Transcript

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

PEMELIHARAAN PREDIKTIF DENGAN THERMOGRAPHY INFRA MERAH PADA PLTN: APLIKASI PADA BLOWER UUTR1)

Ari Satmoko 1) Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN, e-mail: [email protected]

ABSTRAK PEMELIHARAAN PREDIKTIF BERDASARKAN PEMANTAUAN KONDISI TEMPERATUR DENGAN TEKNIK THERMOGRAPHY PADA PLTN: APLIKASI PADA BLOWER UUTR. Keselamatan merupakan aspek yang diutamakan dalam tahap pengoperasian suatu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Padahal proses penuaan komponen berjalan seiring dengan waktu. Untuk menjaga kesinambungan operasi dan keselamatan, perawatan PLTN harus tepat. Dewasa ini dikenal empat model pemeliharaan: breakdown maintenance, pemeliharaan preventif, pemeliharaan prediktif dan pemeliharaan proaktif. Dari beberapa model tersebut, pemeliharaan prediktif berbasis pemantauan kondisi merupakan pemeliharaan yang paling tepat dalam pengoperasian PLTN. Pemeliharaan prediktif juga dapat menghasilkan suatu rekomendasi untuk melakukan pemeliharaan proaktif dalam rangka memperpanjang umur pengoperasian. Salah satu kondisi yang mudah dipantau adalah temperatur. Dengan kemajuan teknologi, kamera infra merah dapat dengan mudah dan cepat melaksanakan tugas-tugas ini. Thermography infra merah telah banyak digunakan untuk mendiagnosa fenomena penyimpangan komponen. Contoh kasus aplikasi pada blower UUTR semakin meyakinkan bahwa teknik thermography sangat membantu dalam mendiagnosa gejala anomali suatu proses sedini mungkin. Melalui teknik ini, terdiagnosa adanya bearing yang rusak dan belt yang diduga sudah mulai retak-retak. Namun demikian, untuk mengevaluasi fenomena secara detail, teknik thermography ini perlu dibarengi dengan teknik-teknik non-destruktif lainnya. Secara umum, di samping dapat mencegah adanya kecelakaan, pemeliharaan prediktif juga dapat meningkatkan efisiensi biaya pengoperasian dan mengoptimalkan biaya pemeliharaan. Kata kunci: pemeliharaan, prediktif, thermography, temperatur, PLTN, UUTR, blower ABSTRACT PREDICTIVE MAINTENACE BASED ON THE TEMPERATURE CONDITION MONITORING USING INFRARED THERMOGRAPHY IN NPP: APLLICATION ON THE BLOWERS OF THE REACTOR THERMALHYDRAULIC TEST. Safety is the first priority in operating a nuclear power plant (NPP). However, ageing process occurs with time. To assure the continuity of operation and safety, the maintenance of the NPP should be appropriated. Four maintenance models are well known: breakdown maintenance, preventive maintenance, predictive maintenance and proactive maintenance. Among them, the predictive maintenance based on condition monitoring is the best maintenance. By the predictive maintenance, a recommendation on proactive maintenance is also sometimes produced to lengthen the operating life of the component.Ari Satmoko, PTRKN-BATAN

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

Temperature is the easiest parameter to be monitored. Recently, infrared camera can easily and fast perform these tasks. Infrared thermography has been widely used to diagnose an anomaly phenomenon of a component. A study case on the blower of the Reactor Thermal Hydraulic Test has assured that thermography technique is very helpful in diagnosing a process anomaly as early as possible. By using this technique, it is found that there is a bearing going wrong and a belt starting to be broken. However, to evaluate the phenomenon more detail, this technique need to be combined with others nondestructive techniques. Generally, in addition to preventing from accident, the predictive maintenance could also increase the efficiency of the operational budget and optimize the maintenance budget. Keywords: maintenance, predictive, thermography, temperature, NPP, UUTR, blower PENDAHULUAN Pembangkit Nuklir (PLTN) yang instalasi mekanik, terjadi instalasi semakin temperatur Listrik merupakan sangat Tenaga suatu komplek. proses degradasi pada material yang suatu

berujung

kegagalan

komponen. Proses penuaan yang ditandai dengan degradasi material adalah suatu proses yang Proses tidak bisa dapat dihindari, namun masih

Berbagai proses seperti netronik, kimia, thermohidrolik, dalam tersebut parameter tinggi elektrik dan kontaminasi radioaktif dan ini. pelik dan berinteraksi Proses ketika

dikendalikan.

penuaan

berakibat pada penurunan kinerja suatu peralatan. Proses degradasi yang yang tak dapat terkendali kecelakaan memakan dapat fatal korban manusia. pemeliharaan dan PLTN. mengakibatkan material Sehingga menjamin

tekanan

turut berperanan. Keselamatan merupakan aspek yang diutamakan dalam desain, konstruksi maupun pengoperasian PLTN. Sejalan dengan teknologi yang berkembang pesat, berbagai jenis dan tipe PLTN dikembangkan dengan berbasis pada keselamatan. Walaupun prosedur pengoperasian telah dilaksanakan secara ketat, beberapa kejadian kecelakaan Sebagian PLTN besar masih terjadi. kecelakaan-

maupun kegiatan

merupakan hal yang mutlak untuk keselamatan operasi kesinambungan

Dalam makalah ini akan dibahas strategi pemeliharaan yang tepat dalam pengoperasian PLTN. Dalam privatisasi industri dan kelistrikan, pasar deregulasi

mengantarkan pada kompetisi di antara teknologi-teknologi instalasi.

kecelakaan tersebut berawal dari

Ari Satmoko, PTRKN-BATAN

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

Situasi ini mengarah pada upaya para biaya nuklir mengingat manager untuk mereduksi dan operasional cenderung biaya

berjalan

dengan

waktu.

Proses

degradasi ini tidak dapat dihindari, namun dapat dikendalikan melalui kegiatan pemeliharaan yang tepat. Dewasa ini dikenal empat model pemeliharaan: maintenance, preventif, Dalam setelah Dalam breakdown pemeliharaan prediktif

pemeliharaan[1]. Sehingga reaktor diupayakan dapat beroperasi selama mungkin pembangunan PLTN baru yang relatif mahal. Di lain pihak, persyaratan-persyaratan keselamatan cenderung semakin ketat. Untuk menjawab permasalahan tersebut, kondisi strategi suatu pemeliharaan mulai yang berbasis pada pemantauan peralatan diterapkan. Berbagai kondisi dapat dipantau misalnya vibrasi/getaran, temperatur, unjuk kerja, kondisi kimia, dan lain-lain. Salah satu teknik praktis yang akan dibahas dalam makalah ini adalah teknik thermography kamera telah infra pula menggunakan merah. Teknik ini diaplikasikan pada yang diterapkan dan diperbaharui

pemeliharaan filosofi

dan pemeliharaan proaktif[2]. breakdown kerusakan. atau maintenance, perbaikan dilakukan mengalami hal ini kegagalan

kecelakaan sudah telanjur terjadi. Biaya yang diakibatkan cenderung mahal dan bisa berdampak domino pada sektor lain seperti hilangnya kepercayaan preventif penggantian perkiraan seperti ini masyarakat. mengacu komponen umur. diperkirakan biaya[2]

Sedangkan, pemeliharaan secara pada sesuai Strategi dapat 75% model memiliki

waktu

menghemat dibanding

sekitar

breakdown Namun, preventif

peralatan blower di dalam instalasi Untai Uji Thermohidrolika Reaktor (UUTR) yang merupakan sarana penelitian untuk mensimulasikan kondisi PLTN tipe PWR. TEORI Model pemeliharaan Kegagalan merupakan proses suatu komponen dari suatu yang akibat

maintenance . pemeliharaan

kelemahan karena tidak melihat apakah komponen tersebut masih berkondisi bagus atau tidak. Atau mungkin saja, kesalahan desain maupun kesalahan pengoperasian mengakibatkan sebuah komponen mempunyai umur di bawah perkiraan. Hal ini dapat mengarah pada kecelakaan dini. Oleh karena

penuaan

material

Ari Satmoko, PTRKN-BATAN

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

itulah dikembangkan pemeliharaan secara prediktif yang didasarkan pada pantauan suatu kondisi atau kinerja suatu peralatan. kerja, Kondisi unsur Dengan terdeteksi yang dimonitor bisa saja vibrasi, temperatur, kimia suatu dan kondisi unjuk lain-lain. dapat

tertentu.

Tiap-tiap

teknik

juga

mempunyai keuntungan ekonomis jangka pendek dan jangka panjang yang berbeda-beda[1]. Observasi visual, pendengaran dan sentuhan barangkali adalah merupakan salah satu teknik dari pemantauan banyak kondisi. Namun dalam

pantauan secara rutin, kejanggalan secara dini. Pemeliharaan secara prediktif dapat menghemat biaya sekitar pemeliharaan mengacu 60% secara dibanding preventif[2]. kegiatan bertujuan terjadinya komponen dalam umur kategori karena merusak

kasus, kemampuan manusia sangat terbatas dalam mendeteksi adanya perubahan seperti analisis minor. Untuk itulah metode vibrasi, motor, proses, teknologi sehingga berbasis dapat tribologi, parameter Berbagai melengkapi pemeliharaan kondisi dikembangkan berbagai analisis

pemantauan akustik,

Sedangkan pemeliharaan proaktif pada suatu yang pemeliharaan mengantisipasi penambahan rangka satu ini

thermography, pemantauan lainnya. saling program

dan teknik pengujian nondestruktif tersebut mestinya digunakan untuk

kegagalan. Revisi desain ataupun memperpanjang contoh dapat dalam dilakukan yang dapat

suatu peralatan merupakan salah pemeliharaan secara proaktif. Hal fenomena

pemantauan

dilaksanakan secara komprehensif. Dalam makalah ini, topik yang dibahas pemantauan adalah kondisi temperatur relatif dari pada sebuah teknik dilakukan absolut bagian abnormal peralatan. thermography. Dengan teknik ini melalui pengukuran panas dengan mengukur ataupun tertentu Temperatur

peralatan diketahui secara pasti. Pemantauan thermography Pemantauan kondisi terdiri dari berbagai biasanya diterapkan metode. hanya pada Namun terbatas mesin-mesin demikian, masing-masing metode kondisi dan

mengindikasikan adanya masalah yang sedang berkembang. Teknik ini menjanjikan banyak pemecahan masalah mengingat temperatur

tertentu saja dan berguna untuk mengidentifikasi tipe-tipe problemAri Satmoko, PTRKN-BATAN

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

merupakan variabel yang paling mudah berubah alam karena dan suatu mudah fenomena

suatu permukaan benda. Dengan demikian benda distribusi atau pola PTRKN temperatur pada suatu permukaan dapat dimonitor. telah memiliki kamera infra merah jenis ini yang memiliki resolusi 320x240 titik[3]. PEMELIHARAAN PLTN DAN

dipantau. Pengukuran temperatur dapat dilakukan baik secara kontak maupun kontak termokopel. pengukuran yang digunakan. kontak, mempunyai keunggulan mengganggu lebih cepat dan semakin Dibanding non-kontak. dilakukan Sebagian dengan dan Sedangkan non-kontak banyak model besar pengukuran dengan metode menggunakan termometer

TEKNIK THERMOGRAPHY Dalam instalasi PLTN, reaksi nuklir kemudian menghasilkan menggerakkan dilengkapi energi dirubah timbul pun berantai panas digunakan uap. turbin. dengan mekanikpun menjadi berupa tidak energi bocoran sama Uap terkendali yang untuk ini Dengan generator, akhirnya listrik. bahandengan menghasilkan

menggunakan sensor infra merah dikembangkan dan mulai banyak pengukuran non-kontak keunggulanberupa tidak pengoperasian, menghasilkan

memonitor dari jarak jauh, akusisi distribusi atau pola panas pada permukaan sebuah benda. Berdasarkan teori Plank, semua benda yang bertemperatur di atas 0 K memancarkan sinar infra merah[2]. Besarnya intensitas bergantung pada temperatur

Mengingat ada risiko yang mungkin bahan radioaktif, penanganan PLTN pembangkit listrik lainnya. Standar keselamatan yang diterapkanpun menjadi sangat ketat. Komponen-komponen yang ada di seluruh tipe PLTN sangat komplek. Berbagai proses terjadi dan berinteraksi dalam instalasi ini dalam menjamin tersebut tinggi rangka keselamatan. semakin pelik menjaga operasi dan Proses ketika Proses kesinambungan

material, lingkungan sekitar, sifatsifat permukaan bahan, dan lainlain. Atas dasar teori ini, bendabenda dengan temperatur tertentu memancarkan infra merah dengan intensitas tertentu. Sekarang ini, telah tersedia kamera yang dapat merekam pancaran infrared dariAri Satmoko, PTRKN-BATAN

parameter temperatur dan tekanan turut berperanan.

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

distribusi melalui jaringan sistem perpipaan Temperatur material menjadi yang terlalu krusial. tinggi pada

ditetapkan. Pemeliharaan memang kecelakaan. karena dapat kemungkinan Namun tidak preventif mengurangi terjadinya model menutup

mengakibatkan yang

perpanjangan kemudian

giliran berikutnya mengakibatkan tegangan di dalam material dan dapat degradasi. Untuk menghindari terjadinya kegagalan dan tepat. yang yang berakibat PLTN pada harus pilihan Sekecil sulit pada kecelakaan, maka pengoperasian pemeliharaan Model harus pada breakdown mempercepat proses

pemeliharaan ini masih berisiko, kemungkinan bahwa umur suatu komponen tidak tercapai karena suatu kesalahan yang tidak terdeteksi baik pada waktu desain, konstruksi maupun pengoperasian. Pemeliharaan preventif juga relatif membutuhkan Disinyalir Serikat, pengeluaran Karena bahwa banyak biaya di besar. Amerika yang itulah, melalui

maintenance

merupakan dihindari. efek

pengeluaran-

apapun kegagalan suatu PLTN akan berimbas diprediksi. kebakaran yang Sebagai yang terjadi contoh,

pemeliharaan alasan

sebenarnya tidak perlu dilakukan[1]. berbagai pemeliharaan PLTN mulai prediktif banyak dari hasil suatu berupa

Reaktor Monju akibat kebocoran sodium sesungguhnya sama sekali tidak terkait dengan Dan bahaya barangkali radioaktif[4].

pemantauan kondisi pada instalasi diterapkan. ada Berawal pengalaman kalanya menghasilkan antisipasif penambahan pembelajaran diagnosa tindakan perbaikan baru

operasional,

kecelakaan-kecelakaan sejenis ini sering terjadi di luar konteks PLTN dengan akibat yang tidak begitu menggemparkan. Namun kejadian di Monju tersebut Bahkan penyebab tidak FBR di dilakukanpun, berbuntut setelah kebocoran ijin segera Jepang panjang. investigasi selesai

pemeliharaan prediktif dapat pula

prosedur, revisi desain, ataupun komponen dengan tujuan untuk menghindari permasalahan serupa. Kegiatan ini sudah proaktif. termasuk pemeliharaan prediktif Pemeliharaan

pengoperasian lagi, program

diberlakukan kembali. Lebih jauh mundur dari jadwal yang telahAri Satmoko, PTRKN-BATAN

yang diikuti dengan pemeliharaan proaktif ini dapat memperpanjang

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

umur

operasi

suatu

komponen

telah

banyak

digunakan

untuk

yang tentu saja dapat menambah nilai kompetitif. Salah satu kondisi peralatan yang mudah dipantau ini, adalah teknik temperatur. Dewasa

menginspeksi misalnya:

komponen-

komponen reaktor nuklir[4], seperti - kebocoran dan overheating pada daerah-daerah tertentu, - anomali bagian-bagian pada pipa, katup, flense dan nozzle, - diskontinuity internal di dalam containment vessel dan sistem pemipaan - kebocoran pada fluida pendingin pada reactor core dan komponennya - pemantauan secara kontinu pada menara pendingin - overheating sirkulasi utama - anomali dan kerusakan pada komponen listrik dan elektronika Mayoritas thermography temperatur peralatan dihasilkan teknik-teknik terdapat dianggap mencari pola tidak dilakukan pada inspeksi dengan pada pompa

thermography diterapkan. sebuah Peralatan penurunan menghasilkan penyimpangan mengakibatkan temperatur perubahan bunyi bentuk. tertentu, temperatur ditelusuri. penyebab temperatur perbaikan atau di lain

menggunakan dengan pada benda. mengalami kerja akan fenomena biasanya perubahan samping seperti juga getaran,

kamera infra merah telah banyak Penembakan temperatur sebuah yang unjuk suatu operasi kamera infra merah menghasilkan pola permukaan

anomali. Pada komponen mekanik,

bahkan

perubahan teknik-teknik yang dapat

Melalui sumber

panas

melakukan pemeriksaan distribusi permukaan atau kamera dengan Apabila yang maka ketidakkomponen-komponen menggunakan dievaluasi tertentu. normal,

menghasilkan pola penyimpangan tersebut Dengan sedini ataupun diketahuinya penyimpangan mungkin, perawatan

infra merah. Pola temperatur yang

suatu komponen dapat dilakukan jauh sebelum komponen tersebut mengalami demikian dicegah. ThermographyAri Satmoko, PTRKN-BATAN

temperatur

kegagalan. kecelakaan

Dengan yang

penelusuran harus dilakukan untuk penyebab normalan tersebut. Dalam banyak kasus, teknik thermography tidak dapat memberikan keterangan

mungkin dapat ditimbulkan dapat infra merah

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

yang detail secara langsung. Hal ini sejalan dengan karakteristik yang diperoleh temperatur Distribusi material hanya di temperatur tidak dapat distribusi saja. dalam di permukaan

Dengan instalasi UUTR ini, berbagai uji coba kecelakaan kecil maupun parah terjadi dapat dapat dilakukan, dipelajari. dan yang UUTR fenomena termohidrolik

diketahui

terdiri dari beberapa bagian seperti misalnya bagian uji, presurizer dan sistem ECWS dengan bagian utama berupa menara pendingin. Menara pendingin terbagi ke dalam 9 unit identik. Air dari bagian uji UUTR yang akan didinginkan dialirkan melalui pipa-pipa mendatar. Udara dihisap dari bawah oleh balingbaling dan disemburkan ke arah atas mengenai pipa yang didinginkan. Adapun baling-baling digerakkan oleh motor melalui puli dan belt. Permukaan blower bawah menara mempunyai

secara langsung. Dengan demikian jenis bahan, susunan dan prinsip kerja komponen-komponen harus dapat yang berinteraksi hal, untuk diketahui mengetahui

dengan seksama. Dalam beberapa proses lebih lanjut harus dibarengi dengan teknik-teknik non-destruktif lainnya. Keunggulan dari teknik dapat ketidakthermography memberikan adalah adanya

abnormalan suatu pola temperatur secara cepat. Salah satu contoh kasus berikut ini dapat teknik menjelaskan thermography. APLIKASI THERMOGRAPHY BLOWER UUTR UUTR adalah suatu instalasi thermohidrolika berfungsi untuk reaktor yang mensimulasikan TEKNIK PADA aplikasi

ketinggian kira-kira 2 meter dari permukaan lantai. Inspeksi menggunakan blower. tembak Karena dan thermography kamera kesulitan pandangan infrared ruang yang

dilakukan pada ke-sembilan unit

terlalu sempit, pengambilan infra merah hanya dapat dilakukan dari bawah. Inipun terbentur pada kisikisi kawat dan juga puli yang selalu berputar. Idealnya perekaman infra merah peralatan dilakukan sedang pada saat beroperasi.

kondisi temperatur dan tekanan pada PLTN tipe PWR berdaya 1000 MWatt[5]. Adapun skala volume adalah 1:1150 dan skala ketinggian 1:1. Seperti halnya PLTN riil, UUTR dioperasikan pada temperatur 335C dengan tekanan 13 MPa.Ari Satmoko, PTRKN-BATAN

Namun karena putaran puli dan belt dapat menghalangi pancaran

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

infra merah dari sisi lebih dalam, penembakan kamera infra merah dilakukan sesaat setelah blower dimatikan. Sebelumnya blower telah dihidupkan sekitar 40 menit. Hasil pemotretan infra merah ditunjukkan dalam Gambar 1. Dalam gambar tersebut distribusi

warna temperatur. warnanya temperatur temperatur

menggambarkan Semakin semakin permukaan juga cerah tinggi material di

yang tampak. Skala warna dan diberikan sebelah kanan bawah gambar.

a. Blower 1

b. Blower 2

c. Blower 3

d. Blower 4

e. Blower 5

f. Blower 6

g. Blower 7

h. Blower 8 Gambar 1. Hasil kamera infra merah

i. Blower 9

Gambar visual juga direkam secara infrared. otomatis dengan Contoh pada gambar saat visual bersamaan pengambilan

merupakan blower unit 5. Gambar visual tidak memberikan informasi apapun peralatan, menjelaskan mengenai hanya bentuk kondisi untuk komponen

diberikan dalam Gambar 2 yang

Ari Satmoko, PTRKN-BATAN

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

secara visual. Dari gambar-gambar hasil ke thermography sembilan Namun unit ada dapat blower diperhatikan bahwa secara umum memberikan pola temperatur yang serupa. beberapa perbedaan kuantitatif yang dapat dicatat sebagaimana ditunjukkan dalam temperatur Tabel 1 yang menggambarkan temperaturpada

4 5 6 7 8 9

Blower unit 4 Blower unit 5 Blower unit 6 Blower unit 7 Blower unit 8 Blower unit 9

31,1 32,1 31,1 32,7 32,5 32

33,9 33,9 33,9 39,2 40,3 34,1

34,9 34,3 34,2 38,9 39,9 35,9

maksimum

beberapa komponen blower.

Dari tabel terlihat bahwa untuk bearing maksimum unit 1 house berkisar yang temperatur pada 31,1

hingga 32,9 C kecuali pada blower bertemperatur C. Ini maksimum 1 Gambar 2. Pandangan visual sistem puli blower mempunyai 44,1 gejala ini

menunjukkan bahwa blower nomor anomali. harus Penyebab anomali

ditelusuri lebih lanjut. Dalam kasus ini, desain atau susunan komponen blower Mengingat rotating harus blower equipment, diobservasi. termasuk dugaan

Tabel 1. Perbandingan temperatur pada masing-masing unit blower Temperatur maksimum (C) N Beari Peralatan ng o Puli Belt hous e Blower 1 44,1 34,6 34,8 unit 1 Blower 2 31,9 34,6 35,1 unit 2 Blower 3 32,2 34,1 34,7 unit 3Ari Satmoko, PTRKN-BATAN

mengarah pada bearing sebagai penyebab sumber anomali panas. Sampai di sinilah hasil dari teknik thermography. Dalam kasus tertentu, untuk mengetahui dan memastikan kejanggalan fenomena lebih mendetail, teknik-teknik non destruktif lainnya perlu dilakukan. Dalam temperatur setiap pada unit puli blower, dan belt

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

relatif

hampir

sama. bahwa

Hal

ini

melainkan misalnya kesalahan Dalam

karena

faktor

lain

mengindikasikan

sumber

kesalahan

desain,

panas adalah gesekan antara puli dan belt. Secara umum temperatur berkisar pada 33,9 hingga 35,1C kecuali untuk blower nomor 7 dan 8. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya anomali distribusi temperatur pada kedua unit blower ini. Kemungkinan belt sudah mulai retak-retak sehingga gesekan baik gesekan maupun internal gesekan di dalam dengan belt puli

pemasangan/fabrikasi ini, kesalahan-

ataupun kesalahan pengoperasian. kasus kesalahan tersebut harus diperbaiki dan ini sudah merupakan bagian dari tindakan pemeliharaan proaktif yang dapat memperpanjang umur pengoperasian suatu peralatan. Dari contoh kasus ini terlihat bahwa teknik thermography dapat mendeteksi anomali suatu proses secara dini. Padahal semua unit blower ini masih secara dapat normal. dioperasikan

menjadi besar. Namun dugaan ini masih perlu diverifikasi mengingat ada kemumgkinan penyebab lain berupa terlalu pemasangan kencang. dalam kasus belt yang Dokumentasi mendiagnosa blower prediktif ini ini, melalui dengan baru

Semakin sering frekuensi inspeksi thermography dilakukan semakin dini kerusakan yang ada terdeteksi. Kamera infra merah mempunyai kemampuan C, dengan mendeteksi demikian yang banyak dapat teknik satudapat perbedaan temperatur hingga 0,1 fenomena terdeteksi. Namun demikian, bukanlah yang teknik thermography satunya anomali

teknik thermography juga sangat membantu Dalam pantauan teknik suatu peralatan atau komponen. pemeliharaan

temperatur

thermography

pertama kali dilakukan. Pemantauan dengan hanya teknik temperatur thermography suatu

menghasilkan

memecahkan permasalahan yang ada. Teknik ini hanya memberikan suatu peringatan ataupun kerusakan bahwa ada sesuatu yang tidak normal. Untuk melokalisir penyebab mendeteksi yang lebih

rekomendasi. Tahap berikutnya dan masih dalam lingkup pemeliharaan prediktif adalah memperbaiki atau mengganti komponen-komponen yang diduga mengalami kerusakan. Ada kalanya penyebab kerusakan bukan karena faktor umur saja,Ari Satmoko, PTRKN-BATAN

detail harus memanfaatkan teknikteknik lain seperti ultra sonik, eddy

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

current, radiografi dan sebagainya. KESIMPULAN Dari pemeliharaan pemantauan dalam berbagai prediktif kondisi model, berbasis merupakan PLTN.

thermography suatu Namun proses

sangat membantu sedini mungkin. teknik teknik

dalam mendiagnosa gejala anomali demikian, bukanlah

thermography

tunggal yang dapat memecahkan permasalahan yang ada. Teknik ini hanya peringatan melokalisir memberikan bahwa telah suatu muncul

pemeliharaan yang paling tepat pengoperasian Pemeliharaan prediktif juga dapat menghasilkan suatu rekomendasi untuk proaktif dapat melakukan untuk pemeliharaan memperpanjang adanya

sesuatu yang tidak normal. Untuk ataupun mendeteksi penyebab kerusakan lebih detail harus memanfaatkan teknik-teknik non-destruktif lainnya. DAFTAR PUSTAKA 1. -----------, Strategies Nuclear Implementation and Power Tools Plants, for IAEA-

umur pengoperasian. Di samping mencegah kecelakaan, pemeliharaan prediktif juga dapat meningkatkan efisiensi biaya pengoperasian dan biaya dipantau infra digunakan adalah merah. untuk komponenkebocoran pada komponen dan tertentu, mengoptimalkan yang kamera banyak mudah

pemeliharaan. Salah satu kondisi temperatur dengan menggunakan Thermography infra merah telah menginspeksi misalnya overheating ataupun

Condition Based Maintenance at TECDOC-1551, International

Atomic Energy Agency, May 2007 2. -----------, Infrared Thermography Certification 2006 3. -----------, TH9100 manual operation, NEC 4. MASAKI MORISHITA, KOJI DOZAKI, History of Flow-Induced Vibration Incident Occurred in Monju, ASME International, PVP-Vol. 363, Book No. H01144 - 1998 5. XAVIER P.V. MALDAGUE, PATRICK O. MOORE, Nondestructive Course Level 1, Semarang, September 3rd- 6th,

komponen reaktor nuklir, seperti daerah-daerah

anomali bagian-bagian pada sistem perpipaan, diskontinuity internal di dalam pada containment blower vessel dan sebagainya. Contoh kasus aplikasi UUTR bahwa semakin teknik meyakinkan

Ari Satmoko, PTRKN-BATAN

Prosiding Seminar Nasional ISSN : 0854 - 2910 Jakarta, 6 Nopember 2007

ke-13

Teknologi

dan

Keselamatan

PLTN

Serta

Fasilitas

Nuklir

Testing Infrared

Handbook and

Volume

3: for

6. ANHAR

RIZA

ANTARIKSAWAN,

Thermal Society Testing,

Testing, Third

dkk, Fasilitas Uji Termohidrolika Reaktor (General Loop), BATAN PPTKN, Revisi 0, Nopember 1993

American Nondestructive

Edition, Columbus, 2001

Ari Satmoko, PTRKN-BATAN


Top Related