1
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA
KEPANITERAAN KLINIK FKG USU TENTANG
STANDARD PRECAUTIONS PADA PASIEN SETELAH
TINDAKAN PERAWATAN GIGI DI RSGMP FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
DEWI WULANDARI
NIM: 110600010
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Universitas Sumatera Utara
2
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Tahun 2015
Dewi Wulandari
Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang standard
precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi di RSGMP FKG USU.
xi + 56halaman
Dokter gigi memiliki risiko terhadap paparan infeksi yang ditularkan melalui
darah seperti infeksi dari benda tajam dan kontak dengan cairan tubuh. Beberapa
penyakit infeksi dapat ditularkan selama perawatan gigi, namun penularan penyakit
infeksi juga dapat terjadi setelah melakukan tindakan perawatan gigi. Berdasarkan
aturan yang dikeluarkan oleh Centers for Desease Control and Prevention (CDC),
prosedur pencegahan penularan penyakit infeksi yang umum digunakan adalah dengan
menerapkan standard precautions. Langkah yang harus dilakukan setelah tindakan
perawatan gigi adalah sterilisasi instrumen dan ruangan, asepsis dan desinfeksi
permukaan, serta pengelolaan limbah medis. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang standard
precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi.Jenis penelitian adalah survei
deskriptif. Sampel penelitian adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik di
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Departemen Konservasi Gigi, Departemen
Periodonsia dan Departemen Pedodonsia di RSGMP FKG USU sebanyak 200 orang
(total sampling).Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 54,5% responden memiliki
pengetahuan cukup, 37,5% responden berpengetahuan baik, dan hanya 8% responden
berpengetahuan kurang.Dari hasil penelitiandapatdisimpulkan bahwa pengetahuan
mahasiswa kepaniteraan klinik tentang standard precautions pada pasien setelah
tindakan perawatan gigi masih cukup.
Daftar Rujukan :42(2000-2014)
Universitas Sumatera Utara
3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 2015 Pembimbing Tanda Tangan Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM ……………… NIP: 19730422 19980 2 2001 Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes …………….... NIP: 19790625 20031 2 2002
Universitas Sumatera Utara
4
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini dipertahankan di hadapan penguji
pada tanggal 01 Juli 2015
TIM PENGUJI
KETUA: Hendry Rusdy, drg., Sp. BM
ANGGOTA: 1. Ahyar Riza, drg., Sp. BM
2. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM
3. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes
Universitas Sumatera Utara
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini selesai disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM dan
Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes yang telah meluangkan waktu dan kesabaran dalam
membimbing penulis demi selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Sutopo, SH dan Ibunda Sutini yang
telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan serta segala bantuan baik moril
maupun materil yang tidak terbatas kepada penulis. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM selaku ketua Departemen Bedah Mulut
dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.
2. Seluruh staf pengajar dan laboran Departemen Bedah Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalankan akademik.
4. Sahabat terbaik Liyana Hanum, SKG, Adinda Putri, Sarah Zulaikha Rangkuti
dan Winnie Andhika Pasaribu yang selalu memberikan motivasi penulis dalam hidup.
5. Teman-teman seperjuangan Jessica Renata, Monica Nindia, Chintya
Faradilla, Muhammad Fathurrahman, Dora Yati Marbun, Raudatul Adawiyah, Vania
Adisya, Amalia, Denny Andrian, Joule Siregar, Vandersun Lestari, Rizky dan Fajar
Fitriah Lestari yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini dan selalu
memberi dukungan dan semangat serta selalu memberi kenangan indah hari-hari kuliah.
Universitas Sumatera Utara
6
Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki
menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran dan kritik untuk ke depannya
sehingga menjadi lebih baik. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
digunakan dan memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Medan, 01 Juli 2015
Penulis,
(Dewi Wulandari)
NIM: 110600010
Universitas Sumatera Utara
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ....
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...............................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Silang ..................................................................................... 6 2.1.1Jalur Penyebaran ............................................................................. 6 2.2 Kontrol Infeksi .................................................................................. 7 2.3 Standard Precautions ........................................................................ 8 2.3.1 Sterilisasi ........................................................................................ 9 2.3.1.1 Sterilisasi Instrumen .................................................................... 9 2.3.1.2 Sterilisasi Ruangan ...................................................................... 20 2.3.2 Asepsis dan Desinfeksi Permukaan ................................................ 22 2.3.2.1 Desinfeksi .................................................................................... 22 2.3.2.2 Asepsis Permukaan ..................................................................... 24 2.3.3 Limbah Medis ................................................................................ 26 2.3.3.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit ................................................. 26 2.3.3.2 Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan ........ 27 2.3.3.3 Pengelolaan Limbah .................................................................... 27
Universitas Sumatera Utara
8
2.3.3.4 Limbah Medis Padat .................................................................... 28 2.3.3.5 Limbah Cair ................................................................................. 29
2.3.3.6 Limbah Patologis (Gigi yang Diekstraksi) .................................. 30 2.3.3.7 Limbah Gas ................................................................................. 30 2.4 Kerangka Teori .................................................................................. 32 2.5 Kerangka Konsep .............................................................................. 33
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 34 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 34 3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 34 3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 34 3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 34 3.4 Variabel dan Defenisi Operasional ................................................... 35 3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 40 3.6 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 40
3.7 Aspek Pengukuran ............................................................................. 40 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Responden ....................................................................... 41
4.2 Pengetahuan Responden tentang Standard Precautions Pada Pasien Setelah Tindakan Perawatan Gigi...................................................... 41
BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 45 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 51
6.2 Saran .................................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 53
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
9
DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kategori instrumen perawatan pasien ....................................................... 9 2. Keuntungan dan kekurangan metode sterilisasi ........................................ 19
3. Jenis wadah dan lambang limbah medis padat sesuai kategori ................ 29 4. Variabel dan definisi operasional .............................................................. 35 5. Kategori penilaian ..................................................................................... 40
6. Distribusi karakteristik responden (n=200) .............................................. 41
7. Distribusi pengetahuan responden terhadap standard precautions pada
pasien setelah tindakan perawatan gigi (n=200) ....................................... 42
8. Kategori pengetahuan responden tentang standard precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi (n=200) ....................................... 44
Universitas Sumatera Utara
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. (a) Instrumen kritis, (b) Instrumen semikritis, (c) Instrumen nonkritis .... 11
2. Sikat bergagang panjang ........................................................................... 12
3. (a) Countertop ultrasonic cleaner, (b) Floor-standing ultrasonic cleaner 13
4. Washer disinfector .................................................................................... 13
5. (a) Kemasan kantong plastik, (b) Dental instrument cassettes ................. 14
6. (a) Autoklaf tampak depan, (b) Autoklaf tampak dalam .......................... 16
7. Dry heat sterilizer ..................................................................................... 17
8. Chemiclave ................................................................................................ 18
9. ETO sterilizer ............................................................................................ 18
10. (a) Enkas, (b) UV sterilizer, (c) Laminary Air Flow ................................ 22
11. Menutup permukaan kontak klinis ............................................................ 25
12. Membersihkan dan mendisinfeksi permukaan .......................................... 26
13. (a) Tempat sampah medis menular, (b) Tempat sampah benda tajam...... 28
14. Insenerator ................................................................................................. 31
Universitas Sumatera Utara
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar riwayat hidup
2. Kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang standard
precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi di RSGMP FKG USU.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit menular merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini.
Di Amerika Serikat, diperkirakan 9 juta orang bekerja di profesi kesehatan yaitu sekitar
168.000 dokter gigi, 112.000 terdaftar sebagai dental hygiene, 218.000 asisten gigi dan
53.000 teknisi laboratorium dental. Dampaknya, tenaga layanan kesehatan gigi yang
meliputi dokter gigi, ahli kesehatan gigi, asisten gigi, tekniker gigi serta mahasiswa
berpotensi terpapar bahan infeksius, termasuk zat dalam tubuh dan perlengkapan yang
terkontaminasi, peralatan-peralatan, lingkungan, air maupun udara. Petugas kesehatan
memiliki risiko terhadap paparan infeksi yang ditularkan melalui darah seperti infeksi
dari benda tajam dan kontak dengan cairan tubuh.1-3
Beberapa penyakit infeksi yang dapat ditularkan selama perawatan gigi antara
lain sitomegalovirus, HBV, jenis HCV, herpes simpleks virus 1 dan 2, HIV,
mikobakterium tuberkulosis (TB), stafilokokus, streptokokusdan juga bakteri yang
berkoloni untuk menginfeksi rongga mulut dan saluran respirasi. Menurut Esther dalam
jurnal PDGI tahun 2009, beberapa contoh penyakit menular yang perlu diwaspadai oleh
dokter gigi antara lain Tuberkulosis, AIDS dan Hepatitis B, karena ketiga penyakit
menular ini sering dilaporkan terjadi di praktik perawatan gigi. Hal ini didukung dengan
adanya laporan dari jurnal Tuberkulosis Indonesia pada tahun 2006, kasus TB di
Indonesia berjumlah lebih dari 600.000 dan sebagian besar diderita oleh masyarakat
yang berada dalam usia produktif (15-55 tahun). Seperti yang diperkirakan WHO pada
tahun 2002, telah terjadi lebih dari 16.000 kasus penularan virus Hepatitis C, 66.000
kasus penularan Hepatitis B dan 1.000 kasus penularan HIV pada tenaga kesehatan di
seluruh dunia. Di negara WHO SEARO (South East Asia Regional Office) termasuk
Indonesia pada tahun 2000 dilaporkan sebanyak 39% penyebab kematian adalah akibat
penyakit menular.2,4-9
Penularan penyakit infeksi juga dapat terjadi setelah melakukan tindakan
perawatan gigi. Kuman penyebab penyakit dapat hidup dan berkembang biak di
Universitas Sumatera Utara
13
lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, makanan dan benda-benda peralatan medis
serta non medis. Potensi penularan penyakit bisa dari pasien ke tenaga layanan
kesehatan, dari tenaga layanan kesehatan ke pasien dan dari pasien ke pasien. Pasien
dan tenaga layanan kesehatan memiliki risiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme
patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Tindakan asepsis harus
selalu dilakukan, termasuk tindakan pencegahan seperti sterilisasi instrumen maupun
ruangan dan disinfeksi permukaan. Dokter gigi harus menganggap pasiennya adalah
karier dari penyakit infeksi dan harus selalu mengikuti prosedur tindakan
pencegahan.2,4,5,10
Sumber infeksi yang potensial pada praktek dokter gigi meliputi tangan, saliva,
darah, sekresi hidung, sekresi paru, baju, rambut juga instrumen dan perlengkapan
praktek lainnya. Selain melalui peralatan atau permukaan yang terkontaminasi,
beberapa mikroorganisme juga dapat ditularkan melalui udara, air, debu, aerosol,
percikan atau droplets, plak, kalkulus dan debris dari rongga mulut atau luka terbuka
dapat juga menjadi sumber infeksi atau kontaminasi.5,6 Udara merupakan salah satu
agen infeksi yang menjadi penyebab utama infeksi silang. Oleh karena itu, instrumen
dan perlengkapan praktek harus senantiasa dijaga sterilisasinya untuk mengurangi risiko
terjadinya infeksi. Sumber infeksi juga dapat berasal dari limbah medis maupun non
medis, yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan menimbulkan gangguan
kenyamanan dan estetika lingkungan.11,12 Suatu upaya kegiatan pencegahan
pengendalian infeksi di rumah sakit atau di fasilitas pelayanan kesehatan harus
dilakukan dengan melakukan pengelolaan limbah rumah sakit dengan baik dan benar.13
Berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), prosedur pencegahan penularan penyakit infeksi yang umum
digunakan adalah dengan menerapkan standard precautions. Standard precautions
dirancang untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat
menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang lain serta mengurangi risiko infeksi
penyakit menular. Standard precautions wajib dilakukan sebelum dan setelah
melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi,
ekskresi (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka dan membran mukosa. Standard
Universitas Sumatera Utara
14
precautions di bidang ilmu kedokteran gigi meliputi enam langkah penting yaitu
evaluasi pasien, perlindungan diri, pemrosesan instrumen (sterilisasi), asepsis dan
desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan pengelolaan limbah medis.
Adapun langkah yang harus dilakukan sebelum tindakan perawatan gigi meliputi
evaluasi pasien, perlindungan diri dan penggunaan alat sekali pakai, sedangkan langkah
yang harus dilakukan setelah tindakan perawatan gigi adalah mengenai bagaimana
proses sterilisasi baik instrumen maupun ruangan, asepsis dan desinfeksi permukaan,
serta bagaimana pengelolaan limbah medisnya.2,3,5,11
Penelitian yang telah dilakukan di rumah sakit kota Medan oleh Gema NY tahun
2013, mengenai hubungan faktor pengetahuan, kepercayaan, ketersediaan sarana,
peraturan dan pengawasan di rumah sakit dengan perilaku dokter gigi dalam
menerapkan standard precautions di rumah sakit kota Medan, menunjukkan bahwa
persentase pengetahuan dokter gigi yang kurang sebanyak 30-60% adalah dalam hal
penanganan limbah medis khusus dan definisi standard precautions, Sedangkan
perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precautions di rumah sakit sudah baik
yaitu 80-100%, dalam hal menggunakan autoklaf untuk sterilisasi. Perilaku dokter gigi
cukup baik yaitu 60-78% dalam hal memisahkan dan membuang sampah medis dan non
medis.11
Penelitian juga telah dilakukan oleh Nurhasanah pada tahun 2012 mengenai
tindakan sterilisasi alat pencabutan gigi dan dental unit oleh mahasiswa kepaniteraan
klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik (100%) melakukan tindakan sterilisasi
instrumen (alat pencabutan gigi) menggunakan air dan sabun yang mengandung
deterjen, membilasnya dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan kemudian
merendam instrumen tersebut ke dalam wadah yang berisi larutan Chloroxylenol
(golongan fenol) 0,5% selama 10 menit. Namun, hanya 72% mahasiswa kepaniteraan
klinik yang mengelap instrumen dengan menggunakan kain kering steril, dan hanya
56% yang langsung menyimpan instrumen tersebut ke dalam tempat penyimpanan
barang steril.14
Universitas Sumatera Utara
15
Penelitian juga dilakukan oleh Marhamah, dkk pada tahun 2008 mengenai
jumlah angka kuman di udara ruangan operasi rumah sakit umum Kabupaten di Provinsi
Lampung, dimana rata-rata angka kuman di udara ruangan operasi berjumlah 177
CFU/m3 udara, karena penguapan disinfektan dari lantai dan penguapan alkohol 70%
dari meja tidak efektif untuk membunuh kuman di udara ruangan operasi.10
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU,
khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Departemen Konservasi
Gigi, Departemen Pedodonsia dan Departemen Periodonsia tentang standard
precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi (setelah pencabutan dan
penambalan gigi dan setelah melakukan perawatan scaling), yaitu meliputi bagaimana
proses sterilisasi baik instrumen maupun ruangan, asepsis dan desinfeksi permukaan
serta pengelolaan limbah medisnya.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan mahasiswa
kepaniteraan klinik tentang standard precautions pada pasien setelah tindakan
perawatan gigi di RSGMP FKG USU.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial, Departemen Konservasi Gigi, Departemen Pedodonsia, dan Departemen
Periodonsia RSGMP FKG USU tentang standard precautions pada pasien setelah
tindakan perawatan gigi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa klinik tentang tindakan asepsis
Universitas Sumatera Utara
16
dan desinfeksi permukaan setelah tindakan perawatan gigi pada pasien di RSGMP FKG
USU.
2. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang
sterilisasi instrumen dan ruangan setelah tindakan perawatan gigi pada pasien di
RSGMP FKG USU.
3. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang
pengelolaan limbah medis setelah tindakan perawatan gigi pada pasien di RSGMP FKG
USU.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menambah informasi bagi mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG
USU dalam melaksanakan prosedur standard precautions pada pasien setelah tindakan
perawatan gigi.
2. Sebagai evaluasi bagi mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU
dalam tindakan setelah perawatan gigi sesuai dengan aturan standard precautions.
3. Sebagai saran atau masukan bagi RSGMP FKG USU dalam perbaikan
tindakan setelah perawatan gigi dengan penerapan standard precautions oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik didalamnya.
4. Mengembangkan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian dan
menerapkan prosedur standard precautions setelah melakukan tindakan perawatan gigi.
Universitas Sumatera Utara
17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Silang
Infeksi silang adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan
petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Perpindahan infeksi dari
seseorang ke yang lainnya memerlukan persyaratan yaitu adanya sumber infeksi,
perantara dan cara transmisinya. Infeksi silang dapat terjadi melalui jalur antara pasien,
dokter gigi beserta staf, instrumen dan udara.14,15
Penularan agen infeksi terjadi dengan cara:5,14,15
1. Kontak langsung dengan lesi/saliva/darah yang terinfeksi,
2. Penularan tidak langsung melalui alat yang terkontaminasi,
3. Percikan atau tumpahan darah, saliva atau sekresi nasofaringeal langsung pada kulit
tidak utuh atau selaput lendir, dan
4. Penularan lewat udara atau dengan terhirupnya aerosol.
2.1.1 Jalur Penyebaran
A. Pasien ke Operator
Jalur ini paling sulit dikontrol dibanding jalur lainnya. Penyebarannya bisa
terjadi melalui dua cara, yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung. Kontak
langsung dengan saliva atau darah pasien bisa menjadi jalan masuk mikroba melalui
kulit yang luka, mukosa mata, hidung dan mulut. Kontak tidak langsung melibatkan
perpindahan mikroorganisme dari sumber tertentu (mulut pasien) ke suatu benda dan
kemudian operator bersentuhan dengan benda yang sudah terkontaminasi tersebut.
Contohnya tusukan benda tajam yang sudah terkontaminasi, masuknya mikroorganisme
melalui kulit yang luka akibat bersentuhan dengan benda-benda yang sudah
terkontaminasi.14,15
B. Operator ke Pasien
Kejadian ini relatif jarang, tapi mungkin terjadi bila dilakukan perawatan dengan
prosedur yang tidak tepat. Pada keadaan ini, di dalam tubuh operator terkandung
Universitas Sumatera Utara
18
mikroorganisme. Jika tangan operator terluka dan mengenai instrumen atau alat-alat lain
yang kemudian digunakan di mulut pasien, patogen dan mikroorganisme lainnya yang
terkandung dalam darah bisa berpindah ke mulut pasien. Penularan juga dapat terjadi
melalui droplet infeksi dari operator kepada pasien, yang sebenarnya dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, jadi tidak khusus di ruang perawatan gigi.14,15
C. Pasien Satu ke Pasien Lain
Mikroorganisme patogen dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain melalui
kontak tidak langsung, yaitu melalui alat-alat yang dipakai tanpa disterilkan dengan
baik.14,15
D. Operator ke Lingkungan Sekitar
Jalur ini dapat terjadi bila mikroorganisme dari pasien mengkontaminasi benda-
benda yang akan dibuang dari klinik apabila benda-benda tersebut tidak disterilkan
terlebih dahulu sebelum dibuang.14,15
2.2 Kontrol Infeksi
Tujuan kontrol infeksi dalam praktek dokter gigi adalah untuk mencegah
penularan agen penyakit seperti bakteri, virus dan jamur dari satu pasien ke pasien lain,
dari dokter gigi atau staf gigi ke pasien, dan dari pasien ke dokter gigi atau staf gigi
lainnya, dan dari ruang perawatan gigi ke komunitas lingkungannya termasuk keluarga
tim kesehatan gigi. Selain itu, penyebaran infeksi juga perlu dicegah dengan membatasi
penyebaran agen infeksius. Anggota tim gigi memiliki kewajiban untuk memastikan
bahwa prosedur kontrol infeksi diikuti secara rutin.15-17
Dalam praktek dokter gigi, mikroorganisme dapat terhirup, dicerna atau
disuntikkan ke kulit atau mukosa. Mereka dapat menyebar melalui kontak langsung dari
satu orang ke orang lain, atau melalui kontak tidak langsung dari instrumen atau
peralatan. Mikroorganisme juga dapat menyebar melalui udara, ketika staf gigi atau
orang lain menghirup partikel kecil yang berisi agen infeksi. Sejumlah agen infeksi,
termasuk virus influenza, dapat ditularkan melalui droplet pernapasan yang dihasilkan
oleh pasien yang batuk, bersin atau berbicara. Transmisi droplet dapat terjadi ketika
Universitas Sumatera Utara
19
tangan anggota staf terkontaminasi dengan tetesan pernapasan dan ditransfer ke
permukaan mukosa yang rentan seperti mata, hidung atau mulut.16
Staf gigi memiliki berbagai kerentanan terhadap infeksi, tergantung pada usia
mereka, keadaan kesehatan, penyakit yang mendasari dan status kekebalan (yang
mungkin terganggu oleh obat-obatan, penyakit, terapi kanker dan faktor-faktor lain
seperti kekurangan gizi dan kekurangan hormon). Pengendalian infeksi berfokus pada
membatasi atau mengontrol faktor yang mempengaruhi penularan infeksi atau yang
berkontribusi terhadap penyebaran mikroorganisme.16
Prosedur standard precautions dilakukan untuk meminimalkan risiko penularan
infeksi dan diperlukan untuk menangani semua pasien terlepas dari apakah pasien
tersebut terinfeksi atau pembawa penyakit menular. Prosedur ini berlaku untuk semua
situasi ketika praktisi gigi atau stafnya menyentuh membran mukosa atau kulit pasien
yang terluka.16
2.3 Standard Precautions
Berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh Centers for disease Control and
Prevention (CDC), Standard precautions merupakan prosedur penanggulangan infeksi
silang yang umum digunakan.Tindakan standard precautions dirancang untuk
mengurangi risiko penularan infeksi dari mikroorganisme yang dapat menyebar melalui
darah, cairan tubuh, ekskresi, sekresi dan lain-lain. Standard precautions bertujuan
untuk melindungi dokter gigi, pasien dan staf dari paparan objek infeksius selama
prosedur perawatan berlangsung. Konsep standard precautions telah menjadi landasan
pengendalian infeksi gigi sejak pertengahan 1980-an. Anggota tim gigi harus memiliki
pemahaman umum tentang tindakan pencegahan ini untuk menghindari penyakit
menular. 2,11,18,19
Tindakan standard precautions dilakukan pada semua tindakan perawatan
terhadap pasien untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada operator baik
dari sumber terinfeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Tindakan
pencegahan ini dilakukan pada semua pasien tanpa memandang diagnosis atau status
infeksinya. Pencegahan yang dilakukan adalah evaluasi pasien, perlindungan diri,
Universitas Sumatera Utara
20
sterilisasi instrumen, asepsis dan desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai
dan pengelolaan limbah medis. Namun pada makalah ini, kita akan membahas standard
precautions setelah melakukan tindakan perawatan gigi yang meliputi sterilisasi
instrumen dan ruangan, desinfeksi permukaan dan pengelolaan limbah medis.2,11,18
2.3.1 Sterilisasi
2.3.1.1 Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi adalah komponen yang paling penting dari program pengendalian
infeksi. Pedoman dasar pengendalian infeksi adalah "jangan melakukan desinfeksi bila
anda dapat mensterilkannya". Pemahaman dasar tentang perbedaan antara sterilisasi dan
desinfeksi sangat penting. Sterilisasi adalah prosedur membunuh atau menghancurkan
semua mikroorganisme, virus dan spora hidup yang melekat pada peralatan medis.
Sedangkan desinfeksi menghancurkan mikroorganisme dengan cara fisik atau kimia dan
kurang mematikan daripada sterilisasi.11,20
Ada 3 macam proses sterilisasi yang digunakan di kedokteran gigi, yaitu:15
1. Sterilisasi panas, contohnya autoklaf, pemanasan kering, chemiclave.
2. Sterilisasi gas, contohnya gas oksida etilen.
3. Sterilisasi dengan cairan kimia, contohnya larutan glutaraldehid 2%.
Instrumen perawatan pasien dikategorikan sebagai kritis, semi kritis dan
nonkritis, tergantung pada potensi risiko infeksi yang terkait dengan tujuan
penggunaannya. Masing-masing memiliki persyaratan pengolahan yang berbeda. 2,16,20
Tabel 1.Kategori instrumen perawatan pasien2,16,19,20
Kategori Definisi Contoh Instrumen
Kritis Menembus jaringan lunak
atau tulang yang memiliki
risiko terbesar penularan
infeksi, masuk ke aliran
darah atau jaringan normal
lainnya dan harus
Instrumen bedah, scaler
periodontal, pisau bedah,
tang gigi, elevator dan
retraktor tutup.
Universitas Sumatera Utara
21
disterilkan dengan panas.
Semikritis Menyentuh selaput lendir
atau kulit yang tidak utuh,
tidak menembus jaringan
lunak ataupun masuk ke
aliran darah atau jaringan
normal lainnya dan
memiliki risiko penularan
lebih rendah. Peralatan
semikritis harus disimpan
dengan cara dibungkus
dalam laci tertutup atau
dalam wadah khusus seperti
kaset instrumen.
Kaca mulut, kondensor
amalgam, instrumen
restoratif, handpieces,
pinset gigi dan probe.
Nonkritis Menimbulkan risiko
penularan infeksi minimal,
berkontak hanya pada kulit
yang utuh. Peralatan
nonkritis dibersihkan
dengan deterjen dan air
tetapi dalam beberapa kasus
peralatan ini dibersihkan
dengan disinfeksi panas dan
air. Setelah pengolahan,
instrumen ini disimpan
dengan cara yang sama
seperti semikritis.
Radiografi kepala, manset
tekanan darah, facebow,
alat ukur, kacamata
pelindung.
Universitas Sumatera Utara
22
(a) (b) (c)
Gambar 1. (a) Instrumen kritis21, (b) Instrumen semikritis22, (c) Instrumen nonkritis23
Pengolahan instrumen dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Penerimaan, dekontaminasi dan membersihkan instrumen
Persyaratan awal untuk penanganan instrumen adalah pembersihan menyeluruh
dengan menghilangkan semua bahan organik yang terkumpul (dekontaminasi).
Instrumen yang terkontaminasi harus ditangani secara hati-hati terutama untuk alat-alat
yang tajam. Untuk menghindari terjadinya infeksi silang seperti tertusuk atau luka
akibat alat yang tajam, alat pelindung diri harus digunakan selama prosedur. 2,15,19
Instrumen yang telah digunakan diletakkan pada tempat yang berisi larutan
desinfektan, biasanya larutan klorin 0,5%, dengan tujuan untuk mencegah
mengeringnya saliva dan darah yang menempel pada instrumen dan mengurangi jumlah
mikroorganisme. Perendaman instrumen yang terlalu lama tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan karat pada beberapa instrumen. Larutan desinfektan yang
digunakan untuk merendam harus diganti sekurang-kurangnya sehari sekali atau apabila
larutan deterjen terlihat kotor.15
Membersihkan instrumen merupakan tahap yang penting sebelum melakukan
sterilisasi atau desinfeksi. Ada 3 macam metode atau alat untuk membersihkan
instrumen yaitu:15,19
a. Membersihkan instrumen secara manual
Air keran sangat cocok untuk membersihkan instrumen secara manual. Air
panas tidak digunakan pada tahap ini karena dapat menggumpalkan protein yang
Universitas Sumatera Utara
23
meningkatkan kesulitan pembersihan. Membersihkan instrumen dengan tangan adalah
metode paling efisien, tetapi jika digunakan, instrumen harus sepenuhnya tenggelam.
Instrumen dibersihkan di wastafel yang diisi dengan air hangat dan deterjen. Seluruh
permukaan instrumen harus dibersihkan dengan sikat bergagang panjang sampai
kotoran dan debris bersih. Deterjen rumah tangga biasa tidak boleh digunakan karena
sifat busa yang tinggi, oleh karena itu deterjen cair non abrasif jauh lebih efektif
dibanding deterjen biasa dalam menghilangkan zat darah dan lemak. Selain itu, terlalu
banyak busa dapat menghalangi operator melihat instrumen di bawah wastafel dan
sangat meningkatkan risiko luka tembus dari instrumen tajam. Setelah dibersihkan,
instrumen harus dibilas secara menyeluruh untuk menghapus semua jejak deterjen
dengan air mengalir dan kemudian diperiksa secara visual di bawah cahaya untuk
memastikan semua permukaan instrumen bersih. Sikat pembersih yang digunakan harus
dicuci, dibilas dan kemudian disimpan dalam keadaan kering.15,16
Gambar 2. Sikat bergagang panjang24
b. Membersihkan instrumen dengan alat ultrasonik
Membersihkan instrumen dapat dilakukan dengan alat pembersih ultrasonik.
Countertop ultrasonic cleaner dan model floor-standing ultrasonic cleaner sering
digunakan dalam praktek dokter gigi. Alat pencuci ini harus dijaga dengan baik dan
dibersihkan secara teratur untuk mencegah pembentukan biofilm yang bisa mencemari
instrumen. Cairan pembersih harus diganti minimal dua kali sehari, selain itu tutupnya
juga harus ditutup selama pemrosesan (untuk menghindari penyebaran aerosol), dan
instrumen harus benar-benar tenggelam dalam cairan.Pembersih ultrasonik sangat
Universitas Sumatera Utara
24
efektif untuk membersihkan instrumen bersendi seperti gunting, jarum suntik stainless
steel atau instrumen dengan paruh bergerigi seperti arteri klem dan tang ekstraksi.16
(a) (b)
Gambar 3. (a) Countertop ultrasonic cleaner20, (b) Floor-standing ultrasonic cleaner20
c. Membersihkan instrumen dengan mesin pencuci alat
Mesin ini dirancang untuk membersihkan alat-alat medis dan kedokteran gigi.
Alat ini secara otomatis dapat membersihkan dan mencuci instrumen dengan
menggunakan air panas sehingga sekaligus dapat mendesinfeksi alat-alat yang kotor,
oleh karena itu disebut “washer disinfector”.15
Gambar 4.Washer disinfector25
Universitas Sumatera Utara
25
2. Persiapan dan Kemasan
Setelah dicuci dan dikeringkan instrumen harus dikemas atau dibungkus untuk
kemudian disterilkan. Hal tersebut untuk memudahkan pengambilan alat sesuai
kebutuhan. Selain itu, juga untuk mempertahankan agar instrumen tetap terjaga
kesterilannya. Instrumen yang akan disterilkan dapat dikemas atau disimpan dalam
kantong, tas dan baki instrumen (cassettes). Untuk menguji apakah alat yang disterilkan
sudah steril atau belum, digunakan indikator biologi atau kimia yang dimasukkan ke
dalam kantong selama sterilisasi.2,15,16,19
(a) (b)
Gambar 5. (a) Kemasan kantong plastik20, (b) Dental instrument cassettes20
3. Metode Sterilisasi Instrumen
a. Sterilisasi uap (autoklaf)
Autoklaf hanya cocok untuk pengolahan instrumen yang tidak dibungkus dan
padat, dimana instrumen ditempatkan dalam kantong yang berongga.Diantara metode
sterilisasi, sterilisasi uap jauh lebih ekonomis dan paling banyak digunakan di
kedokteran gigi untuk mensterilkan instrumen kritis dan semikritis yang tidak sensitif
terhadap panas dan kelembapan.2,19,20
Pada pemakaian autoklaf terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1) autoklaf tidak boleh diisi penuh dengan alat atau bahan yang akan disterilkan, 2)
jumlah air dalam autoklaf harus dipantau dan diganti setiap pemakaian, 3) autoklaf
harus diuji sterilitasnya secara berkala dan dirawat untuk mencegah kerusakan selama
penyimpanan, 4) indikator mekanik autoklaf digunakan untuk memonitor kualitas
Universitas Sumatera Utara
26
sterilisasinya, 5) setelah selesai sterilisasi dengan autoklaf alat-alat harus dikeringkan
untuk menghilangkan kelembapannya.13
Adapun karakteristik sterilisasi autoklaf adalah: 1) temperatur 121°C, 2) tekanan
uap 15 pound, 3) waktu putar selama 15-20 menit. Waktu sterilisasi dapat bervariasi
sesuai dengan besar beban, pemakaian pembungkus instrumen yang berbeda dan sifat
bahan yang akan disterilkan. Bahan yang cocok untuk pengemas adalah kertas, kantong
plastik nilon atau kain tipis dan wadah yang berlubang-lubang, sedangkan bahan yang
tidak cocok adalah wadah logam dan kaca tertutup.13,15,20
Korosi atau akumulasi karat pada instrumen logam juga merupakan kendala
utama pada pemakaian sterilisasi autoklaf. Bahkan autoklaf yang terbaik sekalipun
mengandung cukup banyak oksigen untuk mengakibatkan terjadinya korosi. Sebagai
pencegahan, dapat digunakan bahan kimia natrium nitrit 1% untuk melindungi logam
dari oksidasi. Agar penggunaan autoklaf efektif, uap air harus dapat menembus setiap
alat yang disterilkan. Oleh karena itu, autoklaf tidak boleh terlalu penuh dan disusun
bertumpuk-tumpuk, agar uap air benar-benar menembus semua area.13,15,18,20
Cara kerja autoklaf:18
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika
air kurang dari batas yang ditentukan, maka air dapat ditambah sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka
tutup harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada
uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, atur timerdengan waktu minimal 15 menit pada suhu
121°C.
5. Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen
autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 menit dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
Universitas Sumatera Utara
27
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen
turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada pressure gauge
menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi
autoklaf dengan hati-hati.
(a) (b)
Gambar 6. (a) Autoklaf tampak depan20, (b) Autoklaf tampak dalam20
b. Pemanasan kering
Prosedur ini dikerjakan dalam oven. Metode ini berlaku untuk peralatan
laboratorium seperti cawan petri, pipet, serbuk serta beberapa peralatan lainnya.2,15 Oleh
karena daya penetrasi panas kering tidak sebaik panas basah, maka waktu yang
diperlukan lebih lama yaitu 1-2 jam. Karena daya penetrasinya kurang baik maka alat
dan bahan yang disterilkan harus benar-benar kontak dengan udara panas yang
dihasilkan, artinya alat dan bahan tersebut tidak boleh disimpan dalam wadah tertutup
selama sterilisasi.2,15
Karena udara kering kurang efisien sebagai konduktor panas ketimbang uap
panas pada temperatur yang sama, maka diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk
sterilisasi. Pada temperatur 160°C (320°F) waktu yang dibutuhkan 2 jam sedangkan
pada temperatur 170°C (340°F) waktu yang dibutuhkan 1 jam. Bahan kemasan
Universitas Sumatera Utara
28
yangcocok adalah kantong plastik dari nilon, kertas, wadah atau tempat yang berlubang-
lubang dan alumunium foil.2,15
Banyak dokter gigi lebih suka menggunakan sterilisator pemanasan kering
diprakteknya karena dapat mempertahankan ketajaman ujung potong dari instrumen
bedah. Temperatur yang tinggi ini juga dapat merusak banyak bahan karet, bahan yang
berbahan dasar plastik, melelehkan sendok cetak, serta merubah warna kain dan bahan
kertas.2,15
Gambar7. Dry heat sterilizer26
c. Uap kimia yang tidak tersaturasi (chemiclave)
Chemiclave adalah alat sterilisasi panas menggunakan cairan kimia yang
terdapat dalam ruang tertutup, uap kimia panas yang dihasilkan dapat membunuh
mikroorganisme. Larutan kimia yang digunakan terdiri atas formaldehid 0,23% dan
etanol 72,38%, ditambah aseton, keton, air dan alkohol.15
Prinsip kerja alat ini hampir sama dengan autoklaf, hanya temperatur dan
tekanan yang diperlukan pada sterilitator uap kimia lebih besar daripada autoklaf.
Temperatur yang digunakan 132°C (270°F) dengan tekanan 20 psi dan waktu yang
dibutuhkan 20 menit. Bahan kemasan yang cocok disini adalah baki logam berlubang
atau kertas, sementara bahan yang tidak cocok adalah baki logam padat dan wadah kaca
tertutup.Pembungkus kemasan harus cukup longgar agar uap kimia terkondensasi pada
permukaan instrumen selama proses sterilisasi.15
Universitas Sumatera Utara
29
Gambar 8. Chemiclave15
d. Gas Oksida Etilen (gas ETO)
Beberapa jenis gas dapat mematikan mikroba dengan cara merusak enzim dan
struktur biokimia dari mikroorganisme tersebut. Dari beberapa gas yang tersedia untuk
sterilisasi, oksida etilen adalah yang paling umum digunakan. Oksida etilen pada
dasarnya merupakan bahan sterilisasi kimia. Pemakaian dari bahan gas ini
diperkenalkan oleh ADA dan CDC sebagai metode sterilisasi yang akurat, terutama
untuk benda-benda yang dapat rusak akibat panas. Oksida etilen adalah gas yang sangat
tinggi daya penetrasinya dan tidak berwarna pada temperatur ruang.13
Temperatur yang dibutuhkan adalah temperatur ruang (25°C atau 75°F), dengan
waktu 10-16 jam (tergantung pada bahan). Kemasan yang digunakan harus dapat
dipenetrasi oleh gas. Bahan kemasan yang cocok adalah kertas dan kantong plastik,
sedangkan bahan yang tidak cocok adalah wadah logam atau kaca tertutup.15
Gambar 9. ETO sterilizer15
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 2. Keuntungan dan kekurangan metode sterilisasi13
Metode Sterilisasi Keuntungan Kekurangan
1. Sterilisasi uap Waktu putaran yang
singkat, penetrasi yang
baik, dapat digunakan
untuk alat dari logam, kain,
gelas dan karet.
Korosi pada instrumen baja
karbon, alat tajam menjadi
tumpul, kemasan tetap
basah pada akhir putaran,
dapat merusak bahan yang
peka terhadap panas.
2. Pemanasan kering Efektif dan aman untuk
sterilisasi instrumen logam,
tidak menyebabkan alat-
alat tajam menjadi tumpul,
tidak menyebabkan karat
atau korosi.
Waktu putar sterilisasi
lama, penetrasi buruk,
dapat merubah warna dan
merusak kain, merusak
benda-benda yang peka
terhadap panas, tidak dapat
digunakan untuk plastik,
karet dan kain.
3. Chemiclave Waktu siklus singkat, tidak
mengakibatkan karat atau
korosi pada instrumen
logam, termasuk baja
karbon, tidak membuat
alat-alat tajam menjadi
tumpul.
Instrumen harus benar-
benar kering sebelum
pemrosesan, dapat merusak
plastik yang peka terhadap
panas, bau bahan kimia
pada daerah yang kurang
ventilasi.
4. Gas ETO Kapasitas penetrasi yang
tinggi, tidak merusak bahan
yang rentan terhadap panas
(termasuk karet dan
handpiece).
Membutuhkan waktu yang
lama, bertahan dalam
cairan dan bahan karet
untuk waktu yang lama,
menyebabkan iritasi kulit.
Universitas Sumatera Utara
31
4. Pengeringan dan Pendinginan Instrumen Steril
Kantong atau wadah sterilisasi yang basah karena proses sterilisasi uap, harus
dikeringkan sebelum penyimpanan. Chemiclave dan sterilisator panas kering dapat
digunakan untuk mengeringkan alat atau kantong yang masih basah setelah disterilkan
dengan sterilisasi uap. Pendinginan instrumen harus dilakukan perlahan-lahan untuk
menghindari terbentuknya uap air pada permukaan instrumen. Penggunaan blower
untuk mengeringkan instrumen tidak dianjurkan karena sangat berpotensi untuk
terkontaminasi dengan udara di ruangan.15
5. Penyimpanan Instrumen
Tempat penyimpanan alat yang sudah disterilkan harus kering, tertutup, tidak
ada debu dan terlindung dari sumber kontaminasi. Tempat penyimpanan harus jauh dari
tempat cuci dan saluran pembuangan dan harus berjarak beberapa meter dari langit-
langit, lantai, dan dinding. Hal ini untuk mencegah agar tidak terpengaruh keadaan
lembap dari tempat penyimpanan, terpercik air atau bahan pembersih lantai. Juga harus
dijauhkan dari sumber panas karena dapat menyebabkan bahan kemasan menjadi rapuh
dan mudah robek.15
Penyimpanan instrumen steril harus tetap dalam kantong. Kemasannya tidak
boleh dibuka, boleh dibuka pada saat pasien sudah duduk di kursi gigi dan siap untuk
dilakukan perawatan. Pada waktu membuka kemasan, tangan harus bersih dan belum
berkontak dengan pasien. Selain itu penempatan instrumen yang tidak dikemas dan
langsung disusun di lemari atau laci tidak dianjurkan. Lemari penyimpanan atau laci
sangat mudah terkontaminasi oleh jari tangan yang kotor, yang menyentuh pada waktu
mengambil alat. Penyimpanan instrumen dalam lemari maksimum 1 bulan, jika lebih
dari 1 bulan instrumen tidak digunakan, instrumen harus disterilkan kembali.15
2.3.1.2 Sterilisasi Ruangan
Sterilisasi ruangan terdiri dari beberapa metode, yaitu dengan menggunakan zat
kimia (fenol 5%) pada Enkas, sinar ultraviolet dan sistem aliran udara laminar atau
Universitas Sumatera Utara
32
disebut juga Laminary Air Flow (LAF). Dimana ketiga metode tersebut memiliki cara-
cara tersendiri dalam meminimalkan atau membunuh mikroorganisme.27
Fenol merupakan salah satu antiseptikum tertua, dengan khasiat bakterisid dan
fungisid. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi protein-protein sel bakteri.
Karena sifat mendenaturasinya juga berlaku untuk jaringan manusia, fenol dapat
mengakibatkan korosif pada kulit sehingga jarang digunakan sebagai antiseptikum dan
sering digunakan sebagai desinfektan.27
Laminary Air Flow (LAF) adalah alat yang mengatur pergerakan udara dimana
udara yang berisi mikroba akan ditarik keluar dengan arah tekanan horizontal, sehingga
setiap mikroba yang berada dalam ruang tersebut tidak dapat bertahan lama karena akan
terus ditarik keluar. LAF dilengkapi saringan sehingga mikroba yang telah keluar tidak
dapat kembali lagi. Dengan kata lain LAF digunakan untuk menyediakan udara yang
bebas dari debu dan bakteri.27
Waktu sterilisasi dan medium yang digunakan pada enkas dan LAF relatif sama,
yaitu dengan menggunakan medium Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar
(PDA). Kemudian kedua medium tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri yang
berbeda, lalu masing-masing cawan petri dimasukkan ke dalam enkas dan LAF dan
dibuka 1/3 bagian selama 15 menit, setelah itu cawan petri ditutup kembali dan
dikeluarkan dari dalam enkas dan LAF. Terakhir, cawan petri yang berisi medium NA
diinkubasikan ke dalam inkubator selama 1x24 jam dan untuk medium PDA
diinkubasikan dalam enkas selama 3x24 jam.28
Sinar ultraviolet biasanya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi
di udara dan permukaan selama pemrosesan lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh
mikroorganisme (germisida) dari lampu kabut merkuri dipancarkan secara eksklusif
pada panjang gelombang 2537 Amstrong. Namun sinar UV hanya dapat membasmi
mikroba pada permukaan benda saja karena daya tembusnya yang kecil. Menurut
pendapat Nedrosuwito tahun 2004, pada ukuran ruang 6m x 6m x 3m dan lampu sinar
UV 120 watt yang dihidupkan selama 4,5 jam akan sangat efektif membunuh kuman di
udara ruangan operasi. Untuk mensterilkan udara ruang operasi, lampu sinar UV harus
Universitas Sumatera Utara
33
dipasang tinggi-tinggi pada dinding dan cahaya UV diarahkan ke langit-langit
ruangan.10,27,38
(a) (b) (c)
Gambar 10. (a) Enkas29, (b) UV sterilizer22, (c) Laminary Air Flow30
2.3.2 Asepsis dan Desinfeksi Permukaan
2.3.2.1 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses menghancurkan organisme patogen yang menyebabkan
infeksi namun tidak mematikan sporanya dengan menggunakan panas, bahan kimia atau
keduanya yang dilakukan terhadap benda mati. Desinfeksi permukaan dilakukan pada
dental unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan instrumen tangan.11,15
Sterilisasi merupakan metode yang paling aman dan efektif dalam pemrosesan
alat, tetapi peralatan sterilisasi sering tidak tersedia. Oleh karena itu, desinfeksi
merupakan alternatif yang dapat diterima. Desinfeksi yang tidak berbahaya bagi
permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik
adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan
hidup, sedangkan desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula
digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.11,17
Secara garis besar desinfektan digolongkan dalam tiga kategori tergantung pada
kemampuan desinfektan tersebut dalam membunuh organisme yaitu desinfektan tingkat
tinggi, desinfektan tingkat sedang dan desinfektan tingkat rendah.2,15,31
a. Desinfektan tingkat tinggi, adalah desinfektan yang dapat membunuh bentuk
spora, bakteri, jamur, virus dan mikobakterium tuberkulosis yang digunakan untuk alat-
Universitas Sumatera Utara
34
alat semikritis, contohnya glutaraldehid.2,15,31
b. Desinfektan tingkat sedang, adalah desinfektan yang dapat membunuh
mikobakterium tuberkulosis, bakteri vegetatif, sebagian besar virus dan jamur, tetapi
sedikit spora, yang digunakan untuk alat-alat nonkritis. Contohnya derivat klorin
(sodium hipoklorit) dan iodofor (betadine).2,15,31
c. Desinfektan tingkat rendah, adalah desinfektan yang dapat membunuh
sebagian besar bakteri dan jamur, tetapi tidak dapat membunuh mikobakterium
tuberkulosisdan spora. Disinfektan ini juga digunakan untuk alat-alat nonkritis,
contohnya klorheksidin (hibiscrab), senyawa amonium kuartener, fenol sederhana
(dettol) dan deterjen.2,15,31
Macam-macam desinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, antara lain:
1. Alkohol
Larutan etil alkohol atau propil alkohol digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk
mendesinfeksi permukaan, tetapi American Dental Association (ADA) tidak
menganjurkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat
menguap tanpa meninggalkan efek sisa.11,15
2. Aldehid
Aldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer dan kuat, baik dalam
bentuk tunggal maupun kombinasi.Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi
alat-alat yang tidak dapat disterilkan.Alat yang telah selesai didesinfeksi, diulas dengan
kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan aquades
karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit atau mukosa.
Contoh: formalin dan cidex. Operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty.11,15
3. Biguanid
Klorheksidin termasuk biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrol plak. Misalnya, 0,4% larutan pada
deterjen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada
Universitas Sumatera Utara
35
larutan air digunakan sebagai bahan anti plak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih
tinggi yaitu 2% digunakan sebagai desinfeksi gigi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap
bakteri gram (+) maupun gram (-).11,15
4. Senyawa Halogen
Hipoklorit dan povidon iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halida
seperti chloros, domestos, dan betadine.Walaupun murah dan efektif zat ini dapat
menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik.11,15
5. Fenol
Fenol merupakan larutan jernih, tidak mengiritasi kulit, dan dapat digunakan
untuk membersihkan alat yang terkontaminasi karena tidak dapat dirusak oleh zat
organik seperti dettol.Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun,
karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh fenol, maka zat ini banyak digunakan
di rumah sakit dan laboratorium.11,15
6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan
sebagai antiseptik seperti dettol. Aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan
penggunaannya terbatas sebagai desinfektan.11,15
7. Hidrogen Peroksida
Pada konsentrasi 6% berfungsi sebagai desinfektan tingkat tinggi seperti
gliroksil. Mekanisme kerjanya menyerang membran lipid mikroorganisme.14
8. Campuran Klorheksidin dan Cetrimide
Campuran ini berfungsi sebagai pembersih dan antiseptik. Contoh: cairan
Hibicet dari SSL International plc Oldharm, England.14
2.3.2.2 Asepsis Permukaan
Selama perawatan gigi, berbagai permukaan dan peralatan terkontaminasi oleh
bahan-bahan dari mulut pasien.Permukaan-permukaan tersebut juga disentuh oleh
tangan operator yang mungkin basah oleh saliva pasien.Selain itu permukaan dapat
terkena percikan saliva pasien yang timbul selama perawatan. Jika dental chair akan
dipakai kembali oleh pasien berikutnya, harus dilakukan teknik asepsis permukaan
Universitas Sumatera Utara
36
untuk mencegah penyebaran mikroorganisme antar-pasien. Permukaan-permukaan yang
dimaksud adalah: sandaran kepala dan tombol-tombol di dental unit, pegangan dan
tombol lampu, meja peralatan, tombol dan saluran handpiece, tombol dan saluran
suction, pegangan dan saluran srynge air/udara, peralatan foto sinar x, botol atau wadah
cotton roll, pegangan dan ujung light curing, dan petunjuk warna gigi.15
Ada 2 cara untuk mencapai asepsis permukaan, yaitu:
1. Menutup permukaan
Kontaminasi dapat dicegah dengan memakaikan penutup permukaan yang pas.
Penutup harus bersifat tahan cairan sehingga mikroorganisme di saliva, darah dan cairan
lain tidak bisa kontak dengan permukaan dibawahnya. Contoh bahan yang tepat untuk
penutup yaitu penutup dari plastik, kantong atau kertas yang dilapisi plastik dan
alumunium foil.15
Gambar 11. Menutup permukaan kontak klinis15
2. Membersihkan dan mendesinfeksi
Permukaan yang akan didesinfeksi terlebih dahulu harus dilap. Hal ini akan
mengurangi jumlah mikroorganisme, darah atau saliva yang ada dan akan
mempermudah kerja bahan desinfeksi. Pada proses mengelap dapat digunakan air dan
Universitas Sumatera Utara
37
sabun biasa atau larutan fenol 5%. Prosedur ini (jika dilakukan dengan memakai sarung
tangan, masker, kacamata dan baju pelindung) akan mengurangi penyebaran
mikroorganisme pada permukaan-permukaan didekatnya.15
Gambar 12. Membersihkan dan mendesinfeksi permukaan15
2.3.3 Limbah Medis
Pengelolaan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan pencegahan
pengendalian infeksi di rumah sakit atau di fasilitas pelayanan kesehatan. Limbah dari
rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya dapat berupa yang telah terkontaminasi
dan tidak terkontaminasi.17 Semua limbah yang tidak terkontaminasi seperti kertas,
kotak, botol, wadah plastik dan sisa makanan dapat dibuang seperti biasa atau dikirim
ke tempat pembuangan limbah umum.Sedangkan limbah terkontaminasi, jika tidak
dikelola dengan benar maka dapat menular pada petugas yang menyentuh limbah
tersebut termasuk masyarakat. Limbah terkontaminasi adalah semua limbah yang telah
terkontaminasi dengan darah, nanah, urin, tinja dan jaringan tubuh lain. Limbah dari
kamar operasi seperti jaringan, darah, kasa, kapas, dan dari laboratorium seperti darah,
tinja, dahak, urin, harus dianggap terkontaminasi.13,18,20
2.3.3.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua buangan yang berasal
dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Kepmenkes Republik
Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004, mengatakan Limbah Rumah Sakit terbagi
menjadi 3 macam yaitu: 1) Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang
Universitas Sumatera Utara
38
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandungmikrooganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. 2) Limbah gas
adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan
obat sitotoksik. 3) Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
limbah padat non medis.12
2.3.3.2 Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan
Berdasarkan Depkes RI tahun 2001, pengaruh limbah rumah sakit terhadap
kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :12
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen,
larutan, bau fenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut, air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar
rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
2.3.3.3 Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari:13,32
1. Identifikasi limbah: padat, cair, tajam, infeksius, non infeksius.
2. Pemisahan: pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah.13
3. Labeling
a. Limbah padat infeksius: kantong plastik kuning atau kantong warna lain tapi
diikat tali warna kuning.
b. Limbah padat non infeksius: kantong plastik warna hitam.
c. Limbah benda tajam: wadah tahan tusuk dan air.32
d. Kantong pembuangan diberi label biohazard atau sesuai jenis limbah.
Universitas Sumatera Utara
39
4. Packing: tempatkan dalam wadah limbah tertutup, kontainer terbuat dari
bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat, tempatkan setiap kontainer limbah pada
jarak 10–20 meter, ikat limbah jika sudah terisi 3/4 penuh.13
5. Penyimpanan: simpan limbah di tempat penampungan sementara khusus,
tempat penampungan sementara harus di area terbuka, terjangkau (oleh kendaraan),
aman dan selalu dijaga kebersihannya.13
6. Pengangkutan: mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong
khusus, kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup, tidak boleh ada yang
tercecer.13
7. Treatment: limbah infeksius dimasukkan ke dalam insenerator, limbah non
infeksius dibawa ke tempat pembuangan limbah umum, limbah benda tajam
dimasukkan ke dalam insenerator, dan limbah cair dalam wastafel.13
(a) (b)
Gambar 13. (a) Tempat sampah medis menular33, (b) tempat sampah benda tajam34
2.3.3.4 Limbah Medis Padat
Limbah medis padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah
padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di
Universitas Sumatera Utara
40
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis meliputi
kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan cairan
tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis padat dan
ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah medis non
padat.12,18,19
Tabel 3. Jenis wadah dan lambang limbah medis padat sesuai kategori12
No. Kategori Warna Kontainer/
Kantong Plastik
Lambang Keterangan
1. Radioaktif Merah
Kantong boks timbal
dengan simbol
radioaktif.
2. Sangat infeksius Kuning
Kantong plastik kuat,
anti bocor, atau
kontainer yang dapat
disterilisasi dengan
autoklaf.
3. Limbah infeksius,
limbah patologi
dan anatomi
Kuning
Plastik kuat dan anti
bocor atau kontainer.
4. Sitotoksis Ungu
Kontainer plastik kuat
dan anti bocor.
5. Limbah kimia dan
farmasi
Coklat - Kantong plastik atau
kontainer.
2.3.3.5 Limbah Cair
Pada seluruh pusat pengobatan, darah (maupun yang tercampur cairan lain,
misalnya saliva) dapat dialirkan atau disedot ke dalam saluran pembuangan air
Universitas Sumatera Utara
41
klinik.2Saluran air maupun baknya harus dibilas dengan baik sedikitnya satu kali
sehari.Selain itu juga dapat digunakan larutan desinfektan yang dialirkan lewat saluran
pembuangan tersebut. Untuk bilasan terakhir dipakai air atau memakai larutan
pemutih.16,19Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air
hujan. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang
berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.15
2.3.3.6 Limbah Patologis (Gigi yang Diekstraksi)
Pembuangan gigi yang telah diekstraksi harus dilakukan secara containerization
dan diberi label sesuai yang ditentukan oleh Occupational Safety and Health
Administration (OSHA). OSHA menganggap gigi yang diekstraksi berpotensi menular
yang seharusnya dibuang dalam wadah limbah medis. Gigi yang telah diekstraksi
dibersihkan terlebih dahulu dari darah dan air liur, kemudian permukaannya
didesinfeksi dengan tuberculoidal klaim, dan diangkut sesuai dengan peraturan OSHA.
Selain itu, gigi juga dapat dikembalikan kepada pasien berdasarkan permintaan, atau
dapat dibungkus dengan kertas handuk atau ditempatkan dalam cangkir sekali pakai dan
ditutupi dengan plester sebelum dibuang di tempat sampah umum.2,16 Masalah timbul
jika limbah gigi pernah ditambal amalgam. Apabila limbah gigi ini disterilisasi dengan
panas dapat menimbulkan uap Hg yang berbahaya. Oleh karena itu, gigi dengan
tambalan amalgam harus didesinfeksi terlebih dahulu sebelum dibuang. Idealnya dapat
digunakan dengan cara sterilisasi kimia (misalnya glutaraldehid berkonsentrasi penuh).
Jadi, gigi dimasukkan ke dalam kantong tertutup yang berisi larutan glutaraldehid.
Perendaman harus sampai 30 menit. Gigi yang sudah direndam kemudian dibilas
dengan air.2,16,35
2.3.3.7 Limbah Gas
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi
Universitas Sumatera Utara
42
umum dan pembuatan obat sitotoksik.12
Gambar 14. Insenerator36
Universitas Sumatera Utara
43
2.4 Kerangka Teori
Infeksi Silang
Dari Pasien ke Operator
Dari Operator ke Pasien
Dari Pasien ke Pasien
Dari Operator ke Lingkungan
Kontrol Infeksi
Standard Precautions
Sebelum Tindakan
Evaluasi Pasien
Perlindungan Diri
Penggunaan Alat Sekali Pakai
Kualitas Air Dental Unit
Setelah Tindakan
Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi Ruangan
Asepsis dan Desinfeksi Permukaan
Pengelolaan Limbah Medis
Universitas Sumatera Utara
44
2.5 Kerangka Konsep
Mahasiswa kepaniteraan klinik
RSGMP FKG USU
- Departemen Bedah Mulut
dan Maksilofasial
- Departemen Konservasi
Gigi
- Departemen Pedodonsia
- Departemen Periodonsia
Tingkat pengetahuan tentang
standard precautions pada pasien
setelah tindakan perawatan gigi.
Kategori:
a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
Universitas Sumatera Utara
45
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang
standard precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi di RSGMP FKG
USU secara objektif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG USU
di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Departemen Konservasi Gigi,
Departemen Periodonsia dan Departemen Pedodonsia yang bertempat di Jl. Alumni
No.2 USU, Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Oktober tahun 2014 sampai dengan
tanggal 2 April 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik di
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Departemen Konservasi Gigi, Departemen
Periodonsia dan Departemen Pedodonsia RSGMP FKG USU tahun 2015 sebanyak 50
orang di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, 50 orang di Departemen
Konservasi Gigi, 50 orang di Departemen Periodonsia, dan 50 orang di Departemen
Pedodonsia. Seluruh populasi dijadikan sampel (total sampling), sehingga jumlah
sampel keseluruhan sebanyak 200 orang.
Universitas Sumatera Utara
46
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 4. Variabel dan Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional
1. Pengetahuan
A. Pengetahuan
Prosedur standard
precautions setelah
perawatan gigi
Definisi standard
precautions
Sterilisasi instrumen
dan ruangan
Adalah pengetahuan responden tentang standard
precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi
di RSGMP FKG USU. Pengetahuan diukur dalam bentuk
pertanyaan yang telah dipersiapkan dengan pilihan
jawaban yang benar. Pertanyaan yang diajukan mengenai
sterilisasi instrumen dan ruangan, asepsis dan desinfeksi
permukaan, serta pengelolaan limbah medis.
- Prosedur yang harus dilakukan setelah perawatan gigi
adalah : mensterilisasi instrumen, melakukan tindakan
asepsis dan mendesinfeksi permukaan dental unit, serta
pengelolaan limbah medis.
- Risiko yang terjadi apabila prosedur tindakan setelah
perawatan gigi tidak dilakukan dengan benar adalah:
terjadinya infeksi silang antara dokter gigi, pasien dan
petugas kesehatan.
Serangkaian langkah-langkah yang diformulasikan untuk
melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari
patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan
tubuh yang lain, dan mengurangi risiko infeksi penyakit
menular.
- Sterilisasi instrumen adalah : prosedur membunuh
atau menghancurkan semua mikroorganisme, virus dan
spora hidup yang melekat pada peralatan medis.
Universitas Sumatera Utara
47
- Yang termasuk dalam kategori instrumen perawatan
pasien adalah : peralatan kritis, semikritis dan nonkritis.
1. Peralatan kritis, digunakan untuk menembus jaringan
lunak atau tulang yang memiliki risiko terbesar penularan
infeksi. Yang termasuk dalam peralatan ini adalah:
instrumen bedah, scaler periodontal, pisau bedah, tang
gigi, elevator dan retraktor tutup.
2. Peralatan semikritis, digunakan untuk menyentuh
selaput lendir atau kulit yang tidak utuh dan memiliki
risiko penularan lebih rendah. Yang termasuk dalam
peralatan ini adalah: kaca mulut, kondensor amalgam,
instrumen restoratif, handpieces, pinset gigi dan probe.
3. Peralatan nonkritis, berkontak hanya pada kulit yang
utuh. Yang termasuk dalam peralatan ini adalah:
radiografi kepala, manset tekanan darah, facebow, alat
ukur dan kacamata pelindung.
- Prosedur sterilisasi instrumen : mencuci instrumen
dengan air dan sabun menggunakan sikat membilas
instrumen dengan air bersih yang mengalir merendam
instrumen dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
instrumen dilap dengan kain kering steril masukkan
instrumen ke dalam autoklaf instrumen disimpan
dalam tempat steril.
- Beberapa metode yang digunakan untuk
membersihkan instrumen adalah : membersihkan
instrumen dibawah wastafel dengan menggunakan sikat,
membersihkan instrumen dengan alat ultrasonik dan
dengan mesin pencuci alat.
- Metode sterilisasi instrumen : sterilisasi uap dengan
autoklaf, sterilisasi pemanasan kering, uap kimia
Universitas Sumatera Utara
48
Asepsis dan
desinfeksi permukaan
(chemiclave) dan sterilisasi gas Oksida Etilen (gas ETO).
- Langkah yang dilakukan sebelum sterilisasi
instrumen: instrumen dikemas dalam kantong, tas atau
baki instrumen untuk kemudian disterilkan.
- Sterilisasi instrumen yang sering digunakan di
kedokteran gigi adalah : sterilisasi autoklaf.
- Sterilisasi pemanasan kering adalah : metode
sterilisasi yang dikerjakan dalam oven dan biasanya
untuk peralatan laboratorium.
- Sterillisasi uap kimia adalah : alat sterilisasi panas
menggunakan cairan kimia yang terdapat dalam ruang
tertutup.
- Sterilisasi gas ETO adalah : metode sterilisasi yang
digunakan untuk instrumen yang rentan terhadap panas
seperti karet dan handpiece, serta dapat menyebabkan
iritasi kulit.
- Yang harus dilakukan terhadap kemasan atau wadah
instrumen yang basah setelah proses sterilisasi autoklaf
adalah : dengan melakukan pengeringan dan pendinginan
sebelum penyimpanan.
- Tempat penyimpanan alat yang baik adalah : kering,
tertutup, tanpa debu, terlindung dari sumber kontaminasi,
jauh dari tempat cuci dan saluran pembuangan.
- Beberapa metode yang digunakan untuk sterilisasi
ruangan adalah : sinar ultraviolet, Laminary Air Flow
(LAF) dan Enkas.
- Asepsis permukaan adalah : prosedur menutup,
membersihkan dan mendesinfeksi permukaan dental unit
untuk mencegah penyebaran mikroorganisme antar-
Universitas Sumatera Utara
49
Limbah medis
pasien.
- Definisi desinfeksi permukaan adalah : proses
menghancurkan organisme patogen yang menyebabkan
infeksi namun tidak mematikan sporanya dengan
menggunakan panas, bahan kimia atau keduanya yang
dilakukan terhadap benda mati.
- Macam desinfektan yang digunakan di kedokteran
gigi adalah : alkohol, glutaraldehid, deterjen, senyawa
halogen, fenol, klorsilenol, dettol dan betadine.
- Prosedur desinfeksi permukaan dental unit:
melakukan pembersihan menggunakan air dan sabun
yang mengandung deterjen dilap dengan kain kering
bersih permukaan didesinfeksi dengan larutan klorin
0,5% dilap kembali dengan kain kering steril.
- Permukaan yang harus diberi tindakan asepsis adalah:
sandaran kepala, tombol dental unit, pegangan dan
tombol lampu, meja peralatan, tombol dan saluran
handpieces, suction, srynge air/udara, peralatan foto sinar
x, botol dan wadah cotton roll.
- Bahan yang tepat untuk menutup permukaan dental
unit adalah : penutup dari plastik atau alumunium foil.
- Limbah medis adalah : hasil buangan dari suatu
aktivitas medis. Limbah medis harus segera mungkin
diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi
pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah.
- Limbah rumah sakit adalah : limbah yang mencakup
semua buangan yang berasal dari instalasi kesehatan,
fasilitas penelitian, dan laboratorium.
- Yang termasuk dalam limbah rumah sakit adalah:
Universitas Sumatera Utara
50
limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
- Yang termasuk dalam limbah medis padat adalah:
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah container bertekanan dan
limbah logam berat yang tinggi.
- Pembuangan limbah benda tajam : dimasukkan dalam
wadah terpisah dan tahan terhadap air dan tusukan yang
tidak mudah berlubang.
- Penanganan terhadap limbah cair adalah : limbah cair
dapat dialirkan ke dalam saluran pembuangan air klinik
atau segera dibuang ke wastafel.
- Pembuangan terhadap gigi yang telah diekstraksi
adalah : dibersihkan terlebih dahulu dari darah dan air
liur dan kemudian dapat diberikan kepada pasien, atau
dapat dibungkus dengan kertas handuk dan ditutupi
dengan plester sebelum dibuang ditempat sampah umum.
- Limbah gas adalah : semua limbah yang berbentuk
gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit
seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi umum dan pembuangan obat sitotoksik.
- Penyimpanan limbah medis yang baik adalah : limbah
disimpan dalam kantong plastik dan diikat kuat,
kemudian diberi label. Selanjutnya limbah ditempatkan
dalam penampungan sementara khusus di area terbuka,
terjangkau (oleh kendaraan), aman dan selalu dijaga
kebersihannya.
Universitas Sumatera Utara
51
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara penyebaran kuesioner, dimana kuesioner
diberikan secara langsung kepada responden dan diisi langsung oleh responden.
Kuesioner yang diberikan meliputi pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan tentang standard precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi
oleh mahasiswa kepaniteraan klinik.
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah secara manual dan selanjutnya dianalisa dengan
metode analisis univariat, yaitu analisis independen dalam bentuk frekuensi dan
dihitung persentasenya.
3.7 Aspek Pengukuran
Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial, Departemen Konservasi Gigi, Departemen Periodonsia dan Departemen
Pedodonsia mengenai standard precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi
diukur melalui 32 pertanyaan. Pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan jawaban
salah skor 0. Sehingga nilai tertinggi dari 32 pertanyaan yang diberikan adalah 32.
Apabila skor jawaban responden benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan, maka
dikategorikan baik. Apabila skor jawaban responden benar 56%-75% dari seluruh
pertanyaan, maka dikategorikan cukup. Apabila skor jawaban responden benar <55%
dari seluruh pertanyaan, maka dikategorikan kurang.37
Tabel 5. Kategori Penilaian37
Alat Ukur Hasil Ukur Kategori Penilaian Skor
Kuesioner
(32 pertanyaan)
Benar = 1
Salah = 0
Baik (apabila skor jawaban responden
benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan)
25-32
Cukup (apabila skor jawaban responden
benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan)
18-24
Kurang (apabila skor jawaban responden
benar <55% dari seluruh pertanyaan)
<18
Universitas Sumatera Utara
52
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Responden
Dari 200 responden penelitian ini, didapat 33,5% dari Departemen Bedah Mulut
dan Maksilofasial, 30% dari Departemen Konservasi Gigi, 19,5% dari Departemen
Pedodonsia dan 17% dari Departemen Periodonsia. Responden yang berusia 21-25
tahun sebanyak 90%, dan berusia 26-30 tahun sebanyak 10%. Persentase responden
yang berjenis kelamin perempuan yaitu 73,5% lebih banyak dibandingkan laki-laki
yaitu 26,5% (tabel 4.1).
Tabel 6. Distribusi Karakteristik Responden (n=200)
Karakteristik Responden n %
Departemen
Bedah Mulut dan Maksilofasial
Konservasi Gigi
Pedodonsia
Periodonsia
67 orang
60 orang
39 orang
34 orang
33,5%
30%
19,5%
17%
Umur (tahun)
21-25 tahun
26-30 tahun
180 orang
20 orang
90%
10%
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
53 orang
147 orang
26,5%
73,5%
4.2 Pengetahuan Responden tentang Standard Precautions Pada Pasien
Setelah Tindakan Perawatan Gigi
Pengetahuan responden tentang standard precautions pada pasien setelah
tindakan perawatan gigi termasuk dalam kategori baik (76%-100%) dalam hal risiko
Universitas Sumatera Utara
53
kesalahan prosedur setelah tindakan perawatan gigi, definisi standard precautions,
macam-macam peralatan kritis, prosedur sterilisasi instrumen, sterilisasi instrumen yang
sering digunakan di kedokteran gigi, sterilisasi uap kimia, perlakuan terhadap kemasan
atau wadah instrumen setelah proses sterilisasi, metode sterilisasi ruangan, permukaan
yang harus diberi tindakan asepsis, bahan penutup permukaan dental unit, macam-
macam limbah rumah sakit, pembuangan limbah benda tajam, pembuangan gigi yang
telah diekstraksi dan pengertian limbah gas. Pengetahuan responden termasuk kategori
cukup (56%-75%) dalam hal prosedur setelah tindakan perawatan gigi, cara mencegah
penularan penyakit infeksi, kategori instrumen perawatan pasien, macam-macam
peralatan semikritis, macam-macam peralatan non kritis, metode membersihkan
instrumen, metode sterilisasi instrumen, langkah sebelum sterilisasi instrumen,
sterilisasi gas ETO, tempat penyimpanan alat yang baik, macam-macam desinfektan
yang digunakan di kedokteran gigi, pengertian limbah rumah sakit, penanganan
terhadap limbah cair dan penyimpanan limbah medis yang baik. Sedangkan
pengetahuan responden yang termasuk kategori kurang (<56%) dalam hal sterilisasi
pemanasan kering, definisi desinfeksi permukaan, prosedur desinfeksi permukaan dental
unit, dan macam-macam limbah medis padat (tabel 4.2).
Tabel 7. Distribusi pengetahuan responden terhadap standard precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi (n=200)
Pengetahuan Tahu Tidak Tahu
n % n % Risiko kesalahan prosedur setelah tindakan perawatan gigi 199 99,50 1 0,50 Macam-macam peralatan kritis 199 99,50 1 0,50 Macam-macam limbah rumah sakit 193 96,50 7 3,50 Bahan penutup permukaan dental unit 188 94,00 12 6,00 Cara pembuangan limbah benda tajam 184 92,00 16 8,00 Prosedur sterilisasi instrumen 181 90,50 19 9,50 Permukaan yang harus diberi tindakan asepsis 180 90,00 20 10,00 Pengertian limbah gas 177 88,50 23 11,50
Universitas Sumatera Utara
54
Definisi standard precautions 174 87,00 26 13,00 Cara pembuangan gigi yang telah diekstraksi 174 87,00 26 13,00 Metode sterilisasi ruangan 171 85,50 29 14,50 Definisi sterilisasi uap kimia 170 85,00 30 15,00 Perlakuan terhadap kemasan atau wadah instrumen setelah proses sterilisasi 155 77,50 45 22,50 Sterilisasi instrumen yang sering digunakan di kedokteran gigi 153 76,50 47 23,50 Kategori instrumen perawatan pasien 151 75,50 49 24,50 Prosedur setelah perawatan gigi 150 75,00 50 25,00 Metode membersihkan instrumen 146 73,00 54 27,00 Cara mencegah penularan penyakit infeksi 145 72,50 55 27,50 Metode sterilisasi instrumen 143 71,50 57 28,50 Pengertian limbah rumah sakit 142 71,00 58 29,00 Definisi sterilisasi gas ETO 140 70,00 60 30,00 Langkah sebelum sterilisasi instrumen 137 68,50 63 31,50 Macam-macam peralatan semikritis 135 67,50 65 32,50 Cara penyimpanan limbah medis yang baik 132 66,00 68 34,00 Tempat penyimpanan alat yang baik 131 65,50 69 34,50 Macam-macam desinfektan yang digunakan di kedokteran gigi 131 65,50 69 34,50 Penanganan limbah cair 128 64,00 72 36,00 Macam-macam peralatan nonkritis 118 59,00 82 41,00 Definisi desinfeksi permukaan 101 50,50 99 49,50 Macam-macam limbah medis padat 101 50,50 99 49,50 Definisi sterilisasi pemanasan kering 73 36,50 127 63,50 Prosedur desinfeksi permukaan dental unit 38 19,00 162 81,00
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan
klinik tentang standard precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi didapat
54,5% responden memiliki pengetahuan cukup, 37,5% responden berpengetahuan baik,
dan hanya 8% responden termasuk kategori berpengetahuan kurang (tabel 4.3).
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 8. Kategori pengetahuan responden tentang standard precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi (n=200)
Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 75 37,5%
Cukup 109 54,5%
Kurang 16 8%
Total 200 100%
Universitas Sumatera Utara
56
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan 99,5% responden mengetahui dengan baik risiko
yang terjadi apabila prosedur tindakan setelah perawatan gigi tidak dilakukan dengan
benar. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan responden mengenai risiko
kesalahan prosedur setelah tindakan perawatan gigi sudah baik dan sudah mengetahui
bahwa prosedur standard precautions setelah tindakan perawatan gigi dilakukan untuk
meminimalkan risiko penularan penyakit infeksi dan diperlukan untuk menangani
semua pasien terlepas dari apakah pasien tersebut terinfeksi atau pembawa penyakit
menular.
Hasil penelitian menunjukkan hampir keseluruhan responden 99,5% mengetahui
dengan baik mengenai macam-macam peralatan kritis, namun pengetahuan responden
cukup 75,5% dalam hal kategori instrumen perawatan pasien, selain itu pengetahuan
responden juga cukup 67,5% dalam hal macam-macam peralatan semikritis, diikuti 59%
responden mengetahui dalam hal macam-macam peralatan non krtitis. Hal ini sesuai
dengan penelitian Silvano et al pada praktek dokter gigi di Italia yang menunjukkan
hanya 56% responden menjawab benar mengenai kategori instrumen perawatan pasien,
60% mengenai definisi peralatan semikritis dan non kritis, dan 79% dalam hal definisi
peralatan kritis.39 Persamaan hasil penelitian ini mungkin karena mahasiswa
kepaniteraan klinik maupun responden penelitian Silvano et al sudah mengetahui
mengenai peralatan kritis digunakan untuk menembus jaringan lunak atau tulang.
Namun responden kurang mengetahui tentang peralatan semikritis, padahal peralatan ini
sering digunakan dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari contohnya kaca mulut,
dan peralatan non kritis seperti kacamata pelindung. Hal ini terjadi karena responden
kurang mengetahui mengenai kategori instrumen perawatan pasien walaupun materi
tersebut sudah diajarkan pada masa perkuliahan.
Hampir seluruh responden 96,5% mengetahui macam-macam limbah rumah
sakit, namun hanya 71% responden mengetahui tentang pengertian limbah rumah sakit.
Kondisi ini menunjukkan responden mengetahui dengan baik bahwa limbah rumah sakit
Universitas Sumatera Utara
57
terdiri dari limbah padat, limbah cair dan limbah gas, namun kurang mengetahui
pengertian dari limbah rumah sakit. Hasil ini berbeda dengan penelitian Silvano et al
pada praktek dokter gigi di Italia yang menyatakan 76% responden menjawab dengan
benar mengenai pengertian limbah rumah sakit.39 Hal ini dimungkinkan karena
perbedaan responden, yang mana penelitian ini menggunakan mahasiswa kepaniteraan
sedangkan pada penelitian Silvano et al menggunakan dokter gigi dan perawat gigi
sebagai responden. Selain itu karena perbedaan waktu penelitian, penelitian ini
dilakukan pada tahun 2015 yang mana responden sudah mempelajari tentang limbah
rumah sakitsejak masa perkuliahan, sedangkan pada penelitian Silvano et al dilakukan
pada tahun 2000 yang mana responden belum mendapatkan materi tentang limbah
rumah sakit di masa perkuliahan yang baru diperkenalkan sejak tahun 2003.
Hasil penelitian menunjukkan hampir keseluruhan responden 94% mengetahui
dengan baik tentang bahan yang tepat untuk menutup permukaan dental unit, dan
sebanyak 90% responden mengetahui tentang permukaan yang harus diberi tindakan
asepsis. Hal ini hampir sama dengan penelitian Silvano et al pada praktek dokter gigi di
Italia yang menyatakan 89% dokter gigi mengetahui tentang pemasangan pelindung
berbahan plastik diseluruh permukaan dental unit.39 Hal ini mungkin disebabkan karena
bahan penutup berbahan plastik sudah tersedia di masing-masing departemen dan di
praktek dokter gigi tersebut, sehingga responden terbiasa menggunakannya.
Hasil penelitian menunjukkan 92% responden mengetahui tentang bagaimana
pembuangan limbah benda tajam. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden
mengetahui dengan baik mengenai pembuangan limbah benda tajam, yang mana
berbeda dengan penelitian Dantik di Universitas Diponegoro yang menyatakan hanya
73,1% responden mengetahui tentang penanganan terhadap benda tajam.40 Hal ini
mungkin dapat disebabkan karena adanya perbedaan responden dan tempat penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan 90,5% responden mengetahui prosedur sterilisasi
instrumen. Kondisi ini menunjukkan bahwa mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP
FKG USU sudah cukup baik dalam menerapkan prosedur sterilisasi instrumen sesuai
standard precautions, walaupun sarana sterilisasi instrumen belum lengkap di klinik.
Hal ini berbeda dengan penelitian Dantik pada mahasiswa fakultas kedokteran di
Universitas Sumatera Utara
58
Universitas Diponegoro yang menyatakan hanya 51,6% responden mengetahui tentang
prosedur sterilisasi instrumen berdasarkan standard precautions.40 Perbedaan ini
dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan responden penelitian Dantik mengenai
pentingnya prosedur sterilisasi instrumen dan juga adanya perbedaan responden.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 87% responden mengetahui definisi
standard precautions. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gema
pada dokter gigi di rumah sakit kota Medan yang menunjukkan hanya 50% responden
mengetahui tentang definisi standard precautions.11 Perbedaan ini mungkin disebabkan
karena mahasiswa kepaniteraan klinik sudah mempelajari materi tentang standard
precautions pada masa perkuliahan, yang mana tidak didapatkan responden pada
penelitian Gema yang rata-rata berusia lebih dari 45 tahun sehingga tidak mendapat
informasi ataupun materi perkuliahan mengenai standard precautions yang baru
diperkenalkan sejak tahun 2003.
Pengetahuan responden yang baik 87% dalam hal cara pembuangan gigi yang
telah diekstraksi. Hal ini disebabkan karena responden mengetahui dengan baik bahwa
gigi yang telah diekstraksi jika tidak dibersihkan dan dibuang dengan benar dapat
menyebabkan infeksi silang atau penyebaran penyakit infeksi,selain itu responden juga
sudah terbiasa menangani gigi setelah diekstraksi sesuai dengan aturan standard
precautions. Gigi merupakan salah satu dari bahan biologis tersimpan yang harus
dikelola dengan baik.
Hasil penelitian menunjukkan 85% responden mengetahui definisi sterilisasi uap
kimia, 76,5% mengetahui sterilisasi instrumen yang sering digunakan di kedokteran gigi
yaitu autoklaf, diikuti 70% responden mengetahui definisi sterilisasi gas ETO dan
pengetahuan responden yang masih kurang 36,5% dalam hal definisi sterilisasi
pemanasan kering.Hasil ini sesuai dengan penelitian Behnam et al pada dokter gigi dan
mahasiswa kedokteran gigi di Iran yang menunjukkan 80% dokter gigi mengetahui
autoklaf adalah alat sterilisasi yang sering digunakan di praktek dokter gigi, 92,6%
mengetahui definisi sterilisasi uap kimia, dan 74% mengenai sterilisasi pemanasan
kering dan gas ETO.41 Meskipun sebagian besar responden sudah mengetahui definisi
sterilisasi uap kimia, autoklaf dan gas ETO, namun dapat dilihat persentase yang sangat
Universitas Sumatera Utara
59
rendah pada definisi sterilisasi pemanasan kering. Hal ini mungkin karena kurangnya
pengetahuan dan informasi yang didapat mahasiswa kepaniteraan klinik maupun
responden penelitian Behnam et al terhadap definisi sterilisasi autoklaf, gas ETO dan
pemanasan kering.
Hasil penelitian menunjukkan 77,5% responden mengetahui perlakuan terhadap
kemasan instrumen setelah proses sterilisasi. Pengetahuan responden termasuk baik,
yang mungkin disebabkan karena kesadaran responden yang baik untuk menghindari
terbentuknya uap air pada permukaan instrumen, sehingga dapat mencegah terjadinya
infeksi silang di praktek dokter gigi. Namun pengetahuan responden masih cukup
65,5% dalam hal tempat penyimpanan alat yang baik. Hal ini terjadi karena belum
tersedianya tempat penyimpanan alat yang sesuai dengan standard precautions pada
masing-masing departemen di RSGMP FKG USU dan juga kurangnya pemahaman
responden terhadap bahayanya jika tempat penyimpanan alat tidak sesuai dengan
standard precautions.
Pengetahuan responden cukup 75% dalam hal prosedur yang dilakukan setelah
perawatan gigi yaitu sterilisasi instrumen, asepsis dan desinfeksi permukaan dental unit
serta pengelolaan limbah medis. Masih banyak responden yang tidak mengetahui hal
tersebut dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan responden mengenai prosedur
setelah perawatan gigi padahal materi mengenai hal tersebut sudah diajarkan pada masa
perkuliahan.
Pengetahuan responden tergolong cukup 73% dalam hal metode membersihkan
instrumen yaitu dengan menggunakan sikat, alat ultrasonik dan dengan mesin pencuci
alat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Emir et al yang menunjukkan 71,1% dokter gigi
membersihkan instrumen dengan cara menggosoknya dengan sikat, 5,9%
membersihkan instrumen menggunakan pembersih ultrasonik, dan 4,4% menggunakan
mesin pencuci alat.Selain itu pengetahuan responden juga cukup 71,5% dalam hal
metode sterilisasi instrumen yaitu sterilisasi uap dengan autoklaf, pemanasan kering,
uap kimia dan sterilisasi gas ETO. Hasil ini pun sesuai dengan penelitian Emir et al
pada dokter gigi di Turki yang menyatakan 6,7% responden mengetahui tentang metode
sterilisasiautoklaf dan 65,9% mengetahui tentang sterilisasipanas kering.42 Persamaan
Universitas Sumatera Utara
60
hasil yang didapat menunjukkan kurangnya pemahaman dan informasi mahasiswa
kepaniteraan klinik maupun responden penelitian Emir et al tentang metode
membersihkan dan sterilisasi instrumen.
Hasil penelitian menunjukkan hanya 66% responden mengetahui tentang
penyimpanan limbah medis yang baik. Persentase ini lebih rendah dari penelitian yang
dilakukan oleh Dantik di Universitas Diponegoro yang menyatakan 94,4% responden
mengetahui tentang penyimpanan limbah medis.40 Masih banyak responden yang tidak
mengetahui tentang penyimpanan limbah medis yang benar menurut standard
precautions sesuai dengan yang pernah diajarkan pada masa perkuliahan, dikarenakan
responden kurang memahami mengenai tempat penyimpanan limbah medis yang baik
menurut aturan standard precautions, karena belum lengkapnya sarana penyimpanan
limbah medis di RSGMP FKG USU.
Hasil penelitian menunjukkan 65,5% responden mengetahui tentang macam-
macam desinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, dan pengetahuan responden
kurang 50,5% dalam hal definisi desinfeksi permukaan, diikuti dengan pengetahuan
responden yang sangat kurang 19% terhadap prosedur desinfeksi permukaan dental unit.
Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian Silvano et al pada praktek dokter gigi di
Italia yang menyatakan hanya 64% dokter gigi yang mengetahui glutaraldehid adalah
contoh desinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, namun sebanyak 84% dokter
gigi mengetahui prosedur desinfeksi permukaan dental unit, dan hanya 71% dokter gigi
mengetahui definisi desinfeksi permukaan.39 Hasil yang sedikit berbeda ini
dimungkinkan karena perbedaan responden dan juga tempat penelitian.
Secara keseluruhan menunjukkan pengetahuan responden paling banyak
kategori cukup 54,5%, diikuti 37,5% responden berpengetahuan baik, dan hanya 8%
responden berpengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa
kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU masih cukup dalam menerapkan prosedur
standard precautions setelah tindakan perawatan gigi untuk meminimalisir risiko
infeksi silang di masing-masing departemen, yang mana sedikit berbeda dengan
penelitian Gema tahun 2013 yang menyatakan pengetahuan dokter gigi mengenai
standard precautions paling banyak termasuk kategori cukup 38,9%, kemudian kurang
Universitas Sumatera Utara
61
36,1% dan baik 25%. Perbedaan ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dokter
gigi mengenai pentingnya standard precautions, selain itu adanya perbedaan responden,
dimana pada penelitian ini menggunakan mahasiswa kepaniteraan klinik sebagai
responden, sedangkan penelitian Gema menggunakan dokter gigi sebagai responden
yang belum mendapat informasi ataupun materi perkuliahan mengenai prosedur
standard precautions setelah tindakan perawatan gigi pada pasien.
Universitas Sumatera Utara
62
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang tindakan asepsis dan
desinfeksi permukaan setelah tindakan perawatan gigi pada pasien di RSGMP FKG
USU termasuk dalam kategori baik (76-100%) adalah bahan penutup permukaan dental
unit dan permukaan yang harus diberi tindakan asepsis, yang termasuk kategori cukup
(56-75%) adalah macam-macam desinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, dan
termasuk kategori kurang (<55%) adalah definisi desinfeksi permukaan dan prosedur
desinfeksi permukaan dental unit.
2. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang sterilisasi instrumen dan
ruangan setelah tindakan perawatan gigi pada pasien di RSGMP FKG USU termasuk
dalam kategori baik (76-100%) adalah macam-macam peralatan kritis, prosedur
sterilisasi instrumen, metode sterilisasi ruangan, definisi sterilisasi uap kimia, perlakuan
terhadap wadah instrumen setelah proses sterilisasi, sterilisasi instrumen yang sering
digunakan di kedokteran gigi. Kategori cukup (56-75%) adalah kategori instrumen
perawatan pasien, metode membersihkan instrumen, metode sterilisasi instrumen,
definisi sterilisasi gas ETO, langkah sebelum sterilisasi instrumen, macam-macam
peralatan semikritis, tempat penyimpanan alat yang baik, macam-macam peralatan
nonkritis. Kategori kurang (<55%) adalah definisi sterilisasi pemanasan kering.
3. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang pengelolaan limbah
medis setelah tindakan perawatan gigi pada pasien di RSGMP FKG USU termasuk
dalam kategori baik (76-100%) adalah macam-macam limbah rumah sakit, pembuangan
limbah benda tajam, pembuangan gigi yang telah diekstraksi dan pengertian limbah gas.
Kategori cukup (56-75%) adalah pengertian limbah rumah sakit, penanganan terhadap
limbah cair dan penyimpanan limbah medis yang baik, dan kategori kurang (<55%)
adalah macam-macam limbah medis padat.
4. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang standard
precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi paling tinggi sebanyak 54,5%
Universitas Sumatera Utara
63
responden memiliki pengetahuan cukup, 37,5% responden berpengetahuan baik, dan
hanya 8% responden berpengetahuan kurang.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada pihak fakultas untuk memasukkan materi kuliah beserta
skills lab mengenai prosedur standard precautions khususnya pada pasien setelah
tindakan perawatan gigi yang sesuai dengan CDC.
2. Diharapkan kepada fakultas agar menyediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam semua prosedur tindakan pencegahan setelah perawatan gigi yaitu:
larutan klorin 0,5%, kain steril, lemari penyimpanan alat steril, autoklaf, sikat atau alat
ultrasonik, baki instrumen dan sinar ultraviolet di RSGMP FKG USU sesuai dengan
peraturan standard precautions.
3. Diharapkan kepada masing-masing Departemen di RSGMP FKG USU agar
membuat SOP (Standard Operational Procedure) untuk semua tindakan standard
precautions terutama setelah melakukan perawatan gigi kepada pasien.
4. Diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU
agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang standard precautions setelah melakukan
perawatan gigi kepada pasien.
5. Diharapkan agar dilakukannya penelitian lebih lanjut pada tingkat
pengetahuan dan perilaku pada seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG
USU akan prosedur standard precautions pada pasien setelah tindakan perawatan gigi
khususnya mengenai kategori instrumen perawatan pasien, sterilisasi instrumen,
prosedur desinfeksi permukaan dental unit dan mengenai limbah medis padat, karena
persentase yang didapat pada hal tersebut sangat kurang.
Universitas Sumatera Utara
64
DAFTAR PUSTAKA
1. Rinendy D. Hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa profesi dengan
tindakan pencegahan penyakit menular di rumah sakit gigi dan mulut universitas
Jember. Skripsi. Jember: Bagian Kesehatan Gigi Masyarakat FKG Universitas
Jember, 2012: 1-2.
2. Center for Disease Control and Prevention. Guideline for infection control in dental
health-care settings. MMWR, 2003; 52 (No. RR-17): 2-3, 20-25, 33.
3. Screedharan J, Muttappillymyalil J, Venkatramana M. Knowledge about standard
precautions among university hospital nurses in the united arab emirates. EMHJ,
2011; 17 (4): 331-4.
4. Putri A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan prinsip
kewaspadaan universal (universal precaution) oleh perawat di instalasi gawat
darurat RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2010. Penelitian. Padang, 2011. 1-2.
5. Isnandar. Kontrol infeksi di kedokteran gigi. Fakultas Kedokteran Gigi USU.
Medan, 2011: 1-3, 5-11.
6. Askarian M, Assadian O. Infection control practices among dental professionals in
shiraz dentistry school, Iran. Arch Iranian Med, 2009; 12 (1): 48-51.
7. Pradono J, Senewe F, Kristanti Ch.M, Soemantri S. Transisi kesehatan di indonesia
(sajian data surkernas). J Ekologi Kesehatan, 2005; 4 (3): 336-50.
8. Septawati L, Mardiastuti, Karuniawati A, Rumende CM. Evaluasi metode
fastplaqueTBtmuntuk mendeteksi mikobakterium tuberkulosispada sputum di
beberapa unit pelayanan kesehatan di Jakarta-Indonesia. Jurnal Tuberkulosis
Indonesia, 2012; 8 (ISSN 1829-5118): 1-6.
9. Wibowo T, Parisihni K, Haryanto D. Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai
infeksi silang. Jurnal PDGI, 2009; 58 (2): 6-9.
10. Marhamah, Yusrizal, Wantini S. Jumlah angka kuman di udara ruangan operasi
rumah sakit umum kabupaten di propinsi Lampung 2008. Jurusan Analisis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang J, 2008; 1: 205-9.
Universitas Sumatera Utara
65
11. Yanti GN. Hubungan faktor pengetahuan, kepercayaan, ketersediaan sarana,
peraturan dan pengawasan di rumah sakit dengan perilaku dokter gigi dalam
menerapkan standard precaution di rumah sakit kota Medan. Tesis. Medan:
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU, 2013: 1-4, 8, 15-7, 38.
12. Sary Y. Efektivitas metode diskusi dan ceramah terhadap pengetahuan dan sikap
perawat dalam membuang limbah medis padat di puskesmas kota Medan tahun
2010. Tesis. Medan: Prog. Studi S2 Ilmu Kes Mas USU, 2010: 24-5, 34-6.
13. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, kesiapan menghadapi
emerging infectius disease. Cetakan kedua. Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
2008: 3-2, 4-25-31.
14. Nurhasanah. Prosedur tindakan sterilisasi alat pencabutan gigi dan dental unit oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik di departemen bedah mulut FKG USU tahun 2012.
Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi USU, 2012: 1, 4, 5, 7-9.
15. Mulyanti S, Putri MH. Pengendalian infeksi silang di klinik gigi. Jakarta: EGC,
2011: 1-4, 29-30, 34-6, 55-70, 76-7, 81-4, 89-97, 102-10, 139-40, 143-44.
16. Australian Dental Association Inc. ADA guidelines for infection control. 2nded.
Australian Dent Assoc Inc, 2012: 6, 8-11, 15-6, 21-5, 29-31.
17. British Dental Association. Infection control in dentistry. BDA advice sheet A12,
2003: 4-5, 7-10.
18. Malaysian Dental Council. Guidelines on infection control in dental practice. Oral
Health Division Ministry of Health, 2007; 20: 1, 8-13, 24-5.
19. Dickinson SK, Bebermeyer RD. Guidelines for infection control in dental health
care settings. Crest®Oral-B®at dentalcare.com Continuing Education Course, 2013:
7-8, 14-6, 22.
20. Molinari JA, Harte JA. Cottone’s practical infection control in dentistry. 3rd ed.
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business, 2010: 148-64, 221-9,
261-7.
Universitas Sumatera Utara
66
21. Suhartono A. 5 bulan alat bedah tertinggal di perut pasien. <http://news.okezone.
com/read/2010/02/16/214/304071/5-bulan-alat-bedah-tertinggal-di-perut-pasien>.
(26
22. Galiharya. Alat-alat kesehatan. <
Desember 2014).
https://galiharya.wordpress.com/category/
kesehatan/alat-alat-kesehatan/>. (26 Desember 2014).
23. Anonymous. Kacamata pelindung. <http://www.indonetwork.co.id/tradeoffers/30/
kacamatapelindung.html>. (26Desember 2014).
24. Mrkitly. SRF hantverk long handle bath brush. <http://mrkitly.com.au/products/
srf0008>. (26 Desember 2014).
25. Eschmann. Washer disinfectors. <http://www.eschmann.co.uk/infection-
control/washer-disinfectors/show/little-sister-iwd7891
26. Coleparmer. Dry heat sterilizer, 0.25 cu ft, 120 VAC. <
>. (27 Desember 2014).
http://www.coleparmer.
com / Product / Dry_Heat_Sterilizer_0_25_cu_ft_120VAC / EW - 10776 - 00
27. Setiawati Y. Uji sterilisasi ruangan. <
>. (27
Desember 2014).
http://www.scribd.com/doc/133411116/
MIKFAR3-uji-sterilisasi-ruangan-doc#scribd>. (20 Februari 2015).
28. Yazura. Laporan sterilisasi ruangan. <http://yazura08.blogspot.com/2014/10/
laporan-sterilisasi-ruangan.html>. (5 April 2015).
29. Anonymous. Laminar / enkas / ruang steril / kultur jaringan jamur. <http://
organikganesha.com/2013/01/19 / laminar- enkas – ruang – steril – kultur - jaringan
jamur/
30. Anonymous. Horizontal laminar airflow. <
>. (5 Maret 2015).
http://www.cleanairindia.com/prod
laminar-airflow.htm>. (5 Maret 2015).
31. Hoy J, Richmond J. Standard precautions and infection control. HIV, viral hepatitis
and STIs: A guide for primary care. Darlinghurst, NSW: Australasian Society for
HIV Medicine, 2008: 146-51.
32. Dubai Health Authority. Guidelines on dental infection prevention and safety. 3rd
ed. Health Regulation Department, 2012: 33-41, 44-5.
Universitas Sumatera Utara
67
33. Piranti Sejahtera. Tong sampah medis injak 36 liter (pedal pail medical trash bin).
<http://www.indonetwork.co.id/cv_piranti_sejahtera/726001/tong-sampah-medis-
injak-36-liter-pedal-pail-medical-trash.htm>. (5 Maret 2015).
34. Safe Win. Safety box for the disposal of used sharps. <http://www.safewin.cn/
index.php/product/index/id/45.html>. (18 Januari 2015).
35. Shah R, Collins JM, Hodge TM, Laing ER. A national study of cross infection
control: ‘Are we clean enough?’. British Dent J, 2009; 207 (6): 267-74.
36. Prima Mekindo. Insenerator rumah sakit. <http://primamekanindo.indonetwork.co.
id/3085984/incinerator-incinerator-rumah-sakit-incinerator-liquid.htm
37. Machfoedz I. Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan, kebidanan,
kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya, 2009: 127-8.
>. (3 Maret
2015).
38. Arisanti D. Efektivitas sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet terhadap penurunan
angka kuman udara di ruang operasi IBS RSUD Tugurejo Semarang. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2004: Abs. (20 Oktober 2014).
39. Monarca S, Grottolo M, Renzi D, Paganelli C, et al. Evaluation of environmental
bacterial contamination and procedures to control cross infection in a sample of
Italian dental surgeries. Occup Environ Med, 2000; 57: 721-6.
40. Setiana D. Pengetahuan, sikap, dan praktik mahasiswa fakultas kedokteran terhadap
pencegahan infeksi. Artikel ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP, 2011.
41. Khanghahi BM, Jamali Z, Azar F, Behzad M, Azami-Aghdash A. Knowledge,
attitude, practice, and status of infection control among Iranian dentists and dental
students: A systematic review. J Dent Res Dent Clin Dent Prospect, 2013; 7 (2): 55-
60.
42. Emir Y, Saraç D,Canbaz S,Sinasi S,Seda C. A survey of cross-infection control
procedures: Knowledge and attitudes of Turkish dentists. Appl Oral Sci J, 2009; 17
(6): 565-9.
Universitas Sumatera Utara
68
Lampiran1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Dewi Wulandari
Tempat / Tanggal Lahir : Besitang / 26 Desember 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Jentera Stabat, Kab. Langkat
Orang tua
Ibu : Sutini
Ayah : Sutopo
Riwayat Pendidikan
1. 1999-2005 : SD Negeri Bambuan, Stabat
2. 2005-2008 : SMP Negeri 1 Stabat
3. 2008-2011 : SMA Negeri 1 Stabat
4. 2011-2015 : S1 Fakultas Kedokteran Gigi USU, Medan
Universitas Sumatera Utara
69
Lampiran 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
Nomor :
Tanggal:
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK
TENTANG STANDARD PRECAUTIONS PADA PASIEN SETELAH
TINDAKAN PERAWATAN GIGI DI RSGMP FKG USU
Nama :
Nim :
Umur :
Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
Departemen Klinik :
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik yang sedang
berada di klinik Departemen Bedah Mulut, Departemen Konservasi, Departemen
Pedodonsia dan Departemen Periodonsia FKG USU.
2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang dianggap
benar.
3. Semua pertanyaan harus dijawab.
4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
5. Bila ada pertanyaan yang kurang mengerti silahkan ditanyakan kepada peneliti.
Universitas Sumatera Utara
70
LINGKARI JAWABAN PADA PILIHAN JAWABAN YANG TERSEDIA
1. Menurut anda, prosedur yang harus dilakukan setelah perawatan gigi adalah: 1
a. Sterilisasi instrumen, asepsis dan mendesinfeksi permukaan dental unit,
serta pengelolaan limbah medis.
b. Mensterilisasi instrumen.
c. Asepsis dan mendesinfeksi permukaan dental unit.
d. Sterilisasi instrumen dan mendesinfeksi permukaan dental unit.
2. Menurut anda, apa risiko yang terjadi apabila prosedur tindakan setelah 2
perawatan gigi tidak dilakukan dengan benar?
a. Terjadinya infeksi silang antar pasien.
b. Terjadinya infeksi silang antar dokter gigi.
c. Terjadinya infeksi silang antar petugas kesehatan.
d. Terjadinya infeksi silang antara dokter gigi, pasien dan petugas kesehatan
3. Menurut anda, bagaimana cara mencegah penularan penyakit infeksi? 3
a. Sterilisasi instrumen dan mendesinfeksi permukaan.
b. Melakukan kontrol infeksi dengan seluruh prosedur standard precautions.
c. Memakai sarung tangan dan masker.
d. Membuang limbah medis.
4. Menurut anda, apakah definisistandard precautions? 4
a. Langkah-langkah yang diformulasikan untuk melindungi dokter gigi dari
patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh lain.
b. Langkah-langkah yang diformulasikan untuk melindungi pasien dari
patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh lain.
c. Langkah-langkah yang diformulasikan untuk melindungi dokter gigi dan
pasien untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular.
d. Langkah-langkah yang diformulasikan untuk melindungi petugas
kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui
darah dan cairan tubuh yang lain dan mengurangi risiko infeksi penyakit
menular.
Universitas Sumatera Utara
71
Sterilisasi Instrumen dan Ruangan
5. Menurut anda, yang termasuk dalam kategori instrumen perawatan pasien 5
adalah:
a. Peralatan kritis dan nonkritis.
b. Peralatan kritis dan semikritis.
c. Peralatan kritis, semikritis dan nonkritis.
d. Peralatan semikritis dan nonkritis.
6. Peralatan kritis digunakan untuk menembus jaringan lunak atau tulang. 6
Menurut anda, yang termasuk dalam peralatan kritis adalah:
a. Kaca mulut, kondensor amalgam, instrumen restoratif, handpiece, pinset
gigi danprobe.
b. Instrumen bedah, scalerperiodontal, pisau bedah, tang gigi, elevator dan
retraktor tutup.
c. Radiografi kepala, manset tekanan darah, facebow, alat ukur dan
kacamata pelindung.
d. Sarung tangan, instrumen bedah, masker dan kaca mulut.
7. Peralatan semikritis digunakan untuk menyentuh selaput lendir atau kulit 7
yang tidak utuh dan tidak menembus jaringan lunak. Menurut anda, yang
termasuk dalam peralatan semikritis adalah:
a. Kaca mulut, kondensor amalgam, instrumen restoratif,handpiece,pinset
gigi dan probe.
b. Instrumen bedah, scalerperiodontal, pisau bedah, tang gigi, elevator dan
retraktor tutup.
c. Radiografi kepala, manset tekanan darah, facebow, alat ukur dan
kacamata pelindung.
d. Sarung tangan, instrumen bedah, masker dan kaca mulut.
8. Peralatan nonkritis berkontak hanya pada kulit yang utuh. Menurut anda, 8
yang termasuk dalam peralatan nonkritis adalah:
a. Kaca mulut, kondensor amalgam, instrumen restoratif,handpiece, pinset
gigi dan probe.
Universitas Sumatera Utara
72
b. Instrumen bedah, scalerperiodontal, pisau bedah, tang gigi, elevator dan
retraktor tutup.
c. Radiografi kepala, manset tekanan darah, facebow, alat ukur dan
kacamata pelindung.
d. Sarung tangan, instrumen bedah, masker dan kaca mulut.
9. Menurut anda, pernyataan di bawah ini yang benar mengenai prosedur 9
sterilisasi instrumen adalah:
a. Mencuci instrumen mengelap instrumen memasukkan instrumen ke
autoklaf instrumen disimpan dalam tempat steril.
b. Memasukkan instrumen ke autoklaf membersihkan instrumen
instrumen disimpan dalam tempat steril.
c. Mencuci instrumen dengan air dan sabun menggunakan sikat membilas
instrumen dengan air bersih yang mengalir merendam instrumen dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit instrumen dilap dengan kain
kering steril masukkan instrumen ke dalam autoklaf instrumen
disimpan dalam tempat steril.
d. Mencuci instrumen dengan air dan sabun menggunakan sikat
merendam instrumen dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
instrumen dilap dengan kain kering steril instrumen disimpan dalam
tempat steril.
10. Menurut anda, beberapa metode yang digunakan untuk membersihkan 10
instrumen adalah:
a. Membersihkan instrumen dengan menggunakan sikat, dengan alat
ultrasonik dan dengan mesin pencuci alat.
b. Membersihkan instrumen dengan alat ultrasonik dan dengan mesin
pencuci alat.
c. Membersihkan instrumen dengan menggunakan sikat dan dengan alat
ultrasonik.
d. Membersihkan instrumen dengan mesin pencuci alat dan dengan
menggunakan sikat.
Universitas Sumatera Utara
73
11. Menurut anda, di bawah ini yang termasuk dalam metode sterilisasi 11
instrumen adalah:
a. Sterilisasi autoklaf dan sterilisasi pemanasan kering.
b. Sterilisasi uap kimia dan gas Oksida Etilen.
c. Sterilisasi autoklaf, uap kimia dan pemanasan kering.
d. Sterilisasi uap dengan autoklaf, sterilisasi pemanasan kering, uap kimia
(chemiclave) dan sterilisasi gas Oksida Etilen (gas ETO).
12. Menurut anda, langkah yang dilakukan sebelum sterilisasi instrumen adalah: 12
a. Langsung menyimpan instrumen ke lemari atau laci penyimpanan.
b. Instrumen dikemas dalam kantong, tas/baki instrumen untuk kemudian
disterilkan.
c. Instrumen langsung dimasukkan ke mesin autoklaf untuk disterilkan.
d. Instrumen dilap dengan kain kering steril.
13. Menurut anda, sterilisasi instrumen yang sering digunakan di kedokteran gigi 13
adalah:
a. Sterilisasi autoklaf
b. Sterilisasi gas Oksida Etilen (ETO)
c. Sterilisasi pemanasan kering
d. Sterilisasi kimia (chemiclave)
14. Menurut anda, pernyataan dibawah ini yang benar mengenai sterilisasi 14
pemanasan kering adalah:
a. Metode sterilisasi yang dikerjakan dalam oven.
b. Metode sterilisasi yang dikerjakan dalam oven dan biasanya untuk
peralatan laboratorium.
c. Metode sterilisasi yang digunakan untuk peralatan laboratorium.
d. Metode sterilisasi yang digunakan untuk tabung reaksi.
15. Menurut anda, sterilisasi uap kimia adalah: 15
a. Alat sterilisasi panas menggunakan cairan kimia yang terdapat dalam
ruang tertutup.
b. Alat sterilisasi panas menggunakan cairan kimia.
Universitas Sumatera Utara
74
c. Alat sterilisasi panas yang terdapat dalam ruang tertutup.
d. Alat sterilisasi yang digunakan untuk tabung reaksi.
16. Menurut anda, pernyataan dibawah ini yang benar mengenai sterilisasi gas 16
ETO adalah:
a. Metode sterilisasi yang digunakan untuk karet dan handpiece.
b. Metode sterilisasi yang digunakan untuk instrumen yang rentan terhadap
panas.
c. Metode sterilisasi yang digunakan untuk instrumen yang rentan terhadap
panas seperti karet dan handpiece, serta dapat menyebabkan iritasi kulit.
d. Metode sterilisasi yang dapat menyebabkan iritasi kulit.
17. Menurut anda, apa yang harus anda lakukan terhadap kemasan atau wadah 17
instrumen yang basah setelah proses sterilisasi autoklaf?
a. Melakukan pengeringan dan pendinginan sebelum penyimpanan.
b. Melakukan pengeringan dengan menggunakan blower.
c. Melakukan pengeringan sebelum penyimpanan.
d. Melakukan pendinginan sebelum penyimpanan.
18. Menurut anda, tempat penyimpanan alat yang baik adalah: 18
a. Kering, tertutup, tanpa debu, terlindung dari sumber kontaminasi, jauh
dari tempat cuci dan saluran pembuangan.
b. Tanpa debu dan terlindung dari sumber kontaminasi.
c. Jauh dari tempat cuci dan saluran pembuangan.
d. Kering dan tertutup.
19. Menurut anda, beberapa metode yang digunakan untuk sterilisasi ruangan 19
adalah:
a. Laminary Air Flow (LAF)
b. Enkas
c. Sinar ultraviolet, Laminary Air Flow (LAF) dan Enkas
d. Sinar ultraviolet
Universitas Sumatera Utara
75
Asepsis dan Desinfeksi Permukaan
20. Menurut anda, apakah definisi desinfeksi permukaan? 20
a. Proses menghancurkan organisme patogen yang menyebabkan infeksi
namun tidak mematikan sporanya dengan menggunakan panas, bahan
kimia atau keduanya yang dilakukan terhadap benda hidup.
b. Proses menghancurkan organisme patogen yang menyebabkan infeksi
namun tidak mematikan sporanya dengan menggunakan panas, bahan
kimia atau keduanya yang dilakukan terhadap benda mati.
c. Proses menghancurkan organisme patogen yang tidak menyebabkan
infeksi dan mematikan sporanya dengan menggunakan bahan kimia.
d. Proses menghancurkan organisme non patogen yang menyebabkan
infeksi namun tidak mematikan sporanya dengan menggunakan panas.
21. Menurut anda, macam-macam desinfektan yang digunakan di kedokteran gigi 21
adalah:
a. Alkohol, glutaraldehid, deterjen.
b. Alkohol, glutaraldehid, deterjen, senyawa halogen, fenol, klorsilenol,
dettol dan betadine.
c. Deterjen, senyawa halogen, fenol dan dettol.
d. Klorsilenol, betadine, glutaraldehid dan alkohol.
22. Menurut anda, pernyataan dibawah ini yang benar mengenai prosedur 22
desinfeksi permukaan dental unit adalah:
a. Melakukan pembersihan menggunakan air dilap dengan kain kering
bersih permukaan didesinfeksi dengan larutan klorin 0,5%.
b. Permukaan didesinfeksi dengan larutan klorin 0,5% dilap dengan kain
kering seril.
c. Melakukan pembersihan menggunakan air dan sabun yang mengandung
deterjen permukaan didesinfeksi dengan larutan klorin 0,5% dilap
dengan kain kering steril.
d. Melakukan pembersihan menggunakan air dan sabun yang mengandung
deterjen dilap dengan kain kering bersih permukaan didesinfeksi
Universitas Sumatera Utara
76
dengan larutan klorin 0,5% dilap kembali dengan kain kering steril.
23. Menurut anda, permukaan yang harus diberi tindakan asepsis adalah: 23
a. Sandaran kepala, tombol dental unit, pegangan dan tombol lampu.
b. Meja peralatan, tombol dan saluran handpiece, suction.
c. Srynge air/udara, peralatan foto sinar x, botol dan wadah cotton roll.
d. Sandaran kepala, tombol dental unit, pegangan dan tombol lampu, meja
peralatan, tombol dan saluran handpiece, suction, srynge air/udara,
peralatan foto sinar x, botol dan wadah cotton roll.
24. Menurut anda, bahan yang tepat untuk menutup permukaan dental unit 24
adalah:
a. Penutup dari plastik atau alumunium foil.
b. Penutup dari kertas.
c. Penutup dari bahan kain.
d. Penutup dari bahan handuk.
Limbah Medis
25. Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan limbah rumah sakit? 25
a. Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua buangan yang
berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian dan laboratorium.
b. Limbah rumah sakit adalah limbah yang berasal dari instalasi kesehatan.
c. Limbah rumah sakit adalah limbah yang berasal dari fasilitas penelitian.
d. Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua buangan yang
berasal dari laboratorium.
26. Menurut anda, yang termasuk dalam limbah rumah sakit adalah: 26
a. Limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
b. Limbah padat dan limbah gas.
c. Limbah cair dan limbah gas.
d. Limbah padat dan limbah cair.
27. Menurut anda, dibawah ini yang termasuk dalam limbah medis padat adalah: 27
a. Limbah infeksius, limbah patologi dan limbah benda tajam.
Universitas Sumatera Utara
77
b. Limbah farmasi, limbah sitotoksis dan limbah kimiawi.
c. Limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan dan limbah logam berat yang tinggi.
d. Limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah logam berat
yang tinggi.
28. Menurut anda, bagaimana pembuangan limbah benda tajam? 28
a. Dimasukkan dalam wastafel.
b. Dimasukkan dalam kantong plastik.
c. Dimasukkan dalam wadah terpisah dan tahan terhadap air dan tusukan
yang tidak mudah berlubang.
d. Dimasukkan ke dalam wadah limbah umum.
29. Menurut anda, bagaimana penanganan terhadap limbah cair? 29
a. Limbah cair dapat dialirkan ke dalam saluran pembuangan air klinik atau
segera dibuang ke wastafel.
b. Limbah cair dimasukkan dalam satu wadah khusus.
c. Limbah cair dimasukkan dalam kantong plastik tertutup.
d. Limbah cair dimasukkan dalam wadah limbah umum.
30. Menurut anda, bagaimana pembuangan terhadap gigi yang telah diekstraksi? 30
a. Dibersihkan terlebih dahulu dari darah dan air liur dan kemudian dapat
diberikan kepada pasien.
b. Dibersihkan terlebih dahulu dari darah dan air liur dan kemudian dapat
diberikan kepada pasien, atau dapat dibungkus dengan kertas handuk dan
ditutupi dengan plester sebelum dibuang di tempat sampah umum.
c. Dibungkus dengan kertas handuk dan ditutupi dengan plester sebelum
dibuang di tempat sampah umum.
d. Dibersihkan dahulu dari darah dan kemudian dibungkus dengan kertas
handuk.
31. Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan limbah gas? 31
a. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
78
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi umum dan pembuatan obat sitotoksik.
b. Limbah gas adalah limbah yang berasal dari dapur dan perlengkapan
generator.
c. Limbah gas adalah limbah yang berasal dari anastesi umum dan
d. pembuatan obat sitotoksis.
e. Limbah gas adalah limbah yang berasal dari insenerator.
32. Menurut anda, penyimpanan limbah medis yang baik adalah: 32
a. Limbah disimpan dalam kantong plastik dan diikat kuat, kemudian diberi
label. Selanjutnya limbah ditempatkan dalam penampungan sementara
khusus di area terbuka, terjangkau (oleh kendaraan), aman dan selalu
dijaga kebersihannya.
b. Limbah disimpan dalam kantong plastik dan diikat kuat, kemudian diberi
label.
c. Limbah ditempatkan dalam penampungan sementara khusus di area
terbuka, terjangkau (oleh kendaraan) dan aman.
d. Limbah disimpan dalam kantong plastik tanpa diberi label.
33. Jumlah total skor pengetahuan 33
34. Kategori pengetahuan:
a. Baik : 25-32 34
b. Cukup : 18-24
c. Kurang : < 18
Universitas Sumatera Utara