TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL
SUSU DI POSYANDU MAWAR III DESA NGUMBUL
KELURAHAN KALIMACAN KECAMATAN
KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh
Wildania Astrini Shintawati
NIM. B12 164
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL
SUSU DI POSYANDU MELATI DESA NGUMBUL KELURAHAN
KALIMACAN KECAMATAN KALIJAMBE
KABUPATEN SRAGEN
Diajukan Oleh :
Wildania Astrini Shintawati
NIM. B12 164
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal Agustus 2015
Pembimbing
Anis Nurhidayati, SST., M.Kes
NIK 200685025
iii
HALAMAN PENGESAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL
SUSU DI POSYANDU MELATI DESA NGUMBUL KELURAHAN
KALIMACAN KECAMATAN KALIJAMBE
KABUPATEN SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Oleh :
Wildania Astrini Shintawati
NIM. B12 164
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada tanggal Agustus 2015
Penguji I Penguji II
Yunia Renny Andhikatias, SST Anis Nurhidayati, SST., M.Kes
NIK 201188092 NIK 200685025
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka.Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, SST
NIK. 200985034
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Higienitas Botol Susu di
Posyandu Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten
Sragen”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Anis Nurhidayati, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Rodli Slamet selaku Kepala Desa Kalimacan Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pelaksanaan
penelitiandalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
v
6. Seluruh ibu yang memiliki bayi dan balita yang bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015
Wildania Astrini Shintawati
B12 164
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL
SUSU DI POSYANDU MAWAR III DESA NGUMBUL
KELURAHAN KALIMACAN KECAMATAN
KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN
xiii + 57 halaman + 17 lampiran + 7 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Higienitas adalah bersih, perilaku baik, dan aman untuk
kesehatan, kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan lingkungan sehat
dan tubuh yang sehat (UNICEF, 2009). Menjaga kesehatan bayi dapat dilakukan
melalui langkah sederhana dengan membersihkan botol susu secara rutin dan
menyimpan botol susu di tempat yang tepat. Hal ini memang sebuah langkah
sederhana, namun mampu memberi dampak besar bagi kesehatan bayi. Angka
kesakitan yang terkena diare pada bayi yang diberi ASI hanya 6%, yang diberi
ASI dan susu botol 14% sedang bayi yang hanya diberi susu botol saja meningkat
hingga 18% (Adiningsih, 2011).
Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen pada tingkat baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan
Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen pada tanggal 5 - 10 Juni
2015. Sampel penelitian sebanyak 46 responden dengan menggunakan total
sampling. Variabel penelitian menggunakan variabel tunggal dan Instrumen yang
digunakan yaitu kuesioner. Teknik pengumpulan data dari primer dan data
sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen dapat dikategorikan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8
responden (17,4%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 32 responden (69,6%)
dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (13,0%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di Posyandu
Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten
Sragen pada tingkat pengetahuan cukup.
Kata Kunci : Pengetahuan, higienitas, botol susu
Kepustakaan : 19 literatur (tahun 2007 – 2013)
vii
MOTTO
1. Jangan takut pada masa depan dan jangan pernah menangis untuk masa lalu
2. Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun, dan dari siapapun. Di sanalah nanti
akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan (Sarah
Caldwell)
3. Kesalahan adalah sekolah tempat kebenaran selalu tumbuh lebih kuat (Henry
Ward Beecher)
PERSEMBAHAN
1. Sujud syukur kepada Allah SWT atas Rahmad dan HidayahNya dan
kemudahan sehingga KTI ini bisa terselesaikan
2. Trimakasih Bapak dan Ibu, tanpamu aku bukanlah apa-apa
3. Ibu Anis Nurhidayati., M.Kes,selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah terima
kasih atas bimbingannya selama ini.
4. Tri Haryanta tercinta terima kasih atas semangat, do’a dan dukungan selama
ini
5. Sahabat Duwi Murniati, Ayong Suliyati, Oki Wijayanto, Banteng Arif Saputra,
Vino Admadja Widjaya yang selalu mengisi hari hariku semoga kebersamaan
ini akan menjadikan kita dewasa
6. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2012, semangat…!!!!
7. Almamater tercinta
viii
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Wildania Astrini Shintawati
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 16 Oktober 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngumbul RT 08 RW 02 Kalimacan, Kalijambe Sragen
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Muhammadiyah Siboto Sragen Lulus tahun 2006
2. SMP Negeri 1 Gondangrejo Karanganyar Lulus tahun 2009
3. SMA Negeri 1 Gondangrejo Karanganyar Lulus tahun 2012
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURICULUM VITAE .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 6
1. Pengetahuan ........................................................................... 6
2. Balita ...................................................................................... 17
3. Higienitas Botol ..................................................................... 24
x
B. Kerangka Teori............................................................................. 33
C. Kerangka Konsep ........................................................................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 36
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 37
E. Definisi Operasional .................................................................... 37
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 38
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 41
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 42
I. Etika Penelitian ............................................................................ 44
J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambara Lokasi Penelitian ......................................................... 48
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 49
C. Pembahasan ................................................................................. 52
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 56
B. Saran ............................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 33
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 34
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ..................................................................... 38
Tabel 4.1 Karakteristik berdasarkan umur responden .................................. 49
Tabel 4.2 Karakteristik berdasarkan Pendidikan responden ........................ 49
Tabel 4.3 Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden........................... 50
Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi ........................................................... 50
Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu
di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen .................................... 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6. Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 12. Data Tabulasi Hasil Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 13. Hasil Uji Validitas
Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 15. Hasil Penelitian
Lampiran 16. Dokumentasi
Lampiran 17. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Higienitas adalah bersih, perilaku baik, dan aman untuk kesehatan,
kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan lingkungan sehat dan
tubuh yang sehat. Orang yang menjaga kebersihan dan lingkungannya serta
makanan yang dikonsumsi. Higienitas botol merupakan salah satu cara untuk
mendorong berperilaku higienis untuk mencegah penyebaran penyakit diare.
Selain itu, perilaku higienis dapat mencegah penyebaran penyakit lain yang
berhubungan dengan lingkungan seperti cacingan atau demam berdarah
(UNICEF, 2009).
Menjaga kesehatan bayi dapat dilakukan melalui langkah sederhana
dengan membersihkan botol susu secara rutin dan menyimpan botol susu di
tempat yang tepat. Hal ini memang sebuah langkah sederhana, namun mampu
memberi dampak besar bagi kesehatan bayi (Destika, 2012)
Cemaran bakteri E.Sakazakii dalam susu formula menyadarkan
masyarakat mengenai pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI). ASI akan
steril apabila diminum langsung dari sumbernya. Tetapi gaya hidup modern
yang menuntut kaum ibu untuk bekerja diluar rumah menyebabkan
pemberian ASI secara langsung dari sumbernya menjadi menyulitkan.
Penyelesaiannya, air susu terpaksa diperah dan disimpan supaya bisa
dikonsumsi oleh bayi kapan saja. Ketika ASI diperah, ASI bersentuhan
dengan berbagai obyek, mulai dengan manusia, alat pemerah, botol susu yang
2
semuanya tidak steril. Walaupun ASI sendiri steril, bersentuhan dengan
benda-benda asing itu, menyebabkan pencemaran bakteri. Pencegahan
pencemaran E.sakazakii merupakan hal penting yang diperlukan untuk
menjaga kebersihan tangan dan botol susu (Tejo, 2011).
Susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri,
sehingga kontaminasi mudah terjadi terutama jika persiapan dan pemberian
kurang memperhatikan segi antiseptik. Pemberian susu formula yang tidak
higienis dapat meningkatkan resiko terjadinya diare pada bayi. Faktor
penyebab diare tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait dan saling
kompleks. Susu formula sebagai salah satu pengganti ASI pada anak yang
penggunaanya semakin meningkat. Cara pemberian susu formula yang benar
merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan angka kejadian diare
pada bayi dan balita akibat minum susu formula (Amiruddin, 2007)
Penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia, penyakit diare nenjadi
penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi dan nomor
lima pada semua umur. Angka kesakitan yang terkena diare pada bayi yang
diberi ASI hanya 6%, yang diberi ASI dan susu botol 14% sedang bayi yang
hanya diberi susu botol saja meningkat hingga 18% (Adiningsih, 2011).
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Posyandu
Mawar III Desa Ngumbul Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen pada
tanggal 25 September diperoleh 88 ibu yang mempunyai bayi dan balita
dimana 42 ibu memberikan ASI secara langsung kepada bayinya dan 46 ibu
menggunakan botol susu dalam memberikan ASI dan susu formula kepada
bayinya. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 ibu yang
3
menggunakan botol susu terdapat 7 ibu kurang mengerti tentang higienitas
botol susu dan 3 ibu sudah mengerti tentang higienitas botol susu.
Berdasarkan data di atas masih banyak ibu yang menggunakan botol
untuk memberikan ASI atau fusu formula pada anaknya, sehingga penulis
ingin mengetahui lebih lanjut “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Higienitas
Botol Susu di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis ingin meneliti
“Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Higienitas Botol Susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen pada tingkat pengetahuan
baik.
4
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen pada tingkat pengetahuan
cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen pada tingkat pengetahuan
kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan referensi dan sumber pengetahuan tentang higienitas botol
susu.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh di bangku kuliah khususnya tentang metodologi
penelitian dan biostatistik
3. Bagi Institusi
a. Bagi Posyandu Mawar III Desa Ngumbul
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
yang lebih baik kepada warganya untuk memperhatikan higienitas
botol bayi sebelum diberikan kepada bayi atau balitanya.
5
b. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi peneliti lain untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang higienitas botol susu.
E. Keaslian Penelitian
Berikut ini penelitian-penelitian yang berhubungan dengan Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi yang pernah dilakukan
sebelumnya :
1. Hapsari (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi di Desa Sambirejo
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen”. Jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Jumlah
sampel dalam penelitian ini 30 responden dengan teknik sampling jenuh,
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner. Analisis data
dengan menggunakan analisis univariat. Hasil dari penelitian ini tingkat
pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Desa Sambirejo
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen dengan tingkat pengetahuan baik
sebanyak 3 ibu (10%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 12 ibu (40%)
dan pengetahuan kurang sebanyak 15 ibu (50%).
2. Agusulistiana (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi di Posyandu
Teratai VIII Desa Gabus Etan Sragen”. Jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Populasi dalam penleitian ini yaitu sebanyak 43 orang. Jumlh
6
sampel dalam penelitian ini 43 responden dengan teknik sampling jenuh,
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner. Analisis data
dengan menggunakan analisis univariat. Hasil dari penelitian ini tingkat
pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Teratai VIII
Desa Gabus Etan Sragen dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 ibu
(18,6%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 ibu (60,5%), dan
pengetahuan kurang sebanyak 9 ibu (20,9%).
Persamaan penelitian ini dengan keaslian di atas yaitu variabel penelitian,
jenis penelitian dan analisis data sedangkan perbedaan yaitu pada waktu,
lokasi dan sampel penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap
sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek
tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera
maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan
(Notoatmodjo, 2010).
b. Jenis Pengetahuan
Menurut Nasir (2011), jenis pengetahuan meliputi:
1) Pengetahuan biasa
Pengetahuan biasa disebut juga knewledge of the man in the street
atau ordinary knowledge atau common sense knowledge.
Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya
subyektif artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan
demikian pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar
sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau
tidak ada penyimpangan.
8
2) Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan yang telah menetapkan objek khas dengan menerapkan
metodologis yang khas pula.
3) Pengetahuan filsafat
Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatannya
melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan
spekulatif.
4) Pengetahuan agama
Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang terkandung
dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat
dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri
oleh keyakinan yang telah ditentukan sehingga pernyataan-
pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agam memiliki nilain
kebenaran sesuai dengan keyakinan.
c. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), ada 6 tingkat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
9
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
10
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan
kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5) Sintesa (Syntesis)
Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
d. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern
atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
11
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan
seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini
seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
12
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah
dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
13
Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau
penyelidikan manusia.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara yang rasional dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan
umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini
manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses
pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang
khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
14
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada
kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa
yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology).
Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan
metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van
Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
15
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
e. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Mubarak (2012), terdapat 7 faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang
dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi
dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu
usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non
formal.
16
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta
pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya.
3) Umur
Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek
fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental,
taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Usia
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
17
4) Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan
yang lebih mendalam.
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung
berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya jika
pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis
mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas
dalam emosi kejiawaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya
dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6) Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi
atau seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan
dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan
lingkungan. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
18
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
7) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media masa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang.
f. Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Riwidikdo (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui
dalam 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1) Baik: Bila nilai (x) > mean + 1 SD
2) Cukup: Bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD
3) Kurang: Bila nilai (x) <mean ─ 1 SD
19
2. Bayi dan Balita
a. Pengertian bayi dan balita
Neonatus adalah bayi baru lahir – 28 hari dari kehamilan yang
aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gr
(Saifuddin, 2006).
Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1
tahun yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang
cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi.
Balita adalah anak usia 12 sampai 59 bulan. Masa balita adalah
periode penting dalam tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2005).
b. Tahapan Perkembangan Bayi dan Balita
Tahapan perkembangan bayi dan balita meliputi:
1) Umur 1 bulan
a) Motorik : bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala
dengan dibantu oleh orang tua, tubuh tengkurap, kepala
menoleh ke kiri ataupun ke kanan.
b) Sensori : mengikuti sinar ke tengah
2) Umur 2- 3 bulan
a) Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha memasukkan
tangan ke mulut, mulai untuk meraih benda-benda yang
menarik yang ada disekitarnya.
b) Sensori : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi ke
atas dan ke bawah, mulai mendengarkan suara yang
didengarnya..
20
3) Umur 4 – 6 bulan
Bayi jika didudukan kepada sudah bisa seimbang dan punggung
sudah mulai kuat bila ditengkurapkan sudah bisa mulai miring dan
kepala sudah bisa tegak lurus. Sudah bisa mengenal orang-orang
yang sering berada di dekatnya, akomodasi mata positif.
4) Umur 6 – 7 bulan
Bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri, memindahkan
anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya,
mengambil mianan dengan tangannya, senang memasukkan kaki
ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan makanan ke mulut
sendiri. Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan
yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan orang yang belum
dikenalnya bayi akan merasa cemas (stanger anxiety), sudah dapat
mengeluarkan em.... emm... em, bayi biasa cepat menangis jika
terhadap hal-hal yang tidak diinginkannya akan tetapi akan cepat
tertawa lagi.
5) Umur 8 – 9 bulan
Bayi sudah bisa duduk dengan sendiri, koordinasi tangan ke mulut
sangat sering, bayi mulai tengkurap sendiri dan mulai belajar untuk
merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan menggunakan
jari-jarinya. Bayi tertarik dengan benda-benda kecil yang ada di
sekitarnya.
21
6) Umur 10 – 12 bulan
Sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar
berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri,
mulai belajar dengan menggunakan sendok akan tetapi lebih
senang menggunakan tangan, sudah bisa bermain ci… luk… ba..
dan mulai senang mencoret-coret kertas.. Visual aculty 20 – 50
positif, sudah dapat membedakan bentuk. Emosi positif, cemburu,
marah, lebih senang pada lingkungan yang sudah diketahuinya,
meras takut pada situasi yang asing, sudah mengerti namanya
sendiri, sudah bisa menyebut ibu, ayah.
7) Umur 15 bulan
a) Motorik kasar sudah berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
b) Motorik halus : sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan
jari ke lubang, membuka kotak, melempar benda.
8) Umur 18 bulan
a) Motorik kasar
Mulai berlari masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai
senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan
b) Motorik halus
Sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa
membuka halaman buku belajar balok-balok.
9) Umur 24 bulan
a) Motorik kasar
Berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua
kaki tiap tahap.
22
b) Motorik halus
Sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting
sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir,
sudah dapat menggunakan sendok dengan baik.
10) Umur 36 bulan
a) Motorik kasar
Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju
dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tinga
b) Motorik halus
Bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri,
menggosok gigi.
11) Umur 4 tahun
a) Motorik kasar
Berjalan jinjit, melompat, melompat dengan satu kaki,
menangkap bola dan melemparkannya.
b) Motorik halus
Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa
menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun
horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.
12) Usia 5 tahun
a) Motorik kasar
Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan
melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan
kaki secara bergantian.
23
b) Motorik halus
Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis
dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali
sepatu.
c) Sosial emosional
Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan
teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat,
sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
(Riyadi dan Ratnaningsih, 2012).
c. Pertumbuhan Fisik
Menurut Soetjiningsih (2010), pertumbuhan fisik meliputi:
1) Lingkar kepala
Ukuran kepala bayi merupakan salah satu ukuran yang penting
diketahui, yaitu untuk mengetahui perubahan dalam pertumbuhan
otak. Lingkar kepala bayi normal adalah 33 – 35 cm, tahun pertama
naik 10 cm, kenaikan semakin lama semakin sedikit, usia 5 tahun
kenaikan hanya 0,5 cm, setiap tahun sampai ukuran dewasa
dicapai. Usia 2 tahun kurang lebih 1/6 panjang badan. Usia satu
tahun adalah 44 – 47 cm.
2) Panjang badan
Dalam tahun pertama, panjang badan bayi bertambah 23 cm. Balita
pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm. Kemudian
kecepatan pertumbuhan berkurang, sehingga setelah umur 2 tahun,
24
kecepatan pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per tahun.
Rumusan panjang anak dari usia 3 tahun sampai remaja 80 + 5 cm.
3) Berat badan
Sesudah tahun pertama kenaikan 1,5 – 2 kg atau 2 – 3 kg setiap
tahun. Rumusan berat badan 7 – 2 kg (n = tahun) berat badan umur
1 tahun adalah 3 kali berat badan lahir, 2,5 tahun adalah 4 kali berat
badan lahir, dan 6 tahun adalah 2 kali berat badan umur 1 tahun.
d. Permasalahan pada Balita
Menurut Hidayat (2009), ada beberapa gejala penyakit yang
umum terjadi pada balita dan kemungkinan penyebabnya, yaitu :
1) Batuk-batuk
Penyebab yang paling umum dari kondisi ini kemungkinan ISPA
(infeksi saluran pernafasan atas). Selain itu ada juga penyebab
lainnya seperti lendir dari hidung yang mengalir ke tenggorokan,
asma, batuk rejan atau pneumonia.
2) Diare
Balita yang mengalami diare pada umumnya memiliki kotoran
yang encer dan berair. Diare di sebabkan oleh gastroenteritis, alergi
suatu makanan. Pada bayi dibawah 3 tahun terkadang diare
disebabkan oleh sistem pencernaan yang belum sempurna.
3) Demam
Pada umumnya demam merupakan pertanda terjadinya infeksi
yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Usaha pertama yang
25
dilakukan jika bayi demam tinggi adalah memberinya obat penurun
demam, karena demam yang terlalu tinggi bisa menyebabkan
kejang.
4) Kejang
Balita yang kejang adalah suatu kondisi menakutkan bagi orang
tua. Namun, jika kejang terjadi akibat demam tinggi biasanya
jarang berbahaya. Penyebab lain dari balita yang kejang adalah
epilepsi dan kejang tanpa ada alasan yang khusus pada bayi yang
baru lahir dalam keadaan sehat.
5) Muntah
Muntah bisa disebabkan oleh infeksi seperti gastroentritis, infeksi
saluran kemih, keracunan makanan.
3. Higienitas Botol
a. Pengertian
Higienitas adalah bersih, perilaku baik, dan aman untuk
kesehatan, kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan
lingkungan sehat dan tubuh yang sehat. Orang yang menjaga
kebersihan dan lingkungannya serta makanan yang dikonsumsi
(UNICEF, 2009).
Dot, yang juga dikenal sebagai dummy, soother atau pacifier,
adalah pengganti puting susu (ibu) yang biasanya terbuat dari karet
atau plastik. Non nutritive sucking seperti halnya botol, sudah lama
26
dikenal dalam sejarah umat manusia, penggunaannya merupakan
usaha orang tua untuk memberikan sesuatu yang dapat menenangkan
dan memberikan rasa nyaman untuk bayinya. Botol, secara universal
seakan menjadi simbol perlengkapan perawatan bayi, penggunaannya
sangat seluas di seluruh dunia (IDAI, 2009)
b. Manfaat Higienitas Botol Susu
Menurut UNICEF (2009), higienitas botol merupakan salah satu
cara untuk mendorong berperilaku higienis untuk mencegah
penyebaran penyakit diare. Selain itu, perilaku higienis dapat
mencegah penyebaran penyakit lain yang behubungan dengan
lingkungan seperti cacingan atau demam berdarah.
c. Cara memilih botol bayi yang baik
Menurut Melinda (2012), dalam memilih botol susu bayi, tentunya
harus ekstra hati-hati, yaitu:
1) Pilih botol susu yang sesuai dengan usia bayi. Perlu
memperhatikan ujung botol bayi dan pastikan sesuai dengan
ukuran mulut bayi. Botol susu plastik memerlukan perawatan
untuk menjaga kebersihannya.
2) Apabila menggunakan botol susu plastik untuk bayi, tentunya
harus benar-benar memperhatikan kebersihannya. Bisa
mensterilkan botol susu dengan menggunakan alat steril khusus
yang ada di pasaran, atau bisa juga menggunakan air panas.
27
3) Saat memilih botol susu, pastikan produk tersebut tidak
mengandung bahan kimia berbahaya. Memilih botol susu yang
terdapat tulisan “recycle” yang berarti bisa digunakan kembali.
Atau pilihlah produk dengan tanda “food grade”.
Perlu ketahui, kode-kode tersebut merupakan informasi tentang
jenis plastik botol tersebut. Berikut ini beberapa kode yang
biasanya ada pada botol yaitu:
a) PP atau Polypropylene adalah bahan yang paling aman digunakan
seperti untuk botol susu bayi atau tempat makanan.
b) LDPE atau Low Density Polyethylene adalah bahan yang dapat
didaur ulang. Bahan ini cocok untuk tempat makan.
c) PET atau Polyethylene Terephthalate adalah bahan yang biasanya
dipakai untuk kemasan air mineral dan hanya untuk sekali pakai.
Tidak untuk digunakan dengan air panas atau hangat.
d) HDPE atau High Density Polyethylene adalah bahan yang
direkomendasikan hanya untuk sekali pakai saja. Bahan jenis ini
biasanya digunakan untuk botol susu yang bewarna putih susu.
e) PVC atau Polyvinyl Chloride adalah bahan plastik yang berbahaya
untuk ginjal dan hati. Bahan jenis ini sulit di daur ulang.
28
f) PS atau Polystyrene adalah bahan yang biasa digunakan untuk tempat
minuman sekali pakai atau tempat makan dari styrofoam. Bahan
jenis styrene berbahaya untuk otak dan sistem saraf. Bahkan
beberapa negara sudah melarang pemakaian bahan ini.
g) Other. Jika mendapatkan produk dengan simbol yang
bertuliskan kata “other” artinya adalah produk tersebut
menggunakan salah satu bahan plastik yang berasal dari
Polycarbonate, Polylactic Acid, Acrylonitrile Butadiene Styrene
Acrylic, Nylon atau Fiberglass. Anda disarankan untuk
menghindari produk yang bertuliskan polycarbonate karena
mengandung bisphenol-A (BPA) yang bisa berbahaya bagi
perkembangan anak, sistem reproduksi, saraf, daya tahan tubuh
dan bisa menyebabkan kanker.
Menurut Farida (2008), beberapa hal yang perlu diperhatikan
ketika memilih botol susu, yaitu:
1) Sesuaikan ukuran botol
Di pasaran terdapat berbagai ukuran botol yang biasanya menyatu
dengan dot. Untuk ukuran kecil 30-50 ml, sedang 120 ml, dan
besar di atas 200 ml. Sesuaikan dengan kebutuhan asupan susu si
kecil pada setiap kali minum. Ingat, sangat tidak dianjurkan untuk
menyisakan susu dalam botol.
29
2) Bahan tahan panas, tak mudah pecah dan tak beracun
Sehingga proses sterilisasi bisa dilakukan dengan aman dan
mudah. Botol yang terbuat dari bahan gelas lebih awet, tahan lama,
dan proses sterilisasinya mudah. Hanya saja, botol ini cukup berat
hingga kurang nyaman digunakan, disamping mudah pecah.
Berbeda dengan botol plastik yang lebih tahan lama. Bayi pun
aman memegang botolnya sendiri.
3) Tidak banyak gambar
Sebab gambar-gambar itu berisiko terkelupas saat disterilisasi
dalam air mendidih. Sedangkan botol dengan aksesori, seperti
kepala boneka atau mainan boleh saja dijadikan pilihan, selama tak
menyulitkan proses sterilisasi atau pemberian susu kepada bayi.
4) Memiliki ring pengatur deras
Jika diputar ke arah tertentu, aliran susu akan semakin deras atau
sebaliknya. Ada tiga pengaturan yang baku, yaitu lambat, sedang,
dan cepat. Jadi, bisa distel sesuai kebutuhan. Jika bayi mengalami
kelainan jantung, sangat dianjurkan memiliki kelengkapan ini,
karena bayi tak dianjurkan mengisap air susu terlalu deras. Jika
tidak, napas bayi bisa tersengal-sengal bahkan menimbulkan
tersedak. Ini juga bisa digunakan terutama untuk bayi 0-3 bulan.
Dengan regulator, maka isi susu tidak keluar jika tidak diisap. Pun
saat sedang menyusu lalu bayi terlelap tidur, keberadaan regulator
sangat membantu. Tidak cuma itu. Sekat ini juga berguna untuk
30
menahan aliran susu jika botol miring/terbalik. Saat bepergian
dimana kita sering menyimpan botol dalam tas, tak ada
kekhawatiran lagi air susu akan tumpah.
5) Botol susu dengan pegangan
Untuk bayi 6 bulan ke atas, beri kesempatan pada si kecil untuk
memegang botolnya sendiri. Dengan begitu, selain menikmati
susu, kemampuan motoriknya juga akan terlatih.
d. Cara menjaga kebersihan botol
Menurut Destika (2012), menjaga kesehatan bayi dapat dilakukan
melalui langkah sederhana dengan membersihkan botol susunya secara
rutin dan menyimpan botol susu di tempat yang tepat. Hal ini memang
sebuah langkah sederhana, namun mampu memberi dampak besar bagi
kesehatan bayi. Karena itu, jika hendak memberi susu melalui botol,
cara menjaga kebersihan botol susu yaitu:
1) Menjaga kebersihan botol susu
Menjaga botol susu agar tetap steril. Botol susu perlu dicuci
menggunakan air panas. Merendamnya di dalam air panas selama
beberapa menit. Mencuci puting botol susu menggunakan air
panas agar terhindar dari kuman.
2) Jangan menyimpan susu lebih lama di dalam botol susu
membuang sisa susu di dalam botol. Sisa susu yang dibiarkan
tersimpan lama di dalam botol hanya akan menumbuhkan bakteri
dan bau busuk. Hal ini dapat menurunkan tingkat kebersihan botol
susu si kecil.
31
3) Jaga botol susu agar tetap kering
Botol yang basah dan dibiarkan tertutup dapat menjadi rumah bagi
bakteri dan kuman. Karena itu, setelah mencuci botol susu, harus
segera mengeringkannya menggunakan kain bersih.
4) Cuci puting botol susu
Mencuci puting botol setiap hari. Saat mencuci, perlu
membersihkan puting botol susu menggunakan spon lembut agar
tidak mudah sobek dan harus mencucinya dengan baik, terutama
pada sudut-sudut tutup botol dan putingnya.
e. Metode sterilisasi Botol Bayi
Menurut Safitri (2008), berbagai metode sterilisasi botol, yaitu:
1) Sterilisasi dengan uap listrik
Memerlukan waktu sekitar 10 menit, ditambah waktu untuk
mendinginkan peralatan. Kelebihannya tidak memerlukan
pembilasan lagi setelahnya dan memiliki kapasitas besar.
Kekurangannya alat ini tidak bisa dibawa kemana-mana karena
memerlukan daya listrik, harus sering dibersihkan. Langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Cuci botol susu dengan menggunakan sabun khusus untuk
mencuci botol susu.
b) Mengisi bagian dasar penguap dengan air dingin secukupnya.
c) Membaca instruksi pemakaian untuk mengetahui jumlah pasti
botol susu yang bisa tampung.
32
d) Meletakkan botol susu ke dalam alat sterilisasi agar bagian
dalam terkena uap dari bagian dasar dari alat, Letakkan botol
susu dalam posisi terlungkup.
e) Tutup rapat alat sterilisasi
2) Steamer microwave
Membutuhkan waktu sekitar 5 menit, peralatan tetap steril dengan
3 jam jika penutup dibiarkan pada tempatnya. Alat ini juga
menggunakan uap untuk menghilangkan bakteri. Kapasitas yang
dimiliki tidak terlalu besar dan alat ini tidak bisa mensterilkan alat
makan seperti sendok atau mangkuk logam. Langkah-langkah:
a) Cuci botol dengan menggunakan sabun khusus untuk
mencuci botol susu.
b) Tuangkan 60ml air putih,
c) Masukkan botol/part breast pump yang akan di-steril,
d) Nyalakan microwave.
3) Merebus
Membutuhkan waktu sekitar 10 menit, panci tidak boleh
digunakan untuk keperluan lain karena dot dapat rusak lebih cepat.
Selain itu segera angkat dan meniriskan botol kemudian
menyimpan di tempat yang bersih dan kering. Jika dibiarkan
hingga air menjadi dingin akan membuat mikroorganisme masuk
dan menempel di botol.
33
Langkah-langkah:
a) Cuci botol susu dengan menggunakan sabun khusus untuk
mencuci botol susu.
b) Masukkan semua botol dan peralatan ke dalam panci berisi air
mendidih dalam keadaan tengkurap dan terendam air
seluruhnya.
c) Rebus dan didihkan selama 10 menit, sedangkan untuk dot
selama 4 menit.
d) Angkat dan keringkan lalu simpan dalam wadah tertutup
sampai digunakan lagi.
34
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: modifikasi Notoatmodjo (2010), Destika (2012)
Pengetahuan
Ibu
1. Pengertian higienitas
botol 2. Manfaat higienitas
botol
3. Cara memilih botol
bayi yang baik
4. Cara Menjaga
Kebersihan Botol
5. Metode sterilisasi
Botol Bayi
1. Definisi pengetahuan
2. Jenis Pengetahuan
3. Tingkat Pengetahuan
4. Cara memperoleh
pengetahuan
5. Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
6. Kriteria tingkat
pengetahuan
Bayi dan Balita
Ibu
Higienitas Botol
1. Pengertian bayi dan
balita
2. Tahapan
Perkembangan Bayi
dan Balita
3. Pertumbuhan Fisik
4. Permasalahan pada
Balita
35
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Baik
Cukup
Kurang
Pengetahuan Ibu
tentang Higienitas
Botol Susu
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
6. Kebudayaan
lingkungan sekitar
7. Informasi
1.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent), tanpa membuat
perbandingan atau penghubung dengan variabel lain (Nasir, 2011). Penelitian
kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk
angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi
(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang
higienitas botol susu di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan
Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen.
37
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis
untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 - 10 Juni
2015.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti
tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,
masyarakat, organisasi, benda, obyek, peristiwa atau laporan yang
semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik
(Silalahi, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 88
ibu yang mempunyai bayi dan balita yang menggunakan botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen yang menggunakan botol susu dalam
memberikan ASI atau susu formula kepada anaknya.
2. Sampel
Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi
(Silalahi, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100
maka lebih baik diambil semua dan jika jumlah subyek lebih dari 100,
maka dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu yang mempunyai bayi dan balita yang menggunakan botol susu
38
di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen yang menggunakan botol susu dalam
memberikan ASI atau susu formula kepada bayi dan balita yang
menggunakan botol susu yaitu sebanyak 46 responden.
3. Teknik Pengambilan sampling
Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel
yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian
ini menggunakan accidental sampling. Accidental sampling adalah cara
penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara
kebetulan (accidental) bertemu dan cocok sebagai sampel penelitian
(Sugiyono, 2010).
D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat
pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Mawar III Desa
Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen.
39
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Nama
Variabel
Pengertian Indikator Alat
Ukur
Skala
Tingkat
pengetahuan
ibu tentang
higienitas
botol susu
Kemampuan ibu
menjawab dengan benar
tentang higienitas botol
susu
1. Pengertian
higienitas botol
2. Manfaat higienitas
botol
3. Cara memilih botol
susu yang baik
4. Cara Menjaga
Kebersihan Botol
susu
5. Metode sterilisasi
Botol Bayi
1. Baik
Bila nilai responden
yang diperoleh (x) >
mean + 1 SD
2. Cukup
Bila nilai responden
mean -1 SD ≤ x ≤
mean + 1 SD
3. Kurang
Bila nilai responden
yang diperoleh (x) <
mean – 1 SD
Kuesioner Ordinal
Sumber: Data Primer (2014)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis. Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Kuesioner adalah
daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan
respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012).
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup
adalah daftar pernyataan yang sudah disediakan jawabannya
40
(Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif
(favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah,
pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan
dengan skor 1 untuk jawaban salah.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pernyataan
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
Soal Favourable Unfavourable
Tingkat
pengetahuan
ibu tentang
higienitas
botol susu
1. Pengertian
higienitas botol
1,3 2 3
2. Manfaat higienitas
botol
5 4 2
3. Cara memilih botol
susu yang baik
6,7,8,11* 9,10,12 7
4. Cara menjaga
kebersihan botol
susu
13,15,18,19
20,21
14,16,17 9
5. Metode sterilisasi
botol susu
23,25*,27,28
30
22,24,26,29 9
Jumlah 18 12 30
Sumber: Data Primer (2014) Ket: *) : Item tidak valid
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas data.
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan Posyandu Melati Siboto Kelurahan
Kalimacan, Kalijambe, Sragen pada tanggal 10-13 Mei 2015 terhadap 30
responden. Menurut Riwidikdo (2013), uji coba validitas dan reliabilitas
minimal dilakukan terhadap 30 responden
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah
41
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan
SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment. Menurut Hidayat
(2011), rumus product moment yaitu:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Dikatakan valid jika rhitung > rtabel (0,361). Pada penelitian ini menggunakan
taraf signifikan 0,05. Setelah dilakukan uji validitas didapatkan 2 nomor
item tidak valid yaitu nomor 11 (0,280 < 0,361)dan 25 (0,027 < 0,361),
untuk selanjutnya nomor yang tidak valid tidak digunakan dalams
penelitian karena sudah terwakili dari nomor item yang valid. Sehingga
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 28 item pernyataan
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
}Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 YYXX
YX.XY
Nrxy
42
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus
Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
t
b
k
kr
2
2
11 11 t2
bb2
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,70)
(Riwidikdo, 2013). Hasil uji validitas didapatkan nilai alpha cronbach’s
sebesar 0,839 > 0,7, sehingga instrumen cukup dapat dipercaya sebagai
instrumen penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data dari primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
tentang higienitas botol susu di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul
Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen.
43
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder yang didapatkan pada
penelitian ini yaitu jumlah ibu yang memberikan ASI secara langsung
pada anaknya serta jumlah ibu yang memakai botol susu di Posyandu Desa
Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen,
yaitu sebanyak 46 ibu.
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data (Notoatmodjo, 2010)
adalah:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi. Pada saat peneliti ada 2 kuesioner yang
tidak terjawab dengan lengkap oleh responden sehingga kuesioner
tersebut dikembalikan kepada responden untuk dilengkapi.
44
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-
tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya. Pada saat penelitian koding dilakukan untuk memberikan
kode pada pernyataan positif (favorable) dengan skor 1 jka responden
menjawab dengan benar dan jika salah dengan skor 0 sedangkan untuk
pernyataan negatif (unfavorable) jika benar dengan skor 0 dan jika
salah dengan skor 1.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel. Setelah jawaban dari 46 responden di beri kode untuk
selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel dengan bantuan program
excell.
d. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing
Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden
dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
atau soffware komputer. Dalam penelitian ini setelah dimasukkan ke
dalam tabel tahap berikutnya mencari mean dan standar deviasi dari
skor pernyataan responden.
e. Pembersihan data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,
45
kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning). Dalam proses ini dilakukan meneliti
ulang dari proses editing, coding dan tabulating, cleaning agar tidak
terjadi kesalahan.
2. Analisis Data
Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat yaitu menganalisis
terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel. Penelitian ini hanya
mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen.
Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai
berikut:
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Menurut Notoatmodjo (2007), rumus mean yaitu:
Rumus : X = n
xx
Keterangan :
X : Rata-rata ( mean )
x : Jumlah seluruh jawaban responden
n : Jumlah responden
46
Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap
rata-ratanya.
Rumus :
SD = 1
)( 2
2
1
( )2
n
n
xixi
Keterangan:
x : Nilai responden
n : Jumlah responden
Untuk mendapatkan distribusi persentase tingkat pengetahuan ibu
tentang higienitas botol bayi di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul
Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen.
digunakan rumus persentase. Menurut Riwidikdo (2010), rumus persentase
yaitu:
Jumlah responden menurut Tingkat Pengetahuan
Persentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x 100%
Jumlah total responden
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2011), meliputi :
1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti
menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta
manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
47
lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek
penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya. Dalam penelitian seluruh ibu menyetujui untuk
menjadi responden mau menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut. Dalam
penelitian untuk pengisian nama sudah dicantumkan inisial responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian. Dari jawaban pertanyaan
kuesioner peneliti tidak mempublikasikan jawaban responden.
J. Jadwal Penelitian
Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan
penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian (Terlampir).
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Posyandu Mawar III yang
beralamatkan di Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen. Posyandu Mawar III berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
yang sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Posyandu Mawar III memiliki 1 bidan dan 12 Kader yang terdiri dari
10 kader aktif dan 2 Kader non aktif. Pelayanan di Posyandu Mawar III
meliputi 4 meja yaitu meja 1 tempat pendaftaran, meja 2 tempat penimbangan
bayi dan anak balita, meja 3 pengisian KMS, dan meja 4 tentang peyuluhan
perorangan. Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan tiap bulan pada
minggu pertama. Jumlah bayi dan balita yang mengikuti Posyandu Mawar III
sebanyak 88 ibu yang terdiri 46 bayi dan balita dengan menggunakan botol
susu dan 42 pemberian ASI langsung.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden
a. Karakteristik berdasarkan umur responden
Tabel 4.1 Karakteristik berdasarkan umur responden
No Umur Jumlah Persentase
(%)
1
2
3
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun
2
39
5
4,3
84,8
10,9
Total 46 100
Sumber: Data Primer, 2015
49
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui umur responden kurang
dari 20 tahun sebanyak 2 responden (4,3%), umur 20 – 35 tahun
sebanyak 39 (84,9%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 5
responden (10,9%). Jadi sebagian besar responden berumur 20 – 35
tahun.
b. Karakteristik berdasarkan pendidikan responden
Tabel 4.2 Karakteristik berdasarkan pendidikan responden
No Pendidikan Jumlah Persentase
(%)
1
2
3
SMP
SMA
Sarjana
19
25
2
41,3
54,4
4.3
Total 46 100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui pendidikan responden
pada pendidikan SMP sebanyak 19 responden (41,3%), pendidikan
SMA sebanyak 25 responden (54,4%) dan pendidikan sarjana
sebanyak 2 responden (4,3%). Jadi sebagian besar responden tingkat
pendidikan SMA.
c. Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden
Tabel 4.3 Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden
No Pekerjaan Jumlah Persentase
(%)
1
2
3
IRT
Swasta
PNS
25
19
2
54,4
41,3
4.3
Total 46 100
Sumber: Data Primer, 2015
50
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui pekerjaan responden
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 15 responden (54,4%), pekerjaan
di bidang swasta sebanyak 19 responden (41,3%) dan sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2 responden (4,3%). Jadi mayoritas
pekerjaan responden bekerja di bidan swasta.
2. Tingkat Pengetahuan Responden
a. Hasil Perhitungan mean dan standari deivasi
Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi
Variabel N Mean Standar
Deviasi
Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas
botol susu di Posyandu Mawar III Desa
Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen
46
19,4 3,6
Berdasarkan perhitungan mean dan standart deviasi pada tabel di atas
diperoleh data yaitu mean 19,4 dan standart deviasi sebesar 3,6.
b. Analisis Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3
tingkat pengetahuan yaitu:
1) Baik : (x) > mean+1 SD
x) > 19,4 + 1 x 3,6
= (x) > 23,
Jadi tingkat pengetahuan baik jika nilai responden > 23
2) Cukup : mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
19,4 –1 x 3,6 ≤ x ≤ 19,4 + 1 x 3,6
= (x) 15,8 ≤ x ≤ 23
51
Jadi tingkat pengetahuan cukup jika nilai responden 15,8 ≤
x ≤ 23
3) Kurang : (x) < mean–1 SD
(x) < 19,4 –1 x 3,6
= (x) < 15,8
Jadi tingkat pengetahuan kurang jika nilai responden
< 15,8
Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen, dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen
No Pengetahuan Jumlah Persentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
8
32
6
17,4
69,6
13,0
Total 46 100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas Tingkat pengetahuan ibu tentang
higienitas botol susu di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul
Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen dapat
dikategorikan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 responden
(17,4%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 32 responden (69,6%)
dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (13,0%).
52
Sehingga mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol
susu di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen pada kategori pengetahuan
cukup.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas
botol susu di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen dapat dikategorikan tingkat
pengetahuan baik sebanyak 8 responden (17,4%), tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 32 responden (69,6%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6
responden (13,0%).
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil tahu dari
manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat
indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Menurut
Mubarak (2012), terdapat 7 faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, yaitu: pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman,
kebudayaan lingkungan sekitar, informasi
Berdasarkan karakteristik diketahui umur kurang dari 20 tahun
sebanyak 2 responden (4,3%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 39 (84,9%) dan
umur lebih dari 35 tahun sebanyak 5 responden (10,9%). Menurut Mubarak
53
(2012), bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik
dan psikologis (mental). Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden pada
pendidikan SMP sebanyak 19 responden (41,3%), pendidikan SMA sebanyak
25 responden (54,4%) dan pendidikan sarjana sebanyak 2 responden (4,3%).
Menurut Mubarak (2012), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin mudah pula menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan
yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki
tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap
orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
Berdasarkan pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak
15 responden (54,4%), pekerjaan di bidang swasta sebanyak 19 responden
(41,3%) dan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2 responden
(4,3%). Menurut Mubarak (2012), pekerjaan dapat membuat seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan.
54
Menurut Mubarak (2012), faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan
responden yaitu informasi, semakin banyak informasi yang diperoleh
responden akan semakin bertambah pula pengetahuan yang diperolehnya.
Higienitas adalah bersih, perilaku baik, dan aman untuk kesehatan,
kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan lingkungan sehat dan
tubuh yang sehat. Orang yang menjaga kebersihan dan lingkungannya serta
makanan yang dikonsumsi. Menjaga kesehatan bayi dapat dilakukan melalui
langkah sederhana dengan membersihkan botol susu secara rutin dan
menyimpan botol susu di tempat yang tepat. Menjaga kehigienitasan botol
susu memang sebuah langkah sederhana, namun mampu memberi dampak
besar bagi kesehatan bayi. Higienitas botol merupakan salah satu cara untuk
mendorong berperilaku higienis untuk mencegah penyebaran penyakit diare.
Selain itu, perilaku higienis dapat mencegah penyebaran penyakit lain yang
berhubungan dengan lingkungan seperti cacingan atau demam berdarah
(UNICEF, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat
pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di Posyandu Mawar III Desa
Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen
pada kategori pengetahuan cukup. Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Agusulistiana (2013), yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan
ibu tentang higienitas botol bayi di Posyandu Teratai VIII Desa Gabus Etan
Sragen”, mayoritas tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 ibu (60,5%).
55
D. Keterbatasan Penelitian
1. Kendala
Pada waktu pengambilan data saat pengisian kuesioner ada sebagian
responden mengisi pernyataan tidak lengkap sehingga peneliti harus
mengunjungi ke rumah responden untuk melakukan pengisian kuesioner.
2. Kelemahan
a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil
penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda hasil
jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian.
b. Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden
hanya bisa menjawab “benar” atau “salah” dan jawaban responden
belum bisa untuk mengukur ` pengetahuan secara mendalam.
56
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari penelitian
yang telah dilakukan dengan judul tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas
botol susu di Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Tingkat pengetahuan responden
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di Posyandu Mawar
III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten
Sragen tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 responden (17,4%),
2. Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di Posyandu Mawar
III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten
Sragen tingkat pengetahuan cukup sebanyak 32 responden (69,6%).
3. Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di Posyandu Mawar
III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan Kalijambe Kabupaten
Sragen tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (13,0%).
Sehingga tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol susu di
Posyandu Mawar III Desa Ngumbul Kelurahan Kalimacan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen tertinggi pada tingkat pengetahuan cukup.
57
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:
1. Bagi Posyandu
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan peserta posyandu
dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan khususnya pemakaian botol
ASI yang higienis pada bayi sehingga tidak terjadi penyakit diare pada
bayi.
2. Bagi Responden
Diharapkan masyarakat khususnya ibu meningkatkan pengetahuan
tentang higienitas botol dengan aktif mengikuti penyuluhan-penyuluhan
yang diadakan tenaga kesehatan setempat dan lebih banyak membaca serta
mencari informasi dari media elektronik maupun media cetak.
3. Institusi pendidikan
Diharapkan menambah referesnsi kepustakaan tentang higienitas
botol susu sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya.
4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan atau
menambah variabel penelitian dan kuesioner, sehingga didapatkan
penelitian yang lebih baik.