TELAAH HADIS-HADIS YANG DIGUNAKAN SEBAGAI
HUJJAH JAMA’AH TABLIGH MASJID JAMI’
KEBON JERUK JAKARTA BARAT”
( )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ushuluddin (S.Th.I.)
Oleh
Muhammad Mukhlis
NIM: 104034001215
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H./2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Mei 2011
Muhammad Mukhlis
TELAAH HADIS-HADIS YANG DIGUNAKAN SEBAGAI
HUJJAH JAMA’AH TABLIGH MASJID JAMI’KEBON
JERUK JAKARTA BARAT”
( )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ushuluddin (S.Th.I.)
Oleh
Muhammad Mukhlis
104034001215
Pembimbing.
Dr. Bustamin, M.Si.
NIP. 19630701 199803 1 003
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H./2011 M.
i
ABSTRAK
Muhammad Mukhlis
Telaah Hadis-Hadis yang Digunakan Sebagai Hujjah Jama’ah Tabligh
Mesjid Jami’ Kebun Jeruk
Jama’ah Tabligh merupakan suatu golongan Islam yang berpusat di
NIJJAMUDDIN India, yang diperkasai oleh Syeikh Maulana Ilyas Kandahlawi,
bertujuan menghidupkan sunnah Rasulullah saw dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menjalankan organisasinya Jama’ah ini melakukan dan mengajak khuruj fi
sabilillah dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya ialah memperbaiki diri
sendiri serta mengajak orang lain untuk memperbaiki dirinya.
Sebagai golongan yang ingin menghidupkan sunnah Rasulullah saw
Jama’ah Tabligh banyak menggunakan hadis-hadis sebagai landasan dalam
melakukan kegiatannya. Hadis-hadis yang digunakan tersebut perlu dikaji lebih
lanjut dalam mengetahui kualitas hadis baik dari segi sanad dan matan hadis.
Setelah dilakukan penelitian, mayoritas hadis-hadis yang digunakan oleh
jama’ah tabligh merupakan hadis-hadis da’if. Akan tetapi dikarenakan hadis-hadis
tersebut digunakan sebagai fadhail al-a’mal maka penggunaan tetap
diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan hadis sahih.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt,
karena dengan rahmat, ridho dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “TELAAH HADIS-HADIS YANG DIGUNAKAN
SEBAGAI HUJJAH JAMA’AH TABLIGH MESJID JAMI’ KEBUN JERUK”.
Salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir Zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak sekali ujian yang
kadang-kadang mengendorkan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Walaupun demikian penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih menyisakan banyak hal yang tidak dapat penulis masukan di dalamnya, hal
itu karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Tugas ahir ini dapat
terselesaikan berkat kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan bantuan baik dalam bentuk dukungan moril maupun
materi selama penulis melaksanakan kegiatan penelitian hingga dalam penulisan
laporan ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamal Fakih, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Bustamin, M.Si. selaku ketua
jurusan Tafsir Hadis, dan Ibu Dr. Lilik Umi Kultsum selaku sekertaris Jurusan
Tafsir Hadis.
iii
2. Bapak Dr. Bustamin M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi. Penulis haturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan saran-sarannya dengan
penuh kesabaran dan masih sempat menyisakan waktu di tengah kesibukan
beliau untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Rifqi Muhammad Fathi, M.A. sebagai dosen penguji skripsi. Penulis haturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan saran-sarannya dengan
penuh kesabaran dan masih sempat menyisakan waktu beliau untuk
membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin, perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan Iman Jama’.
5. Para dosen selama masih aktif di bangku kuliah dari tahun 2004-2008 yang
tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas ketulusan
ilmu yang telah diberikannya, semoga ilmu yang telah diajarkan menjadi amal
salih bagi mereka semua dan membawa berkah dan manfaat bagi penulis.
6. Rasa cinta dan kasih sayang jiwaku pada Ayahanda H. Nehru H Landa dan
Ibunda Dra. Hj. Syamsudduha tercinta yang setia membesarkan, membimbing
juga selalu mendo’akan, memberi kasih sayangnya, dan dukungan kepada
anaknya tercinta, serta St. Nurrahmatiah, St. Mutmainnah yang selalu
memberikan dorongan dan berbagi ilmu.
7. Teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan 2004 Jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat: Aang Setiawan yang senantiasa memberikan
dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi, Djaya Cahyadi, Ahmad
iv
Khozin, Ja’far Shodiq, Muhammad Ridwan, Engkus Kusnandar, Matrozi,
Haromain, Ahmad Iskandar, Nurfadhilah, Muhammad Fajar Faqihuddin, Fikri,
Subur Abdurrahman, Amelia, Ida Nurmala, Een Hendrawati, Eni Nuraeni, dan
lainnya yang tidak dapat penulis sebut semua namanya. Terima kasih atas
kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis selama aktif kuliah dan
penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya jika tak dapat memenuhi harapan
mereka.
8. Ikhwan dan Akhwat Keluarga Besar IKPA Endar Andreansyah,Faisal
Amrullah (tue’), Ahmad Zubeir yang senantiasa memberikan dorongan untuk
menyelasaikan penulisan skripsi, dan teman-teman yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan yang telah lama terjalin
banyak sekali kenangan-kenangan yang tidak bisa terlupakan, nama kalian
terpatri dalam satu alinea hati, juga teman-teman Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun materil
dalam penyusunan skripsi ini.
Sekali lagi penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang ikut serta memberikan partisipasinya sehingga skripsi ini akhirnya
terselesaikan juga. Semoga bantuan, dukungan dan do’a restu mereka semua
menjadi amal salih yang mendapatkan curahan rahmat dan magfirah serta balasan
yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin. Harapan penulis skripsi ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis pribadi maupun pada semua orang yang
membacanya. Wallâhu A’lamu bi Murâdih…
v
Jakarta, 4 Juli 2011
Penulis
PEDOMAN TRANSLITERASI
d : ض : ا
t : ط b : ب
z : ظ t : ت
‘ : ع ts : ث
g : غ j : ج
f : ف h : ح
q : ق kh : خ
k : ك d : د
l : ل dz : ذ
m : م r : ر
n : ن z : ز
w : و s : س
h : ه sy : ش
‘ : ء s : ص
y : ي
Vokal Tunggal Vokal Panjang
Fathah : a ا : â
Kasrah : i ي : î
Dammah : u و : û
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................ ......... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................... 5
C. Tinjauan Pustaka ........................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................... 6
E. Metodologi Penelitian .................................................. 7
F. Sistematika Penulisan ................................................... 8
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMA’AH TABLIGH
A. Sejarah Berdirinya Jama’ah Tabligh ........................... 9
B. Pendiri Jama’ah Tabligh ............................................... 10
C. Para Syekh Jama’ah Tabligh Yang Terkenal ............... 12
D. Tujuan berdirinya Jama’ah Tabligh ............................. 17
E. Pemikiran dan Prinsip Jama’ah Tabligh ....................... 18
F. Prinsip-prinsipnya ........................................................ 23
G. Kegiatan Jama'ah Tabligh Dan Hasil-hasilnya ............. 24
1. Langkah-langkah Berdakwah ................................ 24
2. Sasaran Dakwah Jama’ah Tabligh ......................... 27
3. Hasil yang dicapai .................................................. 27
vii
BAB IV PENELITIAN HADIS-HADIS TENTANG JAMA’AH
TABLIGH
A. Hadis-Hadis yang digunakan Jama’ah Tabligh ........... 29
B. Penelitian Kualitas Sanad ............................................ 31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 66
B. Saran - Saran ............................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi
Muhammad saw. untuk disampaikan kepada ummat seluruh alam. Pedoman dasar
Islam ialah al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an sebagai dasar yang pertama untuk
mengatur mekanisme kehidupan manusia, sedangkan Hadis sebagai dasar kedua
merupakan interpretasi maksud al-Qur’an yang ditutur, diperbuat, ditaqrir dan di
tinggalkan oleh Rasulullah saw.
Hadis (sunnah) merupakan sumber dasar ajaran dan pedoman hidup yang
harus diikuti oleh segenap ummat Islam. Karena ia merupakan salah satu pokok
syari’at, yakni sebagai sumber syari’at Islam yang kedua setelah al-Qur’an.
Ummat Islam diharuskan mengikuti dan menaati Allah swt dan Rasul-Nya.1
Kedudukan hadis dalam Islam adalah merupakan sumber ajaran dan
sumber hukum Islam, sebagaimana halnya al-Qur’an al-Karim. Oleh karenanya
untuk memahami ajaran dan hukum Islam, pengetahuan dan pemahaman terhadap
hadis merupakan suatu kemestian.
Melihat kedudukan hadis yang sangat penting itu, maka setiap ummat
Islam harus mempelajari hadis dan mendalami ilmu-ilmunya, agar dapat
mengetahui dan memahami hal ihwal hadis secara maksimal untuk pengalaman
syari’at Islam, untuk melakukan istinbath hukum dan agar mengetahui
1 Endang Soetari, Ilmu Hadis : Kajian Riwayah dan Dirosah, (Bandung : Mimbar Pustaka,
2005), Cet ke 4 h. 16
2
problematikanya, sehingga diharapkan mampu meletakkan hadis pada proporsi
yang sebenarnya.
Jika seluruhnya, hadis itu bukan merupakan hujjah dan tidak pula
merupakan penjelas atas al-Qur’an sudah tentu tidak dapat melaksanakan ibadah
tersebut. Semakin diteliti hadis terhadap al-Qur’an, dapat berupa menetapkan dan
mengkokohkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an, atau berupa
penjelas bagi al-Qur’an., menafsirkan serta memperincinya atau juga menetapkan
suatu hukum yang terdapat dalam al-Qur’an.2 Dengan demikian lahirlah berbagai
macam mazhab dan aliran, yang bersifat rasio sampai yang bersifat intuitif.
Dalam skripsi Jama’ah Tabligh ini, penulis mengkaji hadis-hadis yang
digunakan sebagai hujjah Jama’ah Tabligh. Dalam perkembangan selanjutnya
terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai bidang pemikiran dan keilmuan yang
identik ajarannya.
Diantara sebagian umat Islam di Indonesia, hingga saat ini masih kurang
mengamalkannya sebagaimana yang terjadi dahulu adalah mereka yang disebut
dengan Jama’ah Tabligh, jama’ah yang selalu hidupnya ingin mengajak muslim
lainnya untuk menghidupkan kembali sunnah-sunnah Rasul yang kian hilang
terhempas zaman. Maka sesuai dengan tujuan mereka hidupkan dan sosialisasikan
baik dikalangan Jama’ah Tabligh sendiri ataupun di luar Jama’ah Tabligh.
Hal ini kemudian menjadi fenomena yang mengagumkan bagi sebagian
umat Islam karena masih adanya sekelompok orang yang sekuat tenaga dan sebisa
2 Kamal Muchtar, dkk, Ushul Figh, (Yogyakarta : PT. Dana Bakti Wakaf, : 1995), h. 93
3
mungkin menghidupkan kembali segala kesunnahan Nabi hingga yang terkecil
sekalipun yang terkadang dilupakan oleh sebagian umat Islam lainnya.
Dengan tidak terlepas dari konsep al-Qur’an dan Hadis, bahwa ajaran
Jama’ah Tabligh harus mempunyai dalil-dalil atau argumentasi yang shahih. Al-
Qur’an merupakan kitab suci yang hak dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya,
sebagaimana diterangkan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat :
48 yang berbunyi :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (QS Al-
Maidah : 48)3
Salah satu kelompok yang penulis teliti, yang selalu mendekatkan diri
kepada Tuhan yaitu “Jama’ah Tabligh”. di Indonesia bermarkas JL. Hayam
3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab
Suci Al-Qur’an Dep. Agama RI, 1406 H/1985 M), h. 86
4
Wuruk No. 83 Mesjid Jami’ Kebon Jeruk, Jakarta. Kelompok tersebut
mengadakan kegiatannya setiap Kamis malam yang dipimpin oleh Bapak Ahmad
Zulfakar.
Secara garis besar kegiatan mereka yaitu mengadakan i’tikaf setiap Kamis
malam. Untuk anggota baru harus mengikuti bayân hidâyah sebagai langkah awal
memulai khurûj. Kegiatan khurûj dalam satu bulan dilakukan selama tiga hari,
tujuh hari, empat belas hari, dan empat puluh hari untuk satu tahun, sebagai
anjuran dalam seumur hidup setiap anggota diharuskan selama empat bulan.4
Dengan melihat uraian di atas, penulis tertarik memilih judul skripsi:
“TELAAH HADIS-HADIS YANG DIGUNAKAN SEBAGAI HUJJAH
JAMA’AH TABLIGH MESJID JAMI’ KEBUN JERUK JAKARTA BARAT”.
Adapun penelitian skripsi ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai
berikut :
1. Jama’ah Tabligh salah satu kelompok pengajian di Indonesia yang perlu
dipelajari dan dikaji ajarannya.
2. Hadis-hadis yang digunakan sebagai hujjah Jama’ah Tabligh.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam mengkaji dan menganalisa suatu masalah baik berupa data-data
atau yang lainnya diperlukan pembatasan dan perumusan masalah agar lebih jelas
4 Zulfakar, Amir Am Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta : 13 Mei 2010
5
dan terfokus arah pembahasan yang akan diuraikan nanti, penulis memberikan
batasan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Penulis akan meneliti hadis tentang Kemungkaran, Dakwah, Keutamaan
Zikir, Menutup Aib Saudaranya yang Muslim, dan Ketaatan yang
digunakan Jama’ah Tabligh yang berada di Kebon Jeruk dari segi sanad
dan matan.
2. Dalam penelitian sanad penulis hanya meneliti hadis dalam sunan al-
Turmudzi. Alasan penulis memilih sunan Al-Turmudzi karena penulis ingin
mengetahui bagaimana kualitas hadis-hadis yang terdapat dalam sunan al-
Turmudzi terutama hadis yang berkenaan dengan Taat, selain itu menurut
penulis hadis-hadis yang terdapat diselain kitab sahîh al-Bukhâri dan sahîh
Muslim belum dapat diketahui bagaimana kualitas hadisnya, dan yang
terakhir menurut penulis sunan al-Turmudzi jarang sekali dijadikan
rujukan orang-orang berhujjah, kebanyakan mereka hanya berpatokan atau
merujuk kepada dua kitab sahîh yakni sahîh Bukhori dan Muslim.
3. Dalam melakukan takhrîj penulis hanya meneliti hadis-hadis yang terdapat
dalam al-Kutub al-Sittah.
Dengan demikian rumusan masalah dari pokok pembahasan adalah :
Bagaimana kualitas hadis-hadis tentang kemungkaran, dakwah, keutamaan zikir,
menutup aib saudaranya yang muslim, dan ketaatan yang digunakan oleh Jama’ah
Tabligh sebagai hujjah dari segi sanad maupun matan-nya.
6
C. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penulis lakukan ada beberapa
karya, artikel yang telah membahas tentang Jama’ah Tabligh. Penulis menemukan
Living Hadis in the Tabligh Jama’ah Pandangan Jama’ah Tabligh mengenal
Hadis-hadis tentang Siwak, oleh Hasan Basri.
Sementara karya tulis di atas mengenai Jama’ah Tabligh, tidak terdapat
satupun secara khusus yang membahas tentang “Telaah Hadis-hadis yang
digunakan Jama’ah Tabligh Mesjid Jami’ Kebon Jeruk Jakarta Barat”. Maka
dari itu, yang membedakan serta menjadikan judul skripsi ini layak untuk
diangkat adalah skripsi ini mencoba menyoroti bagaimana Hadis-hadis yang
selalu dilakukan oleh Jama’ah Tabligh sebagai Hujjah terutama berkenaan dengan
salah satu ajarannya.
D. Tujuan Penelitian
Penulis skripsi ini selain untuk menyelesaikan menyelesaikan kuliah pada
program S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis dan hal-hal yang bersifat administratif, juga
tidak terlepas dari tujuan pengembangan keilmuan terutama dibidang yang
berkaitan dengan judul skripsi ini.
Selain hal tersebut diatas, tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Ingin mengetahui kegiatan da’wah yang dilakukan oleh Jama’ah Tabligh.
7
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan kepada para pembaca skripsi
khususnya, tentang sejauh mana tanggapan Jama’ah Tabligh mengenai
Sanad dan Matan hadis-hadis yang digunakannya.
E. Metodologi Penelitian
Skripsi ini disusun berdasarkan data-data yang terkumpul dan bersumber
dari literatur-literatur, juga didukung oleh sumber lain yang isinya berkaitan
dengan materi yang penulis sajikan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk
mengumpulkan dan mendapatkan data-data penulis melakukan studi lapangan
(Field Research), yakni mengumpulkan dan mendapatkan data-data dengan cara :
1. Observasi : yaitu penulis melakukan penelitian langsung ke markas (tempat
perkumpulan) Jama’ah Tabligh di Masjid Jami’ Kebon Jeruk Jakarta.
2. Interview : yaitu penulis mengadakan wawancara secara lansung dengan
para tokoh dan anggota Jama’ah Tabligh dengan mengajukan bentuk
pertanyaan kepada pihak yang dapat dipercaya dalam memberikan data-
data yang diperlukan penulis. Diantaranya,
a. Cecep Firdaus sebagai Dewan Suro (pimpinan markaz) Kebon
Jeruk Jakarta
b. H. Nehru H Landa sebagai Dewan Suro Makassar
c. H. Abdullah sebagai Anggota Jama’ah Tabligh
Disamping itu untuk melengkapi penulisan skripsi ini, penulis mencari
data-data dari majalah, brosur dan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini. Kemudian penulis menganalisa data tersebut. Daftar kepustakaan al-
8
Qur’an dan terjemahannya diletakkan pada bagian paling atas, hal mengingat al-
Qur’an merupakan konsep Ilahi yang sangat esensi dalam ajaran Islam.
Dalam teknis penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, yang diterbitkan oleh
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 2007.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi Ini disusun secara sistematis, berdasarkan urutan bab, dengan isi
pembahasan yang berbeda. Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab Pertama, Pendahuluan yang berisikan tentang alasan pemilihan judul,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab Kedua, Tentang Jama’ah Tabligh yang membahas sejarah dan tujuan
berdirinya, pemikiran dan prinsip-prinsipnya, kegiatan Jama’ah Tabligh dan hasil-
hasilnya.
Bab ketiga, Hadis-hadis yang digunakan sebagai hujjah Jama’ah Tabligh.
Meneliti hadis-hadisnya serta memberi kesimpulan kualitas hadis-hadis tersebut.
Bab Keempat, Penutup dari bab-bab yang telah dijabarkan dalam uraian
terdahulu yang berisikan : Kesimpulan dan saran-saran dari penulis. Kemudian
diakhiri dengan Daftar Pustaka.
9
BAB II
JAMA’AH TABLIGH
A. Sejarah dan Tujuan Berdirinya Jama’ah Tabligh
a. Latar Belakang Berdirinya
Jama’ah Tabligh didirikan di anak benua Hindia, tepatnya di kota Sahar
Nufur, setelah pendirinya membuka jalan tabligh yang menjadi cara dalam
berdakwah. Pendirian jama’ah ini juga diilhami tentang tafsir firman Allah
didalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat : 110.
Artinya :
“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia
menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan
berimanlah kepada Allah”.
Makna “ukhrijat” adalah keluar untuk mengadakan perjalanan
(siyahah) dan menyampaikan dakwah kepada ummat manusia. Dari sinilah
10
awal mula istilah Jama’ah Tabligh, yang dijadikan perjalanan dakwah oleh
pendirinya.1
Sesuai dengan nama gerakan ini, aktifitas dakwah sangat mereka
tonjolkan. Itu mereka lakukan, diantaranya dengan cara keluar (khuruj) dari
masjid ke masjid dan dari rumah ke rumah.2
b. Pendiri Jama’ah Tabligh
Pendiri Jama’ah Tabligh ini adalah Muhammad Ilyas bin Syekh
Muhammad Ismail yang bermazhab Hanafi termasuk keluarga yang mengikuti
“Tariqat” al-Cristiyyah Ash Sufiyah.3
Mula-mula ia menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke Delhi
sampai berhasil menyelesaikan pelajarannya di sekolah Deoband. Sekolah ini
merupakan sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di anak benua India
yang didirikan pada tahun 1293 H/1867 M.4
Dia seorang komandan pasukan militer pakistan bertugas mendalami
ilmu diniyah, yaitu salah satu Tariqat yang pengikutnya di benua India.
Ayahnya seorang hartawan dan berpengetahuan luas. Muhammad Ilyas
mempelajari buku-buku ibtidaiyah (buku pegangan guru untuk mengajar
1 Husen Bin Muhsin Ali Jabir, Membentuk Jama’atul Muslimin, terj. Abu Fahmi,
(Jakarta: Gip, 1991) Cet. Ke-2, h, 259. 2 Tempo, Beragam Jalan Menuju Dunia, 05 Th XII, April, 1993,. H. 18
3 Husen Bin Muhsin Bin Ali Jabir, Membentuk Jama’atul Muslimin, terj. Abu Fahmi,
(Jakarta: Gip, 1991), h. 259 4 Kumpulan diktat Jama’ah Tabligh, Brosur tanpa tahun dan tempat
11
mazhab Hanafi di India), menghafal al-Qur’an, melanjutkan madrasah
Dioband sesudah mengambil bai’ah dari guru besar thariqah Asy Syekh
Ahmad Al Katshuri.
Syekh Muhammad Ilyas (1887-1948), dilahirkan di Desa kandalah
saharnapur, India. Ia belajar pertama kali kepada kakak kandungnya, Syekh
Muhammad Yahya, seorang guru Madrasah di Sahanapur, yang menganut
Madzhab Imam Hanafi.5
Syekh Abul Hasan Ali An Nadwy, teman dekat Syekh Muhammad
Ilyas, setelah memperhatikan Maulana dari dekat dan menyertainya serta
mendengar ucapan-ucapan, dapat membuat dua rumusan.
Pertama ialah seruan maulana mempunyai kesan yang sangat meluas
berdasarkan azas-azas yang teguh. Bukanlah yang nampak begitu saja.
Tetapi berhasil dari pengkajian yang mendalam terhadap al-Qur’an,
sunnah dan kehidupan para sahabat r.a. kesadaran yang mendalam
mengenai asal jazbah Imam. Maulana telah merancang tindakannya
setelah berfikir secara teliti dan sistematis rancangannya mempunyai
kepastian dan terangkum dengan baik di dalam fikirannya mengandung
sumber bekalan yang penuh untuk kemulian agama dan kemajuan di
semua bidang kehidupan orang-orang Islam. Beliau mempunyai matlumat
untuk menjadikan kepercayaan dan keyakinan dan cara hidup Islam serta
keseriusan terhadap Iman sebagai perkara yang merata dikalangan
ummat.6
Kedua ialah berkaitan dengan pribadi Maulana. Semakin aku
mengenalinya semakin daku mengaguminya. Setegah dari para sahabat-
sahabatku yang dikaruniakan dengan nur kerohanian dan hakikat, bahwa
kehadiaran Maulana pada masa sekarang ini adalah sebagai suatu tanda
kekuasaan dan kewibawaan Allah SWT, dan sebagai mukjizat Nabi SAW,
dan iman yang dibawanya sebagai bukti yang jelas akan kelanjutan dan
keabadian Islam dengan matlamat menyamai nilai-nilai kegairahan Agama
5 Tempo, Beragam Jalan Menuju Dunia. 05 Th XII, April, 1993,. H. 18h. 18
6 Syekh Abul Hasan Ali An Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana
Muhammad Ilyas. (Kuala Lumpur : Darul Nu’man, 1991) Cet. Ke-1, h.2
12
yang dimiliki oleh sahabat-sahabat r.a. dan memulihkan kembali gambaran
yang telah terwujud di zaman kegemilangan orang-orang Islam. Bersama-
sama dengan Maulana barulah terjelas didalam pikiranku bahwa betapa
terperinci sesuatu kisah hidup orang-orang bertaqwa yang diperoleh dari
kitab-kitab, namun hal ini tidak mengambarkan kaitan antara pribadi yang
khusyu dan akhlak yang benar serta kegemilangan taraf kerohanian
mereka7.
c. Para Syekh Jama’ah Tabligh Yang Terkenal
Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi, pendiri jama’ah tabligh dan
merupakan amir pertamanya. Syaikh Rasyid Ahmad Kankuhi (1829-1905)
yang dibaiat menjadi anggota jama’ah pada tagun 1315 H oleh Syaikh
Muhammad Ilyas, kemudian ia memperbaharui baiatnya kepada Syeikh Khalil
Ahmad Saharnapur. Syeikh ini mempunyai hubungan dekat dengan Syeikh
Abdurrahim Ra’i Fauri dan bayak menimba ilmu dan pendidikan darinya. Ia
juga berguru kepada Syaikh Asraf Ali Al-Tahanawi (1280-1364 H/1863-1943
M) yang bergelar Hakim Umat dan kepada Syeikh Muhammad Hasan (1268-
1339 H/1851-1920 M), salah seorang tokoh ulama Madrasah Diobond dan
pemimpin Jama’ah Tabligh8.
Sedangkan teman-teman dekat Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi
antara lain :
1. Syaikh Abdurrahim Syeikh Dibond Al-Tablighi yang menghabiskan
waktunya untuk urusan tabligh bersama-sama Syeikh.
7 Ibid., h. 3
8 Kumpulan Diklat Jamaah Tabligh, tanpa Tahun dan Tempat.
13
2. Syaikh Iktisyam Kandahlawi yang menikah dengan saudara
perempuan Syeikh Muhammad Ilyas. Beliaulah kepercayaan khusus
Syeikh. Ia menghabiskan usianya untuk memimpin Jama’ah dan
mendampingi Syeikh Muhammad Ilyas.
3. Syeikh Abu Al-Hasan Ali Al-Hasani an-Nadawi, direktur Dar Al
Ulum, Nadwah Ulama di Lucknow, India. Beliau adalah seorang
penulis Islam besar mempunyai hubungan kuat dengan Jama’ah.9
Sepeninggal Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi Jama’ah diteruskan
oleh putranya, Syeikh Muhammad Yusuf Kandahlawi (1917-1965). Ia
dilahirkan di Delhi dan sering berpindah-pindah mencari ilmu dan
menyebarkan dakwah.
Berkali-kali ia mengunjungi Saudi Arabia, menunaikan haji. Beliau
wafat di lahore dan jenazahnya di makamkan di samping orang tuanya di
Nizham al-Din, Delhi. Kitab yang terkenal ialah Amani Akbar, berupa
komentar kitab Ma’ani al-Atsar karya Syeikh Thahani dan Hayat al-Shahabah
(yang mulai diterjemahkan oleh para ahli Shura). Beliau meninggalkan
seorang putera yang mengikuti jejak dan lagkahnya, yaitu Syeikh Muhammad
Harun. Sedangkan teman-teman dekatnya dalam Jama’ah ialah :
1. Syeikh Zakariya Kandahlawi (1315-1364), sepupu Syekh Yusuf dan
sekaligus menjadi adik iparnya, Beliau adalah ahli hadis dan Musyrif
9 Sayyid Abu al-Hasan al-nadwi, Maulana Muhammad Ilyas. h. 16
14
tertinggi Jama'ah Tabligh. Tetapi akhir-akhir ini ia tidak aktif lagi di
dalam Jama'ah.
2. Syeikh Muhammad yusuf Baduri, Direktur Sekolah Arab di New
Town, Karachi. Beliau ahli Hadis, direktur majalah bulanan berbahasa
Urdu dan salah seorang tokoh ulama Diobond dan Jama 'ah Tabligh.
3. Maulanan Ghulam Ghaults Hazardi, salah seorang tokoh ulama
Jama'ah Tabligh yang menjadi anggota parlemen pusat.
4. Mufti Muhammad' Syafi'i Hanafi, Mufti Agung Pakistan. Pernah
menjadi direktur Sekolah Dar-al Ulum Landhi, Karachi dan pengganti
Asyraf Ali Tahanawi (Hakim Ummat) serta sebagai tokoh Jama'ah
terkemuka.
5. Syeikh Nabzhur Ahmad Nu'mani termasuk barisan ulama besar
Jama'ah pengikut Syaikh Zakariya, kawan akrab ustadz Abu Har-an
Al-Nadawi dan termasuk tokoh ulama Diobond10
.
Amir Jama'ah yang ketiga ialah In'am Hasan. Jabatan ini dia pegang
sejak Syeikh Muhammad Yusuf wafat. Sampai sekarang Beliau adalah teman
akrab Syeikh Muhammad Yusuf ketika sama-sama belajar dalam
perlawatannya. Usia kedua syeikh tersebut saling berdekatan dan juga sangat
akrab dalam da'wah dan pergerakan.
Untuk Amir-amir yang berpusat di Jakarta, yang lahir atau timbul di
sekitar tahun 1952, dipegang untuk Amirr Am Bapak Zulfakar dibantu dengan
Majelis Shura yaitu :
10
Maulana Ashiq Elahi. Enam Prinsip Tabligh. Dikeluarkan H.M. Yaqub Anshari
(Malaysia Dewan Pakistan, 1995). h. 39
15
1. Dr. Hur, beliau anggota Majelis Syuro yang sudah menjadi
kesepakatan para anggota majelis syuro untuk selalu hadir setiap kamis
malam dan beliau salah seorang direktur rumah sakit paru-paru di
Jakarta.
2. Achmad Najib Maahfixiz, M.A, berawal pendidikan dari pesantren
Gontor yang kemudian dilanjutkan ke Al-Ashar Univercity dan beliau
banyak menghabiskan waktunya untuk berdakwah. Telah khuruj
keberbagai negara, yang lazim diucapkan oleh para anggota Jama'ah
dengan singkatan IPB (India, Pakistan dan Bangladesh), beliau yang
menjadi penterjemah apabila ada karkun (istilah tabligh) dari luar
negeri yang menggunakan bahasa Arab.
3. Ustadz Muslih beliau adalah menantu Amir Kebon Jeruk (Bapak
Zulpakar). Beliau juga sudah banyak khuruj ke luar negri terutama
IPB. Dan beliau yang menjadi penterjemah Bahasa Inggris apabila ada
Amir dari luar negeri yang menggunakan bahasa Inggris.
4. Cecep Pirdaus, beliau teman dekat Bapak Ahmad Zulfakar dan selalu
memdampinginya apabila ada tamu-tamu dari luar negri untuk
bersilaturrahmi ke Mesjid Jami' Kebon Jeruk.
5. Ustadz Muslin, Amir untuk daerah Bekasi dan sekitarnya yang juga
menjadi anggota majelis suro di Mesjid Jami' Kebon Jeruk11
.
Masjid Jami' Kebon Jeruk sebagai pusat kegiatan para jama'ah yang
sekarang sudah menjadi Museum Nasional, di sanalah amalan ini berkembang
11
H. Nehru H. Landa,. Dewan Suro AM Indonesia, Wawancara Pribadi, (Jakarta 25
September 2010).
16
sekitar tahun 1974, yang dimotori pertama kali oleh Bapak. H. Ahmad
Zulfakar. Beliau orang yang pertama mengajak manusia disekitarnya untuk
menjalankan aktifitas ibadah beliau khurûj dari rumah kerumah dengan
mentaskil para jama'ah disekitar masjid12
.
Awalnya muncul karena rusaknya akhlaq manusia, dan banyak mesjid-
mesjid yang hanya bisa membangun tetapi belum bisa memakmurkannya.
Dengan adanya amalan ini kita harus kembali kepada ajaran Rasulullah saw.,
yang selalu menghidupkan mesjid dan inilah cara untuk memperbaiki akhlaq
manusia13
.
Jama’ah Tabligh dengan ajarannya yang selalu mengajak manusia
meningkatkan iman dan amal shaleh, sekarang sudah tersebar di seluruh
propinsi dan tanah air, masuk kawasan transmigrasi dan penjara. Ada di Aceh,
Medan, Lampung, Solo, Surabaya, Bandung, Semarang, Banjarmasin,
Balikpapan, Ujung Pandang sampai ke Manokwari. Dan setiap daerah ada
markaz (istilah tabligh), tempat berkumpul para Amir dan anggotanya. Di
sanalah segala macam bentuk kegiatan dari mulai bayân hidâyah bagi jama
'ah yang baru masuk khuruj sampai bayân tangguh di musyawarahkan14
.
Setiap tahun diadakan malam ijtima' selama tiga hari yang biasa
diadakan di Ancol Jakarta. Ribuan jama'ah membanjiri kawasan tersebut
datang dari berbagai pelosok tanah air, dari Sabang sampai Merauke. Dan
Insya Allah untuk tahun 1994 diadakan pada tanggal 7-9 Oktober 1994 M.
12
Abu Hasan al-Nadwi, Maulana Muhammad Ilyas. h. 15 13
Sayyid Abu al-Hasan al-nadwi, Maulana Muhammad Ilyas, Riwayat Hidup dan Usaha
Dakwah. Cet. III (Yogyakarta : al-Syaff. 2005) h. 5 14
Ust Cecep, Amir AM untuk Indonesia, Wawancara pribadi, (Jakarta 20 Juli 2010).
17
1. Tujuan berdirinya Jama’ah Tabligh
Jam'ah Tabligh sebuah Jama'ah Islamiyah yang dakwahnya berpijak
kepada penyampaian (tablîgh) tentang fadhilah-fadhilah ajaran Islam kepada
setiap orang yang dapat di jangkau. Jama'ah ini menekankan kepada setiap
pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk menyampaikan dan
menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk kepartaian dan
masalah-masalah politik.
Barangkali cara demikian lebih cocok, mengingat kondisi umat Islam
di India (tempat pertama ajaran ini lahir) yang merupakan minoritas dalam
sebuah masyarakat besar. Dan untuk di Indonesia yang mulai masuk pada
tahun 1952, kemudian berkembang di Mesjid Jami' Kebon Jeruk, Jakarta Barat
tahun 1974, yang pada awalnya banyak mesjid yang melompong, tidak ada
jalan memperbaikinya selain kembali kepada ajaran Rasulullah SAW15
.
Melihat gambaran sepintas datangnya Jama'ah Tabligh di Indonesia khususnya
di Mesjid Jami' Kebon Jeruk Jakarta mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Menghidupkan kembali sunnah-sunah Rasulullah.
2. Memakmurkan kembali mesjid-mesjid sebagai central aktifitas ibadah.
3. Menanamkan dan menumbuhkan rasa ukhuwah Imaniyah dan Isla-
miyah yang merupakan akan kokohnya kembali persatuan dan
kesatuan umat Islam.
15
Abu al-Hasan al-Nadwi, Maulana Muhammad Ilyas. H. 13
18
4. Memperbaiki diri mengikuti tata cara kehidupan Rasulullah (akhlak)
untuk meningkatkan iman dan amal sholeh dan juga menjadi sebab
orang ikut memperbaiki diri.
B. Pemikiran dan Prinsip-prinsipnya
1. Pemikiran Jama’ah Tabligh
Jama'ah Tabligh adalah Jama'ah Islam, yang sumber ajaran utamanya
adalah al-Qur'an dan al-Sunnah. Sedangkan tarîqat-nya Ahl al-Sunnah Wa al-
Jama'ah16
. Jama'ah ini banyak dipengaruhi ajaran tasawuf dan tarîqat, seperti
tarîqat Justiyah di India, yang dibangun oleh Abu Ahnad Abdal Al Jasti17
.
Diantara para jama'ah ada yang berkeyakinan ajaran Jama'ah Tabligh
pemikirannya diambil dari Jama’ah al-Nur di Turki.
Ustadz Muslim, salah seorang anggota Majlis Syuro Jama'ah Tabligh
Kebon Jeruk, mengatakan, ada sebagian Jama'ah yang 'khuruj fisabilillah
di daerah Palembang dan sekitarnya. Di sana para jama'ah dapat. Sebutan
dengan istilah "Jama'ah al-Qur'an", karena memang setiap karkun (istilah
tabligh) selalu membawa al-Qur'an kecil di sakunya setiap waktu, yang tidak
pernah terlepas. Ini merupakan kebiasaan para jama'ah selalu membaca al-
Qur'an dalam setiap waktu, baik pada saat mujahadah atau keluar fisabilillah
juga saat mereka kembali kemasyarakat.
Al-Qur'an yang merupakan esensi hidup manusia Muslim bukan hanya
sebagai pajangan atau hiasan suara dalam berbagai acara, tetapi al-Qur'an
16
Kumpulan Diklat Jamaah Tabligh, Tanpa Tahun dan Tempat. 17
Josef Sou’yb, Aliran Kebatinan (Mistik) dan Permasalahannya, (Medan : Penerbit
Rimbow, 1988). Cet. Ke I h. 34.
19
dengan kandungannya yang sangat mendalam harus di bumikan dalam
kehidupan yang serba komplek sekarang ini.
Secara garis besar petunjuk al-Qur'an itu dapat kita simpulkan menjadi
tiga kesimpulan, dan ini harus di miliki oleh kelompok Jama'ah Tabligh. Garis
besar petunjuk Al-Qur'an tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki kepercayaan atau keyakinan dan meluruskan i'ti-qod
manusia terhadap Allah SWT, Malaikat, Ritab-kitab, Rasul-rasul, hari
akhirat dan masalah takdir dan qodho. Agar manusia terjauh dari belenggu
syirik, khurafat, dan kepercayaan-kepercayaan yang menyebabkan
kehilangan kemerdekaan dalam hidupnya, karena telah diikat oleh rasa
percaya kepada benda-benda yang tidak sedikitpun punya kekuatan untuk
memberi manfaat dan melarat kepada manusia tanpa adanya izin Allah
swt.18
Untuk menguatkan i'tiqad yang lurus ini, Tuhan juga menurunkan
ayat-ayat yang mengandung seruan berpikir dan merenungkan segala
ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman didalam kitab suci al-Qur'an surah Ali
Imran ayat 190.19
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
18
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari syirik, Bid’ah dan Khurafat (Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992). Cet.3, h. 10 19
Departtemen Agama RI, op. cit., h. 109
20
2. Menetapkan hukum dalam pergaulan hidup manusia sesamanya dan
menetapkan cara beribadah kepada Tuhan. Dengan adanya hukum
terhidarlah manusia dari kekacauan dan kebobrokan dalam lapangan hidup
ini. Dengan hukum ini pulalah manusia dapat membedakan antara yang
halal dan haram, antara haq dan bathil. Sehingga berjalanlah roda
kehidupan ini diatas undang-undang yang lurus.20
3. Melapangkan akhlaq, mensucikan dan membersihkan hati atau budi
pekerti.21
Dengan mensucikan dan membersihkan hati segala macam
kekotoran akan hilang dan memancar Nur Ilahi pada diri manusia.
Ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung masalah kesucian hati, kesucian
budi dan rohani manusia, inilah yang dijadikan sumber asas setiap ajaran
tasawuf, begitu juga ajaran yang diamalkan oleh kelompok Jana 'ah
Tabligh. Sumber asasi ajaran Islam yang kedua adalah al-Sunnah yang
merupakan af'âl, aqwâl, dan taqrrîr Rasulullah saw. yang secara kualitas
dan kuantitas sudah dipaparkan dalam Ilmu Mustholah Hadits.
Jama'ah Tabligh dalam menggunakan al-Hadis sebagai sumber ajaran
yang kedua, banyak menggunakan hadis-hadis Fadhail amal. Salah satu
contohnya yaitu Kitab "Riyâd al-Sâlihîn', karangan Imam Nawawi yang sudah
kita kenal dan ini banyak digunakan dipesantren-pesantren sebagai kitab wajib
dalam mengkaji hadis Rasulullah saw.
20
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari syirik, Bid’ah dan Khurafat (Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992). 21
H.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Qur’an/Tafsir, (Jakarta : Penerbit
PT Bulan Bintang 1954) ke-10 h. 134
21
Sebagaimana sudah diketahui bahwa pengertian hadis ialah. perkataan,
ucapan dan pengakuan Rasulullah saw. maka, segenap para ulama telah
sepakat bahwa al-Sunnah dapat dijadikan dasar dalam beramal. Dan hal ini
sudah disinyalir dalam kitab suci al-Qur'an surah al- Hasyr ayat 7,
Artinya:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk
Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu,
Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.22
Al-Sunnah sebagai sumber tasawuf kerena sebagai penjelasan atau
tafsir dari al-Qur'an. Al-Qur'an menjelaskan sesuatu hanya secara umum,
sunnahlah yang menjelaskan secara terperinci, Dengan demikian jadilah as-
Sunnah menjadi sumber kedua bagi mistisisme Islam dan juga yang diamalkan
oleh kelompok Jama'ah Tabligh.
Sungguh banyak pemangku tasawuf yang tergelincir dari sunnah
tarkiyah (segala amal perbuatan yang tidak dikerjakan oleh Nabi saw, Padahal
tiada halangan bagi beliau untuk mengerjakannya).23
Mereka telah
22
Departemen Agama RI, h. 916 23
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari syirik, Bid’ah dan Khurafat (Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992). h. 13
22
mengadakan ibadat yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah dan para
sahabat-Nya. Padahal Allah swt. telah menjelaskan batas-batas amal ibadah
dan cara-caranya.
Tidak ada aturan untuk menambah dan mengurangi apa yang telah
ditentukan oleh Allah swt. dan dijelaskan oleh Rasul-Nya. Dimuka ini telah
terbentang jalan yang lurus, tempuhlah jalan itu, janganlah menyimpang dari
jalan itu setapakpun. Sebab orang yang menyimpang dari jalan Allah akan
sesat, sebagaimana telah dijelaskan didalam kitab suci al-Qur'an surah al-
An'am ayat 153.
Artinya :
“Sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) yang menyebabkan kamu
bercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertaqwa.24
Sabda Rasulullah saw.:
(راه البخار مسلم)من احذث ف امزنا ىذا ماليس منو في رد
Artinya :
“Barang siapa yang mengada-ngadakan dalam agama Kami ini sesuatu
yang tidak ada didalamnya, maka yang diada-adakan itu tertolak.25
Inilah al-Qur'an dan al-Sunnah, dua sumber mistik Islam yang menjadi
pedoman beramal bagi para shufi yang betul-betul mengharap keridhoan Allah
24
Departemen Agama RI, h. 215 25
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari Syirik, Bid’ah dan Khurafat (Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992). h. 13
23
swt., tidak tertipu oleh orang-orang yang tidak bertanggung- jawab masalah
agama.
2. Prinsip-prinsipnya
Prinsip pokok dari Jama'ah Tabligh sebagaimana telah diringkas oleh
ustadz Muhammad Aslam.26
Dan selalu dijelaskan kepada angota Jama'ah
Tabligh, bahwa para Sahabat r.a. adalah orang- orang yang hidup di zaman
Rasulullah SAW, yang berjum-lah lebih kurang 124.000.
Dari jumlah ini Sahabat mempunyai sifat yang berbeda-beda, tetapi
ada 6 (enam) sifat yang utama. Dengan sebab sifat inilah para Sahabat
mencapai kejayaan hidup di dunia dan di akhirat. Begitu juga yang
menyebabkan Allah ridho kepada para Shahabat, dan sahabatpun ridho kepada
Allah SWT, para ulama mengatakan bahwa apabila di zaman sekarang inipun
sifat-sifat ini ada pada diri insan di bumi ini, Insya Allah manusia akan
mendapatkan keridhoaan dari Allah SWT, sebagai-mana para Sahabat.
Adapun enam sifat para Sahabat yang telah ditetapkan oleh pendiri
Jama'ah ini, yang menjadi asas dakwahnya yaitu :
1. Al Kalimatuth Thoyyibah
2. Sholat khusu' dan khudu'
3. Ilmu ma 'adz dzikir
4. Ikromul Muslimin
26
Muhsin Bin Ali Jabir, Membentuk Jama’atul Muslimin, terj. Abu Fahmi, (Jakarta: Gip,
1991). h. 262
24
5. Ikhlasunniyat
6. Da'wah illal-Lah wal khuruj fii sabilillah.27
C. Kegiatan Jama'ah Tabligh Dan Hasil-hasilnya.
Sebagaimana penulis telah jelaskan diatas, bahwa kegiatan Jama'ah
Tabligh berbijak kepada penyampaian dakwah. Oleh karena itu pada bahasan
berikut ini penulis akan menjelaskan tentang kegiatan Dakwah Jama'ah Tabligh
sebagai berikut :
1. Langkah-langkah Berdakwah
Sebelum melakukan kegiatan untuk khuruj fisabilillah terlebih dahulu
dilakukan penaskilan (ajakan) untuk melakukan khuruj, lewat bayan. Dengan
bayan inilah kaum muslimin yang hadir diajak untuk membantu agama Allah.
Dengan cara meluangkan waktu, jiwa dan harta selama empat bulan, empat puluh
hari, atau paling sedikit tiga hari tergantung kemampuan waktu dan harta yang
dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah.
Setelah terbentuk rombongan (Jama'ah) bagi yang akan keluar ditunjuklah
Amir rombongan. Kemudian rombongan diberi bayan hidayah (petunjuk) apa
yang dilakukan selama berdakwah dan khuruj fisabilillah.
Ada beberapa prinsip yang harus diikuti para Jama'ah selama mengikuti
khuruj dan ini sebagai petunjuk untuk menyampaikan ajakan dakwah kepada para
jama'ah yang mereka tuju. Adapun prinsip Jama'ah tabligh sebagai berikut :
27
Muhammad Zakariyya, Fadillah Tabligh, (Penang : Ganesh Printing Works. Sdn, Bhd,
Tt). h. 2
25
1. Menyatakan wajib taqlid berikut kewajibannya, sebab syarat-syarat ijtihad
yang disyaratkan ulama salaf tidak terdapat pada ulama-ulama dewasa ini.
2. Jama’ah yakin bahwa tasawuf merupakan jalan untuk memperoleh
ketergantungan (ikatan hubungan) dan "halawatul iman". Ini merupakan
kriteria yang disyaratkan bagi jama'ah.
3. Mereka tidak diizinkan keluar dari "Ushulus Sittah" yang telah digariskan
oleh Syekh Muhammad Ilyas. Keluar dari hal itu berarti keluar dari khittah
Jama'ah.
4. Mereka melarang anggotanya yang ingin menperluas cakrawala ilmu dan
belajar filsafat yang berkembang dalam masyarakat sekelilingnya.
5. Mereka memisahkan antara agama dan politik. Anggota Jama'ah tidak
punya hak untuk ikut membahas masalah politik ataupun campur tangan
masalah pemerintahan (Hukum dan Kekuasaan).28
Akan tetapi setelah
jama'ah kembali ke masyarakat, dari perjalanan khuruj, mereka diharuskan
bisa menyesuaikan, dalam arti harus mengetahui ilmu-ilmu politik sebagai
pegangan. Para jama'ah jangan sampai terjun ke politik praktis.29
Setelah diadakan penjelasan tentang prinsip-prinsip ajaran Jama'ah,
kemudian Jama'ah mengadakan musyawarah untuk merencanakan program-
program berikutnya.
Secara- umum program Jama'ah dalam melakukan aktifitas dakwah setelah
mereka sampai ketempat tujuan, sebagai berikut :
28
Membentuk Jama’atul Muslimin, h. 260 29
H. Nehru. H. Landa, Staf Ahli Syuro, Wawancara Pribadi, Makasar 17 September
2010.
26
1. Tugas bayan, yaitu memberikan penerangan tentang ajaran-ajaran
agama yang dikondisikan kepada peningkatan iman dan amal sholeh.
2. Ta'lim adalah pembagian tugas kepada setiap anggota jama'ah dalam
setiap musyawarah. Tugas tersebut meliputi ta'lim dua setengah jam
dan ta'lim ba'da sholat Dzuhur dan 'Ashar, dengan menggunakan kitab-
kitab yang sudah ditentukan, seperti :
a. Fadhilah sholat.
b. Fadhilah Zikir.
c. Fadhilah Hajl.
d. Fadhilah Hadits.
e. Fadilah ilmu.
f. Kisah-kisah para sahabat.
3. Tugas Khidmat, ialah menyediakan konsumsi kepada para anggota
Jama'ah setiap hari.
4. Tugas Pembagian Kelompok, yaitu tugas yang paling pokok dalam
mengadakan rihlah fisabilillah, yaitu untuk mengajak manusia
menghidupkan kembali mesjid-mesjid yang kosong untuk berjama'ah.
5. Tata tertib sehari-hari, ialah merupakan amalan yang rutinitas
dikerjakan bagi jama'ah. Yaitu membaca do'a setiap. Akan melakukan
pekerjaan. Seperti do'a mau tidur, mau makan, mau ke wc dan lain
sebagainya. Dalam setiap melakukan pekerjaan ada yang menjelaskan
tentang tata tertib tersebut.
27
2. Sasaran Dakwah Jama'ah Tabligh.
Didalam Jama'ah Tabligh ada dua prosedur untuk mencapai sasaran
Dakwah.
a. Dengan memberi nasehat dan bimbingan Untuk merealisasikan sasaran ini
mereka mengadakan di Mesjid-mesjid tertentu milik Jama'ah. Lalu
mereka menawarkan kepada hadirin mengikuti rombongan. Dicatat nama
peserta dan pemimpinnya) untuk batas waktu tertentu.
b. Dengan mengadakan perjalanan dakwah.
Setelah data orang-orang mengikuti bimbingan terkumpul semua, mereka
kemudian dibagi dalam kelompok-kelompok untuk ditugaskan ketempat-
tempat yang belum didatangi sebelumnya. Tugas semacam ini disebut
sebagai tugas rihlah. Apabila pembagian tugas ketempat-tempat rihlah
telah sesuai dengan kelompok yang ada, maka kelompok itu diangkat
seorang Amir. Kelompok ini disebut "Qafilah al-Tabligi". Mereka
berdakwah ketempat yang telah ditentukan, langsung menuju masjid
diwilayah tersebut. Para anggotanya juga mempersiapkan peralatan
kebutuhan sehari-hari.30
3. Hasil yang dicapai.
Secara riil hasil yang dicapai dalam segala aktifitas dakwah Jama'ah
Tabligh setelah penulis mengikuti dan mengamati secara cermat adalah sebagai
berikut :
30
Membentuk Jama’atul Muslimin, h. 268
28
1. Terbinanya dan terbentuknya akhlaqul karimah.
2. Sadarnya masyarakat untuk memakmurkan mesjid.
3. Adanya saling hormat menghormati dan tolong-menolong, sesama
Muslim.
4. Dalam setiap dakwah selalu mendapat petunjuk dari Allah swt., bagi
anggota baru untuk ikut berdakwah dengan mengorbankan harta dan
jiwanya.
29
BAB III
STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS
A. Hadis-hadis Yang Digunakan Jama‟ah Tabligh
Hadis pertama tentang Kemungkaran :
“Dari Abi Sa‟id al-Khudri ra. Berkata saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Barang siapa melihat suatu kemungkaran di hadapannya, maka
hendaklah ia mencegah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah
mencegah dengan tangannya. Dan jika tidak mampu, maka hendaklah ia
mencegah dengan hatinya. Dan ini adalah selemah-lemahnya iman”
Hadis kedua tentang Dakwah :
“Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Apabila umatku sudah
mengagungkan dunia, maka kehebatan Islam akan tercabut darinya. Dan
apabila umatku meninggalkan amar ma‟ruf nahi munkar, maka diharamkan
(atas mereka) keberkahan wahyu. Dan apabila umatku menghina satu sama
lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah.”
Hadis ketiga tentang Keutamaan Zikir :
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw, bersabda, “Tidak ada
seorang hamba yang mengucapkan laa ilaaha illallaah melainkan dibukakan
baginya pintu-pintu langit sehingga kalimat itu terus menuju ke Arasy selama
dia menghindarkan diri dari dosa-dosa besar,”
30
Hadis keempat:
“Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Perbaharuilah
iman kalian”. Para sahabat bertanya, “ Bagaimana cara memperbaharui iman
kami, ya Rasulullah?” Rasulullah saw, bersabda, “Perbanyaklah ucapan „laa
ilaaha illallaah,”
Hadis kelima:
“Dari ibn Abbas ra. dari Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa menutupi aib
saudaranya (yang muslim), maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat
dan barangsiapa yang membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah
akan membuka aibnya, sehingga Allah akan mempermalukan dia karena
aibnya di rumahnya sendiri.”
Hadis keenam:
“Dari Abu Sa‟id al-Khudri ra. berkata, sesungguhnya Rasululah saw.
Bersabda: “Hendaklah kalian berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya
sehingga orang mengatakan gila”
Hadis ketujuh:
“Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: setiap
umatku akan masuk surge kecuali orang yang enggan, para sahabat bertanya:
wahai Rasulullah siapa orang yang enggan itu? Rasulullah menjawab orang
yang taat kepadaku akan masuk surge dan orang yang tidak taat dialah yang
enggan”.
31
B. Penelitian Kualitas Sanad
Untuk menyederhanakan dalam analisis hadis ini, penulis hanya
mencantumkan hadis-hadis senada yang ada dalam kitab enam (Kutub al-Sittah),
dan kemudian dalam analisis sanad-sanadnya, penulis mencantumkan skema
sanad, biografi para periwayat, dan table para periwayat.
1. Hadis pertama
a. Teks Hadis
Hadis yang diriwayatkan Abû Sa‟îd al-Khudrî ini termuat dalam kitab
Sahîh karya Imam Muslim, kitab sunan karya Abû Dâud, kitab sunan karya Ibn
Mâjah, kitab sunan karya al-Nasâ‟î, kitab sunan karya al-Tirmidzî, dan kitab
musnad karya Ahmad ibn Hanbal. Pada penelitian hadis kali ini, penulis hanya
meneliti hadis yang diriwayatkan melalui jalur Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa‟i,
dan Ibn Majah, karena hadis yang dikutip oleh Syeikh Muhammad Zakariyya al-
Kandahlawi adalah diriwayatkan oleh Muslim, Ibn Mâjah, al-Nasâ‟î, dan al-
Tirmidzî. Adapun sanad dan matan-nya sebagai berikut :
1. Muslim
32
1
2. Ibn Mâjah
2
1 Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairi al-Naisâbûri, Sahîh Muslim, (Beirût :
Dâr al-Fikr, 1994), jil, 1. h, 69 2 Abû „Abdullâh Muhammad ibn Yazîd ibn Mâjah. Sunan Ibn Mâjah, (Beirût: Dâr al-
Fikr, 1995), jil 1, h. 406-407
33
3
3. Al-Nasâ‟î
.4
5
4. Al-Tirmidzî
3 Ibn Mâjah. Sunan Ibn Mâjah, jil 1, h. 1330
4 Abû „Abd al-Rahmân ibn Syu‟aib al-Nasâ‟î. Sunan al-Nasâ‟î, (Beirût: Dâr al-Fikr,
1994), jil. 8, h. 115-116 5 Al-Nasâ‟î. Sunan al-Nasâ‟î, jil. 8, h. 115-116
34
6
b. Skema Sanad
6 Abû „Îsâ Muhammad ibn Surah, Sunan al-Tirmidzî. (Beirût : Dâr al-Fikr, 1994), jil. 4, h.
213-214
35
c. Analisis Sanad
1. Abû Sa‟îd al-Khudrî
Nama lengkapnya adalah Mâlik bin Sinân bin „Ubaid. Beliau wafat pada
tahun 73 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah al-Khulafâ al-
Râsyidûn, Abdullâh bin „Abbâs, Abû Hurairah, Zaid bin Tsâbit, dan yang
lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Tariq bin Syihâb, Rajâ
bin Rabî‟ah, Abû „Îsa, dan yang lainnya. Para ulama kritikus hadis sepakat
bahwa ia merupakan salah satu sahabat Rasulullah saw. yang adil dan tsiqah.7
2. Tariq bin Syihâb
Nama lengkapnya adalah Tariq bin Syihâb bin „Abd al-Syams bin Hilâl
bin Salamah ibn „Auf. Beliau wafat pada tahun 82 H. Guru-gurunya dalam
periwayatan hadis adalah Abû Sa‟îd al-Khudrî, Sa‟ad bin Mâlik, al-Khulafâ al-
Râsyidûn dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah
Qais bin Muslim, „Alqamah ibn Murtsid, Sulaiman ibn Maisarah, dan yang
lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: para ulama sepakat
bahwa Tariq bin Syihâb merupakan diantara sahabat yang „adil dan tsiqah.8
3. Rajâ‟ bin Rabî‟ah
Nama lengkapnya adalah Rajâ ibn Rabî‟ah. Guru-gurunya dalam
periwayatn hadis adalah Abû Sa‟îd al-Khudrî, Sa‟ad bin Mâlik bin Sinân. Murid-
muridnya dalam periwayatan hadis adalah Ismâil bin Rajâ‟. Pendapat para ulama
7 Ahmad ibn „Alî ibn Hajar al-Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirût : Dâr al-Fikr, 1995),
juz. 3, h. 289-291. Abû Abdullâh Yûsuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟i al-Rijâl, (Beirût:
Dâr al-Fikr, 1992), jil. 7, h. 103-106 8 Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 4, h. 94-95. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 9, h.
204-205. Abû Muhammad „Abd al-Rahmân ibn Abû Hâtim al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, (Beirût:
Dâr al-Fikr, tth), jil. 4, h. 485
36
kritikus hadis tentangnya: menurut Ibn Hibbân, al-„Ijlî, dan al-Dzahâbi
mengatakan bahwa Rajâ bin Rabî‟ah adalah periwayat yang tsiqah.9
4. Qais bin Muslim
Nama lengkapnya lengkapnya adalah Qais bin Muslim, beliau wafat pada
tahun 120 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Târiq bin Syihâb,
„Abd al-Rahmân Abî Lalla, Abû Ramlah, dan yang lainnya. Murid-muridnya
dalam periwayatan hadis adalah Sufyân ibn Sa‟îd ibn Masrûq, Sulaimân ibn
Mihrân, Syu‟bah bin al-Hajjâj, Mâlik bin Mighwâl, dan yang lainnya. Pendapat
para ulama kritikus hadis tentangnya: Ahmad bin Hanbal, Yahyâ bin Ma‟în, Abû
Hâtim al-Râzi, al-Nasâ‟î, Muhammad bin Sa‟ad menilai, Qais bin Muslim adalah
seorang yang tsiqah.10
5. Ismâ‟îl bin Rajâ‟
Nama lengkapnya adalah Ismâ‟îl bin Rajâ‟ bin Rabî‟ah. Guru-gurunya
dalam periwayatan hadis adalah Rajâ bin Rabî‟ah, Abdullâh bin Abû al-Hudzail,
dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Sulaimân bin
Mihrân, Syu‟bah bin al-Hajjâj, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus
hadis tentangnya: menurut Ibn Ma‟în, Abû Hâtim, dan al-Nasâ‟î mengatakan
bahwa Ismâ‟îl bin Rajâ‟ periwayat yang tsiqah, sedangkan dengan sendirinya abû
al-Fath al-Azdî mengatakan “munkar al-hadîs”.11
9 Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 3, h. 91. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 6, h. 184-
186 10 Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 6, h. 539-540. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 7,
h. 103-104 11
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 1, h. 309-310. Abû Abdullâh Muhammad bin
Ahmad bin Ustmân al-Dzahâbi, Mîzan al-„Itidâl fî Naqd al-Rijâl, (Beirût: Dâr al-Fikr), jil. 1, h.
227. Muhammad bin Sa‟ad, al-Tabaqât al-Kubrâ, (Beirût : Dâr al-Fikr), jil. 6, h. 318
37
6. Sufyân bin Sa‟îd
Nama lengkapnya adalah Sufyân bin Sa‟îd ibn Masrûq, beliau wafat pada
tahun 161 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Qais bin Muslim,
Mâlik bin Migwâl, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis
adalah Waki‟ bin al-Jarrah, „Abd al-Rahmân bin mahdi bin hissân, dan yang
lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Syu‟bah bin al-
Hajjâj Sufyân adalah amîrul mu‟minîn dalam hadis, sedangkan Yahya bin Ma‟în
dan ibn Hibbân menilainya seorang tsiqah.12
7. Mâlik bin Migwâl
Nama lengkapnya adalah Mâlik bin Migwâl bin „Âsim, beliau wafat pada
tahun 159 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Qais bin Muslim,
Târiq bin „Alqamah, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis
adalah Sufyân bin Sa‟îd bin Masrûq, Makhlad bin Yazîd, „Abd al-Rahmân bin
Mahdi bin Hissân, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis
tentangnya: menurut Abû Nua‟im, Yahyâ bin Ma‟în, Ahmad bin Hanbal, Abû
Hâtim, dan Muhammad bin Sa‟ad mengatakan, bahwa Mâlik bin Migwâl adalah
tsiqah.13
8. Al-A‟masy
Nama lengkapnya adalah Sulaimân bin Mihrân, beliau wafat pada tahun
147 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Qais bin Muslim, Ismâ‟îl
bin Rajâ‟, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah
12
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 3, h. 399-400. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 7,
h. 353-364. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 1, h. 119 13
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 8, h. 23-24. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 17, h.
407-409. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 8, h. 216
38
Muhammad bin Khâzim, Syarîk bin Abdullâh bin Syarîk, dan yang lainnya.
Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Yahya bin Ma‟în, al-
Nasâ‟î, al-„Ijlî, dan Abû Hâtim al-A‟masy adalah seorang yang tsiqah, dan
tsâbit.14
9. Wakî‟
Nama lengkapnya adalah Wakî‟ bin al-Jarrâh bin Malih, beliau wafat pada
tahun 196 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Sufyân bin Sa‟îd bin
Masrûq, Sufyân bin Uyainah, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah Abû Bakar bin Abî Syaibah, Abdullâh bin Muhammad
bin Nufail, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya:
menurut al-„Ijlî Wakî‟ adalah seorang yang tsiqah. Sedangkan Ya‟qûb bin
Syaibah dan ibn Hibbân menilainya seorang yang hâfiz.15
10. „Abd al-Rahmân bin Mahdi
Nama lengkapnya adalah „Abd al-Rahmân bin Mahdi bin Hissân bin „Abd
al-Rahmân, beliau wafat pada tahun 198 H. Guru-gurunya dalam periwayatan
hadis adalah Sufyân bin Sa‟îd bin Masrûq, Syu‟bah bin al-Hajjâj dan yang
lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Sufyân bin Wakî‟ bin
Jarrah, Muhammad ibn Basyâr, Muhammad bin al-Mutsannâ‟, dan yang lainnya.
Pendapat para ulama kitikus hadis tentangnya: menurut Muhammad bin Sa‟ad dan
14
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 3, h. 506-509. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 8,
h. 106-114. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 4, h. 146-147 15
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 9, h. 139-145. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 19,
h. 391-405. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 1, h. 228-229
39
Abû Hâtim, „Abd al-Rahmân bin Mahdi adalah seorang yang tsiqah. Sedangkan
Ahmad ibn Hanbal menilainya sebagai seorang yang hâfiz.16
11. Mahlad bin Yazîd
Nama lengkapnya adalah Makhlad bin Yazîd, beliau wafat pada tahun 193
H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Mâlik bin Migwâl, Hisyâm bin
Hissân, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah „Abd
al-Hamîd bin Muhammad al-Mistam, „Amru ibn Hisyam, dan yang lainnya.
Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Yahya bin Ma‟în, Abû
Dâud, dan Ibn Hibbân, bahwa Makhlad bin Yazîd adalah seorang yang tsiqah,
sedangkan Ahmad mengatakan “lâ ba‟sa bihi”.17
12. Abû Mu‟âwiyah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Khâzim, beliau wafat pada
tahun 195 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah sulaimân bin Mihrâ,
Sulaimân bin Dâud al-Jarûdi, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah Muhammad bin al-Alâ‟, Hannâd al-Sirri, dan yang
lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: Menurut Yahya bin
Ma‟în Abû Mu‟âwiyah adalah tsâbit. Al-„Ijlî dan al-Nasâ‟î menilainya tsiqah.18
13. Abû Bakar bin Abî Syaibah
Nama lengkapnya adalah „Abdullâh bin Muhammad bin Ibrâhîm bin
Utsmân bin Khuwasti al-„Absiyyu. Beliau adalah maulâ Abû Bakar bin Abî
16
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 5, h. 182-184. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 11,
h. 386-393. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 1, h 251-254 17
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 8, h. 92-93. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 17, h.
495-496. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 7, h. 347 18
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 7, h. 128. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 16, h.
237. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 7, h. 246-247
40
Syaibah al-Kûfî al-Hâfiz, saudara „Utsmân bin Abî Syaibah dan Qâsim bin Abî
Syaibah. Ia wafat pada tahun 235 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis
adalah Wakî‟ bin al-Jarrah, Sulaimân bin Dâud al-Jarudi, dan yang lainnya. al-
Bukhâri, Muslim, Abû Dâud, Ibn Mâjah, dan yang lainnya. Pendapat para ulama
kritikus hadis : Menurut Ahmad bin Hanbal, dan Yahya bin Ma‟în: sadûq.
Menurut al-„Ijliy, Abû Hâtim, al-„Ijlî, dan Ibn Khirâsy tsiqah.19
14. Muhammad bin Basyâr
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Basyâr bin „Utsmân bin Dâud
bin Kaisan al-„Abdi, Abû Bakr al-Bisri Bundâr, disebut bundâr karena beliau
bundâr dalam hadis, dan bundâr adalah al-Hâfid. Beliau wafat bulan Rajab, pada
tahun 252 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah „Abd al-Rahmân bin
Mahdi bin Hissân, Hisyâm bin Abd al-Mâlik, dan yang lainnya. Murid-muridnya
dalam periwayatan hadis adalah al-Jamâ‟ah dan yang lainnya. Pendapat para
ulama kritikus hadis tentangnya: menurut al-„Ijli dan „Abd al-Rahmân bin Siyâr,
bahwa Muhammad bin Basyâr adalah seorang yang tsiqah dan sadûq, Menurut
Abû Hâtim: Sadûq, sedangkan al-Nasâ‟î mengatakan “lâ ba‟sa bihi.”20
15. „Abd Hamîd bin Muhammad
Nama lengkapnya adalah „Abd al-Hamîd bin Muhammad al-Mistâm,
beliau wafat pada tahun 266 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah
Makhlad bin Yazîd. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah al-Bukhâri,
Muslim, al-Tirmidzî, al-Nasâ‟î, Abû Dâud, Ibn Mâjah, Ahmad bin Hanbal.
19
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 4, h. 464-466. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 10,
h. 483-487. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 5, h. 160 20
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 7, h. 63-65. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 16, h.
132-136. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 7, h. 214
41
Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut al-Nasâ‟î, Ibn Hibbân,
dan al-Dzahâbi, bahwa „Abd al-Hamîd adalah seorang yang tsiqah.21
16. Abû Kuraib
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin al-Alâ‟ bin Kuraib, beliau wafat
pada tahun 248 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Muhammad
bin Khâzim, Khâlid bin Hayyân, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah al-Bukhâri, Muslim, al-Tirmidzî, al-Nasâ‟î, Abû Daud,
Ibn Mâjah, Ahmad ibn Hanbal. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya:
menurut Abû Hâtim: sadûq. Al-Nasâ‟î mengatakan “lâ ba‟sa bihi, dan pada
kesempatan lain tsiqah. Ibn Hibbân menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqât.22
17. Muslim
Nama lengkapnya adalah Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj bin Muslim
al-Qusyairi, beliau dinisbahkan kepada al-Naisâbûri karena beliau adalah putera
kelahiran Naisabur pada tahun 204 H. Beliau juga dinisbahkan kepada nenek
moyangnya Qusyair bin Rabî‟ah bin Sa‟sa‟ah, suatu keluarga bangsawan besar.
Beliau wafat pada hari minggu, bulan Rajab, tahun 261 H. dan dikebumikan pada
hari senin di Naisabur. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Abû Bakar
bin Abî Syaibah Yahya bin Ma‟în, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah al-Tirmidzî, Ibrâhîm bin Abî Tâlib, Ibrâhîm bin
Muhammad bin Hamzah.23
21
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 5, h. 32. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 11, h. 63 22
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz. 7, h. 363. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 17, h.
129-133. Al-Râzi, al-Jarh wa al-Ta‟dîl, jil. 8, h. 52 23
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 8, h. 150. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 27, h.
499-507
42
18. Al-Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah Abu „Isa Muhammad Ibn Tsaurah Ibn Musa Ibn
al-Dahak al-Sulami al-Bugi al-Tirmidzi terkenal dengan sebutan Abu „Isa al-
Imam al-„Alim al-Bari. Ia lahir tahun 210 H dan wafat bulan Rajab pada tahun
279 H.24
19. Al-Nasâ‟î
Namanya adalah Ahmad bin Syu‟aib bin „Alî bin Sinân bin Bahr bin
Dînâr, Abû „Abd al-Rahmân al-Nasâ‟i al-Qâdi al-Hâfiz, penulis kitab al-Sunan.
Nama beliau dinisbahkan kepada kota tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan
pada tahun 215 H. di kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan. Beliau
memilih Mesir untuk dijadikan tempat mukimnya dalam menyiarkan hadis-hadis
kepada masyarakat. Beliau wafat pada hari Senin, 13 Safar, tahun 303 H. di al-
Ramlah.25
20. Ibn Mâjah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yazîd al-Raba‟î, maulâ Abû
„Abdullâh bin Mâjah al-Qazwainî al-Hâfiz penulis kitab al-Sunan. Ibn Mâjah
adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qazwain. Beliau dilahirkan di
Qazwain pada tahun 207 H., dan wafat pada hari selasa bulan Ramadan, tahun
273 H. Beliau belajar hadis di Khurasan, Irak, Hijaj, Mesir, Syam, dan yang
lainnya.26
24
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 10, h. 21 25
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 67-69. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 1, h.
328-340 26
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 7, h. 498-499. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 27,
h. 40-41
43
Tabel Para Periwayat
Nama Wafat Lafad Kualitas Ket.
Abû Sa‟id al-Khudri 32 H عن „Udûl Sahabat
Tariq bin Syihâb
Rajâ bin Rabî‟ah
82 H
عن
عن
Tsiqah
Tsiqah
Qais bin Muslim
Ismâ‟il bin Rajâ
120 H عن
عن
Tsiqah
Tsiqah
Sufyân bin Sa‟îd
Mâlik bin Migwâl
Al-A‟masy
161 H
159 H
147 H
عن
عن
عن
Tsiqah
Tsiqah
Tsiqah
Wakî‟
„Abd al-Rahmân bin Mahdi
Makhlad bin Yazîd
Abû Mu‟âwiyah
196 H
198 H
193 H
195 H
عن
حدثنا
حدثنا
حدثنا
Tsiqah
Tsiqah
Tsiqah
Tsiqah
Abû Bakar bin Abî
Syaibah
Muhammad bin Basyâr
„Abd al-Hamîd bin
Muhammad
Abû Kuraib
235 H
252 H
266 H
248 H
عن
حدثنا
حدثنا
حدثنا
Tsiqah
Sadûq
Tsiqah
Sadûq
Muslim
Al-Tirmidzi
Al-Nasâ‟i
Ibn Mâjah
261 H
204 H
273 H
303 H
حدثنا
حدثنا
أخبرنا
حدثنا
Tsiqah
Tsiqah
Tsiqah
Tsiqah
Mukharrij
Mukharrij
Mukharrij
Mukharrij
44
Ket: Seluruh periwayat hadis kualitasnya tsiqah hanya Muhammad bin Basyâr
dan Abû Kuraib kualitasnya sadûq. Term periwayatan yang digunakan Wakî‟, Al-
A‟masy, Sufyân bin Sa‟îd, dan Mâlik bin Migwâl sampai Abû Sa‟id al-Khudri
adalah „an27
yang rentan akan tadlis, namun tidak ada indikasi yang mengarah
pada tadlis. Sementara dari Mukharrij sampai „Abd al-Rahmân bin Mahdi,
Makhlad bin Yazîd, dan Abû Mu‟âwiyah menggunakan term
haddatsanâ/akhbaranâ28
yang merupakan term tertinggi dalam hierarki
periwayatan hadis. Tahun wafat mereka menunjukkan mu‟âsarah antara para
periwayat dan guru-gurunya. Dengan demikian kualitas sanad hadis ini adalah
sahîh29
. Hadis ini hanya dituturkan oleh Abû Sa‟id al-Khudri. Dalam setiap
mukharrij redaksi yang dipakai hadis ini hampir sama, walaupun ada perbedaan
lafad, atau pemutaran lafad, akan tetapi tidak merubah makna. Hal ini wajar saja
terjadi, karena diperbolehkannya periwayatan bi al-Ma‟na.
2. Hadis kedua
a. Teks Hadis
Setelah melakukan penelusuran melalui kitab Mausûah al-Atrâf al-Hadîts
al-Nabawi, hadis tersebut dapat ditemukan dalam kitab Tafsîr al-Durr al-Mantsûr
27
27„An merupakan lambang yang menjelaskan bahwa pe-rawi yang belum pasti diketahui
tentang pertemuannya antara guru dan murid, mungkin mendengar sendiri dengan langsung, atau
tidak mendengar sendiri. Lihat Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah,
(Bandung: Amal Bakti Press, 2000), cet. Ke-3, h. 147 28
Haddatsana merupakan lambang periwayatan yang menjelaskan bahwa seorang pe-
rawi mendengar langsung dari gurunya, dengan demikian murid bertemu dengan gurunya, dan
diketahui betul tentang pertemuannya itu. Lihat Endang Soetari, Ilmu Hadis, h. 147 29
Jalâl al-Dîn „Abd al-Rahmân al-Suyûti, al-Jam‟u al-Sagîr fî Ahadîtsi al-Basyîr al-
Nadzîr, (Beirût: Dâr al-Fikr, 1988), jil. 2, h. 1073
45
fî Tafsîr al-Ma‟tsûr, 30
Kanz al-„Ummâl,31
Kasyfu al-Khafâ,32
Jâmi‟ al-Ahâdîts,33
dan al-Mugnî‟an Hamli al-Asfâr fi al-Asfâr.34
Dari beberapa kitab tersebut, tidak
ada satupun yang mencantumkan hadis tersebut dengan sanad yang lengkap.
Dalam kitab Tafsîr al-Durr al-Mantsûr fî Tafsîr al-Ma‟tsûr dan kitab
Nawadir al-Usûl fî Ahâdîts al-Rasûl, hadis tersebut diriwayatkan oleh Abû
Hurairah sebagai periwayat pertama. 35
dan di dalam kitab al-Mugnî‟an Hamli al-
Asfâr fi al-Asfâr, al-Irâqi mengatakan, bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibn
Abî al-Dunyâ dalam kitab al-Amru bi al-Ma‟rûf secara mu‟dal,36
dan terdapat
perbedaan pada matan-nya. Adapun matan-nya sebagai berikut :
37
Kesimpulan akhirnya adalah, penulis tidak/belum menemukan hadis
tersebut dalam kitab-kitab hadis mu‟tabar. Tetapi mengenai kualitas hadis
30
Al-Suyuti, Tafsîr al-Durr al-Mantsûr fî Tafsîr al-Ma‟tsûr, (Beirût : Dâr al-Fikr, 1993),
jil. 3, h. 127 31
„Alâ al-Dîn al-Muttaqi ibn Hasan al-Dîn Al-Hindi, Kanz al-Ummâl fi Sinîn al-Aqwâl wa
al-Af‟âl, (Beirût: Muassasah al-Risâlah, 1989), jil. 3, h. 18 32
Ismâ‟îl ibn Muhammad al-„Ajlawnî al-Jarrahi, Kasyfu al-Khafa wa Masîl li Ilbâs,
(Beirût : Dâr al-Mu‟assasah Manah al-Irfân, tth), jil. 1, h. 112 33
Al-Suyûtî, Jâmi‟ al-Ahâdîts, (Beirût : Dâr al-Fikr, 1994), jil. 1, h. 239 34
Zain al-Dîn Abû al-Fadlu „Abd al-Rahîm ibn al-Husain al-„Irâqi, al-Mugnî „an Hamli
al-Asfâr fi al-Asfâr: fî Takhrîji mâ fî al-Ihyâ min al-Akhbâr, (Beirût: Dâr al-Ihyâ al-Turas al-
„Arabi, tth), jil. 1, h. 284 35
Al-Suyûtî, Tafsîr, jil. 3, h. 127. Muhammad ibn „Alî ibn al-Hasan Abû Abdullâh al-
Hakîm al-Tirmidzî, Nawadir al-Usûl fû Ahâdîts al-Rasûl, (Beirût : Dâr al-Ilmi, 1992), cet. Ke-2,
jil. 2, h. 270 36
Hadis mu‟dal adalah hadis yang perawinya hilang dua atau lebih secara berturut-turut
dalam sanad. Hadis mu‟dal adalah hadis munqati‟, tetapi tidak setiap hadis munqati‟ adalah
mu‟dal. Lihat : Taufik Isma‟il, (et. al). Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta : Ikhtiar Baru
Van Heeve, 2000), jil. 4, h. 73. Tentang penelitian kualitas hadis tersebut lihat : al-Irâqi, al-
Mugnî, jil. 1, h. 284 37
Al-Irâqi, al-Mugnî, jil. 1, h. 284
46
tersebut dapat diketahui melalui penilaian para ulama hadis. Adapun hukum
hadis tersebut adalah da‟îf.38
3. Hadis ketiga
a. Teks Hadis
Hadis yang diriwayatkan Abû Hurairah ini hanya termuat dalam kitab
Sunan karya al-Tirmidzî.39
40
b. Skema Sanad
38
Al-Suyûtî menilai hadis tersebut sebagai hadis da‟îf. Lihat : al-Suyûtî, al-Jâmi‟ al-
Sagîr, jil. 1, h. 31, Muhammad Abd al-Ra‟ûf al-Manawi, Fayd al-Qadîr : Syarh al-Jamî al- Sagîr
fî Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, (Beirût : Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1994), cet. Ke-1, jil.1, h. 518-
519. al-Hakîm al-Tirmidzî, Nawadir al-Usûl, jil. 2, h. 270 39
Abû Hâjir Muhammad al-Sa‟îd bin Basyûni Zaglûl, Mausû‟ah Atrâf al-Hadîts al-
Nabawî al-Syarîf, (Beirût: Dâr al-Fikr, 1989), jil. 9, h. 184 40
Abû „Îsa, Sunan al-Tirmidzî, jil. 5, h. 340
47
c. Analisis Sanad
1. Abû Hurairah (Sudah)
2. Abû Hâzim
Nama lengkapnya adalah Salmân Abû Hâzim al-Asyja‟iyyu maulâ „Azzah
al-Asyjaiyyah. Beliau wafat pada masa Khilâfah „Umar bin Abd al-„Azîz. Guru-
gurunya dalam periwayatan hadis adalah Abû Hurairah, „Abdullâh bin „Umar bin
al-Khattâb, dan yang lainnya, murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah
Yazîd bin Kaisân, Mansûr al-Mu‟tamir, Maysarah al-„Asyja‟î, dan yang lainnya.
Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut „Abdullâh bin Ahmad bin
Hanbal dari bapaknya: tsiqah. Menurut Abû Bakar bin Abî Khaitsamah dan
„Abbâs al-Dauri dari Yahya bin Ma‟în: tsiqah. Menurut Abû „Ubaid al-Ajuriyyu
dari Abû Dâud: tsiqah.41
3. Yazîd bin Kaisân
Nama lengkapnya adalah Yazîd bin Kaisân al-Yasykuriyyu, Abû Ismâ‟îl
dan ada yang mengatakan Abû Munain al-Kûfi. Guru-gurunya dalam periwayatan
hadis adalah Salmân Abû Hâzim al-Asyja‟iy, Ma‟bad Abî al-Azhâr, dan yang
41
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 11, h. 259-260
48
lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah al-Walîd bin al-Qâsim
al-Hamdâniy, Yahya bin Sa‟îd al-Qattân, dan yang lainnya. Pendapat para ulama
kritikus hadis tentangnya: menurut Ishâq bin Mansûr dari Yahya bin Ma‟în:
tsiqah. Menurut al-Nasâ‟î: tsiqah.42
4. Al-Walîd bin Qâsim al-Hamdâni
Nama lengkapnya adalah al-Walîd bin al-Qâsim bin al-Walîd al-Hamdâni,
kemudian al-Khabdzâ‟iy al-Kûfi, Khabdza‟ adalah Ibn Mâlik bin Dzî Bariq suku
dari Hamdân. Beliau wafat pada tahun 203 H. Guru-gurunya dalam periwayatan
hadis adalah Yazîd bin Kaisân, Yûnus bin Abî Ishâq, dan yang lainnya. Murid-
muridnya dalam periwayatan hadis adalah Husain bin „Alî bin Yazîd al-Sudaiy,
Hamzah bin „Aun dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis
tentangnya: menurut Abû Ja‟far bin al-Junaidi al-Daqqâq dari Ahmad bin Hanbal:
tsiqah. Menurut Abû Bakar bin Abî Khaitsamah dari Yahya bin Ma‟în: Da‟îf al-
Hadîts.43
5. Al-Husain bin „Alî bin Yazîd al-Sudâiy
Nama lengkapnya adalah al-Husain bin „Alî bin Yazîd bin Sulaim Al-
Sudâiy al-Akfâni al-Bagdâdi. Beliau wafat pada bulan Ramadan pada tahun 246
H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah al-Walîd bin al-Qâsim bin al-
Walîd al-Hamdâni, Yahya bin Ma‟în, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah al-Tirmidzî, al-Nasâ‟î, dan yang lainnya. Pendapat para
42
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 32, h. 231-232 43
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 31, h. 67-68
49
ulama kritikus hadis tentangnya: menurut „Abd al-Rahmân bin Yûsuf Khirâsy:
„adl tsiqah.44
6. Al-Tirmidzî (sudah)
Tabel Para Periwayat
Nama Wafat Lafad Kualitas Ket
Abû Hurairah 57 H قال „Udûl Sahabat
Abû Hâzim عن Tsiqah
Yazîd bin Kaisân عن Tsiqah
Al-Walîd bin Qâsim al-
Hamdâni
203 H عن Da‟îf
Al-Husain bin „Alî bin
Yazîd al-Sudâiy
246 H أخبرنا Tsiqah
Al-Tirmidzî 279 H حدثنا Tsiqah Mukharrij
Ket: kualiatas hadis ini da‟îf (lemah) karena di dalamnya terdapat Al-Walîd bin
Qâsim al-Hamdâni yang kualitasnya Da‟îf. Hadis ini hanya dituturkan oleh Abû
Hurairah. Hasil penelitian penulis, hanya Al-Tirmidzî yang meriwayatkan hadis
ini.
4. Hadis keempat
a. Teks Hadis
Hadis yang diriwayatkan Abû Hurairah ini hanya termuat dalam kitab
Musnad karya Ahmad bin Hanbal.45
44
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 31, h. 454-456 45
J. Wensijk, al-Mu‟jam al-Mufahrâs li Alfâd al-Hadîts, (Leiden: Beril, 1936), juz. 1, h.
324
50
46
b. Skema Sanad
c. Analisis Sanad
1. Abû Hurairah (Sudah)
46
Ahmad bin Hanbal Abû Abdullâh al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal,
(Riyâd: Bait al-Afkâr, 1998), h. 690
51
2. Syutair bin Nahâr
Nama lengkapnya adalah Syutair bin Nahâr al-„Abdîy al-Basarîy. Guru-
gurunya dalam periwayatan hadis adalah Abû Hurairah, hadis husnu al-Zan min
al-„Ibâdah. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Muhammad bin
Wasî‟. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Yahya bin Ma‟în:
saya belum pernah dengar dari Syutair bin Nahâr kecuali hanya satu hadis.47
3. Muhammad bin Wasî‟
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Wasî‟ bin Jâbir bin al-Akhnâs
bin „Aid bin Kharijah bin Ziyâd bin Syams. Beliau wafat pada tahun 117 H. Guru-
gurunya dalam periwayatan hadis adalah Syutair bin Nahâr, Safwân bin Muhriz,
dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Sadaqah bin
Mûsa al-Daqîqi, „Abdullâh bin al-Mukhtâr, dan yang lainnya. Pendapat para
ulama kritikus hadis tentangnya: menurut al-„Ijlî: „âbid, tsiqah, rajulun sâlih.
Menurut Abû Hâtim: rajulun sâlih.48
4. Sadaqah bin Mûsa al-Sulamîy al-Daqîqi
Nama lengkapnya adalah Sadaqah bin Mûsa al-Daqîqiy, Abû al-Mugîrah
ada yang mengatakan Abû Muhamad al-Sulamiy al-Basariy. Guru-gurunya dalam
periwayatan hadis adalah Muhammad bin Wasî‟, Mâlik bin Dînâr, dan yang
lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Abû Dâud Sulaimân
bin Dâud al-Tayâlisi, Muslim bin Ibrâhîm, dan yang lainnya. Pendapat para ulama
kritikus hadis tentangnya: menurut Muslim bin Ibrâhîm: sadûq. Menurut
47
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 12, h. 378 48
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 26, h. 576-581
52
Muâwiyah bin Salih dari Yahya bin Ma‟în, Abû Dâud, al-Nasâ‟î, dan Abû Yasir
al-Daulabi: da‟îf.49
5. Sulaimân bin Dâud al-Tayâlisiy
Nama lengkapnya adalah Sulaimân bin Dâud al-Jârûd, Abû Dâud al-
Tayâlisi al-Basari al-Hâfid, menurut Yahya bin Ma‟în beliau adalah maulâ Ali al-
Zubair bin al-Awâm, ibunya bernama Fârisiyah dari maulâ Bani Nasr bin
Muâwiyyah. Beliau wafat di Basrah pada bulan Rabî‟ al-Awwal pada tahun 204
H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Sadaqah bin Mûsa al-Daqîqi,
„Abbâd bin Rasyîd, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis
adalah Ahmad bin Hanbal, Ishâq bin Mansûr, dan yang lainnya. Pendapat para
ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Ja‟far al-Firyâbi: tsiqah. Menurut
Ahmad bin „Abdullâh al-„Ijlî: tsiqah. Menurut al-Nasâ‟î: tsiqah min Asdâq al-
Nâsi. Menurut Muhammad bin Sa‟îd: tsiqah katsîr al-Hadîts.50
6. Ahmad bin Hanbal
Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal Ibn Hilâl
Ibn Asad al-Syaibaâni Abû Abdullâh al-Marwazi al-Bagdâdi. Beliau wafat pada
tahun 241 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Sulaimân bin Dâud
al-Tayâlisiy, Sufyân Ibn „Uyainah, Hajjâj, dan yang lainya. Murid-muridnya
dalam periwayatan hadis adalah al-Bukhâri, Muslim, Abû Dâud, dua putranya,
„Abdullâh dan Sâlih, dan yang lainnya.51
49
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 13, h. 149-155 50
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 11, h. 401-407 51
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 62. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 1, h. 442-
466
53
Tabel Para Periwayat
Abû Hurairah 57 H قال „Udûl Sahabat
Syutair bin Nahâr عن
Muhammad bin Wasî‟ 117 H عن Sâlih
Sadaqah bin Mûsa al-
Sulamîy al-Daqîqi
Da‟îf حدثنا
Sulaimân bin Dâud al-
Tayâlisiy
204 H حدثنا Tsiqah
Ahmad bin Hanbal 279 H حدثنا Tsiqah Mukharrij
Ket: kualiatas hadis ini da‟îf (lemah) karena di dalamnya terdapat Sadaqah bin
Mûsa al-Sulamîy al-Daqîqi yang kualitasnya Da‟îf. Metode yang digunakan
adalah الجرح مقدم على التعديل (penilaian negative didahulukan dari penilaian positif),
karena ulama yang menilai negatif termasuk ke dalam golongan yang متشدد (sangat
ketat atau sangat hati-hati) dalam menentukan kualitas pada periwayat hadis Hadis
ini hanya dituturkan oleh Abû Hurairah. Hasil penelitian penulis, hanya Ahmad
bin Hanbal yang meriwayatkan hadis ini.
5. Hadis kelima
a. Teks Hadis
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn „Abbâs ini hanya termuat dalam kitab
Sunan karya Ibn Mâjah.52
52
Wensijk, Mu‟jam al-Mufahrâs, juz. 4, h. 433
54
53
b. Skema Sanad
c. Analisis Sanad
1. Ibn „Abbâs
Nama lengkapnya adalah Abdullâh bin „Abd al-Mutallib bin Hâsyim al-
Quraisyi al-Hâsyimi. Lahir di Marwa al-Ruz dan wafat di Thaif pada tahun 68 H.
Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Nabi saw. murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah al-Hakam ibn Aban dan al-Nadr bin Anas. Seorang
sahabat yang tidak dipermasalahkan lagi kedabitan dan kejujurannya, beliau juga
53
Ibn Mâjah. Sunan Ibn Mâjah, jil. 2, h. 20
55
penghafal hadis dan al-Qur‟an. Itu berarti beliau dapat dipercaya dan masuk
dalam kategori tsiqah.54
2. Al-Hakam ibn Abân
Nama lengkapnya adalah al-Hakam bin Abân al-„Adani, Abû „Îsa,
ayahnya Ibrâhîm bin al-Hakam bin Abân. Beliau wafat pada tahun 154 H. Guru-
gurunya dalam periwayatan hadis adalah „Ikrimah maulâ Ibn „Abbâs, Wahâb bin
Munabbih, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah
Muhammad bin „Utsmân bin Safwân al-Jumâ‟î, Mustalim bin Sa‟îd, dan yang
lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Ishâq bin
Mansûr dari Yahya bin Ma‟în: tsiqah. Menurut al-Nasâ‟î: tsiqah. Menurut Ahmad
bin „Abdullâh al-„Ijlî: tsiqah Sâhibu Sunnah.55
3. Muhammad bin „Utsmân al-Jumâ‟î
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin „Utsmân bin Safwân bin Safwân
bin Umayah bin Khâliq al-Qurasyi al-Jumâ‟î al-Makkî. Guru-gurunya dalam
periwayatan hadis adalah al-Hakam bin Abân al-„Adani, Hisyâm bin „Urwah.
Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Ya‟qûb bin Humaid bin Kâsib,
Muhammad bin Yazîd al-Adami, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus
hadis tentangnya: menurut Abû Hâtim: Munkar al-Hadîts, Da‟îf al-Hadîts.56
4. Ya‟qûb bin Humaid bin Kâsib
Nama lengkapnya adalah Ya‟qûb bin Humaid bin Kâsib al-Madâni. Beliau
wafat pada tahun 140 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah
Muhammad bin „Utsmân bin Safwân al-Jumâ‟î, Mu‟tamir bin Sulaimân, dan yang
54 Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 4, h. 356
55 Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 7, h. 86-88
56 Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 26, h. 84-85
56
lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Ibn Mâjah, Ibrâhim bin
Sa‟îd bin Mi‟dan al-Bazzâz al-Hamdâni, dan yang lainnya. Pendapat para ulama
kritikus hadis tentangnya: menurut „Abbâs al-Dûri dari Yahya bin Ma‟în: Laisa
bitsiqah. Menurut Abû Hâtim: Da‟îf al-Hadîts. Menurut al-Nasâ‟î: Laisa
bitsiqah.57
5. Ibn Mâjah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yazîd al-Raba‟î, maulâ Abû
„Abdullâh bin Mâjah al-Qazwainî al-Hâfiz penulis kitab al-Sunan. Ibn Mâjah
adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qazwain. Beliau dilahirkan di
Qazwain pada tahun 207 H., dan wafat pada hari selasa bulan Ramadan, tahun
273 H. Beliau belajar hadis di Khurasan, Irak, Hijaj, Mesir, Syam, dan yang
lainnya.58
Tabel Para Periwayat
Ibn „Abbâs 57 H عن „Udûl Sahabat
Al-Hakam ibn Abân 154 H عن Sâlih
Muhammad bin
„Utsmân al-Jumâ‟î
-Munkar al حدثنا
Hadîts
Ya‟qûb bin Humaid bin
Kâsib
140 H حدثنا Da‟îf
Ibn Mâjah 303 H حدثنا Tsiqah Mukharrij
Ket: kualiatas hadis ini da‟îf (lemah) karena di dalamnya terdapat Muhammad
bin „Utsmân al-Jumâ‟î yang kualitasnya Munkar al-Hadîts, dan Ya‟qûb bin
57
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 32, h. 318-323 58
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 7, h. 498-499. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 27,
h. 40-41
57
Humaid bin Kâsib yang Da‟îf . Hadis ini hanya dituturkan oleh Ibn „Abbâs. Hasil
penelitian penulis, hanya Ibn Mâjah yang meriwayatkan hadis ini.
6. Hadis keenam
a. Teks Hadis
Hadis yang diriwayatkan oleh Abû Sa‟îd ini hanya termuat dalam kitab
Musnad karya Ahmad bin Hanbal.59
60
b. Skema Sanad
59
Wensijk, Mu‟jam al-Mufahrâs, juz. 1, h. 324 60
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, h. 826
58
c. Analisis Sanad
1. Abû Sa‟îd al-Khudrî
Nama lengkapnya adalah Mâlik bin Sinân bin „Ubaid. Beliau wafat pada
tahun 73 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah al-Khulafâ al-
Râsyidûn, Abdullâh bin „Abbâs, Abû Hurairah, Zaid bin Tsâbit, dan yang lainnya.
Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Tariq bin Syihâb, Rajâ bin
Rabî‟ah, Abû „Îsa, dan yang lainnya. Para ulama kritikus hadis sepakat bahwa ia
merupakan salah satu sahabat Rasulullah saw. yang adil dan tsiqah.61
2. Abî al-Haitsam
Nama lengkapnya adalah Sulaimân bin „Amr bin „Abd, ada yang
mengatakan Ibn „Ubaid al-Laitsi al-“Utwari Abû al-Haitsam Sâhib Abû Sa‟îd al-
Khudrî. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Abû Sa‟îd al-Khudrî, dan
Abû Hurairah. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Durrâj Abû al-
Samhi, Ka‟ab bin „Alqamah, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus
hadis tentangnya: menurut Abû Bakar bin Abî Khaitsamah dari Yahya bin Ma‟în:
tsiqah.62
61
Ahmad ibn „Alî ibn Hajar al-Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirût : Dâr al-Fikr, 1995),
juz. 3, h. 289-291. Abû Abdullâh Yûsuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟i al-Rijâl, (Beirût:
Dâr al-Fikr, 1992), jil. 7, h. 103-106 62
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 12, h. 50-51
59
3. Durrâj
Nama lengkapnya adalah Durrâj bin Sam‟an, ada yang mengatakan
namanya adalah „Abd al-Rahmân dan Durrâj adalah laqab, Abû al-Samhi al-
Qurasyi al-Sahmi al-Misri maulâ „Abdullâh „Amr bin al-„Âs. Beliau wafat pada
tahun 126 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Abî al-Haitsam
Sulaimân bin „Amr al-„Utwari, „Îsâ bin Hilâl al-Sudafi, dan yang lainnya. Murid-
muridnya dalam periwayatan hadis adalah „Abdullâh bin Lahî‟ah, „Amr bin al-
Hârits, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut
„Abdullâh bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya: hadîtsuhu munkar. Menurut al-
Nâsa‟î: laisa bil Qawi, ditempat lain beliau mengatakan: munkar al-Hadîts.
Menurut Abâ Hatim: fî Hadîtsihi da‟îf. Menurut al-Dâruqutni: da‟îf, ditempat lain
beliau mengatakan: matrûk.63
4. Abî Lahî‟ah
Nama lengkapnya adalah „Abdullâh bin Lahî‟ah bin „Uqbah bin Fur‟an bin
Rabî‟ah bin Tsaubân al-Hadrami al-U‟duli. Beliau lahir tahun 97 H, dan wafat
pada tahun 175 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Durrâj Abi al-
Samhi, Zubair bin Sulaim, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan
hadis adalah al-Hasan bin Mûsa al-Asyyâb, Sa‟îd bin Abî Maryam, dan yang
lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Yahya bin
Ma‟în: laisa bisyaiin.64
63
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 8, h. 477-480 64
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 15, h. 487-490
60
5. Hasan
Nama lengkapnya adalah al-Hasan bin Mûsa al-Asyyâb Abû „Alî al-
Bagdadi. Beliau wafat pada tahun 210 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis
adalah „Abdullâh bin Lahî‟ah, Laits bin Sa‟d, dan yang lainnya. Murid-muridnya
dalam periwayatan hadis adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Ahmad bin
Mansûr al-Ramadi, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis
tentangnya: menurut Utsmân bin Sa‟îd al-Dârimi dari Yahya bin Ma‟în: tsiqah.
Menurut Abû Hâtim, Sâlih bin Muhammad, dan „Abd al-Rahmân bin Yûsuf bin
Khirâsy: Sadûq.65
6. Ahmad bin Hanbal
Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal Ibn Hilâl
Ibn Asad al-Syaibaâni Abû Abdullâh al-Marwazi al-Bagdâdi. Beliau wafat pada
tahun 241 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Sulaimân bin Dâud
al-Tayâlisiy, Sufyân Ibn „Uyainah, Hajjâj, dan yang lainya. Murid-muridnya
dalam periwayatan hadis adalah al-Bukhâri, Muslim, Abû Dâud, dua putranya,
„Abdullâh dan Sâlih, dan yang lainnya.66
Tabel Para Periwayat
Abû Sa‟îd al-Khudrî 73 H عن „Udûl Sahabat
Abî al-Haitsam حدثنا tsiqah
Durrâj 126 H حدثنا Munkar al-Hadîts
Abî Lahî‟ah 175 H حدثنا laisa bisyaiin
65
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 6, h. 328-333 66
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 62. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 1, h. 442-
466
61
Hasan 210 H حدثنا Sadûq
Ahmad bin Hanbal 241 H حدثنا Tsiqah Mukharrij
Ket: kualiatas hadis ini da‟îf (lemah) karena di dalamnya terdapat Durrâj yang
kualitasnya Munkar al-Hadîts. Hadis ini hanya dituturkan oleh Abû Sa‟îd al-
Khudrî. Hasil penelitian penulis, hanya Ahmad bin Hanbal yang meriwayatkan
hadis ini.
7. Hadis ketujuh
a. Teks Hadis
Hadis yang diriwayatkan oleh Abû Hurairah ini hanya termuat dalam kitab
Sahih karya al-Bukhâri.67
68
b. Skema Sanad
67
Wensijk, Mu‟jam al-Mufahrâs, juz. 1, h. 8. Basyûni Zaglûl, Mausû‟ah Atrâf, jil. 6, h.
422 68
Abû „Abdullâh bin Abî al-Hasan al-Bukhâri, Sahih al-Bukhâri, (Riyâdh: Bait al-Afkâr,
1998), h. 1388
62
c. Analisis Sanad
1. Abû Hurairah (Sudah)
2. „Atâ‟ bin Yasar
Namanya adalah „Atâ‟ bin Yasar al-Hilâli, Abû Muhammad al-Madâni al-
Qas maulâ Maimûnah isteri Nabi saw., beliau adalah saudara Sulaimân bin Yasar,
„Abdullâh bin Yasar, dan „Abd al-Mâlik bin Yasar. Beliau wafat di Iskandariyah
pada tahun 103 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Abû Hurairah,
Abû Dzar, „Âisyah ummul Mu‟minin, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah Hilâl bin „Alî, Abû Salamah bin „Abd al-Rahmân bin
„Auf, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut
Ishâq bin Mansûr dari Yahya bin Ma‟în, Abû Zur‟ah, dan al-Nasâ‟î: tsiqah.
Menurut Muhammad bin Sa‟ad: tsiqah.69
3. Hilâl bin „Alî
Nama lengkapnya adalah Hilâl bin „Alî bin Usâmah, ada yang mengatakan
Hilâl bin Abî Maimûnah, Hilâl bin Abî Hilâl al-Qurasyi al-„Amiri al-Madini
69
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 5, h. 582-583. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 20,
h. 125-127
63
maulâ Banî „Amir bin Luai. Beliau wafat pada akhir khilâfah Hisyâm bin „Abd al-
Mâlik. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah „Atâ‟ bin Yasar, Abî
Maimûnah al-Madâni, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam peiwayatan hadis
adalah Fulaih bin Sulaimân, Mâlik bin Anas, dan yang lainnya. Pendapat para
ulama kritikus hadis tentangnya: menurut Abû Hatim: syaikhun yuktabu
hadîtsuhu. Menurut al-Nasâ‟î: laisa bihi ba‟sun.70
4. Fulaih
Nama lengkapnya adalah Fulaih bin Sulaimân bin Abî al-Mugîrah dan
namanya Râfi‟, ada yang mengatakan Nâfi‟ bin Hunain al-Khuzâ‟î, dan ada juga
yang mengatakan al-Aslamiy Abû Yahya al-Madâni maulâ Ali Zaid bin al-
Khattâb. Beliau wafat pada tahun 168 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis
adalah Hilâl bin Abî Maimûnah, Yahya bin Sa‟îd al-Ansâri, dan yang lainnya.
Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah Muhammad bin Sinan al-
„Awaqi, anaknya Muhammad bin Fulaih bin Sulaimân, dan yang lainnya.
Pendapat para ulama kritikus hadis tentangnya: menurut „Utsmân bin Sa‟îd al-
Dârimi dari yahya bin Ma‟în: da‟îf. Menurut „Abbâs al-Dauri dari Yahya bin
Ma‟în: laisa biqawiyi wa lâ Yahtaju bihadîtsihi. Menurut Abû Hâtim: laisa
biqawiyi. Menurut al-Nasâ‟î: da‟îf.71
5. Muhammad ibn Sinân
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Sinân al-Bahili, Abû Bakar al-
Basari yang terkenal dengan al-„Awaqi. Beliau wafat pada tahun 223 H. Guru-
gurunya dalam periwayatan hadis adalah Fulaih bin Sulaimân, Mansûr bin Abi al-
Aswad, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam periwayatan hadis adalah al-
70
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 30, h. 343-345 71
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 23, h. 317-321
64
Bukhâri, Abû Dâud, dan yang lainnya. Pendapat para ulama kritikus hadis
tentangnya: menurut Ibrâhîm bin „Abdullâh bin al-Junaidi dari Yahya bin Ma‟în:
tsiqah. Menurut Abû Hâtim: Sadûq.72
6. Al-Bukhâri
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ismâ‟îl bin Ibrâhîm bin al-
Mugîrah bin Badzdizbah, dikatakan: Bardizbah, dan dikatakan maulâ-nya Ibn al-
Ahnâf al-Ju‟fî, Abû „Abdullâh bin Abî al-Hasan al-Bukhâri al-Hâfiz, yang
mempunyai kitab sahih. Beliau lahir hari jum‟at setelah salat jum‟at, tanggal 13
Syawal 194 H., dan wafat malam sabtu ketika salat isya malam fitri, dan
dikebumikan pada harin sabtub (hari fitri) setelah salat duhur bulan Syawal, tahun
256 H. Guru-gurunya dalam periwayatan hadis adalah Ahmad bin Yûnus, Ishaq
bin Rahwaih, Ismâ‟îl bin Abî Awais, dan yang lainnya. Murid-muridnya dalam
periwayatan hadis adalah al-Turmudzi, Abû Bakar „Abdullâh bin Abî Dâud,
„Ubaidillâh bin Wasil al-Bukhâri, dan yang lainnya.73
Tabel Para Periwayat
Abû Hurairah 57 H قال „Udûl Sahabat
„Atâ‟ bin Yasar 103 H عن Tsiqah
Hilâl bin „Alî 117 H حدثنا laisa bihi ba‟sun
Fulaih 168 H حدثنا Da‟îf
Muhammad ibn Sinân 223 H حدثنا Sadûq
Al-Bukhâri 279 H حدثنا Tsiqah Mukharrij
72
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 25, h. 320-322 73
Ibn Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 7, h. 41-42. Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, jil. 24, h.
430-436
65
Ket: kualiatas hadis ini da‟îf (lemah) karena di dalamnya terdapat Fulaih yang
kualitasnya Da‟îf. Hadis ini hanya dituturkan oleh Abû Hurairah. Hasil penelitian
penulis, hanya Al-Bukhâri yang meriwayatkan hadis ini.
66
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan terdahulu, maka penulis dapat
menarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang diajukan, yakni sebagai
berikut:
1. Dari ketujuh hadis yang diteliti tersebut hanya terdapat satu hadis yang
mencapai kualitas sahih, yaitu hadis pertama yang diriwayatkan oleh Abû
Sa’îd al-Khudrî yang terdapat dalam kitab Sahîh Muslim, kitab sunan Abû
Dâud, kitab sunan Ibn Mâjah, kitab sunan al-Nasâ’î, kitab sunan al-Tirmidzî,
dan kitab musnad Ahmad ibn Hanbal. Hadis-hadis lainnya merupakan hadis
da’if dikarenakan dalam setiap jalur sanadnya terdapat satu perawi yang da’if.
Di samping itu, hadis-hadis tersebut termasuk dalam kategori hadis ahad dan
tidak memiliki muttabi’ (hadis yang mendukung).
2. Dengan demikian mayoritas hadis-hadis yang digunakan oleh Jama’ah
Tabligh berkualitas da’if. Tetapi dikarenakan hadis-hadis ini digunakan
sebagai fadha’il al-a’mal untuk tujuan memotivasi jama’ahnya dalam
mengamalkan sunnah Nabi Muhammad saw dalam kehidupan sehari-hari
maka penggunaannya diperbolehkan. Dengan catatan hadis-hadis da’if
tersebut tidak dapat dijadikan sebagai hujjah agama.
67
B. Saran-saran
1. Studi tentang hadis-hadis yang dipergunakan oleh suatu golongan dalam
Islam, merupakan objek kajian yang perlu ditingkatkan.
2. Minimnya literatur hadis di perpustakaan seringkali membuat sulit kajian
hadis yang memerlukan banyak referensi. Hal tersebut penulis alami dalam
penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis berharap agar pihak Universitas
memperbanyak literatur hadis.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Yunasril. Membersihkan Tasawwuf dari syirik, Bid’ah dan Khurafat. Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992.
al-Asqalânî, Ahmad ibn ‘Alî ibn Hajar. Tahdzîb al-Tahdzîb. Beirût : Dâr al-Fikr,
1995.
al-Bukhâri, Abû ‘Abdullâh bin Abî al-Hasan. Sahih al-Bukhâri. Riyâdh: Bait al-
Afkâr, 1998.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab
Suci Al-Qur’an Dep. Agama RI, 1406 H/1985 M, 86
al-Dzahâbi, Abû Abdullâh Muhammad bin Ahmad bin Ustmân. Mîzan al-‘Itidâl fî
Naqd al-Rijâl, Beirût: Dâr al-Fikr.
Elahi, Maulana Ashiq. Enam Prinsip Tabligh. Dikeluarkan H.M. Yaqub Anshari
Malaysia Dewan Pakistan, 1995.
Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta : Ikhtiar Baru Van Heeve, 2000.
al-Hakîm, Muhammad ibn ‘Alî ibn al-Hasan Abû Abdullâh. Nawadir al-Usûl fû
Ahâdîts al-Rasûl. Beirût : Dâr al-Ilmi, 1992.
al-Hindi, Alâ al-Dîn al-Muttaqi ibn Hasan al-Dîn. Kanz al-Ummâl fi Sinîn al-
Aqwâl wa al-Af’âl. Beirût: Muassasah al-Risâlah, 1989.
ibn Mâjah, Abû ‘Abdullâh Muhammad ibn Yazîd. Sunan Ibn Mâjah. Beirût: Dâr
al-Fikr, 1995.
ibn Surah, Abû ‘Îsâ Muhammad. Sunan al-Tirmidzî. Beirût : Dâr al-Fikr, 1994.
Ilyas, Sayyid Abu al-Hasan al-Nadwi Maulana Muhammad. Riwayat Hidup dan
Usaha Dakwah. Cet. III Yogyakarta : al-Syaff. 2005.
al-‘Irâqi,Zain al-Dîn Abû al-Fadlu ‘Abd al-Rahîm ibn al-Husain. al-Mugnî ‘an
Hamli al-Asfâr fi al-Asfâr: fî Takhrîji mâ fî al-Ihyâ min al-Akhbâr. Beirût:
Dâr al-Ihyâ al-Turas al-‘Arabi tth.
Jabir, Husen Bin Muhsin Ali. Membentuk Jama’atul Muslimin, terj. Abu Fahmi.
Jakarta: Gip, 1991.
69
J. Wensijk, al-Mu’jam al-Mufahrâs li Alfâd al-Hadîts. Leiden: Beril, 1936.
Kumpulan Diklat Jamaah Tabligh. tanpa Tahun dan Tempat.
Landa, H. Nehru H. Dewan Suro AM Indonesia. Wawancara Pribadi, Jakarta 25
September 2010.
al-Manawi, Muhammad Abd al-Ra’ûf. Fayd al-Qadîr : Syarh al-Jamî al- Sagîr fî
Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, Beirût : Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1994.
al-Mizzi, Abû Abdullâh Yûsuf. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’i al-Rijâl, Beirût: Dâr
al-Fikr, 1992.
Muchtar, Kamal. dkk, Ushul Figh. Yogyakarta : PT. Dana Bakti Wakaf, : 1995
An Nadwi, Syekh Abul Hasan Ali. Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana
Muhammad Ilyas. Kuala Lumpur : Darul Nu’man, 1991.
al-Naisâbûri, Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairi. Sahîh Muslim,
Beirût : Dâr al-Fikr, 1994.
al-Nasâ’î, Abû ‘Abd al-Rahmân ibn Syu’aib. Sunan al-Nasâ’î. Beirût: Dâr al-Fikr,
1994.
al-Râzi, Abû Muhammad ‘Abd al-Rahmân ibn Abû Hâtim. al-Jarh wa al-Ta’dîl.
Beirût: Dâr al-Fikr, tth.
Ash Shiddieqy, H. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Qur’an/Tafsir. Jakarta :
Penerbit PT Bulan Bintang 1954.
Soetari, Endang. Ilmu Hadis : Kajian Riwayah dan Dirosah. Bandung : Mimbar
Pustaka, 2005.
Sou’yb, Josef. Aliran Kebatinan (Mistik) dan Permasalahannya. Medan : Penerbit
Rimbow, 1988.
al-Suyûti, Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahmân. al-Jam’u al-Sagîr fî Ahadîtsi al-Basyîr
al-Nadzîr. Beirût: Dâr al-Fikr, 1988. …….Tafsîr al-Durr al-Mantsûr fî Tafsîr al-Ma’tsûr. Beirût : Dâr al-Fikr, 1993.
al-Syaibâni, Ahmad bin Hanbal Abû Abdullâh. Musnad al-Imâm Ahmad bin
Hanbal. Riyâd: Bait al-Afkâr, 1998.
70
Tempo, Beragam Jalan Menuju Dunia. 05 Th XII, April, 1993.
Ust Cecep, Amir AM untuk Indonesia. Wawancara pribadi, Jakarta 20 Juli 2010.
Zaglûl, Abû Hâjir Muhammad al-Sa’îd bin Basyûni. Mausû’ah Atrâf al-Hadîts al-
Nabawî al-Syarîf. Beirût: Dâr al-Fikr, 1989.
Zulfakar, Amir Am Indonesia. Wawancara Pribadi, Jakarta : 13 Mei 2010
Daftar Pertayaan
1. Sudah berapa lama dan sejak kapan Bapak aktif dalam usaha ini?
2. Apakah Bapak mengetahui sejarah dihidupkannya kembali usaha ini dan
siapa tokoh-tokohnya?
3. Kapan dan bagaimana sejarah singkat sampainya usaha ini di Indonesia?
4. Apa inti dari usaha ini, tujuan dan target yang ingin di capai baik terhadap
individu dan masyarakat?
5. Apakah usaha ini lebih condong kepada masalah keilmuan atau keimanan?
6. Apakah keimanan pengenalan dan rasa cinta kepada Allah lebih dirasakan
setelah mengikuti usaha ini dari pada sebelumnya?
7. Apakah bapak mengenal penyakit hati?
8. Apakah Bapak merasakan keadaan hati yang lebih baik dari sebelum
melakukan usaha ini?
9. Kegiatan apa dalam usaha ini yang mempunyai dampak mengurangi
penyakit hati, mohon sebutkan beberapa ini?
10. Bagaimana rasa cinta kepada Rasulullah dan para sahabat?
11. Pada saat apa Bapak merasakan lebih dekat kepada Allah dalam usaha ini?
12. Pernahkah bapak mengalami sendiri hal-hal diluar rasio ketika mengikuti
usaha ini?
13. Kegiatan apa yg dilakukan ketika mengikuti usaha ini?
HASIL WAWANCARA DENGAN
UST. CECEP PIRDAUS
Aktif mengikuti Jama’ah Tabligh sejak tahun 1974
Sejarah di hidupkan kembali usaha Jama’ah Tabligh sejak tahun 1920-an untuk
Negara India
Jama’ah Tabligh sampai di Indonesia pada tahun 1952 waktu itu jama’ah dari luar
negeri mengadakan jiarah khususi kepada Bapak Muh. Hatta, Bapak M. Natsir dan
Bapak Muh. Roem. Kemudian datang kemasjid Kebun Jeruk pada tahun 1974 dan
mentasykil tiga orang yaitu :
1. Bapak Rois Hamis
2. Bapak Abd. Syukur
3. Bapak Abd. Rojak Haidir
Ketemu Jama’ah untuk pertama kali pada tahun 1968 di rumah bapak H. Zaristan
Khan Jama’ah datang dari India
Pada tahun 1974 masuk ke masjid Kebun Jeruk dan menyebar keseluruh Indonesia.
Melalui Jama’ah Luar Negeri dan Jama’ah dalam Negeri yang sudah di tasykil
Target yang dicapai bagaimana masyarakat muslim mengamalkan Islam secara kaffah
di seluruh dunia
Usaha Jama’ah Tabligh pertama pada masalah keimanan kemudian menjelaskan
kepada para jama’ah mengenai akhlaq dan syari’ah
Diantara Ibadah untuk meningkatkan keimanan yaitu berjuang khuruj fisabilillah
kemudian betul-betul niat untuk memperbaiki diri.
Rasa keimanan dan pengenalan rasa cinta kepada Allah lebih dirasakan setelah kita
memperbaiki diri dan korban untuk mengikuti usaha Jama’ah Tabligh
Iman kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun, namun iman bertambah pada
waktu kita shalat, dzikir dan baca qur’an
Jenis-jenis penyakit hati diantaranya :
a. Lemah Iman
b. Cinta dunia dan mungkarat
c. Jahil
d. Lalai (ghoflah) lupa kepada Allah
e. Riya
f. Tidak bersusah payah untuk mengamalkan agama
Usaha jama’ah tabligh dapat mengurangi penyakit hati, yakin yang benar yakin
kepada Allah dan yakin yang salah yakin kepada makhluk
Kegiatan yang dapat mengurangi penyakit hati :
a. Dakwah
b. Ta’lim wa Ta’lum
c. Dzikir Ibadat
d. Khidmat
Tertanda
Cecep firdaus
Hasil Wawancara Dengan
Ust. H. Nehru H Landa
Amalan Jama’ah Tabligh lebih condong pada masalah keimanan sebgaimana kata
sahabat Abdullah bin Umar :
“kami belajar iman kemudian kami belajar al-Qur’an”.
Rasa cinta kepada Allah sangat terasa ketika kita keluar dijalan Allah.
Ada beberapa yang dilupakan tentang tugas Rasul yaitu, fikir atau risau Rasulullah
SAW. Bertambah rasa cinta kepada rasulullah dan para sahabat ketika kita selalu
berusaha mengerjakan amalan-amalan rasul.
Rasa dekat kepada Allah yaitu pada saat :
1. Waktu Khuruj fisabilillah
2. Waktu bangun malam
6 jenis penyakit hati :
a. Syirik
b. Fahsa dan mungkar
c. Jahil
d. Sombong
e. Riya
f. Cinta dunia dan takut mati
Cara mengobatinya sesuai yang diajarkan rasul :
a. Menegakkan kaklimat Tauhid
b. Shalat
c. Belajar Ilmu serta selalu berdzikir
d. Memuliakan kaum muslimin
e. Ikhlasun Niyat
f. Usaha mendakwakan agama.
Penilaiannya Allah tentang hati manusia
Yang dialami diluar rasio pada saat keluar dijalan Allah yaitu ketika Khuruj, keluarga
di rumah, Alhamdulillah mendapat petunjuk dari Allah dengan mengerjakan perintah
Allah dan menjauhkan larangannya.
Tertanda
Ust. H. Nehru H Landa
(Markaz Makasar, 15 juni 2010)