Download - Teknologi Biofuel,Cpo
BAB I
PENDAHULUAN
Pemenuhan sumber energi dalam bentuk cair terutama solar pada sektor
transportasi merupakan sektor paling kritis dan perlu mendapat perhatian khusus.
Dengan meningkatnya konsumsi solar dalam negeri, berarti impor dari luar negeri
adalah hal yang tidak bisa ditunda lagi, jika tidak maka kekurangan pasukan tidak
dapat dihindari, pada saat ini kurang lebih 25% kebutuhan solar dalam negeri telah
menjadi bagian yang di Impor yang artinya adalah pengurasan devisa negara. Oleh
karena itu sudah saatnya dipikirkan untuk dapat disubtitusi dengan bahan bakar
alternatif lainnya terutama bahan bakar yang berkesinambungan terus pengadaannya
(renewable) dalam upaya meningkatkan security of supply dan mengurangi kuantitas
impor bahan baku tersebut.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari bahan mentah terbaharukan
(renewable) selain bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel tersusun dari
berbagai macam ester asam lemak yang dapat diproduksi dari minyak-minyak
tumbuhan seperti minyak sawit (palm oil), minyak kelapa, minyak jarak pagar,
minyak biji kapok randu, dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan Indonesia
yang potensial untuk dijadikan sumber energi bentuk cair ini.
Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan
segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan
solar biasa sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada
hampir tanpa modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali
tidak beracun dibanding minyak solar biasa, memiliki angka setana yang lebih baik
dari minyak solar biasa, asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur
serta senyawa aromatic sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan ramah
lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer sehingga
lebih jauh lagi mengurangi efek pemanasan global atau banyak disebut dengan zero
CO2 emission.
Oleh karena itu, pengembangan biodiesel di Indonesia dan dunia menjadi
sangat penting seiring dengan semakin menurunnya cadangan bahan bakar diesel
berbasis minyak bumi, isu pemanasan global, serta isu tentang polusi lingkungan.
Pengembangan biodiesel didunia sudah dilakukan sejak tahun 1980-an sehingga pada
saat ini beberapa bagian dunia telah dilakukan komersialisasi bahan bakar ramah
lingkungan ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kelapa Sawit
Asal mula tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jack) secara pasti belum
bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari tempat, yaitu
Amerika Selatan clan Afiika (Guenia). Spesies Elaeis melanocca atau Elaells
oleivera diduga berasal dari Amerika selatan clan spesies £laeis gllinensis bersal dari
Afiika (Guenia). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah
antara lain tanah podsolik, alluvial dan tanah gambut. Namun tanah yang cocok
adalah tanah padsolik kuning.
Gambar 2.1: Kelapa Sawit
Klasifikasi Kelapa Sawit
Divisi : spennatophyta
Subdivisi : Angiospennae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : – Elaeis Guineensis
– Elaeis Odora (tidak ditanam di indonesia)
– Elaeis Melanococca (Elaeis oleivera)
Varietas : – Elaeis guineensis dura
– Elaeis guineensis tenera
– Elaeis guineensis pisifera
Sampai saat ini, kedua spesies diatas sudah menyebar ke seluruh negara
beriklim tropis, termasuk Indonesia. Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia
merupakan orang pertama yang memasukkan tanaman ini ke Indonesia pada tahun
1911 sekaligus mendirikan perkebunan kelapa sawit di Asahan (Sumatera timur) dan
Sungai Liput (Aceh Timur). Perkebunan ini sekarang benama PT. Socfindo. Setelah
terbukti perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi,
banyak perusahaan aging berbondong – bondong berinvestasi di bidang perkebunan
ini. Para investor tersebut di antaranya RCMA (Inggris), Urn Royal (Amerika
Serikat), SIPEF (Belgia), clan Lonsum (InggFis). Kelapa sawit merupakan tanaman
komoditas perkebunan yang cukup renting di Indonesia dan masih memiliki prospek
pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit baik berupa baik mentah
maupun hasil olahannya menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas
terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Kelapa sawit adalah tanaman penghasil
minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki
berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman
lain. Keungulan tersebut di antaranya memiliki kadar kolestrol rendah bahkan tanpa
kolestrol.
Diperkirakan pada tahun 2007 atau sebelum tahun 2015 Indonesia akan
menjadi negara Net-Importir bahan baku minyak mentah.
Saat ini Indonesia mengimpor hampir 5-6 Milyar liter bahan bakar diesel,
yang merupakan hampir 50% kebutuhan solar dalam negeri sehingga alternatif
substitusi dengan bahan baku di Indonesia sangat layak dilakukan. Subtitusi dalam
sedikit bagian saja (1-3%) biodiesel dalam solar akan menghemat devisa yang cukup
berarti.
Disisi lain, Indonesia termasuk pengekspor Crude Palm Oil (CPO) nomer dua
terbesar di dunia setelah Malaysia, dan terus bertambah setiap tahunnya, dan
diperkirakan pada tahun 2012 akan menjadi ekportir Crude Palm Oil (CPO) terbesar
di dunia. Oleh karena itu CPO merupakan bahan baku biodiesel yang paling potensial
pada saat ini.
Secara alami kelapa sawit hanya dapat tumbuh didaerah tropis , Tanaman ini
dapat tumbuh ditempat berawa disepanjang bantaran sungai dan ditempat yang
basah. Sinar matahari harus langsung mengenai daun kelapa sawit , lama penyinaran
matahari rata-rata 5-7 jam perhari. Angin tidak mempengaruhi pertumbuhan karena
bentuk daun yang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dirusak angin . Benih
kelapa sawit mengalami dormansi ( keadaan sementara Tanaman ) yang cukup
panjang, Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi untuk memutuskan
masa dormansi agar bibit dapat berkecambah.
Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaban 60-80% dengan
temperatur 35 oC, curah hujan tahunan antara 1.500-4.000 mm, optimal 2.000–3. 000
mm/tahun.
Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak
lempung , beaerasi baik dan subur. Tanah harus berdrainase baik permukaan air tanah
cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu.Tanah latosol, ultisol dan aluvial
yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan
perkebunan kelapa sawit, tanah memiliki derajad keasaman ( pH ) antara 4-6.
Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1-400
m, topografi datar dan berombak sampai bergelombang, kelerengan ideal berkisar
antara 0-25 %.
Keasaman tanah (pH) menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-
unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH antara 4 hinga 6,5
sedangkan pH optimum berkisar antara 5 hingga 5,5 (Suyatno,1994)
Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa
sawit. Potensi produksi per hektar mencapai 6 ton per tahun, jika dibandingkan
dengan tanaman penghasil minyak lai (1,5 ton per tahun), tingkat produksi ini
termasuk tinggi. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa
sawait berupa minyak mentah CPO (Crude Palm Oil)yang berwama kuning dan
minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil) yang tidak berwama (jemih). CPO atau
PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan
margarin), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar altematif (minyak
diesel).
Gambar 2.2: Crude Palm Oil
Mutu minyak sawit yang dihasilkan pabrik dipengaruhi bahan baku. Bahan
baku dipengaruhi oleh tingkat kematangan clan perlakuan pasca panen. Pembahan
mutu minyak dalam tandan buah sejak panen hinga awal pengolahan sangat besar
dibandingkan selama pengaolahan (Naibaho,I998)
Syarat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit untuk pengolahan CPO adalah
buah matang penuh, tidak boleh mentah,dan tangkai buah harus dibuang. Syarat lain
yaitu harus memenuhi kriteria matang panen. Kriteria meliputi fraksi 0 sampai fraksi
5. Kriteria ini dilihat dari tingkat kematangan buah, warna buah dan persentase buah
yang lepas dari tandan (Tim Penulis PS,1998).
Kriteria buah matang panen selengkapnya dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2.1. Kriteria Buah Matang(Fraksi TBS)
No Keterangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan
1 Mentah 00 Tidak ada, buah berwarana hitamSangat
mentah
0 1-12,5% Buah luar membrondol Mentah
2 Matang 1 12,5-25% buah luar membrondolKurang
matang
2 25-50% buah luar membrondol Matang I
3 50-75% buah luarmembrondol Matang II
3 Lewat 4 75-100% buah luar membrondolLewat
Matang
Matang 5 Buah dalam juga membrondolLewat
Matang
Ada buah yang busuk
Sumber: perkebunan kelapa sawit Betung
TBS yang baik untuk diolah menjadi CPO adalah buah pada Fraksi 1 sampai
3. Biasanya TBS yang diolah m,eliputi 85 % fraksi 1 – 3 dan 15 % dari fraksi 4 dan 5.
Bahan baku yang masuk ke PKS diseleksi terlebih dahulu sebelum diolah, bahan
baku yang belum sempat diolah diproses dan disimpan terlebih dahulu di stasiun
bongkar muat (Loading ramp).
Menurut lubis (1984) minyak sawit terdiri dari dua jenis yaitu hasil extraksi
daging buah (mesokap) dan minyak inti sawit dari inti buah kelapa sawit. Hasil
extrasi daging buah di kenaI dengan minyak sawit kasar (CPO) yang dapat di olah
lebih lanjut menjadi minyak goreng.
CPO adalah minyak sawit yang berwarna kuning jingga kemerah-merahan
yang di peroleh dari pengepresan daging kelapa sawit serta mengandung pro vitamin
A (betakaroten) 60 hingga 100.ppm. Minyak inti sawit adalah minyak yang tidak
mengandung kotoran serta berbentuk padat pada suhu kamar dan titik lebur sangat
tinggi ( Lubis, 1987 ).
Selain menghasilkan minyak, hasil sampingan. dari proses pengolahan
minyak sawit adalah pupuk kalium yang berasal dari ampas tandan buah, ampas inti
sawit ( Bungkil ) dapat di gunakan sebagai makanan ternak cangkang atau tempumng
dapat diolah menjadi arang atau Dahan pengeras jalan di kebun. Batang dan pelepah
daun dapat di gunakan sebagai bahan mulsa bila di busukkan ( Satyamidjaja, 1991 ).
Minyak kelapa sawit ( CPO) terdiri dari campuran minyak, air dan serat kasar.
Melalui saringan getar sebagian padatan serta terpisah, sedangkan tangkai klarifIkasi
akan memisahkan fraksi minyak ke atas dan air Lumpur ( Sludge) ke bawah.
Beberapa produk dari kelapa sawit yang umum diperdagangkan adalah :
a. Minyak Sawit Kasar atau Crude Palm Oil (CPO)
Berupa minyak yang agak kental berwarna kuning jingga kemerah-merahan. CPO
mengandung asam lemak bebas (EFA) 5% dan mengandung banyak Carolene atau
pro vitamin E (800-900 ppm). Titik lunak berkisar antara 33-34 °C.
b. Minyak Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel (PKO)
Berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti
buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5 %.
c. Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel
Merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan
tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung
di dalam inti sekitar 50 % dan kadar FFA-nya sekitar 5 %.
d. Bungkil Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel Cake
Bungkil inti kelapa sawit merupakan daging inti kelapa sawit yang telah diambil
minyaknya. Minyak dihasilkan melalui proses pemerasan mekanis atau proses
ekstraksi dengan pelarut yang lazim dipergunakan. Bungkil mengandung sekitar 2
% minyak.
e. Pretreated Palm Oil
Pretreated palm oil merupakan minyak yang diperoleh dari proses deguming dan
prebleaching untuk persiapan “physical refining” minyak daging buah. Kadar FFA
pretreated palm oil sekitar 5 %. Nilai titik lunaknya adalah 33-39 °C.
f. Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oil)
RBD palm oil merupakan minyak kelapa sawit yang telah mengalami proses
refinasi lengkap. RBD mengandung FFA 0,15 % yang berwarna kuning kejingga-
jinggaan dengan titik lunak antara 30-39 °C. RBD Palm Oil hanya digolongkan
dalam satu jenis mutu.
g. Crude Palm Fatty Acid
Adalah asam lemak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari refinasi lengkap
CPO dan fraksi-fraksinya, kandungan asam lemak bebasnya mencapai 89 %.
h. Crude Palm Oil
Berupa minyak yang berwarna merah sampai jingga. Minyak ini diperoleh dari
fraksinasi CPO dengan kadar FFA 5 %. Nilai titik lunak CPO maksimum 24 °C.
g. Preteated Palm Olein
Adalah minyak yang diperoleh dari proses deguming dan prebleaching untuk
persiapan “physical refining” fraksi cair CPO. Pretreated palm olein berwarna
merah kekuning-kuningan dan memiliki kadar FFA sebesar 5%. Nilai titik
lunaknya adalah 24 °C.
h. RBD Palm Olein
Adalah minyak yang berwarna kekuning-kuningan. RBD palm olein diperoleh dari
CPO yang telah mengalami refinasi lengkap. Kadar FFA-nya sekitar 0,15 % dan
titik lunak maksimumnya adalah 24 °C.
i. Crude Palm Stearin
Crude palm stearin merupakan lemak berwarna kuning sampai jingga kemerah-
merahan yang diperoleh dari proses fraksinasi CPO. Crude palm stearin memiliki
kadar FFA sebesar 5 % dan nilai titik lunak sekitar 48 °C.
j. Pretreated Palm Stearin
Pretreated palm stearin adalah lemak yang diperoleh dari proses degumming dan
prebleaching untuk persiapan “physical refining” fraksi padat CPO. Pretreated
palm stearin memiliki kandungan FFA sebesar 5 % dan nilai titik lunak 48 °C.
k. RDB Palm Stearin
Adalah fraksi lemak yang berasal dari CPO yang telah mengalami refinasi
lengkap. RBD palm stearin memiliki kadar FFA sebesar 0,2 %. Nilai titik
lunaknya sama dengan Crude Palm Stearin, hanya warnanya lebih kuning.
l. Palm Acid Oil
Palm acid oil adalah asam lemak yang berasal dari CPO yang telah mengalami
proses netralisasi dengan soda kaustik dan dilanjutkan dengan proses pengasaman
dengan asam sulfat. Palm acid oil memiliki kandungan FFA sebesar 50 % dengan
total kadar lemak maksimum 95 %.
m. Crude Palm Kernel Fatty Acid
Crude palm fatty acid adalah asam lemak yang diperoleh sebagai hasil sampingan
dari refinasi lengkap minyak inti sawit (PKO) dan fraksi-fraksinya. Kadar FFA-
nya minimum 70 %.
Dari produk-produk tersebut yang memegang peranan penting dalam
perdagangan dunia adalah minyak sawit, minyak inti sawit dan beberapa produk
olahan lanjutan dari minyak sawit antara lain Olein, Stearin, Fatty Acid dan
sebagainya.
Diposting dari : apwardhanu.wordpress.com/.../produk-lanjutan-crude-palm-oil-cpo/
2.2 Pengembangan Biodiesel
Metode dasar pengembangan biodiesel sudah banyak dilakukan di Indonesia,
disamping pengetahuan dan kemampuan penanganan bahan baku kelapa sawit sudah
sangat dikenal di Indonesia.
Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang dibuat dari sumber daya
hayati. Biodiesel dapat dibuat dari minyak trigliserida (minyak kelapa sawit, kedelai,
kacang tanah, biji bunga matahari, jarak pagar, kapuk, saga hutan, kelor, kemiri,
d.l.l.). Trigliserida tersebut diubah menjadi alkil ester dengan mereaksikannya dengan
alkil alkohol.
Secara umum, pengembangan biodiesel termasuk teknologi menengah bahkan
bisa dikatakan cukup sederhana, tidak memerlukan unit-unit operasi dengan tingkat
kerumitan maupun resiko yang tinggi.
Reaktor berpengaduk adalah unit utama dalam pembuatan biodisel disamping
unit penting lainnya berupa unit-unit pemisahan dan pemurnian. Bahkan pembuatan
biodiesel ini dimungkinkan dilakukan dengan skala rumah tangga atau skala kecil.
Biodiesel dibuat dengan mereaksikan Crude Palm Oil (CPO) dengan
methanol atau etanol melalui reaksi esterifikasi dilanjutkan dengan reaksi
transesterifikasi berkatalis menjadi senyawa Ester dengan produk samping gliserin.
Pada saat ini gliserin juga merupakan produk dengan harga jual yang cukup tinggi.
Dalam setiap unit energi yang digunakan untuk menghasilkan biodiesel maka akan
dihasilkan 3.2 unit energi. Hal ini berarti, penyerapan energi matahari menjadi energi
kimia dalam biodiesel adalah sangat efisien.
Crude Palm Oil (CPO) dipasaran biasanya mengandung sekitar 5% Free Fatty
Acid (FFA) yang akan mengganggu reaksi utama pembentukan biodiesel, karena itu
FFA ini harus dihilangkan atau dikonversi dengan menggunakan katalis asam melalui
reaksi Esterifikasi.
Secara umum, karakteristik biodiesel untuk konsumsi mesin diesel adalah
sebagai berikut:
Karakteristik Biodiesel
Komposisi Metil Ester
Bilangan Setana 55
Densitas, g/mL 0.8624
Viskositas, cSt 5.55
Titik Kilat, C 172
Energi yang dihasilkan, MJ/Kg 40.1
Tabel 2.2. Karakteristik Biodiesel
Sumber: (Dr. Tirto Prakoso. POTENSI BIODIESEL INDONESIA)
Indonesia saat ini berpeluang besar untuk mengembangkan energi biodiesel
dari minyak sawit mentah (CPO) sebagai bahan bakar altematif, terutama untuk
mesin diesel. Pengembangan bahan bakar biodisel dari minyak sawit mentah sangat
potensial karena setiap tahun Indonesia dapat memproduksi sekitar 10 juta ton CPO.
Perkebunan kelapa sawit terus berkembang dengan pesat. Tahun 2003 arealnya sudah
mencapai 4,9 juta hektar dan itu masih akan terus berkembang. Lima tahun
mendatang, Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar dengan total produksi 15
juta ton. Oleh karena itu harus dipikirkan” pengembangan pasar bagi kelapa sawit
agar tidak hanya diolah menjadi CPO. Salah satu altematifnya diolah menjadi
biodisel. Peluang untuk mengembangkan biodisel dari minyak kelapa sawit dan
minyak jarak terbuka luas, sebab produksinya dapat dilakukkan dalam skala kecil
maupun skala besar.
2.3 Proses Pembuatan Biodiesel dari CPO
Gambar 2.2 : Diagram Alir Pengolahan Biodiesel dari CPO
Untuk pembuatan Biodiesel dari CPO maka sebelumnya perlu dilakukan
Transesterifikasi , proses transesterifikasi meliputi 2 tahap.
Transesterifikasi I pencampuran antara Kalium Hidroksida ( KOH ) dan
Metanol ( CH3OH ) dengan minyak sawit . proses transesterifikasi I berlangsung
sekitar 2 jam pada suhu 58 – 65oC . Bahan yang pertama kali dimasukkan kedalam
reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan pada suhu yang telah
ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi pemanas dan pengaduk, selama
proses pemanasan , pengadukan dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 63oC campuran
metanol dan KOH dimasukkan kedalam reaktor dan waktu reaksi mulai dihitung pada
saat itu.
Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94 %
selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol
dengan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada dilapisan bawah karena berat jenis
nya lebih besar dari pada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar
tidak mengganggu proses trans esterifikasi II. Selanjudnya dilakukan transesterifikasi
II pada metil ester.
Setelah proses transesterifikasi II selesai , dilakukan pengendapan selama
waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan II memerlukan
waktu lebih pendek dari pada pengendapan I karena gliserol yang rterbentuk relatif
sedikit dan akan larut melalui proses pencucian, adapun tahapannya adalah sebagai
berikut:
2.2.1 Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan
senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan
pada suhu sekitar 55 oC. Pencucian dilakukann tiga kali sampai pH campuran menjadi
normal ( pH 6,8 – 7,2 ).
2.2.3 Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil
ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130 oC , pengeringan
dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95 oC
secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan ditengah permukaan cairan pada
alat pengering.
2.2.4 Filtrasi.
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan
untuk menghilangkan partikel- partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama
proses berlangsung, seperti karat ( kerak besi ) yang berasal dari dinding reaktor atau
dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama
atau lebih kecil dari 10 mikron.
Sumber: Jurnal ilmiah tekno biodiesel , continue process, crude palm oil
- 100 Kg Crude Palm Oil- 14 Kg Metanol- Katalis
Reaksi menjadi Methyl Ester
- Methyl Ester (Biodiesel) 95 Kg (minimal)- Gliserine 10 Kg- Metanol Recovery- Produk Lain
Gambar 2.3: Diagram blok pembuatan Biodiesel
Sumber : www.migas-indonesia.com/.../Potensi_ Biodiesel .do ..
Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena
permintaan dari tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya didalam
negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis yang masih
memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan
perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal daging maupun skala
perkebunan rakyat.
Hingga saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar berbasis
fosil sebagai sumber energi. Data yang didapat dari Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral menunjukkan bahwa dengan persediaan minyak mentah di Indonesia,
yaitu sekitar 9 milyar barrel, dan dengan laju produksi rata-rata 500 juta barrel per
tahun, persediaan tersebut akan habis dalam 18 tahun. Untuk mengurangi
ketergantungan terhadap minyak bumi dan memenuhi persyaratan lingkungan global,
satu-satunya cara adalah dengan pengembangan bahan bakar alternatif ramah
lingkungan.
Pemilihan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif berbasis pada ketersediaan
bahan baku. Minyak rapeseed adalah bahan baku untuk biodiesel di Jerman dan
kedelai di Amerika. Sedangkan bahan baku yang digunakan di Indonesia
adalah crude palm oil (CPO). Selain itu, masih ada potensi besar yang ditunjukan
oleh minyak jarak pagar (Jathropa Curcas) dan lebih dari 40 alternatif bahan baku
lainnya di Indonesia.
Rancangan fasilias produksi biodiesel (INBT 2008)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari bahan mentah terbaharukan
(renewable) selain bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel tersusun dari
berbagai macam ester asam lemak yang dapat diproduksi dari minyak-minyak
tumbuhan seperti minyak sawit (palm oil), minyak kelapa, minyak jarak pagar,
minyak biji kapok randu, dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan Indonesia
yang potensial untuk dijadikan sumber energi bentuk cair ini.
Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena
permintaan dari tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya didalam
negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis yang masih
memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan
perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal daging maupun skala
perkebunan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal ilmiah tekno biodiesel , continue process, crude palm oil
http://majarimagazine.com/2009/06/potensi-pengembangan-biodiesel-di- indonesia / by Anita Pravitasari
Dr. Tirto Prakoso. POTENSI BIODIESEL INDONESIA
www.migas-indonesia.com/.../Potensi_ Biodiesel .do
apwardhanu.wordpress.com/.../produk-lanjutan-crude-palm-oil-cpo/
TUGAS
TEKNOLOGI BIOFUEL
BIODIESEL
CRUDE PALM OIL
OLEH:
NAMA STAMBUK
RAHMAWATI 0922090009
ARDAN REZKIANSYAH 092209000
MAIFA DIAPATI JANNA 0922090008
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2011