepentingan
medikolegal. Dokter memeriksa dan merekam dengan teliti semua penemuan yang didapatinya
dan memberikan pendapat tentang hubungan sebab akibat, karena pemeriksaan yang menyeluruh
akan menentukan proses hokum di pengadilan nanti. Diperlukan kejelasan mengenai jenis
trauma, alat yang digunakan, hubungan sebab-akibat, umur luka serta derajat kaulifikasi luka.
Pada orang meninggal ditambah dengan penentuan sebab, cara dan mekanisme kematiaannya.
3
SKENARIO 2
KASUS DAVID YANG KONTROVERSIAL
Beberapa waktu lalu terjadi kematian seorang mahasiswa Indonesia bernama David di Singapura
yang menghebohkan. Hasil pemeriksaan Forensik terhadap Jenazah mahasiswa tersebut jadi
controversial karena pihak kepolisian Singapura berkesimpulan bahwa David melakukan bunuh
diri setelah sebelumnya melakukan tindakan pembunuhan baru terjun bunuh diri dari gedung
bertingkat kampusnya. Akan tetapi pihak keluarga bersama lawyer dan ahli yang bekerja untuk
keluarganya sebagai second opinion menyangsikan kesimpulan tersebut dangan alas an bukti-
bukti analisa traumatologi forensic yang dijumpai pada tubuh jenazah David.
4
TAHAP I
IDENTIFIKASI ISTILAH
1. Traumatologi Forensik : Suatu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang alat atau
benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang
akibat efek dari alat tersebut yang menyebabkan kecerderaan dan
membuat surat keterangan tentang suatu tindakan yang terjadi.
5
TAHAP II
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah :
1. Hasil pemeriksaan forensic pada jenazah david yang kontroversi
2. Cara mengidentifikasi trauma menurut ilmu kedokteran forensic
6
TAHAP III
ANALISA MASALAH
Traumatologi forensic adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang cedera yaitu jenis dari
cedera, apa-apa saja yang menyebabkan cedera dan efek yang ditimbulkan dari cedera itu
sendiri.
Faktor-faktor dalam melihat atau menilai luka;
a. Sifat luka
b. Ukuran luka
c. Luas wilayah kerusakan/luka
Etiologi trauma:
1. Trauma mekanik
2. Luka termis/suhu
3. Luka kimiawi
Dan akibat trauma ada 2: - aspek medic
- aspek yuridis
7
TAHAP IV
STRUKTURISASI
8
Seorang Pria (David)
Traumatologi Forensik
Ada Trauma pd Jenazah
Saat terjadi Trauma
Klasifikasi trauma
Cara terjadiPerkiraan alat
Kimia
Kepentingan
Mekanik Fisika
1. Suhu2. tekanan
1. Asam Kuat2. Basa Kuat
1. Luka tumpul2. Luka tajam3. Luka tembak
TAHAP V
LEARNING OBJECTIVE
Mahasisa mampu memahami tentang;
1. Traumatologi forensic
1.1. defenisi
1.2. Klasifikasi trauma
1.3. Ketentuan hukum
9
TAHAP VI
HASIL BELAJAR MANDIRI
1.TRAUMATOLOGI FORENSIK
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera, hubungannya dengan jenis
kekerasan serta efeknya terhadap manusia.
Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sedikit berbeda dengan pengertian medis.
Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya kontinuitas dari jaringan.
Sedangkan dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba
terganggu kesehatannya akibat efek alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan.
Aplikasinya dalam pelayanan kedokteran forensic adalah untuk membuat terang suatu tindak
kekerasan yang terjadi pada seseorang.
Klasifikasi trauma (lika)
Ditinjau dari berbagai sudut dan kepentingan, luka dapat diklasifikasikan berdasarkan :
A. etiologi
1. Trauma Mekanik
2. Luka Termis (suhu)
3. Luka Kimiawi
B. Derajat Kualifikasi luka
1. Luka ringan
2. Luka sedang
3. Luka berat
C. Medikolegal
1. Perbuatan sendiri (bunuh diri)
2. Perbuatan orang lain (pembunuhan)
3. Kecelakaan
4. Luka tangkis
5. Dibuat (fabricated)
10
Trauma Mekanik
Trauma atau luka mekanik dapat terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami
atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti ; kampak, pisau, panah, martil
dan lain-lain. Akibatnya pada tubuh dapat dibedakan dari penyebabnya.
1. Kekerasan Tumpul
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain: batu, besi, sepatu dan lain-lain.
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab : alat atau senjata yang mengenai atau melukai
orang yang relative tidak bergerak dan yang lain orang bergerak kea rah objek atau alat yang
tidak bergerak. Dalam bidang mediklegal kadang-kadangan hal ini perlu dijelaskan, walaupun
terkadang sulit dipastikan.
Luka karena kekerasan tumpul dapat berbentuk salah satu kombinasi dari luka memar, luka lecet,
luka robek, patah tulang atau luka tekan.
a. Luka Memar
Perdarahan jaringan dii bawah kulit atau di bawah permukaan organ akibat pecahnya pembuluh
darah kecil atau kapiler tanpa menyebabkan luka di permukaan kulit atau membrane mukosa..
Perdarahan atau ekimosis ini berwarna biru kehitaman dan kadang-kadang disertai
pembengkakan. Pada orang kulit gelap warna baru kehitaman akibat memar kadang-kadang sulit
terlihat sehingga pembengkakan bisa dipakai sebagai petunjuk.
Bentuk dan luas luka dipengaruhi oleh kuat benturan, alat atau benda penyebab, keadaan
jaringan, umur, kelamin, dan kondisi tubuh seseorang. Akibat trauma pada orang sehat berbeda
dengan dengan orang biasa, apalagi pada orang tidak sehat. Luka memar di jaringan longgar
seperti di daerah mata, leher dan lain-lain cenderung menjadi luas. Luka memar ini bisa
berpindah tempat (ectopic bruises) akibat gravitasi seperti luka di kening menjadi ‘kacamata
hematom’ di daerah mata.Luka ini dapat memberikan gambaran alat yang digunakan seperti tali
pinggang, cambuk, roda ban. dan lain-lain. Luka memar di punggung tangan dan jari member
petunjuk suatu luka tangkis (defensive, bertahan) pada perkelahian. Luka memar di leher bisa
sebagai petunjuk pencekikan.
Bersamaan dengan perjalanan waktu, luka memar menyembuh dan terjadi perombakan zat
warna hemoglobin. Dalam waktu 4-5 hari menjadi hijau, lalu kekuningan dalam beberapa hari
kemudian dan menghilang dalam 10-14 hari. Perubahan warna ini tidak dapat dipakai secara
11
tepat untuk menentukan lamanya perlukaan, karena dipengaruhi banyak factor. Perubahan warna
dalam penyembuhan bergerak dari tepi ke tengah, artinya perlukaan tampak makin mengecil.
Luka memar jarang fatal, kecuali kerusakan organ interna atau mengakibatkan neurogenik syok
dan emboli lemak pada pukulan atau benturan.
b. Luka lecet ( abrasi)
Luka pada kulit yang superficial di mana epidermis bersentuhan dengan benda yang kasar
permkaannya. Arah luka dapat ditentukan dari penumpukan epidermis yang terseretbke satu
posisi. Bentuk luka lecet kadang-kadang bisa meunjukkan alat yang dipakai. Nilai medikolegal
dari luka lecet ini antara lain menunjukkan adanya kekerasan, bentuk alat yang digunakan,
bekasa cakaran, bekas gigitan. Untuk kepentingan VeR walaupun kecil luka lecet harus diamaati
dan direkam karena mempunyai nilai medikolegal.
c. Luka Robek (Laserasi)
Luka robek adalah luka terbuka akibat trauma tumpul yang kuat. Mudah terbentuk bila dekat ke
dasar bagian yang bertulang. luka ini umumnya tidak menggambarkan bentuk dan ukuran alat
yang digunakan. Ciri-cirinya bentuk tidak teratur, pinggir tidak rata, bengkak, sering kotor
(sesuai benda penyebab), perdarahan tidak banyak ( dibanding luka sayat), terdapat jembatan
jaringan antara kedua tepi luka ( otot, pembuluh darah, serabut saraf), rambut terbenam dalam
luka, sering disertai memar dan luka lecet. Aikbat pukulan yang keras ini bisa terjadi perdarah di
bagian dalam tubuh akibat robeknya organ dalam seperti hati, limpa, jantung dan aorta.
Proses penyembuhan terlihat mulai dari penggumpalan darah di tepi permukaan luka.
Pembentukan jaringan ikat dimulai dari dalam luka dan terakhir pembentukan jaringan kulit.
Dalam jaringan kulit baru tidak didpati kelenjar keringan dan lain-lain apendiks kulit. Peekiraan
umur luka tidak bisa ditemukan dengan tepat. Seperti juga pada luka memar dan luka lecet,
umur luka hanya dapat dinyatakan dalam kategori sangat baru, baru, beberapa hari dan lebih dari
beberapa hari. Luka robek bisa sangat hebat, sehingga terjadi perdarahan yang fatal. Luka di
daerah jaringan berlemak dapat menyebabkan emboli lemak pulmonal atau sistemik.
d. Tekanan atau Kompresi
Tekanan yang lama pada jaringan dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah sehingga
menimbulkan matinya jaringan (ganggren). Bila terjadi pada tangan dan kaki dapat
menyebabkan tindakan amputasi. Bila tekanan di dada dapat menyebabkan asfiksia ( traumatic
asphyxia).
12
2. Kekerasan Tajam
Kekerasan tajam disebabkan pisau, pedang, silet, gunting, kampak, bayonet dan lain-lain. Senjata
ini dapat menyebabkan luka sayat, luka tikam dan luka bacok.
a. Luka sayat
Luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka terbuka dengan pinggir rata,
menimbulkan perdarahan banyak, jarang disertai memar di pinggir luka, semua jaringan
otot, pembuluh darah, saraf dalam luka terputus, juga rambut. Dalam pemeriksaan luka
ini dibedakan dengan luka robek, sebab pada luka robek jaringan ini masih ada yang utuh
dan disebut denga jembatan jaringan. Ukuraan lebar luka sayat lebih dari pada ukuran
dalamnya luka.
Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai pembuluh darah yang
dekat ke permukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan tangan dan lipat
paha.
b. Luka tikam
Luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan benda tajam lainnya, di mana ukuran
dalamnya luka melebihi lebar luka. Pinggir luka dapat menunjukkan bagian yang tajam
( sudut lancip) dan tumpul ( sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. Tetapi
jenis pisau ini bisa juga membuat kedua sisi luka tajam karena ujung pisau waktu
menembus kulit membuat pinggir luka di sisi tumpul menjadi tajam. Pisau dengan kedua
sisi tajamseperti bayonet akan menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam. Lebar luka
tampak lebih kecil dari lebar pisau, apalagi bila luka melintang terhadap oto. Lebar luka
penting diukur dengan merapatkan kedua tepi luka, sebab itu akan mewakili lebar alat.
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar
alat. Tetapi yang sering terjadi lebar luka melebihi lebar pisau karena tarikan ke samping
waktu menusukkan dan waktu menarik pisau. Demikian juga bila pisau masuk ke
jaringan dengan posisi miring.
Begitu pula dalamnya luka tidak menggambarkan panjang senjata, kecuali bila mengenai
organ padat seperti hati. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena
jarang ditusuk sampai ke pangkal senjata. Tetapi dalamnya luka bisa melebihi panjang
dari senjata karena elastisitas jaringan misalnya luka tusuk pada perut.
13
c. Luka bacok
Senjata tajam yang berat dan diayunkan dengan tenaga akan menimbulkan luka
menganga yang lebar disebut luka bacok. Luka ini sering sampai ke tulang. Bentuknya
hampir sama dengan luka sayat tetapi dengan derajat luka yang lebih berat dan dalam.
Luka terlihat terbuka lebar atau ternganga. Perdarahan sangat banyak dan sering
mematikan.
Luka Tangkis dan Luka Percobaan
Pada pemeriksaan luka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu luka tangkis dan luka
percobaan. Keduanya mempunyai bentuk, letak dan kepentingan medikolegal. Luka tangkis
terdapat di punggung tangan, jari tangan, siku dan telapak tangan dan sering banyak karena
mempertahankan tubuh dari serangan. Luka percobaan (tentative wound) mempunyai gambaran
luka dangkal, tampak beberapa luka karena dilakukan berulang denga letak hampir sejajar dan
didapati satu luka yang dalam di aerah luka percobaan atau di tempat lain yang fatal. Biasanya di
leher ( arteri karotis) dan pergelangan tangan dalam (arteri radialis) karena tindakan bunuh diri.
Pemeriksaan Luka
Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak boleh dipengaruhi
oleh keterangan pasien atau keluarga, sebab pada banyak kasus ada kecenderungan korban akan
memperbesar keluhannya dengan maksud mendramatisir perlukaan untuk kepentingannya.
Pemeriksaan ditujukan untuk menentukan :
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka
3. Arah luka
4. Ukuran luka (panjang, lebar, dan dalam)
5. Jenis kekerasan
6. Bentuk alat
7. Kualifikasi atau derajat keparah luka
8. Medikolegal luka
9. Luka ante-mortem atau post-mortem
14
Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah-daerah yang berdekatan dengan garis
anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis tengah tubuh, ketiak, puitng susu,
pusat, persendian dan lain-lain. Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa untuk
menggambarkan kerusakan permukaan kulit jaringa di bwahny dan bila perlu organ dalam
(visera). Luka diukur secara tepat ( alam millimeter atau sentimeter), tidak boleh dalam ukuran
kira-kira saja. Bila ada keraguan apakah luka terjadi ante atau post- mortem maka jaringan luka
diambil untuk pemeriksaan mikroskopik.
Bila timbul pertanyaan dari hakim apakah suatu alat yang ditunjukkan dalam siding pengadilan
yang menyebabkan luka pada korban, maka jangan sekali-kali menjwab dengan pasti, sebab
mungkin saja ada alat lain yang dapat menyebabkan luka yang sama sifatnya, walaupun memang
terdapat hubungan antara bentuk alat dan luka yang terjadi.
Kualifikasi Luka
Dalam membuat kesimpulan luka sebaiknya dokter menentukan juga derajat luka yang dialami
korban atau disebut juga derajat kualifikasi luka. Ini sebagai usaha untuk membantu yudex facti
dalam menegakkan keadilan. Perlu diingat bahwa pengertian kualifikasi luka di sini semata-mata
menurut pengertian medis yang dihubungkan dengan beberapa ketentuan hokum yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Penganiayaan merupakan istilah hokum dan tidak dipakai dalam laporan tertulis dalam visum
oleh dokter. Dengan hanya melihat keadaan luka korban, dokter tidak mungkin menentukan
apakah itu karna perbuatan penganiayaan atau tidak, apalagi menentukan penganiayaan ringa
atau berat. Ini adlah istilah hokum, artinya yang dapat menentukan itu penganiayaan atau bukan
adalah hakim dengan menghubungkannya dengan alat bukti yang lain.
Yang diharapkan dari dokter adalah dari sudut pandang ilmu kedokteran. Dokter dapat
membantu keluarga hokum dalam menilai berat ringan luka yang dialami korban pada waktu
atau selama perawatan yang dilakukannya.
kualifikasi luka yang dapat dibuat dokter adalah menyatakan pasien mangelami luka ringan,
sedang atau berat. Yang dimaksud dengan luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan
halangan dalam menjalankan mata pencaharian, tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
Sedangkan luka baerat harus disesuaikan denga ketentuan dalam undang-undang yaitu yang
15
diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah keadaan luka di antara luka ringan dan luka
berat.
KUHP pasal 90.
Luka berat berarti:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama sekali,
atau yang menimbulkan bahaya maut.
(2) Tidak mampu terus –menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian.
(3) Kehilangan salah satu panca indera
(4) Mendapat cacat berat
(5) Menderita sakit lumpuh
(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Ketentuan hukum ini perlu dipahami dengan baik oleh dokter, karena ini merupakan jembatan
untuk menyampaikan derajat kualifikasi luka dari sudut pandang medic untuk penegak hokum.
Penerapan penyampaian pendapat dokter dalam VeR tentang luka yang menimbulkan bahaya
maut, misalnya bila seorang korban mendapat luka seperti tikamam di perut yang mnegenai hati,
yang menyebabkan perdarahan hebat sehingga dapat megancam jiwanya. Walupun pasien
akhirnya sembuh tetapi di dalam VeR dokter dapat meggambarkan keadaan ini dalam kata-kata
“korban mangalami luka tikam di perut mengenai jaringan hati yang menyebbakan perdarahan
banyak yang dapat mengancam jiwa pasien”. Ungkapan ini akan mengingatkan para penegak
hokum bahwa korban telah mengalami luka berat.
Demikian juga penerapannya dengan cacat berat, gugur atau matinya kandungan seorang
perempuan, gangguan ingatan, tidak dapat lagi melihat dan lain-lain. Seorang penyanyi yang
rusak kerongkongannya sehingga tidak dapat menyanyi selama-lamanya ini termasuk luka berat.
Suatu hal yang penting diingat di dalam menentukan ada atau tidaknya luka akibat kekerasan,
adalah bahwa pada kenyataan tidak selamanya kekerasan iatu akan meninggalkan bekas dan
luka. Oleh karena itu di dalam kesimpulan VeR sebainya ditulis “tidak ditemukan tanda-tanda
kekerasan”. Usaha menjembatani kedua aspek inilah yang dapat dilakukan dokter.
16
Ketentuan Hukum
Seperti dikemukakan sebelumnya, agar bantuan dokter dapat menyentuh pengertian hokum,
kalangan dokter harus memahami beberapa ketentuan hokum yang berkaitan dengan perlukaan.
Dalam KUHP lebih banyak dipergunakan istilah penganiayaan. Ini harus dibedakan dengan
pengertian perlukaan.
KUHP pasal 351
1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penajra selama-lamanya dua tahun depalan
bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, yang bersalah diacam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diacam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
Menurut yurisprudensi yang tergolong dalam penganiayaan adalah menyebabkan perasaan tidak
enak (penderitaan), rasa sakit atau luka. Dokter dalam pembedahan, menyuntik dan lain-lain juga
menyebabkan penderitaan rasa sakit atau luka tetapi tidak digolongkan dalam penganiayaan
karena ada maksud baik.
Aspek Medikolegal
Penentuan luka secara medikolegal seperti tindakan bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan
dapat ditentukan dengan mengumpulkan semua data pemeriksaan korban.
Beberapa factor yang dapat menunjang adalah:
a. Tempat dan jumlah luka
b. Jenis luka
c. Luas daerah luka
d. Arah luka
e. Letak dan posisi senjata
f. adanya darah atau benda saing pada senjata
g. Letak dan sifat darah pada korban dan pada pakaian serta situasi sekitar kejadian
h. Ada tidaknya robekan pada pakaian dan hubungannya dengan luka di tubuh korban
17
i. Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan situasi tempat
kejadian.
Bunuh diri
umumnya kekerasan tajam dan luka tembak, lokasi luka kekerasan tajam umumnya
dipergelangan tangan ( luka sayat ) dan dada kiri ( luka tikam) dan pada luka tembak di temporal
kanan, mulut ataupun pada daerah jantung. Karena umumnya orang memakai tangan kanan,
maka luka bunuh diri dengan senjata tajam akan didapati sebelah kiri, tetapi pada orang kidal
sebaliknya.
Bila didapati adanya kejang mayat (cadaveric spasm), itu merupakan pentunjuk tindakan bunuh
diri. Arah luka juga membantu. arah goresan pada kulit, arah luka tikam atau luka tembak dapat
diperkirakan itu perbuatan korban sendiri. Korban tidak akan membuat luka yang tidak lazim
arahnya. Misalnya luka sayat di leher mulai dari bagian kiri samping atas kearah kanan bawah.
Adanya luka percobaan merupakan petunjuk perbuatan bunuh diri. Pemeriksaan di tempat
kejadian perkara (TKP) akan membantu. Tetapi di Indonesia pemeriksaan TKP jarang dilakukan
oleh dokter.
Pembunuhan
Biasanya karena kekerasan tajam, tumpul dan luka tembak. Lukanya sering banyak dak lokasi
luka dapat terjadi di semua tempat, terutama di lokasi yang sulit dicapai tangan korban. Ini
merupakan indikasi pembunuhan. Demikian pula arah luka akan akan membantu untuk
mengarahkan penentuan cara kematian. Sangat penting menentukan adanya luka perlwanan atau
luka tangkis. Pemeriksaan di TKP pasti banyak membantu.
Kecelakaan
Umumnya karena kekerasan tumpul, tetapi dapat juga karena kekerasan tajam atau luka tembak.
Biasanya berlokasi pada satu sisi tubuh misalnya jatuh pada satu sisi tubuh, tetapi dapat pula
pada seluruh tubuh (terguling-guling). Arah luka tidak menentu. Pemeriksaan TKP sangat
membantu untuk menentukan medikolegal dari perlukaan.
18
Tabel. Ciri-ciri luka pada pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan
Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan
Lokasi Luka Sembarang Terpilih, pada tempat
yang mematikan (leher,
dada kiri, pergelangan
tangan, perut, lipat paha)
Terpapar
Jumlah luka Banyak banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak kena Pakaian Terkena
Luka tangkis ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada ada Tidaka ada
Cedera sekunder
(cedera bukan akibat
benda tajam
penyebab)
Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada
Tanda-tanda inflamasi
Tanda-tanda reaksi vital dari suatu luka yang terjadi pada waktu seseorang masih hidup, yaitu
pembengkakan dan infiltrasi leukosit yang menunjukkan bahwa luka terjadi beberapa jam
sebelum kematian. Sementara adanya nanah dan jaringan granulasi atau parut akan memastikan
bahwa luka terjadi beberapa hari sebelum kematian. Tidak adanya tanda-tanda di atas
menunjukkan luka terjadi setelah kematian. Namun trauma segera sesudah kematian kadang-
kdang masih memberikan reaksi tubuh walaupun dalam tingkat yang ringan. Untuk
menghilangkan keraguan diperlukan pemeriksaan mikroskopik
Abdullah fatteh mengemukakan suatu metode histokimia untuk menemukan reaksi vital dini dari
luka-luka ante-mortem telah menunjukkan gambaran nonspesifik esterase pada 30 menit awal
dan alkaline phosphatases dan leucine aminopeptidase pada 4 jam kemudian dan asam phospat
pada 6 jam. Reaksi enzim ini sama sekali tidak dijumpai pada luka post mortem. Sekitar 200-500
mikron lebar area yang mengelilingi permukaan luka vital, asam mukopolisakarida menghilang
dari substansi dasar jaringan ikat epitel yang mana secara bertahap menghilang selama proses
penyembuhan.
19
Penyebab kematian
Penyebab kematian dapat terjadi segera atau langsung, tetapi perlukaan dapat juga menyebabkan
kematian secara tidak langsung.
Langsung
1. Perdarah luas dan banyak dapat terjadi di dalam rongga tubuh atau di luar rongga tubuh.
Volume darah ada kira 7-10% atau 1/13 dari berat badan. Kehilangan darah sebanyak 1/3
bagian dari volume darah tubuh secara tiba-tiba dapat menyebabkan kematian. Kehilangan
darah yang demikian ini mengakibatkan syok dan meninggal bila tidak dilakukan
penanganan yang tepat dan cepat, sedangkan kehilangan darah secara perlahan-lahan tidak
begitu membahayakan oleh karena tubuh dapat mengkompensasi atau sudah terbiasa dengan
keadaan tersebut. Perdarahan di dalam rongga tubuh dapat kita jumpai pada luka tikam dan
luka tembak dan sering lukanya mengenai organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan
limpa. Kalau dijumpai lebih dari datu luka, maka harus ditentukan yang mana yang
menyebabkan kematian korban.
2. Luka pada organ vital. Bila yang terluka adalah organ vital, seperti jantung, paru, limpa, hati,
ginjal, pembuluh darah besar dan lain-lain akan menyebabkan kematian lebih cepat.
Perdarahan pada kanrong pericardium sebanyak 300-400cc telah dapat menyebabkan
kematian karena terjadinya tamponade jantung. Demikian juga darah sejumlah 200-300cc
yang menyumbat saluran pernafasan dapat menyebabkan kematian kerena safiksia.
3. Syok. Sering terjadi pada perlukaan. Ada 2 jenis syok yaitu syok hipovolemik dan syok
neurogenik. Luka yang menimbulkan perdarahan bnayk dan tiba-tiba, dapat mengakibatkan
korban meninggal akibat syok hipovolemik. Kematian dapat terjadi oleh ruda paksa yang
ringan saja, misalnya pada testis dan episgastik karena syok neurogenik.
Tidak langsung
Kematian yang timbul dalam jangka waktu yang lama, yang bukan primer oleh karena lukanya,
disebut penyebab kematian secara tidak langsung. yang termasuk hal-hal ini adalah:
1. inflamasi dari organ-organ dalam tubuh, seperti meningitis, encephalitis, pleuritis,
pneumonia dan peritonitis.
2. Infeksi sepsis dari luka yang mengakibatkan septicemia, pyaemia, dari luka lama yang tidak
sembuh dan luka ini bisa primer ataupun sekunder.
20
3. Gangren atau nekrosis sebagai akibat kerusakan jaringan-jaringan dan pembuluh darah atau
“crush syndrome”
4. thrombosis pada pembuluh darah vena dan emboli yang terjadi akibat immobilisasi
5. emboli lemak. Apabila setelah mengalami cedera, timbul gejala-gejala seperti dyspnoe,
gelisah, nyeri di daerah precardial, gangguan serebral, koma dan timbul demam tinggi,
diduga telah terjadi emboli lemak. Emboli lemak dapat terjadi pada frkatur tulang panjang.
6. Emboli udara. Cedera pada vena jugularis, vena subclavia dan vena vertebra dapat
menyebabkan udara dari luar masuk ke dalam vena oleh karena tekanan negative di vena.
Emboli ini akan menyumbat pembuluh darah yang akan menimbulkan kematian.
7. Perawatan luka yang kurang sempurna dapat mengakibatkan kematian.
21