Download - Teknik Budidaya Rumput Laut Gracillaria
3.3 Teknik Budidaya Rumput Laut (Gracillaria verrucosa) dengan Metode
Longline
Rumput laut adalah salah satu hasil perikanan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan menjadi sumber devisa non migas. Secara umum, banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku industry makanan, kosmetik, farmasi dan lain-
lain. Ditinjau secara biologi, rumput laut adalah kelompok tumbuhan berklorofil
yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam alga
terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral
dan juga senyawa bioaktif (Putra, 2006).
Pemanfaatan rumput laut dalam berbagai kepentingan baik untuk pangan
maupun non pangan sudah mulai dirasakan oleh masyarakat Indonesia,
Contohnya Gracillaria verrucosa. Menurut Ratnasari (2010) seiring dengan
pesatnya dan semakin berkembangnya zaman dan semakin majunya teknologi
membuat rumput laut jenis Gracilaria verrucosa ini semakin didayagunakan oleh
manusia yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar pada umumnya.
Gracillaria merupakan salah satu marga rumput laut dari kelas
Rhodophyceae dan sebagai bahan baku penghasil agar-agar. Penggunaan agar-
agar dalam kehidupan sehari-hari sangatlah luas baik dalam bidang industri
maupun kepentingan penelitian. Di bidang industri, agar-agar digunakan sebagai
makanan, pengemulsi atau pengental. Sedangkan untuk kepentingan penelitian,
agar-agar digunakan sebagai media kultur bakteri, kultur jaringan atau keperluan
dalam rekayasa genetika (Sjafrie, 2010).
Sinulingga (2006) mengklasifikasikan Gracilaria verrucosa dalam
taksonomi sebagai berikut :
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Spesies: Gracilaria verrucosa
Kegiatan budidaya rumput laut di Indonesia pada umumnya sudah mulai
diminati oleh masyarakat pesisir sebagai salah satu penghasilan tambahan.
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) rumput laut juga
merupakan sumberdaya yang berbasis keunggulan untuk menggerakan ekonomi
dengan dukungan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
demikian, para penduduk akan berusaha untuk menghasilkan rumput laut
Gracillaria verrucosa dengan menggunakan alat dan bahan yang dengan mudah
didapat dan tidak mahal. Budidaya Gracillaria verrucosa dapat dilakukan dengan
tiga metode yaitu metode lepas dasar, rakit apung dan long line. Metode budidaya
long line banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan
lebih tahan lama dan mudah untuk didapat (Suparman, 2012). Metode budidaya
ini dapat dilakukan dengan mudah di Pantai Laut Utara Jawa dan sudah dilakukan
selama bertahun-tahun.
Budidaya Gracillaria verrucosa di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara bukanlah salah satu
hasil produksi utama, karena balai tersebut lebih
mengedepankan udang untuk menjadi hasil budidaya unggulan.
Namun budidaya rumput laut Gracillaria verrucosa tetap di
jalankan karena mempunyai peranan penting bagi masyarakat
sekitar balai. Pengembangan rumput laut untuk meningkatkan
hasil produksi yang dilakukan di balai kemudian akan di
sosialisasikan ke masyarakat sekitar sehingga membantu dan
mendorong perekonomian masyarakat pesisir Jepara.
A. Hari/Tanggal : 17 Juli 2013 - 16 Agustus 2013
B. Waktu : 07.30 – 12.00 dan 14.00-16.30
C. Lokasi Kegiatan : Saluran Inlet Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau RT 02 RW 04 Jepara, Jawa Tengah.
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan budidaya rumput laut Gracillaria
verrucosa adalah bambu, tali Polyethylene, botol air mineral bekas, gunting, tali
plastik, timbangan, dan refraktometer.
Bahan yang digunakan adalah bibit rumput laut Gracillaria verrucosa.
E. Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang dilakukan selama Praktik Kerja Lapang (PKL) pada
Budidaya Rumput Laut (Gracillaria verrucosa) sebagai berikut :
a. Pengumpulan data primer yaitu berperan aktif secara langsung dalam seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan budidaya rumput laut (Glacillaria verrucosa),
melakukan observasi yaitu mengamati secara langsung segala kegiatan
interaksi dan juga mengumpulkan data hasil pengujian.
b. Pengumpulan data sekunder yaitu melakukan wawancara dengan pimpinan
operasional, staf pegawai, dan pihak-pihak lain yang kompeten di bidangnya.
c. Studi pustaka yaitu untuk melengkapi data primer dan data sekunder yang
telah diperoleh dengan tujuan untuk menambah informasi mengenai teknik
budidaya rumput laut (Gracillaria verrucosa) secara teoretis dari beberapa
literatur.
F. Hasil dan Pembahasan
1. Survey lokasi/identifikasi lahan
Langkah pertama sebagai kunci utama keberhasilan usaha budidaya
rumput adalah pemilihan lokasi yang tepat. Hal ini dapat dimengerti karena
pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh kondisi perairan yang sesuai.
Identifikasi calon lokasi budidaya rumput laut Gracillaria verrucossa didasarkan
pada kegiatan usaha budidaya yang harus memperhatikan aspek kesesuaian lahan
tambak atau daya dukung lahan/lingkungan dan sistem pengelolaan lingkungan
yang benar. Menurut Yulianti (2011) keberhasilan suatu kegiatan budidaya
rumput laut sangat ditentukan oleh faktor lahan perairan, oleh karena itu untuk
memperoleh hasil yang optimal dari kegiatan tersebut hendaknya dipilih lokasi
yang sesuai dengan aspek ekobiologinya (persyaratan tumbuhnya), seperti
pemilihan bibit yang bagus, perairan yang cukup tenang dan terlindung dari
pengaruh angin, gelombang dan arus yang kuat serta tingkat kecerahan perairan
yang tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi keberlangsungan hidup rumput
laut, maka dalam memilih lokasi budidaya harus memperhatikan beberapa faktor
berikut :
a. Faktor Biofisika
- Arus
Arus dan pergerakan air mempunyai pengaruh besar terhadap aerasi,
transportasi nutrien, dan pengadukan air yang besar pengaruhnya terhadap
keberadaan oksigen terlarut untuk menjaga kestabilan suhu
(Trono dan Fortes, 1988).
Gerakan air yang cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran pada
thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya fluktuasi yang besar
terhadap salinitas maupun suhu air. Arus dapat disebabkan oleh arus pasang surut,
maupun karena angin dan ombak. Besarnya kecepatan arus yang baik antara 20-
40 cm/detik (Kasturi, 2011)
- Dasar Perairan
Dasar perairan atau substrat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut
dikarenakan kandungan substrat yang berbeda juga akan memiliki kadar protein
yang berbeda juga. Pada umumnya Gracillaria verrucosa dapat tumbuh di
perairan yang memiliki substrat lumpur atau pasir.
- Kedalaman Air
Direktorat Jenderal Perikanan (1997) mengatakan bahwa kedalaman
perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Gracilaria verrucosa adalah 0,5-
1,0 m pada waktu surut terendah di lokasi yang berarus kencang. Sementara
kedalaman perairan yang baik untuk budidaya dengan metode lepas dasar antara
2-15 m dan metode rakit apung antara 5-20 m. Kondisi ini untuk menghindari
rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari.
- Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
rumput laut. Menurut Alifatri (2012) kondisi salinitas yang baik untuk
pertumbuhan rumput laut yaitu berkisar antara 15-34 ppt. Penurunan salinitas
akibat masuknya air tawar ke lokasi budidaya tidak menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan Gracillaria verrucosa dikarenakan Gracillaria verrucosa mampu
mentolerir perairan dengan salinitas yang rendah.
- Kecerahan
Cahaya matahari adalah merupakan sumber energi dalam proses
fotosintesis. Pada proses fotosintesis terjadi pembentukan bahan organik yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan. Widodo dan Suadi (2006)
menyatakan bahwa cahaya menyediakan energi bagi terlaksananya fotosintesis,
sehingga kemampuan penetrasi cahaya pada kedalaman tertentu sangat
menentukan distribusi vertikal organisme perairan. Hal yang berhubungan erat
dengan penetrasi cahaya adalah kecerahan perairan.
- Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penentu dalam
keberhasilan kegiatan budidaya karena mempengaruhi kehidupan hewan dan
tumbuhan pada suatu perairan. Menurut Alifatri (2012) kemampuan adaptasi
rumput laut Gracilaria sp. terhadap suhu bervariasi, tergantung dimana rumput
laut tersebut hidup sehingga dimungkinkan akan tumbuh subur pada daerah yang
sesuai dengan suhu pertumbuhannya. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan
rumput laut Gracilaria verrucosa adalah berkisar antara 20-28°C.
- pH
Pertumbuhan rumput laut memerlukan pH air laut optimal yang berkisar
antara 6-9 (Zatnika, 2009). Chapman (1962) menyatakan bahwa hampir seluruh
rumput laut menyukai kisaran pH 6,8-9,6 sehingga variasi pH yang tidak terlalu
besar tidak akan menjadi masalah bagi pertumbuhan rumput laut.
- Faktor biologi
Faktor biologi yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut adalah
organisme penempel dan hewan herbivora. Hasil penelitian Sulistijo (1985)
menyatakan bahwa tanaman penempel yang terdapat pada rak percobaan baik
yang terapung ataupun yang didasar pada umumnya hampir sama dan juga
ditemukan menempel pada tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan hewan
herbivora adalah ikan yang memanfaatkan alga yang dikultur sebagai
makanannya seperti ikan Bandeng (Chanos chanos), ikan Beronang (Siganus sp.),
bulu babi (Diadema setosum) dan penyu (Chelonia mydas).
b. Ketersediaan Bibit
Bibit rumput laut adalah bahan yang paling utama dibutuhkan dalam
proses budidaya ini. Pemilihan rumput laut dengan kualitas yang baik akan
menghasilkan produksi yang bagus. Bibit yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah bibit rumput laut jenis Gracilaria verrucosa yang diperoleh dari hasil
budidaya rumput laut di sekitar daerah penelitian. Lokasi pengambilan bibit
rumput laut sebaiknya tidak terlalu jauh agar tidak menurunkan kualitas serta
mudah dalam pengangkutan dan penanganan. Pemilihan bibit dilakukan dengan
penyortiran sehingga didapatkan bibit yang berasal dari rumput laut yang masih
muda. Penyortiran dan pemilihan bibit yang baik sebaiknya tidak dilakukan
dibawah terik matahari, karena dapat mengurangi kadar agar yang terdapat di
dalam bibit rumput laut dan memputnya thallus nya menjadi kering.
c. Sosial ekonomi masyarakat
Partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung perkembangan budidaya
rumput laut merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan budidaya ini.
Kondisi sosial ekonomi masyarat yang kondusif akan sangat membantu.
Kemudian dapat menaikkan pendapatan msyarakat disekitar wilayah budidaya
rumput laut tersebut.
d. Dukungan masyarakat dan pemerintah
Dukungan masyarakat dan pemerintah dengan memperkenalkan usaha
budidaya rumput laut sebagai solusi mata pencarian penduduk yang tidak merusak
ekosistem lingkungan sangat diperlukan sehingga kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat juga dapat didorong dengan dukungan tersebut.
Faktor ini juga termasuk penting dalam menyangkut urusan perizinan
dalam menggunakan suatu lokasi / tempat yang akan dijadikan wilayah budidaya
rumput laut. Apabila tidak ada perizinan yang sah dari pemerintah setempat dan
warga sekitar, nantinya akan menjadi masalah dikemudian hari.
e. Ketersediaan bahan penunjang
Bahan penunjang adalah bahan pendukung berhasilnya budidaya rumput
laut disuatu wilayah. Seperti penyediaan peralatan untuk konstruksi bangunan
rumput laut, pengangkutan, dan penanganan.
f. Jauh dari sumber pencemaran
Pencemaran yang berasal dari limbah industri, pertanian, dan rumah
tangga harus dihindari untuk budidaya rumput. Bahan pencemar yang berasal dari
aktifitas tersebut dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan rumput laut
dan juga penurunan kualitas produksi.
g. Bukan daerah wisata bahari dan jalur transportasi laut
Daerah yang terbebas dari dua aktifitas tersebut dapat memaksimalkan
pertumbuhan rumput laut. Rumput laut terhindar dari gangguan perubahan kondisi
air yang disebabkan oleh aktifitas tersebut.
h. Jauh dari limpasan air tawar (sungai)
Air tawar akan menurunkan kadar salinitas dalam perairan yang ditanami
rumput laut serta air yang berasal dari aliran sungai tersebut membawa sumber
sampah dan kotoran lumpur yang dapat menutupi pertumbuhan thallus.
i. Luas lahan yang efektif
Ukuran luas lahan yang tepat untuk budidaya rumput laut dapat
mengefektifkan segala aktifitas yang dilakukan di areal budidaya tersebut
sehingga dapat mengoptimalkan usaha dan kerja budidaya rumput laut.
Gambar 16. Lokasi Penanaman Rumput Laut
2. Persiapan Bahan dan Alat
Setelah dilakukan pemilihan lokasi, selanjutnya mempersiapkan bahan dan
alat yang dibutuhkan pada budidaya tersebut. Alat dan bahan adalah :
a. Bambu
Bambu digunakan sebagai pacak atau dasar utama dalam pembuatan
konstruksi untuk melakukan budidaya rumput laut metode longline.
b. Botol air mineral bekas
Botol air mineral bekas berfungsi sebagai penanda untuk tiap titik rumput laut
yang dibudidayakan.
c. Tali PE
Tali PE berfungsi sebagai tali utama untuk membuat garis-garis penanaman
rumput laut serta penyambung/pengait antar mampu.
d. Tali plastik
Tali plastik berfungsi sebagai pengikat rumput laut ke tali utama.
e. Gunting
Gunting berfungsi sebagai alat pemotong.
f. Timbangan
Timbangan berfungsi untuk mengukur berat rumput laut sebelum ditanam,
pada tahap perkembangan, hingga tahap panen.
g. Refraktometer
Refraktometer adalah alat untuk mengukur tingkat salinitas pada air laut.
h. Kamera digital
Kamera digital berfungsi untuk mendokumentasikan segala kegiatan, dan juga
menjadi salah satu bukti otentik.
i. Bibit rumput laut (Glacillaria verrucosa)
Bibit rumput laut merupakan bahan utama yang dilakukan dalam budidaya ini.
Bibit yang digunakan harus dipilih secara teliti.
j. Air tawar
Air tawar digunakan sebagai bahan pencuci/penetral refrakto meter sebelum
digunakan.
3. Pembuatan Konstruksi Longline
Menurut Setyaningsih (2011) keuntungan metode rawai (longline) antara
lain: tanaman cukup menerima sinar matahari, tanaman lebih tahan terhadap
perubahan kualitas air, terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar
perairan, pertumbuhannya lebih cepat, cara kerjanya lebih mudah, biayanya lebih
murah, dan kualitas rumput laut yang dihasilkan baik. Kontruksi untuk Metode
Longline menggunakan alat-alat sebagai berikut :
- Meteran
- Pisau dan gunting
- Alat tulis
- Perahu
Bahan :
- Tali bingkai/rangka PE 12mm
- Tali pemberat PE 12mm
- Tal iris bentang PE 4-5mm
- Tali pelampung kecil PE 2mm
- Tali cincin PE 4-5mm
- Tali ikat biibit (titik) plastic raffia atau PE 2 mm
- Pelampung kecil berupa botol ukuran 500-1500ml
- Pelampung besar berbentuk bola diameter 36cm
- Pemberat dari betin minimal 50kg
Adapun rancangan bentuk konstruksinya adalah sebagai berikut.
(a) Rencana Konstruksi Tampak Atas
(b) Rencana Konstruksi Tampak Samping
Gambar 17. Rencana Konstruksi Penanaman Rumput Laut
Langkah kerja pembuatan konstruksi :
Penentuan besaran konstruksi :
- Menentukan besaran konstruksi berdasarkan hasil pengukuran lokasi atau
areal tanam.
Pembuatan pemberat beton :
- Membuat cetakan penampang/mal pemberat (jangkar/pancang) dari
campuran pasir, semen dan batu kerikil.
- Keringkan pemberat min. 7 hari pada kondisi matahari terang.
Pembuatan tali ris bentang dan tali bingkai/rangka longline
- Membuat bingkai longline berbentuk persegi empat sesuai ukuran yang
ditentukan dilakukan didarat.
- Pasang tali titik pemberat pada setiap sudut dan pada setiap 25 meter untuk
menambatkan pemberat agar dapat terbentang dengan sempurna.
- Pasang tali cincin pada bagian sisi yang digunakan untuk menambatkan
tali ris bentang dengan jarak antar cincin atau tali ris bentang 1 atau 2
meter, tergantung kekuatan arus yang terjadi.
- Potong tali ris bentang disesuaikan dengan lebar longline yang akan
digunakan.
- Selipkan tali raffia/tali gelang (PE diameter 2mm) dengan panjang antara
30-40 cm pada tali ris bentang sebagai tali titik ikat bibit dengan jarak 20-
25 cm.
Penurunan pemberat beton dan setting bingkai/rangka longline
- Turunkan pemberat pada saat pasang tertinggi.
- Angkut pemberat dengan menggunakan perahu yang yang lebih besar
- Ikatkan pemberat beton pada tali pemberat yang panjangnya 3 kali
kedalaman perairan dan turunkan pada areal yang telah ditetapkan dengan
memperhatikan arah arus. Pemberat yang telah turun diberi tanda dengan
pelampung besar sebagai awal pemasangan bingkai/rangka longline.
- Tarik bingkai/rangka longline hingga terbentang kuat, setelah terbentang,
kemudian turunkan pemberat lainnya pada sisi lainnya dan beri pelampung
sampai terbentuk persegi empat.
- Kencangkan tali bingkai setiap 25 meter dengan tali pemberat dan
pemberat serta ditandai dengan pelampung besar, sehingga berbentuk
empat persegi agar tidak kendor. Setiap titik pemberat terdapat 3 buah
pemberat dan 1 buah pelampung.
4. Pemilihan Bibit
Bibit yang digunakan dalam kegiatan budidaya ini adalah bibit dari hasil
budidaya di sekitar lokasi kegiatan yang dilakukan oleh warga. Zatnika (2009)
menyatakan bibit yang baik dicirikan dengan thallus yang baik (muda, keras dan
segar), warna agak gelap (coklat kecoklatan), usia minimal 2 minggu. Selanjutnya
pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan bibit harus selalu dilakukan dalam
keadaan lembab serta terhindar dari panas, minyak, air tawar dan bahan kimia
lain. Kualitas dan kuantitas produksi budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh
bibit rumput lautnya, sehingga kegiatan penyediaan bibit harus direncanakan dan
memperhatikan sumber perolehan.
Menurut Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011) untuk
mendapatkan pertumbuhan rumput yang optimal bibit yang digunakan harus
berkualitas oleh karena itu perlu dilakukan seleksi bibit dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Umur bibit antara 25-30 hari.
b. Bobot 50-100 g setiap titik ikat.
c. Bercabang banyak, rimbun dan runcing.
d. Tidak terdapat bercak-bercak dan terkelupas.
e. Warna spesifik (cerah) khas rumput laut.
f. Tidak terkena penyakit.
Menurut BPPT (2012), bibit Gracilaria yang baik harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
No Kriteria Uraian
1 Spesifikasi Thallus silindris, licin, berwarna merah-coklat atau
kuning-hijau. Percabangan tidak beraturan, memusat
pada bagian pangkal. Cabang lateral memanjang
menyerupai rambut dengan panjang sekitar 15-30 cm.
2 Komposisi Air 11,6% ; Protein kasar 25-35% ; Lemak 1,05% ;
Karbohidrat 43,10% ; Serat 7,50% , Abu 11, 40%
3 Gel Strength 220 g/cm2
Sebelum ditebar bibit harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara
direndam dan dicuci dengan air laut hingga terlepas dari lumut, kotoran-kotoran
dan organisme yang menempel di permukaan thallus nya. Setelah itu dilakuan
pemilihan bibit yang masih baik, bibit yang kodisinya masih baik segera
ditanam/ditebar.
Apabila bibit yang baik sudah dipilih, dilanjutkan dengan penanaman.
Pengangkutan bibit tersebut ke lokasi budidaya dimana harus diangkut dengan
kondisi yang aman. Penanaman dilakukan segera setelah selesai pengikatan,
dengan tujuan agar bibit masih segar dan tidak lama berada di darat. Menurut
Sudradjat (2008), penanganan bibit selama pengangkutan juga harus dijaga. Hal
ini dilakukan agar bibit tetap lembab/basah tetapi tidak sampai meneteskan air,
diusahakan tidak terkena air tawar, hujan, embun, minyak dan kotoran lain karena
dapat merusak bibit, tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung dan
diletakkan pada daerah yang jauh dari sumber panas seperti mesin perahu/mobil.
‘
Gambar 18. Gambar 19. Proses Pencucian Bibit Bibit yang sudah dicuci 5. Penebaran/Penanaman Bibit Rumput Laut
Penebaran/penanaman bibit rumput laut dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mengikatkan bibit rumput laut pada tali titik berjarak 25-30cm dengan
berat 50-100gram setiap titik ikat.
Mengikat bibit dengan cara menyimpulkan tali plastik ke bibit, ikat dan
sedikit dilonggarkan
Apabila melakukan pengikatan rumput laut di darat, tempat yang teduh
dan bersih dan bibit dijaga agar tetap dalam keadaan basah dan lembab.
Gambar 20. Glacillaria verrucosa yang sudah diikat
6. Monitoring
Melakukan pengukuran kualitas air (suhu, pH, salinitas, kecerahan dan
warna) dengan cara pengambilan sampe; air 1xseminggu
Melakukan pemeriksaan dan identifikasi dini hama yang mengganggu dan
penyalit yang timbul
Melakukan pemeriksaan dan identifikasi kompetitor.
Melakukan pengukuran pertumbuhan (bobot dan panjang thallus) rumput
laut setiap minggu dengan cara pengambilan sampel secara acak.
Pencatatan data
Gambar 21. Pengamatan pertumbuhan rumput laut
Data pertumbuhan yang diperoleh dari hasil monitoring hanya 2 minggu
setelah penanaman. Hal ini disebabkan karena faktor alam, pada waktu paraktek
berlangsung terjadi pasang purnama dimana air laut menjadi naik. Sehingga
rumput lain sebagian besar terbawa arus.
G. Nama Mahasiswa : Tantri Ayu Syahfitri
H. Pembimbing Lapangan : Ir. Tri Supratno KP, M. Sc