Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
1
Tinjauan Kebijakan MoneterMei 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada
setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,
dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan
Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas
asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon
kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan
Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April,
Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil
evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan
kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon
kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3
II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 5
Perkembangan Ekonomi Dunia .................................................... 5
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 8
Neraca Pembayaran Indonesia ................................................... 11
Inflasi ........................................................................................ 12
Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 14
Transmisi Kebijakan Moneter ..................................................... 15
Suku Bunga.......................................................................... 15
Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 16
Pasar Saham......................................................................... 18
Pasar SBN ............................................................................. 18
Pasar Reksadana ................................................................... 19
Kondisi Perbankan................................................................ 22
III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 21
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
3
I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER
Dewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakinDewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakinDewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakinDewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakinDewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakin
kuatkuatkuatkuatkuat. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2011 tercatat sebesar 6,5%
(yoy), didukung terutama oleh kinerja ekspor yang kuat dan investasi yang
meningkat. Bank Indonesia meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi yang
cukup kuat tersebut diperkirakan akan tetap berlanjut pada triwulan II
2011, sehingga memperkuat optimisme pencapaian pertumbuhan pada
tahun 2011 akan mengarah ke batas atas prakiraan kisaran 6,0-6,5%.
Ekspor diperkirakan masih akan menjadi penopang pertumbuhan, selain
investasi yang akan terus meningkat dan konsumsi yang tetap sehat.
Secara sektoral pada triwulan II 2011, pertumbuhan akan ditopang oleh
sektor industri, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor
keuangan.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakan
masih akan mencatat surplus yang besarmasih akan mencatat surplus yang besarmasih akan mencatat surplus yang besarmasih akan mencatat surplus yang besarmasih akan mencatat surplus yang besar. Surplus tersebut berasal baik dari
transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Kinerja ekspor
diperkirakan tetap solid sejalan dengan masih kuatnya permintaan dan
tingginya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor
diperkirakan juga akan tumbuh cukup tinggi sejalan dengan kuatnya
permintaan, antara lain untuk komoditas minyak, bahan baku dan barang
modal. Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran masuk modal asing
diperkirakan masih akan tetap besar, baik dalam bentuk investasi langsung
(FDI) maupun investasi portofolio. Sementara itu, cadangan devisa sampai
dengan akhir April 2011 tercatat sebesar 113,8 miliar dolar AS atau setara
dengan 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Sejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukarSejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukarSejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukarSejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukarSejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukar
Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011, nilai
tukar rupiah menguat sebesar 1,68% (ptp) menjadi Rp8.564 per dolar AS
dengan volatilitas yang tetap terjaga. Kecenderungan penguatan nilai
tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari persepsi positif investor terhadap
solidnya fundamental perekonomian Indonesia. Bank Indonesia
memandang bahwa pergerakan nilai tukar rupiah tersebut masih sejalan
dengan upaya Bank Indonesia meredam tekanan inflasi dan sekaligus
menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Sejauh ini apresiasi nilai
tukar rupiah dipandang tidak berdampak negatif terhadap daya saing
produk domestik sehingga kinerja ekspor diperkirakan masih akan tetap
kuat.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
4
Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,
Bank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetapBank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetapBank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetapBank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetapBank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetap
tinggitinggitinggitinggitinggi. Inflasi IHK pada April 2011 mencapai 6,16% (yoy) atau deflasi
0,31% (mtm) seiring dengan koreksi inflasi bahan pangan setelah langkah-
langkah Pemerintah dalam mengatasi gangguan pasokan dan distribusi
bahan pangan. Walaupun kembali mengalami deflasi dan cenderung
menurun, inflasi volatile food tercatat masih relatif tinggi. Di sisi lain, inflasi
inti menunjukkan tren yang meningkat. Pada April 2011, inflasi inti
tercatat sebesar 4,62% (yoy) atau 0,25% (mtm). Cenderung
meningkatnya tekanan inflasi inti antara lain didorong oleh tren kenaikan
harga komoditas internasional, masih tingginya ekspektasi inflasi, dan
meningkatnya permintaan. Ke depan, Bank Indonesia akan terus
mewaspadai beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan
inflasi, termasuk yang bersumber dari tingginya harga komoditas
internasional, meningkatnya permintaan, kecukupan pasokan dan
distribusi bahan pangan, serta kebijakan Pemerintah terkait dengan subsidi
BBM.
Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsiStabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsiStabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsiStabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsiStabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi
intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditasintermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditasintermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditasintermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditasintermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas
perbankan yang terjagaperbankan yang terjagaperbankan yang terjagaperbankan yang terjagaperbankan yang terjaga. Terjaganya kondisi permodalan dan likuiditas
dicerminkan oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital AdequacyRatio) di atas 17% dan rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan)
gross di bawah 5%. Intermediasi perbankan juga semakin membaik
tercermin dari pertumbuhan kredit yang terus meningkat, yakni pada April
2011 mencapai 23,8% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan pada seluruh
jenis kredit termasuk kredit kepada UMKM.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Keputusan
ini diambil setelah Dewan Gubernur melakukan asesmen secara
keseluruhan terhadap perkembangan makroekonomi, khususnya
kepentingan untuk menjaga stabilitas internal (inflasi) dan stabilitas
eksternal (neraca pembayaran). Dewan Gubernur memandang bahwa
penguatan kebijakan makroprudensial terhadap aliran masuk modal asing
tetap penting untuk meminimalkan risiko pembalikan modal asing dan
membantu agar pergerakan nilai tukar rupiah tetap sejalan dengan
pergerakan mata uang di kawasan Asia. Ke depan, Bank Indonesia akan
terus mewaspadai tekanan inflasi, khususnya yang bersumber dari harga
komoditas internasional, peningkatan permintaan domestik, serta
kebijakan Pemerintah terkait subsidi BBM dan kemungkinan gangguan
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
5
pasokan bahan pangan. Bank Indonesia akan terus memperkuat
penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, termasuk
melalui pengendalian likuiditas dan respon suku bunga, untuk menjaga
stabilitas makroekonomi dan membawa inflasi pada sasaran yang
ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun
2012.
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DANKEBIJAKAN MONETER
Perkembangan Ekonomi DuniaPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan lajuPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan lajuPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan lajuPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan lajuPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan laju
yang melambat.yang melambat.yang melambat.yang melambat.yang melambat. Perlambatan tersebut dikonfirmasi oleh revisi turun
prospek ekonomi AS dan Jepang oleh masing-masing bank sentralnya.
Namun, kondisi terkini AS menunjukkan perbaikan sebagaimana
ditunjukkan oleh indikator konsumsi AS. Kinerja industri dan konsumsi di
Jepang masih lemah akibat dampak bencana alam berupa gempa dan
tsunami. Di kawasan Eropa, sisi produksi masih solid ditopang oleh kinerja
industri Jerman dan Perancis di tengah melemahnya konsumsi domestik.
Sementara itu, perekonomian Asia secara umum masih solid namun
ditandai dengan perlambatan laju aktivitas ekonomi. Bursa saham global
masih menguat ditopang oleh laporan keuangan emiten yang positif di
tengah sentimen negatif akibat penurunan rating negara-negara maju
serta pengetatan moneter di China. Harga komoditas global akan terus
menguat dipicu oleh krisis politik di Suriah dan tren pelemahan dolar AS.
Kenaikan harga komoditas menyebabkan tekanan inflasi global meningkat
baik di negara-negara emerging markets maupun negara maju. Namun,
respons kebijakan moneter di negara maju masih cenderung akomodatif
untuk menopang upaya pemulihan ekonomi. Sementara itu, kawasan
emerging markets Asia dan Amerika Latin terus melanjutkan upaya
pengetatan kebijakan moneter untuk meredam inflasi yang disertai
dengan kebijakan makroprudensial.
Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.
Konsumsi rumah tangga AS menunjukkan perkembangan yang positif
didukung oleh pasar tenaga kerja yang membaik. Perbaikan pasar tenaga
kerja tercermin dari pulihnya penyerapan tenaga kerja khususnya di sektor
privat seiring dengan menguatnya aktivitas produksi, meskipun tingkat
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
6
Grafik 2.1 Penganguran dan Upah SektorNonpertanian AS
pengangguran kembali meningkat ke level 9,0% pada April 2011 (Grafik
2.1). Konsumsi rumah tangga yang membaik terlihat dari peningkatan
penjualan eceran dan menguatnya tingkat keyakinan konsumen. Selain itu,
pendapatan rumah tangga juga terindikasi meningkat yang terlihat dari
kenaikan penjualan rumah yang juga dipicu oleh harga rumah yang murah
dan suku bunga yang rendah. Di sisi produksi, aktivitas sektor industri
masih berada dalam fase ekspansi yang terindikasi dari PMI manufaktur,
indeks produksi, dan utilisasi kapasitas yang meningkat. Meningkatnya
aktivitas sektor industri terimbas dari kuatnya permintaan eksternal
khususnya dari China.
Perekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutamaPerekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutamaPerekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutamaPerekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutamaPerekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutama
di Jerman dan Perancis. di Jerman dan Perancis. di Jerman dan Perancis. di Jerman dan Perancis. di Jerman dan Perancis. Hal tersebut sejalan dengan masih kuatnya
permintaan eksternal dari China. Solidnya kinerja sektor industri tersebut
terlihat dari indikator PMI manufaktur Eropa April 2011 yang masih berada
dalam tren yang meningkat. Sementara itu, konsumsi Eropa melemah yang
tercermin dari penjualan eceran yang mengalami kontraksi (Grafik 2.2)
akibat persistennya tingkat pengangguran Eropa pada level 9,9%. Krisis
defisit fiskal dan utang di Eropa diperkirakan masih berlanjut tercermin dari
pasar keuangan Eropa yang mengalami tekanan terutama di negara
Portugis, Irlandia, Yunani, dan Spanyol (PIGS). Bahkan beberapa lembaga
rating menurunkan credit rating negara Portugis, Irlandia, dan Yunani
meskipun pemerintah di negara tersebut telah mengambil kebijakan
penghematan belanja fiskal.
Perekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggiPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggiPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggiPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggiPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggi
meski dengan laju yang melambat. meski dengan laju yang melambat. meski dengan laju yang melambat. meski dengan laju yang melambat. meski dengan laju yang melambat. Pada triwulan I 2011, ekonomi China
tumbuh sebesar 9,7% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 9,8% (yoy). Berbagai kebijakan yang ditempuh
pemerintah China mampu meredam ekspansi kredit dan asset bubble di
sektor properti sebagaimana terlihat dari terkontraksinya laju kredit
perbankan sebesar 13,3% (ytd) dan melambatnya laju kenaikan properti.
Namun, sektor industri China secara umum masih tumbuh positif
tercermin dari meningkatnya indeks produksi dan PMI manufaktur.
Sementara itu, konsumsi China masih tumbuh solid yang ditunjukkan
dengan pertumbuhan penjualan eceran yang tetap tinggi yakni 17,0%
(yoy).
Harga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan nonHarga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan nonHarga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan nonHarga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan nonHarga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan non
fundamental. fundamental. fundamental. fundamental. fundamental. Ketegangan politik di kawasan Middle East and North Africa(MENA) yang berlarut-larut berakibat pada terganggunya pasokan minyak
Grafik 2.2 Penjualan Eceran Eropa
9,0
Ribuan%
Sumber: Bloomberg
JanJan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
10,0
11,0
2007 2008 2009 2010 2011
...sd Apr 2011-1000-800-600-400-20002004006008001000
Perubahan Bulanan Upah Sektor Nonpertanian (Sk. kanan)
Tingkat Pengangguran
9.9
% yoy
Sumber : Bloomberg
Total Penjualan EceranPengangguran (Sk. Kanan)
%
Jul JanJan Jul Jan Jul Jan Jul Jan-3
-2
-1
0
1
2
3
2007 2008 2009 2010 2011
7,0
7,5
8,0
8,5
9,0
9,5
10,0
10,5
...sd Maret 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
7
dunia. Sentimen meningkatnya permintaan akibat indikasi pemulihan
ekonomi China dan Jepang serta membaiknya indikator ekonomi AS
semakin memicu ketatnya permintaan-penawaran minyak dunia. Di
samping itu, tren pelemahan dolar AS di tengah kebijakan moneter
negara maju yang masih akomodatif menjadi salah satu faktor non
fundamental yang mendorong arus dana global masuk ke pasar
komoditas. Selama April 2011, rata-rata harga minyak dunia (WTI)
mencapai 110,0 dolar AS per barel, lebih tinggi dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yang sebesar 102,9 dolar AS per barel. Sementara itu,
komposit harga komoditas dunia (IMF) pada Maret 2011 kembali
meningkat dikontribusi oleh komoditas minyak. Kenaikan indeks total
harga komoditas IMF bulan Maret sebesar 5,1% (mtm) atau 34,0% (yoy)
disumbang oleh kenaikan indeks minyak sebesar 9,5% (mtm) sementara
indeks nonmigas justru mengalami penurunan sebesar 1,2 % (mtm).
Tekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu olehTekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu olehTekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu olehTekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu olehTekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu oleh
meningkatnya harga komoditas. meningkatnya harga komoditas. meningkatnya harga komoditas. meningkatnya harga komoditas. meningkatnya harga komoditas. Tekanan inflasi sudah mulai dirasakan
baik di negara maju maupun di negara berkembang akibat meningkatnya
harga komoditas global. Consensus Forecast April 2011 memprakirakan
laju inflasi dunia untuk keseluruhan tahun 2011 mencapai 4,0% (yoy),
sementara negara maju dan berkembang masing-masing mencapai 5,9%
(yoy) dan 2,4% (yoy). Namun, perkiraan dari Consensus Forecast tersebut
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan IMF dalam WEO
April yang memproyeksikan inflasi dunia tahun 2011 mencapai 4,5%
(yoy).
Bursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emitenBursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emitenBursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emitenBursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emitenBursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emiten
yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan The FedThe FedThe FedThe FedThe Fed yang yang yang yang yang
mempertahankan kebijakan yang akomodatif. mempertahankan kebijakan yang akomodatif. mempertahankan kebijakan yang akomodatif. mempertahankan kebijakan yang akomodatif. mempertahankan kebijakan yang akomodatif. Hal tersebut tercermin dari
MSCI World yang mengalami rally pada bulan laporan. Di samping itu,
keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di level
yang rendah disertai dengan likuiditas yang melimpah mampu menjaga
risk appetite investor terhadap aset-aset berisiko seperti bursa saham.
Namun, bursa saham global sempat tertekan akibat penurunan ratingnegara PIGS dan revisi turun outlook ekonomi AS dan Jepang. Di sisi lain,
minat investor asing terhadap aset di kawasan emerging markets Asia
masih tinggi yang terindikasi dari net beli investor asing di bursa saham
yang berimplikasi pada menguatnya Asia Dollar Index. Kuatnya
fundamental ekonomi, stabilnya kondisi politik dan keamanan di negara
emerging markets disertai imbal hasil yang tinggi mendorong arus dana
asing global terus membanjiri aset-aset emerging markets. Kondusifnya
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
8
pasar keuangan di kawasan emerging markets tercermin dari beberapa
indikator resiko seperti Credit Default Swap (CDS), yield spread, VIX Index
yang relatif stabil sepanjang April 2011.
Respons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatifRespons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatifRespons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatifRespons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatifRespons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatif
kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. Beberapa bank sentral
utama negara maju masih mempertahankan suku bunga yang akomodatif
akibat melemahnya aktivitas ekonomi dan prospek inflasi yang masih
relatif rendah. Sepanjang April 2011, Bank sentral AS (Federal Reserves),
Inggris (BOE), Jepang (BOJ), Kanada (Bank of Canada), dan Australia (RBA)
tidak mengubah suku bunga kebijakannya. Di sisi lain, bank sentral Eropa
menaikkan suku bunga refinance rate sebesar 25 bps ke level 1,25% pada
7 April 2011 untuk menahan kenaikan laju inflasi dan merupakan
kenaikan pertama dalam kurun waktu 3 tahun. Namun, pada MPC 5 Mei
2011, ECB memutuskan untuk menahan suku bunganya melihat
perkembangan aktivitas ekonomi yang melemah dan krisis PIGS yang
kembali bergejolak. Federal Reserves juga mengumumkan akan
mengakhirinquantitative easing tahap kedua sesuai jadwal pada Juni 2011.
Tetapi, The Fed tetap akan menempuh kebijakan yang akomodatif untuk
menopang pemulihan ekonomi dengan menjaga yield T-Bond berada pada
level yang rendah. Sementara itu, bank sentral di kawasan Skandinavia
seperti Denmark dan Swedia menaikkan suku bunga acuan masing-masing
sebesar 25bps menjadi 1,30% dan 1,75% akibat tekanan inflasi.
Beberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakanBeberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakanBeberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakanBeberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakanBeberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakan
ketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masukketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masukketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masukketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masukketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masuk
modal asing.modal asing.modal asing.modal asing.modal asing. Bank Sentral di kawasan Asia yang menaikkan suku
bunganya sepanjang April 2011 di antaranya ialah Thailand (+25bps) ke
level 2,75% dan China (+25bps) ke level 6,31%. Sementara pada Mei
2011, bank sentral seperti Filipina dan Malaysia menaikkan suku bunga
acuan sebesar 25bps ke level 4,5% dan 3,0%. Di kawasan Amerika Latin,
bank sentral Brazil, Chili, Colombia, dan Peru menaikkan suku bunga
25bps sepanjang April 2011 meskipun laju inflasi masih di dalam target
bank sentral masing-masing negara.
Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian Indonesia
masih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipunmasih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipunmasih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipunmasih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipunmasih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipun
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I
2011 perekonomian Indonesia tumbuh 6,5% (yoy), didukung terutama
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
9
oleh perkembangan kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga yang
masih tumbuh tinggi. Sebaliknya, konsumsi pemerintah dan investasi
mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
terkait dengan rendahnya penyerapan anggaran belanja modal
pemerintah di awal tahun serta rendahnya realisasi proyek pengembangan
infrastruktur. Dari sisi penawaran, untuk sektor tradables terutama
dimotori oleh sektor industri pengolahan dan pertambangan yang tumbuh
cukup tinggi, sementara di sektor non-tradables peran utama masih tetap
di sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Sektor lain yang meningkat cukup tinggi pada triwulan I
2011 yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor
jasa-jasa. Tingginya pertumbuhan sektor-sektor tersebut utamanya
didorong oleh pertumbuhan ekspor yang tinggi dan relatif terjaganya
permintaan domestik.
Pada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakanPada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakanPada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakanPada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakanPada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan
masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,
konsumsi rumah tangga, dan investasi. konsumsi rumah tangga, dan investasi. konsumsi rumah tangga, dan investasi. konsumsi rumah tangga, dan investasi. konsumsi rumah tangga, dan investasi. Kinerja ekspor diprakirakan tetap
tumbuh tinggi terkait dengan proyeksi volume perdagangan dunia yang
meningkat, membaiknya sentimen bisnis negara-negara Eropa, dan
peningkatan pertumbuhan harga komoditas. Seiring dengan kinerja
ekspor, impor juga diprakirakan akan tumbuh tinggi. Konsumsi rumah
tangga diprakirakan juga tumbuh tinggi meski keyakinan konsumen
cenderung stabil. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada
triwulan II 2011 diprakirakan akan meningkat karena adanya pembayaran
rapel kenaikan gaji dan pembayaran gaji ke-13 pada triwulan tersebut.
Investasi diperkirakan tumbuh meningkat dari triwulan I 2011 sejalan
dengan masih kuatnya permintaan, baik domestik maupun eksternal.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuh
cukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikancukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikancukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikancukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikancukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikan
daya beli yang relatif terbatas. daya beli yang relatif terbatas. daya beli yang relatif terbatas. daya beli yang relatif terbatas. daya beli yang relatif terbatas. Untuk kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah, upah minimum provinsi (UMP) riil tahun 2011
meningkat relatif terbatas sebesar 2,2% dibandingkan dengan UMP tahun
sebelumnya (Grafik 2.3), sementara perkembangan nilai tukar petani (NTP)
pada April 2011 relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya
yaitu dari 103,32 menjadi 103,91. Terbatasnya daya beli juga terindikasi
dari ekspektasi penurunan ketersediaan lapangan kerja untuk enam bulan
mendatang berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia bulan
April 2011 (Grafik 2.4). Selain itu, terus menurunnya suku bunga riil
simpanan, khususnya dengan tenor di bawah 6 bulan mengindikasikan
Grafik 2.3 UMP dan Konsumsi RT
Grafik 2.4 Indeks Ekspektasi KetersediaanLapangan Kerja
Grafik 2.5 Ekspektasi Penghasilan melaluiSimpanan Bank
%, yoy
(10)
(5)
-
5
10
15
20
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*
UMP NominalUMP RiilKonsumsi RT (rhs)
4,03,2
5,05,3
4,94,6
4,9
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
%, yoy
Indeks
70
80
90
100
110
120
130
140
2009 2010 20111 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4*
Ekspektasi Ketersediaan LapanganKerja dalam 6 bulan mendatang
%
-10,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I*
Sk Bunga Tabungan RiilSk Bunga TD1M RiilSk Bunga TD3M Riil
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
10
penurunan pendapatan bunga periode mendatang. Kondisi penjualan
mobil/motor dan indeks penjualan eceran dari Survei Penjualan Eceran
Bank Indonesia menunjukkan perkembangan yang terbatas pada bulan
Maret-April 2011 (Grafik 2.6). Hal tersebut menjadi indikator yang
mengonfimasi tertahannya akselerasi konsumsi rumah tangga pada
triwulan II 2011
Didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnisDidorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnisDidorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnisDidorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnisDidorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnis
yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).
Permintaan domestik dan eksternal masih berpotensi mendorong
pertumbuhan investasi melalui peningkatan kapasitas utilisasi. Hal tersebut
dikonfirmasi oleh tren peningkatan utilisasi kapasitas sektor industri
pengolahan mulai awal tahun 2010, baik yang didasarkan pada hasil
Survei Produksi maupun SKDU (Grafik 2.8). Dari hasil Survei Produksi,
kapasitas produksi terpakai industri pengolahan tanpa migas pada Januari-
Februari 2011 berada pada level 76,86% sedikit di atas rata-rata historis
tahun 2010 sebesar 76,55%. Kenaikan kapasitas terpakai terutama
ditopang kenaikan utilisasi pada subsektor alat angkutan, kertas, dan
semen. Namun, PMTB Kelompok bangunan dan mesin mengalami
perlambatan (Grafik 2.10). Perlambatan investasi bangunan terutama
terkait dengan lambannya proyek pengembangan infrastruktur.
Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dariKinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dariKinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dariKinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dariKinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dari
triwulan I 2011. triwulan I 2011. triwulan I 2011. triwulan I 2011. triwulan I 2011. Pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi tersebut sejalan
dengan peningkatan proyeksi volume perdagangan dunia dan harga
komoditas di tahun 2011, disertai dengan membaiknya tren sentimen
bisnis di Eropa. Perkembangan ekspor yang lebih tinggi terutama dialami
oleh ekspor kelompok nonmigas. Secara sektoral, ekspor yang tumbuh
tinggi tersebut akan tercermin pada sektor industri pengolahan yang
merespons membaiknya tren sentimen bisnis di Eropa, serta di sektor
pertambangan yang merespons peningkatan harga komoditas
internasional.
Sejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulan
II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.
Peningkatan pertumbuhan ekspor sektor industri akan meningkatkan
permintaan impor bahan baku dan barang modal. Kondisi ini pun
didukung oleh perkiraan nilai tukar yang masih akan terapresiasi. Selain
itu, potensi kenaikan pertumbuhan impor juga akan muncul dari
penghapusan bea masuk. Berdasarkan PMK 80/2011 (13 April 2011),
Pemerintah menghapus Bea Masuk 182 pos tarif yang terkait kelompok
Grafik 2.6 Penjualan Eceran, Mobil dan Motor
Grafik 2.7 Indeks Tendensi Bisnis - BPS
Grafik 2.8 Nilai Investasi - SKDU
yoy
(40,00)
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2008 2009 2010 20111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3*
Penjualan MobilPenjualan Motor
Penjualan Eceran (Total)
Indeks Indeks
80
90
100
110
120
130
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II*
85
90
95
100
105
110
115
ITB (rhs) Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas Produksi Jumlah Jam Kerja
%
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
45,0
50,0
55,0
39,0341,06 43,95
28,54 28,09
33,58
45,9248,05
50,61
2007 2008 2009 2010 2011Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
11
bahan baku dan barang modal. PMK ini bertujuan untuk
mempertahankan daya saing produk-produk manufaktur yang banyak
menggunakan bahan baku maupun barang modal.
Perekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untuk
tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011. Hal ini ditopang oleh prakiraan
akan tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, serta jasa-
jasa. Faktor yang memengaruhi pertumbuhan tersebut yaitu kondisi
permintaan eksternal yang lebih baik dari perkiraan dan permintaan
domestik yang masih baik.
Neraca Pembayaran IndonesiaNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplusNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplusNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplusNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplusNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplus
sebesar 7,7 miliar dolar ASsebesar 7,7 miliar dolar ASsebesar 7,7 miliar dolar ASsebesar 7,7 miliar dolar ASsebesar 7,7 miliar dolar AS. Baik transaksi berjalan maupun transaksi
modal dan finansial memberikan kontribusi positif terhadap surplus
tersebut. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan I
2011 bertambah menjadi 105,7 miliar dolar AS atau setara dengan 6,2
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Tren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IVTren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IVTren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IVTren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IVTren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IV
2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar
sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1
miliar dolar AS pada triwulan IV 2010.miliar dolar AS pada triwulan IV 2010.miliar dolar AS pada triwulan IV 2010.miliar dolar AS pada triwulan IV 2010.miliar dolar AS pada triwulan IV 2010. Perbaikan kinerja transaksi berjalan
tersebut lebih disebabkan oleh turunnya pembayaran pendapatan,
khususnya bunga utang, dan pembayaran jasa travel terkait berlalunya
musim haji yang keduanya bersifat musiman. Penguatan transaksi berjalan
lebih lanjut terhambat oleh penurunan kinerja neraca perdagangan
barang karena tingginya impor minyak akibat penurunan produksi
nasional dan peningkatan konsumsi BBM di tengah kenaikan harga
minyak di pasar internasional.
Transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplusTransaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplusTransaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplusTransaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplusTransaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplus
sebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsungsebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsungsebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsungsebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsungsebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsung
dan investasi portofolio.dan investasi portofolio.dan investasi portofolio.dan investasi portofolio.dan investasi portofolio. Investasi langsung di Indonesia masih terus
meningkat sejalan dengan iklim investasi yang semakin kondusif dan
stabilitas makroekonomi yang terjaga. Sementara itu, derasnya arus
masuk investasi portofolio didorong oleh masih tingginya ekses likuiditas
di pasar keuangan global dan relatif menariknya imbal hasil investasi di
dalam negeri.
Grafik 2.9 PMTB Alat Angkut
Grafik 2.10 PMTB-Bangunan
% yoy % yoy
-100
0
100
200
300
400
500
yoy Alat Angkut (rhs) Penj. Kendaraan NiagaM Mobil Penumpang M Suku Cadang & Perlengkapan
Alat AngkutanM Alat Angkutan Untuk Industri
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
% yoy
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
yoy Bangunan (rhs) M Manuf. of glass and glass productsM Manuf. of non-metallicmineral products
Konsumsi Semen (rhs)
Kons. Listrik Bisnis (rhs)
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I
% yoy
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
12
Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masihNeraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masihNeraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masihNeraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masihNeraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masih
akan mencatat surplus yang besarakan mencatat surplus yang besarakan mencatat surplus yang besarakan mencatat surplus yang besarakan mencatat surplus yang besar. Surplus tersebut berasal baik dari
transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Kinerja ekspor
diperkirakan tetap solid sejalan dengan masih kuatnya permintaan dan
tingginya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor
diperkirakan juga akan tumbuh cukup tinggi sejalan dengan kuatnya
permintaan, antara lain untuk komoditas minyak. Di sisi transaksi modal
dan finansial, aliran masuk modal diperkirakan masih akan tetap besar,
baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun portofolio. Sementara
itu, cadangan devisa sampai dengan akhir April 2011 tercatat sebesar
113,8 miliar dolar AS atau setara dengan 6,7 bulan impor dan pembayaran
utang luar negeri Pemerintah.
I n f l a s iLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulanLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulanLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulanLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulanLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulan
sebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukupsebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukupsebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukupsebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukupsebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup
tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. Inflasi IHK April 2011 tercatat sebesar -0,31% (mtm), stabil dari
bulan sebelumnya yang sebesar -0,32% (mtm). Namun, secara tahunan,
inflasi April menurun cukup signifikan dari 6,65% (yoy) bulan sebelumnya
menjadi 6,16% (yoy, Grafik 2.11). Deflasi pada bulan April tersebut
berbeda dengan pola historikalnya yang mencatat inflasi sebesar 0,15%
(mtm). Deflasi yang terjadi pada kelompok volatile food (VF), khususnya
komoditas bawang merah dan aneka cabai, menjadi penyebab
menurunnya laju inflasi pada bulan April (Grafik 2.12). Di sisi lain, inflasi
inti masih mencatat kenaikan terutama didorong oleh inflasi impor yang
tercermin dari peningkatan inflasi mitra dagang dan harga global serta
ekspektasi inflasi yang masih berada pada level yang tinggi. Sementara itu,
tekanan inflasi kelompok administered prices masih relatif stabil sejalan
dengan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga administered yang
bersifat strategis oleh Pemerintah.
Laju inflasi kelompok Laju inflasi kelompok Laju inflasi kelompok Laju inflasi kelompok Laju inflasi kelompok volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food pada bulan April mengalami deflasi pada bulan April mengalami deflasi pada bulan April mengalami deflasi pada bulan April mengalami deflasi pada bulan April mengalami deflasi
didukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahan
makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. Kelompok
tersebut mencatat deflasi sebesar 2,31% (mtm) atau inflasi 12,14% (yoy),
lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat
deflasi sebesar 2,28% (mtm) atau inflasi 15,17% (yoy). Penurunan tekanan
inflasi volatile food tersebut terkait dengan koreksi harga pada sejumlah
komoditas seperti bawang merah dan cabai merah (Grafik 2.13). Pasokan
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi MenurutKelompok Barang dan Jasa (%, mtm)
Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi
24
18
12
6
-1
-7
%, yoy
CPICoreVolatile FoodAdministeredPrices
12,14
6,165,42
5,62
42121086421210864212108642121086422007 2008 2009 2010 2011
1,00
0,50
-0,50
0,00
-1,00
-1,50
-2,00
-2,50
0,25 0,26
-0,72
-2,31
0,170,51
Inti Vol. Food Adm. Prices
Apr»11(mtm, %)
Rata-rataInflasi Apr
2002-2010*)
Apr»11(mtm, %)
Rata-rataInflasi Apr
2002-2010*)
Apr»11(mtm, %)
Rata-rataInflasi Apr
2002-2010*)
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
13
yang meningkat karena hasil panen yang lebih baik dan tambahan impor
menyebabkan terjadinya koreksi harga.nDemikian pula dengan komoditas
beras yang harganya mengalami koreksi tipis sebesar 1,1% (mtm). Koreksi
harga beras didorong oleh peningkatan pasokan seiring dengan masih
berlangsungnya masa panen raya.
Tekanan inflasi kelompok Tekanan inflasi kelompok Tekanan inflasi kelompok Tekanan inflasi kelompok Tekanan inflasi kelompok administered price administered price administered price administered price administered price minimal seiring denganminimal seiring denganminimal seiring denganminimal seiring denganminimal seiring dengan
belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. Inflasi administered pricepada April 2011 tercatat sebesar 0,17% (mtm) atau 5,42% (yoy),
menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Komoditas
administered yang berkontribusi pada inflasi bulan laporan yaitu bensin
dan rokok. Komoditas rokok secara konsisten memberikan sumbangan
inflasi setiap bulan karena Harga Transaksi Pasar (HTP) yang merupakan
harga yang dibayar konsumen masih lebih rendah dibandingkan dengan
Harga Jual Eceran (HJE) yang ditetapkan Pemerintah. Selain itu, komoditas
administered lainnya dalam komponen bensin yang tidak disubsidi
harganya mengalami inflasi 0,23% (mtm) seiring dengan peningkatan
harga minyak dunia.
Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Inflasi kelompok inti
pada bulan April tercatat sebesar 0,25% (mtm) atau 4,62% (yoy) yang
didorong oleh tekanan eksternal terkait dengan kenaikan harga global
dan inflasi mitra dagang. Tingginya tekanan eksternal tercermin dari inflasi
kelompok inti tradable yang meningkat lebih tajam dari kelompok
nontradable (Grafik 2.14). Inflasi kelompok inti untuk barang impor
tumbuh cukup tinggi di tengah penguatan nilai tukar yang semakin
terbatas. Lebih lanjut, sumber tekanan inflasi yang juga perlu dicermati
ialah ekspektasi inflasi yang masih menunjukkan peningkatan dipengaruhi
oleh pola musiman. Peningkatan ekspektasi inflasi konsumen dan
pedagang dipengaruhi oleh akan tibanya bulan puasa dan ketidakpastian
kebijakan pemerintah terkait harga BBM subsidi. Tekanan dari faktor
ekspektasi juga dikonfirmasi oleh peningkatan inflasi inti yang berasal dari
kenaikan biaya tempat tinggal (sewa dan kontrak rumah) serta upah. Jika
ditelusuri dari komoditasnya, komoditas nonmakanan khususnya emas,
menjadi penyumbang utama inflasi April untuk kelompok inti dengan
sumbangan inflasi sebesar 0,05% (mtm). Selama April 2011, harga emas
beberapa kali mencatatkan rekor tertinggi dan menembus 1.500 dolar AS
per troy ounce. Ke depan, harga emas diperkirakan tetap tinggi dan
cenderung meningkat didorong oleh tekanan permintaan.
Grafik 2.13 Perkembangan HargaAneka Bumbu
Grafik 2.14 Inflasi Inti : Tradable VsNon-Tradable
Rp/Kg
47.500
35.000
22.500
10.000
Rp/Kg
27.000
22.500
18.000
13.500
9.000
201120111 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III
Cabe KeritingCabe BiasaBawang Merah (rhs)
yoy
12
10
8
6
4
2
0Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Core TradeableCore Non-Tradeable
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
14
Nilai Tukar RupiahTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.
Membanjirnya aliran dana nonresiden ke sistem keuangan domestik
menyebabkan apresiasi rupiah terus berlanjut. Nilai tukar rupiah pada April
2011 secara rata-rata menguat 1,28% dari level Rp8.760 per dolar AS
(Maret 2011) ke level Rp8.649 per dolar AS (Grafik 2.15). Pada akhir bulan
April, rupiah ditutup pada level Rp8.564 per dolar AS atau menguat
1,68% dari penutupan bulan sebelumnya. Penguatan rupiah terutama
dipicu oleh melimpahnya likuiditas global yang dilatarbelakangi kebijakan
negara maju yang masih akomodatif dengan mempertahankan suku
bunga rendah. Sebagai akibatnya, aliran dana ke negara emerging marketssemakin deras didukung oleh kondisi domestik yang memiliki karakteristik
suku bunga dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Semakin membaiknya
faktor risiko dan ekspektasi currency gain yang berkembang di kalangan
investor juga turut mendukung penguatan rupiah. Meskipun pergerakan
rupiah menguat dengan signifikan, namun volatilitas nilai tukar selama
bulan laporan relatif terjaga. Volatilitas rupiah tercatat sebesar 0,3%, relatif
tidak berubah dari bulan sebelumnya (Grafik 2.16).
Pemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastianPemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastianPemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastianPemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastianPemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastian
menjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negaramenjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negaramenjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negaramenjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negaramenjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negara
emerging marketsemerging marketsemerging marketsemerging marketsemerging markets, termasuk Indonesia. , termasuk Indonesia. , termasuk Indonesia. , termasuk Indonesia. , termasuk Indonesia. Kondisi ketidakpastian tersebut
mendorong negara maju untuk menerapkan kebijakan yang akomodatif
dengan mempertahankan suku bunga di level yang rendah, termasuk AS.
Suku bunga yang rendah menyebabkan ekses likuiditas pascapelonggaran
kuantitatif di masa krisis tahun 2008 dan pemulihan tidak sepenuhnya
dapat diserap. Hal tersebut mengakibatkan investor mencari lokasi
penempatan dana yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, salah satunya
ke negara emerging markets Asia. Negara emerging markets Asia yang
tumbuh lebih cepat menghadapi tekanan inflasi lebih awal sehingga harus
menaikkan suku bunga kebijakannya. Namun hal tersebut justru menjadi
daya tarik bagi investor global. Indonesia juga menjadi salah satu tujuan
utama penempatan dana non residen. Indikator imbal hasil rupiah yang
tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP -
Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
beberapa negara di kawasan regional Asia (Grafik 2.17). Bahkan setelah
memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih
tetap tinggi. Hal tersebut tercermin dari tren indikator CIP (CoveredInterest Parity) yang terus meningkat sejak tahun 2010 (Grafik 2.18). Masih
Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.16 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.17 UIP (Uncovered Interest Parity)
8550
8650
8750
8850
8950
9050
9150
9250
9350
94509335
9175
8949
9048
8708
8564
Jan FebMarAprMeiJun Jul AgsSepOktNovDesJan FebMar2010 2011
1Apr
4Apr
5Apr
6Apr
7Apr
8Apr
11Apr
12Apr
13Apr
14Apr
15Apr
18Apr
19Apr
20Apr
21Apr
25Apr
26Apr
27Apr
28Apr
29Apr
% IDR/USD
-0,20,40,60,81,01,21,41,61,82,0
Vol harianRata2 VolatilitasKurs Harian (Rp/USD)-rhs
8550
8650
8750
8850
8950
9050
9150
9250
9350
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2010 2011
%
-3,0
-1,0
1,0
3,0
5,0
7,0
9,0
11,0
Malaysia
Korea
Filipina
Indonesia
2008 2009 2010 2011Feb Apr Jun Ags Okt Des Mar Mei Jul Sep Nov Mar Mei Jul NovJan Sep MarJan
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
15
solidnya fundamental ekonomi domestik serta aliran masuk modal asing
ke Indonesia mengakibatkan posisi cadangan devisa tetap mencatat level
yang tinggi. Cadangan devisa hingga akhir April 2011 mencapai 113,8
miliar dolar AS atau setara dengan 6,7 bulan impor dan pembayaran
utang luar negeri (ULN) pemerintah.
Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Hal tersebut juga
ditunjukkan oleh spread negatif antara NDF rate (offshore) dengan
forward rate dalam negeri (onshore) selama tiga bulan terakhir yang
mengimplikasikan imbal hasil berinvestasi di pasar domestik lebih
menguntungkan dibandingkan di luar negeri. Membaiknya minat investor
juga ditopang oleh perbaikan risiko secara keseluruhan yang terlihat dari
indikator Credit Default Swap (CDS) yang terus bergerak menurun (Grafik
2.19). Meskipun demikian, sentimen terhadap risiko inflasi dan
ekspektasinya ke depan masih menjadi perhatian investor.nHal demikian
tampak pada kecenderungan meningkatnya yield spread di tengah
prospek lebih cepat dan besarnya tekanan ekspektasi inflasi domestik
dibandingkan luar negeri.
Transmisi Kebijakan Moneter
Suku BungaSuku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Pada April 2011,
rata-rata suku bunga PUAB O/N tidak menunjukkan perubahan dari bulan
sebelumnya yakni sebesar 6,19%. Di sisi lain, suku bunga PUAB dengan
tenor lebih panjang dari O/N cenderung meningkat. Rata-rata seluruh
tenor meningkat 8bps dari bulan sebelumnya sebesar 6,53% menjadi
sebesar 6,61%. Sementara itu, persepsi risiko likuiditas (counterparty risk)
PUAB relatif stabil sebagaimana tercermin pada rata-rata spread suku
bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang berada pada level 27bps
atau membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 36bps.
Sejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkanSejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkanSejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkanSejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkanSejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkan
peningkatanpeningkatanpeningkatanpeningkatanpeningkatan sebagai respons atas kenaikan BI Rate.sebagai respons atas kenaikan BI Rate.sebagai respons atas kenaikan BI Rate.sebagai respons atas kenaikan BI Rate.sebagai respons atas kenaikan BI Rate. Perkembangan
tersebut tak lepas dari strategi operasi moneter yang terus difokuskan
untuk menjaga suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional
kebijakan moneter tetap berada di sekitar BI Rate. Selain itu, berbagai
langkah penguatan manajemen moneter juga dilakukan terutama terkait
dengan manajemen capital inflow.....
Grafik 2.18 CIP (Covered Interest Parity)
Grafik 2.19 Indikator Persepsi RisikoIndonesia
%
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0Indonesia
Philippinnes
Malaysia
Korea
Feb Apr Jun AgsOkt Des Feb Apr Jun AgsOkt Des Feb Apr Jun AgsOkt Des Feb Apr Jun AgsOkt Des Feb Apr2007 2008 2009 2010 2011
%
3,02,82,62,4
2,22,0
1,81,61,41,21,0
bps
400
250
100
Risk Worsen Risk Worsen
Yield SpreadCDS Ind (RHS)EMBIG Spread (RHS)
Sumber : Bloomberg
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2010 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
16
Di sisiDi sisiDi sisiDi sisiDi sisi suku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masihsuku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masihsuku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masihsuku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masihsuku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masih
terbatas. terbatas. terbatas. terbatas. terbatas. Data sementara mengindikasikan pada April 2011 suku bunga
deposito dan kredit masih terus menurun. Sementara itu, data realisasi per
Maret 2011 menunjukkan suku bunga kredit yang masih cenderung
menurun khususnya pada suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) dan
Kredit Investasi (KI), sedangkan suku bunga deposito (khususnya tenor 1
bulan) sudah menunjukkan kenaikan (Tabel 2.1 dan Grafik 2.20).
Berdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan sukuBerdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan sukuBerdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan sukuBerdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan sukuBerdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan suku
bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.
Pada Maret 2011, kelompok bank persero masih terus menurunkan suku
bunga KMK dan KI sementara kelompok bank asing campuran mulai
menaikkannya. Namun, dari sisi suku bunga KK, kelompok bank persero
justru mulai meningkatkan suku bunganya sementara kelompok bank asing
dan campuran sebaliknya. Perkembangan tersebut mencerminkan
preferensi penyaluran kredit dari masing-masing kelompok bank.
Sementara itu, suku bunga deposito (tenor 1 bulan) mengalami
peningkatan khususnya pada kelompok bank persero dan bank swasta.
Grafik 2.20 Perkembangan BerbagaiSuku Bunga
%
6
8
10
12
14
16
18
20
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011BI Rate Deposito 1 Bulan Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi Kredit Konsumsi
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga
BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,25 7,25Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,77 6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83Base Lending Rate 12,58 12,62 12,58 12,50 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 11,98 12,03 11,84 12,21Kredit Modal Kerja (KMK) 13,54 13,42 13,26 13,17 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75 12,72 12,32Kredit Investasi (KI) 12,72 12,62 12,59 12,70 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25 12,20 12,18Kredit Konsumsi (KK) 15,42 15,34 15,23 14,99 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48 14,50 14,83
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
2 0 1 0Suku Bunga (%)
2011
Dana, Kredit, dan Uang BeredarPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil.Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil.Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil.Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil.Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil. DPK pada Maret 2011
tumbuh 18,6% (yoy) tidak jauh berbeda dibandingkan dengan bulan
sebelumnya sebesar 18,4% (yoy) (Grafik 2.21). Pertumbuhan DPK
tersebut terutama ditopang oleh deposito dan tabungan yang tumbuh
lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Pada Maret 2011, pertumbuhan
deposito dan tabungan meningkat menjadi 16,4% dan 25,4% (yoy) dari
bulan sebelumnya yang hanya sebesar 15,3% dan 23,8% (yoy).
Sementara itu, pertumbuhan giro mengalami perlambatan dari bulan
sebelumnya menjadi sebesar 14,9% dari 17,9% (yoy) terkait dengan
besarnya penyerapan pajak di awal tahun.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
17
Di sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratifDi sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratifDi sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratifDi sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratifDi sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratif. Penyaluran kredit
(termasuk kredit channeling) pada Maret 2011 mencapai 24,1% (yoy)
meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 23,6% (yoy)
(Grafik 2.21). Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan akhir
tahun 2011 angka pertumbuhan kredit diperkirakan dapat melebihi
Rencana Bisnis Bank tahun 2011 yang berkisar 23,5%. Namun, ekspansi
kredit tersebut juga patut diwaspadai, terutama terkait kualitas kredit
(Non Performing Loan/NPL) dan besarnya porsi kredit nonproduktif (kredit
konsumsi dan kredit sektor lainnya).
Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)
terhadap total kredit tetap tinggiterhadap total kredit tetap tinggiterhadap total kredit tetap tinggiterhadap total kredit tetap tinggiterhadap total kredit tetap tinggi. Pada Maret 2011, KMK masih tumbuh
tinggi yakni sebesar 27,2% (yoy). Namun, pertumbuhan KMK tersebut
lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai
35,4% (yoy). Sejalan dengan itu, kontribusi kredit investasi (KI) terhadap
pertumbuhan total kredit juga mencatat peningkatan. KI tumbuh
meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya
menjadi 26,8% (yoy) dari 18,6% (yoy). Serupa dengan KI, kredit konsumsi
(KK) juga tumbuh lebih tinggi dari bulan sebelumnya mencapai 19,6%
(yoy) dari 13,2% (yoy) (Grafik 2.22). Secara sektoral, kredit untuk sektor
perdagangan dan jasa dunia usaha turut menjadi salah satu penopang
pertumbuhan kredit. Namun, penyaluran kredit pada sektor lainnya masih
menjadi penyumbang utama pertumbuhan kredit.
Pertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yangPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yangPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yangPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yangPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yang
meningkat.meningkat.meningkat.meningkat.meningkat. Pada April 2011, pertumbuhan uang kartal mencapai 18,6%
(yoy) meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 17,8% (yoy), sedangkan pertumbuhan uang primer1 mencapai
35,1% (yoy) relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan
sebelumnya sebesar 35,4% (yoy) (Grafik 2.23). Tren meningkatnya
pertumbuhan uang kartal dan uang primer tersebut menandakan aktivitas
ekonomi yang membaik.
Pertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalanPertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalanPertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalanPertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalanPertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalan
dengan akselerasi pertumbuhan ekonomidengan akselerasi pertumbuhan ekonomidengan akselerasi pertumbuhan ekonomidengan akselerasi pertumbuhan ekonomidengan akselerasi pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan Maret 2011,
M1 dan M2 tumbuh sebesar 17,4% dan 16% (yoy) mencapai Rp580,5
triliun dan Rp2.451 triliun (Grafik 2.24). Meskipun masih berada pada tren
yang meningkat, pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut merupakan akibat dari
Grafik 2.21 Pertumbuhan Kredit, DPK,dan BI Rate
%
0
5
10
15
20
25
30
35
40KreditDPKBI Rate
24,1
18,6
2008 2009 2010 2011Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar
3
4
5
6
7
8
9
10
Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit per JenisPenggunaan
% yoy
-10
0
10
20
30
40
50
60KMKKIKK
27,2
26,8
19,6
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan
Grafik 2.23 Pertumbuhan Uang Primer danUang Kartal
% yoy
Data DSM, olah Tim 4-BKM
GWM SRGWM 8%
GWM LDR
-20
-10
0
10
20
30
40
50M0 (GWM 5%)M0Currency
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
1 tanpa SBI untuk secondary reserve, GWM 8%
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
18
menurunnya giro dan uang kuasi terkait dengan pola penyerapan pajak
yang besar di awal tahun.
Pasar SahamKebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%
direspons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapaidirespons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapaidirespons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapaidirespons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapaidirespons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapai
level tertinggi sepanjang sejarah bursa. level tertinggi sepanjang sejarah bursa. level tertinggi sepanjang sejarah bursa. level tertinggi sepanjang sejarah bursa. level tertinggi sepanjang sejarah bursa. Pada April 2011, IHSG ditutup pada
level 3.819 atau mencatat penguatan sebesar 3,8% secara bulanan (Grafik
2.25). Dari sisi makroekonomi, sumber penguatan IHSG terutama bersumber
dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi, rendahnya tekanan inflasi April
2011 serta kenaikan rating Indonesia oleh S&P dari BB menjadi BB+ atau
satu tingkat di bawah level investment grade. Sementara itu, dari sisi mikro
emiten, penguatan IHSG disokong oleh laba emiten yang cukup tinggi.
Kondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliranKondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliranKondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliranKondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliranKondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliran
modal asing ke pasar keuangan di negara-negara emodal asing ke pasar keuangan di negara-negara emodal asing ke pasar keuangan di negara-negara emodal asing ke pasar keuangan di negara-negara emodal asing ke pasar keuangan di negara-negara emerging marketmerging marketmerging marketmerging marketmerging market
termasuk pasar saham Indonesia.termasuk pasar saham Indonesia.termasuk pasar saham Indonesia.termasuk pasar saham Indonesia.termasuk pasar saham Indonesia. IHSG mencatat beli asing neto sebesar
Rp17,5 Triliun pada April 2011 atau naiknsignifikan dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yang mencatat jual neto sebesar Rp2,3 triliun (Grafik
2.26).
Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral, penguatan IHSG selama April 2011 ditopang olehpenguatan IHSG selama April 2011 ditopang olehpenguatan IHSG selama April 2011 ditopang olehpenguatan IHSG selama April 2011 ditopang olehpenguatan IHSG selama April 2011 ditopang oleh
pertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggipertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggipertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggipertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggipertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggi
dialami oleh sektor properti dan keuangandialami oleh sektor properti dan keuangandialami oleh sektor properti dan keuangandialami oleh sektor properti dan keuangandialami oleh sektor properti dan keuangan. Kedua sektor tersebut
mengalami penguatan masing-masing sebesar 7,3% dan 5,9%.
Penguatan indeks sektoral tersebut masih ditopang oleh kondisi
fundamental mikro emiten pada masing-masing sektor yang cukup solid
sebagaimana ditunjukkan oleh laba perusahaan yang tercatat pada
laporan keuangan tahun 2010 (audited).
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Kinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank IndonesiaKinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank IndonesiaKinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank IndonesiaKinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank IndonesiaKinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia
untuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasiuntuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasiuntuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasiuntuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasiuntuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasi
yang relatif mereda. yang relatif mereda. yang relatif mereda. yang relatif mereda. yang relatif mereda. Dari sisi makroekonomi, penurunan yield SBN terkait
dengan prospek positif pertumbuhan ekonomi, nilai tukar yang relatif
stabil serta deflasi pada April 2011. Sementara itu, dari sisi fiskal,
kesinambungan fiskal masih terjaga di tengah volatilitas harga minyak
dunia. Dengan perkembangan tersebut, secara bulanan yield SBN dengan
tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing bergerak
Grafik 2.24 Pertumbuhan Uang Beredar
Grafik 2.25 IHSG dan BI Rate
Grafik 2.26 IHSG dan Beli/Jual Neto Asing
%Y-o-Y %
0
4
8
12
16
20
24
28
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
M1M2BI Rate (RHS)
1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3
17.4
16.0
0
2
4
6
8
10
12
14
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
IHSGBI Rate (RHS)
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
4
5
6
7
8
9
10
11
2.0002.2002.4002.6002.8003.0003.2003.4003.6003.8004.000
2010 20111 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
(5)
-
5
10
15
20Net Beli/Jual Asing (RHS, Rp T)IHSG
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
19
turun sebesar 52bps, 62bps dan 47bps atau secara rata-rata turun sebesar
52bps (Grafik 2.27 dan 2.28).
Perkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investorPerkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investorPerkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investorPerkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investorPerkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investor
non residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumennon residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumennon residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumennon residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumennon residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumen
SBNSBNSBNSBNSBN. Beli asing neto terjadi untuk seluruh tenor, khususnya di jangka
pendek dan panjang, sedangkan untuk tenor di jangka menengah sedikit
terbatas. Selain didorong oleh faktor fundamental, motivasi investor
residen untuk membeli instrumen SBN masih berkaitan dengan premi
risiko yang relatif terjaga, tingginya imbal hasil yang ditawarkan, serta
prospek pencapaian investment grade.
Pasar ReksadanaPada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan Pada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan Pada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan Pada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan Pada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan reboundreboundreboundreboundrebound
harga aset di pasar keuangan. harga aset di pasar keuangan. harga aset di pasar keuangan. harga aset di pasar keuangan. harga aset di pasar keuangan. Secara umum, kinerja reksadana meningkat
sebagaimana tercermin pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana yang
tumbuh sekitar 3,5% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Peningkatan NAB reksadana tersebut ditopang oleh produk reksadana
berbasis saham dan SBN. Sementara itu, kinerja reksadana pendapatan
tetap berada di bawah kinerja aset yang menjadi dasarnya (underlyingasset), sedangkan produk reksadana berbasis produk pasar uang justru
mengalami koreksi (Tabel 2.2).
Tabel 2.2. Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
Grafik 2.27 Yield SBN dan BI Rate
%
0
5
10
15
20
25Yield SBNBI Rate (RHS)
4
5
6
7
8
9
10
11
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
Grafik 2.28 Perubahan Yield SBN Bulanan
0
2
4
6
8
10
12
14Perubahan Bulanan30 April 201131 Maret 201131 Desember 2010
1YR 2YR 3YR 4YR 5YR 6YR 7YR 8YR 9YR 10YR 15YR 20YR 30YR-1,00-0,80-0,60-0,40-0,200,000,200,400,600,801,00
Tabel 2.2Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
1 -2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%2 1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%3 0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%4 5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%
2010 5 -1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%6 -4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%7 -1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%8 -1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%9 9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%10 5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%11 2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%12 8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%1 1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%
2011 2 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7%3 14,1% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7%
Mar»11 - Des»11 5.6% 4.9% 6.7% -4.0% -0.7% 43.6% -23.1% -6.8% -13.0% 1.5%
SahamBulanPasarUang Campuran Pendapatan
Tetap Terproteksi IndeksETF-
Saham
ETF-Pendapatan
TetapSyariah Total
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
20
Kondisi PerbankanStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan olehStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan olehStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan olehStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan olehStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan oleh
kondisi perbankan yang solidkondisi perbankan yang solidkondisi perbankan yang solidkondisi perbankan yang solidkondisi perbankan yang solid. Berbagai indikator utama perbankan seperti
angka rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tetap stabil
pada level 17,6%. Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non PerformingLoan/NPL) gross terjaga di bawah level 5% (Tabel 2.3). Di samping
indikator-indikator utama yang baik tersebut, fungsi intermediasi
perbankan juga terus membaik. Pertumbuhan kredit per Maret 2011 telah
mencapai 24,1% (yoy) atau lebih tinggi dari Rencana Bisnis Bank 2011
sebesar 23,5%.
Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan
Total Aset (T Rp) 2,563,7 2,576,3 2,604,4 2,678,3 2,683,5 2,700,2 2,758,1 2,769,4 2,856,3 3,008,9 2,990,7 2,993,1 3,065,8DPK (T Rp) 1,982,2 1,980,5 2,013,2 2,096,0 2,082,6 2,092,8 2,144,1 2,173,9 2,212,2 2,338,8 2,302,1 2,287,8 2,351,4Kredit * (T Rp) 1,485,9 1,516,0 1,561,2 1,615,8 1,627,4 1,670,6 1,689,1 1,705,8 1,736,1 1,796,0 1,776,1 1,803,9 1,844,2LDR* (%) 75,0 76,5 77,5 77,1 78,1 79,8 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2 78,8 78,4NPLs Gross* (%) 3,8 3,5 3,6 3,3 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 3,2NPLs Net * (%) 1,0 0,9 1,0 0,8 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 0,9CAR (%) 19,1 19,2 17,8 17,4 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0 18,0 17,6NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6ROA (%) 3,0 2,9 2,9 2,9 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0 2,8 3,1
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
2 0 10IndikatorUtama
* dengan channeling
2 0 11
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
21
III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Keputusan
ini diambil setelah Dewan Gubernur melakukan asesmen secara
keseluruhan terhadap perkembangan makroekonomi, khususnya
kepentingan untuk menjaga stabilitas internal (inflasi) dan stabilitas
eksternal (neraca pembayaran). Dewan Gubernur memandang bahwa
penguatan kebijakan makroprudensial terhadap aliran masuk modal asing
tetap penting untuk meminimalkan risiko pembalikan modal asing dan
membantu agar pergerakan nilai tukar rupiah tetap sejalan dengan
pergerakan mata uang di kawasan Asia. Ke depan, Bank Indonesia akan
terus mewaspadai tekanan inflasi, khususnya yang bersumber dari harga
komoditas internasional, peningkatan permintaan domestik, serta
kebijakan Pemerintah terkait subsidi BBM dan kemungkinan gangguan
pasokan bahan pangan. Bank Indonesia akan terus memperkuat
penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, termasuk
melalui pengendalian likuiditas dan respons suku bunga, untuk menjaga
stabilitas makroekonomi dan membawa inflasi pada sasaran yang
ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun
2012.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011
22
* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
SEKTOR KEUANGAN
Indikator Terkini
Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 6 bln 1)
Suku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln 2)
Suku bunga deposito 3 bln 2)
JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
BESARAN MONETER (miliar Rp)Base MoneyM1(C+D)
Uang Kartal (C)Uang giral (D)
Broad Money (M2 = C+D+T)Uang kuasi (T)
Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas)
M2 - Rupiah
Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum
Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)
Rp/USD (akhir periode, nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)
Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)
Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (%, yoy)**KonsumsiInvestasi (PMTB)Perubahan StokEksporImpor
INDIKATOR KUARTALAN
H A R G A
SEKTOR EKSTERNAL
6,67 6,68 6,72 6,72 6,72 6,73 6,73 6,42 6,26 6,08 - - -- - - - 6,83 6,84 6,84 6,70 6,60 6,50 6,71 6,72 -
6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 - -6,98 6,95 6,95 6,95 6,96 6,69 6,99 7,03 7,06 6,88 6,82 - -6,30 6,30 6,34 6,32 6,33 6,30 6,16 5,68 5,83 6,21 6,27 6,49 -
2.971 2.797 2.914 3.069 3.082 3.501 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470 3.679 3.820
385.431 391.848 401.435 408.967 426.867 423.809 418.884 483.922 518.447 512.192 502.190 506.785 -494.718 514.005 545.405 539.746 555.495 549.528 555.525 571.352 605.899 604.704 585.981 581.057 -211.390 214.695 222.828 228.239 241.166 229.871 235.698 238.515 260.715 248.016 245.418 242.074 -283.327 299.310 322.577 311.507 314.328 319.657 319.827 332.837 345.184 356.688 340.563 338.984 -
1.981.457 2.011.683 2.082.394 2.070.257 2.097.385 2.132.063 2.170.461 2.206.524 2.323.439 2.290.917 2.260.122 2.291.288 -1.486.739 1.497.677 1.536.988 1.530.511 1.541.891 1.582.535 1.614.935 1.635.172 1.717.541 1.686.212 1.674.141 1.710.230 -1.359.591 1.373.918 1.412.917 1.402.699 1.410.754 1.450.485 1.480.067 1.500.890 1.587.407 1.562.083 1.550.021 1.581.592 -
780.475 789.142 808.099 792.881 789.119 809.958 834.274 842.690 872.921 864.039 854.852 884.802 -579.116 584.776 604.818 609.818 621.635 640.527 645.793 658.200 714.487 698.044 695.168 696.789 -127.148 123.759 124.072 127.812 131.137 132.050 134.868 134.282 130.133 124.129 124.121 128.639 -
1.854.309 1.887.923 1.958.322 1.942.445 1.966.248 2.000.013 2.035.592 2.072.242 2.193.306 2.166.787 2.136.002 2.162.649 -
1.617.236 1.660.942 1.721.286 1.722.911 1.774.363 1.795.954 1.808.229 1.842.798 1.910.022 1.881.004 1.917.047 1.963.698 -1.412.568 1.461.528 1.511.482 1.518.049 1.561.226 1.583.468 1.598.643 1.626.469 1.684.207 1.662.189 1.690.927 1.726.751 -
0,15 0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 0,89 0,13 -0,32 -0,313,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65 6,16
9.012 9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.057 8.823 8.709 8.5749.727 10.032 10.538 10.815 11.841 10.106 11.455 13.151 13.620 - - - -8.737 8.136 9.045 10.067 9.939 7.552 9.427 10.138 10.730 - - - -70,75 68,54 69,68 70,86 73,93 76,76 79,69 80,72 83,59 82,18 85,05 88,61 92,87
6,9 6,1 6,5 6,44,9 4,0 4,38,7 8,5 7,3 10,0
-28,7 463,1 89,016,1 14,9 12,3 8,016,9 17,3 15,6 8,3
2 0 1 0
2010
Tw-IV
2 0 11
20102011
Tw-I Tw-II*