TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SENGKETA
PEMBATALAN
AKTA HIBAH TERHADAP ANAK
(Studi Kasus Putusan No. 492K/AG/2012)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Oleh:
NURATUS SURAIDA
NIM: C.100.140.365
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SENGKETA PEMBATALAN
AKTA HIBAH TERHADAP ANAK
(Studi Kasus Putusan No. 492K/AG/2012)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
NURATUS SURAIDA
NIM: C.100.140.365
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing:
DR. SHALLMAN, S.E, S.H.,M.M., M. KN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SENGKETA PEMBATALAN
AKTA HIBAH TERHADAP ANAK
(Studi Kasus Putusan No. 492K/AG/2012)
Oleh:
NURATUS SURAIDA
NIM: C.100.140.365
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari .... ................... ........
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji,
1. Dr. Shallman, S.E, S.H.,M.M., M. Kn (...............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Sekretaris
3. Anggota
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, SH., M. Hum
NIK.537/NIDN.0727085803
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidakterdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkanorang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 16 Juli 2018
Penulis
NURATUS SURAIDA
C.100.140.365
1
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SENGKETA PEMBATALAN
AKTA HIBAH TERHADAP ANAK
(Studi Kasus Putusan No. 492K/AG/2012)
Abstrak
Hibah merupakan suatu perjanjian yang mana dilakukannya pemberian dengan
cuma-cuma dari si penghibah kepada penerima hibah, prosesnya tidak dapat
ditarik kembali, dan harus dilakukan dengan akta notaris. Suatu akta hibah apabila
dilakukan menurut syarat sahnya perjanjian tidak akan terjadi sengketa, namun
sengketa bisa saja terjadi apabila si penghibah tidak menghendaki adanya
penghibahan tersebut kepada penerima hibah dikarenakan proses pembuatannya
tidak sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata. Permasalahan yang ada ialah
sengketa pembatalan akta hibah terhadap anaknya yang tidak sesuai dengan syarat
sahnya perjanjian dan akibat hukum terkait pembatalan tersebut. Jenis data yang
digunakan meliputi data priper dan data sekunder. Metode pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan yuridis normatif, kemudian digunakan jenis penelitian
secara deskriptif. Analisa data yang digunakan merupakan metode analisa
kualitatif, penelitian yang ditinjau dari putusan pengadilan. Data-data yang
diperoleh dalam penelitian ini meliputi studi pustaka dan studi lapangan.
Kata Kunci: Hibah, Perjanjian Akta Hibah, Sengketa.
Abstract
A grant is an agreement whereby a free grant is given to the grantee, the process
can’t be withdrawn, and must be done by notarial deed. A deed of grant if done in
accordance with the terms of the validity of the agreement will not be a dispute,
but the dispute may occur if the granee doesn’t want the grant to be granted
because the process of manufacture in’t in accordance with Article 1320 of the
Civil Code. The problem is the dispute over the cancellation of the deed of grant
to the child that isn’t in accordance with the terms of the validity of the agreement
and the legal consequences of such cancellation. Types of data used include priper
data and secondary data. The method of approach in this study using normative
judicial, then used the type of research descriptively. The data analysis used in a
qualitative method of analysis, a study that is reviewed from the court decision.
The data obtained in this study include literature study and field study.
Keywords : Grants, Grant Agreemen, Dispute.
1. PENDAHULUAN
Tanah mempunyai peran penting bagi kehidupan manusia, tidak lain bahwa
kebutuhan manusia terhadap tanah sangat kompleks. Manusia secara langsung
maupun tidak langsung, kapanpun dan dimanapun berada di muka bumi ini
memerlukan tanah antara lain yakni sebagai tempat tinggal dan sumber kehidupan
2
yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhannya baik kebutuhan ekonomi, sosial,
dan budaya.1
Pengertian tanah sendiri menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
yakni seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya untuk pemanfaatan fungsi dan kepentingan penggunaan
tanah dalam batas-batas menurut peraturan perundang-undangan sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa.2 UUPA menjadi landasan dasar dalam mengatur
mengenai masalah pokok dibidang pertanahan untuk menghasilkan kepastian
hukum bagi masyarakat. Hal tersebut ditujukan untuk kesejahteraan secara adil
didalam masyarakat agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang menjamin atas perlindungan hak dan
kewajibannya. 3
Seiring bertambahnya jumlah penduduk yang terdapat di suatu negara,
semakin meningkat pula permasalahan akan kebutuhan tanah yang sering terjadi
di masyarakat. Permasalahan yang timbul terkait dengan pertanahan di dalam
kehidupan sehari-hari, semakin kompleks pula dengan adanya berbagai kebijakan
dan peraturan perundang-undangan mengenai pertanahan serta perubahan
pemenuhan kebutuhan manusia terhadap tanah.
Pemenuhan kebutuhan manusia terhadap tanah tersebut dapat
mengakibatkan beralihnya hak milik atas tanah dari satu orang ke orang lain.
Peralihan hak atas tanah seperti halnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah antara lain seperti jual beli, sewa
menyewa, waris, hibah, dan lelang. 4
Peralihan hak atas tanah, salah satunya yakni pemberian hak tanah berupa
hibah, yang mana hibah merupakan pemberian seseorang kepada orang lain
dengan tidak ada penggantian apapun dan dilakukan dengan sukarela tanpa ada
1 Romelda Proniastria Simamora, 2011, Problematika yang Terjadi dalam Mewujudkan
Perlindungan dan Kepastian Hukum Terhadap Pemegang Hak Atas Tanah (Studi di
KantorPertanahan Kota Batam), Sumatera Utara : Fakultas Hukum Sumatera Utara Medan,
hlm.15 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Dasar-dasar Pokok Agraria
3 Bachtiar Efendi, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Bandung:Alumni, hlm.6
4 Arnanda Panji Dewantara, 2014, Proses Penyelesaian Sengketa Hak Milik Atas Tanah Karena
Hibah Terhadap Ahli Waris Yang Lebih Berhak Mendapatkan Harta Warisan (Studi Kasus di
Pengadilan Negeri Boyolali), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, hlm.6
3
kontra prestasi dari pihak si pemberi dan penerima hibah dan pemberian itu
dilangsungkan pada saat si pemberi hibah masih hidup.
Pasal 1666 KUHPerdata menyebutkan bahwa :
“Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah,
diwaktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat
ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si
penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Undang-undang
tidak mengakui lain-lain hibah selain hibah-hibah diantara orang-
orang yang masih hi dup.” 5
Uraian diatas dapat diketahui bahwa hibah merupakan perbuatan terpuji
yangmana si pemberi hibah memberikan harta dengan sukarela tanpa
mengharapkan imbalan, tidak tergantung serta tidak disertai dengan persyaratan
apapun juga. Akan tetapi pemberian hibah sering dijumpai adanya sengketa
dengan ahli waris lainnya maupun terhadap pemberi hibah yang tidak sepakat atas
penghibahan, hal tersebut berujung hingga di meja peradilan.
Adapun penyebab terjadinya konflik yang sering terjadi yakni
penghibahan dilakukan dengan mengesampingkan salah satu syarat sah perjanjian
hibah yakni kesepakatan para pihak. Seperti halnya contoh kasus yang ada,
terdapat perbuatan melawan hukum dalam pembuatan akta hibah yakni dengan
memanfaatkan keadaan H. Achmad Jakoen Tjokrohadi dan Hj. Boediharti (Para
Penggugat) yang awam hukum dan dalam keadaan telah lanjut usia.
Peristiwa tersebut berawal dari inisiatif Dra. Ani Hadi Setyowati
(Tergugat 1) dan suaminya Surya Indra Sudibyo (Tergugat 2) untuk mengajak
Penggugat menghadap ke Kantor Notaris/PPAT Malang untuk menandatangani
Akta Hibah Nomor. 162/Klj/11/1999 tertanggal 11 November 1999 tanpa
kesadaran dan sepengetahuan Para Penggugat. Akta hibah tersebut menerangkan
bahwa Para Penggugat bersedia menghibahkan tanah dan bangunan diatas objek
sengketa seluruhnya kepada Tergugat. Kemudian Tergugat juga telah
memanipulasi Surat Pernyataan Persetujuan di bawah tangan dari ketujuh saudara
kandung Tergugat untuk menyepakati hibah dari Penggugat dalam bentuk blanko
kosong.
Pada akhirnya dengan adanya Akta Hibah tersebut kepemilikan seluruh
objek tanah sengketa beralih kepada Tergugat, padahal diketahui bahwa objek
5 Pasal 1666 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
4
tanah sengeta merupakan harta satu-satunya Penggugat yang belum di bagi waris
dengan saudara-saudara Tergugat lainnya. Perjanjian yang telah dibuat Tergugat
ini jelas bertentangan dengan Asas Konsesualisme yakni tidak terpenuhinya
pernyataan sepakat diantara para pihak yang menimbulkan cacat hukum.
Dalam proses pembuatan akta otentik diketahui banyak pejabat berwenang
hanya melakukan berdasar pada hukum secara formal saja, padahal perlu
diketahui pula bahwa pembuatan akta otentik harus memperhatikan secara
materiil proses pembentukan akta tersebut harus dilakukan secara sah atas
kesepakatan dan atau kerelaan para pihak yang bersangkutan.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Apakah Akta Hibah
No. 162/Klj/11/1999 telah memenuhi syarat sahnya perjanjian? (2) Bagaimana
akibat hukum sengketa pembatalan Akta Hibah No. 162/Klj/11/1999 pada putusan
No. 492/K/AG/2012?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengkaji syarat sahnya perjanjian
dalam akta hibah No. 162/Klj/11/1999 pada putusan perkara No. 492/K/AG/2012.
(2) Untuk mengetahui akibat hukum sengketa pembatalan hak akta hibah pada
putusan perkara No. 492/K/AG/2012.
Manfaat penelitian ini adalah (1) Melalui penelitian ini diharapkan
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kekuatan pembuktian dalam
perkara sengketa pembatalan akta hibah yang belum memenuhi persyaratan secara
sah. (2) Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai sengketa
pembatalan akta hibah yang belum memenuhi persyaratan secara sah. (3) Melalui
penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi acuan dan bahan pertimbangan
bagi aktifitas akademika dalam mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai
sengketa pembatalan akta hibah yang belum memenuhi persyaratan secara sah.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yuridis
normatif, yang merupakan suatu prosedur penelitian untuk menentukan kebenaran
berdasarkan logika keilmuan dari sisi normatifnya. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis penelitian deskriptif, jenis penelitian ini mempunyai tujuan
guna mendeskripsikan secara faktual, sistimatis, dan akurat terhadap isi perjanjian
5
yang tidak memenuhi syarat sah perjanjian dalam pokok sengketa pembatalan
akta hibah.
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode analisis data
secara kualitatif, yang dilakukan dengan cara menguraikan studi kepustakaan
secara kualitatif mengenai isi perjanjian yang tidak memenuhi syarat sah
perjanjian dalam pokok sengketa pembatalan akta hibah. Kemudian akan
dihubungkan dengan data-data yang diperoleh penulis dari wawancara dengan
narasumber, untuk kemudian dilakukan pengumpulan data dan penyusunan data
secara sistematis, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari data tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Keabsahan Akta Hibah No. 162/Klj/11/1999 menurut Syarat Sah
Perjanjian dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata
Perjanjian hibah ialah perjanjian dimana persetujuan antara pihak pemberi
hibah memberikan suatu barang secara cuma-cuma kepada pihak penerima
hibah yang mengakibatkan perjanjian tersebut tidak dapat dilakukan penarikan
kembali atas suatu barang atau objek dari perjanjian tersebut. Adapun
mengenai hibah yang dijelaskan dalam Pasal 1666 KUHPerdata yang
menyatakan bahwa hibah tidak dapat ditarik kembali, akan tetapi terdapat
pengaturan yang mengatur mengenai unsur-unsur hak hibah dapat ditarik
kembali, sehingga kedua pihak boleh menyimpanginya, misalnya perbuatan
melawan hukum oleh si penerima hibah untuk memperoleh seluruh harta atas
diri si penghibah, maka hibah tersebut dapat dibatalkan. Sebagaimana pula
disebutkan dalam Pasal 212 Kompilasi Hukum Islam yang pada prinsipnya
menentukan bahwa hibah orangtua kepada anaknya dapat ditarik kembali.
Perjanjian antara H. Achmad Jakoen Tjokrohadi (Penggugat) dengan Dra.
Ani Hadi Setyowati (Tergugat 1) dibuktikan dengan adanya Akta Hibah No.
162/Klj/11/1999 dihubungkan dengan syarat-syarat perjanjian dalam syarat
sahnya suatu perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yakni: a).kesepakatan
para pihak, b).kecakapan para pihak, c.)suatu hal tertentu, dan d.)suatu sebab
yang halal, dengan dikaitkan perjanjian hibah antara H. Ahcmad Jakoen
Tjokrohadi (Penggugat) dengan Dra. Ani Hadi Setyowati (Tergugat I) dapat
diketahui bahwa perjanjian hibah tersebut tidak memenuhi syarat sahnya
6
perjanjian. Mengenai syarat subyektif yang tidak terpenuhi dalam perjanjian
hibah tersebut yakni syarat yang berkaitan dengan subyek yang atau membuat
perjanjian ialah terdiri dari kata sepakat dan cakap dalam bertindak untuk
melakukan suatu perbuatan hukum, dimana H. Ahcmad Jakoen Tjokrohadi
(Penggugat) tidak tahu akan melakukan perjanjian hibah dengan Dra. Ani Hadi
Setyowati (Tergugat I). Demikian pula tidak terpenuhinya syarat obyektif yaitu
syarat yang berkaitan dengan perjanjian itu sendiri atau berkaitan dengan
obyek yang dijadikan perbuatan hukum oleh perjanjian yang di adakan para
pihak, yang terdiri dari suatu hal tertentu dan sebab yang halal atau tidak
dilarang, dimana terdapat unsur penipuan yang dilakukan oleh Dra. Ani Hadi
Setyowati (Tergugat I) bahwa telah memalsukan dokumen persetujuan dari
saudara-saudaranya dalam Akta Perjanjian Hibah No. 162/Klj/11/1999 yang
akan menghilangkan hak waris dari ketujuh saudara kandungnya, sehingga
konsekuensi atas perbuatan melawan hukum Dra. Ani Hadi Setyowati
(Tergugat I) mengakibatkan perjanjian tersebut batal demi hukum.
Terdapat pengecualian terkait dengan perjanjian hibah yang dapat
dilakukan penarikan kembali atas barang yang dihibahkan yakni, sebagai
berikut:6
(1) Apabila tidak dipenuhinya syarat-syarat penghibahan oleh
penerima hibah;
(2) Jika penerima hibah terbukti bersalah dengan melakukan suatu
usaha yang dilarang oleh Undang-undang. Misalnya :
pembunuhan, kejahatan, penipuan (tipu muslihat) terhadap diri si
pemberi hibah.
(3) Jika penghibah jatuh miskin, sedang yang diberi hibah menolak
untuk memberi nahkah kepadanya.
Untuk itu berdasarkan pembuktian yang telah di perkarakan di peradilan,
Majelis Hakim telah membenarkan adanya syarat subyektif yang tidak
dipenuhi oleh para pihak maka suatu perjanjian hibah tersebut dapat dibatalkan
selama ada permintaan oleh pihak yang memiliki kepentingan. Dan apabila
tidak terpenuhinya syarat obyektif oleh para pihak, maka perjanjan dengan
sendirinya batal demi hukum, tanpa adanya permintaan dari para pihak dengan
6 Pasal 1688 Kitab Undan-undang Hukum Perdata
7
demikian perjanjian dianggap tidak pernah ada dan tidak mengikat oleh
siapapun.
3.2 Akibat pembatalan perjanjian hibah dengan pembuktian Akta Hibah
No. 162/Klj/11/1996
Suatu perjanjian yang diduga palsu dalam perkara ini, majelis hakim sudah
benar dalam menilai dan mempertimbangkan keabsahan terhadap perjanjian
hibah yang telah dibuktikan dalam Akta Hibah No. 162/Klj/11/1999 ialah tidak
sah, karena sudah jelas bahwa akta otentik tersebut digunakan untuk suatu
sebab yang dilarang oleh undang-undang. Akibat hukum merupakan akibat dari
sesuatu yang timbul karena adanya suatu perbuatan, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Menurut Drs. Makmun, M. H, akibat hukum yang timbul dalam
pembatalan perjanjian hibah terdiri dari beberapa unsur, yakni :7
1) Jika hibah yang diberikan oleh pemberi hibah semasa hidupnya
melanggar legitieme portie ahli waris legitimaris seseuai dengan
ketentuan dalam Pasal 913 KUHPerdata.
2) Jika hibah diberikan oleh si pemberi hibah kepada si penerima hibah
atau pihak yang dilarang menurut Undang-Undang sesuai dengan
ketentuan Pasal 1676 KUHPerdata.
3) Hibah yang telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 1688 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa suatu hibah tidak dapat ditarik kembali
maupun dihapuskan kecuali dalam hal-hal yang tercantum dalam Pasal
1688 KUHPerdata, yaitu:
a. Karena tidak dipenuhinya syarat-syarat penghibahan oleh si
penerima hibah.
b. Apabila si penerima hibah telah bersalah melakukan atau
membantu melakukan suatu usaha kejahatan. Misalnya :
pembunuhan, penipuan, kejahatan atas diri si penghibah.
c. Apabila si penerima hibah menolak memberikan nafkah atas diri si
penghibah, saat penghibah itu jatuh miskin.
7 Drs. H. Makmun, M. H, hakim Pengadilan Agama Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,
Jum’at, 27 April 2018, Pukul 09.00 WIB.
8
Dengan adanya putusan Mahkamah Agung No. 492/K/AG/2012 yang
menyatakan bahwa Akta Hibah No. 162/KLJ/11/1999 tertanggal 11 Nopember
1999 yang dibuat oleh Notaris Malang Tri Sukmawati Handayani, S .H. batal
demi hukum, dengan mempertimbangkan bahwa Dra. Ani Hadi Setyowati
telah benar melakukan perbuatan melawan hukum kepada H. Achmad Jakoen
Tjokrohadi selaku orangtuanya dan pemberi hibah. Sebagai akibat hukum atas
obyek sengketa hibah dengan tidak dilakukannya itikad baik oleh Tergugat,
maka adanya putusan oleh Mahkamah Agung menjadi batal demi hukum,
berakibat obyek sengketa yang berupa sebidang tanah dan bangunan yang
tersebut dahulu atas nama H. Achmad Jakoen Tjokrohadi (Penggugat) sekarang
menjadi atas nama Dra. Ani Hadi Setyowati (Tergugat) dalam Sertifikat Hak
Milik No. 208 yang terletak di Jl. Diponegoro No. 02 RT. 01, RW. 05.
Kelurahan Klojen, Kecamatan Klojen, Kota Malang seluas ±983m2, kembali
secara keseluruhan menjadi milik H. Achmad Jakoen Tjokrohadi (Penggugat).
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari Tinjauan Yuridis Mengenai Sengketa
Pembatalan Akta Hibah Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No.
492k/Ag/2012), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kasus pembatalan akta hibah antara H. Achmad Jakoen Tjokrohadi dan
Dra. Ani Hadi Setyowati dengan nomor perkara:492K/AG/2012,
Majelis Hakim yang memutus pembatalan atas perjanjian hibah tersebut
mendasarkan alasan putusannya bahwa akta hibah tersebut telah
menghilangkan hak waris calon ahli waris lainnya dan tidak
terpenuhinya syarat sah perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata
dikarenakan isi perjanjian tersebut bertentangan dengan hukum dan
tidak sesuai dengan apa yang di inginkan oleh si pemberi hibah, yang
mana salah satu syarat subjektif yang tidak dipenuhi oleh penerima
hibah, yakni adanya penipuan yang berarti tidak ada kesepakatan dari
para pihak dalam perjanjian tersebut. Dan syarat objektif yang mana
tidak memenuhi unsur suatu hal tertentu dan perjanjian tersebut
melanggar norma-norma kesusilaan yang baik dan kepatutan. Apabila
9
terdapat perjanjian hibah dengan unsur perbuatan melawan hukum oleh
si penerima hibah, maka akta hibah tersebut menjadi cacat hukum. Oleh
karena itu tidak terpenuhinya syarat subyektif dalam perjanjian
mengakibatkan perjanjian tersebut dapat dibatalkan, sedangkan tidak
terpenuhinya syarat objektif menimbulkan akta tersebut batal demi
hukum yang artinya akta tersebut tidak lagi mempunyai kekuatan
hukum, sehingga objek yang menjadi sengketa kembali kepada pihak
yang memiliki hak atas barang tersebut.
2. Akibat hukum terhadap suatu perjanjian hibah yang telah dinotariskan
terbukti telah melanggar hukum dan tidak memenuhi syarat sahnya
perjanjian dapat menimbulkan perjanjian hibah tersebut tidak berlaku
lagi, sehingga atas putusan pembatalan hibah oleh Majelis Hakim, maka
Akta Hibah No. 162/Klj/11/1999 dinyatakan batal demi hukum. Akibat
hukum atas objek hibah yang dimohonkan pembatalannya di
Pengadilan dengan adanya putusan pembatalan hibah yang telah
inkracht dan sesuai dengan Pasal 1690–Pasal 1691 KUHPerdata
mengenai akibat dari pembatalan hibah, yakni sebagai berikut:
a) Objek penghibahan yang telah diterima oleh penerima hibah harus
dikembalikan kepada si pemberi hibah.
b) Terhadap hasil dari apa yang telah dipungut oleh penerima hibah
atas penghibahan, harus diserahkan kepada pemberi hibah terhitung
sejak gugatan diajukan ke Pengadilan.
c) Beban yang terletak pada barang itu sebelum gugatan diajukan,
tetap melekat pada barang tersebut. Sedangkan beban yang
diletakkan sesudah gugatan pembatalan telah didaftarkan ke
Pengadilan ialah batal. Sehingga untuk menghindari pembatalan
yang tidak diinginkan maka pemberi hibah dapat mendaftarkan
gugatannya di kantor kadaster, jika barang tersebut bukan barang
bergerak.
4. 2 Saran
Dalam pembuatan perjanjian hibah, yang memerlukan peran Notaris sebagai
pihak yang berwenang untuk membuat perjanjian akta hibah, haruslah
10
memperhatikan persyaratan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Undang-
undang untuk menjadi akta yang otentik, serta memiliki kekuatan pembuktian
yang sempurna.
Hendaknya apabila para pihak membuat suatu perjanjian haruslah
melakukan perjanjian itu dengan benar, sehingga tidak merugikan salah satu
pihak dalam perjanjian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Khudzalifah dan Kelik Wardiono. 2015. Metode Penelitian
Hukum. Surakarta: Fakultas Hukum UMS.
Efendi, Bachtiar. 1993. Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah.
Bandung:Alumni.
Ibrahim, Johnny. 2006. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif.
Malang: Bayumedia Publishing.
Muhammad, Abdulkadir, 2010, Hukum Perdata Indonesia
JURNAL
Proniastria Simamora, Romelda. 2011. Problematika yang Terjadi dalam
Mewujudkan Perlindungan dan Kepastian Hukum Terhadap
Pemegang Hak Atas Tanah (Studi di KantorPertanahan Kota
Batam). Sumatera Utara : Fakultas Hukum Sumatera Utara Medan.
Panji Dewantara, Arnanda, 2014, Proses Penyelesaian Sengketa Hak Milik
Atas Tanah Karena Hibah Terhadap Ahli Waris Yang Lebih Berhak
Mendapatkan Harta Warisan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri
Boyolali), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tanjung Wulandari, Ayu, 2011, Dasar Pertimbangan Hakim Dalam
Perkara Nomor 1000/PDT.G/2011/PA.MLG Tentang Pembatalan
Akta Hibah, Malang : Universitas Brawijaya Malang
UNDANG-UNDANG
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgelijke Wetbook).
Kompilasi Hukum Islam (KHI).
PUTUSAN
Putusan Nomor : 492K/AG/2012