Download - Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar
TEKHNIK PEMBERIAN IMUNISASI DASARPADA ANAK
Delliani
Jeffry kurniawan
Raihanah
Sri Fajar Mawarni
PENGERTIAN
Pengertian Imunisasi Dasar - Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunisasi ) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini, Y, 2004).
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan awal secara aktif.
Tujuan imunisasi : Mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada
seseorang menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia
TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila
tidak divaksinasi Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi
ikutan yang tidak diharapkan Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan,
jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum
melakukan imunisasi Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan
diberikan Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan
dengan baik Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda
perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan
Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan
Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin.
TEKNIK DASAR DAN PETUNJUK KEAMANAN PEMBERIAN VAKSIN
Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet (tutup karet di desinfeksi)
Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru sekali pakai dan steril
Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis
Kulit yang akan disuntik dibersihkan Semprit dan jarum harus dibuang dalam
tempat tertutup dan diberi label tidak mudah robek dan bocor
Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
Umur Jadwal imunisasi dan tempat
0 hari Imunisasi Hepatitis B
(vastus lateralis kanan)
0 bulan Imunisasi BCG
(area deltoit kanan)
2 bulan Imunisasi Polio (IVP) 1 dan DPT-Hepatitis B 1
(Imunisasi Lateralis Kanan) (vastus lateralis kiri)
3 bulan Imunisasi Polio (IVP) 2 dan DPT-Hepatitis B 2
(vastus lateralis kanan) (vastus lateralis kiri)
4 bulan Imunisasi Polio (IVP) 3 dan DPT-Hepatitis B 3
(Vastus laateralis kanan) (vastus lateralis kiri)
9 bulan Imunisasi Polio (IVP) 4 dan Campak
(vastus lateralis kanan) (area deltoit kiri)
1. VAKSIN HB0
a. Pengertian Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus
rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B
Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif
ataupun imunisasi aktif.
b. Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi
yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus
Hepatitis A atau C atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.
c. Kontra indikasi Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi
absolut terhadap pemberian imunisasi hb terkecuali pada ibu hamil, alergi pada komponen vaksin.
d. Efek samping Nyeri Bengkak Panas Mual nyeri sendi maupun otot
f. Kejadian ikutan pasca imunisasi Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2
hari Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot,
nyeri sendi.
f. Jadwal pemberian Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status
HbsAg ibu pada saat melahirkan yaitu: Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya
Vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau vaksin plasma derived 10 ug (dalam waktu 12 jam), dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (+)Diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara bersamaan di sisi tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan.
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (-)Diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada umur 2-6 bulan, dosis kedua pada 1-2 bulan kemudian, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu
Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1 bulan) Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun).
g. Persiapan alat Sarung tangan satu pasang Alat suntik PID berisi vaksin dosis
tunggal hepatitis B Bak instrumen Kapas Air hangat dalam kom Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuai dengan
kebutuhan Safety box Bengkok buku injeksi atau daftar obat
h. prosedur cuci tangan Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan yaitu vatus
lateralis Memasang perlak dan pengalasnya Menentukan tempat penyuntikan dengan benar Membebaskan daerah yang akan dinjeksi dari pakaian Membersihkan kulit dengan air hangat, melingkar dari arah
dalam ke luar. Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit. Hal-hal yang harus diperhatikan.
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID,
pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).
Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk merenggangkan kulit
Memasukan spuit berisi obat imunisasi : Sudut 90° dari permukaan kulit, kedalaman jarum 2/3 dari
serutuh panjang jarum untuk imunisasi pada area vastus lateralis
Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus lateralis) dan SC (deltoid)
Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah penusukan dengan kapas desinfektan
untuk imunisasi Membuang spuit kedalam safety box
2.VAKSIN BCG
Pengertian BCG adalah vaksin hidup dengan bentuk
beku kering yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas).
Indikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberculosis (TBC) dimana vaksin BCG tidak mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat seperti meningitis, TBC tulang.
VAKSIN BCG
Kontra indikasi : Reaksi uji tuberkulin > 5 mm Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi
HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid (leukimia), mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk Menderita demam tinggi Menderita infeksi kulit yang luas Pernah/masih menderita TBC Kehamilan
VAKSIN BCG
Efek samping Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang
timbul 2-3 minggu setelah penyuntikan dan meninggalkan luka parut dengan diameter 4-8 mm
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di axila (ketiak) atau leher. Tergantung pada umur dan dosis yang dipakai, biasanya akan sembuh sendiri.
Proteksi Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%) Mencegah TB berat 60-80%
VAKSIN BCG
Jadwal pemberian
Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan pada umur ≤2 bulan
Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin (mantoux)
Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji tuberkulin negatif)
Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama 9 tahun.
VAKSIN BCG
Persiapan alat
Sarung tangan satu pasang Spuit berikut jarumnya steril dengan ukuran 26 Bak instrumen Kapas alkohol dalam kom Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuai dengan kebutuhan Bengkok buku injeksi atau daftar obat
VAKSIN BCG
Prosedur Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan
yaitu : area deltoid Memasang perlak dan pengalasnya Menentukan tempat penyuntikan dengan benar membebasakan daerah yang akan dinjeksi dari pakaian Membersihkan kulit dengan kapas alkohol, melingkar dari
arah dalam ke luar dan kapas alkohol dibuang kebengkok Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit: Jenis obat bubuk dan pelarut. Jadi Sebelum disuntikkan
vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
VAKSIN BCG Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi. Spuit yang digunakan 10 mm ukuran 26 Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk
metenggangkan kulit Memasukan spuit berisi obat imunisasi : Sudut 15°
dari permukaan kulit untuk imunisasi daerah deltoid yaitu BCG (intra kutan)
Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat SC (deltoid) Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Isap secara perlahan daerah penusukan dengan kapas
desinfektan. Membuang spuit kedalam bengkok.
3. VAKSIN DPT/HB
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non-infectious.
Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus
VAKSIN DPT
Toksoid Difteria Vaksin pertusis Toksoid tetanus
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah dilemahkan Kemasan tunggal (TT) Kemasan dengan vaksin difteri (DT) Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)
Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif (ATS).
VAKSIN DPT
Indikasi
Difteri Tetanus Pertusis
Kontra Indikasi
Riwayat anafilaksis Ensefalopati pasca DPT sebelumnya
VAKSIN DPT
KIPI Lokal: Bengkak, Kemerahan, nyeri pada
tempat suntikan Demam, gelisah, menangis terus menerus Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000
dosis.
Imunisasi Spacing Masa perlindungan Tujuan
T1 Mengembangkan kekebalan tubuh pada
infeksi
T2 4 pekan setelah T1 3 tahun Menyempurnakan kekebalan
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun Menguatkan kekebalan
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun Menguatkan kekebalan
T5 1 tahun setelah T4 25 tahun Mendapatkan kekebalan penuh
Persiapan alat
Sarung tangan satu pasang Spuit berikut jarumnya steril dengan ukuran
23 Bak instrumen Kapas alkohol dalam kom
Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuaidengan kebutuhan
Bengkok buku injeksi atau daftar obat.
PROSEDUR
Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat
penyuntikan yaitu : vatus lateralis Memasang perlak dan pengalasnya Menentukan tempat penyuntikan dengan benar Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari
pakaian Membersihkan kulit dengan kapas alkohol,
melingkar dari arah dalam ke luar dan kapas alkohol dibuang kebengkok
Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit
PROSEDUR
Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk metenggangkan kulit
Memasukan spuit berisi obat imunisasi :
Sudut 90° dari permukaan kulit, kedalaman jarum 2/3 dari selutuh panjang jarum untuk imunisasi pada area vastus lateralis
Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus lateralis) dan SC (deltoid)
Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah penusukan dengan kapas
desinfektan untuk imunisasi Membuang spuit kedalam bengkok
4.VAKSIN POLIO
Pengertian Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio
trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Ada 2 macam jenis vaksin polio Vaksin virus polio oral (OPV) Vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin polio
injeksi
VAKSIN POLIO
Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
Kontra indikasi pemberian OPV Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C) Muntah atau diare Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau
imuno supresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi umum
Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia, dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misal pada hipo-gamaglobulinemia
Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak.
VAKSIN POLIO
KIPI Setelah vaksinasi, sebagian kecil resipien
dapat mengalami gejala Pusing-pusing Diare ringan, Sakit pada otot
PROSEDUR Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial
vaksin. Diberikan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4
kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan :
vaksin belum kadaluarsa vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8
derajat Celcius tidak pernah terendam air sterilitasnya terjaga VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh
digunakan lagi untuk hari berikutnya.
5.VAKSIN CAMPAK
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak Vaksin yang berasal dari virus campak yang
hidup dan dilemahkan, jangan terkena sinar matahari
Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium)
VAKSIN CAMPAK
Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit Campak.
Kontra indikasi Demam tinggi Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi Hamil Mempunyai riwayat alergi mengidap penyakit immuno deficiency menderita gangguan respon imun karena
leukemia, lymphoma. ( Dinkes Prov Jatim, 2005 ).
VAKSIN CAMPAK
Efek samping Hingga 15% pasien dapat mengalami demam
ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
Reaksi KIPI Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-
6 dan berlangsung selama 2 hari Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan
berlangsung selama 2-4 hari.
VAKSIN CAMPAK
Jadwal pemberian
Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan
Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah usia 6-7 tahun dalam program BIAS
VAKSIN CAMPAK
Persiapan alat Sarung tangan satu pasang Spuit berikut jarumnya steril dengan ukuran
23 Bak instrumen Kapas alkohol dalam kom
Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuaidengan kebutuhan
Bengkok buku injeksi atau daftar obat
PROSEDUR
Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat
penyuntikan yaitu : area deltoid Memasang perlak dan pengalasnya
Menentukan tempat penyuntikan dengan benar Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari
pakaian Membersihkan kulit dengan kapas alkohol,
melingkar dari arah dalam ke luar dan kapas alkohol dibuang kebengkok
Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit
PROSEDUR Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah
0,5 ml secara subcutan atau intra muscular Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk
metenggangkan kulit Memasukan spuit berisi obat imunisasi : Sudut 45° dari permukaan kulit untuk imunisasi area
deltoid (sub cutan) yaitu imunisasi Campak Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus
lateralis) dan SC (deltoid) Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah penusukan dengan kapas
desinfektan untuk imunisasi kecuali Membuang spuit kedalam safety box.
6. IMUNISASI DT DAN TT/TD
Pengertian Vaksin DT-TT merupakan vaksin yang terbuat dari
bahan toksoid. Toksoid adalah racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri yang kemudian telah dilemahkan sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Tetanus dan difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan toksin yang berbahaya bagi tubuh
Efek samping DT : Efek samping yang mungkin terjadi adalah
demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
TT : Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.
Persiapan alat Sarung tangan satu pasang Spuit berikut jarumnya steril (ADS 0,5) Bak instrumen Kapas Air hangat dalam kom
Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuaidengan kebutuhan
Bengkok Safety box buku injeksi atau daftar obat
Prosedur cuci tangan Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat
penyuntikan yaitu : area deltoid Memasang perlak dan pengalasnya Menentukan tempat penyuntikan dengan benar Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari
pakaian Membersihkan kulit dengan air hangat, melingkar
dari arah dalam ke luar Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup
sepuit
Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi menjadi homogen.
Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu
Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk merenggangkan kulit
Memasukan spuit berisi obat imunisasi : Sudut 45° dari permukaan kulit untuk imunisasi area
deltoid (sub cutan). Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus
lateralis) dan SC (deltoid) Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah penusukan dengan kapas
desinfektan untuk imunisasi Membuang spuit kedalam safety box.
TERIMA KASIH