7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian Balita
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun), saat usia batita anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting seperti perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik namun kemampuan lain masih terbatas (Sutomo,
2010).
Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah satu sasaran pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh bidan. Anak baru lahir (0-28 hari) dan bayi ( umur 1-12
bulan) termask anak balita. Masa ini sering juga disebut masa sebagai fase
“Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk
memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat
terdeteksi apabila ada kelainan (Marmi, 2012).
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang
manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
8
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi BB,
TB, LK, LD (Lingkar Dada), dan lain-lain, atau bertambahnya jumlah dan ukuran
sel-sel pada semua sistem organ tubuh. (Vivian, 2013).
Dalam pertumbuhan bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes
RI, 2012)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhi nya, misalnya perkembangan
sistem neurokosmuler, keemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua
fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. (Kemenkes
RI,2012).
3. Kebutuhan Utama Tumbuh Kembang Anak
Pertumbuhan dan perkembangan buah hati menjadi perhatian orang tua.
Pertumbuhan merupakan salah satu bagian dari proses perkembangan, karena
proses pertumbuhan individu mengikuti proses perkembangan.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya.Menurutnya, proses tumbuh kembang tiap anak
9
harus berjalan optimal dan tidak lepas dari tiga kebutuhan dasar yaitu Asuh, Asih
dan Asah.
Setiap pertumbuhan anak disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak
dan serabut saraf. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Berikut merupakan tiga kebutuhan utama dalam
tumbuh dan kembang anak:
a. Asuh
Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya,
kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman, perawatan
kesehatan dini berupa imunisasi dan intervensi dini akan timbulnya gejala
penyakit.
b. Asih
Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan kontak fisik
dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang,
diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian, tanggung jawab untuk
kemandirian sangatlah penting untuk diberikan.
c. Asah
Cikal bakal proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang diberikan
sedini dan sesuai mungkin.Terutama pada usia 4 – 5 tahun pertama ( golden year)
sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang baik, kecerdasan, kemandirian,
keterampilan dan produktivitas yang baik.
10
4. Ciri dan prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
Seorang anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat, karena itu
perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik mamupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
c. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
11
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang
Anak
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
1) Ras/etnik atau bangsa
2) Keluarga
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada ank perempuan berkemban lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasya.
6) Kelainan kromosom.
Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti sindrom down’s dan sindrom turner’s.
b. Faktor eksternal
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan mempengaruhi pertumbuhan janin
12
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bias menyebabkan kelainan
congenital seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisiz.
d) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hiperplasia, adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikroseli, spina bifida, retardasi
mental dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata,
kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, herpes simpleks)
dapat menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung congenital.
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan
darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody
terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta
masuk dalam peredaran darah anin dan akan menyebabkan
13
hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hierbilirubinemia
dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan
otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi
plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti traumakepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor pascsalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisik dan kima
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang krang baik, kurangnya
sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb,
14
Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang
tidak dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan
menghambat pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi
anak, ketertiban ibu dan anggota keluarga lain terhadap
kegiatan anak.
15
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormone pertumbuhan.
B. Gangguan Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ, merupakan individu yang bisa di ukur dengan ukuran berat,
(gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Dian Adriana
2017).
Gangguan pertumbuhan merupakan suatu keadaan apabila pertumbuhan
anak secara bermakna lebih rendah atau pendek dibandingkan anak seusianya
yang berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) berada dibawah – 2
SD kurva pertumbuhan WHO 2005 (Kemenkes RI, 2010).
Penilaian gangguan pertumbuhan dapat dilakukan sedini mungkin sejak
anak dilahirkan. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan pertumbuhan
anak secara dini, sehingga upaya pencegahan dapat diberikan dengan indikasi
yang jelas pada masa-masa kritis proses pertumbuhan sesuai dengan umur anak,
dengan demikian dapat tercapai kondisi pertumbuhan yang optimal. Penilaian
pertumbuhan dapat dilakukan melalui penilaian pertumbuhan fisik salah satunya
adalah melalui pemantauan tinggi badan anak. Dengan mengukur tinggi badan
anak, pertumbuhan anak dapat dinilai dan dibandingkan dengan standar
16
pertumbuhan yang bertujuan untuk menentukan apakah anak tumbuh secara
normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada kecenderungan masalah
pertumbuhan yang perlu ditangani (WHO, 2010).
Penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri. Dasar
utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan alat
baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus
dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu
tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan.
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam Pertumbuhan pada
anak dilihat dari pertumbuhan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan
Lingkar Dada. (Hidayat, 2008)
1. Pengukuran Berat Badan (BB)
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-
6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan
mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya
akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada
usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada
akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir. Pada
masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar empat kali lipat dari berat
badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan setiap
tahunnya adalah 2-3 kg. (Hidayat, 2008)
17
Gambar 1 Penimbangan berat badan
Sumber: http://www.beritatangsel.com/wp-content/uploads/2017/02/posyandu
2. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pada usia 0-6 bulan akan mengalami penambahan tinggi badan sekitar 2,5
cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan mengalami penambahan tinggi badan
hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya. Pada akhir tahun pertama meningkat kira-
kira 50 kg dari tinggi badan waktu lahir. Pada masa bermain penambahan selama
tahun ke-2 kurang lebih 12 cm, sedangkan penambahan untuk tahun ke-3 rata-rata
4-6 cm. Pada masa prasekolah, khususnya di akhir usia 4 tahun, terjadi
penambahan rata-rata dua kali lipat dari tinggi badan waktu lahir dan mengalami
penambahan setiap tahunnya kurang lebih 6-8 cm. Pada masa sekolah akan
mengalami penambahan setiap tahunnya. Setelah usia 6 tahun tinggi badannya
bertambah rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertambah lagi menjadi
rata-rata tiga kali lipat dari tinggi badan waktu lahir. (Hidayat, 2008)
18
Gambar 2 Cara pengukuran tinggi badan pada anak-anak/dewasa
Sumber: Kementerian Kesehatan. 2012
3. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan cepat sekitar enam
bulan pertama, yaitu dari 35-43 cm. Pada usia-usia selanjutnya pertumbuhan
lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami
pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami pertumbuhan
kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun
ke-3 dan bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja. (Hidayat,
2008 )
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk
mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik
berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau
kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal
kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau
19
kelainan hormonal. Anak yang kurang gizi akan berpotensi mengalami gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya.
Gambar 3 Pengukuran lingkar kepala
Sumber: Kementerian Kesehatan. 2012
C. Gizi Kurang
1. Pengertian
Gizi kurang adalah suatu masalah gizi yang disebabkan karena kurangnya
asupan gizi baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Jenis penyakit
masalah gizi kurang berdasarkan jenis zat gizi apa yang kurang dikonsumsi.
(Setyawati, Vilda Ana Veria, 2018).
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif
bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia
kurang dari 5 tahun. (Afriyanto, 2010)
Gangguan kesehatan yang disebabkan kekurangan dan ketidakseimbangan
antara kebutuhan dengan asupan dan protein. (Rahardjo, 2012).
20
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Gizi Kurang Pada Balita
Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh yaitu:
a. Faktor Eksternal
1) Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain :
Ketersediaan pangan ditingkat keluarga status gizi dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan ditingkat keluarga, hal ini sangat tergantung dari cukup
tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai
gizi baik dan hidup sehat. Jika tidak cukup bisa dipastikan konsumsi setiap
anggota keluarga tidak terpenuhi. Padahal makanan untuk anak harus
mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk menghasilkan kesehatan yang
baik.
2) Pola asuh keluarga
Yaitu pola pendidikan yang diberikan pada anak-anaknya. Setiap anak
membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap
perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola asuh terhadap anak berpengaruh
terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan
memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi. Anak yang
mendapatkan perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu
mendapat senyuman, mendapat respon ketika berceloteh, mendapatkan ASI dan
makanan yang seimbang maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan
teman sebayanya yang kurang mendapatkan perhatian orang tuanya.
3) Kesehatan lingkungan
Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh ketidak
seimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi.
21
Masalah kesehatan lingkungan merupakan determinan penting dalam bidang
kesehatan. Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan
perilaku hidup bersih dan sehat akan mengurangi resiko kejadian penyakit infeksi.
Sebaliknya,lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak ada
saluran penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik dapat
menyebabkan penyebaran penyakit. Infeksi dapat20 menyebabkan kurangnya
nafsu makan sehingga menyebabkan asupan makanan menjadi rendah dan
akhirnya menyebabkan kurang gizi
4) Pelayanan kesehatan dasar
Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa
konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan anak.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti penimbangan balita, pemberian suplemen
kapsul vitamin A, penanganan diare dengan oralit serta imunisasi.
5) Budaya keluarga
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa
kepercayaan seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur
tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh
kelompok umur tertentu. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu
kebiasaan makan masyarakat yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-
prinsip ilmu gizi. Misalnya, terdapat budaya yang memprioritaskan anggota
keluarga tertentu untuk mengonsumsi hidangan keluarga yang telah disiapkan
yaitu umumnya kepala keluarga. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama
dapat berakibat timbulnya masalah gizi kurang terutama pada golongan rawan
gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui , bayi dan anak balita.
22
6) Sosial ekonomi
Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk di sejumlah
wilayah di tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua akan pentingnya gizi
seimbang bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan pendidikan orang tua
yang rendah serta faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh
terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi
unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial ekonomi yaitu kemiskinan.
Faktor karakteristik keluarga yang menjadi pertimbangan dan dapat
mempengaruhi hasil adalah pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan ibu.
(Rahardjo, 2012)
7) Pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga
dapat meningkatkan daya beli makanan (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2009)
8) Geografi dan Iklim
Geografi dan iklim berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat hidup
sehingga berhubungan dengan produksi makanan (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2009).
b. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi antara lain :
1) Usia
Usia akan menpengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki
orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.
23
2) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang
buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena
pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
3) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga
menyebabkan asupan makanan menjadi rendah yang akhirnya menyebabkan
kurang gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2009).
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-
sendiri maupun bersamaan, yaitu:
a) Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunya
absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makan pada pada saat sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan /zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah
dan perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
(human host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh. (Supariasa, 2012).
3. Bebeapa hal lain yang Mendorong Tejadinya Gizi Kurang
Penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan
anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Faktor yang
secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak
Balita antara lain sebagai berikut:
24
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan .
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
e. Sosial Ekonomi
4. Gangguan Akibat Gizi Kurang
Gangguan akibat kekurangan gizi bergantung pada zat gizi yang
mengalami kekurangan, tetapi secara umum gangguan tersebut meliputi hal
berikut :
a. Badan lemah, kurang energi untuk melakukan aktivitas.
b. Penurunan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi, misalnya
menjadi mudah terserang flu, diare dan borok kulit. Pada penderita penyakit
infeksi tertentu, penyakit tersebut menjadi tidak sembuh atau bahkan
bertambah parah.
c. Pertumbuhan badan terhambat, terutama pada anak-anak tampak pada
pertambahan berat badan, otot lembek, dan rambut mudah rontok.
d. Kemampuan berpikir dan perkembangan mental terhambat sehingga
seseorang tampak bodoh dan mental yang kurang wajar, seperti mudah panik,
tidak peduli, gampang tersinggung, mudah marah, dan cepat putus asa.
(Widodo, 2009).
25
5. Penyabab Gizi Kurang
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga,
khususnya makanan anak balita.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi
bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein di beberapa
daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan,
telur, ayam dan jenis makanan protein lainya memberi pengaruh buruk untuk anak
kecil. Anak yang terkena diare malah di puasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan ini seperti ini akan memperburuk gizi anak.
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau
disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang
26
baru telah lahir. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima
makanan pengganti ASI, dengan penghentian pemberian ASI akan lebih cepat
mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk. Karena alasan
inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan gizi juga perlu dilakukan usaha
untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas
maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi
adalah : diare, ISPA, tuberculosis, campak, dan cacingan. (Marimbi, 2010)
6. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang
Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar
departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan
pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status
sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan
teknologi hasil pertanian dan teknologi hasil pangan. Semua upaya ini bertujuan
untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka
ragam dan seimbang dalam mutu gizi. (Almatsier, 2009)
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang antara lain :
27
a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional
b. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga
c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan
d. Peningkatan upaya keamanan panganan dan gizi
e. Peningkatan komuikasi, informasi dan edukasi dibidang pangan dan gizi
masyarakat
f. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu
g. Pemberian makanan tambahan (PMT)
h. Peningkatan kesehatan lingkungan
7. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Tabel 1 Tabel Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
. Sumber: Kemenkes RI, 2010
28
a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
1) Memberikan indikasi masalah gizi secara umum karena berat badan
berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.
2) Berat badan menurut umur rendah dapat disebabkan karena pendek
(masalah gizi kronis) atau menderita penyakit infeksi (masalah gizi akut)
b. Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
1) Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnnya kronissebagai akibat
dari keadaan yang berlangsung lama.
2) Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan makanan
kurang dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan anak menjadi
pendek.
c. Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan(BB/TB)
1) Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnnya akutsebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat).
2) Misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
menyebabkan anak menjadi kurus.
3) Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan
gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada
risiko berbagai penyakit degenerative pada saat dewasa (Teori Barker).
8. Pencegahan Gizi Kurang Pada Balita
a. Pencegahan Primer
Pencegahan ini untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat
atau mencegah oarng yang sehat menjadi sakit (Budiarto, 2002). Pencegahan ini
ditujukan untuk masyarakat umum, yaitu : (Widodo, 2009)
29
1) Memberikan KIE mengenai gizi kurang dan gizi buruk, termasuk gejala-gejala
serta komplikasi yang akan timbul.
2) Menyarankan anggota keluarga untuk mengonsumsi makanan yang bergizi
seperti pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang berisi 13 pesan,
antara lain : makanlah makanan yang beraneka ragam setiap hari, makanlah
makanan yang mengandung cukup energi, untuk sumber energi upayakan agar
separuhnya berasal dari makanan yang mengandung zatkarbohidrat komplek,
upayakan agar sumber energi dari minyak dan lemak tidak lebih dari
seperempat dari energi total yang anda butuhkan, gunakan hanya garam
beryodium untuk memasak sehari-hari, makanlah banyak makanan yang kaya
akan zat besi, berikan hanya air susu ibu untuk bayi sampai usia 4 bulan,
biasakan makan pagi setiap hari, minum air bersih dan sehat dalam jumlah
yang cukup, berolah raga dengan teratur untuk menjaga kebugaran badan,
hindarilah minuman beralkohol, makanlah makanan yang dimasak dan/atau
dihidangkan dengan bersih dan tidak tecemar, dan bacalah selalu label pada
kemasan makanan.
3) Memberikan penjelasan mengenai cara penanganan gizi kurang atau gizi
buruk dengan perubahan sikap dan perilaku anggota keluarga. Bukan saja
makanan yang harus diperhatikan, tetapi lingkungan sekitar juga harus
diperhatikan untuk mencegah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan nafsu
makan berkurang.
4) Usahakan mengikuti program kesehatan yang ada setiap bulan di puskesmas
atau di puskesmas pembantu desa.
30
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini untuk orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat
progesifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dam mengurangi
ketidakmampuan, yaitu (Budiarto, 2002) :
1) Deteksi dini sekiranya penderita atau anggota keluarga yang lain terjangkit
penyakit yang disebabkan oleh kurangnya gizi dalam jangka waktu yang
panjang. Misalnya, melakukan penimbangan berat badan.
2) Mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Pengobatan yang awal dan tepat
dapat mengurangi morbiditas dan meningkatkan produktivitas semua anggota
keluarga.
c. Pencegahan tersier
Upaya pencegahan ini terus diupayakan selama orang yang menderita
belum meninggal dunia, yaitu (Budiarto, 2002):
1) Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya secepatnya dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan.
2) Rehabilitasi sosial diberikan kepada penderita dan anggota keluarga. Bagi
penderita ditumbuhkembalikan kepercayaan dirinya agar bisa bergaul dengan
yang lain.
9. Kebutuhan Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat
hubungan dengan proses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan dengan
zat gizi protein. Nama protein berasal dari zat yunani proteios, yang artinya “yang
pertama” atau “yang terpenting”.
31
Molekul protein mengandung unsur C, H, O dan unsur khusus yang
terdapat dalam protein tidak terdapat dalam molekul karbohidrat dan lemat, yakni
nitrogen (N).
Tabel 2 Sumber, fungsi dan Kebutuhan Protein Hewani
Bahan Makanan Sumber Protein Hewani Protein (g%)
Daging 18,8 Hati 19,7 Babat 17,6 Jeroan, iso 14,0 Daging Kelinci 16,6 Ikan Segar 17,0 Udang Seger 21,0 Ayam 18,2 Telur 12,8 Susu Sapi 03,2 Kerang 16,4
Sumber: Merryana dan Bambang, 2016
Tabel 3 Sumber, fungsi dan Kebutuhan Protein Nabati
Sumber Protein Nabati Protein (g%)
Kacang Kedelai Kering 34,9 Kacang Hijau 22,2 Kacang Tanah 25,3 Beras 07,4 Jagung, Panen lama 09,2 Terigu, Tepung 08,9 Jampang 06,2 Kenari 15,0 Kelapa 03,4 Daun Singkong 06,8 Singkong, Tapioka 01,1
Sumber: Merryana dan Bambang, 2016
32
a. Fungsi Protein
1) Sebagai sumber energy
2) Sebagai zat pembangun protein berfungsi dalam pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh serta meningkatakan sel-sel yang mati dan
aus terpakai.
3) Sebagai badan-badan inti protein berfungsi dalam mekanisme pertahanan
tubuh melawan berbagai makroba dan zat tosik yang datang dari luar dan
masuk kedalam miieu interieur tubuh.
4) Sebagai zat pengatur protein berperan dalam menyimpan dan meneruskan
sifat-sifat keturunan dalam bentuk gen.
5) Dalam bentuk kromosom protein berperan dalam menyimpan dan
meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk gen.
6) Untuk membuat protein darah dan mempertahankan tekanan osmose
7) Menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh.
(Merryana & Bambang, 2016)
10. Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata Yang Dianjurkan bagi Anak
Pemenuhan nutriai pada anak di berikan secara bertahap sesuai dengan
usia. Makanan utama pada bayi usia 0-6 bulan alah aiar susu Ibu atau pemberian
ASI Eksklusif. Adapun setelah bayi, berusia 6 bulan, mulai di berikan makanan
pendamping. Asi (MP ASI), di lanjutkan dengan makanan-makanan keluarga,
tenaga kesehatan dan kader maupun masyarakat menggunakan Buku KIA sebagai
media KIE pada saat menjelaskan pemenuhan kebutuhan gizi pada anak.
33
Tabel 4 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan pada Anak
Bahan Bayi 6-12 bulan (900
Kkal)
Anak 1-3 tahun (1.200 Kkal)
Anak 4-5 tahun (1.700 Kkal)
Nasi 11/2 gelas tim halus
21/4 gelas 3 gels
Daging/tempe/telur/ikan 1 potong 1-2 potong 2-4 potong Sayuran 2 sendok
makan 11/2 gelas 2 gelas
Buah 1 buah/potong 3 buah/potong 3 buah/potong ASI Lanjutkan Hingg 2 tahun - Susu - 1 gelas 1 gelas Minyak 1 sendok makan 11/2 sendok
makan 2 sendok makan
Gula - 2 sendok makan 3 sendok makan
Sumber: Badan Pembangunan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan, 2016
11. Asupan Balita
Orang tua menyediakan gizi seimbang agar anak berkembang secara
optima, sebagai patokan keperluan gizi, orangtua bisa melihat dari, bentuk
paramida makanan yang memuat sumber gizi serta banyaknya asupan yang
diperlukan anak. Semakin tinggi puncak paramida, semakin kecil kebutuhan akan
zat tersebut.
Gambar 4 Paramida Makanan Chomaria N, 2015
34
a. Lanatai ke-1 piramida satu potongan besar
Isinya : makanan sumber karbohidrat seperti nasi, roti jagung, mi, singkong
tepung tepungan, dan bihun. Sumber karobohirat berfingsi sebagai makanan
pokok.
Kebutuhan sehari : 3-8 porsi, sesusi usia dan aktifitas anak. Karbohidrat di
berikan dalam jumlah lebih banyak di baning sumber lain, sebab berfungsi
sebagai sumber energi untuk aktifitas anak. Satu gram karbohidrat
menghasilkan 4 gram kalori.
Gambar 5. Sumber Karbohidrat
b. Lantai ke-2 piramida dua potong sedang
Isinya : golongan buah an sayur. Kebutuhan sehari : 2-3 porsi sehari, (buah)
dan 3-5 porsi sehari (sayur). Buah dan sayur merupakan sumber vitamin dan
mineral yang di butuhkan anak dalam jumlah sangat kercil. Karena tiadak
dapat. I bentuk oleh tubuh, maka harus didapatkan dari makanan.
Gambar 6. Buah dan Sayur
35
c. Lantai ke-3 piramida : 2 potong potong kecil
Isinya : protein hewani (daging, telur, ayam, ikan, susu dan produk susu) di
potongan sebelah kiri, dan protein nabati,(tempe, tahu, kacang-kacangan) di
irirsan kanan. Kebutuhan sehari-hari : masing masing 2-3 porsi sehari.
Gambar 7. Sumber Protein
d. Puncak piramida : satu potongan kecil
Isinya : minyak, gula, dan garam yang cukup di konsumsi seperlunya. Meski
berada di puncak piramida, bahan makanan ini tidak di butuhkan dalam
jumlah banyak, justru sedikit saja.
Kebutuhan sehari-hari : kebutuhan garam anak di bawah 1 tahun hanya 2-3
gram sehari. Sedangkan kebutuhan gula anak usia 1-3 tahun 25 gram atau
setara 5 sendok teh, dan anak usia 4-6 tahun maksimal 38 gram atau 8 sendok
teh.
12. Penatalaksanaan Terhadap Gizi Kurang
a. Pengumpulan data Subjektif dan Objektif
Subjektif : Balita D. lahir pada tanggal 03 Januari 2017, jenis
kelamin perempuan, usia pada saat pemeriksaan yaitu 26
bulan 11 hari.
36
Objektif : Pemeriksaan terhadap pertumbuhan Balita D. yaitu BB 8,7
kg, TB 84 cm dengan pemeriksaan tanda-tanda vital
normal, nadi 100 x/menit, suhu 36,7, pernapasan
28x/menit.
b. Setelah dilakukan pemeriksaan pertumbuhan didapatkan BB 8,7 kg
dan TB 84 cm. Berdasarkan status gizi menurut BB/TB Balita D.
termasuk kedalam gizi kurang.
c. Pemberian makanan tambahan (PMT) yang dikolabrorasikan dengan
bidan desa, dengan jadwal pemberian 2 kali sehari di antara makan
besar yaitu pada pukul 10.00 WIB sebanyak 12 keping s ehari.