Download - Terapi Keluarga
MEMAHAMI BERBAGAI TERAPI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA: TERAPI KEPERAWATAN, TERAPI MODALITAS,
TERAPI KOMPLEMENTER DAN KONSELING
ADE SUTRIMOG1D009060
A1 2008
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga II
Dosen Pengampu : Ns. Endang Triyanto, M. Kep
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATANJURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2011
i
KATA PENGANTAR
Segala puji saya haturkan kehadirat Alloh SWT yang memberikan rahmat-Nya sehingga
penyusunan makalah saya yang berjudul ”Memahami berbagai Terapi dalam Asuhan
Keperawatan Keluarga : Terapi Keperawatan, Terapi Modalitas, Terapi Komplementer
dan Konseling” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga II.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan lancar tanpa bantuan dari banyak
pihak. Sehingga, pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Endang Triyanto, M. Kep. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua yang telah membantu secara moral dan spiritual.
3. Teman-teman yang telah memberi semangat dan motivasi.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan yang harus diperbaiki dan
dikaji ulang baik dalam segi bahasa, isi maupun penyajian. Penyusun mengharapkan
semua hal tersebut dapat dimaklumi dan dengan kelapangan dada penyusun siap
menerima kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca, baik secara lisan
maupun tulisan agar pada masa berikutnya penyusun dapat menyempurnakan makalah
ini.
Purwokerto, Oktober 2011
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
BAB II PEMBAHASAN
A. TERAPI KEPERAWATAN
1. PENDIDIKAN KESEHATAN 2
2. IMUNISASI 5
3. LATIHAN RENTANG GERAK (ROM) 6
4. TEKNIK RELAKSASI 9
5. PERAWATAN LUKA 10
B. TERAPI MODALITAS
1. TERAPI INDIVIDUAL 13
2. TERAPI LINGKUNGAN ( MILLEAU TERAPI ) 15
3. TERAPI KOGNITIF 15
4. TERAPI KELUARGA 16
5. TERAPI KELOMPOK 17
6. TERAPI PERILAKU 18
7. TERAPI BERMAIN 19
C. TERAPI KOMPLEMENTER
1. PIJAT BAYI 20
2. TERAPI HERBAL 22
3. EXERCISE DAN DIET 23
4. REIKI 25
5. AKUPUNTUR 27
6. HIPNOTERAPI 29
iii
D. KONSELING
1. TUJUAN KONSELING 31
2. PRINSIP DASAR 32
3. PERSIAPAN DALAM MELAKUKAN KONSELING 32
4. ALAT BANTU KONSELING 33
5. KEMAMPUAN YANG HARUS DIMILIKI KONSELOR 33
6. PERAN KONSELOR 35
7. TAHAPAN 36
8. PERTANYAAN DALAM KONSELING 38
9. ETIKA DALAM KONSELING KELUARGA 38
10. FAKTOR YANG MENGHAMBAT KONSELING 39
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 40
B. SARAN 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Profesional Ners harus mempunyai kecakapan yang tinggi dalam membuat
asuhan keperawatan keluarga yang diberikan. Intervensi yang diberikanpun
harus berorientasi pada derajat kesehatan kliennya. Perawatan di rumah
mempunyai peran krusial dan menentukan proses kehidupan seseorang,
sehingga perawat dituntut menggunakan standar dan pedoman asuhan
keperawatan yang ditentukan dan bermutu. Perawat juga harus selalu
mengguanakan critical thinking dalam asuhan keperawatan yang dibuatnya.
Terapi yang dilakukan wajib dikombinasikan satu sama lainnya. Keluarga yang
dianggap sebagai klien bukan hanya sebagai kumpulan orang yang tinggal
serumah saja.
Setiap perawat akan menemui berbagai macam kasus yang terjadi pada klien.
Masalah yang terjadi pada klien mengharuskan perawat mampu memberikan
perawatan yang tidak hanya tindakan invasive namun perlu memberikan terapi.
Perawat perlu mengetahui macam-macam bentuk terapi selain terapi
keperawatan. Selayaknya seorang profesional (Ners) mampu memberi intervensi
keperawatan yang unik. Namun juga perlu mengetahui terapi lain seperti terapi
modalitas, terapi komplementer dan konseling. Setiap jenis terapi ini memiliki
keuntungan dan kekurangan. Bentuk terapi-terapi tersebut juga berbeda terhadap
kasus yang dihadapi sehingga sebagai perawat dapat berhati-hati dalam memadu
padankan bentuk terapi tersebut jika memang dapat dikombinasikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari terapi keperawatan dan bagaimana aplikasinya?
2. Apa definisi dari terapi modalitas dan bagaimana aplikasinya?
3. Apa definisi dari terapi komplementer dan bagaimana aplikasinya?
4. Apa definisi dari konseling dan bagaimana aplikasinya?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TERAPI KEPERAWATAN KELUARGA
Terapi keperawatan adalah intervensi keperawatan yang unik yang hanya dapat
dilakukan oleh seorang profesional (Ners). Bentuk terapi keperawatan berupa
tindakan yang bersifat alamiah,tindakan berupa bantuan untuk melakukan tindakan
yang bersifat alamiah tersebut, tindakan berupa proses interaksi untuk mempengaruhi
klien dan keluarga agar bersedia merubah perilaku/ mengikuti program perawatan,
tindakan berupa proses interaksi untuk meningkatkan adaptasi klien dengan
masalahnya, tindakan berupa pendidikan kesehatan agar mampu melakukan bagi diri
klien. Adapun jenis terapi keperawatan yang bisa diterapkan pada keperawatan
keluarga antara lain:
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan adalah upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Input : sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik.
Proses : upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain
Output : melakukan apa yang diharapkan/perilaku
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya
untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Juga merupakan upaya agar masyarakat
berperilaku atau mengadopsikan perilaku kesehatan dengan cara persuasi,
bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran dan
sebagainya. Definisi lain dari pendidikan kesehatan adalah upaya agar perilaku
individu, kelompok dan masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Secara konsep pendidikan kesehatan
2
INPUT PROSES OUT PUT
merupakan upaya mempengaruhi/mengajak orang lain (individu, keompok,
masyarakat) agar berperilaku hidup sehat. Secara operasional pendidikan
kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan/ meningkatkan pengetahuan,
sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meingkatkan kesehatannya.
Status kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, berdasarkan hirarkinya adalah sebagai
berikut:
a. Lingkungan (fisik, sosial, budaya)
b. Perilaku
c. Pelayanan kesehatan
d. Herediter
Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi utama terhadap perilaku, akan
tetapi 3 faktor yang lain juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan.
Output pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan:
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif
b. Pendidikan kesehatan pada aspek preventif
c. Pendidikan kesehatan pada aspek kuratif
d. Pendidikan kesehatan pada aspek rehabilitatif.
Tempat Pelaksanaan :
a. Pendidikan kesehatan pada keluarga
b. Pendidikan kesehatan pada sekolah
c. Pendidikan kesehatan pada tempat kerja
d. Pendidikan kesehatan pada tempat umum
e. Pendidikan kesehatan pada instansi pelayanan kesehatan.
3
Metode Pendidikan Kesehatan
a. Individu
1) Bimbingan dan konseling
2) Wawancara
b. Kelompok
1) Kelompok besar: kegiatan cermah dan seminar
2) Kelompok kecil: diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,
kelompok – kelompok kecil, bermain peran (role play), simulasi, dan
sebagainya.
c. Massa
1) Ceramah umum
2) Pidato
3) Media (elektronik, cetak dan out door)
Media
Media pendidikan adalah alat (saluran) yang digunakan untuk penyampaian
pesan. Manusia menggunakan indra untuk berinteraksi dengan lingkungannya
sehingga untuk mempengaruhi interaksi tersebut digunakanlah berbagai media.
Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima suatu pesan maka akan
semakin mudah pesan itu diterima/dipahami.
Elgar Dale, membagi media dalam 11 macam sesuai dengan tingkatan
intensitasnya masing-masing.
4
Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan paling bawah adalah benda asli
dan yang palinga atas adalah kata-kata. Hal ini berarti dalamproses pendidikan,
benda asli memiliki intensitas yang paling kuat/besar untuk mempersepsikan
pesan yang disampaikan.
Jenis media yang sering digunakan:
a. Media cetak
booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik, poster, foto,
spanduk, umbul-umbul.
b. Media elektronik
TV, radio, video, slide, film strip, dan lain – lain.
c. Media papan (billboard)
poster, pamplet, baleho, dan lain – lain.
d. Media peraga
Alat tiruan seperti pantom, boneka, dami, dan instrumen lainnya. Atau benda
asli.
2. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Tujuannya adalah untuk
melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak dan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam
waktu yang bersamaan terhadap penyakit.
Sasaran imunisasi adalah semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir
memerlukan Imunisasi untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit
yang berbahaya dan semua orang yang kontak (berhubungan) dengan
penderita penyakit menular. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi anda
tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi
dan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung jawab
orang tua. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal
5
masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan
rutin ke dokter atau klinik.
3. Latihan rentang gerak (ROM)
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya
kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal.
Jenis ROM
1. ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2. ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif
Tujuan ROM
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk
Prinsip Dasar Latihan ROM
6
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
Manfaat ROM
1. Meningkatkan mobilisasi sendi
2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
3. Meningkatkan massa otot
4. Mengurangi kehilangan tulang
5. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
6. Mengkaji tulang sendi, otot
7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
8. Memperlancar sirkulasi darah
9. Memperbaiki tonus otot
ROM pasif post operasi fraktur femur
Perawat membantu pasien pascaoperatif fraktur femur melakukan Latihan
ROM pasif dan menganti posisi akan meningkatkan aliran darah ke
ekstermitas sehingga stasis berkurang. kontraksi otot kaki bagian bawah akan
meningkatkan aliran balik vena sehingga mempersulit terbentuknya bekuan
darah. perawat membantu pasien melakukan latihan ini setiap 2 jam sekali saat
klien terjaga. perawat membantu pasien pascaoperatif fraktur femur
melakukan Latihan ROM pasif dengan cara atur posisi pasien terlentang,
rotasikan kedua pergelangan kaki membentuk lingkaran penuh, lakukan
7
dorsofleksi dan flantar fleksi secara bergantian pada kedua kaki klien,
lanjutkan latihan dengan melakukan fleksi dan ekstensi lutut cecara
bergantian, mengangkat kedua telapak kaki klien secara tegak lurus dari
permukaan tempat tidur secara bergantian.
Latihan ini di lakukan untuk mengurangi efek imobilisasi pada pasien di
lakukan ROM pasif dengan latihan isometrik otot-otot di bagian yang di
imobilisasi latihan kuadrisep dan latihan gluteal dapat membantu
mempertahankan kelompok otot besar yang penting untuk berjalan. Latihan
aktif dan beban berat badan pada bagian tubuh yang tidak mengalami cedera
dapat mencegah terjadinya atrofi otot.
ROM aktif post operasi fraktur femur
Pasien yang telah dilakukan operasi fraktur femur seringkali dapat
menimbulkan permasalahan adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat
menyebabkan proses radang akut dan adanya oedema dan fibrosis pada otot
sekitar sendi yang mengakibatkan keterbatasan gerak sendi terdekat.
Latihan rentang gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi fraktur femur, pasien dapat segera melakukan
berbagai pergerakan yang di perlukan untuk pempercepat proses
penyembuhan. Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani
mengerakan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh. pandangan yang seperti ini jelas keliru karena justru
jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang peristaltik usus sehingga pasien cepat platus, menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernapasan dan terhindar dari kontraktur
sendi, memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan dekubitus.
Pedoman perawatan pasca bedah fraktur femur Sering kali di perlukan
intervensi bedah ORIF dengan mengunakan sekrup dan plate pada hari ke 2-3
latihan aktif (ROM) yang di bantu dapat dimulai dari bidang anatomi yang
normal, pada hari ke 4 berjalanlah pada cara berjalan tiga titik dengankruk
8
axilla pembantu berjalan standar dan kemudian penahan berat badan sesuai
toleransi.
4. Teknik relaksasi
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami
nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi
oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang
menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1989). Ada
tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang tepat, pikiran
beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin
dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal menyokong leher),
persendian fleksi, dan otot-otot tidak tertarik (misal; tangan dan kaki tidak
disilangkan). Untuk menenangkan pikiran pasien dianjurkan pelan-pelan
memandang sekeliling ruangan, misalnya melintasi atap turun ke dinding,
sepanjang jendela, dll. Untuk melestarikan muka, pasien dianjurkan sedikit
tersenyum atau membiarkan geraham bawah kendor.
Banyak beberapa petunjuk / pedoman dalam melakukan teknik relaksasi ini,
antara lain :
Teknik relaksasi Stewar sebagai berikut :
a. Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara
b. Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi
kendor dan merasakan dan merasakan betapa nyaman hal tersebut
c. Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal
d. Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan
membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien
untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan
dan hangat
e. Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada
lengan perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain
f. Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara pelan-pelan.
Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernapas dangkal dan cepat.
9
Latihan Relaksasi Progresif:
a. Kontraksikan masing-masing otot dalam 10 kali hitungan kemudian
lemaskan
b. Lakukan latihan diruangan yang tenang dengan posisi duduk atau sambil
berbaring yang nyaman
c. Lakukan latihan dengan musik yang santai, bila dikehendaki
d. Bawalah seseorang yang berlaku sebagai “pelatih” yang memberikan
perintah untuk mengkontraksikan otot, menghitiung sampai 10 kali dan
memerintahkan untuk melemaskan otot
e. Contoh latihan yang membantu bagi pasien PPOK
1) Mengangkat bahu, menurunkannya dan melemaskannya
2) Mengepalkan kedua tangan, mengepalkannya dengan kuat erat selama
lima detik, dan melemaskannya dengan sempurna.
f. Ada beberapa artikel dalam lieratur keperawatan mengenai teknik relaksasi.
Meningkatkan relaksasi khusus pada pasien dengan “Gangguan pola tidur” dapat
berupa
a. Memberikan lingkungan yang gelap dan tenang
b. Memberikan kesempatan untuk memilih penggunaan bantal, linen dan
selimut
c. Memberikan ritual waktu tidur yang menyenangkan bila perlu
d. Pastikan ventilasi ruangan baik
e. Tutup pintu ruangan, bila klien menginginkan
5. Perawatan Luka
Perawatan luka bertujuan ,merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada
kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma,
fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Pendidikan perawat
luka ini penting diberikan kepada klien dan keluarga klien agar mandiri.
Tujuan pendidikan perawatan luka ini yaitu :
a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa.
10
b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan.
c. Mempercepat penyembuhan.
d. Membersihkan luka dari benda asing atau debris.
e. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat.
f. Mencegah perdarahan.
g. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
Perawat perlu menginformasikan tahap-tahap dalam perawatan luka agar luka
tidak menimbulkan infeksi. Tahap yang harus dilakukan yaitu persiapan alat
dan pelaksanaan.
a. Persiapan alat berupa
1) Set steril yang terdiri atas :pembungkus, kapas atau kasa untuk
membersihkan luka, tempat untuk larutan, larutan anti septic, sepasang
pinset, gaas untuk menutup luka.
2) Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf.
3) Gunting
4) Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
5) Plester atau alat pengaman balutan
6) Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasie
7) Bensin untuk mengeluarkan bekas plester
b. Pelaksanaan
1) Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab
pertanyaan pasien.
2) Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
3) Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
4) Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan
hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien
jika perlu.
5) Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa
dipasang pada sisi tempat tidur.
6) Angkat plester atau pembalut.
7) Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan
hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
11
8) Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau
menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan
menjauhi pasien.
9) Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10) Buka set steril
11) Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12) Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai
mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada
drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu
untuk memegang drain.
13) Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14) Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset
dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset
dijauhkan dari daerah steril.
15) Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas
dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset jungnya labih
rendah daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali mengoles,
bersihkan dari insisi kearah drain :
a) Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar.
b) Jika ada drain bersihakan sesudah insisi.
c) Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari
tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.
16) Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17) Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat
steril.
18) Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19) Amnkan balutan dengan plester atau pembalut
20) Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21) Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor.
Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik.
22) Cuci tangan
12
Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang
bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan
respon pasien.
B. TERAPI MODALITAS
Terapi modalitas merupakan terapi dalam memberikan askep baik di institusi
pelayanan maupun di masyarakat,yang bermanfaat bagi keswa dan berdampak
terapeutik.Tujuan yang spesifik dari terapi modalitas menurut “gostetamy 1973”
yaitu menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku klien, mengurangi gejala,
memperlambat kemunduran, membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang,
membantu keluarga dan orang-orang yang berarti, mempengaruhi keterampilan
merawat diri sendiri , meningkatkan aktifitas dan meningkatkan kemandirian klien.
Terapi modalitas kerapkali menerangkan terapi yang diguanakn untuk klien dengan
gangguan jiwa. Ada beberapa jenis terapi modalitas, yaitu trapi individual, terapi
lingkungan (milleu therapy), terapi biologis atau terapi somatic, terapi kognitif, terapi
keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku dan terapi bermain. Berikut ini merupakan
contoh terapi modalitas :
1. Terapi individual
individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang
terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien.
Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,
dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini
terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu
menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu
meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang
sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
13
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
a. Tahapan orientasi
b. Tahapan kerja
c. Tahapan terminasi
Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien.
Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan
saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk
mengawali hubungan agar klien bersedia mengekspresikan segala masalah yang
dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang
berhubungan dengan perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan
selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar
belakang munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga
penderitaan yang klien hadapi. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan
antara perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam
hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat
sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi
diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya
memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi harus memperhatikan juga
bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien
dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang
terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah
perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Setelah kedua fihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang
mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali
maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk
melakukan terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi
14
peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang lebih penting adalah
tujuan terapi telah tercapai.
2. Terapi lingkungan (milleau terapi)
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan,
pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan
lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan
harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan
kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan
klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi
yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah
tinggalnya.
3. Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah
membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan
berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah
15
membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:
a. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak
rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola
berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.
b. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam
menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
c. Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan
terlebih dahulu mengubah pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi
pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri
negatif.
4. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi
yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah
tersebut digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing anggota keluarga
mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing
terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan
fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2
(kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan
16
hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi
ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga
dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di
antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual
anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan
yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga
akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi,
dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
5. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam
terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.
Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap
permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase
orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam
interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan
cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di
awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota
kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.
Di fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus
pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota
kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai
tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama
kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku
17
dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah
target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase
terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam
hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota
kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi
terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah
mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah
yang mungkin terjadi di masa mendatang.
6. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam
terapi jenis ini adalah:
a. Role model
b. Kondisioning operan
c. Desensitisasi sistematis
d. Pengendalian diri
e. Terapi aversi atau releks kondisi
Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh
perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari
melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan
dengan teknik kondisioning operan dan desensitisasi.
Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi
penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan
oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat maka
perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya
seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat
18
memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang
perilaku segera mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa
pujian dari perawat. Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi
perilaku positif klien berupa segera mandi setelah bangun.
Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi
sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau
kondisi dengan secara bertahap memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau
situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan
klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus makin meningkat
seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah
klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus
tersebut.
Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih
dengan teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah
kata-kata negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah
memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang lain sehingga
menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien tersebut.
Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif.
Caranya adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak
perilaku yang maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa
menghilangkan stimulus positif sebagai “punishment” terhadap perilaku
maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi
perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat
perilaku negatif tersebut.
7. Terapi bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi
verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
19
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,
merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai
bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan
perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang
mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga
terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca
trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan.
C. TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer dan alternatif adalah terapi dalam ruang lingkup luas meliputi
system kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek yang berhubungan dengan teori-
teori dan kepercayaan pada suatu daerah dan pada waktu/periode tertentu. Terapi
komplementer adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain
dan bukan untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan
sebagai single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan.
Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan
optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual. Fokus terapi
komplementer adalah kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh, pikiran dan
spirit. Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stres, meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau meminimalkan efek samping,
gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkanpenyakit. Adapun beberapa
contoh terapi komplementer yaitu:
1. Pijat bayi
Pijat bayi itu sangat besar manfaatnya bagi bayi. Bayi -bayi prematur yang dipijat
secara teratur setiap hari menunjukkan perkembangan fisik dan emosional yang
20
lebih baik ketimbang bayi-bayi yang tidak dipijat. Selain itu berat badan bayi
prematur yg dipijat akan mengalami peningkatan berat badan 20 hingga 40 persen
dibandingkan yang tidak dipijat.
Dan hal ini telah dibuktikan oleh para ahli di Fakultas Kedokteran Universitas
Miami pada tahun 1986. Dipimpin oleh Tiffany M Field PhD. Selain itu, katanya,
bayi-bayi yang dipijat selama lima hari saja, daya tahan tubuhnya akan mengalami
peningkatan sebesar 40 persen dibanding bayi-bayi yang tidak dipijat.
Pijat bayi ternyata bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan
emosional bayi. Jika dilakukan oleh ayah misalnya, maka pijat bayi itu bisa
meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu) pada tubuh ibu dan disebut
''pemberdayaan ayah, ketika seorang ayah berinisiatif memijat si bayi, hal itu akan
menimbulkan perasaan positif pada istri. Inisiatif suami ini membuat istri merasa
disayang, nyaman, dan perasaan positif lainnya. Dan perasaan seperti ini akan
merangsang produksi hormon oksitosin. Untuk diketahui, hormon ini sangat
berguna untuk memperlancar produksi ASI. Penelitian menunjukkan, 80 persen
produksi hormon oksitosin dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu.
Selain itu, pijat bayi akan membuat bayi cepat lapar. Makin banyak ASI disedot
oleh bayi (menyusui), maka produksi ASI makin meningkat. Ini karena dalam
proses produksi ASI berlaku hukum supply and demand. Artinya, makin banyak
ASI dikeluarkan, makin banyak pula ASI diproduksi. Begitu pula sebaliknya.
Tata cara pemijatan
Mengingat manfaatnya yang tidak kecil, sudah sepantasnya para orangtua
menerapkan terapi sentuhan ini pada bayi mereka. Bagaimana caranya, ikuti tips
berikut ini.
Sebelum mulai memijat, lakukan beberapa langkah persiapan, yaitu:
a. Mencuci tangan.
b. Hindari kuku dan perhiasan yang bisa menggores kulit bayi.
c. Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak pengap.
d. Bayi selesai makan atau tidak berada dalam keadaan lapar.
21
e. Usahakan tidak diganggu dalam waktu lima belas menit untuk melakukan
proses pemijatan.
f. Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih.
g. Ibu/ayah duduk dalam posisi nyaman.
h. Sebelum memijat, mintalah izin kepada bayi dengan cara membelai
wajahnya sambil mengajak bicara.
2. Terapi herbal
Terapi Herbal atau yang sering disebut Herbalisme adalah penggunaan tanaman
obat untuk kemampuan terpeutik atas kemampuan terapinya untuk
menyembuhkan penyakit seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan Herbal
adalah tanaman atau bagian tanaman yang memiliki nilai dikarenakan memiliki
khasiat terapi, aaromatik atau rasanya, dan orang yang menerapkan terapi herbal
dalam menangani pasiennya disebut Herbalis.
Terapi herbal adalah terapi yang paling tua sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Setiap tempat kebudayaan memiliki pengetahuan tentang herbal masing-masing.
Berdasarkan pengalaman tuurun-temurun dan cara mereka mengamati hewan
yang memanfaatkan tanaman tersebut dengan metode coba-coba (trial and error).
Oang jaman dahulu menggunakan berbagai tanaman yang ada di sekitarnya untuk
digunakan sebagai obat.
Menjelang meillenium baru, terapi herbal mengalami masa kebangkitannya
dengan istilah "Back to Nature" kembali ke alam dan mulao diterima sebagai
komplemen/pendamping untuk terapi konvensional. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan 4 milyar atau sekitar 80% dari penduduk dunia pada saat
ini menggunakan terapi herbal untuk beberapa aspek dari kesehatan mereka.
Sekitar 25% dari obat-obatan yang diresepkan di Amerika Serikat saat ini
mengandung sedikitnya satu bahan aktif yang berasal dari tanaman. Menurut
WHO pula, dari 119 obat-obatan farmasi yang berasal dari tanaman sekitar 75
pasiean digunakan dalam terapi modern dalam cara yang berkolerasi langsung
dengan penggunaannya secara tradisional dalam kultur pribumi asalnya.
22
Perusahaan-perusahaan farmasi terkemmuka dunia kini sedang giat-giatnya
melakukan riset intensif mengenai bahan tanaman yang dikumpulkn darai hutan
hijau (rainforest) untuk diteliti potensi terapinya.
Ada berbagai penyebab mengapa terjadi kembali terapi herbal :
a. Terapi Konvensional Kedokteran modern makin terasa impersonal,
pasien merasa kurang di orangkan oleh dokter-dokter mereka.
b. Penggunaan jasa terapi konvensional kedokteran " Biaya Tinggi "
karena penggunaan alat " High Tech" (teknologi tinggi).
c. Makin nyatanya bukti akibat efek samping dari obat-obatan sintetik,
dan ketidakmampuannya dalam mengatasi penyakit kronis, degeneratif
dan yang berhubungan dengan sistem imunitas tubuh.
d. Terapi herbal bersifat holistik dan penekanannya pada pemberdayaan
diri sehingga sesuai dengan sentimen penggunanya yang ingin
memegang kendali terhadap kehidupan mereka sendiri.
Meski memiliki berbagai macam kelebihan dalam terapi herbal, secara prinsip
dasar harus disadari bahwa terapi herbal ditujukan untuk memngembalikan
keseimbangan tubuh secara alami, dengan membiarkan tubuh bekerja sendiri
dalam memelihara kesehatannya. Oleh karena itu, sebaiknya tidak mengharapkan
ramuan/ obat herbal akan mengusir semua gejala penyakit dengan cepat. Karena
terapi ini lebih diarahkan untuk mendukung kerja sistem tubuh agar berfungsi
dengan baik sehingga akan mampu mengatasi sendiri gangguan penyakit yang
dialami.
3. Exercise dan Diet
Fungsi nutrisi sebagai penyembuh baru disadari setelah Dr. Linus Pauling yang
memperkenalkan konsep terapi ortomolekuler, yaitu penggunaan vitamin dalam
dosis tinggi. Awalnya Dr. Linus Pauling hanya mengira bahwa vitamin C hanya
digunakan untuk mencegah batuk pilek namun setelah dicombain dengan vitamin
B (B1, B6, B12) yang diperlukan untuk sel otak dan saraf.
23
Joseph Pizzorno,N.D., pakar terapi alami menulis textbook of Natural Meidcine
and Encylopedia of Natural Medicine menjelaskan cara kerja kelompok nutrisi
sebagai obat. Menurutnya seluruh proses tergantung pada enzim yang berfungsi
membantu proses reaksi kimia agar sel-sel organ tubuh bekerja dengan baik.
Untuk itu diperlukan mikronutrien sebagai konponen pembenguk enzim,
menghalangi toksin, merusak enzim dan memperbaiki sel genetic yang
menghasilkan enzim tersebut.
Terapi nutrisi diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan fungsi tubuh yang
terganggu akibat kekurangan nutrisi. Hal ini sebagai akibat pola makan yang
buruk dan stress kehidupan. Gangguan-gangguan tersebut berupa penurunan
kemampuan system imun, keracunan dari toksin hasil metabolism tubuh yang
tidak baik, gangguan system anti-radang yang berlebih sehingga tubuh
meresponnya sebagai alergi, gangguan fungsi metabolic terutama pencernaan,
gangguan system hormone dan proses penuaan dini yang sekarang banyakl terjadi
karena stress karena gaya hidup modern.
Untuk mnegatasi gangguan tersebut beberapa nutrisi yang digunakan dalam food
supplement adalah :
a. Memperkuat system imun yaitu vitamin A, C, herbal Echinacea dan jamur
Shiitake. Untuk mnegobatai infeksi spesifik, digunakan goldenseal
(infeksi bakteri), licorice (infeksi virus) dan tea tree oil (infeksi jamur
kulit).
b. Detoksifikasi digunakan betakaroten, vitamin C, E dan klorofil.
Sedangkan untuk mengatasi toksik usus diberikan suplemen laktobasilus.
Detoksifikasi hati digunakan bawang putih, Sylibum marianum dan
sayuran golongan brassica.
c. Mengatasi radang digunakan vitamin E dan C dosis tinggi yang berfungsi
menormalkan kembali fungsi respon tubuh terhadap radang.
d. Mengoptimalkan fungsi metabolic terutama system pencernaan digunakan
zat pahit, betain hidroklorida dan enzim pepsin.
e. Menyeimbangkan system hormone: hormone tyroid diberikan mineral
tembaga, selenium, seng dan ekstrak kelenjar tiroid. Hormone DHEA
diberikan ginseng Siberia, meningkatkan hormone wanita diberikan
24
mineral seng, vitamin A, herbal Vitex agnus-cactus, meningkatkan
hormone pria diberikan mineral sneg dan ginseng Siberia.
Awet muda digunakan suplemen vitamin C, E, B12, koenzim Q10, glukosamin
sulfat, glutation, mineral kromium, magnesium selenium dan minyak biji rami.
4. Reiki
Reiki merupakan salah satu dari 1800 jenis terapi komplementer yang ada di
dunia. Reiki ditemukan pertama kali oleh Mikao Usui pada tahun 1922. Reiki
berasal dari bahasa Jepang yaitu rei yang artinya alam semesta dan ki yang
berarti energi kehidupan, jadi reiki berarti energi alam semesta yang dikarunia
Tuhan sang maha pencipta kepada manusia yang diperoleh sejak ia dilahirkan.
Energi ini dapat digunakan untuk memelihara kesehatan serta menyembuhkan
diri sendiri ataupun orang lain.
Teknik Penyembuhan reiki adalah teknik penyembuhan sangat sederhana dan
mudah dipelajari oleh semua orang hanya dalam waktu inisiasi 30-45 menit dan
langsung dapat digunakan untuk menyembuhkan diri sendiri maupun orang lain
yang bersifat permanen. Kemampuan reiki bisa diperoleh seketika melalui
proses attunement/penyelarasan atau inisiasi yang dilakukan oleh reiki master.
Setelah dilakukan proses penyelarasan energi terhadap sumber energi alam
semesta oleh reiki master, secara langsung seseorang memiliki kemampuan
memanfaatkan energi reiki. Cara menggunakanya energi reiki sangat mudah,
hanya meniatkan akan menggunakan energi reiki dan meletakkan tangan pada
cakra (pintu gerbang energi tubuh) atau bagian tubuh yang sakit.
Proses attunement akan memberi efek detokfisikasi pada fisik, biasanya berupa
kelebihan energi yang disertai tanda-tanda rasa panas, mengantuk, meningkatnya
frekuensi buang air kecil maupun besar. Detokfisikasi ini akan diakhiri dengan
rasa bugar, tenang dan nyaman sesudahnya. Pada attunement tingkat kedua,
detoksifikasi terjadi pada lapisan mental dan emosional sehingga pembawaan
lebih sabar dan tenang. Terakhir adalah attunement tingkat master, pada tahap
ini detoksifikasi akan terjadi pada lapisan spiritual. Biasanya akan lebih
25
mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih tenang dan mempunyai kepekaan yang
tinggi.
Praktisi reiki atau master reiki merupakan mediator untuk mengalirkan energi
alam kedalam tubuh manusia melalui kedua tangannya. Tubuh manusia tersusun
atas tubuh fisik dan non fisik yang saling berhubungan, saat tubuh non fisik
terganggu maka tubuh fisikpun akan tergangu. Terapi reiki tidak langsung ke
ditujukan pada bagian fisik tubuh melainkan dialirkan dalam bentuk gelombang
elektro magnetik melalui medan radiasi tubuh atau aura. Saat melakukan
penyembuhan, seorang praktisi reiki akan menyerap energi reiki dari alam
semesta dan menyalurkannya ke tubuh nonfisik si pasien melalui cakra/pintu
gerbang energi yang ada dalam tubuh manusia. Hasil yang diharapkan adalah
terjadi keselarasan/keseimbangan energi dalam tubuh, meningkatkan kerja sel
tubuh sehingga fungsi tubuh akan membaik dan dapat melakukan pemeliharaan
dan perbaikan kesehatan.
Aktivasi cakra (pusat penyalur energi) dalam tubuh dapat menjaga
keseimbangan berbagai sistem dalam tubuh, hal ini dapat memelihara kesehatan
fisik dan mental manusia. Tujuan akhir aktivasi cakra ini adalah menciptakan
manusia yang sehat jiwa dan raga. Meski lebih banyak ditujukan untuk tindakan
preventif, aktivasi cakra juga dapat menyembuhkan gejala penyakit yang disebut
cakra healing
Sesuai namanya, chakra healing dapat menyembuhkan secara langsung berbagai
penyakit, meski terbatas pada penyakit ringan. Kalau pusing, pilek atau stres,
masih bisa ditanggulangi namun untuk penyakit berat seperti kanker, gastritis
kronis, gangguan jantung, dan lainnya, lazimnya dikombinasikan dengan metode
terapi lain. Penting untuk diingat bahwa reiki bukan untuk terapi alternative
kanker namun reiki adalah terapi komplementer yang digunakan untuk
meringankan efek samping dari terapi kanker.
26
Chakra healing memanfaatkan tenaga bioenergi yang terdapat dalam tubuh
manusia. Bioenergi ini merupakan tenaga vital yang mempunyai sifat dasar
hampir sama dengan energi lain seperti energi panas atau energi listrik. Jika
darah mengalir lewat pembuluh, bioenergi tadi mengalir lewat suatu "lorong"
yang dinamai meridian. Meridian ini berpangkal pada titik-titik tertentu pada
tubuh, membentuk pusat-pusat energi yang disebut cakra.
5. Akupuntur
Akupuntur adalah teknik terapi yang digunakan dalam terapi tradisional Cina.
Jarum-jarum yang sangat tajam digunakan untuk menstimulasi titik-titik tertentu
pada tubuh. Titik-titik ini terdapat pada jalur-jalur energi yang disebut "meridian".
Terapi akupuntur dirancang untuk memperbaiki aliran dan keseimbangan energi
sepanjang meridian-meridian ini.
Terapi tradisional Cina memiliki sejarah lebih dari 2,500 tahun. Terapi tradisional
ini melihat tubuh manusia sebagai suatu sistim aliran energi. Ketika aliran-aliran
energi ini seimbang, maka tubuh tersebut sehat. Para praktisi memeriksa denyut
nadi pasien dan mengamati keadaan lidah mereka untuk mendiagnosa
ketidakimbangan energi. Dalam terapi Cina, denyut nadi dapat diperiksa pada tiga
lokasi di masing-masing pergelangan tangan, dan pada tiga kedalaman pada
masing-masing lokasi.
Penyakit tidak didefinisikan dengan gejala-gejala atau nama penyakit seperti
"infeksi HIV". Sebaliknya, seorang praktisi terapi Cina akan berbicara mengenai
ketidakimbangan energi. Bahasanya dapat kedengaran sangat aneh, seperti
"kekurangan yin" atau "peningkatan panas ginjal". Kata-kata Cina yin dan yang
menggambarkan energi yang saling bertolak-belakang yang seharusnya tetap
seimbang, dan Qi (dibaca "chi") secara kasar dapat diartikan sebagai energi atau
kekuatan hidup.
Dalam terapi tradisional Cina, terdapat banyak cara untuk memperbaiki
keseimbangan aliran energi tubuh. Teknik yang paling sering digunakan di negara-
negara barat adalah teknik senam seperti Qigong atau Tai Chi, akupuntur (tusuk
jarum), dan jamu.
27
Banyak praktisi terapi Cina mengkhususkan diri pada akupuntur atau jamu. Sangat
jarang yang menggunakan keduanya. Berdasarkan ketidakimbangan energi klien,
ahli akupuntur klien akan memilih titik akupuntur untuk distimulir. Klien akan
berbaring di atas dipan, bertelungkup atau telentang. Jarum-jarum akan dimasukkan
pada titik-titik tertentu. Klien mungkin akan merasa sedikit sakit, kesemutan atau
rasa kebal selagi jarum ditusukkan. Jarum-jarum ini dibiarkan pada tempatnya
selama 30 hingga 45 menit tergantung pada tujuan dari akupuntur itu. Selama itu,
banyak orang jatuh tertidur.
Klien mungkin juga mendapatkan perawatan tambahan selama akupuntur untuk
meningkatkan aliran energi klien. Jarum-jarum mungkin distimulir dengan aliran
listrik bertenaga sangat rendah (electroacupuncture). Moxa adalah bahan lembut
yang terdiri dari sejenis rempah mugwort kering. Moxa mungkin diaplikasikan di
atas jarum akupuntur atau bahkan secara langsung di kulit. Moxa dibakar untuk
menghasilkan rasa panas yang menusuk. Hal ini disebut moxibustion.
Gelas-gelas bundar dapat digunakan untuk menghasilkan penyedotan pada titik-titik
tertentu (bekam). Penyedotan ini menstimulir aliran energi. Bila gelas-gelas ini
ditinggalkan pada kulit untuk waktu yang lama, akan ada bekas berwarna merah.
Beberapa praktisi menggunakan manik-manik kecil atau jarum kecil yang
ditinggalkan pada kulit selama beberapa hari untuk memberi tekanan pada titik
akupuntur.
Beberapa orang merasa sedikit rasa sakit, kaku atau kesemutan ketika jarum
akupuntur ditusukkan. Dalam beberapa kasus yang jarang, orang akan merasa
pusing atau mual selama akupuntur. Klien mungkin akan mengeluarkan beberapa
tetes darah ketika jarum dicabut. Akupuntur memiliki efek samping yang lebih
sedikit dibandingkan dengan kebanyakan terapi – terapi modern. Klien sebaiknya
tidak melakukan akupuntur bila klien minum minuman beralkohol satu jam
sebelumnya, atau bila klien telah menggunakan napza. Pastikan ahli akupuntur
klien tahu bila klien hamil. Beberapa titik akupuntur tidak boleh distimulir selama
kehamilan.
28
6. Hipnoterapi
Di Indonesia, hipnosis sudah diakui sebagai salah satu alternatif penyembuhan yang
telah teruji kebenarannya. Bahkan hipnosis kedoteran sudah menjadi seminar resmi
bagi calon psikiater di FKUI. Sedangkan di RSPAD Gatot Subroto sebagai pusat
hipnosis kedokteran pertama, menerapkan hipnodonsi (dental Hypnosis) untuk
dokter gigi serta para psikiaternya. Jadi, jangan takut untuk mencoba manfaat
hipnoterapi.
Anggapan masarakat terhadap hipnoterapi sering diasumsikan sama dengan metode
gendam yang sering digunakan untuk praktek kejahatan, keduanya memang sama
menggunakan gelombang elektromanetik dan energi dalam tubuh manusia, namun
ada perbedaan mendasar dalam penerapannya. Menurut Dr. Erwin, hipnoterapi
bukanlah gendam atau ilmu sihir. Seperti yang banyak digunakan dalam kasus
kejahatan, korban dibuat tidak sadar dan menyerahkan apa yang dimilikinya. Dalam
hipnoterapi, si pasen dijadikan subjek aktif yang dipandu secara sadar dan mau
menerima apa yang di lakukan terapis sehingga melakukan energinya sendiri untuk
penyembuhan dimaksud. Sedangkan dalam gendam yang terjadi adalah proses
magnetisme, yaitu si korban/pasien menjadi obyek pasif dan secara tidak sadar
dipengaruhi energi dari si pelaku kejahatan.
Cara Kerja Hipnoterapi
Istilah hipnoterapi mengacu dari kata “Hypno” bahasa Yunani berarti tidur.
Memang terapi penyembuhan hipnoterapi diawali dengan mengkondisikan pasien
dalam fase relaksasi (seperti orang tertidur) sebelum dilakukan terapi inti.
Hipnoterapi bekerja pada jiwa bawah sadar (alpha state) manusia. Untuk
membangkitkan jiwa bawah sadarnya, pasien dalam kondisi relaksasi atau atau
mengistirahatkan jiwa sadarnya. Saat jiwa sadarnya beristirahat maka jiwa bawah
sadarnya akan muncul. Dalam kondisi ini rekaman bawah sadarnya seperti
gangguan kesehatan yang dirasakan akan diketahui. Rekaman bawah sadar yang
salah atau keliru akan diperbaharui dengan memberikan sugesti-sugesti positif oleh
terapis melalui hipnoterapi. Sugesti ini diberikan secara terus menerus hingga
29
keadaan dimana rekaman bawah sadar yang keliru menghilang dan digantikan oleh
sugesti positif .
Tingkat keberhasilannya sugesti positif pada pasien berbeda masing-masing orang.
Tergantung ganguan berat-ringanya penyakit yang diderita serta kemauan untuk
sembuh dari dalam diri pasien. Hipnoterapi tidak bisa langsung menyembuhkan
dalam satu atau dua kali terapi, seperti kasus kecanduan narkoba atau pasien ingin
berhenti merokok. Jika kecanduan narkoba atau merokok sudah sangat berat, untuk
sembuh total proses terapi bisa selama dua tahun. Untuk mempercepat kesembuhan,
pasien juga harus proaktif dan mempunyai kemauan yang kuat untuk sembuh.
Dalam hipnoterapi, terapis hanya berperan sebagai fasilitator, pasien harus
kooperatif dan sebagai subyek aktif. Agar proses terapi tepat sasaran, pasin harus
benar-benar memahami betul maksud dan tujuan hipnoterapi. Harus ada
kesepakatan antara pasien dan terapis, karena pasienlah sebenarnya yang paling tau
apa yang dideritanya, tutur dokter yang praktek di Klinik Prorevital di daerah
Cempaka Putih dan RSPAD Jakarta.
Hipnoterapi lebih efektif digunakan untuk mengobati ganguan kesehatan yang
sifatnya fungsional. Ganguan kesehatan karena defisiensi organik dalam tubuh
maupun defisiensi zat dari luar tubuh tidak bisa disembuhkan. Seperti kasus
kekurangan zat gizi tertentu, dehidrasi atau ganguan penyakit kulit, tetap harus
diobati dengan terapi medis yang lain, tidak bisa dengan hipnoterapi. Begitu juga
kasus trauma fisik seperti patah tulang. Menangani penyakit akibat ganguan
neurosis, seperti stres, depresi, fobia, atau rasa cemas yang berlebihan.
Ganguan kejiwaan seperti stres lebih mudah disembuhkan dengan hipnoterapi,
dengan memberikan sugesti, pasien bisa ditenangkan. Kebanyakan orang
melakukan tindakan fisik untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit kejiwaan.
Penyakit jenis ini lebih tepat diobati dengan hipnoterapi, karena yang sakit bukan
fisiknya namun jiwanya. Ganguan bioplasmik juga bisa disembuhkan dengan
hipnoterapi. Ganguan bioplasmik biasanya ditandai dengan menurunnya ketahanan
fisik dan mental.
30
Kelebihan hipnoterapi adalah murah, karena bisa dilakukan sendiri. Hipnoterapi
juga relatif lebih efektif menghilangkan rasa nyeri dibandingkan terapi analgesik,
termasuk morfin sekalipun. Hipnoterapi juga aman tanpa efek negatif seperti efek
ketergantungan. Walaupun relatif aman, hipnoterapi mempunyai efek samping.
Pada beberapa pasien bia menimbulkan abreaksi. Suatu keadaan dimana pasien
keluar dari rekaman bawah sadarnya secara serentak. Akibatnya bisa menimbulkan
rasa kekesalan atau kesedihan secara berlebihan, reaksinya pasien bisa tidak
terkendali, namun kondisi biasanya tidak berlangsung lama dan bisa dikendalikan
oleh terapis.
D. KONSELING
Konseling adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor) dengan orang lain.
Definisi lain dari konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan
lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan
untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Konseling juga bisa didefinisikan sebagai proses pemberi bantuan seseorang
kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu
masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan
klien.
1. Tujuan Konseling
Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan” atau
bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan
dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang
berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan”.
Jadi konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah
(disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia
31
melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang
kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien (client
centered).
Sedangkan konseling keluarga adalah memandang keluarga secara keseluruhan
bahwa anggota keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari
anak (klien) baik dalam melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya.
Sebagai suatu system, permasalahan yang dialami seorang anggota keluarga
akan efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lain. Pada mulanya
konseling keluarga terutama diarahkan untuk membantu anak agar dapat
beradaptasi lebih baik untuk mempelajari lingkungannya melalui perbaikan
lingkungan keluarganya.
2. Prinsip Dasar
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara klien
dengan perawat sehingga terjadi perubahan perilaku klien secara sukarela.
3. Persiapan Dalam Melakukan Konseling
Untuk menerapkan suatu konseling yang baik maka perawat harus memiliki
persiapan. Perawat sebaiknya melihat dahulu data rekam medik pasien. Ini
penting agar apoteker dapat mengetahui kemungkinan masalah yang terjadi.
Selain itu apoteker juga harus mempersiapkan diri
dengan informasi– informasi terbaru yang berhubungan dengan maslah klien.
Kemampuan nonverbal dalam berkomunikasi. Ada beberapa kemampuan
nonverbal yang sangat membantu keberhasilan konseling yaitu :
a. Senyum dan wajah yang bersahabat, perawat harus menunjukan perasaan
yang bahagia saat akan melakukan konseling, karena ekspresi wajah
perawat akan mempengaruhi suasana hati klien
b.Kontak mata, kontak mata langsung selama sesi konseling.
c. Gerakan tubuh, harus dilakukan seefektif mungkin. Jika terlalu
berlebihan kadang akan mempengaruhi mood pasien. Sentuhan pada
pasien juga kadang dibutuhkan untuk membuat merasa tenang.
32
d.Jarak antara perawat dan pasien, jarak yang terlalu jauh membuat
komunikasi menjadi tidak efektif, begitu juga dengan jarak yang terlalu
dekat. Sehinggga posisi dan jarak duduk dengan klien merasa nyaman
bagi keduanya.
e. Intonasi Suara, selama komunikasi berlangsung intonasi suara perawat
harus diperhatikan. Suara yang terlalu pelan atau keras membuat
komunikasi menjadi tidak efektif. Begitu juga dengan penekanan-
penekanan kalimat yang dilakukan.
f. Penampilan apoteker yang bersih dan rapih membuat pasien merasa lebih
nyaman.
4. Alat Bantu Konseling
Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang dapat
digunakan. Alat yang digunakan terdiri dari perlengkapan yang diperlukan oleh
perawat sebagai konselor dan melakukan konseling maupun alat bantu yang
diberikan kepada klien.Perlengkapan perawat yang digunakan adalah :
1. Panduan konseling, berisi daftar (check list) untuk mengingatkan perawat
point-point konseling yang penting.
2. Kartu Pasien, berisi identitas pasien dan catatan kunjungan Klien
3. Literatur pendukung
4. Brosur tentang masalah tertentu, memberikan kesempatankepada pasien
untuk membaca lagi jika lupa.
5. Alat peraga, dapat menggunakan audiovisual, gambar - gambar, dan
poster.
6. Alat komunikasi untuk mengingatkan pasien untuk mendapatkan lanjutan
kunjungan.
5. Kemampuan yang harus Dimiliki konselor
a. Ketrampilan Observasi
Hal – hal yang ada dalam ketrampilan observasi yaitu: “Apa yang
diobservasi/diamati?“, antara lain:
1) Tingkah laku non verbal klien. Cara menatap, bahasa tubuh, kualitas
suara, merupakan indicator penting yang mengungkapkan apa yang
33
sedang terjadi pada klien.
2) Tingkah laku verbal klien. Kapan klien beralih topik, apa saja kata-kata
kunci, penjelasan-penjelasan yang disampaikan dan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan.
3) Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal. Seorang perawat yang
tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa
konflik/ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara
dua buah pernyataan, antara apa yang diucapkan dan apa yang
dikerjakan.
Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan :
1) Pengamatan Obyektif adalah berbagai tingkah laku yang kita lihat
dan dengar. Misalkan : jalan mondar-mandir, tangan dikepal,
dsbnya.
2) Interpretasi/penafsiran adalah kesan yang kita berikan terhadap apa
yang kita lihat (amati) dan kita dengar.
b. Ketrampilan Mendengar Aktif Terdapat empat bentuk mendengarkan yang
bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu :
1) Mendengar Pasif (Diam) dilakukan antara lain bila klien sedang
menceritakan masalahnya : berbicara tanpa henti, menggebu-gebu
dengan ekspresi perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila berhenti
sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk memberi kesempatan
menenangkan diri.
2) Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal, seperti : Hmm, yaa,
lalu, oh begitu, terus….. atau sesekali mengangguk. Dilakukan antara
lain sewaktu klien berbicara panjang tentang peristiwa yang terjadi
pada dirinya.
3) Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi. Dilakukan
bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien.
Misalnya :
“Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami?”
34
“Apakah maksud ibu dengan perbuatan tidak layak itu?’
4) Mendengar Aktif yaitu dengan memberikan umpan
balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.
5) Refleksi Isi atau Parahasing adalah menyatakan kembali ucapan klien
dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada klien
tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien dengan cara meringkas
dan memperjelas ucapan klien.
6) Refleksi Perasaan adalah mengungkapkan perasaan klien yang
teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa
tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal
klien.
c. Ketrampilan Bertanya
Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan
terbuka.
1) Pertanyaan Tertutup
a) Menghasilkan jawaban “ya“ atau “tidak“ yang berguna untuk
mengumpulkan informasi yang faktual.
b) Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses
pengambilan keputusan
c) Perawat mengontrol jalannya percakapan, klien hanya
memberikaninformasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja.
2) Pertanyaan Terbuka
a) Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “ bagaimana “ atau “apa “
b) Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang
memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan.
c) Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan
intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.
6. Peran Konselor
a. Konselor memberikan layanan secara professional kepada semua orang
35
b. Konselor tidak boleh memanfaatkan hubungan konseling mereka untuk
kepentingan pribadi, agama, politik dan bisnis.
c. Konselor tidak diperkenankan untuk membayar atau menerima bayaran
dalam refeal.
d. Konselor tidak diperbolehkan untuk memberikan layanan kepada klien yang
masih berada dalam penanganan dari orang professional lain
e. Konselor tidak boleh menghina sesama rekan sejawat
f. Konselor memiliki kewajiban untuk meneruskan pendidikan dan
pengembangan professional
g. Konselor berusaha menghindari hubungan dengan konseli yang mungkin
dapat merusak penilaian professional atau yang menambah risiko karna
mengeksploitasi konseli.
h. Konselor tidak boleh memberikan diagnosis, memberikan resep, mengobati
diluar batas-batas kemampuannya
i. Asosiasi profesi mendorong atau mengajukan para anggotanya untuk
bergabung dengan kelompok-kelompok professional
Hubungan dengan klien
a. Seorang konselor harus hati-hati memberikan dukungan yang wajar dan
penghargaan dalam tahap prognosis
b. Konselor harus mementingkan pemahaman yang jelas tentang keuangan
bersama klien.
c. Konselor harus membuat catatan-catatan bagi setiap kasus dan
menyimpannya dengan aman dan terjamin kerahasiaannya
d. Konselor mengadakan hubungan dalam semua tahap kehidupan,
menghargai setiap waktu terhadap hak-hak konseli untuk membuat
b. keputusan mereka sendiri.
7. Tahapan
a. Wawancara tahap awal
Pada tahap ini konselor mengawali kontak dengan salah seorang anggota
keluarga, sering kali anggota keluarga yang mulai mengontak konselor melalui
36
telepon, dengan menyampaikan problem-problem yang dialaminya dalam
bentuk keluhan-keluhan yang berhubungan dengan biologis, psikologis, dan
hubungan antar pribadi. Berbagai cara telah dilakukan oleh konselor-
konselorbterdahulu ketika mereka melakukan wawancara tahap awal dalam
konseling keluarga. Menggunakan wawancara tahap awal untuk menghimpun
data tentang latar belakang historis suatu keluarga adalh terapi yang baik.
b. Wawancara tahap pertengahan
Wawancara tahap pertengahan merupakan jantung dari proses terapeutik. Pada
tahap ini konselor berperan sebagai pembimbing dan pengarah, tetapi
senantiasa berupaya menghindari mengambil alih peran orang tua atau
berkoalisi dengan salah seorang anggota keluarga.
Setelah setiap anggota keluarga terlibat dalam treatment, dan resistensi telah
dipecahkan dengan baik, penataan kembali struktur keluarga dapat dimulai.
Anggota-anggota keluarga terbuka menyatakan keadaan dirinya, meningkatkan
kemandirian, mengurangi peran-peran kaku, saling berbagi perasaan dan
pengalaman, dan saling memberi dan menerima balikan untuk merespon
dengan perilaku-perilaku baru.
c. Wawancara tahap akhir
Konseling keluarga menggunakan durasi waktu yang relative lebih singkat
daripada konseling individual . karena konseling sejak awal difokuskan pada
penjabaran problema secara spesifik, atau meredakan simpton-simpton yang
tampak sehingga memungkinkan untuk memperpecepat setiap anggota
keluarga mengetahui secara jelas tujuan-tujuan yang telah dicapai. Meskipun
begitu proses konseling keluarga mungkin membutuhkan waktu beberapa
session mingguan atau bulanan. Delapan sampai dua puluh pertemuan adalh
waktu yang ideal. Kebanyakan praktisi konselor keluarga sepakat bahwa
terminasi di dalam konseling lebih mudah dilaksanakan daripada di dalam
konseling individual. Konseling keluarga dapat dihentikan apabila anggota
keluarga yang terlibat dalam proses konseling keluarga bisa bekerja sama
dengan baik sebagai suatu unit atau kelompok untuk memecahkan masalah -
masalah mereka dan mengubah perilaku-perilaku mereka yang destruktif. Di
samping itu mereka juga telah mampu mengembangkan suatu internal support
37
system dan tidak bergantung kepada orang lain, termasuk tidak bergantung
kepada konselor. Indicator-indikator lainnya adalah mereka telah mampu
berkomunikasi secara terbuka, eksplisit, dan jelas, mampu melakukan peranan
masing-masing secara fleksibel, keuatan-kekuatan di dalam keluarga seimbang,
dan setiap anggota keluarga mampu menyeimbangkan antara hak dan
kewajibannya masing-masing dalam keluarga.
8. Pertanyaan dalam Konseling
Pemilihan kalimat tanya merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan
keberhasilan komunikasi. Pertanyaan yang digunakan sebaiknya adalah open-
ended questions. Dengan pertanyaan model ini memungkinkan perawat
memperoleh beberapa informasi yang dibutuhkan dari satu
pertanyaan saja. Pertanyaan dengan jawaban ”ya” atau ”tidak", sebaiknya
dihindari. Begitu juga denganpertanyaan yang berasal dari pendapat perawat.
Open-endedquestions akan menghasilkan respon yang memuaskan
sebabpertanyaan ini akan memberikan informasi yang maksimal. Kata tanya
sebaiknya dimulai dengan ”bagaimana” atau ”mengapa”.
9. Etika dalam Konseling Keluarga
Nilai-nilai moral pilihan konselor tentang tanggung jawabnya didalam
konseling keluarga memiliki konsekuensi tertentu. Situasi dimana seorang
suami inginmenceraikan istrinya, tetapi si istri menentang keinginan sang
suami. Alas an sang suami karena dia tidak merasa adanya kebahagiaan lagi
jika tetap bersama sang istri. Dalam kasus ini, tampaknya suami lebih senang
kalau dalam keluarga ditekankan kesejahteraan individual, karena itu suami
mengharapkan konseling keluarga yang lebih memperhatikan kesejahteraan
individual. Sang istri menginginkan agar konselor memberikan penekanan dan
prioritas utama pada kesejahteraan bersama.
Posisi konselor didalam konseling keluarga memiliki pengaruh yang luas dan
mendalam, tidak hanya berpengaruh pada hubungan awal konseling dan
penelusuran masalah, tetapi berpengaruh juga pada perumusan tujuan dan
perencanaan treatment dalam proses konseling.
10. Faktor yang menghambat Konseling
a. Faktor Individual
38
Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan factor individual yang
dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan
gabungan dari :
1) Faktor fisik – kepekaan panca indera (kemampuan untuk melihat,
mendengar…), usia, gender (jenis kelamin)
2) Sudut pandang – nilai –nilai
3) Faktor social- sejarah keluarga dan relasi, jaringan social, peran dalam
masyarakat, status social, peran social.
4) Bahasa
b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi
1) Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
2) Sikap terhadap interaksi
3) Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan,
perhatian, dukungan)
4) Sejarah hubungan
c. Faktor Situasional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan
kesehatan antara perawat dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan
antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar efektif suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua
pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah:
1) kegagalan menyampaikan informasi penting
2) perpindahan topic bicara yang tidak lancar
3) salah Pengertian
39
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Terapi keperawatan adalah intervensi keperawatan yang unik yang hanya dapat
dilakukan oleh seorang profesional (Ners). Bentuk terapi keperawatan berupa
tindakan yang bersifat alamiah, tindakan berupa bantuan untuk melakukan
tindakan yang bersifat alamiah tersebut, tindakan berupa proses interaksi untuk
mempengaruhi klien dan keluarga agar bersedia merubah perilaku/ mengikuti
program perawatan ,tindakan berupa proses interaksi untuk meningkatkan
adaptasi klien dengan masalahnya dan tindakan berupa pendidikan kesehatan
agar mampu melakukan bagi diri klien. Aplikasi tindakan keperawatn ini yaitu
pendidikan kesehatan, imunisasi, latihan rentang gerak (ROM), teknik relaksasi
dan perawatan luka.
b. Terapi modalitas sering digunakan pada klien dengan gangguan jiwa, bertujuan
mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi
perilaku yang adaptif. Aplikasi terapi modalitas yaitu terapi individual, terapi
lingkungan (milleau terapi), terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok,
terapi perilaku dan terapi bermain.
c. Terapi komplementer merupakan perawatan kesehatan yang tidak termasuk
dalam praktek terapi barat modern. Beberapa aplikasi dalam terapi
komplementer yaitu pijat bayi, terapi herbal, meditasi, exercise dan diet, reiki,
akupuntur dan hipnoterapi.
d. Konseling merupakan hubungan konselor yang terlatih dengan klien bertujuan
untuk membentu klien memahami ruang hidupnya, serta mempelajari untuk
membuat keputusan sendiri melalui pilihan yang bermakna dan yang berasaskan
informasi dan melalui penyelesaian masalah-masalah yang berbentuk emosi dan
masalah pribadi. Tugas konseling yaitu memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengeksplorasi, menemukan dan menjelaskan cara hidup lebih
memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.
B. SARAN
Perawat lebih baik mampu mengetahui berbagai terapi yang bisa diterapkan dan
mengkombinasikan sesuai dengan keadaan kliennya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arifani, Ni Putu. (2007). Terapi Modalitas. Depok: Universitas IndonesiaAsmad. (2008). Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.Berman A, Shirlee JS, Barbara K. & Glenora E. (2009). Buku Ajar Praktik keperawatan
Klinis Kozier Erb. Jakarta: EGC.David. A. (2004). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (1990). The Handbook of Psychiatry.
California: Year Book Medical PublishersJohnson, JY. (2005). Prosedur Perawatan di Rumah: Pedoman untuk Perawat. Jakarta:
EGC.Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (1996). Synopsis of Psychiatry. New York:
Williams and WilkinsLudin, Abubakar M., (2010). Dasar-Dasar Konseling : Tinjauan Teori dan Praktik.
Bandung :Citapustaka Media PerintisSemiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.Stevens PJM., F. Bordui dan JAG. Van der Weyd. (1997). Ilmu Keperawatan. Jakarta:
EGC.Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
(Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.