Transcript

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 1/39

 

Laporan Akhir

1

LAPORAN AKHIR

Telaah Strategis Mekanisasi Pertaniandalam Pembangunan Pertanian

Berwawasan Agribisnis

TIM STUDI KEBIJAKAN MEKANISASI PERTANIAN

BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI

PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

DEPARTEMEN PERTANIAN

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 2/39

 

Laporan Akhir

2

BAB I PENDAHULUAN

Transformasi pertanian menuju modernisasi ditandai oleh tahapanmasyarakat industri dengan ciri produktivitas tinggi, efisien dalampenggunaan sumber daya alam dan teknologi, serta mampuberproduksi dengan menghasilkan output yang berkualitas danbernilai tambah tinggi. Dengan kata lain, pertanian modern dapatmenjadi suatu wujud sistem usaha tani dengan spesialisasi produkyang sangat beragam, penggunaan tradeable  input makin tinggi dansudah mempraktekkan sistem manajemen usaha tani lebih efisien.

Dengan ciri-ciri tersebut tuntutan diterapkannya suatu sistem

manajemen usaha pertanian yang secara optimal memanfaatkansumber daya lokal yang spesifik dan berkelanjutan menjadikeharusan. Dalam masa reformasi pembangunan pertanian diIndonesia disiapkan untuk memasuki era modernisasi dengankonsep pembangunan pertanian berwawasan agribisnis.

Pembangunan pertanian berwawasan agrbisnis diletakkansebagai bagian pembangunan ekonomi dengan suatu grand strategi  membangun sistem dan usaha pertanian yang berdaya saing,berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Ciri pembangunanini tidak dapat dipisahkan dari keragaman wilayah, ekosistem dan zonaagro-ekologi yang memberikan kekayaan sistem dan usaha tani yang

spesifik dari satu wilayah ke wilayah lain.

Keragaman wilayah tersebut memberikan ciri kemampuanwilayah spesifik yang berbeda satu dengan yang lain ( natural resource endowment). Sarana prasarana, sistem budaya, sistem sosial, dankemampuan sumber daya manusia dalam mengantisipasi perubahandinamika domestik dan global pada akhirnya akan muncul sebagairegional capacity  dari suatu peta kemampuan ekonomi pertanianIndonesia. Sumber daya lahan pertaniannya terdiri dari berbagaiekosistem yang memiliki ciri sangat spesifik, yang tercipta dariberbagai komponen alamiah, dan buatan manusia, termasuk didalamnya sistem budaya. Jika digambarkan akan muncuk suatumozaik  yang memetakan kemampuan wilayah dan kinerja ekonomipertaniannya.

Untuk wilayah lahan berbasis irigasi, petani dihadapkan padalingkungan pertanian yang potensial untuk berusaha padi dan tanamanpangan lain. Sedangkan pada lahan kering ekosistem ini menuntunpetani untuk mengembangkan pertanian dengan basis lahan kering

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 3/39

 

Laporan Akhir

3

atau tanaman yang dikembangkan dengan keberadaan air terbatas.Pada lahan pasang surut dan rawa, sistem usaha taninya jugamemerlukan teknik budidaya khusus, agar tanaman atau usaha tani

yang lain dapat berkembang dengan baik, dan menghasilkan sesuatuuntuk mendukung bisnis usaha taninya.Karena itu, pola pengembangan mekanisasi pertanian selalu

diawali dengan kebutuhan petani, dengan tahapan untuk mencapaikepastian produksi secara cukup ( subsistence ) yang kemudiandikembangkan kearah tahapan efisiensi sistem usaha pertanian, danpada tahap yang terakhir adalah komersialisasi usaha pertanian. Olehkarena itu, pengembangan mekanisasi pertanian selalu memiliki kaitanyang erat dengan perkembangan sistem usaha pertanian dengantuntutan spesifiknya. Transformasi usaha tani dari sistem usahatani subsisten ke sistem usaha tani modern, memerlukan waktu,penyiapan sarana prasarana, sistem budaya, kelembagaan, dengan

dukungan riset yang memadai, penyuluhan yang cukup, dan industripendukung.

Dinamika perkembangan ekonomi Indonesia pasca krisis telahmenyebabkan dampak kepada perkembangan dan pertumbuhanmekanisasi pertanian di Indonesia. Faktor faktor makro seperti harga,nilai uang ( kurs), bunga bank, inflasi, serta subsisdi ternyata sangatbanyak pengaruhnya kepada perkembangan mekanisasi pertanian.Kaitan langsung kepada penerapan mekanisasi pertanian adalahpertumbuhan industri alat dan mesin di dalam negeri dan paling ujungadalah biatya operasi alat dan mesin pertanian yang harus di bayaroleh petani.

Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan pengembanganmekanisasi pertanian dari sisi teknologi akan bias kepada teknologiyang lebih maju dari yang eksis, dengan efisiensi tinggi, dan teknikoperasi yang kurang pas denga kondisi sistem usaha tani yang ada.Seringkali disebut teknologi mekanisasi yang dikembangkan tidaklayak ekonomis dan sosial, meskipun secara teknis dikatakan layak.Namun demikian pendekatan sosial ekonomi dan budaya jugamendapatkan kritikan akan menjadikan Indonesia terlambat mengejarpertumbuhan dan persaingan dengan negara negara tetangga sepertiThailand, Malaysia, Philipine dan bahkan Vietnam.

Korea mengambil cara yg sangat tidak populer dari teori ekonomidengan memberikan subsidi kepada petani untuk menggunakanmekanisasi pertanian, seiring dengan kemajuan industri di negaratersebut. Perubahan ke tenaga kerjaaan menyebabkan adanyatuntutan untuk melakukan percepatan dalam pergeseran sistempertanian dari tradisional ke modern untuk efieisni energi, namun

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 4/39

 

Laporan Akhir

4

dengan intervensi pemerintah yang cukup domonanInovasi mekanisasi pertanian di Indonesia berjalan seperti proses

evolusi yang menggambarkan terjadinya proses adopsi, adaptasi dan

penerapan mekanisasi dari kondisi sangat tradisional ke tahap yangsemi modern ( dan mungkin modern) dengan berbagai tingkatanteknologi. Tahapan tahapan tersebut terkait dengan perkembanganpertumbuhan sarana prasarana, laju adopsi sistem usaha tani,pertumbuhan ekonomi wilayah, difusi budaya dan arus informasi yangterus berkembang dari satu waktu ke waktu.

Dalam proses inovasi tersebut peran pemerintah sangat dominanterutama di dalam proses difusi teknologi. Berbagai proyek, bantuanhibah maupun bentuk bentuk lain mendorong masuknya teknologimekanisasi pertanian. Namun demikian hasilnya tidak semuanyamenggembirakan. Banyak aspek yang tidak atau kurangdipertimbangkan dalam proses inovasi tersebut, namun demikian

keuntungan yang di dapat adalah pembelajaran proses mekanisasipertanian, yaitu faktor pemberdayaan manusia harus lebihdidahulukan daripada proses modernisasi.

Salah satu contoh adalah wilayah yang baru dibuka, keterlibatanpemerintah sangat besar, antara lain penyiapan sarana dan prasaranauntuk pengembangan usaha ekonomi, sedangkan pada wilayah yangsudah mulai tumbuh sedikit demi sedikit keterlibatan pemerintah mulaidikurangi dengan terlebih dahulu menyiapkan SDM, kelembagaan, danmeningkatkan sarana dan prasarana.

Posisi strategis mekanisasi pertanian memiliki makna yang sangatkompleks; Pertama, peningkatan produktivitas, Peningkatanproduktivitas dapat dicapai dengan memberikan penambahan input

benih, bibit tanaman atau ternak dengan produksi per satuan luas(yield) yang tinggi. Untuk ternak, berarti berat per satuan ternak, yangdiakibatkan proses penggemukan. Produktivitas berarti juga dengan  jumlah unit input yang sama dihasilkan produksi yang lebih tinggi.Kedua, efisiensi dan proses. Dengan meingkatnya efisiensipenggunaan sumber daya pertanian, berarti meningkat efisiensi ushatani, yang pada akhirnya juga meningkat efisiensi ekonomi. Ketigakualitas dan nilai tambah. Menggunakan mekanisasi pertanian dapatmeningkatkan kualitas produk. Susut karena kerusakan mekanis ataukarena kerusakan fisik dapat dikurangi. Proses pengeringan atapendinginan dapat memperpanjang waktu simpan dan sekaligusmencegah kerusakan karena faktor faktor alami dan buatan. Keempatmeningkatnya pendapatan. Mekanisasi pertanian memberikankontribusi untuk menurunkan biaya produksi, meningkatnya hasil danmenurunnya susut hasil, sehingga pada akhirnya alkan meningkatkanpendapatan usaha tani. Namun pada dasarnya, keempat posisistrategis mekanisasi itu menuntut prasyarat kelengkapan dankesiapan kelembagaan dan sumber daya manusia sebagai pelaku

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 5/39

 

Laporan Akhir

5

pembangunan.Laporan ini merupakan kajian kebijakan yang memberikan telaah

strategis posisi mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian

dari pandangan sistem dan usaha agribisnis. Fokus utama dari kajianini adalah pada keempat kontribusi strategis diatas dalampembangunan pertanian.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 6/39

 

Laporan Akhir

6

BAB IILINGKUNGAN STRATEGIS PEMBANGUNAN PERTANIAN 

2.1. Tantangan dan Isu Pembangunan Pertanian

Kabinet Indonesia Bersatu telah diumumkan pada tanggal 20Oktober 2004. Sehari sesudah diumumkan Menteri KoordinatorPerekonomian menyatakan bahwa fokus pembangunan ekonomi pada5 tahun mendatang ( 2004-2009) adalah pembangunan pertanian.Alasan yang dipakai sebagai dasar adalah sektor pertanianmerupakan sektor yang menghidupi lebih dari 50% tenaga kerja diIndonesia, sumber daya pertanian yang dimiliki juga memberikandukungan yang besar. Namun demikian beban sektor ini memangsangat berat pada masa masa reformasi ini, antara lain disebutkan

oleh Andreas Maryoto ( Kompas, 26 Okktober 2004) adalah; (a)penyelundupan gula, (b) konversi lahan, (c), penyakit hewan, (d)membanjirnya produk impor, dan (e) bioteknologi. Pada akhiratrikelnya disebutkan perlunya mekanisasi pertanian untuk menjawabtantangan pergeseran minat angkatan muda pada sektor pertanian,yang sebenarnya gejala ini sudah sangat lama dikemukakan oleh paraahli dan peminta mekanisasi pertanian pada Seminar MekanisasiPertanian Untuk Pembangunan

Anton Apriantono (2004)1 pada pidato serah terima MenteriPertanian menyebutkan hal yang sama dengan penekanana padamasalah (a) konversi lahan pertanian dari pertanian ke non pertanianyang semakin luas, (b) ancaman produk impor dari luar negeri, (c)

Berkecamuknya wabah penyakit dan OPT, hewan dan ternak; (d)berkembangnya standar mutu produk pertanian, (e) Pemakaian danpemanfaatan bio teknologi, (e) Konsep swa sembada pangan yangmulai dipertanyakan pelaksanaan dan mekanismenya, (f) konflikkepentingan antar pusat dan daerah.

Dari dua hal tersebut, sebenarnya sudah dapat diduga, bahwaproses transformasi ditandai dengan pergeseran strukturperekonomian yang semakin jelas, yaitu menurunnya kontribusi relatifsektor pertanian pada GDP, dari lebih 50% pada tahun 1970 anmenjadi hanya sekitar 17% pada tahun 2003. Namun demikian tidakdiimbangi oleh menurunnya kontribusi tenaga kerja dari lebih 50%pada tahun 1970, menjadi sekitar 45% pada tahun 2000. Ada indikasiketimpangan struktural.

Dari keragaan pembangunan, keberhasilan di sektor pertanian

1Pidato Serah terima Menteri Pertanian 20 Oktober 2004.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 7/39

 

Laporan Akhir

7

yang menonjol adalah tercapainya swasembada beras pada tahun1984 dan semakin mantapnya peningkatan produksi dan produktivitasbeberapa komoditas strategis lainnya yang berasal dari komoditas

palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan.Keberhasilan ini telah membawa dampak perbaikan terhadappendapatan, kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya,terciptanya kesempatan kerja serta meningkatkan ekspor non migas.Demikian pula keberhasilan pembangunan sektor pertanian telahmembawa dampak terhadap perubahan perilaku petani yang mulaiberalih orientasi usahataninya, dari usahatani subsisten ke usahatanikomersial, dan dari usahatani tradisonal kearah usahatani denganteknologi yang lebih moderen. Ringkasnya selama PJP I sektorpertanian telah memberikan peranan yang sangat besar bagiperekonomian nasional. (Baharsyah, 1997).

Namun demikian, pada masa 1997 - sekarang dan awal abad21 ini sudah terlihat beragam tantangan yang antara lain disebut olehMenteri Pertanian yang baru dan Andreas Maryoto diatas, yang harusdihadapi oleh sektor pertanian, seperti membanjirnya impor buah,produksi beras yang belum stabil, degradasi sumber daya alam danlingkungan, melemahnya daya beli, kesenjangan produksi yang belumdapat teratasi dengan baik dan banyak lagi. Disamping harusmempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai dalam PJP I,sektor ini bersama-sama dengan sektor yang lain memasuki suatudunia persaingan yang semakin ketat, tajam dan pengaruhnya begitukuat terhadap kinerja nasional

Hal hal tersebut menambah penekanan bahwa sektor pertanianperlu dibangun menjadi sektor yang modern. Gambaran di atasmenunjukkan bahwa sektor pertanian akan tetap penting dalamperekonomian serta tetap berperan dalam pembangunan nasional.Keterkaitan yang erat antara pertanian dan industri serta jasasenantiasa menuntut berkembangnya kebijaksanaan pembangunanpertanian yang dinamis sejalan dengan transformasi perekonomianyang sedang terjadi.

2.2. Faktor faktor Penting dalam Peningkatan KemampuanEkonomi

Hal hal khusus yang perlu diperhatikan dalam peningkatanpembangunan ekonomi pada sektor pertanian adalah masih lemahnyabeberapa aspek pembangunan yang erat dengan penurunan biayaproduksi dan keuntungan komparatif negara (Birgman, 2000)2 antara

2David Bergman, 2002. Globalization and the Developing Countries. Emerging Strategis for

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 8/39

 

Laporan Akhir

8

lain sebagai berikut:

a. Akses pada pasar. Pasar merupakan institusi yang sangat

diperlukan dalam pembangunan pertanian. Dalam konteks ini bukanhanya jarak geografi, namun juga komponen yang menyusun biayatransportasi termasuk di darat, dan biaya biaya lain yang termasukdi dalamnya. Akses pada pasar sering kali menghambat petani didaerah terpencil mendapatkan benefit dari produk usaha taninya.Sarana prasana yang terbatas pada suatu daerah menyebabkansuatu daerah menjadi terisolasi dan pada akhirnya menjadikanwilayah tertinggal dan miskin.

b. Akses pada Teknologi Maju. Rendahnya produktivitas tenagakerja karena rendahnya mutu sumber daya manusia, menghalanginegara negara berkembang mengambil keuntungan melimpahnya

tenaga kerja dan rendahnya biaya tenaga kerja. Demikian pula,kondisi tersebut akan menghambat laju inovasi teknologi. Di sektorpertanian, penggunaan teknologi tradisonal, varietas tradisional dancara `cara manajemen usaha tani yang berproduksi rendahmenyebabkan petani hanya mampu memberikan penghasilanrendah atau sulit memasarkan di pasar lokal dan tidak akan mampumelakukan ekpor. Transfer teknologi berproduksi tinggi kepadamereka akan mampu mempercepat dan meningkatkan produktivitasusaha tani dari subsisten menjadi surplus dan bahkan menujukepada ekspor jika ditunjang dengan manajemen sistem dan usahatani yang tepat. 

c. Stabilitas Politik dan Ekonomi. Setiap usaha pembangunan yangberkelanjutan memerlukan stabilitas Politik dan ekonomi sebagai  jaminan berjalannya proses pembangunan. Pengalaman selamakurun waktu 7 tahun sejak 1998 memberikan pembelajaran yangmahal kepada bangsa Indonesia. Krisis demi krisis membawadampak yang memperluas ketidak pastian ekononomi. Krisis Politikmembawa dampak kepada krisis ekonomi, dan pada akhirnyameluas pada krisis kepercayaan. Pemulihan kepada strabilitas tidakhanya memakan waktu lama ( sampai sekarang) tetapi jugamemakan biaya ekonomi yang sangat tinggi. Konflik yangberkepanjangan juga menjadikan Indonesia menjadi wilayah yangtidak menarik untuk menarik investasi asing. 

d. intervensi Pemerintah. Pada masa reformasi peran pemerintahsemakin dikurangi dari peran yang mengatur dan mengarahkan,manjadi peran untuk memfasilitasi. Peran masyarakat (termasuk

Rural Development and Poverty Alleviation. CABI Publising. ISNA

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 9/39

 

Laporan Akhir

9

swasta, LSM) menjadi sangat dominan dalam pembangunan.Namun demikian peran sebagai fasilitator tidak serta mertamelepaskan semua urusan kepada masyarakat dalam

pembangunan. Hal hal yang sifatnya sangat strategis danmerupakan kepentingan publik tetap menjadi kewajibanpemerintah. Penyuluhan pertanian, pembangunan sarana danprasarana pertanian, dan percepatan pembangunan untuk daerahdaerah yang tertinggal, atau pilot pembangunan yang sifatnyatriger  masih perlu mendapatkan porsi bantuan pemerintah. 

Hal hal diatas juga merupakan faktor pemicu atau mempercepatproses mekanisasi pertanian. Seperti dikemukakan oleh Handakadalam proses inovasi mekanisasi pertanian berkelanjutan ( 2003)3 danSistem Manajemen Mekanisasi Pertanian ( 2004)4.

3 Handaka. 2003. Inovasi Mekanisasi Pertanian Berkelanjutan ( Suatu Pemikiran Alternatif )4 Handaka, 2004. Proses Inovasi Mekanisasi Pertanian. Sistem Manajemen MekanisasiPertanian . Temu Ilmiah Mekanisasi Pertanian, UGM. 9 September 2004.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 10/39

 

Laporan Akhir

10

BAB III

SISTEM DAN USAHA AGRIBISNISDALAM KONTEKS PERTANIAN MODERN

Lingkungan strategis yang berubah terus menerus, merupakankonsekuensi yang harus dihadapi oleh Indonesia yang sedangmembangun. Perubahan lingkungan strategis global yang mengarahkepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdaganganmembawa berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditaspertanian Indonesia di pasar internasional. Sementara itu darilingkungan dalam negeri semangat reformasi, yang menuntutterwujudya demokrasi politik, dan ekonomi, dengan tuntutan keadilan,

hak azasi manusia, termasuk tatanan social budaya masyarakatmempengaruhi perubahan paradigma pembangunan pertanianterutama adanya semangat otonomi daerah pada akhir akhir ini.

Dalam kaitannya dengan sistem dan usaha agribisnis, banyakpemikiran dimana satu dengan lainnya saling melengkapi danpemikiran pemikiran tersebut bermuara pada satu prinsip yaitu pasarsebagai faktor pendorong utama pembangunan pertanian. Adabeberapa tulisan mengenai pembangunan pertanian , yaitu konseppetani modern dan sektor pertanian modern ( Birowo, 1977),  sistemdan usaha agribisnis yang dikemukakan oleh Saragih (1999), sertaPembangunan Pertanian dan Perdesaan oleh Ginanjar ( 1996), danterakhir muncul pemikiran ke depan pertanian industri dari Kasryno

dkk (2002). Pada prinsipnya petani modern dalam konteks sistem danusaha agribisnis yang berdaya saing, memiliki cirri produktivitas danefisiensi tinggi, hasil pertaniannya berkualitas dan bernilai tambahtinggi, serta diusahakan sesuai dengan lingkungan produksi (sumberdaya lahan dan air). Inovasi teknologi dan efisiensi usaha tani yangtinggi dan terus meningkat disesuaikan dengan perkembangan sosialmasyarakat. Kaidah kaidah komersial diterapkan dalam sistem usahatani tersebut, dimana komersialiasi ditandai dengan sistemnya yangmemiliki profitability  tinggi, produknya sudah specialized  ( tingkatdiversifikasi tinggi), input yang digunakan tradable ( IRRI, 1999). Lebihspesifik, beberapa ciri utama yang dapat dirangkum adalah sebagaiberikut:

a. Produksi pertanian bermutu tinggi dan berubah jumlahnya sesuaipermintaan pasar

b. Perubahan biaya produksi yang disebabkan oleh adanyaperubahan teknologi yang terus menerus diusahakan.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 11/39

 

Laporan Akhir

11

c. Penggunaan sumber daya lahan air, tenaga kerja dan modal padausaha tani efisien

d. Usaha tani fleksibel, dinamis, terus meningkat produktifitasnya dan

dikelola secara komersial dan didukung oleh tersedianya fasilitastransportasi dan tata niaga bisnis, fasilitas kredit, industri produktifyang menghasilkan sarana produk modern seperti pupuk, pestisidaserta alat-alat dan mesin lainnya dan fasilitas penyuluh dan peneliti.

e. Profesionalisme merupakan karakter yang menonjol dalam setiapkarya yang dihasilkan.

f. Perekayasaan harus menggantikan ketergantungan pada alam,sehingga setiap produk yang dihasilkan senantiasa sesuai denganyang dikehendaki dalam mutu, jumlah, bentuk, rasa, dan sifatsifat lainnya.

Karena itulah Ginanjar (1996) menyebutkan perlunya suatu

reformasi pembangunan pertanian dari pertanian tradisonal kepertanian modern yang intinya adalah pertanian berbudaya industri.

Lebih lanjut dalam pemahaman saat ini, pertanian modern adalahmodernisasi sistem dan usaha agribisnis yang harus mampu menjaminpengadaan pangan yang cukup untuk bangsa dan masyarakat.Pengadaan pangan itu didasarkan atas pemanfaatan sumber-sumberalam, mutu sumber daya manusia dan inovasi teknologi yangberkembang dalam wadah bangsa itu sendiri, tanpa adanyaketergantungan dari sumber-sumber luar negeri (Birowo, 1977).

Pertanian modern dalam pemahaman Sistem dan Usaha

Agribisnis modern memberikan (a) lapangan kerja yang merata bagiwarganya dan (b) penghasilan yang cukup untuk membinakesejahteraan umum yang merata.  Dengan kesejahteraan yangsemakin meningkat itu, sektor pertanian mampu menyerap hasil-hasilindustri dan jasa-jasa, baik yang bersifat menunjang usaha produksi,maupun yang berupa barang konsumsi.

Karakteristik lain dari sistem dan usaha agribisnis yang modernadalah mempunyai cadangan tenaga kerja yang terampil serta fleksibelkarena terus menerus mau mendalami kemajuan, dan mendapatkanpelatihan dan penyuluhan yang berkelanjutan, yang sewaktu-waktudapat dimanfaatkan di dalam sector industri (industri pertanian—agroindustri ataupun sektor lainnya). Transformasi struktural dalam tenagakerja tersebut dari sektor pertanian ke sektor yang lain itu merupakanakibat yang wajar dari peningkatan produktifitas di dalam sektorpertanian.

Pertanian modern yang berwawasan agribisnis dikembangkan

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 12/39

 

Laporan Akhir

12

dan dibangun dari pertanian tradisionil melalui proses modernisasi.Pada prinsipnya, modernisasi menuntut terjadinya perubahan danpembaharuan sistim nilai dan budaya ( Birowo, 1977; Ginanjar, 1996)

Modernisasi berarti melakukan reformasi terhadap norma dan budayayang tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman, kurang produktif,kurang efisien dan tidak memiliki daya saing. Perubahan tersebutperlu waktu, harus terjadi dalam lingkup integral dan tidak hanyamencakup aspek-aspek teknis, ekonomis, politis melainkan juga aspekpenghidupan sosio-kulturil.

Sebuah ilustrasi di gambarkan dalam bentuk matriks yangmenunjukkan suatu perkembangan sistem usaha tani dari tingkatsubsisten ke tingkat yang lebih tinggi secara gradual. Masing masingadalah, Sistem Usaha Tani Subsistence , Sistem Usaha (sedangberkembang), Sistem Usaha Tani Semi Komersial dan Sistem UsahaTani Komersial. Matriks ini menunjukkan pembedaan dari empat

tingkat sub sistem tersebut dari beberapa kategori variabel, yaitu:input usaha tani, tenaga kerja, penggunaan output, diversifikasi hasil,level mekanisasi, dan pemanfaatan kelembagaan. Sangat mungkinsecara detil, masing masing strata sistem memiliki sub sistem lagiyang lebih rinci. Model ini perlu dilengkapi dengan koefisien yang lebihkuantitatif, misalnya pendapatan keluarga, indeks kemiskinan atauhuman development indeks , atau indeks kecukupan pangan untukmemberikan penilaian tingkat kesejahteraan masing masing kelompok.

Model matriks ini dapat dikembangkan lebih lanjut untukmemetakan posisi usaha tani tiap strata sistem dan dikaitkan denganlevel teknologi yang akan dikembangkan atau diperlukan bagipeningkatan dari satu level ke level yang lebih tinggi.

Dari telaah tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem dan usahaagribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan danterdesentralisasi adalah merupakan sektor pertanian modern yangdibangun dari modernisasi usaha tani tradisional. Karena itu,produkivitas, efisensi, mutu, nilai tambah, ramah lingkungan , denganasek aspek keseimbangan dalam pembangunan wilayah, sertapemanfaatan keunggulan sumber daya lokal, dan inovasi teknologiyang terus menerus adalah merupaan keharusan. 

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 13/39

 

Laporan Akhir

13

Tabel 1. Matriks Perkembangan Sistem Usaha Tani dan Tipe MekanisasiPertanian

VariabelPenentu

Strata

AUsaha Tani

Subsisten

BUsaha Tani

Berkembang

CUsaha Tani

Semi

Komersial

DUsaha Tani

Komersial

Input usaha

tani

Semuanyadiusahakansendiri darikebun atautetangga

Sebagian besardiusahakansendiri, sebagiandibeli

Semua dibelidari pasar.Standard dansertifikasi sudahdiperhatikan

Semuanya dibelidan selalumemperhatikanstandar yangsudah dibakukan

Tenaga Kerja Keluarga dansebagian luartanpa cashpayment

Sebagian besarTenaga dalamkeluarga

Sebagian besarmenggunakantenaga luar klg

Menggunakantenaga kerja luarklg

Penggunaanoutput Semuanyadikonsumsiuntuk keluarga

Sebagian besardikonsumsiuntuk klg

Sudah dijual kepasar yg dapatdijangkautransport lokal.Jika dijual adaketergantunganpada externalkolektor

Dijual secarakomersial kepasar regional.Atau diekspor jika dipandangperlu

Diversifikasi

Vertikal

Belummengenal

Sebagian besarbelum mengenaldan merasaperlu

Sudah adadiversifikasi

Produknyaspesifik danmengikuti polapasar

Level

mekanisasi

Sangat terbataspada tenaga

manusia

Sebagian besarmasih

dikerjakan olehtenaga kerjamanusia danternak..

Sebagianpekerjaan sudah

menggunakanalat mekanisatau mekanisasitetapi terbatasdgn kapasitaskecil

Menggunakanmekanisasi

pertanian padasemua tahapanpekerjaan untuk mencapaiefisiensi

Pemanfaatan

kelembagaan

Masihmenggunakanmekanismesaling tukarantar tetangga

Menggunakanpasar lokal.Koperasi sangatterbatas

Sudah mengenalkelembagaanpasar, kios,koperasi

Pemanfaatankredit usaha tanidan pasar yangtidak terbatasbatas wilayah.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 14/39

 

Laporan Akhir

14

BAB IV

ENAM SEBAB INOVASI TEKNOLOGI TIDAK DIADOPSI

Dari banyak kasus pengembangan mekanisasi pertanian,apakah itu merupakan inovasi baru atau merupakan inovasi yangdimodifikasi dari luar, ternyata banyak mengalami kelambatan,stagnasI, atau berhenti di tengah jalan, alias tidak diadopsi oleh petaniatau pemakai teknologi.

Secara umum, alasan tidak diadopsinya teknologi mekanisasitersebut adalah tidak sesuai dengan kondisi fisik, lingkungan agro-sosio ekonomi usaha tani. Namun beberapa pengalaman dan studiinovasi dan adopsi yang dilakukan oleh Fujisaha (1994), dengan

mengambil kasus antara lain di Indonesia terutama Jawa dapatdikemukakan sebagai berikut :

1. Inovasi merespon pada masalah yang kelirua. Petani tidak menghadapi masalah yang dipersoalkan

Teknologi yang di inovasi-kan kadang tidak merespon atau bukanhal yang sebenarnya bermasalah bagi petani, contoh :pembangunan terasering di Jawa pada tanah vulkanik yang subur,pembangunan GLK (Gudang Lantai Jemur dan Kios) atau teknologisemacamnya, bantuan alsin pasca panen, inovasi pompa air axial ,atau mesin pertanian lainnya yang akhirnya tidak berkembangdengan baik disuatu tempat. Hal tersebut karena petanimenganggap bukan suatu yang bermasalah (bagi mereka).

b. Salah identifikasi masalah petaniPilihan petani atau masalah yang menjadi demand petaniseringkali salah diidentifikasi oleh inovator dan akhirnya pilihan initidak diadopsi oleh petani.

2. Petani melakukan teknik budidaya yang lebih baik atau samadengan inovasi yang diperkenalkanSeringkali hasil litbang mengatakan, bahwa inovasi teknologiunggul dalam hal tertentu. Mungkin hal ini benar, dalam asumsi -

asumsi tertentu. Namun aplikasi di lapang memberikan hasil akhiryang lain atau bertolak belakang dengan pernyataan akademissehingga petani enggan mengadopsi karena pembuktian merekadilapang lebih nyata (contoh : mesin pengering mengerjakan lebihcepat, murah dan mudah atau mesin tanam lebih mudah danmurah dioperasikan).

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 15/39

 

Laporan Akhir

15

3.  Inovasi tidak bekerja sebagaimana seharusnyaInovasi teknologi hanya berlaku untuk kondisi suatu tempat, tapitidak untuk tempat yang lain. Tidak semua alsintan bisa diterima

dengan mudah disemua tempat. Karena itu faktor lingkungantertentu hanya berlaku untuk suatu alsin yang sama di tempat lain.(Contoh : alsin perontok diadopsi, dan diadopsi secara cepat diSumatera Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan atau JawaTengah, namun tidak di Jawa Barat).

4. Kegagalan PenyuluhanYang seringkali muncul sebagai sebab - sebab lambatnya prosesadopsi atau tidak diadopsinya alat dan mesin pertanian adalahburuknya pelayanan penyuluhan. Kesalahan umum dalam halpenyuluhan mekanisasi pertanian yang tampak adalah kurangnyatenaga penyuluh mekanisasi pertanian dan pada saat ini boleh

dikatakan jauh dari jumlah yang ada.5. Inovasi ternyata sangat mahala. Biaya bahan, tenaga kerja atau opportunity cost sangat mahal.

Seringkali inovasi tidak diadopsi karena pertimbangan-pertimbangan tenaga kerja yang mahal, biaya bahan untuk modelatau prototipe mahal, sehingga total investasi prototipe juga mahal. Opportunity cost  yang diakibatkan inovasi ini juga mahal yangakhirnya inovasi berhenti dan pengembangannya tidak berlanjut.

b. Beban biaya sifatnya lebih jelas, tetapi manfaatnya masih beresiko(risky ).

c. Manfaat seringkali over estimate  Seringkali di dalam perhitungan manfaat ekonomis atas financial  

menggunakan asumsi-asumsi yang estimate, sehingga hitunganteoritis yang dilakukan menghasilkan keuntungan yang berlipattetapi sebenarnya over estimate. Sebaiknya penggunaan modelprobobilitas pada estimasi BCR, IRR dan NPU lebih realitas untukmemperhitungakan potensi rugi atau untung.

6. Tidak ada jaminan bagi status tanahTanah adalah sumber hidup dan kesejahteraan, status tanah dankepemilikannya harus merupakan sesuatu yang menjaminkeberlangsungan inovasi baik sebagai jaminan maupun sebagaisumber usaha.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 16/39

 

Laporan Akhir

16

BAB V INOVASI DAN KONTRIBUSI STRATEGIS

MEKANISASI PERTANIAN

5.1. Pembelajaran Mekanisasi Pertanian di Indonesia Kemampuan suatu sistem untuk meningkatkkan dan

mengembangkan kapasitasnya tergantung kepada empat sumberpenggerak pembangunan yaitu; (a) sumber daya, (b) teknologi, (c)kelembagaan, dan (d) budaya. Memperhatikan perkembangan sistemusaha tani dari waktu ke waktu dengan rentang wilayah dari Sumaterasampai ke Papua, dapatlah diambil suatu masa pembelajaran bahwaada suatu pola inovasi teknologi yang mengikuti konsep Hayamiet.all ( 1984) mengenai induce innovation  dan Park (1996) mengenai

proses sustainable pathways. Handaka (2003) memberikan suatuilustrasi bahwa pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesiabertumbuh sebagai suatu proses inovasi dalam bentuk evolusi teknologi. Prosesnya berjalan lambat, bahkan relatif lebih lambatdibandingkan dengan negara Asia Pasifik dalam kelompok negaraberkembang seperti di Thailand, India, Philipina, Malaysia danVietnam. Perkembangan dari masa ke masa sistem usaha tanitradisional ke usaha tani modern atau maju digambarkan dalam duadimensi, yaitu tingkat adopsi mekanisasi dengan dimensi perubahanwaktu (termasuk di dalamnya sarana prasarana, inovasi kelembagaandan unsur unsur pembangunan yang lain). 

Proses evolusi terjadi dari sistem usaha tani subsisten ke arah

usaha tani komersial, proses pertumbuhan tersebut akan mengikutiperkembangan lingkungan strategis. Varian varian yang ikut berperandalam perubahan tersebut adalah perkembangan infrastruktur (saranaprasarana), adopsi dan adaptasi teknologi, kelembagaan, kualitassumber daya manusia, budaya (culture ). Sejalan dengan teori Hayamidalam induce innovation , kemampuan sistem usaha tani untukmeningkatkan produktivitas ekonominya sangat tergantung kepadaupaya untuk mengelola teknologi, sumber daya, kelembagaan yangada dan juga sistem budaya yang dimilikinya. Secara bertahapperubahan tersebut berlangsung dengan banyak external input. Dalamhal ini, intervensi atau partisipasi pemerintah akan banyakberpengaruh dalam mempercepat adopsi dan pertumbuhan tersebut,

namun juga dapat memperburuk situasi jika tidak sepadan denganlingkungan yang ada.

Kasus kasus “premature mechanization ”, karena salah pilih,salah menterjemahkan kebutuhan dan signal pasar, sengajamelakukan suatu kebijakan jalan pintas, hanya akan memecahkan

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 17/39

 

Laporan Akhir

17

sebagian persoalan, namun persoalan yang lebih besar tidakterpecahkan atau bahkan memuat masalah baru. Karena itulah,konsep sustainable development menjadi hal yang sangat penting

untuk dipahami, sehinga pemerintah mampu terlibat secara fungsionaldalam memberikan informasi, membangun infrastruktur, mendorongpertumbuhan dan penciptaan kelembagaan yang padan lingkungan,yang akhirnya tujuan pemberdayaan dapat berjalan denganberkelanjutan.

Gambar 2. Hipotetik proses perkembangan mekanisasi pertanian dari pertanian 

subsisten ke arah pertanian modern . 

Gambar 2 diatas menggambarkan suatu lintas jalan ( pathways)untuk menuju ke arah mekanisasi yang berkelanjutan. Dari satu faseke fase yang lain diperlukan proses perubahan yang dinamis denganmemperhatikan waktu dan lingkungan strategis yang bertumbuh.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, Suprojo (1997)

mengemukakan secara spesifik mengenai konsep kesepadananmekanisasi pertanian dipandang dari aspek sosial, ekonomi danlingkungan fisik. Pandangannya didasari pada sejarah penerapanmekanisasi pertanian dari sejak kolonial Belanda yang dimulai dariperkebunan tebu di PG Jatiroto, kemudian perkebunan teh, yangmulai menggunakan kereta gantung pengangkut hasil perkebunan, dan

DIMENSI WAKTU, PEMBANGUNAN SAR PRAS,

TEKNOLOGI, KELEMBAGAAN DAN BUDAYA

, ,

Cukup makan

Diproduksi sdr 

Beragam Utama Pertanian

Agr .)

Profit max

Traded input

Highly Spes /Non Agr .

Semi comersial

 

Commercial

Subsisten    T    I    N    G    K    A    T

    K    E    M    A    M    P    U    A    N

    A    D    O    P    S    I

TRANSISIONAL

Community Based

MARKET DRIVEN

Mix/ or tradedModerately specialized

Mix ( Ag and Non

Surplus generation

DIMENSI WAKTU, PEMBANGUNAN SAR PRAS,

TEKNOLOGI, KELEMBAGAAN DAN BUDAYA

, ,

Cukup makan

Diproduksi sdr 

Beragam Utama P

 

ertanian

Agr .)

Profit max

Traded input

Highly Spes /Non Agr .

Semi comersial

 

Commercial

Subsisten    T    I    N    G    K    A    T

    K    E    M    A    M    P    U    A    N

    A    D    O    P    S    I

TRANSISIONAL

Community Based

MARKET DRIVEN

Mix/ or tradedModerately specialized

Mix ( Ag and Non

Surplus generation

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 18/39

 

Laporan Akhir

18

di perkebunan perkebunan karet, kopi dan kakao. Pada prinsipnya,mekanisasi pertanian di perkebunan tersebut telah menerapkanAgricultural Engineering  untuk pengembangan agro-industri.

Untuk pembangunan mekanisasi pertanian, lebih lanjut Suprojomenyampaikan konsep kesepadanan dalam bentuk matrik sepertiberikut:

Tabel 1. Klasifikasi teknologi dan diskripsi kesepadanan elemenelemennya untuk mekanisasi pertanian.

Diskripsi TeknologiNo KlasTeknologi Perangkat

KerasPerangkat

Lunak/manusiaOrganisasi/Institusi Informasi

1. KT1 PeralatanManualsampaiperalatanbermotorsederhana

Mampumenggunakandan menyetel

Keterkaitan secaraindividu samapidengan berkelompok 

Membiasakanfakta atas dasarinformasitertulis,uacapan, danatau visual

2. KT2 Peralatanbermotorsederhanasampaiperalatanbermotorserbaguna

Mampumenggunakanmenyetel sertamemperbaiki

Keterkaitanberkelompok dengankoordinasi antarinstansi

Diskripsi faktasecara tertulisdan atau audiovisual

3 K3 Peralatan

bermotorserbagunasampaiperalatanbermotoruntuk kegunaankhusus

Mampu

reproduksiperalatan yangdiperlukan

Keterkaitan kelompok 

dg ikatan usahabisnis/kewiraswastaan

Spesifikasi fakta

fakta danpenggunaannya

4. K4 Peralatanbermotordengankegunaankhusussampai

denganperalatanotomatis

Mampuberinovasiuntuk improvement

Keterkaitan kelompok dg ikatan ke arahusaha industri

Comprehending fakta danmenempatkanfakta dalambentuk informasi

Sumber : Suprodjo Pusposutardjo, 1997. Pengembangan Alsintan/Enjiniring Pertanian DalamRangka Menunjang Pembangunan Pertanian Modern. Makalah Diskusi Nasional MekanisasiPertanian. Departemen Pertanian.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 19/39

 

Laporan Akhir

19

5.2. Kontribusi Strategis Mekanisasi Pertanian PadaProduktivitas dan Perluasan Areal

Kontribusi mekanisasi pertanian untuk tanaman pangan ditandaidengan kelangkaan tenaga kerja manusia dan ternak pada daerahdaerah beririgasi yang mempunyai intensitas tanam tinggi. Disampingitu, faktor budidaya tanam padi varietas unggul, memerlukankeserempakan tanam dalam satu kawasan luas, untuk menghindariserangan hama dan memutus siklus hama. Oleh karena itu, volumepekerjaan menjadi meningkat waktu pengolahan lahan singkatsehingga jumlah curahan tenaga kerja untuk kegiatan tersebutmeningkat.

Kasus diatas dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan 18% padatraktor, dan terutama didominasi oleh traktor kecil. Di Jawa, meskipun

penduduknya lebih padat dari pulau pulau lain, populasi traktor padatahun 2000 mencapai kurang lebih 50% dari total populasi diIndonesia atau sekitar 49,000 unit dari 101,000 unit. Dari jumlahtersebut, propinsi Jawa Barat dengan luas areal sawah 1.2 juta hektarmemiliki populasi traktor terbanyak, diikuti oleh propinsi Jawa Tengah,kemudian propinsi Jawa Timur. Suatu pembuktian bahwa kepadatanpenduduk bukan suatu kendala bagi pengembangan traktor, jikamemang diperlukan.

Didaerah lain, traktor makin tahun juga meningkat jumlahnya,terutama pada daerah daerah yang mempunyai irigasi lebih baikseperti Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh,

dan Lampung. Namun demikian belum dapat diduga parameterstatistiknya antara perkembangan traktor dan intensitas tanam disuatuwilayah, namun dapat diduga bahwa mekanisasi pengolahan lahanakan sangat berkorelasi dengan jumlah lahan sawah irigasi danintensitas tanamnya.

Dari Statistik BPS, diperoleh indikasi bahwa di Jawa, intensitaspertanaman ( IP ) mencapai lebih dari 1.6 dalam setahun, diikuti olehSumatera dan Sulawesi. Di pulau2 tersebut populasi traktor, alsintanlainnya seperti thresher dan rice milling juga tinggi yang ditunjang olehyang baik.

Pada kasus perluasan areal tanaman pangan, dapat disebutkanperanan pompa air irigasi, terutama untuk wilayah wilayah yangmempunyai air tanah dangkal didaerah Sragen (Jawa Tengah), Ngawi,Kediri, dan Madiun di Jawa Timur. Pompa air memungkinkanperubahan pola tanam 1 kali menjadi 2 atau lebih dalam setahun.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 20/39

 

Laporan Akhir

20

Peningkatan intensitas tanam tersebut dimungkinkan karena faktor airsebagai kendala utama dapat dipecahkan, dan sekaligusmeningkatkan kesempatan kerja, karena bertambahnya jumlah

tanaman per tahun. Namun demikian, meskipun input teknologi pompaair-nya sendiri hanya memberikan margin keuntungan yang sedikit,karena biaya air tidak sesuai dengan biaya pokok yang harusditanggung oleh pompa air (Balai Besar, 2000)

Peran mekanisasi pertanian pada perluasan areal baru, terutamapada lahan pasang surut, sulfat masam, lahan bergambut,memberikan prospek yang cukup baik dalam kaitannya dengan usahapelestarian swa sembada beras. Hasil penelitian, studi danpengamatan di berbagai ekosistem tersebut memberikan indikasibahwa marginalitas lahan tersebut bersifat dinamis, dimana unsurwaktu, perkembangan teknologi budidaya padi, kelembagaan alih

teknologi memegang peranan penting dalam mematangkan tanah(Puslitbangtan, 1996). Unsur kepekaan (sensitivity ) mekanisasi padalahan tersebut ditunjukkan oleh keberadaan gambut, pirit, kematanganlahan (n-faktor) dan indeks konis (cone indeks ) dan tinggi genanganair. Dengan determinan tersebut, mekanisasi pertanian padaekosistem rawa, pasang surut dan lahan bergambut harus selektif danmemandu dilakukannya suatu pemilihan alsintan yang spesifik,manajemen operasi dan kelembagaan pengaturannya (Balai BesarAlsintan, 1997).

5.3. Kontribusi Strategis Mekanisasi Pertanian Pada EfisiensiSumber Daya.

Efisiensi yang dimaksud dapat berupa penghematan jumlah airatau tenaga kerja yanag digunakan unruk usaha tan. Dapat pulamerupakan peningkatan intensitas pertanaman (IP), dengan makinmeningkatnya jumlah tanaman per satuan luas dan waktu. Mekanisasipertanian memberikan peluang untuk memberikan input yang lebihhemat dengan pemberian irigasi yang tepat. Seperti diketahui untuk 1kg gabah dibutuhkan 5000l air dengan irigasi konvensional ( IRRI,1999; Abi et.all 2001). Dengan makin langkanya air pada masa depan,pemberian air irigasi perlu dihemat.

Peningkatan IP merupakan bentuk efisiensi sumber daya lahan,karena dalam jumlah luas yang sama, dapat dihasilkan output dalamnilai rupiah yang lebih tinggi (Rp/ha/tahun), karena jumlah tanamanyang meningkat. Pompa air memberikan kontribusi bagi peningkatanIP pada lahan usaha tani dengan pemanfaatan air tanah yang lebihefisien.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 21/39

 

Laporan Akhir

21

Jika diterapkan dengan baik dan mengikuti kesepadanan agro-ekosistem, mekanisasi pertanian mampu memberikan jumlah outputuntuk tenaga kerja ( Rp/Tenaga kerja/ha). Jika dengan cara tradisonal

dihasilkan 5 ton /ha yang dikerjakan oleh lebih dari 1200 jam-orang,maka dengan mekanisasi pertanian akan dihasilkan dengan jumlahyang sama ( jika asumsi tanpa kenaikan hasil), yaitu 5 ton /ha bagikurang dari 1000 jam orang.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 22/39

 

Laporan Akhir

22

5.4. Kontribusi Stategis Mekanisasi Pertanian pada Kualitas danNilai Tambah

Panen sebagai bagian akhir produksi menjadi sangat kritis,manakala faktor tenaga kerja merupakan salah satu variabelpembatas. Hampir 25% tenaga kerja dicurahkan pada kegiatan ini,seperti halnya pada pengolahan tanah. Pertimbangan utama dalammelakukan substitusi tenaga kerja adalah susut panen yang besar (6-

Boks-1Manfaat adanya irigasi pompa air tanah

Dari hasil survey di 3 (tiga) lokasi pengembangan (Madiun, Ngawi,

Wonosari) sumur pompa air tanah dalam maupun dangkal diperoleh

gambaran selain mengubah polatanam menjadi lebih banyak, penggunaan

pompa air tanah juga meningkatkan rata-rata produktivitas lahan di tingkat

petani, yaitu: (i) untuk tanaman padi dari 2 t/ha menjadi 3 t/ha s/d 4 t/ha;

(ii) hasil tanaman jagung dari 1,8 t/ha menjadi 3 – 4 t/ha; (iii) tanaman

kedelai 0,4 t/ha menjadi 0,8 t/ha; dan (iv) keuntungan tanaman tebu

mencapai Rp. 750.000 per musim tanam. Ditemukan pula pada beberapa

petani yang mempunyai modal cukup atau penghasilan tambahan di luar

usahatani berani menanam melon atau bawang merah. Pemilihan

tanaman bernilai ekonomi tinggi tersebut berdasarkan perhitungan

permintaan konsumen pasar atau harga jual yang menjanjikan.

Pengoperasian pompa rata-rata mencapai >1200 jam/tahun, berarti

pompa dimanfaatkan secara optimal. Hal penting yang perlu dicermati

adalah operasi pompa paling tinggi adalah untuk irigasi padi yaitu sebesar

5000 liter air untuk menghasilkan 1 kg padi (setara 72 m3

 /ha/hari),sedangkan untuk tanaman palawija dan hortikultura antara 15,2 - 18

m3  /ha/hari hari. Oleh karena itu untuk mempertahankan operasi pompa

pada kondisi optimum disarankan bukan sebagai sumber irigasi tanaman

padi atau apabila dilakukan hanya sebagai suplesi.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 23/39

 

Laporan Akhir

23

9%). Penelitian menunjukkan bahwa panen harus dilakukan pada saatyang tepat, agar susut panen minimum bagi varietas varietas yangmudah rontok (Duff, 1978). Kelangkaan tenaga kerja memberikan

peluang mundurnya waktu panen, sehingga susut akan menjadi makinbesar. Teknologi mekanisasi panen yang sekarang sudah ada adalahreaper, reaper binder, stripper, combine harvester. Hasil pengujianteknologi tersebut memberikan angka susut bervariasi dari angka <1%pada combine, sampai maksimum 2% pada reaper (Duff, 1978; BalaiBesar Alsintan , 1994).

Pada tanaman hortikultura, teknologi pasca panen mampumemberikan dukungan untuk mempertahankan mutu padapenanganan segar, meningkatkan nilai tambah pada dengan prosespengolahan yang benar dan tepat, tanpa memperngaruhi rasa danaroma. Demikian pula teknik sensing, teknik kemasan aktif, dan

berbagai penerapan teknologi elektronik dapat membantu dalamgrading, sortasi tanpa merusak ( Non Destructive Test ). Prinsip prinsipketeknikan (engineering ) ini sekarang sudah diterapkan oleh negaranegara maju, dan bahkan negeri tetangga Malaysia dan Thailanduntuk meningkatkan produk produk pertanian mereka supaya dapatlebih bersaing di pasa global.

Data BPS pada musim tanam 1986/87 menunjukkan angka susutyang cukup besar yaitu 20,3% dari seluruh kegiatan (panen sampaipenggilingan). Angka susut memang berbeda-beda, namun angkanasional yang ditunjukkan oleh data BPS dapat dipakai sebagai acuanresmi nasional. Sementara itu, hasil kampanye pasca panen selama

enam tahun dari sejak Pelita IV dan akhir Pelita V, memberikanindikasi turunnya susut pasca panen tersebut, yaitu menjadi 15% padatahun 1993 (Ditjentan, 1997).

Indikasi penurunan susut pasca panen ini memberikan gambaranberatnya usaha-usaha penekanan susut, sama beratnya denganusaha peningkatan produksi padi. Jika potensi penyerapan teknologipasca panen dapat meningkat dengan laju cukup cepat, ruas-ruaskegiatan panen, perontokan, pengeringan, dapat ditekan serendahmungkin.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 24/39

 

Laporan Akhir

24

Tabel 1. Susut Pasca Panen Padi pada 2 periode berbeda (persen).

Ruas kegiatan 1986/87 1993/1994

1. Panen2. Perontokan3. Angkut4. Pengeringan5. Penggilingan6. Penyimpanan

9.004.850.451.722.911.38

4.572.330.971.972.702.58

Sumber : Ditjen TPH, 1997 

Studi rendemen dari 87 unit penggilingan padi oleh TjahyoHutomo dkk (2003), mendapatkan bahwa rendemen beras pada

penggilingan kecil di tingkat pedesaan ternyata kurang dari 58%,sedangkan untuk penggilingan menengah mencapai rata rata 60%,sedangkan pada penggilingan besar dapat mencapai 62%. Konfigurasimesin penggilingan tersebut memang berbeda dari strata kecil kebesar. Studi ini juga memberikan suatu alternatif bahwa perbaikankonfigurasi pada penggilingan padi akan mampu meningkatkanrendemen 2-5%, dimana kontribusi perbaikan konfigursai akanmenyelamatkan sekitar 500,000 ton beras untuk setiap 1%peningkatan rendemen. Angka yang sangat signifikan untukpenghematan devisa (lihat Boks-2).

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 25/39

 

Laporan Akhir

25

BOKS-2

PERBAIKAN RENDEMEN DAN KUALITAS BERAS GILING

MELALUI REVITALISASI SISTEM PENGGILINGAN PADI RAKYAT 

Dari tahun ke tahun rendemen giling gabah mengalami penurunan secara

kuantitatif dari 70% pada akhir tahun 70 an menjadi 65% pada tahun 1985; 63,2

pada tahun 1999, dan pada tahun 2000 paling tinggi hanya 62%, bahkan kenyataan

di lapang di bawah 60%. Apabila setiap penurunan rendemen 1 % kehilangan

kuantitatif beras lebih dari 500.000 ton, maka angka ini bernilai kerugian devisa

setara lebih dari 117,5 juta USD per tahun (asumsi produksi nasional 50 juta ton

dan harga beras 235 USD/ton). Di sisi lain, usaha penggilingan padi sebagai mata

rantai sistem dan usaha agribisnis padi dituntut untuk memberikan kontribusi

dalam penyediaan beras nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Oleh

karena itu usaha penggilingan padi perlu dikembangkan dan ditingkatkan

kinerjanya, mengingat perannya sebagai pusat pertemuan antara produksi,

pengolahan dan pemasaran. Konsekuensi penurunan rendemen giling merupakan

salah satu masalah strategis sistem perberasan nasional yang memerlukan

penanganan secara menyeluruh dan bertahap untuk mencegah semakin besarnya

kerugian yang terjadi maupun dalam program keamanan pangan berkelanjutan. 

Penelitian untuk mengidentifikasi variabel yang menyebabkan penurunan

rendemen beras giling dan memberikan rekomendasi pemecahan masalahnya telah

dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang

Pertanian. Penelitian ini melibatkan 87 sampel penggilingan padi ( 46

Penggilingan Kecil, 17 Penggilingan Menengah dan 24 Penggilingan Besar), yang

tersebar di 6 Propinsi utama, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan dengan

melalui survey, pengukuran di lapang, dengan pembanding hasil laporan uji( test 

report ) pengujian Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 

Apabila konfigurasi sederhana yang umumnya dimiliki oleh PPK yang jumlahnya

mencapai lebih dari 65 % (ODA, 1995, Perpadi 2000) dari keseluruhan industri

penggilingan padi di Indonesia, diberi tambahan dari Husker-Polisher menjadi

Dryer-Cleaner-Husker-Polisher atau Dryer-Cleaner-Husker-Separator-Polisher,

maka dengan peningkatan rendemen beras 2.5 % - 5 % secara kuantitatif dapat

diamankan sekitar 568,750 – 1.137.500 ton beras senilai $ 133.7 juta US - $ 267.3

  juta US per tahun. Berarti ada potensi untuk penghematan beban devisa untuk 

impor beras.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 26/39

 

Laporan Akhir

26

Pada usaha tani jagung tim studi PSE dan Balai Besarmenunjukkan kelayakan usaha tani berbasis jagung seluas 500 hadengan dukungan mekanisasi pertanian secara lengkap untuk kegiatan

pasca panennya (PSE dan BBP Alsintan, 1996). Teknologi pascapanen yang dimaksud merupakan teknologi alat dan mesin pertanianproduksi dalam negeri dan sudah digunakan oleh masyarakat. Denganmodifikasi tertentu pada alat pengering yang ada, mesin pengeringtersebut dapat digunakan untuk komoditi multiguna dan investasinyaakan menjadi lebih murah. Dapat ditambahkan bahwa secara teknisdan ekonomis, teknologi pemipil jagung basah (24-25% KA) danpengering tipe kontinyu layak dikembangkan, namun demikianpengembangan dalam usaha tani harus dikelola secara komersial danprofesional.

Pada komoditas Perkebunan nampaknya titik kritis ada pada

peningkatan daya saing produk. Titik ini merupakan kelemahan dalampenanganan hasil , yang ditunjukkan oleh keberadaan alat dan mesinprosesing perkebunan seperti dalam tabel berikut. Data dari DirektoratJendral Bina Sarana ( BSP, 2003), produk yang tidak terolah denganfasilitas prsesing yang tersedia sangat tinggi yaitu 18% - >90%. Jikadata ini benar, maka posisi industri perkebunan di Indonesia memangdapat dikatakan sangat rentan dan tidak berdaya. Sementara ituVietnam telah menjadi pelaku bisnis kopi yang mampu mengatur danmenggoyang perdagangan kopi dunia dengan produksi kopinya yangcukup kuat, meskipun negeri ini dilanda perang selama puluhan tahun.Demikian juga Thailand dan Vietnam akan mengancam posisiIndonesia dengan karet alamnya. Sebelum krisis ekonomi di Asia,

negara2 ASEAN seperti Thaland, Malaysia, Philippine telahmemberikan pernyataan untuk membangun negerinya masing masingmasing dengan industri berbasis agro. Karena itulah dengan faktabahwa sektor Agro telah menunjukkan kekuatan dan kemampuannyadalam menopang ekonomi nasional, tidaklah kecil artinyamembangkitkan pertanian menjadi tulang punggung enonomi. Mungkindalam Visi 2020 dari Kasryno dkk (2003), Pertanian Industri akandapat terwujud.

Raffi dkk ( 2004) menyebutkan bahwa dengan prosesing yangbaik, nilai tambah kakao biji akan meningkat seiring dengan prosesdiversifikasinya. Biji Kakao yang dihargai dengan US 1120/ton , jikadiolah menjadi kakao mass akan memperoleh tambahan hargamenjadi US$ 280/ton atau nilai tambah sebesar 25% dari bahan asli.Sementara jika diolah menjadi butter kakao akan menjadi US$2575  /ton atau sekitar 132%. Karena itu potensi perkebunan akan menjadisangat kuat dengan konsep agroindustri. Keunggulan lokal dengandemikian perlu diperkuat dan diberdayakan untuk peningkatan saing.Tabel 2. Keberadaan Alat dan mesin prosesing Perkebunan

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 27/39

 

Laporan Akhir

27

Sumber: Ditjen BSP 2005.

Dari hal-hal yang ditulis tadi, makin banyak kontribusi mekanisasipertanian pada prosesing dan nilai tambah. Oleh karena itu perluinovasi teknologi di bidang enjiniring pertanian, mekanisasi pertanian,dan pasca panen, disertai dengan peningkatan produktivitaspersatuan tenaga kerja, efisiensi usaha tani sangat diperlukan danmulai diusahakan lebih progresif untuk tidak hanya berorientasi padaproduksi, tetapi harus kepada produk yang bernilai tambah tinggi.Dengan alternatif tersebut , produktivitas akan menjadi lebih maksimalapabila tidak hanya diukur dari hasil volume fisik saja namun darimutunya dan tingginya nilai tambah. Kunci utama dari harapan iniadalah penerapan teknologi secara optimal dibidang pertanian,

khususnya teknologi pasca panen.

Sebagai contoh dalam tahap penanganan dan pengolahan hasilpertanian, masalah hasil samping dan limbah perlu mendapatperhatian lebih banyak. Komoditi pertanian mempunyai prospek baikserta bersifat renewable . Sebagai contoh adalah sabut kelapa dancangkang sawit dan sekam padi yang umumnya hanya dibakar.Teknologi pirolis dapat menambah nilai uang limbah dan dikembalikanlagi kepada usaha tani dalam bentuk yang lain.

5.5. Prasyarat Mekanisasi Pertanian

Dari bahasn sebelumnya, dapatlah ditarik sudatu benang merah,peran, kontribusi, dan posisi straegis mekanisasi pertanian dalampembangunan sistem dan usaha agribisnis. Sebagai komponen kuncipertanian modern yang berwawasan agribisnis, mekanisasi pertanian (dalam bentuknya sebagai alat dan mesin pertanian) yang akandikembangkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

Jenis Alsin AlsinTersedia( Unit )

KapasitasOlah

Yang Dapat

Diserap( Ton)

Bahan YangTidak Dapat

Diserap

( Ton)

%

Alsin Pengolahan Minyak KelapaAlsin Pengolahan Arang Batok KelapaAlsin Pengolah Kelapa( Kopra)Alsin Pengolah Karet Crumb Ruber (SIR)Alsin Pengolah Karet Slab/ Bokar/ SITAlsin Pengolahan Karet SIT( RSS )Alsin Pengolahan Kelapa SawitAlsin Pengolah KakaoAlsin Pengolah Kopi HummermillAlsin Pengolah Kopi UPH MiniAlsin Pengolah Kopi UPH Lengkap

1.01055

942119

6.304494206139

2.42845

672

769.933136.681663.426

1.552970252.160

1.236.5878.114

240.952218.52013.50098.211

1.923.7122.446.4561.356.488

287.8711.403.5181.074.6468.148.985

285.098353.839512.073476.344

739351188567

10067679791

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 28/39

 

Laporan Akhir

28

itu sendiri. Dinamika perubahan yang mewarnai perkembanganagribisnis akan berpengaruh pula pada ciri alsintan yang dibutuhkan.Oleh sebab itu, prasyarat mekanisasi pertanian agar mampu

memberikan dukungan kepada sistem agribisnis tidak hanya tumbuhsesuai dinamika akar rumput karena harus berpihak kepadakepentingan rakyat (berkerakyatan). Namun juga terus berkembangsesuai dengan tuntutan perekembangan teknologi global untuk mampubersaing dengan negara lain. Prasyarat tersebut adalah sebagaiberikut:1. Memberikan kepastian secara kuantitatif terhadap hasil yang

diproduksi dan dibutuhkan oleh pelaku agribisnis pada saat yangtepat dan menjamin efisiensi dalam pengelolaan sumber dayayang digunakan.

2. Kesepadanan ( suitability ) dengan aspek aspek teknis sepertilahan, iklim dan karakteristik komoditi sehingga dijamin

tercapainya produktivitas kerja, efisiensi energi dan kualitas produkyang dihasilkan.

3. Pengembangan alsintan selaras dengan dinamika sosial ekonomidan pranata budaya setempat, sehingga tidak menimbulkandampak pergeseran tenaga kerja yang terlalu cepat dandipaksakan

4. Perlunya suatu standar mutu baik nasional maupun internasionalyang diikuti untuk menjamin . terwujudnya kualitas hasil pertanianyang kompetitif.

5.6. Pengalaman Negara-Negara Lain

Mekanisasi pertanian sudah banyak dijumpai dalampengembangan pertanian di berbagai negara. Mekanisasi pertaniandiyakini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian jikateknologi yang digunakan tepat (appropriate technology ). Mekanisasipertanian di negara lain juga mengalami perkembangan yang berbeda-beda dan hasil yang beragam. Di bawah ini akan diuraikanperkembangan mekanisasi pertanian di beberapa negara lain.

5.6.1. PakistanSektor pertanian menyumbang 33% terhadap pembentukan

PDB di Pakistan. Dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanianmenyerap 42 persen dari total penduduk yang bekerja (FAO, 2003).

Rata-rata 75 persen dari ekspor negara Pakistan secara langsungmaupun tidak langsung berbasis pertanian (Salokhe danN.Ramalingam, 1998). Jadi sama halnya dengan Indonesia, sektorpertanian juga merupakan tulang punggung perekonomian negaraPakistan, mengingat peranannya yang besar dalam pembentukanPDB, penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa, dan sebagai

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 29/39

 

Laporan Akhir

29

penghasil bahan baku untuk industri lain. Produksi pertanian utama diPakistan adalah tanaman gandum, padi, kapas, dan tebu.

Perkembangan mekanisasi pertanian di Pakistan didukung olehpemberian pinjaman jangka panjang bagi petani untuk membeli alatdan mesin pertanian. Menurut Amjad dan M.T. Anwar (2003),mekanisasi pertanian di Pakistan dilakukan dengan selektif dan hanyapekerjaan yang memiliki keterbatasan dalam tenaga yang dikerjakansecara mekanis. Mekanisasi pertanian telah memberikan dampak yangpositif dalam perkembangan pertanian di negara ini. Dampaknya tidakhanya pada perkembangan produktivitas dan pendapatan petani, tetapi  juga dalam peningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektormanufaktur alat-alat pertanian, sektor jasa dan penyediaan alat-alatpertanian, serta penanganan pasca panen produk pertanian yangmeningkat.

Dengan memproduksi alat dan mesin pertanian di dalam negerimaka devisa dapat dihemat dan juga dapat membuka lapanganpekerjaan di sektor manufaktur dan pemasaran. Dalam memproduksialat/mesin pertanian, produsen juga melakukan usaha pengurangankomponen impor. Permasalahan dari produsen alat/mesin pertanian iniadalah kurangnya dana untuk litbang traktor maupun pengembanganalat/mesin pertanian lain yang sesuai, penjualan traktor yangberkurang karena harga yang mahal, serta minimnya usahapengenalan mesin pertanian kepada masyarakat. Produksi mesinpertanian lokal juga masih rendah mutunya.

Selama ini litbang kebanyakan hanya dilakukan oleh pemerintahdengan dana yang terbatas dan dikhususkan untuk sektor tanamanpangan. Karena itu untuk perkembangan selanjutnya litbang harusditingkatkan lagi, tidak hanya di sektor tanaman pangan tetapi juga disektor hortikultura dan peternakan, serta tidak hanya pada tingkatusaha tani tetapi sampai tahap pengolahan dan pertambahan nilaiproduk pertanian.

5.6.2. Korea Selatan

Korea Selatan merupakan negara dengan curah hujan cukuprendah dan tanah yang berbatu-batu sehingga hanya 22 persen daritotal luas lahannya yang bisa diusahakan sebagai lahan pertanian.Musim tanam di Korea Selatan juga sangat terbatas. Para petanihanya dapat menanam sekali dalam semusim yaitu dari bulan Februarihingga Juni. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian KoreaSelatan mengalami penurunan yang cukup drastis. Pada tahun 1970 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 52.9 persen dari total

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 30/39

 

Laporan Akhir

30

  jumlah penduduk yang bekerja, tetapi pada tahun 2000 jumlah tenagakerja di sektor pertanian hanya 10.9 persen dari total jumlah pendudukyang bekerja (Tabel 3). Dengan perkembangan industri yang pesat

pada tahun 1980-an, Korea Selatan berkembang dari sebuah negaraagraris menjadi negara industri yang maju sehingga penyerapantenaga kerja oleh sektor pertanian mengalami penurunan.

Tabel 3. Penyerapan Tenaga Kerja oleh Sektor Pertanian di Korea SelatanKeterangan 1970 1980 1990 2000

Jumlah Penduduk yangBekerja (000 org)

9167 13687 18085 21950

Sektor Pertanian (000 org) 4846(52.9%)

4654(34.0%)

3237(17.9%)

2288(10.9%)

Sumber: Choe (2003)

Dengan keterbatasan-keterbatasan di atas, petani Korea Selatan

dituntut untuk meningkatkan produktivitas lahan mereka seoptimalmungkin. Saat ini Korea Selatan merupakan salah satu negara denganteknologi pertanian yang sudah maju.

Untuk itu pemerintah menjalankan beberapa program, sepertipembangunan infrastruktur desa, group farming , peningkatan produksiternak, kehutanan dan pemasaran bersama. Mesin penanam danpemanen padi juga mulai diperkenalkan. Bengkel-bengkel untukpemeliharaan dan perbaikan alat/mesin pertanian juga semakinbanyak. Untuk mendukung perkembangan mekanisasi pertanian,pemerintah juga menghapuskan sistem pajak untuk mesin-mesinpertanian dan bahan bakar, serta menurunkan tingkat bunga pinjaman

untuk pembelian alat/mesin pertanian dari yang semula 10 persenmenjadi 8 persen.

Padi merupakan tanaman pangan utama di Korea Selatan.Produktivitas padi di Korea Selatan cukup tinggi jika dibandingkandengan negara-negara penghasil padi lainnya. Pada tahun 2002produktivitas padi di Korea Selatan mencapai 6.3 ton/ha (Gambar 8),hanya sedikit di bawah Jepang yang produktivitasnya mencapai 6.6ton/ha. Sementara produktivitas padi di Indonesia hanya 4.43 ton/hapada tahun yang sama (FAO, 2003).

Pertanian di Korea Selatan bisa berkembang demikian pesatkarena adanya dukungan dari pemerintah dengan menyediakanbantuan keuangan yang memadai untuk mensosialisasikan teknologipertanian (Tabel 4). Selain itu, asosiasi petani di Korea Selatanmemiliki kekuatan politik yang besar sehingga bisa memaksapemerintah melindungi kepentingan petani. Pendidikan dan penelitiandi Korea Selatan juga sangat berkembang karena anggaran

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 31/39

 

Laporan Akhir

31

pendidikan yang besar dan reward yang tinggi bagi para penelitisehingga ini menjadi salah satu faktor pendukung perkembanganpertanian di Korea Selatan (Suara Merdeka, 2003).

Tabel 4. Bantuan Keuangan Pemerintah Korea Selatan untuk MekanisasiPertanian

miliar wonKeterangan 61-66 67-71 72-76 77-81 82-86 87-91 92-96Dana Subsidi 0.5 4.6 1.9 6.1 130.8 173.6 1230.9Dana Pinjaman - 4.1 53.2 324.3 720.3 1351.1 1940Total 0.5 8.7 55.1 330.4 851.1 1529.7 3171.4

Sumber: Choe (2003)

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 32/39

 

Laporan Akhir

32

BAB VIKELEMBAGAAN MEKANISASI PERTANIAN SEBAGAI BAGIAN

DARI SISTEM INOVASI MEKANISASI PERTANIAN

6.1. Lembaga-lembaga yang Berkaitan dengan MekanisasiPertanian

Upaya pengembangan mekanisasi pertanian tidak terlepas daridukungan kelembagaan karena lembaga-lembaga inilah yangberperan mulai dari mengadopsi, mempelajari, mengembangkan danmerekayasa teknologi yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomipertanian Indonesia, membantu penyampaiannya kepada masyarakat,sampai mendemostrasikan dan melakukan pelatihan kepadamasyarakat sehingga teknologi tersebut dapat diterapkan dan

memberikan manfaat yang nyata bagi perkembangan pertanian.

Menurut Pemenang Nobel Douglass North, peranankelembagaan dalam masyarakat adalah untuk mengurangiketidakpastian dengan mengembangkan struktur yang stabil dariinteraksi antar manusia. Dan menurut Matthews, aturan-aturan yangkompleks dalam kelembagaan mengakibatkan kelembagaan sulituntuk berubah secara drastis. Dalam menghadapi perubahanlingkungan dan ide-ide baru, perubahan kelembagaan akanmengalami inertia  dan disesuaikan dengan lembaga yang eksissebelumnya. Setiap tahap dalam perubahan kelembagaan akanditentukan oleh starting point lembaga itu sendiri (Platteau, 2000).

Karena sifat kelembagaan yang kaku tersebut, makaperkembangan kelembagaan harus disesuaikan dengan budaya dansifat masyarakatnya. Pada awal perkembangannya, mekanisasipertanian di Indonesia mengalami banyak hembatan karena faktorsosial budaya masyarakat yang berbeda dengan masyarakat luar.Pertanian di Indonesia dilakukan dengan cara dan alat yang tradisionaldan lebih banyak menggunakan tenaga manusia dan hewan. Adopsiteknologi dari negara maju tanpa melakukan penyesuaianmengakibatkan masyarakat sulit menerima pemakaian alasintantersebut. Penyesuaian terus dilakukan dan kemudian padaperkembangan selanjutnya traktor tangan dibuat. Masyarakat mulaitertarik untuk menggunakan traktor tangan tersebut karena bentuknyayang lebih sesuai dengan kondisi lahan maupun keadaan sosialekonomi petani Indonesia.

Perkembangan kelembagaan mekanisasi pertanian tidak dapatmeniru lembaga luar. Tiap negara mempunyai pola kelembagaannya

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 33/39

 

Laporan Akhir

33

sendiri yang disesuaikan dengan budaya masyarakatnya. Contohnya,Jepang, Korea, Taiwan, dan Thailand merupakan negara-negara Asiayang maju walaupun kelembagaan mereka berbeda dengan negara-

negara Barat. Mereka menyesuaikan perkembangan dengan tradisidan sistem negara mereka yang unik (Hayami dalam Platteau, 2000).

Tinjauan kelembagaan mekanisasi pertanian Indonesia akandilakukan melalui pendekatan sistem. Sistem secara luas didefinisikansebagai satu set dari unit-unit atau unsur-unsur yang salingberinteraksi satu sama lainnya dalam proses mengubah input menjadioutput. Dengan melihat mekanisasi pertanian sebagai suatu sistemmaka unsur-unsur yang terkait antara lain:a. Input

Input terdiri dari bahan baku, modal, tenaga kerja, informasi,pengetahuan, dan teknologi yang dimanfaatkan dalam penciptaan

output.b. Output

Output dari sistem mekanisasi pertanian berupa alat dan mesinpertanian yang dihasilkan, jasa-jasa alsintan, dan pemanfaatanalsintan oleh masyarakat.

c. SistemSistem terdiri dari pihak-pihak yang berinteraksi satu dengan

lainnya dalam menciptakan mekanisasi pertanian, contohnyaprodusen, importir alsintan, penyedia jasa alsintan, dan lembagapenunjang lainnya.

d. LingkunganLingkungan dari sistem mekanisasi pertanian terdiri dari

lingkungan langsung dan tidak langsung. Lingkungan langsungterdiri dari pihak-pihak yang langsung mempengaruhi dandipengaruhi oleh sistem, contohnya petani, pedagang, danDepartemen Pertanian. Sedangkan lingkungan tidak langsungterdiri dari lembaga atau kebijakan yang memiliki dampak luasterhadap sistem, contohnya: keadaan sosial ekonomi, keadaanpolitik, sistem nilai dan norma masyarakat, serta insentif.

e. ProsesProses mencakup teknologi dan metode-metode yang

digunakan untuk mengubah input menjadi output. Dalam proses inidibutuhkan peran lembaga riset untuk menentukan teknologi apayang sesuai dan bagaimana metode pengadopsian teknologitersebut.

f. StrukturStruktur menggambarkan peran, tanggung jawab, dan

hubungan antara pihak-pihak yang berkaitan dengan mekanisasipertanian. Mulai dari produsen, petani, pedagang alsintan,pemerintah, sampai lembaga-lembaga penunjang lainnya yang

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 34/39

 

Laporan Akhir

34

terkait. Struktur sangat penting karena ia menentukan penyalurkaninformasi dalam sistem, dan memberikan insentif kepada pihak-pihak yang terkait.

g. TujuanTujuan dari sistem mekanisasi pertanian adalah meningkatkankinerja sektor pertanian dan kesejahteraan masyarakat

6.2. Konsekuensi dalam Kebijakan dan Strategi PengembanganKelembagaan

Pada sub-bab di atas telah dijelaskan beberapa lembaga yangterkait dengan mekanisasi pertanian. Dan berdasarkan penjelasantersebut dapat dilihat bahwa peran kelembagaan alsintan dalammenunjang pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia belummemadai.

Menurut Clarke (1997), untuk menciptakan suatu sistemmekanisasi pertanian yang berkelanjutan, maka semua pihak yangterkait dengan mekanisasi pertanian harus memiliki hubungan yangerat dan masing-masing pihak dapat memperoleh manfaat darimekanisasi pertanian tersebut.

Hubungan antar lembaga yang terkait dengan mekanisasipertanian di Indonesia masih renggang. Contohnya, antara petanidengan pemerintah belum terjadi komunikasi yang cukup baik,sehingga setiap kebijakan pertanian yang diambil pemerintah,termasuk kebijakan dalam bidang mekanisasi pertanian belum mampu

menampung aspirasi dan kepentingan petani.

Hal yang sama juga terlihat pada hubungan antara petani denganprodusen alsintan sehingga produsen masih sulit membuat alsintanyang sesuai dengan kebutuhan petani setempat. Hubungan antarapemerintah dengan pihak swasta juga masih kurang terutama dalamhal riset. Akibatnya perkembangan mekanisasi pertanian Indonesiasangat lambat bila dibandingkan negara lain.

Untuk mengembangkan kelembagaan mekanisasi pertanian,strategi yang dapat dilakukan antara lain:

a. Lembaga/Asosiasi Petani

Lembaga petani perlu dibangun dengan tujuan untukmemberikan pelayanan kepada petani-petani yang merupakananggotanya, serta melobi pemerintah dalam hal kepentinganusahatani. Melalui lembaga pertanian ini diharapkan dapat tercipta

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 35/39

 

Laporan Akhir

35

komunikasi antara pemerintah dengan petani sehingga petanidapat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya dengan lebih baik.Lembaga seperti ini hendaknya dibangun atas inisiatif petani, bukan

dari pemerintah.

b. Kebijakan Perdagangan Alsintan

Pengadaan, distribusi dan penggunaan alat dan mesinpertanian dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan. Pemerintahperlu menciptakan iklim yang perdagangan yang kondusif denganmenaikkan proteksi terhadap impor alsintan, terutama terhadapnegara yang melakukan dumping.

Kebijakan proteksi ini selain dapat mendorong perkembangan

industri alsintan dalam negeri juga dapat memberikan proteksiterhadap petani sebagai konsumen. Alsintan produksi luarseringkali tidak sesuai untuk digunakan di Indonesia karena kondisilahan dan ergonomis yang berbeda.

Selain itu, pemerintah juga perlu untuk memeratakan distribusialsintan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu caranya yaitudengan tidak memberikan bantuan alsintan hanya pada satu jenisalsintan tertentu atau di daerah tertentu saja. Distribusi alsintanharusnya disesuaikan dengan kebutuhan alsintan di tiap wilayah.

c. Riset dan Pengembangan

Riset dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak swastasaja tidak cukup. Pemerintah harus meningkatkan riset danpengembangan yang dilakukan melalui lembaga pemerintah yangada seperti BBP Mektan dan LIPI serta membina kerjasama antaralembaga riset pemerintah, swasta, universitas dan asing. Dengandemikian inovasi teknologi dapat lebih ditingkatkan danmenguntungkan semua pihak.

Dalam riset dan pengembangan yang dilakukan, perlu jugadiciptakan penghubung antara peneliti dengan petani. Penghubungini selain bertugas untuk mendemonstrasikan teknologi barukepada petani dan meningkatkan kesadaran petani akanpentingnya teknologi, juga berfungsi sebagai sarana bagi petaniuntuk menyampaikan mengenai jenis alsintan apa yang dibutuhkandan tingkat mekanisasi seperti apa yang diharapkan. Jadi melaluipenghubung ini dapat tercipta feed back  bagi penelitianselanjutnya.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 36/39

 

Laporan Akhir

36

d. Kredit

Selama ini kesulitan perolehan kredit selalu menjadi kendalabagi petani dalam usaha pengembangan usahatani. MenurutNuswantara (2003), Untuk mengatasi kendala ini, pemerintah perlumempersiapkan upaya pembentukan bank pertanian. Bankpertanian hendaknya terletak di daerah-daerah sentra produksipertanian, terutama di pedesaan dan kota-kota kecil yang mudahdijangkau petani. Melalui bank pertanian diharapkan dapat memberikemudahan bagi petani dalam memperoleh kredit, baik itu sebagaimodal usaha maupun untuk pembiayaan aktivitas pertanian.

Kredit yang diberikan jangan dibatasi pada jenis alsintantertentu karena ini akan mempengaruhi pilihan petani terhadap

alsintan yang akan digunakan. Petani harus diberikan kebebasandalam memilih alsintan apa yang diinginkan dan yang sesuaidengan kebutuhannya.

e. Lembaga Pelatihan dan Pendidikan

Petani Indonesia pada umumnya berpendidikan rendah. Untukmengintroduksi teknologi baru maka diperlukan pelatihan danpendidikan agar petani mampu mengoperasikan alsintan denganbaik dan aman. Pelatihan dan pendidikan ini juga dimaksudkanuntuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani sehinggadapat mengembangkan diri di sub sektor lain maupun di bidangagroindusri, serta memajukan cara berpikir petani.

f. Fasilitas Produksi dan Perbaikan Lokal

Kondisi lahan di tiap daerah berbeda-beda. Dengan melakukanproduksi lokal maka produksi dapat dilakukan secara spesifiksesuai dengan kondisi lahan setempat dan mengurangi biayatransportasi ke petani. Selain itu, penyerapan tenaga kerja di desa juga dapat ditingkatkan.

g. Penyediaan Jasa Penyewaan Mesin

Dengan penyediaan jasa penyewaan mesin, petani kecil yangtidak sanggup membeli alsintan dapat tertolong. Mereka dapatmenggunakan mesin dan mendapatkan manfaat dari mesin tanpaharus mengeluarkan biaya besar untuk membelinya. Selain itu,petani yang berfungsi sebagai kontraktor dapat mendapatkanmanfaat ganda. Mereka dapat memperoleh keuntungan daripemanfaatan mesin maupun dari penyewaan mesin.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 37/39

 

Laporan Akhir

37

Usaha jasa penyewaan alsintan oleh kelompok tani dan KUDkurang menguntungkan karena rendahnya profesionalisme dan

pengelolaan yang kurang baik. Karena itu, kemampuan manajemenkelompok tani atau KUD perlu ditingkatkan agar mampumendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan.

Untuk mendukung perkembangan lembaga-lembaga tersebut diatas, maka peran pemerintah sangatlah penting. Kebijakan-kebijakanyang dikeluarkan pemerintah baik itu di bidang mekanisasi pertanian,pertanian secara umum, perdagangan, perindustrian, keuangan,keagrariaan, maupun ketenagakerjaan dan pendidikan diharapkandapat diselaraskan dalam mendukung perkembangan mekanisasipertanian di Indonesia.

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 38/39

 

Laporan Akhir

38

BAB VIIPENUTUP

1. Pertanian modern di cirikan oleh produktivitas tinggi, efisiendalam penggunaan sumber daya alam dan teknologi, sertamampu berproduksi dengan menghasilkan output yangberkualitas dan bernilai tambah tinggi. Pertanian moderndapat menjadi suatu wujud sistem usaha tani denganspesialisasi produk yang sangat beragam, penggunaantradeable input makin tinggi dan sudah mempraktekkan sistemmanajemen usaha tani lebih efisien. Modernisasi pertanianmerupakan proses yang terus menerus dilakukan untukdengan meningkatkan kinerja usaha tani ke arah ciri ciritersebut.

2. Hal hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalampembangunan pertanian modern adalah; (a) Perbaikan pada akses pada pasar; (b) Kemudahan terhadap  akses padateknologi maju; (c) Terciptanya Stabilitas Politik danEkonomi; dan (d) Menempatkan secara bijak IntervensiPemerintah. Empat hal tersebut sangat diperlukan dalampembangunan pertanian modern yang memiliki wawasanagribisnis.

3. Pembangunan Sistem dan Usaha agribisnis yang berdayasaing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasiadalah merupakan sektor pertanian modern yang dibangun

dari modernisasi usaha tani tradisional. Karena itu,produkivitas, efisensi, mutu, nilai tambah, ramah lingkungan ,dengan asek aspek keseimbangan dalam pembangunanwilayah, serta pemanfaatan keunggulan sumber daya lokal,dan inovasi teknologi yang terus menerus adalah merupaankeharusan.

4. Mekanisasi pertanian memiliki posisi strategis dalampembangunan pertanian modern yang berdaya saing. Posisistrategis tersebut memiliki makna yang sangat kompleksdalam pergeseran pertanian tradisional ke pertanian modern;Pertama, Peningkatan produktivitas,. Kedua, efisiensisumber daya dan proses. Ketiga, kualitas dan nilai tambah dan pada akhirnya Keempat peningkatan pendapatan dankeluarganya.

5. Dalam transformasi struktural yang sekarang sedangberlangsung mekanisasi pertanian memiliki kontribusi yang

5/11/2018 Tim Telaah Strategis Mektan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tim-telaah-strategis-mektan 39/39

 

Laporan Akhir

39

signifikan dalam peningkatan efisiensi, produktivitas, kualitasdinilai tambah. Jika dilakukan sejalan dan selaras dengandinamika sosial budaya, dan dilengkapi dengan kelembagaan

yang sesuai, mekanisasi pertanian berkelanjutan.

6. Kasus kasus “premature mechanization ”, karena tidakmemperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutantidak akan memecahkan sebagian persoalan, namun akanmemuat masalah baru. Karena itulah, konsep sustainabledevelopment menjadi hal yang sangat penting untuk dipahami,sehingga pemerintah mampu terlibat secara fungsional dalammemberikan informasi, membangun infrastruktur, mendorongpertumbuhan dan penciptaan kelembagaan yang padanlingkungan, yang akhirnya tujuan pemberdayaan dapatberjalan dengan berkelanjutan.

7. Upaya pengembangan mekanisasi pertanian tidak terlepasdari dukungan kelembagaan karena lembaga-lembaga inilahyang berperan mulai dari mengadopsi, mempelajari,mengembangkan dan merekayasa teknologi yang sesuaidengan kondisi sosial ekonomi pertanian Indonesia,membantu penyampaiannya kepada masyarakat, sampaimendemostrasikan dan melakukan pelatihan kepadamasyarakat sehingga teknologi tersebut dapat diterapkan danmemberikan manfaat yang nyata bagi perkembanganpertanian.


Top Related