Download - tilfpgs
PENDAHULUAN,,/[].ll;
..,m
/ Inflamasi adalah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung
(sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu .
Apabila jaringan dalam tubuh mengalami cedera misalnya karena terbakar, teriris
altau karena infeksi kuman, maka pada jaringan tersebut akan terjadi rangkaian reaksi
yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen
menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera
diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang.
Banyaknya kasus peradangan yang terjadi memacu para ahli farmasi untuk
memformulasikan suatu obat anti inflamasi yang kerjanya dapat meringankan atau
mengurangi gejala peradangan pada jaringan yang terluka.
Oleh karena itu, untuk mengerahui bagaimana cara kerja atau efek obat – obat
antiinflamasi tersebut pada manusia, maka perlu dilakukan suatu uji praklinik terhadap
hewan coba mencit, Untuk membuktikan apakah obat antiiflamasi yang digunakan benar-
benar efektif dalam mengurangi peradangan yang terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi
adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan ( Mycek, 2001 ).
Inflamasi yang berasal dari kata inflammation yang artinya radang, peradangan. Sedang
dalam bahasa latin yaitu inflammare yang artinya membakar. Proses inflamasi merupakan
suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk membasmi dan menetralisir
agen-agen yang berbahaya pada tempat kerja dan mempersiapkan keadaan tubuh untuk
perbaikan jaringan. Peradangan dapat diakibatkan oleh trauma (pukulan, benturan, dan
kecelakaan), juga misalnya setelah pembedahan atau pada memar akibat olahraga.
Inflamasi adalah respon terhadap cedera akibat infeksi,fungsi,abrasi,terbakar,objek asing,
atau toksin (produk bakteri yang merusak sel hospes atau jaringan hospes).
Inflamasi atau radang merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik.
Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktifkan atau merusak organisme yang
menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.
Inflamasi atau radang merupakan respon fisiologi lokal terhadap cedera jaringan. Radang
bukan suatu penyakit, melainkan suatu manifestasi dari suatu penyakit. Radang dapat
mempunyai pengaruh yang menguntungkan, seperti penghancuran mikroorganisme yang
masuk dan pembuatan dinding pada rongga abses, sehingga akan mencegah
penyebaran infeksi. Reaksi radang akan diikuti oleh upaya pemulihan jaringan, yaitu upaya
penggantian sel parenkim yang rusak dengan sel baru melalui regenerasi atau
menggantinya dengan jaringan ikat. Reaksi radang akan berhenti bila penyebab dapat
dimusnahkan .
Sampai sekarang fenomena inflamasi pada tingkat bioselular masih belum dapat dijelaskan
secara rinci. Fenomena inflamasi ini meliputi pelepasan mediator kimiawi dari jaringan
yang rusak, meningkatnya permealibilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang.
Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan
secara local antara lain histamine, 5-hidroksitriptamin (5HT), factor kemotaktik,
bradikinin, leukotrien dan PG.
Secara in vitro terbukti bahwa prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin (PGI2) dalam
jumlah nanogram, menimbuilkan eritem, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah local.
Histamin dan bradikinin dapat meningkatkan permeabilitas vascular, tetapi efek
vasodilatasinya tidak besar. Dengan penambahan sedikit PG, efek eksudasi histamine
plasma dan bradikinin menjadi jelas. Migrasi Leukosit ke jaringan radang merupakan
aspek penting dalam proses inflamasi. PG sendiri tidak bersifat kemotaktik, tetapi produk
lain dari asam arakidonat yaitu leukotrien B4 merupakan zat kemotaktik yang sangat
poten.
Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah
1. Rubor (Kemerahan)
Jaringan yang mengalami radang akut tampak merah. Sebagai contoh kulit yang terkena
sengatan matahari, selulitis karena infeksi bakteri, atau konjungtivitis akut. Warna
kemerahan ini akibat adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami
kerusakan.
1. Kalor (Panas)
Peningkatan suhu hanya tampak pada bagian tepi tubuh , seperti pada kulit. Peningkatan
suhu ini diakibatkan oleh meningkatnya aliran darah (hiperemia) melalui daerah tersebut,
mengakibatkan sistem vaskuler dilatasi dan mengalirkan darah yang hangat pada daerah
tersebut. Demam sistemik sebagai hasil dari beberapa mediator kimiawi proses radang
juga ikut meningkatkan temperatur lokal.
1. Tumor (Bengkak)
Pembengkakan sebagai hasil adanya edema, merupakan suatu akumulasi cairan di dalam
rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat dan dalam jumlah yang
sedikit, kelompok sel radang yang masuk dalam daerah tersebut.
1. Dolor (Rasa sakit)
Pada radang akut, rasa sakit merupakan salah satu gambaran yang dikenal dengan baik
oleh penderita. Rasa sakit sebagian disebabkan oleh regangan dan distorsi jaringan akibat
edema dan terutama karena tekanan pus di dalam rongga abses. Beberapa mediator
kimiawi pada radang akut termasuk bradikinin, prostaglandin dan serotonin, diketahui
juga dapat mengakibatkan rasa sakit.
1. Fungsio Laesa (Hilangnya fungsi)
Kehilangan fungsi yang diketahui merupakan konsekuensi dari suatu proses radang , yang
dikemukakan oleh Virchow (1821-1902), merupakan tambahan gejala pada daftar gejala
yang dikemukakan Celsius. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan
secara sadar ataupun secara reflek atau mengalami hambatan oleh rasa sakit;
pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan.
PROSTAGLANDIN
Banyak obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) bekerja dengan jalan menghambat sintesis
prostaglandin. Jadi, pemahaman akan obat AINS memerlukan pengertian kerja dan
biosintesis prostaglandin turunan asam lemak tak jenuh yang mengandung 20 karbon yang
meliputi suatu struktur cincin siklik.
1. Peran prostaglandin sebagai Mediator Lokal
Prostaglandin dan senyawa berkaitan (Tromboksan, leukotrien, dan asam
hidroperoksieiosatetraenoat dan asam hidroksieikosatetraenoat {HPETEs dan HETEs},
disintesis dari prekursor yang sama sebagai PG) diproduksi dalam jumlah kecil oleh semua
jaringan. Umumnya bekerja lokal pada jaringan tempat PG tersebut disintesis dan cepat
dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat kerjanya.
1. Sintesis Prostaglandin
Asam arakidonat merupakan prekursor utama PG. Asam arakidonat terdapaty dalam
komponen fosfolipid membran sel, terutama fosfatidil inositol dan kompleks lipidnya.
Asam arakidonat dilepaskan dari jaringan fosfilipid oleh kerja fosfolipase A2 dan asil
hidrolase lainnya, melalui suatu proses yang dikontrol oleh hormon dan rangsangan lain.
Ada 2 cara sintesi eikosanoid dari asam arakidonat.
- Jalan siklo-oksigenase (COX)_ Semua eikonasoid berstruktur cincin sehingga PG,
tromboksan, prostaksiklin disintesis_ COX. Terdapat 2 COX yaitu COX 1(bersifat ada
dimana2 dan pembentuk_ menghasilkan PGE2, PGI2 menstimulasi mucus dan sekresi
bikarbonat-vasodilatasi, suatu aksi menjaga mukosa lambung) dan COX2(diinduksi dalam
respons terhadap rangsangan inflamasi)
- Jalan Lipoksigenase_ beberapa lipo ini dapat bekerja pada asam arakidonat untuk
membentuk HPETE,12-HPETE dan 15-HPETE atau menjadi leukotrien atau lipoksin
tergantung pada jaringan.
1. Efek Prostaglandin
Menyebabkan peningkatan pembentukkan diasligliserol dan inositol serta peningkatan
Ca2+ intraselular.
1. Fungsi dalam Tubuh
Fungsi dalam tubuh bervariasi tergantung pada jaringan. Mis. Pelepasan TXA2 dari
trombosit baru untuk agregat, namun pada jaringan lain jika TXA2 meningkat
menyebabkan kontraksi pada otot polos. PG _ mediator kimiawi yang dilepaskan pada
alergi dan inflamasi.
Penggolongan Obat- Obat Ains
Secara garis besar obat-obat AINS dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Asam Karboksilat, dibagi menjadi :
1. Asam Asetat : Derivat Asam Fenilasetat (Diklofenak, Fenklofenak) dan Derivat asam asetat-
inden/indol (Indometasin, sulindak, Tolmetin).
- Mek. Kerja Asam Indol asetat : menghambat COX secara reversible
- Penggunaan terapi : Indometasin (mengontrol nyeri), Sulindak (pengobatan arthritis
rematoid, gout akut, osteoarthritis)
- ESO : Saluran cerna _ mual, muntah, anoreksia, diare, nyeri abdomen dan dapat
terjadi ulserasi sal. cerna bagian atas.
1. Derivat Asam Salisilat : Aspirin, Benorilat, Salsalat
- Mek. Kerja : menghambat PG di pusat pengatur panas dalam hipotalamus.
- Penggunaan terapi : antipiretik, analgesic, eksternal (kutil, kudis, epidermofitosis),
profilaksis untuk menurunkan iskemia jantung (antiplatelet), kanker kolon.
- ESO : saluran cerna, Darah (perpanjangan pendarahan), depresi pernapasan, sindrom
reye, hipersensitivitas.
1. Derivat Asam Propionat : Asam tiaprofenat, Ibuprophen, Fenoprophen
- Menghambat sintetis PG secara reversible
- Penggunaan terapi : anti-inflamasi, analgetik, antipiretik dan mendapat prioritas
yang luas pada pengobatan rematoid dan osteoarthritis.
- ESO : Saluran cerna mulai dari dyspepsia sampai perdarahan, SSP (nyeri kepala,
tinnitus, dan pusing)
1. Derivat Asam Fenamat : Asam Mefenamat, Meklofenamat _ derivate ini tidak mempunyai
antiinflamasi dibandingkan OAINS lainnya. ESO : diare dan peradangan abdomen.
2. Asam Enolat, dibagi menjadi :
1. Derivat Pirazolon : Azapropazon, Fenilbutazon
- Mempunyai efek antiinflamasi kuat, obat ini bukan first drug.
- Penggunaan terapi : jangka pendek gout akut, arthritis rematoid dan jika OAINS lain
gagal.
- ESO : mual, muntah, kulit kemerahan, agranulositosis dan anemia aplastik.
1. Derivat Oksikam : Piroksikam, Tenoksikam.
- Penggunaan terapi : arthritis rematoid, spondilitis ankilosa, osteoarthritis.
- ESO : saluran cerna pada sekitar 20%.
KORTIKOSTEROID
Korteks adrenal melepaskan beberapa hoirmonn steroid ke dalam sirkulasi. Hormon
tersebut dibagi berdasarkan kerjanya menjadi dua kelas yaitu :
1. Mineralokortikoid_ terutama aldosteron pada manusia, mempunyai aktivitas menahan
garam dan disintesis dalam sel-sel zona glomerulosa.
2. Glukokortikoid_ terutama kortisol (hidrokoprtison) pada manusia, mempengaruhi
metabolisme karbohidrat dan protein. Tetapi juga mempunyai aktivitas mineralkortikoid
yang bermakna. Hormon ini disintesis dalam sel-sel zona fasikulata dan zona retikularis.
Mekanisme terjadinya respon steroid
· Pelepasan kortisol dikendalikan oleh mek. umpan balik (-) yang melibatkan hipotalamus dan
hipofisis anterior.
· Jika kadar kortisol rendah _ pelepasan kortikotropin (ACTH) dengan mengakyivasi adenilat
siklase.
· cAMP kemudian mengaktivasi protein kinase A yang menfosforilisasi dan meningkatkan
aktivitas kolesterilester hidrolase, tahap ini yang membatasi pada sintesis steroid.
Pelepasan aldosteron dipengaruhi oleh ACTH (system rennin-angiotensin, kalium plasma
lebih penting dalam pelepasan aldosteron)
· Steroid berdifusi kedalam sel (dimana steroid terikat pada resptor glukokortikoid
sitoplasma). Jika tidak ada kortisol maka reseptor diinaktivasi oleh heat shock protein.
· Kortisol memicu pelepasan hsp90 dan reseptor teraktivasi memasuki nucleus dimana mulai
menstimulasi (atau menghambat) sintetis protein yang selanjutnya menghasilkan respon
steroid.
· Respon steroid yaitu : menurunnya respons inflamasi, respon imunologis, penggunaan
glukosa, dan meningkatnya penumpukan glikogen hati, glikoneogenesis, output glukosa ke
hati, katabolisme protein dan tulang, asam lambung dan pepsin.
- Glukokortikoid
· Mek. Kerja_ kortisol (dan glikokortikoid sintetik) berdifusi ke dalam sel target dan terikat
pada reseptor glukokortikoid sitoplasma. Kompleks reseptor glukokortikoid yang
teraktivasi memasuki nucleus dan terikat pada elemen respons steroid pada molekul DNA
target.
· Golongan obat kortikosteroid yaitu
1. Hidrokortison : terapi untuk syok dan status asmatikus (intravena), eksema, enema pada
colitis ulseratif (topikal)
2. Prednisolon : terapi inflamasi dan penyakit alergi (oral)
3. Betametason dan deksametason : sangat poten dan tidak menahan garam. Terapi edema
serebri (dosis tinggi).
4. Beklometason dipropionat dan budesonid : terapi asma (aerosol), eksema, antiinflamasi
local dan sistemik (topical)
5. Triamsinolon : terapi pada asma berat dengan injeksi intraartikular untuk inflamasi sendi
local.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, S., 1995. “Farmakologi dan Terapi Edisi IV”, Bagian Farmakologi dan terapi
kedokteran I, Jakarta.
Mutschler, E., 2000. “Dinamika Obat “, Edisi V. Penerbit ITB, Bandsung
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, P.C., 2001. “ FArmakologi Ulasan Bergambar”, Edisi
II, Widya Medika, Jakarta.
Neal, J. Michael., 2005. “At a Glance : Farmakologi Medis”, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga.
Jakarta
Underwooj, J.C.E., 1999. “Patologi Umum dan Sistemik”, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.