-
7/26/2019 Telaah Kritis Pelaksanaan Evaluasi Di Tingkat Nasional
1/3
Telaah Kritis Pelaksanaan Evaluasi di Tingkat Nasional
Lila Puspitasari ([email protected])Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang
Kontroversi dan silang pendapat tentang kebijakan Ujian Nasional hingga saat inimasih terus berlangsung. Sebagian kalangan menilai bahwa Ujian Nasional perlutetap dipertahankan dengan model yang saat ini sedang berlaku. Kalangan lainberpendapat bahwa kebijakan ini tidak sesuai dan harus dihapuskan dari sistempendidikan nasional. Sementara kalangan lain juga memiliki pendapat berbeda,yaitu menolak Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan, sementara fungsinya yanglain masih boleh dipertahankan. Ketiga perbedaan pendapat tersebut tentunyadilandasi oleh argumen yang diyakininya masing-masing.
Kisi-Kisi UN 1. Kisi-kisi UN tahun pelajaran !1"#!1$ disusun berdasarkan kriteria
pen%apaian kompetensi lulusan, standar isi, dan lingkup materi pada kurikulumyang berlaku. . Kisi-kisi UN memuat level kognitif dan lingkup materi.
&emantauan, evaluasi, dan pelaporan dilakukan oleh &anitia UN 'ingkat &usat,&anitia UN 'ingkat &rovinsi, &anitia UN 'ingkat Kabupaten#Kota, perguruan tinggi,(&)&, && &audni dan *&-&audni, serta &anitia UN 'ingkat Satuan &endidikan sesuaidengan tugas dan kewenangannya.
1. Ujian Nasional *erbasis Kertas +&aper *ased 'est, &*' yang selanjutnya disebutUN adalah sistem ujian yang digunakan dalam UN dengan menggunakan naskahsoal dan (embar awaban Ujian Nasional +(UN berbasis kertas. . Ujian Nasional*erbasis Komputer +omputer *ased 'est yang selanjutnya disebut UN*K adalah
sistem ujian yang digunakan dalam UN dengan menggunakan sistem %omputer
Pendidikan yang ermutu adalah pendidikan yang erhasil mementuk sis!a yang
cerdas" erkarakter" ermoral" dan erkepriadian (pasal 1 ayat (1) UU Sisdiknas). Untuk itu
perlu dirancang satu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses
pemela#aran yang mendorong sis!a secara akti$ mengemangkan dirinya sesuai dengan akat
dan kemampuannya.
Simpulan Kesimpulan yang menjadi penutup tulisan ini dapat dinyatakan sebagai
berikut. /ilsafat pendidikan pragmatisme adalah aliran pemikiran pendidikan yangsangat fokus dan mementingkan kegunaan atau kemanfaatan pendidikan. Namun
demikian, porsi kepraktisan yang sangat mendominasi konsep pendidikan
pragmatime itu tetap memperhatikan proses-proses pendidikan yang ilmiah-
metodis dengan memprasyaratkan aspek sosial dan kultural. 0rtinya, tujuan
pendidikan harus berdiri di atas konteks kemasyarakatan, dan pendidikan harus
memiliki peran untuk membangun peradaban. Selain itu, ohn ewey sebagai tokoh
penting pendidikan pragmatisme juga menganjurkan pendidikan yang mengarah
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/26/2019 Telaah Kritis Pelaksanaan Evaluasi Di Tingkat Nasional
2/3
pada tujuan demokrasi, di mana prinsip kesetaraan dan keadilan menjadi penting.
(alu, dari beberapa konsep pendiidkan pragmatisme tersebut dapat dipakai untuk
meninjau kembali UN sebagai evaluasi pendidikan nasional di 2ndonesia. 3asilnya,
UN dipandang terlalu mendahulukan formalisme tanpa mengindahkan prinsipprinsip
demokrasi dalam pendidikan. 0%uan standarisasi evaluasi nasional yang dituju
pemerintah dalam penyelenggaraan UN tidak sesuai dengan prinsip kualitas danekuitas sebagaimana disarankan oleh kalangan pragmatisme. (alu, aspek4 prinsip
perubahan, proses dan pengalaman yang menjadi perhatian pendidikan
pragmatisme dalam men%apai tujuan pembelajaran tidak sejalan dengan konsep UN
yang %enderung bersifat konseptual dan jauh dari pengalaman maupun proses
pembelajaran. Simpulan Kesimpulan yang menjadi penutup tulisan ini dapat
dinyatakan sebagai berikut. /ilsafat pendidikan pragmatisme adalah aliran
pemikiran pendidikan yang sangat fokus dan mementingkan kegunaan atau
kemanfaatan pendidikan. Namun demikian, porsi kepraktisan yang sangat
mendominasi konsep pendidikan pragmatime itu tetap memperhatikan proses-
proses pendidikan yang ilmiah-metodis dengan memprasyaratkan aspek sosial dan
kultural. 0rtinya, tujuan pendidikan harus berdiri di atas konteks kemasyarakatan,
dan pendidikan harus memiliki peran untuk membangun peradaban. Selain itu, ohn
ewey sebagai tokoh penting pendidikan pragmatisme juga menganjurkan
pendidikan yang mengarah pada tujuan demokrasi, di mana prinsip kesetaraan dan
keadilan menjadi penting. (alu, dari beberapa konsep pendiidkan pragmatisme
tersebut dapat dipakai untuk meninjau kembali UN sebagai evaluasi pendidikan
nasional di 2ndonesia. 3asilnya, UN dipandang terlalu mendahulukan formalisme
tanpa mengindahkan prinsipprinsip demokrasi dalam pendidikan. 0%uan
standarisasi evaluasi nasional yang dituju pemerintah dalam penyelenggaraan UN
tidak sesuai dengan prinsip kualitas dan ekuitas sebagaimana disarankan oleh
kalangan pragmatisme. (alu, aspek4 prinsip perubahan, proses dan pengalaman
yang menjadi perhatian pendidikan pragmatisme dalam men%apai tujuan
pembelajaran tidak sejalan dengan konsep UN yang %enderung bersifat konseptual
dan jauh dari pengalaman maupun proses pembelajaran.
Tujuan utama pendidikan nasional Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,
dengan harapan kecerdasan tersebut dapat meningkatkan taraf hidup dan derajat sosial
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun (6
tahun Sekolah Dasar (SD) dan 3 tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP)) dengan meningkatkan
dan memfokuskan anggaran yang cukup besar untuk mendongkrak kualitas level pendidikan dasar
tersebut, baik untuk masalah kurikulum, kualitas guru, serta sarana dan prasarana pendukung.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pendidikan merupakan hak dasar atau hak asasi tiap warga
negara dan dalam rangka menjamin hal tersebut diselenggarakan sebuah Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Pasal 3, telah mengatur Tujuan
Pendidikan Nasional.Sesuai dengan perspektif Wawasan Wiyata Mandala, segala yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pendidikan meliputi; sistem, institusi, maupunpersonalitytidak dibenarkan
-
7/26/2019 Telaah Kritis Pelaksanaan Evaluasi Di Tingkat Nasional
3/3
dipergunakan untuk kegiatan selain yang termaktub dalam Tujuan Pendidikan.3Hal ini sejalan
dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang terdapat pada Pasal 4, UU Sisdiknas. Namun
yang terjadi, pendidikan dikelola bak perusahaan dimana pendidikan yang berkualitas seolah-olah
diperuntukan bagi pihak yang punya kemampuan finansial saja. Dunia pendidikan yang
sejatinyamerupakan wahana strategis untuk investasi sumber daya manusia dimasa depan sering
justru diperlakukan tidak adil, sebagai contoh, anggaran pendidikan 20% yang sudah dikuatkan
dengan undang-undang, ternyata masih dipolitisir. Hal inilah yang mendorong anggapan logis jika
akhirnya menurut penilaian berbagai lembaga independen dunia, kualitas pendidikan di Indonesia
masih rendah. Banyak sekolah dan lembaga pendidikan melaksanakan proses pembelajarannya
hanya formalitas, yang penting meluluskan peserta didik. Pendidikan di Indonesia sekarang ini
diilustrasikan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang berada di tengah arus lalu lintas di
jalan bebas hambatan. Digambarkan demikian karena di satu sisi pendidikan di Indonesia dirundung
masalah besar, sedangkan di sisi lain tantangan memasuki era global tidak boleh dianggap remeh.